• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB VII Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dari Ritual ke Pasar: Pergeseran Makna Saguer pada Masyarakat Halmahera Utara (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Gossoma, Halmahera Utara) T1 BAB VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB VII Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dari Ritual ke Pasar: Pergeseran Makna Saguer pada Masyarakat Halmahera Utara (Studi Kasus pada Masyarakat Desa Gossoma, Halmahera Utara) T1 BAB VII"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

88 BAB VII

PERAN AKTOR DALAM PERGESERAN MAKNA SAGUER DI HALMAHERA UTARA

Pada bagian ini penulis membahas tentang peran para aktor dalam melihat pergeseran makna Saguer. Peran Aktor ini meliputi aktor dalam bidang produksi, aktor dalam bidang distribusi, aktor dalam bidang konsumsi dan aktor yang dapat melihat makna serta aturan penggunaan Saguer dalam Masyarakat Halmahera Utara.

Fokus pada bagian ini adalah menjelaskan peran aktor dalam pergeseran makna Saguer bagi Masyarakat Halmahera Utara. Aktor-aktor seperti: Tokoh Agama (Mina Rahayan), Tokoh Adat (Yesayas Banari), Kepala Desa (Daniel Rahayan), Tokoh Masyarakat (Tomi Panyi) dan Produsen Saguer (Heri Moro) memiliki ciri khas masing-masing karena memiliki modal dan habitus yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan habitus dan modal ini disebabkan perbedaan latar belakang aktor, jika dianalogikan bahwa pergeseran makna Saguer (dari ritual ke pasar) dengan lebih meningkatnya produksi Cap Tikus di Halmahera Utara sebagai ranah (field) maka akan terjadi “struggle” modal dan habitus setiap aktor.

(2)

89

dalam pemasarannya. Distributor Cap Tikus seakan-akan memiliki ruang kebebasan dalam menginterpretasikan makna Cap Tikus kepada konsumen-konsumen muda dan pemula.

Bapak Aim Utumu sendiri sudah berpuluh-puluh tahun menyalurkan Saguer kepada masyarakat, beliau sangat paham jika Saguer ini memiliki nilai budaya seperti dalam acara adat maso minta, namun belakangan beliau sangat khawatir dikarenakan penyalagunaan pergesaran makna Saguer di kalangan masyarakat Halmahera Utara itu sendiri. Penyalahgunaan Saguer ini didarkan pada keinginan distributor dalam mengambil keuntungan semata dari penjualan Cap Tikus tanpa mempertimbangkan dampak buruknya. Lebih lanjut fakta di lapangan Cap Tikus tidak berlabel sehingga distributor memiliki suatu cara untuk melakukan interaksi sosial dengan para konsumennya melalui pengaruh bahasa verbal, yang mengungkapkan seakan-akan bahwa Saguer dan Cap Tikus berasal dari rantai produksi yang sama. Selain Bapak Aim Utumu, penjual Cap Tikus seperti Bapak Inu Koda pun menyadari dampak buruk dari pergeseran makna Saguer:

Gambar 7.1

Salah Satu Kios Tradisional Penjual Saguer di Desa Gosoma, Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara

(3)

90

Halmahera Utara. Pada dasarnya perbedaan Saguer dan Cap Tikus yang telah dikemas menitikberatkan pada tampilan eksternalnya. Meskipun sama-sama berasal dari pohon Seho, olahan Cap Tikus terlihat bening seperti air putih dan Saguer putih pekat seperti air susu, sehingga untuk memastikan bahwa produk yang dijual oleh distributor ini memiliki dampak buruk atau tidak dapat dilihat dari warnanya. Belum adanya peraturan yang jelas tentang Saguer ini menjadikan perputaran modal dalam penjualan Cap Tikus terjadi dengan begitu cepat, seperti dikutip dari pernyataan Bapak Hery Moro:

“Kalau yang membuat Saguer ya kayaknya tinggal saya sendiri. Tapi kalau yang menjual bukan hanya saya sendiri, ada orang lain

juga. Mereka memasok minuman dari luar dan semua itu sudah

bukan Saguer lagi melainkan Cap Tikus. Kalau Cap Tikus ini kan

bahan baku, bahan mentah yang walaupun nilainya tidak setara

dalam kandungan alkohol tapi bisa memabukkan orang juga. Jadi

mungkin kalau dalam hal ada regulasi atau kebijakan pemerintah

ini sebetulnya kalau Saguer ini juga dimasukkan kalau di dalam

semacam bahan jadi ini disebut apa begitu.”

(4)

91

berkumpulnya para remaja, dan (3) arena makro, secara tidak langsung telah terjadi pembiaran olah tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah daerah di Halmahera Utara tentang peredaran Cap Tikus.

Saguer merupakan bahan baku asli dari air nira, sehingga Saguer berpotensi dapat diolah kembali menjadi produk yang memiliki kandungan alkohol yang lebih tinggi. Kebijakan pemerintah daerah merupakan susunan undang-undang yang dibuat oleh Bupati Halmahera Utara dan telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dalam susunan dan ketetapan undang-undang yang ada selama ini belum mampu menjangkau dan membahas tentang potensi minuman Saguer. Langkah-langkah yang selalu dilakukan oleh Bapak Daniel Rahayan sebagai salah satu desa di Halmahera Utara yang merupakan penghasil Saguer adalah tetap mengangkat isu Saguer dalam setiap pertemuan-pertemuan formal pemerintahan. Lemahnya pengawasan dan perlindungan distribusi Saguer di Halmahera Utara membuat distributor dapat leluasa memperluas cakupan pemasaran Cap Tikus.

Saguer yang mulai digeser oleh Cap Tikus dalam penggunaannya juga mendapatkan tantangan dari minuman-minuman impor kemasan bermerek yang beredar di mini market maupun toko-toko di Halmahera Utara. Hal ini sangat disayangkan, dikarenakan minuman impor bermerek dapat lebih mudah menjangkau masyarakat karena distributor memiliki sistem yang baik dan modal yang lebih banyak dibandingkan minuman tradisional Saguer. Banyaknya minuman yang dapat menggantikan Saguer kini perlu disadari tentang pemahaman kapitalis yang dimiliki oleh produsen minuman kini di Halmahera Utara. Para produsen Saguer yang notabene merupakan penduduk lokal dan menjadikan Saguer sebagai sumber perekonomian utama keluarga seperti diungkapkan oleh Bapak Aim Utumu:

Saya mulai berdagang itu kira-kira dari saya masih umurnya 9 tahun saya mulai berdagang Cap Tikus. Karena saya melihat Ca

Tikus ini bisa dikelola karena sudah dipelajari olah Bapak sudah

mengajari saya mengelola Cap Tikus, terpaksa saya meneruskan

(5)

92

Bapak Aim Utumu merupakan satu dari sekian banyak pembuat minuman tradisional Cap Tikus yang hingga kini masih ada. Peran aktor dalam pergeseran makna Saguer yang dilakukan olah Bapak Inu Koda sebagai penjual Saguer namun tahun-tahun belakangan ini telah beralih menjual Cap Tikus, dikarenakan keuntungan dari Cap Tikus lebih menjanjikan dan semakin banyak konsumen yang beralih ke Cap Tikus, keuntungan distributor semakin meningkat pula.

Para pedagang Cap Tikus seperti Bapak Inu Koda menjadi aktor yang memiliki andil cukup besar terjadinya pergeseran makna Saguer. Dalam arena penjualan Bapak Aim Utumu, Cap Tikus memiliki kuantitas persediaan yang lebih banyak dibandingkan Saguer, hal ini menandakan bahwa Saguer mulai jarang dikonsumsi, dan konsumen lebih berminat untuk membeli Cap Tikus yang tentunya memiliki kadar dan dampak yang buruk. Fenomena inilah yang akhirnya menjadi pemicu terjadinya pergeseran makna dari ritual ke pasar, para produsen, distributor dan penjual Saguer kini seakan-akan mulai berlomba memproduksi Cap Tikus untuk memenuhi permintaan pasar, hal ini secara tidak langsung menjadikan makna Saguer telah direkonstruksi, seperti diungkapkan Bapak Aim Utumu:

Sebagai penjual Saguer juga, pembuat Saguer juga, penjual Cap Tikus juga karena saya juga pembuat Saguer lalu masak dan

hasilnya jadi Cap Tikus. Ya saya sebagai penjual juga sebagai

penyalur dan sebagai pembuat. Kalau macam saya buat lebih

sekitar 100 botol ada orang datang ambil 30 botol datang di rumah. Jaringannya sampai ke luar Gosoma.”

(6)

93

masih menjadi minat masyarakat namun dalam arena kegiatan formal, namun kini Cap Tikus juga mulai beredar dalam kegiatan acara adat bercampur dengan Saguer:

“Saya Cuma dalam pemasaran itu saya tidak menawarkan terhadap orang-orang kalau saya menjualkan Cap Tikus tapi

orang di Desa Gosoma itu tau kalau saya penjual Cap Tikus dan

orang-orang mulai datang membeli Cap Tikus di saya. Saya

sebagai pemasaran terlibatnya disitu. Saya tidak menawarkan

kepada orang-orang, tapi orang-orang tau kalau saya itu penjual

Cap Tikus.

Distributor bertarung dalam arena Saguer dan Cap Tikus untuk memperebutkan modal ekonomi. Namun selain itu distributor juga membutuhkan modal sosial agar dapat mendapatkan kekuasaan dalam hal pemasaran produk mereka. Di sinilah pergeseran makna Saguer didominasi oleh distributor. Habitus distributor mendasari terbentuknya pergeseran makna Saguer. Ranah distribusi Cap Tikus digunakan distributor untuk memperoleh akses pemasaran yang dekat dengan setiap lapisan masyarakat Halmahera Utara. Modal ekonomi yang dimiliki distributor memberikan keuntungan dalam mengambil kesempatan dalam memasarkan produk Cap Tikus yang menjadikan distributor sangat pandai dalam hal memanipulasi modal ekonomi. Dengan demikian distributor Cap Tikus di Halmahera Utara dapat dikatakan sangat pandai dalam mengatur ruang pemasaran mereka.

(7)

94

7.2 Peran Aktor dalam Produksi Cap Tikus di Halmahera Utara

Kadar alkohol pada Cap Tikus tergantung pada teknologi penyulingan yang digunakan oleh produsen. Produsen Cap Tikus sejauh ini masih menggunakan teknologi tradisional, yakni Saguer dimasak kemudian uapnya disalurkan dan dialirkan melalui pipa bambu ke tempat penampungan. Tetesan-tetesan itulah yang kemudian dikenal dengan minuman Cap Tikus. Sisa Saguer yang tidak terjual kemudian disuling secara tradisional menjadi minuman Cap Tikus. Kadar alkoholnya, sesuai penilaian dari beberapa laboratorium, naik menjadi sekitar 40 persen. Makin bagus sistem penyulingannya, dan semakin lama disimpan, kadar alkohol Cap Tikus semakin tinggi. Di kalangan para konsumen, Cap Tikus yang baik akan mengeluarkan nyala api biru ketika disulut korek api.

Kesalahan produsen dalam memproduksi Cap Tikus yang terlalu banyak adalah dampak dari peran produsen yang telah bekerjasama dengan distributor dalam mengatur ruang harga dan makna antara Saguer dan Cap Tikus. Distributor atau penjual Cap Tikus di Halmahera Utara cenderung mempengaruhi kemampuan produsen dalam mengolah Saguer dan Cap Tikus untuk menawarkan prospek ekonomi dan pendapatan yang tinggi. Kemampuan mengolah Cap Tikus secara tradisional ini didapatkan secara turun temurun, seperti diungkapkan oleh produsen Cap Tikus Bapak Hery Moro:

“Saya membuat Cap Tikus dari ayah saya, ayah saya pembuat Cap Tikus. Lalu ayah saya coba mengajarkan saya untuk menjadi

pembuat Cap Tikus, karena kami sehari-harinya membuat Cap

Tikus. Kenapa saya membuat Cap Tikus? Karena saya belajar dari

orang tua saya. Orang tua saya menurunkan saya untuk membuat

Cap Tikus, karena dari Cap Tikus ini pendapatan keluarga supaya

bisa membantu dalam ekonomi.”

(8)

95

Tikus sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan dampak yang dapat terjadi. Kemampuan para produsen dalam melakukan produksi Cap Tikus yang dilakukan di Desa Gosoma Kecamatan Tobelo yang notabene sebagai ibu kota Kabupaten Halmahera Utara telah mulai tersebar di wilayah lain seperti Kecamatan Kao, Kecamatan Galela dan Kecamatan Loloda.

Rekonstruksi nilai terjadi ketika Saguer dan Cap Tikus sama-sama digunakan dalam acara adat, Saguer sisa acara adat biasanya dikembalikan ke produsen untuk diolah kembali menjadi Cap Tikus. Jika tidak ada acara kebudayaan seperti maso minta, panen raya dan kegiatan adat, para produsen lebih memilih mengolah Cap Tikus, dibanding menjual Saguer:

Kalau ada acara adat permintaan Saguer mereka paling 2 jirigen. Kalau tidak ada acara adat saya buat menjadi produk Cap

Tikus untuk bisa membantu karena kadang orang mau kawin itu

kadang 1 bulan tidak tahu orang kawin kan musiman baru tau

orang butuh langsung mereka pakai. Kalau mereka tidak pakai

dalam perkawinan saya buat menjadi produk cap tikus dan saya

jual.”

Dari pernyataan Bapak Hery Moro tersebut, permintaan Saguer memang bersifat musiman, sedangkan permintaan akan Cap Tikus dapat terjadi hampir setiap hari. Dapat dikatakan bahwa terdapat pemahaman konsumen bahwa satu seloki Cap Tikus dapat menambah darah dan semangat kerja, namun hal ini juga tidak secara komprehensif dibenarkan karena satu sloki adalah awal, jika mulai lebih dari itu maka dapat dikatakan telah menjadi candu. Dapat dilihat bahwa perbandingan hasil kandungan alkohol minuman Saguer dan Cap Tikus adalah 1:8, artinya jika Saguer hanya memiliki 5 persen kandungan alkohol, Cap Tikus memiliki 40 persen.

(9)

96

penjualannya sangat cepat maka ketika Cap Tikus itu jadi biasanya langsung diambil oleh penyalur, sehingga tidak nampak jika produsen telah memanipulasi arena. Para produsen Cap Tikus seakan kurang peduli dan hanya mementingkan motivasi ekonomi mereka:

“Saya tidak pernah terlibat karena saya sebagai pembuat saya buat yang penting saya untung. Untung bisa kasih hidup keluarga,

bisa kasih sekolah keluarga. Kalau dengar sosialisasi tentang

Saguer selama ini saya belum dengar dari ketua adat, dari

pemerintah, kadang juga ada dari polisi, kadang juga masih

dilarang kalau dibuat Cap Tikus yang begitu keras.”

Beberapa produsen yang masih berperan sebagai traditional market ini hanya membuat saja, kemudian didatangi oleh konsumen ataupun penyalur Cap Tikus selanjutnya. Mereka melakukan produksinya di hutan-hutan wilayah Halmahera Utara, sehingga proses pendataan dan kontrol dari pemerintah, ketua adat dan polisi sangat terbatas. Para produsen yang memiliki sifat tradisional memahami dampak Cap Tikus, dan pelestarian nilai Saguer, namun mereka hanya mampu melestarikan kemampuan yang dimiliki dan menjualnya untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Produsen Saguer di Halmahera dapat dikatakan telah memanipulasi modal ekonomi berupa pendapatan mereka dari penjualan Cap Tikus yang lebih banyak. Manipulasi modal simbolik, terjadi ketika banyak orang mengetahui bahwa aktor produsen adalah produsen Saguer padahal mereka juga produsen Cap Tikus. Manipulasi modal sosial tampak pada produsen yang telah bekerjasama dengan distributor dan manipulasi modal budaya terletak bahwa para produsen mengindahkan nilai-nilai yang ada pada Saguer dan lebih mementingkan produksi Cap Tikus.

7.3 Peran Aktor dalam Penggunaan Cap Tikus di Halmahera Utara

(10)

97

Saguer seperti Har Dombo menjadi aktor kunci dalam melihat adanya pergeseran makna Saguer di Halmahera Utara. Jika pemuda seperti Har Dombo dapat mengkonsumsi Saguer dan mempengaruhi teman-temannya hal ini secara tidak langsung mereka dapat melestarikan salah satu budaya daerah, namun jika mereka lebih tertarik mengkonsumsi minuman turunan Saguer yang beralkohol tinggi seperti Cap Tikus dan jika sudah mabuk maka sebagai pemuda mereka dapat memicu timbulnya konflik yang sangat dikhawatirkan oleh tokoh-tokoh di Halmahera Utara. Biasanya para pemuda ini menkonsumsi Cap Tikus di ruang yang tidak banyak terlihat. Hal ini dikatakan ketika seorang konsumen lain bernama Engel Pangkey membeli Cap Tikus:

“Kalau untuk Cap Tikus ya anak muda jaman sekarang nakal-nakal. Kalau Cap Tikus ya diibaratkan minuman sekarang kan

mahal to, orang untuk cari mabuk Cap Tikus yang orang bilang

harga yang murah terjangkau juga, kalau Cap Tikus satu botol

minimal Rp 15.000,00, kalau dibilang kalau mau beli bir ya satu

botol bisa 30 ribu atau lebih, nah seperti itu tanggapan saya.”

Gambar 7.2

Pemuda Halmahera Telah Mulai Menyukai Minuman Cap Tikus yang Memiliki Kadar Alkohol tinggi Dibandingkan Saguer

(11)

98

orang yang tau. AKP Ali Noh selaku Kasat Sabhara Polres Halmahera Utara menghimbau agar konsumen dapat melakukan kontrol terhadap Saguer yang telah diolah menjadi Cap Tikus:

“Tanggapan saya tidak apa-apa apabila Saguer yang diminum hanya untuk kegiatan adat dan masih pada batas yang bisa

dikontrol. Namun apabila sudah diluar kontrol maka inilah yang

harus diwaspadai karena saat ini banyak masalah yang terjadi

akibat dari meminum minuman keras.”

Polres Halmahera Utara sendiri telah menerjunkan personel Babinkamtibmas di setiap desa agar dapat melakukan kontrol terhadap penyalahgunaan minuman keras yaitu Saguer yang telah diolah menjadi Cap Tikus. Polres Halmahera sendiri menyadari bahwa minuman keras tradisional yang dikonsumsi di luar acara adat dapat memicu terjadinya konflik horisontal. Motivasi awal mereka menkonsumsi Cap Tikus berawal dari pengaruh teman-teman yang telah lebih dahulu menkonsumsi Cap Tikus. Kekhawatiran pihak kepolisian sebagai aparat pengayom masyarakat bukan tanpa alasan, seorang penyalur bernama Bapak Inu Koda mengungkapkan bahwa mulai dari anak-anak sekolahpun sudah mulai mencoba meminum Cap Tikus:

“Saat ini, kebanyakan anak-anak sekolah yang berada di Tobelo khususnya Gosoma sudah mengkonsumsi minuman ini. Oleh sebab

itu ddibutuhkan kontrol. Saya pun sebagai penjual juga sering

memperhatikan itu karena nantinya akan merugikan banyak

orang.”

(12)

99

Saguer merupakan minuman serba guna, selain dapat langsung dikonsumsi, Saguer juga dapat diolah kembali menjadi Cap Tikus. Dapat dikatakan bahwa Cap Tikus membidik perkumpulan non formal pemuda-pemuda di Halmahera Utara. Dari sisi ini maka semua aktor dapat dikatakan mampu memanfaatkan potensi Saguer jika mereka dapat memahami praksisnya, seperti yang dikatakan oleh Tokoh Agama Mina Rahayan:

“Keberadaan Saguer di Desa Gosoma memang paling bisa diuntungkan oleh keluarga kalau ada Saguer kita bisa untuk di

manfaatkan secara baik menjadi gula, untuk keuntungaan hari

tetapi sebagian masyarakat Gosoma tidak melihat Saguer sebagai

kebutuhan hidup,mereka lebih banyak minum mabuk, tetapi ada

juga manfaat adat budaya dalam perkawinan.”

Kebutuhan hidup yang dimaksudkan oleh Bapak Mina Rahayan adalah bahwa Saguer tidak harus selalu dikaitkan dengan sesuatu yang memabukkan, karena jika masyarakat lebih kreatif maka Saguer dapat dilestarikan dengan baik tanpa harus dijadikan Cap Tikus yang memiliki kadar alkohol yang tinggi. Hal senada juga dikatak oleh Bapak Tomy Panyi salah seorang Tokoh Masyarakat yang ada di Tobelo:

“Menurut saya, sudah ada upaya yang dilakukan baik dari pihak kepolisian dalam menganggulangi dampak negatif maupun pihak

pemerintah dalam hal ini pemerintah desa untuk membangun

kesadaran masyarakat akan Saguer. Hanya saja menurut saya

upaya-upaya tersebut belum berjalan maksimal. Masyarakat belum

terlalu mendukung segala upaya tersebut. Selain itu belum ada

juga pelatihan-pelatihan untuk mengubah Saguer ini untuk menjadi

produk lain.”

(13)

100

penggunaan Saguer tidak hanya selalu dikonsumsi langsung namun dapat pula digunakan untuk mendorong industri hilir kecil yang mampu memproduksi produk turunan Saguer.

Saguer merupakan minuman tradisional yang memang mengandung alkohol namun merupakan alkohol murni. Saguer merupakan minuman yang memiliki nilai-nilai adat simbol budaya. Jika hal ini banyak diketahui dan dipahami oleh generasi muda maka mereka diharapkan dapat membedakan jelas antara Cap Tikus dan Saguer. Sehingga pelestarian Saguer akan menjadi lebih mudah dikarenakan rendahnya minat konsumsi Cap Tikus.

7.4 Peran Aktor dalam Melihat Makna Saguer dan Pergeserannya di Halmahera Utara

(14)

101

Gambar 7.3

Tokoh-Tokoh Masyarakat Halmahera Utara

Hal inilah yang perlu menjadi perhatian tokoh masyarakat dan tokoh adat, Kepala Desa sebagai aparatur pemerintahan dan Kepolisian sebagai pengayom lapisan masyarakat dalam memberikan sosialisasi tentang dampak pergeseran saguer. Namun Bapak Daniel Rahayan sebagai Kepala Desa Gosoma hanya memberikan saran:

“Kalau saya lihat dampaknya lebih baik Saguer ini tidak diproduksi menjadi Cap Tikus karena Cap Tikus ini kan alkoholnya

tinggi, bisa memicu atau bisa menimbulkan konflik. Bagi saya

Saguer saja yang harus dilestarikan diproduksikan jangan menjadi

Cap Tikus karena saguer itu sebagai makna budaya.”

(15)

102

“Padahal pohon seho itu selain dia menghasilkan Saguer dia juga banyak bermanfaat, batang daun untuk sapu lidi dan apa-apa kan

begitu. Jadi kalau orang bisa jaga itu manfaatnya sangat besar itu.

Jadi kalau adik maksud keberadaan itu bagi kita karena belum

terlalu terpengaruh. Saguer itu ada tapi orang belum manfaatkan

itu.”

Tokoh Adat Tobelo berpendapat bahwa sebaiknya para produsen lebih jeli dan pandai memanfaatkan bahan pohon seho menjadi produk berdaya guna lain yang lebih seperti gula, cuka dan lainnya daripada membuat Cap Tikus. Tumbuhan saguer atau aren memiliki keragaman fungsi sosial, ekonomi, dan budaya. Misalnya sebagai bahan upacara adat, bahan obat-obatan, bahan bangunan dan perabotan rumah tangga, sumber bahan pangan, serta pakan ternak. Di Halmahera Utara yang masih memegang teguh tradisi, Saguer merupakan salah satu bahan untuk upacara adat. Tak hanya itu Saguer juga dapat diolah menjadi

gula menurut masayrakat lokal disebut “Gula merah”, yang diperoleh dari sadapan

pohon saguer yang dinamakan nira. Dari saguer inilah kemudain diolah menjadi bentuk gula yang keras dan padat. Inilah yang kemudian sering kita kenal dengan

istilah “gula merah atau gula aren”. Gula merah sendiri biasanya sering

dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam pembuatan masakan ataupun minuman khas.

(16)

103

Gambar

Gambar 7.1 Salah Satu Kios Tradisional Penjual Saguer di Desa Gosoma, Kecamatan
Gambar 7.2 Pemuda Halmahera Telah Mulai Menyukai Minuman Cap Tikus yang
Gambar 7.3 Tokoh-Tokoh Masyarakat Halmahera Utara

Referensi

Dokumen terkait

Upaya preventif dilakukan untuk menutup celah yang ada di diri pelaku dan lingkungan untuk melakukan kejahatan penculikan bayi di rumah sakit dengan membuat

Hari Jumat tanggal 15 Januari 2016 peneliti menyerahkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) penelitian untuk dikonsultasikan. Hari ini juga mengambil soal tes yang

Dengan demikian, ekstrak daun mangrove (S. alba) yang digunakan dalam pengujian antibakteri secara kualitatif dapat dikategorikan sebagai bahan yang mampu menghambat

Selain itu dengan mempertimbangkan Hasil Pemeriksaan Tim Asesmen Terpadu dengan hasilkesimpulan bahwa Tim Medis Asesmen menyatakan terperiksa (pelaku)

Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik , dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama.. Yogyakarta:

Isu adalah suatu hal atau trending topic yang sedang di bicarakan saat ini yang bersifat kekinian, atau sementara tetapi jika di respon dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan

Ada beberapa hambatan dalam upaya penanggulangan kejahatan kasus pemalsuan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor(BPKB). Diantaranya kurangnya pemahaman Lembaga Penjaminan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam hal ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh metode mathemagics terhadap hasil belajar siswa kelas IV di MI MISRIU