• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Dan Seleksi Galur Mutan Sorgum Manis Varietas Numbu Hasil Mutasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Dan Seleksi Galur Mutan Sorgum Manis Varietas Numbu Hasil Mutasi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Dan Seleksi Galur Mutan Sorgum Manis Varietas

Numbu Hasil Mutasi

Endang Gati Lestari dan Iswari S Dewi

BB Biogen Bogor

ABSTRACT

Due to its ability to adapt in a dry land, Sweet sorghum, (Sorghum bicolor L.), is a cereal plant potentially developed in Indonesia. Numbu is multifunction sorghum not only as a livestock forage but also as food and as alternative fuel, bioetanol. The problem in its development is that sugar content in the stem and its biomass volume is still low. Therefore, improvement is necessary. The new line could be obtained through hybridization or mutation in order to gain genetic varieties. Hence, the purpose of this research is to obtain the new sweet sorghum mutant line with the better performance, such as the height of the plant, stem diameter and panicle weight, than its mother plant. The research was conducted at the Bogor ICRABEOGRAD from June 2014 to June 2015. The examined plant is the mutant line from gamma ray radiation at the 2 mm shoot explant s under the dosage of 40l 50, 60, and 70 Gy. The first 78 mutant from the first generation (M1) was planted in the 45 x 45cm polybag and were taken care until they produce panicle. The panicle were subsequently selected to gain 800 seed based on the produced panicle. Then the seed is planted in the field as M2 mutant line. The observation of the M1 showed that the gamma radiaton with the dosage of 40 to 70 Gy could produce the higher plant, 100-286 cm approximately higher than its mother plants which is in the range of 95-138 cm. They also exhibit the higher diameter of the stem, longer and heavier panicles than their mother plant. The research showed, however, that the stem diameter is not significantly different from the mother plant. Selection and evaluation based on the agronomic character of the M1 and M2 mutant lines have produced the higher plants with the heavier panicle than its mother plant.

Keyword: sweet sorghum, variety engineering, mutation.

ABSTRAK

Sorgum manis (Sorghum bicolor L.) merupakan tanaman sereal yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia, karena mampu beradaptasi di lahan kering. Sorgum manis varietas Numbu mempunyai fungsi multiguna, sebagai bahan pakan, pangan dan bahan alternatif untuk bioetanol. Masalah dalam pengembangan sorgum varietas numbu antara lain brik gula di dalam batang masih rendah demikian pula biomasanya sehingga perlu dilakukan perbaikan. Untuk mendapatkan galur baru dapat dilakukan melalui persilangan atau melalui mutasi untuk meningkatkan keragaman genetik. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan galur mutan sorgum manis yang mempunyai karakter agronomi seperti tinggi tanaman, diameter batang dan bobot malai lebih baik dibanding induknya. Penelitian dilaksanakan di BB Biogen Bogor dari bulan Juni 2014 sampai Juni 2015. Bahan tanaman yang diuji adalah galur mutan asal radiasi sinar gamma pada eksplan tunas kecambah ukuran 2 mm dengan dosis 40,50,60 dan 70 Gy. Sebanyak 78 tanaman mutan generasi pertama (M1) ditanam di dalam polybag ukuran 45 x 45 cm, tanaman dipelihara sampai menghasilkan malai. Selanjutnya diseleksi sebanyak 800 benih berdasarkan tanaman yang produksi malainya tinggi, benih kemudian di tanam di lapang sebagai galur mutan M2. Pengamatan pada galur mutan M1 menunjukkan bahwa radiasi sinar gamma dengan dosis 40 s/d 70 Gy, menghasilkan tanaman yang lebih tinggi yaitu berkisar antara 110-286 cm sedangkan tanaman induknya antara 95-136 cm, demikian pula diameter batang lebih besar, malai lebih panjang dan bobot malai lebih berat dibanding tanaman induknya. Pengamatan tinggi tanaman pada galur mutan M2 diperoleh tanaman yang tingginya lebih dari 2 m jumlahnya lebih banyak dibanding tanaman induknya. Hasil pengamatan diameter batang tidak menunjukkan hasil yang berbeda antara tanaman hasil mutasi dan tanaman induknya. Seleksi dan evaluasi berdasarkan karakter agronomi galur mutan M1 dan M2 telah dihasilkan galur mutan dengan karakter agronomi lebih baik yaitu tanaman lebih tinggi dan malai lebih berat dibanding tanaman induknya.

(2)

1. PENDAHULUAN

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan jenis tanaman serealia yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia, karena manfaatnya banyak sebagai bahan baku industri kertas, nira, gula alkohol, spritus, monosodium glutamat, pakan ternak, media jamur merang, serta sumber hijauan pakan ternak ruminansia, dan bahan baku etanol (Sirapa 2003). Sorgum adalah tanaman C4 yang memiliki daya adaptasi luas, produktivitas tinggi, input relatif sedikit, tahan terhadap hama dan penyakit serta toleran kekeringan (Soeranto et al. 2008; McLaren et al. 2003). Keuntungan menggunakan sorgum sebagai bahan baku bioetanol karena tanaman ini dapat di ratun sehingga dapat dipanen sampai tiga kali dan memungkinkan peningkatan produksi pada musim panen berikutnya (Rooney et al. 2007). Sorgum yang toleran terhadap kekeringan dapat dikembangkan di lahan beriklim kering dan tanah kurang subur (Sirapa 2003).

Salah satu jenis sorgum ialah sorgum manis yaitu sorgum yang memiliki kadar gula lebih tinggi pada batangnya dibanding jenis sorgum lain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nira batang sorgum manis potensial sebagai bahan baku etanol (Gibbons et al. 1986, Venturi dan Venturi 2003., Rooney et al. 2007., Almodares et al, 1996, Pabendon et al, 2012). Selain batangnya mengandung nira, kandungan pati pada biji dan serat lignoselulosa pada batang sorgum merupakan nilai tambah yang dapat dikonversi menjadi pakan ternak (Carpita et al. 2008). Nira di dalam batang sorgum tidak dapat diolah menjadi gula karena kandungan glukosa dan fruktosa dalam proses kristalisasi sulit dilakukan sehingga lebih banyak digunakan sebagai gula cair atau sirup. Namun gula sorgum kaya akan gula yang di fermentasi sehingga memiliki potensi yang sangat besar untuk difermentasi menggunakan ragi. Bioetanol adalah etanol fuel grade (kadar gula alkohol yang dihasilkan melalui proses fermentasi). Pengembangan tanaman sorgum oleh petani masih dalam skala yang kecil karena belum ada pasar yang menjamin selain itu karena varietas unggul yang tersedia masih terbatas. Sehingga sosialiasi ke petani tentang pentingnya tanaman tersebut serta perakitan varietas baru harus dilakukan.

Sorgum manis varietas Numbu yang telah dilepas masih mempunyai kelemahan antara lain batangnya kecil dan lemah sehingga mudah roboh dengan demikian perlu perbaikan genetik agar menjadi tanaman dengan batang yang kokoh, diameter batang besar dan kandungan brik gula tinggi. Pada umumnya karakter unggul tersebut tidak dimiliki oleh satu galur tetapi pada galur yang berbeda sehingga perlu teknologi untuk menghasilkan berbagai sifat unggul dalam satu galur tanaman. Dengan berkembangnya teknologi kultur in vitro dan variasi somaklonal memberikan peluang untuk perbaikan genetik dan pembentukan varietas baru, dengan sifat baik seperti kualitas buah, warna bunga, produksi hasil serta ketahanan terhadap penyakit (Jain, 2010). Seperti pada tanaman padi, apel, anggur dan tanaman hias (Soedjono, 2003). Perbaikan genetik pada tanaman sorgum telah dilakukan di BATAN melalui mutasi iradiasi pada biji dan telah diperoleh galur mutan toleran kekeringan dan produksi tinggi dan untuk pakan ternak yaitu var Pahat, Patir 1, Patir 2, Samurai 1 dan Samuarai 2 (Soeranto 2003 dan 2014). Xin et al (2008) melakukan perbaikan genetik pada sorgum melalui mutasi menggunakan EMS untuk mendapatkan tanaman yang biomasa dan kandungan gula tinggi sebagai bahan seleksi untuk bahan baku bioenergi.

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan galur-galur sorgum yang mempunyai karakter agronomi tinggi tanaman, diameter batang kandungan brik gula dan bobot malai tinggi.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya genetik (BB Biogen) Bogor dari bulan Juni 2014 sampai Juni 2015. Percobaan terdiri dari dyua kegiatan. Kegiatan pertama, bahan tanaman yang digunakan ialah galur mutan sorgum generasi pertama (M1) sebanyak 78 tanaman berasal dari radiasi dengan sinar gamma pada sorgum varietas numbu dengan dosis 40,50,60 dan 70Gy. Galur mutan ditanam di dalam polibag ukuran 45 x 45 cm, pemupukan dilakukan dua kali pada saat pertumbuhan vegetatif dan saat pengisian malai sebanyak 2 g/polibag. Untuk menjaga agar malai tidak di makan burung maka, setelah terjadi penyerbukan maka saat awal periode pengisian malai dilakukan pengerodongan menggunakan plastik. Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, panjang malai, bobot malai dan jumlah biji.

Percobaan kedua ialah seleksi dan evaluasi populasi galur mutan M2. Benih dari galur mutan M1 di bulk

pada masing-masing dosis kemudian diambil 200 butir/asal dosis radiasi, dengan demikian total benih yang di tanam 1000 bulir. Benih ditanam di larik pada masing-masing dosis. Benih di tanam di dalam bedengan dengan jarak tanam 75 x 25 cm, dengan cara ditugal dengan kedalaman 4-5 cm, Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 12 HST dengan takaran 100 kg urea dan 150 kg Ponska dan pemupukan susulan saat tanaman berumur 35-40 HST dengan takaran 150 kg urea dan 150 kg Ponska/ha. Pemeliharaan tanaman dengan penyiangan serta pengerodongan agar malai tidak di makan burung. Peubah yang diamati meliputi tinggi

(3)

tanaman, diameter batang, kandungan brik gula di dalam batang, panjang malai, bobot malai basah dan kering serta bobot biji bersih

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi galur mutan M1

Pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang serta komponen hasil panjang malai dan bobot malai pada galur mutan generasi pertama (M1), menunjukkan adanya peningkatan keragaman genetik. Pada peubah tinggi tanaman diperoleh rataan tinggi pada tanaman induk atau kontrolnya 114 cm, lebih pendek dibanding tanaman yang di beri perlakuan radiasi, rataan tinggi tanaman asal radiasi dosis 40,50,60 dan 70 Gy berturut-turut ialah 165 cm; 236,1 cm; 179 cm dan 166 cm. Iradiasi sinar gamma juga menghasilkan galur mutan dengan diameter batang lebih besar, malai lebih panjang dan bobot kering malai lebih tinggi Namun bila dilihat dari rata-rata nya, malai pada tanaman induknya lebih pendek yaitu 17,5 cm sedangkan pada tanaman hasil mutasi berkisar antara 20-22 cm. Demikian pula pada bobot malai kering, pada tanaman induknya malai yang dihasilkan hanya 68,4 g lebih rendah dibanding tanaman hasil mutasi yaitu berkisar antara 73,1 gr berasal dari radiasi 60 Gy dan 139, 4 g berasal dari radiasi dosis 50 Gy. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa radiasi yang diberikan menghasilkan tanaman dengan karakter lebih baik. Galur mutan yang menghasilkan malai lebih panjang dan bobot malai lebih tinggi dibandingkan dengan induknya dievaluasi dan diseleksi lebih lanjut.

Keragaman genetik akibat dari mutasi dapat diidentifikasi secara morfologi, agronomi dan molekuler (Mudibu et al 2012; Ramani et al 1991). Efektifitas perbaikan genetik untuk sifat-sifat yang diinginkan seperti sifat agronomis dan fisiologi dalam program pemuliaan mutasi, di tentukan oleh dosis iradiasi dan tingkat radiosensifitas tanaman yang diradisi dan kondisi material saat diberi perlakuan radiasi (Asadi 2013). Pada tanaman kedelai varietas Argomulyo, keragaman yang tinggi pada generasi M2 diperoleh melalui iradiasi dengan dosis 200 Gy.

Pemuliaan melalui mutasi sangat efektif bila diaplikasikan pada tanaman dengan keragaman genetik yang rendah seperti pada tanaman kedelai, nilam, pisang sorgum dll. Keragaman genetik dapat ditingkatkan melalui induksi mutasi dengan radiasi ion (Mudibu et al 2011; Bhatnagar 1991). Hasil penelitian Mudibu et al (2012), iradiasi sinar gamma pada tanaman kedelai diperoleh peningkatan hasil pada produksi biji galur mutan M2 dari

perlakuan 0,4 kGy iradiasi sinar gamma. Diperolehnya hasil lebih tinggi pada karakter agronomi yang signifikan telah dilaporkan dari beberapa hasil penelitian. Khan et al (1989) mendapatkan hasil yang sangat nyata pada peningkatan hasil biji Chicpea dari perlakuan radiasi sinar gamma dengan dosis 0,6 k Gy.

Evaluasi galur mutan (M2)

Pertumbuhan tanaman galur mutan (M2) di lapang tampak optimal, tinggi tanaman rata-rata mencapai 2 m tanaman tampak tegar dengan diameter besar ± 2cm. Seleksi tanaman dilakukan berdasarkan karakter agronomi dan komponen hasil antara lain tinggi tanaman, diameter batang, tanaman tidak bercabang, malai panjang dan berisi penuh. Pengamatan pada tanaman yang telah diseleksi dapat dilihat pada Tabel 1.

Pengamatan tinggi tanaman dan diameter batang menghasilkan galur mutan tumbuh lebih tinggi dibanding induknya, dari angka standard deviasi menunjukkan bahwa iradiasi dengan dosis 50, 60 dan 70 Gy menghasilkan standart deviasi lebih tinggi yaitu berturut-turut 15,8;17,5 dan 18,7 sedangkan iradiasi 40 Gy stdev nya 1,6. Pada peubah diameter batang, menghasilkan galur mutan yang batangnya lebih besar dibanding induknya pada tanaman induknya berkisar 1,9 cm, pada galur mutan dihasilkan tanaman dengan diameter 2,2 -2,5 cm (Tabel 1). Radiasi dengan dosis 40 dan 70 Gy menghasilkan keragaman lebih tinggi yaitu 2,6 dan 2,1 dibanding radiasi dengan dosis 50 dan 60 Gy yaitu 0,2 dan 0,15.

Tinggi tanaman dan diameter batang merupakan karakter agronomi penting sebagai kriteria seleksi untuk tanaman sorgum manis, hal ini berhubungan dengan biomasa. Semakin tinggi tanaman dan diameter batang semakin besar didukung dengan kandungan brik gula maka galur tersebut diharapkan dapat dilepas menjadi galur unggul.

Tabel 1. Pertumbuhan tinggi tanaman galur mutan M2 Perlakuan Radiasi (Gy) Selang Tinggi tanaman (cm) /STDEV Diameter batang (cm)/STDEV 0 213,9 1,9 40 116-271/1,6 1,6-2,2/2,6 50 183-254/15,8 1,4-2,2/0,2 60 115-243/18,7 1,5-2,2/0,15 70 165-259/17,5 1,6-2,5/2,1

(4)

Seleksi galur mutan berdasarkan peubah tinggi tanaman dan bobot malai kering diperoleh 89 galur mutan M2 yang tingginya ≥ 2 m dan bobot malai ≥ 125 g. Seleksi berdasarkan kandungan brik gula ≥ 14 % diperoleh 71 galur, Seleksi menggunakan ke tiga peubah tersebut menghasilkan 14 galur mutan (Tabel 1).

Tabel 2. Hasil seleksi galur mutan M2 berdasarkan tinggi tanaman, bobot malai kering dan kandungan briks gula Perlakuan

dosis radiasi

(Gy)

Seleksi berdasarkan kandungan brik gula

(%) ≥ 14 %

Seleksi berdasar tinggi tanaman ≥ 2 m dan bobot malai

kering ≥ 135 g

Seleksi berdasar tinggi tanaman ≥ 2 m dan bobot malai kering ≥ 135 g dan kandungan brik gula

≥ 14 % 40 26 19 2 50 12 21 1 60 14 10 1 70 19 39 10 Jumlah 71 89 14

Kegiatan evaluasi dan seleksi yang efektif ialah dilakukan pada generasi ke-2 (M2) apabila diperoleh keragaman yang tinggi, pada penelitian ini iradiasi dengan dosis 40,50, 60 dan 70 Gy telah menghasilkan keragaman yang tiggi pada galur mutan M3 sebagai bahan seleksi lebih lanjut, dengan diperolehnya keragaman yang tinggi maka peluang untuk mendapatkan galur yang diinginkan dapat tepenuhi. Munculnya segregasi pada populasi galur M2 ditandai dengan peningkatan keragaman dibandingkan induknya. Dosis radiasi yang diberikan pada penelitian ini berkisar pada dosis LD50 pada dosis tersebut dianggap sebagai dosis optimum guna

menghasilkan perubahan genetik yang diinginkan, namun tidak menyebabkan kerusakan atau perubahan terhadap sifat baik yang sudah dipunyai oleh tanaman tersebut (Broertjes dan Van Harten 1988).

Tabel 3. Komponen hasil panjang malai, bobot malai kering dan bobot biji bersih galur mutan M2 Perlakuan dosis radiasi (Gy) Kisaran panjang malai (cm) /STDEV

Kisaran bobot malai kering (g)/STDEV

Kisaran bobot biji bersih (g)/STDEV 0 23,18 114,36 90,3 40 20-26 /31,7 34-186,2 (31,7) 16,6 -154,6 50 18-26 (1,7) 53-203,6 (28,87) 43-176,8 (24,5) 60 19-25 (1,6) 62,6 – 213,2 (36.7) 41,6 – 151 (25,7) 70 17-26 /1,8 59 – 192,4 (30,61) 40,6 -148,6 (25,02)

Panjang malai, bobot malai kering dan bobot biji bersih merupakan komponen hasil sebagai kriteria seleksi untuk mengetahui produksi masing-masing galur. Pada ketiga peubah yang digunakan menunjukkan bahwa radiasi dengan sinar gamma dosis 40-70 Gy dapat meningkatkan keragaman genetik serta hasil lebih tinggi. Bobot malai kering pada tanaman induknya berkisar 114,366 g/malai, pada galur mutan hasil radiasi dengan dosis 40-70 Gy yang tinggi yaitu 186-213 g. Demikian pula hasil biji kering per malai menunjukkan adanya peningkatan pada tanaman induknya biji bersih berkisar 90,3 g/malai, pada galur mutan menghasilkan tanaman dengan produksi biji bersih antara 148,6- 178,6. Dari angka standart deviasi pada panjang malai, bobot malai kering dan bobot biji bersih menunjukkan adanya produksi yang meningkat dari perlakuan radiasi yang diberikan. Kisaran antara angka terendah dan tertinggi pada peubah yang diamati menunjukkan bahwa populasi yang berasal dari perlakuan iradiasi mempunyai keragaman yang cukup besar

Asadi (2013) menyatakan bahwa pada tingkat tertentu, mutasi dapat menimbulkan ragam genetik yag berguna dalam pemuliaan tanaman, tetapi perubahan genetik bukan karena rekombinasi. Pemuliaan mutasi dapat digunakan untuk mendapatkan varietas unggul dengan perbaikan beberapa sifat saja tanpa merubah sebagian besar sifat baiknya (Soeranto 2003).

Efektivitas perbaikan genetik untuk sifat-sifat yang diinginkan seperti nilai agronomis, fisiologi dalam program penelitian mutasi ditentukan oleh dosis iradiasi dan tingkat radio sensifitas tanaman yang diradiasi dan kondisi tanaman saat diradiasi (Asadi 2003). Pemuliaan melalui mutasi mempunyai peran cukup besar dalam perbaikan tanaman dan telah banyak menghasilkan tanaman unggul (Taryono et al 2011). Sebagai contoh sorghum ZH-30 berasal dari China, kemudian di beri perlakuan radiasi sinar gamma, menghasilkan galur baru yang berbeda dengan induknya pada peubah rasa dan kualitas patinya (Santosa dan Human 2009).

(5)

Kondisi populasi tanaman di mana seleksi akan di lakukan sangat menentukan keberhasilan program pemuliaan tanaman. Tingkat keberhasilan terutama sangat ditentukan oleh adanya variasi genetik di dalam populasi (Kuckuck 1991). Pengamatan panjang malai, bobot malai kering dan bobot biji bersih menunjukkan adanya angka selang yang cukup besar. Pada Tabel 3 pada peubah panjang malai dihasilkan galur-galur mutan dengan malai lebih panjang dibanding induknya demikian pula pada bobot kering malai. Perlakuan radiasi degan dosis 70 Gy menghasilkan galur somaklon yang menghasilkan bobot malai ≥125 g paling banyak yaitu 37 nomor.

4. SIMPULAN

Radiasi pada eksplan tunas kecambah sorgum varietas numbu dengan dosis 40,50,60 dan 70 Gy, dapat meningkatkan keragaman genetik tanaman. Hasil seleksi pada populasi galur mutan M2 menghasilkan 71galur

mutan dengan kandungan gula brik tinggi, 89 galur berdasarkan tinggi tanaman dan bobot malai kering. Nilai ragam yang tinggi pada galur-galur yang dihasilkan memberikan peluang untuk dilakukan seleksi lebih lanjut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada proyek Kerjasama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional (KKP3N), tahun anggaran 2015. Badan Litbang Pertanian yang telah membiayai penelitian ini sampai selesai.

REFERENCES

[1] Almodares, A and A. Sepahi. 1996. Comparison Among Sweet Sorghum Cultivars, Lines And Hybrids For Sugar Production. Ann. Plant Physiol. 10:50-55

[2] Asadi. 2013. Pemuliaan Mutasi Untuk Perbaikan Terhadap Umur dan Produktivitas Pada Kedelai. Jurnal Agrobiogen 9(3):135-142.

[3] Bhatnagar, S. M. 1991. Induced Variability in Kabuli Chickpea (Cicer arietinum L.), Proceedings of International Symposium on the Contribution of Plant Mutation Breeding to Crop Improvement, Vienna, Vol. 553:455-462, 18-22 June 1991.

[4] Broertjes, C and A.M. Van Harten. 1988. Applied Mutation Breeding for Vegetatively Propagated Crops. Crops Sci. 345 pp. [5] Carpita N.C., M.C. McCann. 2008. Maize and sorghum: Genetic Resources for Bioenergy Grasses. Trends Plant Sci

13:415–420

[6] Gibbons, W., C. Westby, and T. Dobbs. 1986. Intermediate-Scale, Smicontinuous Solid-Phase Fermentation Process For Production of Fuel Ethanol From Sweet Sorghum. Appl. And Environ. Microbiol. 51(1):115-122

[7] Jain, S.M.2010. Mutagenesis in Crop Improvement Under The Climate Change. Romanian Biotechnological Letters. 15(2): 88-106.

[8] Khan, A., K. Hayat., S.Hassan., M.Sadiq and M. Hashim.1989. Gamma Radiation Induced Variation in Some Genetic Parameters in Sorghum Cultivars in M2 Generation. Sarhad Journal of Agriculture, 5( 2): 199-203.

[9] Kuckuck, H., G.Kobabe dan G.Wenzel.1991. Fundamentalas of Plant Breeding Springer Ver;ag Publication. BBN 3-540.52109-7.

[10] McLaren, J.S., N, Lakey, and J, Osborne. 2003. Sorghum as A Bioresources Platform for Future Renewable Resources, Proc. 57th Corn and Sorghum Research Conference, CD ROM. American Seed Trade Association, Alexandria, VA, USA. [11] Mudibu, J., K.K.C. Nkongolo., A. Kalonji-Mbuyi and R.V.Kizungu. 2012. Effect of Gamma Irradiation on Morpho-Agronomic

Characteristics of Soybeans (Glycine max L.), American Journal of Plant Sciences, 3(3)331-337.

[12] Mudibu, L., K.K.Nkongolo., M. Mehes-Smith and A. Kalonji-Mbuyi. 2011. Genetic Analysis of a Soybean Genetic Pool Using ISSR Marker: Effect of Gamma Radiation on Genetic Variability, International Journal of Plant Breeding, 5(3):235-245. [13] Pabendon, M.B., S. Masíud, S. Rosalia., Sarungallo dan N.Amin. 2012. Penampilan Fenotipik dan Stabilitas Sorgum Manis

untuk Bahan Baku Bioetanol. Jurnal Penelitian Pertanina Tanaman Pangan. 31 (1): 60-69.

[14] Prasad, S., A. Singh, N. Jain, and H. Hoshi. 2007. Ethanol Production from Sweet Sorghum Syrup for Utilization As Automotive Fuelin India. Energy and Fuels 21:2415-2420.

[15] Ramani, G.M and Jadon B.S. 1991. Induced Variability in Groundnut in M2 Generation. Gujarat Agricultural University

Research J. 16(2): 23-26.

[16] Rooney, W., J. Blumenthal, B. Bean, and J. Mullet. 2007. Designing Sorghum as A Dedicated Bioenergy Feedstock. Biofuels, Bioproducts and Biorefining 1:147-157.

[17] Santosa, D.D.S and S. Human.2009. Modified Strach Of Sorghum Mutant Line Zh-30 for Hight Fiber and Muffin Product. Atom Indonesia. 35 (1) 1-9.

[18] Sirappa.M.P.2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia Sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan dan Industri. Jurnal Litbang Pertanian, 22(4): 133-140.

[19] Soedjono, S. 2003. Aplikasi Mutasi Induksi dan Variasi Somaklonal dalam Pemuliaan Tanaman. Jurnal Litbang Pertanian, 22(2):70-77.

[20] Soeranto. H. 2008. Prospek dan Potensi Sorgum Sebagai Bahan Baku Bioetanol. Makalah Disajikan Dalam Pelatihan Bioetanol Berbasis Sorgum oleh BSL Energi kerjasama dengan PATIR- BATAN dan PT. Blue Indonesia, Jakarta. 22-23 November 2008.

(6)

[21] Soeranto.H. 2003. Peran Iptek Nuklir dalam Pemuliaan Tanaman Untuk Mendukung Industri Pertanian. Prosldlng Pertemuan Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TN Batan Yogyakarta 8 Juli, 303-315. [22] Taryono., P.Cahyaningrum dan S.Human.2011. The detection of Mutational Changes in Sorghum using RAPD. Indonesian

Jurnal of Biotecnology.16(1):66-70.

[23] Venturi, P., and G. Venturi. 2003. Analysis of Energy Comparison for Crops in European agricultural systems. Biomass and Bioenergy 25(3):235-55.

[24] Xin.Z., M.L. Wang., G. Burow, J. Burke. 2008. In Induced Sorghum Mutant Population Suitable For Bioenergi Research. Bioenergi Res.2:10-16

Gambar

Tabel 1. Pertumbuhan tinggi tanaman galur mutan M2
Tabel 3. Komponen hasil panjang malai, bobot malai kering dan bobot biji bersih galur mutan M2

Referensi

Dokumen terkait

Hidroekstraksi dengan suhu yang diatur dapat menarik senyawa-senyawa flavonoid, tannin dan saponin pada daun ketapang sehingga ekstrak memiliki potensi antimikroba terhadap

Menurut Soekondo Bustaman dalam bukunya, lukisan ini jelas sekali menampakkan pengaruh yang sangat besar dari karya Géricault yang berjudul The Raft of the “Medusa”

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Pengambilan kebijakan pembentukan dua dinas pendidikan di Kabupaten Bantul memiliki latar belakang politis untuk memberikan perimbangan

1) melakukan crawling ke server dari file XML. 2) mengubah alamat server yang digunakan. 3) melihat daftar crawling yang telah dilakukan. 4) melihat halaman web hasil crawling

Selain itu alunan musik menciptakan ketenangan dan kenyamanan, sebagai pendidikan moral, mengubah dan mengendalikan emosi, mengembangkan spiritual serta dipercaya dapat

Kemampuan guru mengelola kelas akan menciptakan proses belajar mengajar yang efektif, dalam konteks peningkatan efektivitas kelas, guru tidak cukup hanya dengan

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa pestisida nabati ekstrak babadotan yang ditambahkan pada media PDA secara nyata menurunkan daya kecambah konidia jamur.. Pada perlakuan X1

Figure 3 shows that tbe watcr vapor adsorption uns influenced by the material actination and modification on watcr vapor filter. So, lhe cmdification of zeolit + cocoa