• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Sri Linda Lusianti Mahasiswa Jurusan Pend. Matematika, Hamzah Uno, Lailany Yahya LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

(Suatu Penelitian pada Siswa Kelas VIII-1 di SMP Negeri 10 Gorontalo)

Artikel

Oleh : Sri Linda Lusianti

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd Dra. Lailany Yahya, M.Si NIP. 19630601 199003 1 003 NIP. 19681219 199403 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Dra. Lailany Yahya, M.Si NIP. 19681219 199403 2 001

(2)

Sri Linda Lusianti Mahasiswa Jurusan Pend. Matematika, Hamzah Uno, Lailany Yahya MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PADA

MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Sri Linda Lusianti, Hamzah Uno, Lailany Yahya Email: Srilindalusianti@yahoo.co.id

Jurusan Pendidikan Matematika Program Studi S1 Pend, Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo 2014

ABSTRAK

SRI LINDA LUSIANTI. Nim 411409086. MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH. Skripsi . Pendidikan Matematika Program Studi S1 Pend. Matematika Fakultas Mipa Universitas Negeri Gorontalo 2014

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 10 Gorontalo pada materi sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 10 Gorontalo yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri empat komponen, yaitu: Perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan atau observasi dan pemberian tes pada setiap akhir siklus pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus 1 terdapat 21 dari 32 siswa (63%) yang dikenai tindakan memperoleh nilai diatas 70. Persentase keberhasilan siswa pada siklus 1 ini belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, untuk itu perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Belum tercapainya indikator kinerja, disebabkan persentase. Disebabkan Persentase kegiatan guru mencapai 81,4% dan Kegiatan siswa mencapai 80,6% pada kategori baik dan sangat baik. Berdasarkan hasil yang belum mencapai indikator kerja siklus I maka dilaksanakan perbaikan strategi pembelajaran pada siklus II. Hasil menunjukan bahwa 28 dari 32 siswa (87,5%) yang dikenai tindakan, memperoleh nilai diatas 70. Disebabkan persentase kegiatan guru mencapai 91,3% dan kegiatan siswa 88,2%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi Sistem Persamaan linear dua variabel maka kemampuan siswa dalam menyelesaikan Soal-soal pada siswa kelas VIII-1 di SMP Negeri 10 Gorontalo tahun 2013/2014 dapat meningkat”.

(3)

Sri Linda Lusianti Mahasiswa Jurusan Pend. Matematika, Hamzah Uno, Lailany Yahya

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah yang memuat pengetahuan dasar dan teknologi. James & James dalam Suherman (2003: 16) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam 3 bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Dalam pembelajaran matematika cenderung siswa masih banyak yang belum paham dengan materi yang telah di ajarkan oleh guru. Rendahnya penguasaan materi terhadap siswa tidak lepas dari peran guru dalam pembelajaran, terutama strategi pembelajaran yang dikembangkan. Guru kurang menerapkan strategi yang berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan belajar matematika diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuanya dalam melakukan aktivitas berhitung, mengukur, dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari – hari. Setiap siswa menginginkan hasil yang baik dalam proses pembelajaran. Hal tersebut di jadikan tolak ukur dalam proses pembelajaran . Hasil berupa nilai yang baik pada mata pelajaran metematika dapat dicapai apabila terlaksana proses belajar mengajar yang baik.

Hal di atas dapat dicapai kalau guru mampu melakukan refleksi dalam pembelajarannya. Menjadi tugas guru untuk melakukan perubahan yang lebih baik agar pembelajaran lebih aktif dan siswa dapat mengembangkan kemampuannya. Untuk melakukan itu perlu disusun model pembelajaran dan dicarikan alternatif yang dapat memperbaiki pembelajaran matematika tersebut. Salah satu alternatif yakni model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk dapat meningkatkan kualitas belajar tersebut terjadi perubahan fokus pembelajaran dari berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa. Pembelajaran dengan lebih memberikan nuansa yang harmonis antara guru dan siswa dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dan mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya.

Pembelajaran yang berpusat pada siswa mempunyai tujuan agar siswa memiliki motivasi tinggi dan kemampuan belajar mandiri serta bertanggung jawab untuk selalu memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ada beberapa pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu pembelajaran berbasis masalah.

KAJIAN TEORI

Menurut Whanlaba (2013) bahwa kemampuan berasal dari kata mampu yang menurut kamus bahasa Indonesia mampu adalah sanggup. Jadi kemampuan adalah sebagai keterampilan (skiil) yang dimiliki seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu soal matematika.

Hal ini berarti bisa seseorang terampil dengan benar menyelesaikan suatu soal matematika maka orang tersebut memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal. Polya mengatakan “pemecahan masalah” sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Sedangkan Krulik, Stephen dan Rudnick mendefinisikan penyelesaian masalah sebagai suatu cara yang dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari siswa yang tidak rutin. Soal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pertanyaan-pertanyaan

(4)

Sri Linda Lusianti Mahasiswa Jurusan Pend. Matematika, Hamzah Uno, Lailany Yahya

yang mempergunakan konsep- konsep dasar yang telah dketahui untuk menyelesaikan masalah dengan bantuan keterampilan kognitif (Whanlaba: 2013)

Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuka menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan dalam Rosna: 2012)..

Menurut Sumarmi (2012: 158) pembelajaran berbasis masalah marupakan representasi dimensi-dimensi proses yang alami, bukan satu usaha yang dipaksakan. PBL merupakan model pembelajaran dinamis sehingga menjadikan siswa lebih terampil ,hal ini di sebabkan siswa mempunyai preseur internal lebih yang tersusun dari awal. Dengan pembelajaran berbasis masalah,siswa dapat mengembangkan ide dan pemikiranya,berbeda dengan hapalan yang menggunakan sedikit pemikiran, PBL memperluas proses berfikir Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Misalnya kamu mempunyai dua bentuk PLDV yaitu ax + by = p dan cx + dy = q . Karena variable X dan Y dari dua bentuk PLDV tersebut. Hubungan itu dinamakan sistem. Oleh kerena system tersebut terdapat didalam PLDV , maka sistem tersebut dinamakan system persamaan linear dua variable (SPLDV). Bentuk umum SPLVD adalah sebagai berikut:

{ Dengan a,b,c,d,dan q merupakan bilangan real

METODE PENULISAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Gorontalo Jln.Palma kec. dungingi Kota Gorontalo. Pada siswa kelas VIII-1 Tahun pelajaran 2013-2014, semester ganjil selama 3 bulan terhitung sejak Nonember – Desember sampai Januari 2014. Pada kelas VIII-1 dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari laki-laki 14 dan perempuan 18 dengan kemampuanya yang berbeda-beda. Penelitian tindakan kelas ini di bagi dalam dua siklus . Hal ini di lakukan untuk mencapai hasil yang maksimal. Jika siklus 1 tidak menunjukan hasil yang diharapkan , maka akan di lanjutkan ke siklus berikutnya .

Presedur penelitian tindakan kelas kemmis dan mctaggart (dalam susilo dkk, 2008:13-14) yang terdiri dari siklus sebagai berikut:

3.4.1. Tahap Perencanaan / Persiapan

1. Meminta izin kepada kepala sekolah serta meminta persetujuan dari guru mata pelajaran metematika 2. Mengadakan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika untuk pelaksanaan penelitian

3. Menyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar observasi kegiatan guru dan siswa. 4. Menyiapkan lembar penilaian dan soal tes evaluasi untuk peserta didik

5. Menyiapkan alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian

6. Merencanakan dan menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas 3.4.2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

(5)

Sri Linda Lusianti Mahasiswa Jurusan Pend. Matematika, Hamzah Uno, Lailany Yahya

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I mengacu pada skenario pembelajaran sebagai berikut.

a) Kegiatan pendahuluan

1) Menyiapkan siswa untuk belajar.

2) Melakukan apersepsi dengan cara mengingatkan kembali materi pelajaran yang sebelumnya sudah dipelajari.

3) Memberikan motivasi dengan cara menyampaikan tujuan pembelajaran akan pentingnya mempelajari materi sistem persamaan linear dua variabel.

4) Memberikan asosiasi dengan cara mengaitkan materi persamaan linear dua variabel dengan peristiwa yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

b) Kegiatan inti

(Fase 1: Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa)

1) Menjelaskan secara ringkas dan jelas kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu berupa proses-proses dan prosedur model PBL.

2) Menyodorkan/menyuguhkan situasi bermasalah untuk melibatkan siswa dalam identifikasi permasalahan.

(Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk meneliti)

3) Mengorganisasikan siswa ke dalam tim-tim investigasi, setiap tim investigasi terdiri dari 4-5 siswa yang berkemampuan heterogen.

4) Membagikan LKS kepada masing-masing tim investigasi.

5) Meminta siswa untuk mencermati serta mendefinisikan permasalahan yang tertuang dalam LKS. (Fase 3: Membantu investigasi (membimbing pemecahan masalah) secara individual maupun kelompok) 6) Mendorong siswa mengumpulkan data atau informasi yang berkaitan dengan konteks permasalahan

tersebut dan melakukan eksperimen.

7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan kelompok masing-masing dan melakukan pemecahan masalah, sekaligus memberi penekanan bahwa mereka akan ditunjuk secara acak untuk menyampaikan hasil karyanya.

8) Membimbing dan mengarahkan siswa selama jalannya diskusi, serta mengawasi dan mengendalikan situasi kelas agar kegiatan siswa dalam melakukan pemecahan masalah berjalan dengan baik.

(Fase 4: Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya)

9) Membantu siswa dalam menyiapkan karya seperti laporan (hasil kerja kelompok).

10) Menunjuk secara acak salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil karya (hasil pemecahan masalah kelompoknya) dan mempersilahkan kelompok lain untuk menanggapi dan membandingkan hasil karya mereka.

(6)

Sri Linda Lusianti Mahasiswa Jurusan Pend. Matematika, Hamzah Uno, Lailany Yahya

11) Membantu menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir siswa, sehingga siswa dapat menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan yang telah dilakukan pada setiap tahapan pembelajaran. Hal ini juga digunakan untuk memeriksa kembali kebenaran hasil yang diperoleh.

c) Kegiatan penutup

1) Memfasilitasi siswa dalam memberikan simpulan akhir untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.

2) Memberikan tugas rumah (PR) berupa soal-soal latihan.

Adapun tahapan dari pelaksanaan tindakan model pembelajaran berbasis masalah ialah sebagai berikut : 1. Tahap Observasi dan Evaluasi

Pemantauan kegiatan proses belajar mangajar akan dilakukan oleh guru pengamat dengan menggunakan lembar aktivitas guru dan siswa, lembar pengamatan pengolahan pembelajaran serta tes hasil belajar siswa. Pemantauan akan dilakukan selama proses kegiantan belajar mengajar berlangsung, sedangkan evaluasi dilakukan pada tiap akhir siklus pembelajaran. Evaluasi di maksudkan untuk mengetahui /mengukur hasil belajar siswa

2. Tahap Analisis dan Refleksi

Analisis data merupakan hal yang paling penting dari proses penelitian tindakan kelas ,data yang dianalisis meliputi data aktivitas siswa,pengolahan pembelajaran, dan hasil belajar siswa

Analisis dilaksanakan secara kuantitatif dan kualitatif dengan memperhatikan data yang diperolah dari hasil pengamatan yang akan dievaluasi sedangkan refleksi dimaksudkan untuk melihat apakah tindakan yang dilaksanakan telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan atau belum

Untuk memperoleh data yang akurat maka kegiatan analisis dan refleksi akan dilakukan pada akhir siklus. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil yang telah dicapai dalam kegiatan yang telah dilaksanakan pada setiap siklus.

Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut. 1) Tes

Digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal –soal yang diberikan kepada siswa pada akhir tiap siklus.

2) Observasi

Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kegiatan guru mengajar kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah dan kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model Pembelajaran berbasis masalah, yang dilakukan pada tiap pertemuan. 2 Instrumen Pengumpulan Data

(7)

Sri Linda Lusianti Mahasiswa Jurusan Pend. Matematika, Hamzah Uno, Lailany Yahya

1) Tes, menggunakan instrumen (butir soal) untuk mengukur hasil dari tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal- soal . Tes yang digunakan berupa tes uraian.

2) Observasi, menggunakan lembar observasi/lembar pengamatan untuk menilai tingkatan kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran melalui model Pembelajaran berbasis masalah dan kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model Pembelajaran berbasis masalah.

Untuk selengkapnya penyusunan instrumen pengumpulan data dapat dijelaskan dibawah ini (Nafi’an: 2011)

a. Pengertian kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu soal matematika. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dapat dilihat dari perolehan hasil belajar. Selain itu juga dapat dilihat bagaimana siswa menyelesaikan soal tersebut sampai menemukan jawaban yang benar. Kemampuan menyelesaikan soal soal matematika tersebut ditunjukkan dengan menyelesaikan soal/masalah matematika berdasarkan indikator kemampuan siawa dalam menyelesaikan soal-soal, yaitu mengidentifikasi masalah, merencanakan penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah, serta menafsirkan solusinya.

b. Definisi Operasional

Kemampuan menyelesaikan soal –soal adalah skor kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah setelah mengalami proses interaksi pembelajaran matematika yang dapat diukur melalui tes kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. dengan indikator yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2) merencanakan penyelesaian masalah, (3) menyelesaikan masalah, serta (4) menafsirkan solusinya.

3.Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Standar Kompetensi : 2. Memahami Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Dan Menggunakanya Dalam Pemecahan Masalah..

Kompetensi Dasar : 2.1 Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

2.2 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya

2.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya

(8)

Sri Linda Lusianti Mahasiswa Jurusan Pend. Matematika, Hamzah Uno, Lailany Yahya Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Pada Materi

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Indikator Butir Soal

Indikator

Pemecahan Masalah Matematika

No Soal

Mengubah masalah sehari – hari kedalam model matematika berbentuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Indikator 1 – 4 1a, 1b, Mencari penyelesaian suatu masalah yang menyatakan dalam Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Indikator 1 – 4 2a,2b

Menggunakan grafik garis lurus untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variable

Indikator 1 – 4 3a, 3b

Menggunakan grafik garis lurus untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dua variable

Indikator 1 – 4 4a, 4b

Keterangan untuk indikator pemecahan masalah matematika

1. Mengidentifikasi masalah: mengidentifikasi apa yang diketahui dan ditanyakan dari masalah/soal matematika.

2. Merencanakan penyelesaian masalah: menetapkan/menuliskan rumus yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah/soal matematika.

3. Menyelesaikan masalah: melakukan perhitungan atau menyelesaikan masalah dari soal matematika dengan benar, lengkap, dan sistematis.

4. Menafsirkan solusi: membuat kesimpulan akhir dengan menjawab apa yang ditanyakan dari masalah/soal matematika.

(9)

Sri Linda Lusianti Mahasiswa Jurusan Pend. Matematika, Hamzah Uno, Lailany Yahya Analisis Data

Analisis data hasil tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan pada setiap akhir siklus pembelajaran, sedangkan observasi kegiatan siswa dan kegiatan guru dianalisis pada setiap akhir pengamatan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, jenis data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut. 1) Data Kuantitatif (hasil tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal –soal pada materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel) dianalisis secara deskriptif.

Data hasil tes siswa dinyatakan dalam nilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dalam rentang 0 – 100. Daya serap tertinggi yang di capai siswa adalah 100. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Sebagai kriteria keberhasilan siswa, peneliti menetapkan nilai rata-rata minimal 70, tergantung dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru. Ini berarti setiap siswa dikatakan berhasil jika tingkat capaian hasil tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal –soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. dalam pembelajaran hingga evaluasi mencapai nilai minimal 70.

2) Data Kualitatif (data hasil observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa) dianalisis secara kuantitatif

Kegiatan guru dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung akan diamati dan dinilai dari beberapa kompenen. Observasi kegiatan siswa dan kegiatan guru dianalisis pada setiap akhir pertemuan secara kuantitatif.

a. Indikator Kinerja

Untuk mengukur keberhasilan pada pelaksanaan tindakan ini, peneliti menggunakan indikator keberhasilan sebagai berikut.

1) Hasil observasi kegiatan guru menunjukkan bahwa minimal 85% dari keseluruhan aspek yang dinilai dalam proses pembelajaran mencapai kriteria minimal baik (B).

2) Hasil observasi kegiatan siswa menunjukkan bahwa minimal 85% dari keseluruhan aspek yang dinilai dalam proses pembelajaran mencapai kriteria minimal baik (B).

3) Hasil penilaian menunjukkan bahwa minimal 85% dari seluruh siswa yang dikenakan tindakan mencapai nilai ketuntasan minimal 70 pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian, baik pada siklus I maupun siklus II menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kualitas pembelajaran, baik menyangkut aspek-aspek kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru maupun aspek-aspek kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Data hasil pembelajaran siklus I menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel belum mencapai indikator seperti yang diharapkan. Hanya 21 dari 32 siswa

(10)

Sri Linda Lusianti Mahasiswa Jurusan Pend. Matematika, Hamzah Uno, Lailany Yahya

atau 65,6% dari keseluruhan siswa yang dikenai tindakan, memperoleh nilai ketuntasan yang ditetapkan. Hal ini berarti terdapat 11 siswa atau 34,4% siswa dinyatakan tidak tuntas.

Dengan angka ini berarti capaian pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan. Ketercapaian tersebut disebabkan belum optimalnya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, baik menyangkut kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model Pembelajaran berbasis masalah maupun kegiatan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan data hasil pengamatan kegiatan guru dan kegiatan siswa yang dilaksanakan oleh guru matematika dan teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat/observer pada pembelajaran siklus I, diketahui bahwa terdapat beberapa aspek kegiatan guru dalam menerapkan model Pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Data hasil observasi kegiatan guru pada pembelajaran siklus I menunjukkan bahwa dari 15 aspek kegiatan guru, terdapat 4 aspek atau 18,6% mencapai kriteria nilai pengamatan Cukup (C). Demikian pula dengan kegiatan siswa pada pembelajaran siklus I. Dari 11 aspek kegiatan siswa yang dilakukan pengamatan/diobservasi, 3 aspek atau 19,4% diantaranya belum terlaksana secara optimal dan dan hanya mencapai kriteria nilai pengamatan Cukup (C).

Hasil refleksi tersebut menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran yang menyangkut kegiatan guru dan kegiatan siswa serta capaian hasil belajar pada pembelajaran siklus I belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, setelah melakukan refleksi disepakati bahwa pembelajaran dilanjutkan pada siklus II, disertai rencana perbaikan dan penyempurnaan aspek-aspek pembelajaran yang belum optimal.

Peningkatan kualitas pembelajaran berdampak pada peningkatan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hasil analisis data pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa 28 dari 32 siswa atau 87,5% dari keseluruhan siswa yang dikenai tindakan mencapai nilai di atas 70.

Dari penjelasan diatas, melalui penerapan model Pembelajaran berbasis masalah, hasil tes kemampuan dalam menyelesaikan soal –soal siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 10 Gorontalo dapat meningkat.

Terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran serta dampaknya terhadap peningkatan hasil tes kemampuan dalam menyelesaiakan soal- soal kelas VIII-1 SMP Negeri 10 Gorontalo tahun 2013/2014 pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel yang dibelajarkan dengan menggunakan model Pembelajaran berbasis masalah sebagaimana diuraikan diatas, berarti hipotesis tindakan “Jika model Pembelajaran berbasis masalah diterapkan pada pembelajaran materi Sistem Persamaan Linear Dua Variebel, maka kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal – soal pada siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 10 Gorontalo tahun 2013/2014 dapat meningkat” dapat diterima.

(11)

Sri Linda Lusianti Mahasiswa Jurusan Pend. Matematika, Hamzah Uno, Lailany Yahya PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian data hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal- soal pada materi Persamaan Linear dua Variabel di kelas VIII-1 SMP Negeri 10 Gorontalo tahun pelajaran 2013/2014. Peningkatan yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk kriteria Sangat Baik (SB) sebesar 26,1% dan kriteria Baik (B) sebesar 65,2%. Dengan demikian, kriteria ketuntasan kegiatan guru telah tercapai dengan perolehan sangat baik dan baik sebesar 91,3%.

2. Kegiatan siswa selama proses pembelajaran untuk kriteria Sangat Baik (SB) sebesar 35,3% dan kriteria Baik (B) sebesar 52,9%. Dengan demikian, kriteria ketuntasan kegiatan siswa telah tercapai dengan perolehan sangat baik dan baik sebesar 88,2%.

3. Hasil tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi SPLDV yang memperoleh nilai di atas 70 sebesar 87,5% dari seluruh siswa yang dikenai tindakan. Dengan demikian, kriteria ketuntasan hasil belajar telah tercapai.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut.

1. Penggunaan model Pembelajaran berbasis masalah hendaknya dijadikan salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal – soal pada materi Sistem Persamaan linear dua Variabel

2. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru dapat memberikan variasi model pembelajaran, dan dalam memilih model, metode, dan pendekatan hendaknya memilih yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa dengan lebih memperhatikan materi yang akan diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Nafi’an, Muhammad. 2011. Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita. Yogyakarta: UNESA Rosna. 2012. Model-model pembelajaran (Edisi kedua). Badung: Radja Grapindo Persada

Sumarmi. 2012. Model-model Pembelajaran. Malang: Aditya media Publishing

Suherman, Erman dan Winata Putra, Udin. S. 1999. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Universitas Terbuka

Susilo, Herawati. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kepropesionalan Guru dan Calon Guru , Malang: Bayu media

Whanlaba.2012. Pengertian kemampuan siswa. Tersedia di: http://whanlaba. Blogspot/ Pengertian Kemampuan Siswa.htm. Diakses 25 Juni 2013

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan dalam pemodelan regresi logistik adalah data skor TPA (ujian tahap ke-1) dan hasil seleksi setiap tahap penerimaan mahasiswa baru D3KPLN tahun

Maksud pengobatan komplementer adalah bahwa obat tradisional tidak digunakan secara tunggal untuk mengobati penyakit tertentu, tetapi sebagai obat pendamping yang telah

Hasil dari penelitian ini, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara minat belajar peserta didik di SMK Negeri 5 Telkom dan LP Anak Banda Aceh setelah

Tujuan penelitian untuk mengetahui keanekaragaman fitoplankton dan kondisi kualitas perairan danau Situ Gunung, Sukabumi Jawa Barat berdasarkan nilai indeks saprobik..

Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif permissives yang fungsinya menyetujui (permissives menyetujui). Hal tersebut dapat dilihat dari tuturan Dyah yang

Pada penelitian ini, teknik yang digunakan untuk deteksi jalan dari citra satelit adalah menerapan k-mean menghasilkan cluster jalan, hasil dari cluster dilakukan proses

Pengasih dan Maha Penyayang, oleh karena kasih dan anugerahNya penulis dimampukan untuk merampungkan Tesis Magister yang berjudul “Gambaran Karakteristik Penderita,

E-CLING (Educational Cinta LINGkungan) dibuat berupa game menggunakan animasi SCRATCH dimana game ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan dapat