PEDOMAN
PELAYANAN PENEMPATAN
TRANSMIGRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengarahan Penduduk secara keruangan yang difasilitasi pemerintah seperti halnya transmigrasi, minimal akan melibatkan dua Pemerintah Daerah, yakni Daerah Tujuan yang menyediakan ruang sekaligus tempat tinggal, tempat berusaha dan bekerja serta Pemerintah Daerah Asal yang akan menyediakan sumber daya manusia.
Mekanisme pembangunan ketransmigrasian pada dasarnya merupakan pelaksanaan dari Pasal 8 ayat (1) Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang dalam penjelasannya menyatakan kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada daerah dalam rangka desentralisasi harus disertai dengan pengesahan dan pengalihan pembiayaan sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan. Namun demikian disadari bahwa dalam masa transisi, pelaksanaan pembangunan ketransmigrasian belum sepenuhnya dipahami oleh jajaran pelaksana di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, diperlukan adanya pedoman pelaksanaan pelayanan penempatan yang meliputi pemberian permakanan selama 3 hari dalam masa adaptasi, undian rumah,
kartu jaminan hidup (jadup), paket-paket bantuan perbekalan, pertanian, pertukangan dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai warga setempat yang dapat dijadikan acuan bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan perpindahan transmigrasi sebagai salah satu implementasi Otonomi Derah.
B. Tujuan Dan Sasaran
1. Tujuan :
Memberikan acuan kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan penempatan melalui transmigrasi sesuai dengan kriteria pelayanan yang ditetapkan.
2. Sasaran :
a. Terlaksananya penempatan transmigran di
lokasi permukiman transmigrasi dengan tertib dan lancar.
b. Terlaksananya penetapan status
trans-migran dan pengaturan transtrans-migran pengganti sesuai program.
C. Pengertian
1. Pedoman adalah acuan yang bersifat umum
yang dalam pelaksanaannya dapat dijabarkan lebih lanjut sesuai dengan kondisi karakteristik dan kemampuan daerah setempat.
(WPT) adalah wilayah potensial yang ditetapkan sebagai pengembangan pemukiman transmigrasi untuk mewujudkan pusat pertumbuhan wilayah harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
3. Lokasi Pemukiman Transmigrasi (LPT)
adalah lokasi potensial yang ditetapkan sebagai pemukiman transmigrasi untuk mendukung pusat pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau yang sedang berkembang.
4. Transmigrasi adalah pindahan penduduk
dan satu daerah ke daerah lain diwilayah Republik Indonesia untuk tinggal menetap dalam rangka pembentukan masyarakat baru serta untuk pembangunan daerah, baik untuk yang ditinggalkan maupun yang didatangi dalam rangka pembangunan Nasional.
5. Calon Transmigran adalah setiap warga
negara RI keluarga yang secara sukarela mendaftarkan diri untuk mengikuti program transmigrasi, yang setelah diseleksi, dinyatakan memenuhi syarat untuk menjadi peserta program transmigrasi.
6. Transmigran adalah warga setiap negara RI
yang secara sukarela dipindahkan atau pindah ke daerah transmigrasi yang biaya pemindahannya ditanggung oleh pemerintah atau atas biaya sendiri.
daerah provinsi atau daerah Kabupaten/Kota yang wilayahnya dikembangkan menjadi WPT atau LPT.
8. Daerah Pengirim adalah wilayah
administrasi daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota yang penduduknya pindah melalui transmigrasi.
9. Penempatan adalah kegiatan penataan dan
pengaturan transmigrasi di lokasi permukiman transmigrasi.
10. Transmigran Pengganti adalah transmigran
yang menggantikan status transmigran yang telah dicabut statusnya berdasarkan keputusan Bupati/ Walikota/Pejabat setempat.
11. Transmigran Penduduk Asal (TPA) adalah
penduduk yang berpindah dari Provinsi atau Kabupaten/Kota ke Provinsi atau Kabupaten/ Kota yang lain melalui program transmigrasi
12. Transmigran Penduduk Setempat (TPS)
adalah penduduk yang wilayah tempat tinggal dan atau tempat usahanya berdasarkan peruntukan dan pemanfaatan tata ruang diperlukan bagi areal pembangunan transmigrasi dan yang bersangkutan bersedia menjadi transmigran.
D. Ruang Lingkup
Prosedur pelayanan penempatan transmigran menguraikan tentang tata cara dalam memberikan pelayanan penempatan kepada transmigran yang meliputi penerimaan rombongan, pembagian rumah dan pemberian bantuan peralatan/perbekalan sampai pada pemberian status (KTP) sebagai penduduk setempat.
E. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
II. ROSEDUR PENEMPATAN
A. Penerimaan
Pelayanan penerimaan diberikan kepada calon transmigran setibanya dilokasi tujuan untuk memberikan bantuan dan pendampingan agar cepat beradaptasi dengan lingkungan sehingga dapat segera melakukan kegiatan yang produktif. Kriteria yang harus dipenuhi dalam pelayanan penerimaan adalah sebagai berikut :
1. Menjemput rombongan transmigran
bersama-sama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat setempat.
2. Pengecekan ulang terhadap jumlah KK/Jiwa
dari Daerah Pengirim.
3. Pengecekan barang bawaan
4. Memberikan informasi tentang kondisi lokasi
permukiman.
5. Memberikan layanan kesehatan.
6. Menyediakan angkutan ke lokasi penempatan.
7. Memberikan kemudahan kepada transmigran
untuk mendapatkan hak dan kewajiban di lokasi permukiman.
B. Pembagian Rumah
Pembagian rumah dilaksanakan melalui undian agar dapat membaur sesuai dengan komposisi daerah pengirim dan daerah penerima.
C. Layanan Permakanan dan Pembagian pembekalan
Setibanya rombongan di lokasi segera diberikan layanan-layanan sebagai berikut :
1. Memberikan layanan permakanan selama 3
berturut-turut dalam proses adaptasi di lokasi
2. Membagikan perbekalan/peralatan
pertanian/pertukangan.
3. Membuat Berita Acara serah terima
penempatan
4. Memberikan KTP sebagai penduduk setempat.
D. Tempat Tinggal.
Pemberian daftar difinitif tempat tinggal transmigran penduduk asal dan transmigran penduduk setempat yang dilengkapi dengan :
1. Nomor rumah dalam suatu blok
2. Pembentukan ketua kelompok/RT
3. Kartu jaminan hidup 4. Kartu kesehatan
5. Bantuan paket pertanian dan lain lain.
E. Status Transmigran
Status transmigran ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota setempat sebagai bukti bahwa yang bersangkutan sesuai dengan tempat tinggal baru, nama blok, dan nomor rumah, serta mempunyai hak untuk mendapatkan fasilitas dari Pemerintah Kabupaten/Kota dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun dan sekaligus mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai penduduk/warga di Kabupaten/Kota setempat.
III. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
A. Pemerintah Pusat
1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan serta
menyusun pedoman pelayanan penempatan dalam rangka pelaksanaan perpindahan transmigrasi.
2. Memfasilitasi dan mendorong serta
memperlancar pelaksanaan pelayanan penempatan dalam kegiatan perpindahan transmigrasi.
3. Melaporkan hasil kegiatan pelayanan
penempatan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi cq Direktur Jenderal Mobilitas Penduduk.
B. Pemerintah Provinsi
1. Melakukan sinkronisasi kebijakan dan
pedoman pelayanan penempatan yang telah disusun oleh Pemerintah Pusat dan menindak lanjuti dalam bentuk Petunjuk Teknis untuk memperjelas dalam pelaksanaan operasional oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Memfasilitasi dan mendorong serta
memperlancar pelaksanaan kegiatan pelayanan penempatan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dilingkungannya.
3. Melaporkan hasil kegiatan pelayanan
penempatan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi cq Direktur Jenderal Mobilitas Penduduk.
C. Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Melaksanakan kegiatan pelayanan
penempatan sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah ditetapkan.
2. Melakukan sinkronisasi kebijakan dan
pedoman pelayanan penempatan dengan kebijakan Pemerintah Pusat/Provinsi.
3. Mengidentifikasi potensi sumber daya manusia berdasarkan kompetensi dan kesesuaian aspirasi masyarakat dengan kebutuhan potensi daerah tujuan.
4. Melaporkan perkembangan pelaksanaan
A. Pemantauan
1. Pemantauan diarahkan pada aspek kegiatan
dan penggunaan anggaran dalam seluruh tahapan kegiatan pelayanan penempatan meliputi lingkup perencanaan, perumusan kebutuhan, program, pelaksanaan dan pengendalian.
2. Pemantauan dilaksanakan secara terus
menerus sepanjang waktu proses pelaksanaan pelayanan penempatan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.
3. Hasil pemantauan dilaporkan secara
berjenjang dari tingkat Kabupaten/Kota hingga tingkat Pusat.
B. Evaluasi
1. Evaluasi ditujukan untuk menilai dan
menganalisa pelaksanaan pelayanan penempatan secara berjenjang sesuai dengan pedoman yang ada.
2. Penilaian berdasarkan.
a. Pelaksanaan teknis pelayanan dengan jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota.
b. Ketepatan waktu penyelesaian kegiatan. c. Pemanfaatan anggaran.
berjenjang dari tingkat Kabupaten/Kota hingga Provinsi.
4. Mekanisme pelaporan evaluasi sebagai
berikut :
a. Bupati/Walikota secara berkala melaporkan kepada Gubernur.
b. Gubernur secara berkala melaporkan
kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi cq Direktur Jenderal Mobilitas Penduduk.
C. Tata Laksana Pemantauan dan Evaluasi
1. Pemerintah Pusat
a. Pemantauan dilaksanakan secara
berjenjang sesuai dengan jenjang kewenangan yang dimiliki lembaga dan organisasi dari tingkat Pusat hingga Kabupaten/Kota.
b. Hasil Pemantauan dilaporkan kepada
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Cq Direktur Jenderal Mobilitas Penduduk.
2. Pemerintah Daerah
Evaluasi berdasarkan aspek kebijakan ketransmigrasian dan pedoman pelayanan penempatan yang diarahkan pada :
a. Kesesuaian dengan kepentingan dan kebutuhan daerah dan masyarakat setempat.
b. Efektivitas keberhasilan pelaksanaan
pelayanan penempatan sesuai acuan yang telah ditetapkan.
V. P E N U T U P
Pedoman pelayanan penempatan perlu dijabarkan lebih lanjut oleh instansi di tingkat daerah menjadi Petunjuk Pelaksanaan dalam operasional di lapangan.
Selain itu pedoman ini masih dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada khususnya yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan institusi Pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah serta perubahan visi dan misi penyelenggaraan perpindahan transmigrasi.