• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan praktikum teknologi pengolahan p (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan praktikum teknologi pengolahan p (1)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Stabilitas Antioksidan dalam Buah Berry terhadap Temparatur Refrigrator (Suhu Dingin)

Antioxidant stability of small fruits in postharvest storage

at room andrefrigerator temperatures

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Teknologi Pengolahan Pangan II

DISUSUN OLEH:

Tety Heryanti (A1M013021) Lia Indah Farchah (A1M013022) Mega Ambarwati (A1M013023) Dewi Rizqiyati (A1M013024)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

(2)

I. PENDAHLUAN a. Latar Belakang

Pendinginan merupakan salah satu upaya untuk menjaga kualitas produk serta memperpanjang umur simpan. Pendinginan dapat menghambat terjadinya respirasi yang terjadi pada produk pertanian pasca panen serta menghambat pertumbuhan mikrobia yang merugikan. Sebagian masyarakat hanya mengetahui bahwa pendinginan hanya berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan mikrobia pembusuk serta memberikan efek memperpanjang umur simpan produk bahan pangan, namun dewasa kini telah diketahui bahwa pendinginan juga mampu mempertahankan nilai-nilai gizi yang ada dalam bahan pangan. Salah satu komponen gizi yang mudah rusak adalah antioksidan. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit namun keberadaan antioksidan ini sangat diperlukan oleh tubuh.

(3)

lain mencatat fluktuasi yang signifikan dalam kapasitas antioksidan dari buah-buahan dan sayuran dalam penyimpanan, dan bahkan meningkat setelah beberapa hari dalam penyimpanan pada suhu kamar (Kevers et al., 2007), tampak bahwa tidak ada Jawaban sederhana untuk pertanyaan itu. Reaksi kompleks yang terjadi dalam buah pada periode pascapanen, dapat memfasilitasi pembentukan senyawa dengan kapasitas antioksidan ditingkatkan, bahkan pada titik ketika atribut buah (rasa, bau, penampilan dan tekstur) telah secara signifikan memburuk. Penelitian yang lebih luas dalam hal ini bidang diperlukan sebelum rekomendasi ilmiah didirikan tentang suhu penyimpanan makanan yang optimal dapat dilakukan.

Pada makalah ini akan dibahas jurnal “Antioxidant stability of small fruits in postharvest storage at room and refrigerator temperatures” yang mana tujuan utama dari jurnal tersebut adalah untuk memantau stabilitas senyawa fenolik (Total fenol (TP), jumlah flavonoid (TF) dan Total anthocyanin (TA), serta perubahan dalam kapasitas antioksidan tiga buah berry (stroberi, raspberry dan kismis merah) dan dua drupes (ceri dan ceri asam) selama pascapanen buah penyimpanan pada suhu kamar (25 ° C) dan dalam lemari es (4 ° C). Penggunaan jurnal pada pembuatan makalah ini didasarkan atas tema makalah kami yaitu “Pendinginan” sedangkan untuk variabel antioksidan pada judul makalah ini dikarenakan untuk menambah wawasan bahwa apakah pendinginan juga berpengaruh terhadap kapasitas antioksidan.

b. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui stabilitas antioksidan pada proses pendinginan

2. Untuk mengetahui perubahan kapasitas antioksidan dalam buah berry yang disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin

(4)

1. Antioksidan

Antioksidan adalah substansi yangdiperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, proetin , dan lemak. Antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang Manfaat antioksidan bagi kesehatan dan kecantikan, misalnya untuk mencegah penyakit kanker dan tumor, penyempitan pembuluh darah, penuaan dini, dan lain-lain. Dalam produk pangan, antioksidan dapat digunakan untuk mencegah yaitu antioksidan preventif (enzim superoksidadismutase, katalase, dan glutation peroksidase), antioksidan primer (vitamin A, fenolat, flavonoid, katekin, kuersetin), dan antioksidan komplementer (vitamin C, β-karoten, retinoid).

Antioksidan yang dibentuk di dalam tubuh dan juga didapat dari makanan seperti buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, daging dan minyak. Ada dua garis pertahanan antioksidan di dalam sel. Garis pertahanan pertama, terdapat di membran sel larut lemak yang mengandung vitamin A (betakaroten) E, dan koensim Q.

(5)

Antioksidan endogen merupakan antioksidan yang dapat disintesis oleh tubuh.

Katalase merupakan senyawa hemotetramer dengan kofaktor Fe, dandapat ditemukan pada hewan maupun tumbuhan. Katalase dapat mengkatalisisberbagai peroksida dan radikal bebas menghasilkan oksigen dan air. Superoksidaadalah kelas enzim oksidoreduktase yang berfungsi mengatalisis substrat organik dengan H2O2 dan mereduksinya menjadi H2O.

 Peroksidase

Peroksidase merupakan hemoprotein yang terdapat pada organismeprokariotik dan eukariotik. Glutation peroksidase (GPx) adalah salah satu jenis enzimperoksidase yang mengandung selenium (Se) pada sisi aktifnya. Enzim ini bekerjadengan cara memecah H2O2 dan berbagai lipid peroksida dengan mereduksinyamenjadi H2O. Proses tersebut melibatkan reaksi redoks dari glutation tereduksi(GSH).

2. Buah Berry

Berry merupakan istilah untuk sebutan jenis buah-buahan yang berukuran kecil. Buah berry ini banyak dijumpai di wilayah yang berikllim subtropis, namun pada iklim tropis juga dapat dijumpai. Adapun jenis berry yang akan dibahas pada makalah ini adalah :

1. Strawberry

(6)

Menurut Kurnia (2005), tanaman stroberi dalam dunia tumbuh-tumbuhan ditampakkannya. Buah ini mudah dibudidayakan, umur panennya singkat serta murah, tetapi tingkat konsumsi relatif kurang. Peningkatan nilai guna buah arben dapat dilakukan, salah satunya dengan mengekstrak pigmen antosianinnya guna diaplikasikan pada produk pangan. Ekstraksi pigmen dari buah arben telah dilakukan oleh Natalia (2005) dengan menggunakan pelarut organik asam tartarat 0,75%

3. Kismis Merah

Kismis merah merupakan kismis yang berwarna merah. Kismis sendiri adalah anggur hitam yang berbentuk kecil-kecil dan dikeringkan. Mutu kismis yang baik harus tebal, bundar, berisi (berdaging) dan bersih serta memiliki ukuran yang seragam. Proses pengeringan buah anggur dapat dilakukan secara alami dengan sinar matahari atau menggunakan oven. Proses pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air 15-18 g dan kadar gula 68-70 g per 100 g.

3. Buah durpe

(7)

mengelilingu biji. Buah batu meliputi: Zaitun, Plum, Persik, Ceri, Bayberi, Kelapa,Buahdarigenis Celtis famili Cannabaceae

Dalam makalah ini jenis buah durpe yang akan dibahas adalah ceri, adapun tinjauan pustaka tentang ceri adalah sebagai berikut :

Ceri adalah kelompok tumbuhan maupun buahnya anggota marga Prunus. Ceri tidak mencakup satu jenis saja, tetapi ada beberapa, seperti P. cerasus, P. avium, dan P. emarginata. Buah ceri mengandung antosianin, yaitu pigmen warna merah yang baik untuk kesehatan karena merupakan antioksidan. Selain itu, rutin mengkonsumsi buah ceri setiap hari dapat menurunkan jumlah kadar asam urat dalam tubuh, bahkan dapat menyembuhkan pirai.

Ceri merupakan buah dari pohon sakura (bahasa Jepang: sakuranbo). Buah ceri yang masih muda berwarna hijau dan buah yang sudah masak berwarna merah sampai merah tua hingga ungu. Walaupun bentuknya hampir serupa dengan buah ceri kemasan kaleng, buah ceri yang dihasilkan pohon sakura ukurannya kecil-kecil dan rasanya tidak enak sehingga tidak dikonsumsi.

Ada berbagai spesies ceri, di antaranya : 1. P. cerasus,

2. P. avium,

3. P. emarginata, dan lain-lain.

(8)

Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-ratayang digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan biasanya antara - 1°C sampai 4°C. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akanterhambat.Pendinginan biasanyaakan mengawetkanbahan pangan se lama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis bahan pangann ya. Pendinginan yang biasa dilakukan di rumah-rumah tanggaadalah dalam lemari es yang mempunyai suhu -2°C sampai 16°C (Rusendi, 2010). Tujuan penyimpanan suhu dingin (cold storage) adalah untuk mencegahkerusakan tanpa mengakibatkan pematangan abnormal atau perubahan yang takdiinginkan sehingga mempertahankan komoditas dalam kondisi yang dapatditerima oleh konsumen selama mungkin (Tranggono, 2008)

Sedangkan menrut Winarno 2009, pendinginan atau refrigerasi adalah proses pengambilan panas dari suatu bahan sehingga suhunya akan menjadi lebih rendah dari sekelilingnya. Bila suatumedium pendingin kontak dengan benda lain misalnya bahan pangan, maka akanterjadi pemindahan panas dari bahan pangan tersebut ke medium pendingin sampai suhu keduanya sama atau hampir sama

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendinginan yaitu : 1. Suhu

2. Kualitas bahan mentah : Sebaiknya bahan yang akan disimpan mempunyai kualitas yang baik

3. Perlakuan pendahuluan yang tepat. Misalnya pembersihan atau pencucian atau blanching

4. KelembabanUmumnya RH dalam pendinginan sekitar 80– 95 %. Sayur-sayurandisimpan dalam pendinginan dengan RH 90 – 95

5. Aliran udara yang optimum.

Distribusi udara yang baik menghasilkan suhu yang merata di seluruhtempat pendinginan, sehingga dapat mencegah pengumpulan uap airsetempat (lokal). (Winarno, 2009)

Supernatan adalah cairan (larutan) diatas selapis zat padat yang telah terpisah dan mengendap dari cairan itu yang meruoakan hasil dari proses sentrifugasi (Pudjaatmaka, 2002)

(9)

Sampel buah

Pohon buah-buahan dan semak sampel untuk percobaan ini ditanam di Varaždin county, Kroasia utara. Buah diperoleh dari produsen pada saat masak/matang dan sampel dipanen dan segera diangkut ke laboratorium untuk analisis. Penanganan yang diberikan agar tidak menimbulkan kerusakan buah sesaat setelah dipanen, untuk mencegah kerusakan respon dan produksi phytoalexins. Pertama analisis dilakukan dalam waktu 24 jam setelah panen dan buah yang tersisa dipisahkan dan mengalami dua penyimpanan yang berbeda suhu, 25 ° C (suhu kamar) dan 4 ° C (kulkas).

Sampel diambil untuk analisis kuantifikasi total fenol, Total anthocyanin, jumlah flavonoid serta kapasitas antioksidan. Penyimpanan dihentikan dan percobaan berakhir ketika buah disajikan pembusukan visual. Lama penyimpanan dan bagian buah dianalisis ditunjukkan

pada Tabel 1.

2.3. Ekstraksi

(10)

Multifuge 3S-R (Kendro, Jerman). Supernatan telah dihilangkan, dan pelet itu di ekstraksi ulang dengan 10 ml pelarut ekstraksi, dikocok selama 15 menit dan disentrifugasi menggunakan prosedur yang sama. Dua supernatan yang diperoleh dari setiap bagian 5 g dikumpulkan, dan 70% dari volume adalah menguap pada suhu 30 ° C (Buchi, Swiss). Volume kemudian disesuaikan dengan 20 ml dengan air dan semua analisis dilakukan dengan hari yang sama.

2.4. Fitokimia

2.4.1. Jumlah konten fenol

Isi TP di ekstrak ditentukan secara spektrofotometri, menggunakan metode Folin Ciocalteu-(Singleton & Rossi, 1965) disesuaikan dengan volume kecil. Volume reagen ditambahkan adalah proporsional berkurang sehingga volume reaksi akhir sebesar 2 mL dan bisa disiapkan di cuvettes plastik sekali pakai. Asam galat yang digunakan sebagai larutan standar dan hasilnya dinyatakan dalam miligram setara asam galat per 100 g berat basah (mg GAE / 100 g FW).

2.4.2. Total kandungan flavonoid

Jumlah konten TF dari ekstrak tanaman ditentukan untuk uji kolorimetri assay (Zhishen, Mengcheng, & Jianming, 1999). Catehin digunakan sebagai larutan standar dan hasilnya dinyatakan dalam miligrams dari setara catechin per 100 g segar Berat (FW) (mg CE / 100 g FW).

2.4.3. Jumlah konten antosianin

Kuantifikasi antosianin dilakukan oleh Metode pH-diferensial (Giusti & Wrolstad, 2001). Perhitungan anthocyanin Konsentrasi didasarkan pada cyanidin-3-glucoside yang hilang molarnya koefisien 26,900 dan massa molekul 449,2 g / mol. Hasilnya dinyatakan dalam miligrams (mg) dari eqivalents cyanidin-3-glucoside (CGE) per 100 g berat basah (FW).

2.5. Kapasitas antioksidan

2.5.1. Ferri mengurangi / uji kekuatan antioksidan (FRAP assay)

(11)

yang diperoleh dari tiga ulangan ekstraksi, dinyatakan dalam mmol FeSO4 · 7H2O per 100 g dari berat segar (mmol Fe2 + 100 g FW).

2.5.2. DPPH • uji radikal

Kapasitas radikal ditentukan sesuai dengan Metode yang digariskan oleh Brand-Williams, Cuvelier, dan Berset (1995). Sebuah kurva kalibrasi disiapkan, menggunakan Trolox (6-hidroksi-2,5,7,8- tetramethylchromane-2-karboksilat asam) dan hasilnya dinyatakan sebagai dalam Trolox setara per 100 g berat basah (Mmol TEAC / 100 g FW).

2.5.3. ABTS • + uji radikal

The Trolox equivalen kapasitas antioksidan (TEAC) dari ekstrak juga diperkirakan dengan ABTS • + kation radikal uji dekolorisasi (Re et al., 1999). Kurva kalibrasi disiapkan, dengan menggunakan 6-hidroksi-2,5,7,8-tetramethylchromane-2-karboksilat asam (Trolox) dan Hasil rata-rata dari 3 ulangan ekstraksi yang dinyatakan dalam mmol Trolox setara per 100 g berat basah (mmol TEAC / 100 g FW).

2.6. Analisis statistik dan matematika

Semua nilai-nilai numerik merupakan sarana tiga ekstraksi ± standar deviasi (SD). ANOVA satu arah (dilakukan di SigmaStat 3,5) digunakan untuk menentukan apakah efek waktu penyimpanan dan Suhu pada konten fitokimia dan kapasitas antioksidan yang signifikan. Perbedaan di pb0.05 dianggap signifikan.

(12)

Tabel 1.waktu penyimpanan sebelum kerusakan buah

Tabel 2. Total Kandungan Fenol

(13)

Tabel 4. Total Kandungan Antosianin

B. Pembahasan

(14)

Tabel.2 menunjukkan total kandungan fenol dalam buah yang disimpan pada 4 dan 25°C. Kismis merah dan stroberi menunjukkan angka tertinggi (322,40 ± 5,56 dan 335,47 ± 6,12 mg GAE / 100 g FW, masing-masing) dan mempertahankan kandungan fenol tertinggi di hampir semua titik pengukuran seluruh penyimpanan. Selain faktor genotip, kondisi pertumbuhan (Jenis tanah, paparan sinar matahari dan tingkat kelembaban) dapat secara signifikan mempengaruhi sintesis fitokimia dalam buah-buahan, (Strack, 1997).

Untuk kandungan total flavonoid pada tabel.3 ditunjukkan bahwa ceri asam meiliki nilai yang paling tinggi (101,75 ± 1,42 mg CE / 100 g FW), diikuti oleh stoberi (95,85 ± 1,75 mg CE / 100 g FW) dan kismis merah (92,11 ± 1,59 mg CE / 100 g FW). Dari hasil jumlah kandungan fenol dan jumlah kandungan flavonoid terlihat perbedaan yang sangat signifikan, hal tersebut menunjukkan bahwa flavonoid tidak selalu memberikan kontribusi terhadap fenolik pada keseluruhan buah yang dianalisis.

Konsentrasi antosianin pada tabel.4 ditunjukkan bahwa stoberi memiliki nilai yang paling tinggi (30,25 ± 0,72 mg CGE / 100 g FW) dan diikuti oleh ceri asam (27,21 ± 1,55 mg CGE / 100 g FW), diikuti oleh kismis merah (23,62 ± 2,06 mg CGE / 100 g FW). Konsentrasi antosianin diukur sesuai dengan literatur Froman sebelumnya, dimana total kandungan antosianin dalam empat kultivar cherry asam dari Kroasia berkisar dari 2,7-28,0 mg / 100 g FW (Simunic, Kovac, gaso-Sokac, Pfannhauser, & Murkovic, 2005). Para penulis melaporkan cyanidin-3-glucosylrutinoside dan cyanidin-3-rutinosida menjadi jenis antosiannin yang paling menonjol dalam analisis ceri asam Kroasia.

B. Efek durasi penyimpanan pada kandungan fitokimia dan antioksidan

(15)

Nilai rata-rata untuk total fenol (TP), jumlah flavonoid (TF) dan total anthocyanin (TA) untuk masing-masing varietas buah dan Interval penyimpanan ditunjukkan pada Gambar. 1-3. Kismis merah dan strawberi menunjukan konten TP tertinggi saat panen dan di akhir penyimpanan pada 4 ° C, sedangkan kismis merah menunjukan perubahan TP yang tidak berarti di akhir penyimpanan pada 25 ° C (322,40 ± 5,56 mg GAE / 100 g FW vs 323,15 ± 12,52 mg GAE / 100 g FW). Total fenol (TP) semua buah pada suhu ruang di akhir penyimpanan meningkat secara signifikan dibandingkan dengan nilai-nilai pada saat panen. Kevers et al. (2007) melaporkan stabilitas relatif dari TP buah-buahan dan sayuran segar selama penyimpanan di suhu ruang dan suhu refrigerator, dan peningkatan kandungan TP dari daun bawang dan asparagus yang disimpan pada suhu 4 ° C.

Konsentrasi antosianin pada saat panen dari yang paling tinggi terdapat pada stroberi (30,25 mg ± 0,72 CGE / 100 g FW), ceri asam (27,21 ± 1,55 mg CGE / 100 g FW) dan kismis merah (23,62 ± 2,06 mg CGE / 100 g FW), kemudian pada akhir penyimpanan kedua suhu (25 ° C dan 4 ° C ) TA buah ini meningkat, kecuali pada stroberi dan ceri asam yang menurun konsentrasinya ketika disimpan pada suhu kamar.

Analisis TF (total flafonoid) dilakukan dengan memisahkan buah menjadi dua kelompok pada saat panen. Ceri asam, stroberi dan kismis merah termasuk dalam kelompok yang tinggi kandungan flavonoidnya (dengan TF di 90-100 mg CE / 100 g berbagai FW) sedangkan ceri dan raspberry menunjukkan konten TF yang secara signifikan lebih rendah (di 30-60 mg CE / 100 g kisaran FW). Sekali lagi, flavonoid tetap agak stabil sepanjang penyimpanan di kedua suhu, kecuali pada raspberry dan kismis merah yang disimpan pada suhu 25 ° C di mana terjadi penurunan yang signifikan (melebihi 24%) dalam konten TF pada akhir penyimpanan. Temuan ini sesuai dengan penulis lain yang mengamati stabilitas atau peningkatan isi TF selama penyimpanan dari berbagai buah-buahan termasuk apel (Van der Sluis, Dekker, de Jager, & Jongen, 2001) plum, aprikot dan anggur (Kevers et al., 2007).

(16)

dan raspberry, serta kelompok rendah antioksidan ceri dan ceri asam). Satu-satunya pengecualian adalah raspberry yang menunjukan aktivitas antioksidan tertinggi pada uji DPPH (1,23 ± 0,02 mM TEAC / 100 g FW) dan aktivitas yang agak rendah pada tes FRAP dan ABTS (masing-masing 1,87 ± 0,01 mmol Fe / 100 g FW dan 1,84 ±0,16 mM TEAC / 100 g FW,). Kandungan TP rendah ditunjukan oleh raspberry dibandingkan dengan kedua stroberi dan curranst merah, yang menunjukkan bahwa antioksidan non-fenolik (vitamin C dan karotenoid) secara signifikan berkontribusi terhadap aktivitas antiradikal DPPH nya.

Raspberry menunjukkan kandungan askorbat yang tinggi (Kalt et al., 1999) dan lutein serta α-karoten (Marinova & Ribarova, 2007) dibandingkan dengan buah berry lainnya. Kedua asam askorbat dan karotenoid bereaksi dengan radikal DPPH (Jiménez-Escrig, Jiménez- Jiménez, Sanchez-Moreno, & Saura-Calixto, 2000).

kapasitas antioksidan dievaluasi oleh tiga tes dan ditampilkan pada Gambar. 1-3, yang mencerminkan perubahan sementara Komposisi fitokimia buah pada saat penyimpanan. Meskipun besar fluktuasi kapasitas antioksidan tercatat mengalami penurunan sementara dan diikuti oleh peningkatan DPPH dan ABTS antiradical pada buah yang disimpan pada suhu kamar. Kapasitas antioksidan menurun secara signifikan hanya pada ceri dan strawberi pada akhir penyimpanan.

C. Efek suhu pada fitokimia konten dan antioksidan

Dari analisis diketahui bahwa penyimpanan pada suhu 25 ° C menjadikan buah lebih cepat busuk daripada penyimpanan pada suhu 4 ° C. Buah-buahan yang disimpan pada suhu 4 ° C rata-rata memiliki umur simpan yang lebih lama yaitu 9,2 hari lebih awet dari buah yang disimpan di suhu 25 ° C.

(17)

jumlah kandungan fenol dan flavonoid memiliki nilai yang lebih tinggi pada penyimpanan 4 ° C dibandingkan penyimpanan pada suhu 25°C .

Di sisi lain, penyimpanan lama pada suhu 4 ° C terbukti memfasilitasi akumulasi antosianin sehingga semua buah (kecuali merah kismis) memiliki total antosianin lebih tinggi dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu 25 ° C. Ada kemungkinan bahwa buah yang disimpan pada suhu 25 ° C akan memiliki kandungan antosianin lebih banyak jika proses pembusukan tidak terjadi pada awal penyimpanan. Menurut ketiga tes aktivitas antioksidan yang telah dilakukan sebagian besar buah yang disimpan pada 4 ° C memiliki nilai aktivitas antioksidan sedikit lebih tinggi pada akhir penyimpanan.

(18)
(19)
(20)
(21)

PENUTUP a. Kesimpulan

 Stabilitas antioksidan sedikit lebih meningkat pada akhir penyimpanan produk hanya pada buah raspberry .

 Perubahan kapasitas antioksidan diantara buah berry terjadi pada suhu pendinginan yaitu 4⁰C dimana suhu memfasilitasi antioksidan mengalami sedikit peningkatan pada akhir penyimpanan dibandingkan dengan penyimpanan suhu ruang 25⁰C karena buah tidak cepat busuk pada suhu dingin.

b. Saran

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, S. 2010. Berkebun Stroberi Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta

Kumalaningsih, Sri, 2007. Antioksidan Alami-Penangkal Radikal Bebas, Sumber, Manfaat, Cara Penyediaan dan Pengolahan. Surabaya: Trubus Agrisarana.

Kurnia, A. 2005. Petunjuk Praktis Budidaya Stroberi. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Natalia, D. 2005. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Pelarut Organik Terhadap Total Antosianin dari Ekstrak Pigmen Alami Buah Arben (Rubus idaeus (Linn.)). Skripsi. Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

Pudjaatmaka, A. Hadyana. 2002. Kamus Kimia cetakan ke-2. Balai pustaka: Jakarta

Rusendi, Dadi. Sudaryanto. Nurjannah, Sarifah. Widyasanti, Asri. Rosalinda,S.2010. Penuntun Praktikum MK . Teknik Penanganan Hasil Pertanian.Unpad.

Tamat, S. R., Wikanta, T., & Maulina, L. S. (2005). Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Senyawa Bioaktif dari Ekstrak Rumput Laut Hijau Ulva reticulata Forsskal. METODE.

Tranggono dan Sutardi. 2008. Biokima dan Teknologi Pasca Panen. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Winarno, F.G. 2009.Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Winarsi, H. (2005). Antioksidan Alami Dan Radikal. Kanisius.

(http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125156-R20OB434%20Daya%20antimikroba-Literatur.pdf)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Buah_buni).

(23)

Gambar

Tabel 1.waktu penyimpanan sebelum kerusakan buah
Tabel 4. Total Kandungan Antosianin

Referensi

Dokumen terkait

maka diterima dan ditolak artinya tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang dengan menggunakan

Penerapan prinsip olah geometri batang dan lempeng pada arsitektur dekonstruksi dengan material beton bertulang harus dibarengi dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam

Hal tersebut ditunjukan dengan data efisiensi removal pada bak pengendap per-tama dan grit chamber yang memiliki nilai melebihi standar, sehingga air limbah yang

“ Intuition ” itu sama dengan ” knowing how ” adalah conjecture yakni cara mengenal obyek secara relatif, tidak terukur yang didapat dari pengalaman. Ketika

jigsaw dan STAD di kelas VIII A dan VIII D MTsN Tulungagung Tahun Ajaran 2014/2015 (taraf 5%) Hipotesis ditolak karena nilai signifikansi 0,05 yaitu 0,16

Pengolahan data–data primer dan sekunder yang telah diperoleh digunakan untuk menghitung besarnya emisi GRK yang berasal dari aktivitas pengelolaan sampah yaitu berupa

Begitupun dengan Pangandaran dan wilayah disekitarnya, yang terbentuk oleh kedua tenaga tadi.Namun, tenaga yang paling dominan membentuk kawasan

Dalam pengkajian Doengoes ( 1999 ) meliputi aktivitas dan latihan, eliminasi, kebiasaan BAB dan BAK, makan dan cairan meliputi kebiasaan makanan dan minuman