65 BAB VI
MENGUKUR GERAKAN PERLAWANA PEDAGANG TERHADAP INDOMART
6.1 Output Gerakan Perlawanan Pedagang VS Indomart
Konsep gerakan sosial merupakan suatu konsep sosial yang berkembang
dan digerakan oleh kelompok sosial tertentu yang dasari oleh tekanan-tekanan
yang lahir dari kelompok-kelompok superior, dari tekanan-tekanan tersebut akan
menciptakan keluhan-keluhan dari kelompok yang merasa tertekan maupun
dirugikan. Menurut Joe Fowerker mengutif Mouffe menjelaskan faktor keluhan
dimaksudkan berupa perampasan, kehilangan, kerugian, dan kerusakan dalam bentuk “baru” yang dialami secara kolektif, sehingga mendorong sosial baru dalam konteks makro (negara) maupun mikro (local). Keluhan kolektif seperti ini
berupa sub-ordinasi kapitalisme, komersialisasi kehidupan sosial, yang
mengkooptasi kehidupan sosial, ekonomi, maupun birokrasi. (situmorang, 2013).
Gerakan perlawanan kelompok pedagang pasar cengek terhadap pihak
Indomart secara sederhana dapat dilihat beberapa hasil akhir dari gerakan tersebut,
yakni para pedagang dan pihak Indomart menyepakati beberapa poin kesepakan
sebagai solusi penyelesain konflik antara pedagang dan pihak Indomart1, dalam
proses ini gerakan protes kolektif para pedagang dapat dikatakan berhasil,
dikarenakan mampu mempengaruhi pihak Indomart untuk menyepakati
tuntutan-tuntutan kelompok pedagang, namun di lain sisi gerakan protes kolektif dapat juga
di nilai gagal. Hal ini dikarenakan kesepakatan bersama antara para pedagang dan
pihak Indomart tidak sepenuhnya di jalankan (terabaikan).
Kesepakatan yang terabaikan tersebut menjadi indicator sederhana dalam
mengukur kegagalan atau output akhir dari gerakan protes kolektif para pedagang
tradisional pasar Cengek. Dimana pihak indomart mampu menciptakan strategi
“bela bambu” dengan mengakomodir beberapa actor gerakan dari kelompok
1
66 pedagang pasar tradisional Cengek untuk mendukung aktifitas Indomaret di
Tingkir Tengah.
Indicator-indikator di atas merupakan tolok ukur lain dalam melihat kegagalan
gerakan kolektif para pedagang pasar tradisional Cengek dalam melakukan
perlawanan terhadap pihak Indomart.
Dengan adanya konflik internal dalam kelompok pedagang, secara
otomatis akan mempengaruhi pada kelanjutan-kelanjutan gerakan protes kolektif
kedepannya, hal dikarenakan kekuatan actor telah pelemahan yang sebabkan oleh
retaknya solidaritas internal kelompok gerakan. Situasi konflik internal para actor
yang berpengaruh pada melemahnya gerakan protes kolektif, di manfaatkan pihak
Indomart untuk keluar dari kesepakatan-kesepakan awal dan kembali membuka
aktifitas jual beli Indomart di Tingkir Tengah.
“Kesimpulan dari gerakan kemarin bagi saya tidak belum sesuai target, tapi cukup menjadikan suatu perhatian semua pihak (Pemerintah dan Indomart) untuk memberdayakan pasar atau toko tradisional di Tingkir Lor di tengah-tengah menjamur pasar moderen di Kota Salatiga, karena kami merasa kwatir lama kelamaan pasar tradisional akan tergerus di Salatiga. gerakan kemarin sebenarnya bisa untuk diteruskan, namun karena kondisi tim yang sudah tidak solid dan mulai keluar dari komitmen awal, belum lagi kepentingan politik yang begitu kuat, (jenengan taulah
kemarin momentum awal-awal pilkada) 2
Mengacu pada kondisi tersebut terdapat dua faktor mendasar yang menjadi
faktor pendorong melemahnya gerakan protes kolektif pedagang pasar tradisonal
Cengek terhadap Indomart, yakni faktor internal, di mana kekuatan para aktor
gerakan mulai melemah dipengaruhi oleh idealismen para aktor yang sebagian
tetap berada dalam komitmen awal dan sebagianya mulai berafiliasi dengan
pihak Indomart atas berbagai konpensasi yang ditawarkan oleh pihak Indomart,
dan faktor eksternal, dimana kondisi birokrasi yang menutup mata dengan
persoalan yang terjadi oleh pedagang pasar tradisional Cengek dengan pihak
Indomart dalam gerakan perlawanan penolakan Indomart di Tingkir Tengah.
2
67 6.2 Refleksi Penilitian (Kontekstasi Mobilisasi Konsensus dan Mobilisasi Aksi Yang Pengaruhi Kebutuhan Ekonomi)
Gerakan perlawanan kelompok pedagang pasar tradisional Cengek
terhadap pihak Indomart di Tingkir Tengah, termasuk dalam gerakan
protes-protes kolektif yang menempuh langkah-langkah yang hampir sama dalam
gerakan protes-protes kolektif pada tataran yang lebih makro (Negara). Dimana
setiap gerakan protes kolektif membutuhkan mobilisasi, baik mobilisasi
konsensus maupun mobilisasi aksi.
Berhasil dan tidaknya suatu gerakan protes kolektif sangat tergantung
terhadap dua mobilisasi tersebut. Kondisi yang terjadi dalam gerakan perlawanan
pedagang pasar Tradisional Cengek terhadap pihak Indomart merupakan gerakan
yang sarat dengan kepentingan ekonomi. Artinya para pedagang pasar melihat
eksistensi pasar tradisonal Cengek merupakan keberlangsungan masa depan
(sumber penghasilan) para pedagang dalam menopang kebutuhan sehari-hari
pedagang, sedangkan pihak Indomart memaknai usaha Indomart juga dalam
posisi yang sama, yakni garai Indomart di Tingkir Tengah merupakan sumber
pengahasilan untuk perusahan dan pemilik saham. Berangkat dari hal tersebut
terdapat dua kepentingan besar yang saling bersinggungan antara kepentingan
pedagang pasar dan pihak Indomart.
Kepentingan-kepentingan tersebut secara otomatis akan bertarung dan
sangat ditentukan oleh kekuatan sumber daya, baik finansial maupun yang
lainnya dari pedagang maupun pihak Indomart. Dan hasil akhir yang nampak
pada permukaan dalam gerakan perlawanan pedagang terhadap pihak Indomart
adalah kemenangan pihak Indomart dalam pertarunagan dinamika gerakan
tersebut.
Persoalan ini secara jelas di sebabkan oleh terpecanya aktor gerakan yang
68 Indomart berdasarkan konpensasi material tertentu, pada titik ini dapat di
simpulkan, dimana kekuatan ekonomi pada akhirnya menjadi kunci penentu