• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronis pada Pasien yang Menjalani Terapi Haemodialisa di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor Risiko Gagal Ginjal Kronis pada Pasien yang Menjalani Terapi Haemodialisa di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2013"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit kronis umumnya terjadi pada mereka yang telah cukup lama untuk

mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

penyakit kronis. Kenyataannya, sebagian besar penyakit kronis terjadi pada semua

usia, walaupun kebanyakan diantaranya terjadi pada tahap kehidupan lanjut

(Timmreck, T.C., 2004)

Perubahan pola penyakit tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap

terjadinya transisi epidemiologi, dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit

tidak menular. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2005 proporsi kesakitan dan kematian di dunia yang disebabkan oleh penyakit tidak

menular sebesar 47% kesakitan dan 54% kematian, dan diperkirakan pada tahun 2020

proporsi kesakitan ini akan meningkat menjadi 60% dan proporsi kematian menjadi

73%. Menurut WHO, pada tahun 2008 terdapat 57 juta kematian di dunia, dimana

Proportional Mortality Rate (PMR) penyakit tidak menular di dunia adalah sebesar 36 juta (63%).

Data yang diperoleh dari penelitian Arlija,L., (2006) yang mengutip berita di

Amerika Serikat jumlah penderita Gagal Ginjal Kronis (GGK) mengalami

peningkatan dari 166.000 penderita pada tahun 1990 menjadi 372.000 penderita tahun Balitbangkes (2008) melaporkan bahwa PMR penyakit tidak menular

(2)

2000. Diperkirakan pada tahun 2010 angka penderita ini akan menjadi 650.000

penderita. Di Jepang, jumlah penderita GGK dari tahun 1996 sampai tahun 2000

meningkat dari 167.000 penderita GGK menjadi lebih dari 200.000 penderita. Di

Benua Afrika prevalensi diestimasi 3-4 kali lipat dari negara maju. Cause Spesific

Death Rate GGK diperkirakan mencapai 200/ 1.000.000 penduduk Afrika. (Haroun,

M.K.,et al, 2003)

Menurut WHO (2008) dan Global Burden of Disease (GDB) penyakit ginjal menyebabkan 163.275 kematian setiap tahunnya (WHO, 2008). Jumlah pasien GGK

prevalensinya semakin meningkat, diperkirakan Tahun 2025 di Asia Tenggara,

Mediterania dan Timur Tengah serta Afrika mencapai lebih dari 380 juta orang, hal

tersebut dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan penduduk, peningkatan proses

penuaan, urbanisasi, obesitas, dan gaya hidup tidak sehat (Anonim, 2010)

Pada tahun 1999 di Amerika Serikat prevalensi GGK pada anak yang

mengalami terapi pengganti ginjal sebesar 53/ 1.000.000 anak. Menurut data yang

diperoleh dari United States Renal Data System (USRDS) , dari tahun 1990 sampai 2001 di Amerika Serikat prevalensi GGK yang disebabkan diabetes meningkat dari

171/ 1.000.000 penduduk menjadi 503/ 1.000.000 penduduk.

Pada penelitian di 7 rumah sakit Pendidikan Dokter Spesialis Anak di

Indonesia pada tahun 1984-1988, didapatkan bahwa dari 2.889 anak yang dirawat

dengan penyakit ginjal ada 2% yang menderita GGK. Di RSCM (Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo) Jakarta antara tahun 1991-1995, dari 668 anak penderita penyakit

(3)

penyakit ginjal yang berobat jalan terdapat 2,6% yang menderita GGK.(Noer, MS,

2006).

Menurut Survei Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia pada tahun 1990 -

1992 menunjukkan bahwa 13% dari sekitar 50.000 pasien rawat inap di Rumah Sakit

seluruh Indonesia menderita gagal ginjal dan hipertensi.(Noer, MS, 2006)

Di Indonesia, penyakit GGK tahun 1997 berada diperingkat ke delapan. GGK

tidak hanya merupakan masalah medis tetapi juga masalah aspek ekonomi dan

psikologi. Penderita GGK cenderung mengalami perasaan tertekan, rendah diri, dan

stress karena masalah yang lainnya seperti memikirkan biaya untuk pengobatan.

Faktor penyulit di Indonesia bagi pasien ginjal terutama GGK selain aspek ekonomi

dan psikologi yaitu terbatasnya dokter spesialis ginjal.

GGK merupakan penyakit yang jumlahnya sangat meningkat, pada tahun

1995 secara nasional terdapat 2.131 pasien GGK dengan hemodialisis dengan beban

biaya yang ditanggung oleh Askes besarnya adalah Rp 12,6 milyar. Pada tahun 2000

terdapat sebanyak 2.617 pasien dengan hemodialisis dengan beban biaya yang

ditanggung oleh Askes sebesar Rp 32,4 milyar dan pada tahun 2004 menjadi 6.314

kasus dengan biaya Rp 67,2 milyar. (Bakri, S.,2005) dari survei yang dilakukan oleh

Pernefri (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) pada tahun 2009, Prevalensi gagal

ginjal kronik di Indonesia sekitar 12,5%, yang berarti terdapat 18 juta orang dewasa

di Indonesia menderita penyakit ginjal kronik dimana terdapat sekitar 70.000

penderita GGK yang memerlukan cuci darah. Kasus gagal ginjal di Jawa Tengah

(4)

Sukoharjo yaitu 742 kasus (Dinkes Jateng, 2008). Pada tahun 2008 di RSUP H.

Adam Malik terdapat sebanyak 87 penderita kasus gagal ginjal, di RSUD Dr.

Pirngadi sebanyak 109 penderita kasus gagal ginjal dan di RS Rasyida sebanyak 78

penderita kasus gagal ginjal. Di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan untuk kasus

GGK pada tahun 2009 sebanyak 139 kasus.

Pada akhirnya untuk melepaskan ketergantungan pasien terhadap terapi

hemodialisa seumur hidup, maka diperlukan tindakan definitif berupa transplantasi

ginjal (pencangkokan ginjal).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum

Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi akhir Tahun 2012, didapatkan penderita

GGK sebanyak 60 penderita, dengan peningkatan jumlah setiap tahunnya dengan

uraian Tahun 2008 terdapat sebesar 33 pasien, Tahun 2009 terdapat sebanyak 36

pasien, Tahun 2010 sebanyak 50 pasien, Tahun 2011 terdapat 51 pasien dan akhir

Tahun 2012 terdapat 60 orang pasien.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perlu di lakukan penelitian

tentang ”Faktor Risiko Penderita GGK pada Pasien yang Menjalani Terapi

Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun

(5)

1.2. Permasalahan

Penderita GGK selain disebabkan oleh penyebab langsung juga dapat

disebabkan oleh beberapa faktor risiko. Pengetahuan terhadap faktor risiko dapat

membantu mencegah peningkatan jumlah penderita GGK. Permasalahan dalam

penelitian ini meningkatnya jumlah penderita GGK dan belum diketahuinya faktor

risiko GGK pada pasien yang menjalani terapi haemodialisa di Rumah Sakit Umum

Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2013.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor risiko GGK pada pasien yang menjalani terapi

haemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun

2013.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ada pengaruh riwayat penyakit sebelumnya, gaya hidup, tingkat stress, pola

konsumsi/ pola diet/ nutrisi, penggunaan zat, dan aktivitas fisik serta faktor

sosiodemografi penderita GGK.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu keluarga, masyarakat, peneliti

(6)

kesadaran akan tingkat kejadian GGK, selanjutnya masyarakat sadar dan

termotivasi untuk melakukan tindakan pengendalian faktor risiko GGK.

b. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD. Raden Mattaher Provinsi Jambi tentang

karakteristik penderita GGK di Instalasi Haemodialisa Rumah Sakit tersebut

sehingga dapat mendukung upaya penatalaksanaan yang lebih baik terhadap

penderita GGK.

c. Sebagai sarana bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta

pengalaman dalam melakukan penelitian mengenai penyakit GGK serta dapat

dijadikan dasar dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang dan sebagai

salah satu prasyarat menyelesaikan studi di Program Studi Strata 2 IKM-FKM

USU Medan.

c. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan

Referensi

Dokumen terkait

kebenaran pernyat aan besarnya kom ponen dalam negeri barang/ j asa dan m elam pirkan rincian dan nilai bahan baku/ bahan penolong, baik dari dalam negeri m aupun im por,

Remote sensing, with varying degrees of accuracy, has been able to provide information on land use, irrigated area, crop type, biomass development, crop yield, crop water

Probabilitas terjadinya satu hasil percobaan selama selang waktu tertentu yang singkat sekali atau daerah lain yang kecil, sebanding dengan panjang selang waktu

Sekumpulan nilai data akan terdistribusi secara normal (membentuk kurva yang simetris) apabila rata-rata nilai variabel sama dengan median dan sama

Jumlah kelompok tani yang menjalankan usaha agribisnis dengan efektif sebanyak 10 kelompok Sekolah Lapang. Pengembangan Usaha Agribisnis (SL

Tujuan penelitian ini adalah memetakan sebaran lamun di perairan Pulau Pari dengan menggunakan citra satelit ALOS dan melakukan pengamatan kondisi lamun berdasarkan

Dalam berbagai hal benda-benda kerja yang dibentuk melalui proses pengecoran memiliki keunggulan baik sifat maupun efisiensi pembentukannya, bahkan tidak dimiliki

sistem pusat permukiman nasional, arahan pengembangan sistem jaringan. transportasi nasional, arahan pengembangan jaringan prasarana