• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Setelah Berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Setelah Berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS KEDUDUKAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL (BAPEPAM) SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO. 21

TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

TESIS

OLEH

SUSI MULIYANTI 107005085/ HK

`

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISIS YURIDIS KEDUDUKAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL (BAPEPAM) SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANGNO. 21 TAHUN

2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Hukum Pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH

SUSI MULIYANTI 107005085/ HK

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Telah di uji pada

Tanggal 11 Februari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.H.

Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.

2. Dr. Utary Maharany Barus, S.H., M.Hum. 3. Prof. Dr. Tan Kamello, SH., M.S.

(4)

ABSTRAK

Badan pengawas pasar modal atau Bapepam melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan dalam pasar modal. Lahirnya Undang-undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengambil alih kewenangan dari bapepam tetapi hal tersebut belum diatus secara jelas. Ada tiga permasalahan dalam menjawab tesis ini yaitu pertama, apakah latar belakang lahirnya Otoritas Jasa Keuangan dalam Undang-undangan No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoitas Jasa Keuangan. Kedua, bagaimana kewenangan Badan Pengawasa Pasar Modal (Bapepam) di pasar modal sebelum lahirnya Otoritas Jasa Keuangan. Ketiga, bagaimana transformasi kewenangan Badan pengawas pasar modal (Bapepam) seteah berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Penelitian ini meggunakan penelitian yuridis normatif. Data pokok dalam penelitian adalah data sekunder, yang dikumpulkan dengan teknik studi kepustakan dan dianalisa secara kualitatif.

Lahirya OJK merupakan amanat Pasal 34 Undang-undang Bank Indonesia sebagai lembaga independen yang melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap semua sektor jasa keuangan dengan konsep unified supervisory model yang memisahkan tugas pengaturan dan pengawasan tersebut. Sebelum berlakunya UU OJK, pengawasan sektor jasa keuangan di pasar modal di lakukan oleh bapepam yang secara struktural masih di bawah koordinasi Kementerian Keuangan sehingga kewenangan yang dimiliki masih terbatas dan berdampak pada banyaknya kasus pasar modal yang tidak dapat terselesaikan. Bapepam membutuhkan independensi dan memilih bertransisi dan melebur menjadi satu dengan OJK. Disarankan agar dilakukan harmonisasi antara undnag-undang terkait yaitu perbankan, pasar modal, lembaga penjamin simpanan (LPS) agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan. Rancangan UUPM harus segera disahkan, karena bapepam telah melebur ke OJK sementara UUPM masih mengatur kewenangan Bapepam OJK harus mengeluarkan peraturan-peraturan menganai kewenangan penyidikan untuk menyelesaikan kasus pasar modal.

(5)

ABSTRACT

The roles of Capital Market Supervisory Agency (Badan Pengawas Pasar Modal – Bapepam) are to guide, rule and supervise capital market. The issuance of Law on Financial Service Authority takes over the authorities of the Capital Market Supervisory. However, this has not yet been clearly regulated. There are three questions to be answered in this thesis: First, what is the background of the establishment of Financial Service Authority in Law Number 21 Year 2011 on Financial Service Authority? Second, what are the authorities of Capital Market Supervisory Agency prior to the establishment of Financial Service Authority? Third, how is the transformation of authorities of Capital Market Supervisory Agency after the issuance of Law Number 21 Year 2011 on Financial Service Authority? This research applies a juridical-normative method. Primary data in this research is the secondary data which was collected through a literature study and analyzed qualitatively. The establishment of Financial Service Authority is mandated by Article 34 of Law on Bank Indonesia as an independent institution which regulates and supervises all financial service sectors by applying an unified supervisory model which separates the regulating and supervising tasks. Prior to the issuance of Law on Financial Service Authority, financial service sectors in capital market are supervised by Capital Market Supervisory Agency which is structurally still under the coordination of Ministry of Finance so that its authorities are still limited and result in the high number of cases of capital market which cannot be addressed effectively. Since Capital Market Supervisory Agency needs to be independent, it prefers to transform and merge into Financial Service Authority. It is suggested that laws related to banking, capital market, the Deposit Insurance Agency (Lembaga Penjamin Simpanan – LPS) need to be harmonized to prevent overlapping in their authorities. Therefore, Draft Bill on UUPM needs to be passed immediately because Capital Market Supervisory Agency has emerged into Financial Service Authority while UUPM still regulates the authorities of Capital Market Supervisory Agency. Financial Service Authority has to make regulations related to investigative authorities to address cases of capital market properly.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan rasa syukur atas rahmat dan keridhaan Allah

SWT yang telah memberikan penulis kekuatan dan keerjahan dalam menyelesaikan

penulisan tesis yang berjudul “Analisis Yuridis Kedudukan Badan Pengawas

Pasar Modal (Bapepam) Setelah Berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Begitu juga salawat dan salam kepada baginda rasul Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan dan arahan bagi

penulis menuju keimanan dan ketaqwaan dalam suatu kerangka agama rahmatan

lilalamin yang bernama Islam.

Tesis ini merupakan suatu persyaratan akademik untuk dapat memperoleh

gelar Magister Ilmu Hukum (M.H) pada program Magister Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyelesaikan penulisan tesisi ini, penulis banyak menerima bantuan

arahan serta bimbingan positif fari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orangtua penulis tercinta yakni H. Sitompul dan Risma Tambunan yang

setiap saat memanjaatkan doa kepda penulis dan juga berkat tangis air mata

mereka berdua pagi, siang dan malam yang di panjatkan kepada Allah SWT

sehingga memberikan kemudahan dan keberkahan bagi penyelesaian Tesis

(7)

2. Rektor Universitas Sumatera Utara, Pros. Dr. Dr. Syarial Pasaribu, DTM&H,

M. Sc (CTM). Sp. A (K) dan para pembantu Rektor Universitas Sumatera

Utara

3. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

4. Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H., selaku Ketua Prodi Magister Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan

dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan tesis ini.

5. Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum., selaku ketua komisi pembimbing, Dr.

Mahmul Siregar, S.H., M.Hum. dan Dr. Utary Maharany Barus, S.H.,

M.Hum., selaku anggota pembimbing yang memberikan bimbingan dan

arahan untuk kesempurnaan dalam penyelesaian tesis ini

6. Dr. Dedi harianto, S.H., M. Hum., dan Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., M.S.,

selaku penguji yang memberikan arahan serta masukan positif dalam

kesempurnaan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum

8. Seluruh Staf Biro/ Pegawai di Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan kepada penulis

selama menjalani pendidikan

9. Rekan-rekan Mahasiswa/i Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, khususnya Kelas Reguler B angkatan 2010 yang

telah banyak memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tesis

(8)

10.Kakanda Timo Dahlia Daulay yang terus menerus membantu dan memberikan

motivasi serta arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesisi ini.

11.Semua pihak yang telah berkenan memberikan masukan dan arahan dalam

penulisan tesis ini sejak tahap Kolokium, Seminar Hasil sampai tahap ujian

tertutup Meja Hijau sehingga tesis ini menjadi lebih sempurna.

Penulis menyadari sepenuhnya tesis ini masih jauh dari sempurna, namun

besar harapan penulis kiranya tesis ini memberikan manfaat kepada semua pihak,

terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan hukum bisnis pada

khususnya

Atas semua bantuan yang diberikan kepada penulis semoga mendapat balasan

yang setimpal dari Allah SWT, Amin Ya Rabbal’alamin.

Medan, Februari 2013

Penulis

(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Susi Muliyanti

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 06 Maret 1985

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Amal Luhur Gang Musara No. 4 Medan

Telepon/ Hp : (061) 8474219/ 081260894443

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Swasta Hasanuddin Medan Tahun 1991-1997

2. SMP Swasta Hasanuddin Medan Tahun 1997-2000

3. SMU Swasta Nahdlatul Ulama Medan Tahun 2000-2003

4. Strata 1 Fakultas Hukum Universitas Andalas Tahun 2004-2008

(10)

DAFTAR ISI

BAB II LATAR BELAKANG LAHIRNYA OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)... 26

A. Sejarah Lahirnya Undang-undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) .... 26

1. Landasan yuridis ... 32

2. Landasan Filosofis ... 37

3. Landasan Sosiologi ... 38

B. Independensi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ... 41

(11)

BAB III KEWENANGAN BADAN PENGAWASAN PASAR MODAL (BAPEPAM) DI PASAR MODAL SEBELUM OTORITAS JASA KEUANGAN

(OJK)...64 A.Kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) di Pasar

Modal Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal...65 B.Koordinasi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan

Kementerian Keuangan ...72 C.Problematika Kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)

di Pasar Modal Sebelum berlakunya Undang-undang Otoritas

Jasa Keuangan...78

BAB IV TRANSFORMASI KEWENANGAN BADAN PENGAWAS PASAR MODAL (BAPEPAM) SETELAHBERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN...81 A.Proses Transisi Kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal

(Bapepam) Kepada Otoritas Jasa Keuangan

(OJK)...81 B. Kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal Setelah

Transisi...88 C. Keuntungan dan Kelemahan Transformasi Kewenangan Badan

Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)...94 1. Keuntungan Transformasi Kewenangan Badan Pengawas Pasar

Modal (Bapepam)...94 2. Kelemahan Transformasi Kewenangan Badan Pengawas Pasar

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...100

A. Kesimpulan ...101

B. Saran...102

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berlakunya UU No.16 Tahun 2001 sebagaimana diubah melalui UU No.28 Tahun 2004 tentang Yayasan (UU Yayasan) dan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang

Masih ada aspek-aspek lain yang juga harus diperhatikan diantaranya, Aspek Yuridis, Pembentukan OJK ini mengakibatkan perubahan yang berkaitan dengan tugas dan wewenang

Pembentukan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK) juga telah mengakomodasi secara seksama dan keseluruhan prinsip pengawasan

Babak baru perbankan di Indonesia yaitu pengaturan dan pengawasan di dalam sektor perbankan tidak lagi berada pada BI namun dialihkan kepada OJK sebagai lembaga yang

Pegawai Negeri Sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya yang meliputi pengawasan sektor jasa keuangan di lingkungan OJK, diberi wewenang khusus sebagai penyidik

Makalah ini meneliti pengaturan independensi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengawas perbankan di Indonesia, khususnya terkait aspek anggaran OJK yang berasal

UU OJK pada dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola OJK yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa keuangan, cakupan dan

Abstrak: tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan kewenangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam melakukan pengawasan dan pengaturan sektor jasa keuangan, dan implikasi