• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan No.11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pendapatan Kota Medan)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan otonominya dalam bentuk wewenang untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri, tentu saja tidak dapat berjalan dengan lancar dan mencapai hasil sebagaimana diharapkan, apabila tidak ditunjang oleh pencapaian dan peningkatan pendapatan daerah terutama Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai salah satu tolak ukur otonomi di suatu tempat.

Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan bertanggung jawab, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya. Pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanakan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa.

(2)

daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang memadai untuk mengelola sendiri potensi tersebut, sedangkan bagi pemerintah daerah yang mempunyai sumber daya alam yang kurang memadai justru merupakan tantangan.

Masalah yang sering muncul dalam melaksanakan otonomi daerah adalah prospek kemampuan pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan, penyelenggara pemerintah serta melayani masyarakat setempat sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat yang harus dilayani. Oleh karena itu penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah senantiasa terus meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah. Peningkatan penerimaan daerah harus senantiasa diupayakan secara periodik oleh setiap daerah otonom melalui penataan administrasi pendapatan daerah yang efisien dan efektif sesuai dengan pola yang telah ditetapkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan petunjuk pelaksanaan

(3)

Penataan ruang adalah konsep perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Rencana kota adalah rencana tata ruang kota di Kota Medan. Bangun, Bangunan Reklame adalah reklame yang terdiri dari bidang reklame berikut komponen struktur yang memikulnya. Reklame adalah benda, alat perbuatan atau media yang menurut bentuk, susunan dan/ atau corak ragamnya untuk tujuan komersil dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa, seseorang atau badan yang diselenggarakan/ ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca dan/ atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.

Reklame papan/ billboard adalah reklame yang terbuat dari papan kayu, calli brete, vinyle termasuk seng atau bahan lain yang sejenis dipasang atau

digantungkan atau dipasang pada bangunan, halaman, di atas bangunan. Reklame Megatron/ Videotron/ Large Elektronic Display (LED) adalah reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan/ atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan dengan tenaga listrik. Reklame kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet atau bahan lain yang sejenis dengan itu.

(4)

ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 cm2 per lembar.1

Reklame slide atau reklame film adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan-bahan yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan/ atau dipancarkan pada layar atau benda lain di dalam ruangan. Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara. Pola Penyebaran perletakan reklame adalah konfigurasi perletakan reklame yang tercermin dalam peta sebagai acuan dan arahan dalam penyelenggaraan reklame. Perletakan reklame adalah tempat titik reklame ditempatkan atau diletakkan. Titik reklame adalah tempat bidang reklame didirikan atau ditempatkan. Sewa titik reklame adalah sewa lahan dan nilai strategis reklame atas penyelenggaraan reklame di dalam sarana dan prasarana kota yang dimiliki dan atau dikuasai Pemerintah Daerah. Reklame/iklan dan Reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk lembaran lepas diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempel, dilekatkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda lain. Reklame berjalan/ kendaraan adalah reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang diselenggarakan dengan mempergunakan kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang. Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, laser, pesawat atau alat lain yang sejenis. Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat.

1

(5)

promosi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem dan sosial masyarakat modern. Dewasa ini reklame/iklan sudah berkembang menjadi suatu sistem komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen produk dan jasa tetapi juga bagi konsumen. Kemampuan reklame/iklan dan metode promosi lainnya dalam menyampaikan pesan kepada konsumen menjadikan kedua bidang tersebut memegang peran sangat penting bagi keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk dan jasanya.2

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi daerah adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang semakin baik kepada masyarakat, pengemban kehidupan demokrasi, keadilan dan

Berbagai bentuk usaha, mulai dari usaha eceran, hingga perusahaan multinasional mengandalkan reklame/iklan dan promosi untuk menjunjung pemasaran produk dan jasa mereka kepada masyarakat. Pada sistem ekonomi yang berlandaskan pada pasar, konsumen semakin mengandalkan reklame/iklan dan bentuk promosi lainnya untuk mendapatkan informasi yang akan mereka gunakan untuk membuat suatu keputusan, apakah akan membeli suatu produk dan jasa atau tidak.

Nilai strategis titik reklame adalah suatu nilai yang dinyatakan dalam satuan rupiah berdasarkan atas perletakan titik reklame pada kelas jalan/ zona, ketinggian dan luas bidang reklame. Bidang reklame adalah bagian atau muka reklame yang dimanfaatkan untuk tempat penyajian pesan-pesan berupa gambar, logo dan atau kata-kata oleh penyelenggara reklame.

2

(6)

pemerataan. Dalam mengatur penyelengaraan pajak reklame di Kota Medan, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan Daerah. Dalam perkembangan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Pajak Reklame, Perda tersebut telah mengalami dua kali perubahan yaitu dalam kurun waktu tahun 2004 sampai tahun 2011. Pada Peraturan Daerah tentang Pajak reklame Nomor 2 tahun 2004, yang mengurus pajak reklame adalah Dinas Pendapatan. Kemudian dalam perkembangannya, Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2004 mengalami perubahan menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 tahun 2011, dimana yang mengurus pajak reklame adalah Dinas Pendapatan juga. Hal ini menunjukkan perubahan dari Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2004 menjadi Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011 tidak mengalami perubahan yang signifikan. Dalam perkembangannya, pengurusan pajak reklame ini, tidak langsung diurus oleh Dinas Pendapatan sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 tahun 2011. Peraturan Walikota Medan No. 17 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan No. 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

Untuk itu dibentuk Badan Pelayanan Terpadu yang mempunyai tugas membantu Walikota dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang Pelayanan Terpadu. Dalam melaksanakan tugas tersebut maka Badan Pelayanan Terpadu menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis dibidang Pelayanan Terpadu ;

(7)

3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya ;

Dalam prinsip penyelenggaran pelayanan prima sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993 antara lain : sederhana, jelas, aman, transparan, effisien, ekonomis, adil dan tepat waktu.

Tujuan dibentuknya Badan Pelayanan Terpadu antara lain : a. Mewujudkan Pelayanan Prima

b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja aparatur pemerintah kabupaten, khususnya yang terlibat langsung dengan pelayanan masyarakat.

c. Mendorong kelancaran pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat terdorong untuk ikut berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan pembangunan.

Berdasarkan data dari pajak reklame di Kota Medan pada tahun 2013 perolehan hanya sebesar Rp23.34 miliar atau 33, 74% dari target sebesar Rp69.16 miliar.3

3

Matatelinga.Perolehan-PAD-Dari-Sektor-Pajak-Reklame-Minim.dalam/Berita-Sumut / 12326/diakses tanggal 1 Juli 2014

(8)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat diambil perumusan masalah yaitu

1. Bagaimanakah pengawasan terhadap penyelenggaraan reklame di Kota Medan?

2. Bagaimanakah implementasi tentang Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame ?

3. Hambatan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah

a. Untuk mengetahui pengawasan terhadap penyelenggaraan reklame di Kota Medan

b. Untuk mengetahui Implementasi tentang Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame

c. Untuk mengetahui Hambatan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Darihukum Administrasi Negara.

2. Manfaat Penulisan

(9)

peneliti kuliah di Jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bahan masukan untuk pertimbangan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

D. Keaslian Penulisan

Keaslian penulisan merupakan suatu tanda bagi penulis bahwa apa yang dibuat dan dijelaskannya pada tugas akhir ini merupakan suatu hasil karya dan buah pikirannya sendiri. Di mana penulis tidak melihat ataupun mencontoh hasil skripsi orang lain untuk menjadi sebuah karya yang diakui sebagai hasil karyanya sendiri.

Penulis telah menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum Administrasi Negara, akan tetapi penulis tidak menemukan adanya kesamaan judul ataupun permasalahan dengan judul dan permasalahan yang penulis angkat yaitu tentang Implementasi Tentang Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kota Medan). Oleh karena itu, tulisan ini merupakan buah karya asli penulis yang disusun berdasarkan dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan ilmiah.

(10)

1. Effendi Sinaga 890200038 judul Pajak Reklame Sub Komponen Penerimaan Daerah Tingkat II Kotamadya Medan

2. Sahdana Meliala 880200005 judul Peranan Pajak Reklame dalam Menunjang Pendapatan Asli Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Binjai Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa skripsi yang penulis susun ini merupakan karya asli penulis dan tidak meniru dari kepunyaan orang lain. Penulis berani bertanggung jawab apabila ditemukan adanya kesamaan judul dan permasalahan skripsi penulis dengan skripsi yang sebelumnya yang terdapat di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

E. Tinjauan Kepustakaan

Hukum Administrasi Negara adalah suatu sistem dan merupakan salah satu cabang Ilmu Hukum yang merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Sangat sulit memberikan Definisi Hukum Adminstrasi Negara karena Ilmu Hukum Administrasi Negara sangat luas dan terus berkembang mengikuti perkembangan suatu Negara. Definisi Hukum Administrasi Negara menurut beberapa sarjana adalah sebagai berikut :

E. Utrecht mengartikan Hukum Administrasi Negara adalah menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat (ambtsdrager) administrasi Negara melakukan tugas mereka yang khusus.4

Sjachran Basah mengartikan Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan yang memungkinkan administrasi negara menjalankan

4

(11)

fungsinya yang sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi negara dan melindungi administrasi negara itu sendiri.5

Prajudi Atmosudirdjo mengatakan Hukum Administrasi Negara adalah hukum mengenai operasi dan pengendalian dari kekuasaan-kekuasaan administrasi atau pengawasan terhadap penguasa-penguasa administrasi.6

1. Pengertian Perizinan

Perizinan merupakan instrumen kebijakan Pemerintah/pemda untuk melakukan pengendalian atas eksternalitas negatif yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas sosial maupun ekonomi. Izin juga merupakan instrumen untuk perlindungan hukum atas kepemilikan atau penyelenggaraan kegiatan.sebagai instrumen pengendalian perizinan memerlukan rasionalitas yang jelas dan tertuang dalam bentuk kebijakan pemerintah sebagai sebuah acuan tanpa rasionalitas dan desain instrumen untuk membela kepentingan atas tindakan yang berdasarkan kepentingan individu.7

Dalam pengertian yang luas, izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan Perundang-undangan sedangkan dalam pengertian sempit, izin pada umumnya berdasarkan pada keinginan pembuat undang-undang mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi

5

Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak Administrasi Negara, Bandung : Alumni, 1992, hal 4

6

S. Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994, hal 44

7

(12)

keadaan-keadaan yang buruk, tercela, tidak diinginkan pemerintah dengan diharapkan pemerintah dapat melakukan pengawasan8

Utrecht yang di kutip oleh Sutedi9, pengertian vergunning atau izin yaitu bilamana pembuat peraturan pada umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkrit, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin. Lebih lanjut Sutedi menyatakan10

Menurut pendapat Prayudi Atmosoedirjo yang dikutip oleh Philipus M Hadjon,

bahwa izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari pengusaha berdasarkan undang-undang atau Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketetntuan-ketentuan larangan perundang-undangan.

11

“dispensasi atas suatu larangan’ izin beranjak dari ketentuan yang ada pada dasarnya tidak melarang suatu perbuatan tetapi untuk melakukan suatu perbuatan dibutuhkan suatu perosedur tertentu untuk dilalui sedangkan menurut Mr WR Prins memberikan pengertian tentang izin adalah memberikan dispensasi dari sebuah larangan, izin ini bukan dimaksudkan untuk menjadi suatu peraturan umum, jadi tidak berlaku sesuatu yang istimewa melainkan bermacam-macam usaha yang ada. Pada hakekatnya tidak berbahaya tetapi berhubungan yang satu dan yang lain sebab dianggap baik untuk diawasi oleh administrasi negara.

8

Hadjon, P.M. Pengantar Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2006, hal 7

99

Sutedi, A. Op.cit., hal 8

10

Ibid.

11

(13)

2. Sifat Izin

Sutedi12

a. Izin bersifat bebas, adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang penerbitannya tidak terikat pada aturan dan hukum tertulis serta organ yang berwenang dalam izin memiliki kadar kebebasan yang besar dalam memutuskan pemberian izin.

menyatakan bahwa izin merupakan keputusan pejabat atau badan tata usaha negara yang berwenang, yang isinya atau substansinya mempunyai sifat sebagai berikut:

b. Izin bersifat terikat, adalah izin sebagai keputusan tata usaha negara yang penerbitannya terikat pada aturan dan hukum tertulis dan tidak tertulis serta organ yang berwenang dalam izin kadar kebebasannya dan wewenangnya bergantung pada kadar sejauh mana peraturan perundang-undangan mengaturnya misalnya, IMB, izin HO, izin usaha industri,dan lain-lain.

c. Izin yang bersifat menguntungkan, merupakan izin yang isinya mempunyai sifat menguntungkan pada yang bersangkutan, izin yang bersifat menguntungkan isi nyata keputusan merupakan titik pusat yang memberi anugerah kepada yang bersangkutan di berikan hak-hak atau pemenuhan tuntutan yang tidak akan ada tanpa keputusan tersebut, misal, SIM, SIUP, SITU, dan lain-lain.

d. Izin yang bersifat memberatkan, merupakan izin yang isinya mengandung unsur-unsur memberatkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan yang berkaitan kepadanya. Di samping itu izin yang bersifat memberatkan merupakan izin

12

(14)

yang memberikan beban kepada orang lain atau masyarakat disekitarnya misalnya, pemberian izin kepada perusahaan tertentu, bagi mereka yang tinggal disekitarnya yang merasa di rugikan izin tersebut merupakan suatu beban. Pembedaan antara izin yang bersifat menguntungkan dengan izin yang memberatkan adalah penting dalam hal penarikan kembali atau pencabutan dan perubahannya. Izin sebagai keputusannya yang menguntungkan tidak begitu gampang dapat ditarik kembali atau di ubah atas kerugian yang berkepentingan. Adapun penarikan kembali/pencabutan dan perubahan izin yang bersifat memberatkan biasanya tidak terlalu menjadi soal.

e. Izin yang segera berakhir, merupakan izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang akan segera berakhir atau izin yang masa berlakunya relatif pendek, misalnya izin mendirikan bangunan (IMB), yang hanya berlaku untuk mendirikan bangunan dan berakhir saat bangunan selesai didirikan.

f. Izin yang berlangsung lama, merupakan izin yang menyangkut tindakan-tindakan yang berakhirnya atau masa berlakunya relatif lama, berhubungan dengan lingkungan.

g. Izin yang bersifat pribadi, merupakan izin yang isinya bergantung pada sifat atau kualitas pribadi dan permohonan izin misalnya, Surat Izin Mengemudi (SIM).

(15)

3. Tujuan dan Fungsi

Menurut Ridwan13

a. Instrumen rekayasa pembangunan pemerintah dapat membuat regulasi dan keputusan yang memberikan instensif bagi pertumbuhan sosial ekonomi. Demikian juga sebaliknya regulasi dan keputusan tersebut dapat juga menjadi penghambat (sekaligus sumber korupsi) bagi pembangunan. Perizinan adalah , izin merupakan instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna mencapai satu tujuan konkrit. Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak instrumen hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang masyarakat yang adil dan makmur.hal ini berarti lewat izin yang berarti dapat diketahui bagaimana gambaran masyarakat yang adil dan makmur itu terwujud. Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu, fungsi penertiban dan sebagai fungsi pengatur. Sebagai fungsi penertiban dimaksudkan agar izin atau setiap izin atau tempat-tempat usaha,bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya tidak bertentangan satu sama yang lain sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupan masyarakat dapat terwujud. Sebagai fungsi pengaturan yang di maksudkan agar perizinan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan peruntukannya, sehingga dapat penyalahgunaan izin yang telah diberikan, dengan kata lain fungsi ini dapat disebut juga sebagai fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.

Secara teoritas, perizinan memiliki beberapa fungsi sebagaimana dijelaskan berikut:

13

(16)

instrumen yang memanfaatkannya ditentukan oleh tujuan dan prosedur yang ditetapkan pemerintah. Jika perizinan hanya dimaksudkan untuk income daerah, maka hal ini tentu akan memberikan dampak negatif (disensif) bagi pembangunan, pada sisi yang lain jika prosedur perizinan dilakukan dengan cara-cara yang tidak transparan, tidak ada kapasitas hukum, berbelit-belit, dan hanya bisa dilakukan dengan cara-cara yang tidak sehat, maka perizinan juga bisa menjadi penghambat bagi pertumbuhan sosial ekonomi daerah. Dengan demikian, baik buruknya, tercapai atau tidaknya tujuan perizinan akan sangat ditentukan oleh prosedur yang ditetapkan dan dilaksanakan, semakin mudah, cepat, dan transparan prosedur pemberian perizinan, maka semakin tinggi potensi perizinan menjadi instrumen rekayasa pembangunan.

b. Budgtering

Perizinan mempunyai fungsi keuangan (Budgetering), yaitu menjadi sumber pendapatan bagi negara. Pemberian lisensi dan izin kepada masyarakat dilakukan dengan kontrasepresasi berupa netribusi perizinan. Karena negara mendapatkan kedaulatan dari rakyat, maka retribusi perizinan hanya dibenarkan jika ada dasar hukum, yaitu undang-undang dan/atau peraturan daerah.hal ini untuk menjamin bahwa hak-hak dasar masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dari pemerintah tidak terlukai karena penarikan retribusi perizinan yang sewenang-wenang dan tidak memiliki dasar hukum.

(17)

retribusi perizinan juga menjadi sumber pendapatan yang membiayai pelayanan-pelayanan perizinan lainnya harus diberikan pemerintah kepada masyarakat .meskipun demikian, pemerintah harus memperhatikan aspek keberlangsungan dan kelestarian daya dukung pembangunan, serta pertumbuhan sosial ekonomi. Penetapan tarif retribusi perizinan tidak boleh melebihi kemampuan masyarakat untuk membayarnya. Sebaiknya, untuk beberapa aspek strategis yang terkait dengan daya dukung lingkungan dalam pembangunan, tarif retribusi perizinan juga tidak boleh terlalu murah dan mudah yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan menurunnya daya dukung dan kelestarian lingkungan.

c. Reguleren

(18)

Menurut Prajudi Atmosudirjo yang dikutip oleh Ridwan14

a) Keinginan mengarahkan (mengendalikan) aktivitas-aktivitas tertentu

, berkenaan dengan fungsi-fungsi hukum modern, izin dapat diletakkan dalam fungsi menertibkan masyarakat. Adapun mengenai tujuan perizinan, hal ini bergantung pada kenyataan konkrit yang dihadapi, keragaman peristiwa konkrit menyebabkan keragaman pula dari tujuan izin, yang secara umum dapat disebutkan sebagai berikut:

b) Izin mencegah bahaya bagi lingkungan c) Keinginan melidungi objek-objek tertentu d) Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit

e) Izin memberikan pengarahan dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas, dimana pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yuridis empiris dan, artinya permasalahan yang ada diteliti berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan.15

14

Ridwan, H.R. Op.cit., hal 14-15

15

Soerjono Soekanto dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Ind-Hillco, 2001, hal. 13.

(19)

mandiri, bersifat tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat yang nyata serta menganggap bahwa norma-norma lain bukan sebagai hukum.”

Yuridis empiris, yaitu dengan melakukan penelitian secara timbal balik antara hukum dan lembaga, untuk menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku serta dititik beratkan pada langkah-langkah pengamatan dan analisisnya yang bersifat empiris, yang dilakukan dalam menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat.16

2. Sumber Data

Data yang kemudian diharapkan dapat diperoleh di tempat penelitian maupun di luar penelitian adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Sumber data yang berupa keterangan-keterangan yang berasal dari pihak-pihak atau instansi-instansi yang terkait dengan objek yang diteliti secara langsung, yang dimaksudkan untuk lebih memahami maksud, tujuan dan arti dari data sekunder yang ada.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder sebagai pendukung data primer yang di dapat melalui penelitian kepustakaan yaitu dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

16

(20)

c. Data tersier

Bahan hukum tersier yaitu kamus, ensiklopedia, dan bahan-bahan lain yang dapat memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpul data yang digunakan penulis untuk data primer adalah wawancara. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelusuran data sekunder adalah studi dokumentasi atau melalui penelusuran literatur. Kegiatan yang akan dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu Studi Pustaka dengan cara identifikasi isi. Alat pengumpulan data dengan mengidentifikasi isi dari data sekunder diperoleh dengan cara membaca, mengkaji, dan mempelajari bahan pustaka baik berupa peraturan perundang- undangan, artikel ,dari internet, makalah seminar nasional, jurnal, dokumen, dan data- data lain yang mempunyai kaitan dengan data penelitian ini.

4. Analisis Data

(21)

satuan pola sehingga dapat ditentukan dengan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.17

Analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan pola pikir/ logika induktif, yaitu pola pikir untuk menarik kesimpulan dari kasus- kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.

18

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan secara sistematis sangat diperlukan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Untuk memudahkan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berhubungan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Berisikan pendahuluan yang merupakan suatu pengantar dari pembahasan selanjutnya yang terdiri dari tujuh sub bab yaitu: Latar Belakang Penulisan, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan

BAB II PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA MEDAN

Pada bab ini akan membahas tentang Pengertian Reklame dan Dasar Hukum Penyelenggaraan Reklame di Kota Medan serta Pengawasan Hukum Penyelenggaraan Reklame di Kota Medan

17

Soerjono Soekanto. Op.cit., hal 22

18

(22)

BAB III IMPLEMENTASI TENTANG PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME Pada bab ini akan membahas tentang Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota Medan dan Implementasi Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame serta Sanksi terhadap pelanggaran Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Reklame

BAB IV HAMBATAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DITINJAU DARIHUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Pada bab ini akan membahas tentang Prosedur Penyelenggaraan Reklame di Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Hambatan dalam Implementasi Perraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Reklame ditinjau dari Hukum Administrasi Negara serta Upaya mengatasi hambatan dalam Implementasi Perraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Reklame ditinjau dari Hukum Administrasi Negara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

To study the in¯uence of available water stored in the soil pro®le on soybean yield, six soil depths ranging from 25 to 90 cm were used in the simulation study.. These soil depths

DEFINING EARTH DATA BATCH PROCESSING TASKS BY MEANS OF A FLEXIBLE WORKFLOW DESCRIPTION LANGUAGE.. Constantin Nandra ∗ ,

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.32/POJK.04/2014 tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka (“ POJK No. 32 ”),

As can be seen from the results of this study (Table 5) if the parameters like accuracy of photogrammetric ground control points, the number, distribution within the block,

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

In this study, the feasibility of time lapse terrestrial photogrammetry for glaciological applications was demonstrated. The cost effectiveness of the technique coupled with

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 2

Informasi dan data bergerak melalui kabel-kabel atau tanpa kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer yang