• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PERJUANGAN PALESTINE PADA NOVEL GADIS KECIL DI TEPI GAZA KARYA VANNY CHRISMA W DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN AKHLAK SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PERJUANGAN PALESTINE PADA NOVEL GADIS KECIL DI TEPI GAZA KARYA VANNY CHRISMA W DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN AKHLAK SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

i

NILAI-NILAI PERJUANGAN PALESTINE PADA

NOVEL GADIS KECIL DI TEPI GAZA KARYA

VANNY CHRISMA W DALAM PERSPEKTIF

PENDIDIKAN AKHLAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

EVI TRIYANI

NIM 111 11 060

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

NILAI-NILAI PERJUANGAN PALESTINE PADA

NOVEL GADIS KECIL DI TEPI GAZA KARYA

VANNY CHRISMA W DALAM PERSPEKTIF

PENDIDIKAN AKHLAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

EVI TRIYANI

NIM 111 11 060

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

اَولا ىَض ِر يِف َّب َّرلا ىَض ِر

ِدِل اَولا ِطَخَس يِف ِّب َّرلا ُطَخَسَو ِدِل

“Ridho Tuhan berada diridha orang tuanya, murka Tuhan

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur keadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis mempersembahkan skripsi ini kepada:

1. Bapak dan Ibundaku tercinta, Bapak Hudi Wiyono atau sering disapa Bapak Jimin dan Ibu Munjayanah tak lupa bapak ibu mertuaku Bapak Wandi dan Ibu Karsih yang selalu memberikan semangat tanpa henti dan telah banyak berkorban tanpa letih. Terimakasih atas cinta, kasih sayang, doa, serta nasihat yang tak henti terucap. Kalian adalah muara kasih dan sayang yang Allah Swt berikan untuk membimbing dan menuntun menuju Ridzo-Nya. Semoga Allah Swt selalu memberikan kesehatan, keselamatan dan keridzoan pada setiap langkah kehidupan di dunia maupun di akhirat. Amin

2. Suamiku Wardoyo dan anakku yang lahir pada 2 juli 2017 yang menjadi motivasi terbesarku untuk terus maju. Semoga Allah Swt selalu memberi kesehatan pada kalian.

3. Kakak Nur Kholis, ponakanku Najwa Nafi‟atul Maghfiroh, keluarga besar

(9)

ix

KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Wr. Wb

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.”

Segala puji bagi Allah Swt. atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih telah menghadirkan sosok ibu dan bapak dalam kehidupan umat di dunia ini. Shalawat beriring salam kepada Nabi besar Muhammad Saw. yang sangat menjunjung tinggi seorang ibu serta bapak, tidak hanya kepada ibu bapaknya sendiri tetapi terhadap semua orang tua.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan agama Islam. Skripsi ini adalah

“NILAI-NILAI PERJUANGAN PALESTINE PADA NOVEL GADIS KECIL DI

TEPI GAZA KARYA VANNY CHRISMA W DALAM PRESPEKTIF PENDIDIKAN AKHLAK.” Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai

pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

(10)

x

4. Ibu Maslikhah, S.Ag., M.Si. sebagai Dosen Pembimbing akademik dan selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah membimbing, mengarahkan dan mengorbankan waktunya untuk mnyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah mentransfer ilmunya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Bagian akademik, staf dan karyawan yang telah memberikan layanan serta bantuan.

7. Bapak dan Ibu penulis (Bapak Hudi Wiyono dan Ibu Munjayanah), kakak penulis (Mas Nur Kholis), ponakan penulis (Ndug Najwa) yang telah memberikan dukungan moril, materil, motivasi dan inspirasi terdasyat. 8. Suami tercinta (Wardoyo) dan anakku tercinta (Adam Dzulhilmi) yang

melengkapi kehidupanku dan yang selalu mendukung serta memberi motivasi untuk tetap berjuang.

9. Sahabat–sahabatku Ndug Nur, Rif‟ah, Rini, Mb Miza, Dwi, Martini, Siti, Ndug Iin, Ratih, Anisa, Ukhty Grup, Mb Ropik terimakasih atas dukungan, motivasi serta inspirasinya.

10.Teman–teman seperjuanganku angkatan 2011, khususnya teman–teman PAI kelas B.

(11)
(12)

xii ABSTRAK

Triyani, Evi. 2017. Nilai-Nilai Perjuangan Palestine pada Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza Karya Vanny Chrisma W dalam Perspektif Pendidikan Akhlak. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Maslikhah, S.Ag., M.Si.

Kata Kunci: Nilai-Nilai Perjuangan, Pendidikan Akhlak

Kehidupan modern ini menjadi penyebab kemerosotan akhlak anak bangsa jika tidak disesuaikan dengan pemahaman pendidikan akhlak di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan akhlak tidak hanya diperoleh dari lingkungan keluarga, di sekolah, di masyarakat atau pendidikan lainnya di luar pendidikan kelas. Pendidikan akhlak dapat diperoleh dari berbagai sumber. Salah satunya adalah melalui karya sastra yang bermutu dan berkualitas. Karya sastra selain sebagai sarana hiburan juga dapat digunakan sebagai sarana belajar. Salah satunya adalah novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Crisma W. yang sarat akan pendidikan akhlak. Fokus penelitian yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana nilai-nilai perjuangan Palestine dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W. 2. Bagaimana nilai-nilai perjuangan Palestine dalam Perspektif Pendidikan Akhlak. 3. Bagaimana implikasi nilai-nilai perjuangan Palestine pada novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W dalam Pendidikan Akhlak.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library research), menggunakan pendekatan deskriptif analisis dengan menggambarkan dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang mengandung tentang nilai-nilai perjuangan Palestine dan pendidikan akhlak dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang didiskripsikan. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi (documentation research methode), analisis data yang menggunakan skripsi ini adalah analisis isi (content analysis).

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ……… i

LEMBAR BERLOGO ………... ii

JUDUL ……….. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. iv

PENGESAHAN KELULUSAN ……… v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……… vi

MOTTO ………... vii

PERSEMBAHAN ………... viii

KATA PENGANTAR ………. ix

ABSTRAK ………... xii

DAFTAR ISI ………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xvi

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Fokus Masalah ……….. 7

C. Tujuan Penelitian ………. 7

D. Kegunaan Penelitian ………. 8

E. Metode Penelitian ………. 9

F. Penegasan Istilah ……… 13

G. Sistematika Penulisan Skripsi ……… 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………... 17

A. Gambaran Umum Novel ……… 17

1. Pengertian Novel ……….. 17

2. Unsur-unsur Novel ………... 18

3. Tujuan Membaca Novel ………... 34

(14)

xiv

B. Pendidikan Akhlak ……… 37

1. Pengertian Pendidikan Akhlak ………. 37

2. Tujuan Pendidikan Akhlak ………... 43

3. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ………. 45

BAB III BIOGRAFI ……….. 52

A. Biografi Pengarang ………. 52

B. Biografi Novel ……… 54

1. Tema ………. 54

2. Penokohan ……… 54

3. Alur ………... 67

C. Nilai-nilai Perjuangan Palestine dalam Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza………... 75

BAB IV ANALISIS DATA ……….. 93

A. Nilai-Nilai Perjuangan Palestine dalam Perspektif Pendidikan Akhlak ……….. 93

1. Akhlak Terhadap Allah ……….. 93

2. Akhlak Terhadap Orang Tua ……….. 101

3. Akhlak Terhadap Diri Sendiri ……… 104

4. Akhlak Terhadap Sesama Manusia ……… 111

5. Akhlak Terhadap Negara ………... 113

(15)

xv

BAB V PENUTUP ………. 116

A. Kesimpulan ……….. 116

B. Saran ………. 119

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Daftar Nilai SKK

Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(18)

2

al-Islamiyya) sebelum agresi Desember itu. Hamas adalah tentara Palestina yang berjuang melawan tentara Israel.

Novel ini menceritakan perjalanan panjang Palestine yang menjadi korban agresi militer Israel. Seorang gadis yang memperjuangkan hidupnya demi untuk bertemu dengan ayahnya dan memberitahukan bahwa ibu dan kedua saudaranya telah meninggal dunia. Palestine ingin menemui sang ayah agar ayahnya tidak menjadi stres jika mengetahui keluarganya telah meninggal dunia. Selain itu, Palestine ingin memberikan cincin yang diambil dari jari ibunya.

Aku hanya berharap bisa bertemu dengan ayahku, itu saja. Sekedar untuk memberikan cincin emas peninggalan ibuku. Agar jika ia tahu kami semua mati, pria yang terkenal gigih dan tak pantang menyerah itu tidak mendadak menjadi gila (Chrisma, 2011: 38).

“Ini cincin peninggalan ibuku saat bom itu meledakkan seiisi rumahku, dan ibuku terkena reruntuhan bangunan, mati. Ditangannya ada cincin ini. Aku mengambilnya untuk ayahku” (Chrisma, 2011: 116).

Palestine seorang gadis yang kuat dan gigih, perjuangan hidupnya untuk menemui ayahnya yang menjadi anggota Hamas sangat menginspirasi dan menarik untuk dibaca karena sarat dengan pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia ke dalam pola pikir (mindset), ucapan dan perbuatannya, serta dalam interaksinya dengan Tuhan, manusia (dengan berbagai strata sosial, fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya (Nata, 2013: 209).

(19)

3

berbagai macam pengetahuan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat (Ihsan, 2005:2). Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, menuliskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Akhlak memiliki arti “kebiasaan berkehendak”, yang berarti bahwa

kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Selanjutnya, apabila kehendak itu membiasakan memberi, kebiasaan akhlak ini ialah akhlak dermawan. Kehendak yang menjadi kebiasaan menciptakan karakter seseorang itu sendiri, yang terjadi secara spontan atau tiba-tiba. Akhlak juga dikatakan menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan langsung berturut-turut. Maksut dari menangnya keinginan adalah orang yang selalu menguasai keinginannya dari kebiasaan, contohnya kebiasaan memberikan harta (dermawan).

(20)

4

manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun (Ilyas, 2007: 1).

(21)

5

Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza menceritakan secara singkat sebab terjadinya peperangan antara Palestina dan Israel. Dimana pada sekitar tahun 2000-1500 sebelum Masehi, Istri Nabi Ibrahim As., Siti Hajar, mempunyai anak, Nabi Ismail As., yang kemudian menjadi bapaknya bangsa Arab, sementara Siti Sarah mempunyai anak, Nabi Ishaq As., yang kemudian mempunyai anak, Nabi Ya‟qub As. alias Israel (Israil). Anak

keturunannya disebut Bani Israel sebanyak tujuh orang dan salah satunya bernama nabi Yusuf As., yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke tanah Mesir dan kemudian ia menjadi bendahara Kerajaan Mesir. Ketika masa paceklik, Nabi Ya‟qub As. beserta saudara-saudaranya Yusuf berimigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel alias Nabi Ya‟qub As. membesar.

(22)

6

menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Fir‟aun, bangsa Israel

diturunkan statusnya menjadi budak.

Periode 1200-1100 sebelum Masehi, Nabi Musa As. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, lalu mengembara ke Gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah Swt. Hal ini dikenal dengan cerita Nabi Musa As. membelah laut ketika bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberang Laut Merah. Namun, saat bangsa Israel diperintah untuk memasuki tanah Palestina mereka membandel. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam Qs. al-Maidah ayat 24: selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya. Karena itu, pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami

hanya duduk menanti di sini saja‟ (Al-Maa‟idah/5: 24).

(23)

7

Seorang siswa untuk mencapai cita ideal pendidikan Islam yaitu menciptakan insan kamil, maka nilai-nilai perjuangan Palestine menjadi menarik dan penting untuk dikaji melalui penelitian. Berdasarkan latar belakang di atas, maka Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perjuangan Palestine dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza berjudul “NILAI-NILAI PERJUANGAN PALESTINE PADA NOVEL GADIS

KECIL DI TEPI GAZA KARYA VANNY CHRISMA W DALAM PERSPEPKTIF PENDIDIKAN AKHLAK”.

B. Fokus Masalah

Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013: 302).

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai-nilai perjuangan Palestine dalam perspektif pendidikan akhlak?

2. Bagaimana implikasi nilai-nilai perjuangan Palestine pada novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W dalam pendidikan akhlak?

C. Tujuan Penelitian

(24)

8

masalah. Perbedaannya terletak pada bentuk keilmuannya dalam rumusan masalah, kalimatnya berbentuk pertanyaan, maka dalam tujuan penelitian berbentuk kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008: 16).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai perjuangan Palestine dalam perspektif pendidikan akhlak.

2. Untuk mengetahui implikasi nilai-nilai perjuangan Palestine pada novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W dalam pendidikan akhlak.

D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah dunia pustaka secara khusus pada nilai-nilai perjuangan melalui novel dalam perspektif pendidikan akhlak.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, efektifitas penyampaian pesan melalui karya sastra ada 3 yaitu:

(25)

9

sastra tersebut berupa nilai-nilai perjuangan dan pendidikan akhlak.

b. Bagi dunia pendidikan, diharapkan dapat mengembangkan pemikiran tentang pentingnya akhlak dalam pendidikan untuk mengatasi pengaruh negatif dalam kehidupan.

E. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 160). Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, cermat dan akurat, maka pada penelitian ini akan digunakan tahap-tahapan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), Penelitian pustaka adalah sesuatu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data dari perpustakaan, baik berupa buku-buku, periodikal-periodikal, seperti majalah-majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala. Kisah-kisah sejarah, dokumen- dokumen dan materi perpustakaan lainnya, yang dapat dijadikan sumber rujukan untuk menyusun suatu laporan ilmiah.

(26)

10

generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan (Moleong, 2005: 29).

Penelitian ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama analisis yaitu dalam penelitian ini adalah novel yang kemudian dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.

Penulis juga menggunakan pendekatan sastra dalam mengkaji subyek penelitian yaitu pendekatan pragmatis. Pendekatan pragmatis memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Pendekatan pragmatis memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan, dan penyebarluasannya, sehingga memberikan manfaat terhadap pembaca (Ratna, 2007: 71-72). Pendekatan ini digunakan karena mempertimbangkan aspek kegunaan dan manfaat karya sastra (novel) yang dapat diperoleh pembaca.

2. Metode Pengumpulan Data

(27)

11 3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah beberapa sumber yang relevan dengan pembahasan skripsi. Sumber data terdiri dari dua macam yaitu sumber data primer dan sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan data utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu novel yang berjudul Gadis Kecil di Tepi Gaza yang diterbitkan oleh DIVA Press pada tahun 2011. Novel Gadis Kecil di Tepi Gaza menceritakan perjalanan gadis Palestine yang berjuang bertemu dengan ayahnya, serta berjuang membela negaranya. Palestine adalah tokoh utama dan sosok gadis kecil yang kuat dan gigih.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu berbagai literatur yang berhubungan dan relevan dengan objek penelitian, baik itu berupa transkrip, wawancara, buku, artikel di surat kabar, majalah, tabloid, website, dan blog di internet yang berupa jurnal.

4. Metode Analisis Data

(28)

12

macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007: 48).

Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksaanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi ilmiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna, 2007: 49). Penelitian ini, penulis akan mengkaji isi novel Gadis Kecil di Tepi Gaza yang mengandung makna nilai-nilai perjuangan yang berkaitan dengan pendidikan akhlak.

Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengolahan data adalah:

a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza yang mengandung makna nilai-nilai perjuangan yang berkaitan dengan pendidikan akhlak.

(29)

13

c. Langkah Analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari novel Gadis Kecil di Tepi Gaza yang mengandung makna nilai-nilai perjuangan yang berkaitan dengan pendidikan akhlak.

d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari novel Gadis Kecil di Tepi Gaza yang mengandung makna nilai-nilai perjuangan yang berkaitan dengan pendidikan akhlak. F. Penegasan Istilah

1. Nilai Perjuangan

Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwodarminto, 1999:667). Sedangkan perjuangan berarti segala sesuatu yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, nilai perjuangan adalah hal-hal penting atau berguna yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.

2. Pendidikan Akhlak

(30)

14

serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Akhlak secara etimologis (lughatan) adalah bentuk jamak dari

khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata Khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan

khalq (penciptaan). Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (Pencipta), maqhluq (yang diciptakan) dan

khalq (penciptaan) (Ilyas, 2007: 2). Sedangkan akhlak secara istilah adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia di atas bumi. Jadi, pendidikan akhlak adalah upaya yang dilakukan dengan sadar yang akan mendatangkan suatu perubahan sikap serta perilaku seseorang yang dilakukan tanpa memerlukan pemikiran, sehingga membentuk suatu perilaku baik dan terpuji yang tidak hanya mengatur hubungan terhadap manusia tetapi juga hubungan terhadap Tuhan dan alam semesta.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika hasil penelitian kualitatif, secara garis besar sebagai berikut:

1. Bagian Awal

(31)

15

pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

Pada bagian inti dalam skripsi ini, memuat data: BAB I: PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulis skripsi.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum tentang novel yang meliputi pengertian novel, unsur-unsur novel, dan pendidikan akhlak yang mencakup pengertian pendidikan akhlak, tujuan pendidikan akhlak, dan ruang lingkup akhlak.

BAB III: BIOGRAFI

Bab ini memuat tentang biografi penulis, biografi novel yang mencakup tema, alur cerita, penokohan, gaya bahasa dan latar dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza. BAB IV: PEMBAHASAN

(32)

16

prespektif pendidikan akhlak, dan implikasi Nilai-Nilai Perjuangan Palestine pada novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny Chrisma W dalam pendidikan akhlak.

BAB V: PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan serta saran-saran.

3. Bagian Akhir

(33)

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Novel 1. Pengertian Novel

Novel (Inggris: novel) merupakan karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Fiksi diartikan sebagai cerita rekaan. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua karya yang mengandung unsur rekaan disebut sebagai karya fiksi. Sebutan novel berasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 1995: 9).

(34)

18

mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel itu (Nurgiyantoro, 1995: 11).

2. Unsur-unsur Novel

Novel merupakan sebuah totalitas, suatu keseluruhan yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan. Jika novel dikatakan sebagai sebuah totalitas, misalnya unsur kata dan bahasa merupakan salah satu bagian dari totalitas itu, salah satu unsur pembangun cerita dan salah satu subsistem organism. Kata inilah yang menyebabkan novel juga sastra pada umumnya menjadi berwujud. Unsur fiksi berikut dijelaskan menurut pandangan tradisional dan diikuti pandangan menurut Staton (1965) dan Chapman (1960) (Nurgiyantoro, 1995: 22-23).

a. Unsur Intrinsik

(35)

unsur-19

unsur cerita inilah yang akan kita jumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud untuk menyebut sebagian saja, misalnya: peristiwa, cerita, plot, penokohan tema, latar, sudut pandang cerita, bahasa dan gaya bahasa, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 1995: 23).

1) Tema

Tema (theme), menurut Staton (1965: 88) dan Kenny (1966: 20), adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita (novel) itu, maka masalahnya adalah: makna khusus yang mana dapat dinyatakan sebagai tema tersebut (Nurgiyantoro, 1995: 66).

Pengertian tema menurut Staton (1965: 21), yaitu yang mengartikan tema sebagai makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Tema menurutnya kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama (central idea) dan tujuan utama (central purpose) (Nurgiyantoro, 1995: 70).

(36)

20

tersebut disebabkan karena tema hanya berupa makna atau gagasan dasar umum suatu cerita (Nurgiyantoro, 1995: 74).

Dalam usaha menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel, secara lebih khusus dan rinci, Staton (1965: 22-23) mengemukakan adanya sejumlah kriteria yang diikuti seperti ditunjukkan sebagai berikut:

a) Penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol. b) Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat

bertentangan dengan tiap detil cerita.

c) Penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan.

d) Penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan pada cerita (Nurgiyantoro, 1995: 87-88).

2) Penokohan

Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku

cerita, misalnya sebagai jawab terhadap pertanyaan: “Siapakah tokoh utama novel itu?” atau “Ada berapa orang

(37)

21

dan antagonis dalam novel itu?”, dan sebagainya. Watak,

perwatakan dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Seperti yang dikatakan Jones (1968: 33), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165).

Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat digunakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh bisa saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis penanaman sekaligus, misalnya sebagai tokoh utama-protagonis-berkembang-tipikal. Berikut ini pmbedaan tokoh yang dilihat dari sudut pandang tertentu:

a) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

(38)

22

bersangkutan. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh-tokoh tambahan yang pemunculannya dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tak dipentingkan, kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tidak langsung (Nurgiyantoro, 1995: 176-177).

b) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

Tokoh antagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero. Menurut Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro (1995: 178) tokoh merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh protagonist menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik serta ketegangan.

c) Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat

(39)

23

kepribadian dan jati dirinya (Nurgiyantoro, 1995: 181-183).

d) Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang

Tokoh statis mnurut Altenbernd dan Lewis dalam Nurgiyantoro (1995: 188) adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh jenis ini tampak seperti kurang terlibat dan terpengaruh oleh adanya perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi karena adanya hubungan antar manusia. Di pihak lain, tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan maupun perubahan peristiwa serta plot yang dikisahkan.

e) Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral

(40)

24

individu sebagai bagian dari suatu lembaga yang ada di dunia nyata. Sedangkan tokoh netral, di pihak lain adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.

3) Alur (Plot)

Istilah alur sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Plot merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsure fiksi yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya fiksi pun sering lebih ditekankan pada pembicaraan plot, walau mungkin menggunakan istilah lain (Nurgiyantoro, 1995: 110).

Aziez dan Abdul Hasim (2010: 68) mendefinisikan alur adalah suatu urutan cerita atau peristiwa yang teratur dan terorganisasi. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam (Aminuddin, 1991: 83).

(41)

25

Abrams (1981: 138) dalam Nurgiyantoro menjelaskan bahwa untuk memperoleh keutuhan sebuah plot cerita, Aristoteles mengemukakan bahwa sebuah plot haruslah berdiri dari tiga tahap awal (beginning), tahap tengah (midle), tahap akhir (end). Ketiga tahap tersebut penting untuk dikenali, terutama jika kita bermaksud menelaah plot karya fiksi yang bersangkutan.

a) Tahap Awal

Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hak yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya.

b) Tahap Tengah

Tahap tengah cerita yang dapat juga disebut sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan.

c) Tahap Akhir

(42)

26

bagaimana kesudahan cerita, atau menyaran pada hal bagaimanakah akhir sebuah cerita.

Wiyanto (2012: 215-216) membagi plot atau alur menjadi tiga:

a) Alur maju yaitu apabila peristiwa-peristiwa dalam cerita berurutan waktu maupun berurutan kejadian. b) Alur mundur yaitu apabila peristiwa terakhir

didahulukan kemudian bergerak ke peristiwa-peristiwa sebelumnya.

c) Alur campuran yaitu apabila susunan peristiwanya ada yang maju dan ada yang mundur.

4) Sudut Pandang

Sudut pandang, point of view, viewpoint, merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh Staton digolongkan sebagai sarana cerita, literary device. Walau demikian, hal itu tak berarti bahwa perannya dalam fiksi tak penting. Sudut pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap penyajian cerita. Reaksi afektif pmbaca terhadap sebuah karya fiksi pun dalam banyak hal akan dipengaruhi oleh bentuk sudut pandang (Nurgiyantoro, 1995: 246).

(43)

27

sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi, memang milik pengarang bahkan pandangan hidup dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita.

Sundut pandang banyak macamnya tergantung dari sudut mana ia dipandang dan seberapa rinci ia dibedakan.

a) Sudut Pandang Orang Pertama

(1) Sudut pandang orang pertama sentral

(44)

28

(2) Sudut pandang orang pertama sebagai pembantu Sudut pandang ini menampilkan “aku” hanya

sebagai pembantu yang mengantarkan tokoh yang menjadi tumpuan cerita (Wiyanto, 2012: 218). b) Sudut Pandang Orang Kedua

Dalam sudut pandang ini, penulis menempatkan pembaca sebagai karakter utama. Penulis sebagai narator, menjelaskan apa yang dilakukan, dirasakan, dan dipikirkan karakter utama sekaligus pmbaca. Sudut pandang ini menggunakan kata ganti orang kedua yaitu

kamu, kau, anda atau dikau (Sambu, 2013: 78). c) Sudut Pandang Orang Ketiga

(1) Sudut pandang orang ketiga serba tahu

Pengarang berada di luar cerita dan menjadi pengamat yang tahu segalanya. Kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga yaitu dia, mereka, atau menyebutkan nama pelaku (Wiyanto, 2012: 218).

(2) Sudut pandang orang ketiga terbatas

(45)

29 5) Latar atau Setting

Abrams (1981: 175) dalam Nurgiyantoro menjelaskan latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Selain itu, Stanton (1965) dalam Nurgiyantoro mengelompokan latar, bersama dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi dan dapat diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi.

Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realitis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada yang terjadi (Nurgiyantoro, 1995: 217).

Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial.

a) Latar Tempat

(46)

30

tempat yang biasamya berupa huruf awal (kapital) nama suatu tempat, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas yang biasanya berupa penyebutan jenis dan sifat umum tempat-tempat tertentu (Nurgiyantoro, 1995: 227)

b) Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah

“kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu

faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiyantoro, 1995: 230).

c) Latar Sosial

(47)

31 6) Gaya Bahasa

Bahasa dalam seni sastra dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan unsur bahan, alat, sarana, yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung “nilai lebih” daripada sekedar bahannya itu

sendiri. Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra (Nurgiyantoro, 1995: 272).

Sedangkan gaya bahasa adalah cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan. Gaya bahasa dapat menimbulkan perasaan tertentu, dapat menimbulkan reaksi tertentu dan dapat menimbulkan tanggapan pikiran pembaca (Wiyanto, 2012: 218).

Teknik pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, yang maknanya tak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan atau makna yang tersirat (Nurgiyantoro, 1995: 299). Macam-macamnya adalah sebagai berikut:

a) Simile menyaran pada adanya perbandingan yang langsung dan eksplisit dengan menggunakan kata-kata tugas tertentu sebagai penanda keeksplisitan seperti:

(48)

32

b) Metafora merupakan gaya perbandingan yang bersifat tak langsung atau implicit.

c) Personifikasi merupakan gaya bahasa yang memberi sifat-sifat benda mati dengan sifat-sifat seperti yang dimiliki manusia sehingga dapat bersikap dan bertingkah laku sebagaimana halnya manusia.

d) Metonimi merupakan sesuatu yang menunjukkan adanya pertautan atau pertalian yang dekat.

e) Sinekdoke merupakan gaya yang juga tergolong gaya pertautan, mempergunakan sebagian untuk menyatakan keseluruhannya atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian.

f) Hiperbola merupakan suatu cara penuturan yang bertujuan menekankan maksud dengan melebih-lebihkannya.

g) Paradok adalah cara penekanan penuturan yang sengaja menampilkan unsur pertentangan di dalamnya.

Selain gaya bahasa di atas, gaya bahasa dalam Wikipedia (2015: 1-3) juga ada:

(49)

33

(2) Sinestesia yaitu suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.

(3) Litotes yaitu ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.

(4) Emumerasio yaitu ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan. (5) Satire yaitu ungkapan yang menggunakan sarkasme,

ironi, atau parody, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan.

7) Amanat

(50)

34 b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik (extrinsic) adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting. Wellek dan Warren (1956), unsur ekstrinsik yang dimaksud adalah keadaan subjektivitas individu pngarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Pendek kata, unsur biografi pengarang akan turut menentukan corak karya yang dihasilkannya (Nurgiyantoro, 1995: 23-24).

3. Tujuan Membaca Novel

Tujuan membaca novel memiliki beberapa kelebihan, yaitu: a. Menambah Wawasan

(51)

35

seperti agama, ekonomi, sejarah, geografi, politik, dan ilmu pengetahuan (Maslikhah, 2013: 4-5).

b. Membaca akan Memiliki Kemampuan Kebahasaan yang Lebih Baik

Membaca buku secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada seseorang untuk belajar ilmu praktek kebahasaan. Menyusuri huruf, angka, tanda baca dan diksi yang dapat memperkaya kemahiran dalam berbahasa praktis (Maslikhah, 2013: 6).

c. Sarana Hiburan

Bagi mereka yang menikmati novel akan merasa terhibur atas sajian keindahan yang ada pada novel. Novel dapat dijadikan sebagai media informasi, edukasi, dakwah, dan sebagainya. Namun, semua itu harus disajikan dengan cara yang menghibur (Sambu, 2013: 9).

d. Pembangkit Motivasi

Buku-buku yang bermuatan motivasi akan memberikan kontribusi dalam membangkitkan dan mengusung energi positif dari motivasi (Maslikhah, 2013: 8).

4. Hubungan Novel dengan Karya Ilmiah

(52)

36

memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat akademik (Maslikhah, 2013: 36-37).

Karya tulis ilmiah berasal dari kata tulis atau tulisan dan ilmiah. Tulis atau tulisan adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan sebuah karya tulis yang disusun berdasarkan tulisan, karangan, dan pernyataan, serta gagasan sendiri ataupun orang lain (Maslikhah, 2013: 38). Ilmiah berarti bersifat ilmu, atau memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan. Artinya, karya ilmiah menggunakan metode ilmiah dalam merumuskan permasalahan, membahas permasalahan, menggunakan metode sebagai alat bedahnya, membahas hasil kajiannya, dan menyajikan kajiannya dengan bahasa baku dan tata tulis ilmiah. Di samping itu juga menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yang lain seperti objektif, logis, empiris (berdasarkan fakta), sistematis, lugas, jelas, dan konsisten (Maslikhah, 2013: 39).

(53)

37

tetapi, pada kenyataannya tidak semua karya yang mengandung unsur rekaan disebut karya fiksi. Dalam penulisan ini istilah dan pengertian fiksi sengaja dibatasi pada karya yang berbentuk prosa, prosa naratif, atau teks naratif (narrative text). Karya fiksi, seperti halnya dalam kesastraan Inggris dan Amerika, menunjuk pada karya yang berwujud novel dan cerita pendek (Nurgiyantoro, 1995: 8-9).

Apakah ada hubungan antara novel dan karya ilmiah? Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karya ilmiah merupakan karya tulis yang dihasilkan atau diteliti dari realitas kehidupan sosial yang nyata yang dapat dibuktikan kebenarannya. Sedangkan novel adalah karya tulis yang diambil dari cerita yang tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Berupa karangan yang mengandung nilai-nilai kehidupan yang coba digambarkan penulis melalui cerita yang ada didalam novel. Sehingga pembaca seakan-akan dibawa dalam alur cerita novel seperti dalam kehidupan nyata.

B. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan (tarbiyah) memiliki beberapa definisi, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Definisi dalam studi sosial kontemporer

(54)

38

dalam kamus bahasa Prancis belum ditemukan kata tersebut. Pada tahun 1649 M lembaga ilmiah Prancis mendefinisikan pendidikan/education sebagai pembentukkan jiwa dan raga, tanpa membedakan antara pengajaran dan pendidikan. Demikianlah definisi pendidikan menurut para pakar pendidikan Barat. Adapun para filosof Barat, mereka memberikan definisi yang bervariasi tentang pendidikan antara lain:

- Mereka berpendapat bahwa pendidikan adalah pembentukkan individu melalui pembentukkan jiwanya, yaitu dengan membangkitkan kecenderungan-kecenderungannya yang bermacam-macam.

- Sebagian lagi berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha untuk membuat seseorang menjadi unsur kebahagiaan bagi dirinya dan orang lain.

- Ada lagi yang berpendapat bahwa pendidikan adalah semua yang dilakukan oleh kita dan orang lain untuk kepentingan kita agar mencapai karakteristik yang sempurna.

(55)

39

2) Definisi dalam arab dan teks-teks Islam

Kata tarbiyah „pendidikan‟ dalam bahasa Arab dan

dalam definisi Islam sudah ada sejak dulu. Kata tarbiyah

sendiri derivasi dari kata rabb dan kata tarbiyah adalah kata bendanya. Kata yang disusun dari huruf ra‟ dan ba‟ menunjukkan tiga hal:

a) Membenahi dan merawat sesuatu b) Menetapi sesuatu dan menempatinya

c) Menggabungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain

Definisi yang paling akhir ini adalah definisi Ibnu Faris yang wafat pada tahun 395 H. Definisi ini mencakup semua definisi tarbiyah „pendidikan‟ baik yang umum maupun yang

(56)

40

Tarbiyah atau pendidikan itu, adalah suatu persoalan yang besar manfaatnya, tinggi nilainya, agung kadarnya dan pula tiada sesuatupun yang setaraf dengannya dalam kemuliaan dan keutamaannya (Ghalayini, 1976: 314).

Pendapat tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses mempengaruhi jiwa seseorang yang dididik agar sesuai dengan apa yang diajarkan, baik secara ruhani, fisik dan perbuatan keseharian dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Pengertian Akhlak

Secara etimologis (lughatan) akhlaq (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata Khaliq (Pencipta), makhluq

(yang diciptakan), dan khalq (penciptaan) (Ilyas, 2007: 1).

(57)

41

terpuji, perangai yang mulia itulah yang dinamai budi pekerti yang baik (Hamka, 1992: 4).

Secara terminologis (ishthilahabn) ada beberapa definisi tentang akhlak, diantaranya:

1) Menurut Imam Abu Hamid al-Ghazali

Kata al-khalq „fisik‟ dan al-khuluq„akhlak‟ adalah dua

kata yang sering dipakai bersamaan. Maksut dari kata al-khalq

adalah bentuk lahirnya, sedangkan al-khuluq adalah bentuk batinnya (Mahmud, 2004: 28).

Al-Ghazali dalam Ilyas (2007: 1) mendefinisikan Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 2) Menurut Muhammad bin Ali asy-Syariif al-Jurjani

Al-Jurjani dalam Mahmud (2004: 32), yang terdapat dalam bukunya at-Ta‟rifat sebagai berikut:

(58)

42

perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak buruk.

3) Menurut Ibrahim Anis dalam Ilyas (2007: 2)

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

4) Menurut Ahmad bin Mushthafa

Ahmad bin Mushthafa (Thasy Kubra Zaadah) dalam Mahmud (2004: 33), ia adalah seorang ulama ensiklopedia mendefinikan akhlak sebagai berikut:

Akhlak adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan. Keutamaan itu adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan, yaitu: kekuatan berfikir, kekuatan marah, kekuatan syahwat.

5) Ibnu Maskawih dalam Mansur (2007: 221)

Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu.

(59)

43

dilakukan maka disebut dengan akhlak baik dan jika perbuatan buruk yang dilakukan maka disebut akhlak buruk.

c. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak dapat diartikan sebagai proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia ke dalam pola pikir (mindset), ucapan dan perbuatannya, serta dalam interaksinya dengan Tuhan, manusia (dengan berbagai strata sosial, fungsi, dan perannya) serta lingkungan alam jagat raya. Pendidikan akhlak dalam Islam bukan sekadar objek kajian yang jauh dari realitas. Akan tetapi, akhlak Islam ini dapat diaplikasikan dan dapat ditiru oleh setiap manusia. Sehingga jika setiap individu konsisten dengannya maka akan tercipta keamanan dan ketentraman dalam masyarakat (Mahmud, 2004: 141).

Sedangkan pendidikan akhlak dari definisi pendidikan dan akhlak di atas, juga dapat peneliti simpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah satu usaha sadar yang dilakukan oleh manusia sebagai pembinaan dan penanaman perbuatan baik. Berkembang terarah sesuai dengan perbuatannya.

2. Tujuan Pendidikan Akhlak

(60)

44

merupakan tujuan pokok dalam pendidikan akhlak Islam (Mahmud, 2004: 159).

Pendidikan akhlak juga mempunyai tujuan-tujuan lain (Mahmud, 2004: 160) di antaranya:

a. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu beramal saleh;

b. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang menjalani kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam; melaksanakan apa yang diperintahkan agama dan meninggalkan apa yang diharamkan; menikmati hal-hal yang baik dan dibolehkan serta menjauhi segala sesuatu yang dilarang, keji, hina, buruk, tercela, dan mungkar; c. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi

secara baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim maupun nonmuslim;

d. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mampu dan mau mengajak orang lain ke jalan Allah Swt, melaksanakan amar

ma‟ruf nahi munkar dan berjuang fii sabilillah demi tegaknya agama Islam;

(61)

45

f. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bahwa dia adalah bagian dari seluruh umat Islam yang berasal dari berbagai daerah, suku, dan bahasa. Atau insane yang siap melaksanakan kewajiban yang harus ia penuhi demi seluruh umat Islam selama dia mampu;

g. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bangga dengan loyalitasnya kepada agama Islam dan berusaha sekuat tenaga demi tegaknya panji-panji Islam di muka bumi. Atau insan yang rela mengorbankan harta, kedudukan, waktu, dan jiwanya demi tegaknya syariat Allah Swt.

Tujuan pendidikan akhlak di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah mempersiapkan generasi penerus yang beriman dan beramal saleh, Mempertahankan fitrah manusia sebagai hamba Allah Swt, serta untuk memperoleh kebahagiaan dan keharmonisan dalam menjalani kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.

3. Ruang Lingkup pendidikan Akhlak a. Akhlak Mahmudah

(62)

46

(Tatapangarsa, 1991: 147). Akhlak mahmudah atau akhlak yang terpuji ada beberapa macam, diantaranya:

1) Akhlak terhadap Allah Swt.

Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah akidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari akidah dan pancaran darinya. Oleh karena itu, jika seseorang berakidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika akidahnya salah dan melenceng maka akhlaknya pun akan tidak benar (Mahmud, 2004: 84).

Pada dasarnya, akhlak manusia kepada Tuhan itu ialah bahwa hendaknya manusia itu (Tatapangarsa, 1991: 20): a) Beriman kepada Allah Swt ialah mengakui, mempercayai

atau menyakini bahwa Allah Swt itu ada, dan bersifat dengan segala sifat yang baik dan maha suci dari segala sifat yang buruk.

b) Beribadah atau mengabdi kepada-Nya dengan tulus ikhlas dalam kehidupan sehari-hari, yang realisasinya berupa: diamalkannya segala perintah Allah Swt dan dijauhinya segala larangan.

Di antara akhlak mahmudah kepada Allah Swt adalah taqwa, cinta dan ridha, ikhlas, khauf dan raja‟,

(63)

47

a. Takwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah Swt dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya (Ilyas, 2007: 17).

b. Cinta dan ridha adalah menempatkan Allah Swt pada posisi kecintaan kita yang paling tinggi. Dengan cinta kita mengharap ridha-Nya, dan dengan ridha kita mengharap cinta-Nya (Ilyas, 2007: 28).

c. Ikhlas adalah beramal atau melakukan sesuatu semata-mata mengaharapkan ridha Allah Swt (Ilyas, 2007: 29).

d. Khauf (takut) dan raja‟ (harap) adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim. Khauf adalah kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan menimpannya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukai. Dan raja‟

adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada masa yang akan dating (Ilyas, 2007: 37-39).

e. Tawakkal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah Swt dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepada-Nya (Ilyas, 2007: 44). f. Syukur berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan.

(64)

48

g. Muraqabah adalah kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu berada dalam pengawasan Allah Swt (Ilyas, 2007: 54).

h. Taubat adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu, kembali dari sifat yang tercela menuju sifat-sifat yang terpuji (Ilyas, 2007: 57).

2) Akhlak terhadap Rasulullah Saw

Beriman kepada Rasulullah Saw termasuk dalam rukun iman yang kedua, setelah beriman kepada Allah Swt. Nabi Muhammad adalah Nabi dan Rasul terakhir, tidak ada lagi nabi sesudah beliau. Bagi orang yang beragama Islam, iman kepada Nabi Muhammad saw. adalah modal utama di samping iman kepada Allah, sebab kedua hal ini yang disebutkan dalam dua kalimah syahadat Islam yang merupakan pintu gerbang masuk agama Islam (Tatapangarsa, 1991: 85).

Di antara akhlak mahmudah kepada Rasulullah Saw adalah mencintai dan memuliakan Rasul, mengikuti dan menaati Rasul, dan mengucapkan shalawat serta salam.

3) Akhlak terhadap Kedua Orang Tua

(65)

49

dan bapak yang sangat terhormat apalagi mengalahkannya (Tatapangarsa, 1991: 95).

Akhlak terhadap kedua orang tua, antara lain: Birrul Walidain, berbuat baik kepada ibu dan bapak yang telah meninggal dunia, menghormati dan memuliakan kedua orang tua dan membantu mereka secara fisik maupun materiil. 4) Akhlak terhadap Diri Sendiri

Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah Swt yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya (Umiarso dan haris, 2010: 112).

Akhlak terhadap diri sendiri antara lain: shidiq (benar atau jujur), amanah (dipercaya), istiqomah (tegak lurus), iffah (menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik), mujahadah (mencurahkan segala kemampuan), syaja‟ah (berani),

tawadhu‟ (rendah hati), malu, sabar dan pemaaf.

5) Akhlak Bermasyarakat

(66)

50 6) Akhlak Bernegara

Akhlak bernegara antara lain: bermusyawarah, menegakkan keadilan, amar ma‟ruf nahi munkar, hubungan

pemimpin dan yang dipimpin, memelihara kekayaan alam semesta.

b. Akhlak Mazmumah

Akhlak mazmumah adalah akhlak yang tercela, akhlak yang buruk yang harus dihindari dan dijauhi oleh setiap orang (Tatapangarsa, 1991: 157). Akhlak mazmumah adalah semua sikap kebalikan dari akhlak mahmudah.

1) Akhlak Mazmumah terhadap Allah Swt, diantaranya: tidak mematuhi perintah Allah, menyekutukan Allah, tidak beriman terhadap Allah dan semua akhlak buruk yang tidak menyakini akan adanya Allah Swt.

2) Akhlak Mazmumah terhadap Rasulullah Saw, diantaranya: tidak beriman terhadap Rasulullah, tidak mengikuti teladan beliau dan semua akhlak buruk yang dilakukan untuk tidak mempercayai beliau sebagai nabi dan rasul Allah.

(67)

51

4) Akhlak Mazmumah terhadap Orang Tua, diantaranya: tidak mendengarkan perintah orang tua, aniaya, tidak berbakti kepada kedua orang tua dan semua tindakan buruk yang dapat menyakiti kedua orang tua.

5) Akhlak Mazmumah Bermasyarakat, diantaranya: tidak berhubungan baik dengan tetangga, tidak menegakkan serta tidak membina ukhuwah islamiyah, dan semua yang seharusnya dilakukan tetapi tidak dilakukan dalam lingkungan masyarakat.

6) Akhlak Mazmumah Bernegara, diantaranya: tidak berbuat adil, dzalim, tidak menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar, dan

(68)

52 BAB III BIOGRAFI

C. Biografi Pengarang

Nama “Vanny Crisma W.” merupakan nama pena dari penulis

ternama di Indonesia. Nama sebenarnya adalah Fani Krismawati. Meskipun Vanny Crisma W adalah penulis yang telah mencetuskan karya-karya best seller. Akan tetapi sangat sulit sekali mencari biodata dan atau biografi di setiap karyanya. Ia hanya mencantumkan biodata singkat dalam setiap karyanya. Vanny sepertinya memang tidak ingin mempublikasikan secara umum tentang kehidupan pribadinya. Hanya terus berusaha mencetuskan hasil karya yang terbaik.

(69)

53

Ciri khas penulis bernama asli Fani krismawati ini adalah menyajikan gambaran cerita yang ada di dalam novel seperti nyata. Ia pun mengangkat hal-hal yang sederhana tapi menggugah hati pembaca novelnya. Banyak makna yang tersirat dalam karya sastranya, namun jelas pemaparannya.

Di antara novel-novel karya Fani Krismawati adalah sebagai berikut:

1. Deja Vu (Sheila);

2. Wo Ai Ni Allah (Diva Press, 2008); 3. Madah Cinta Shalihah (Diva Press, 2008); 4. Hati Jasmine (Diva Press, 2008);

5. Maimunah (Diva Press, 2008); 6. Cantik (Diva Press, 2008);

7. Menjadi Tua dan Tersisih (Diva Press, 2008); 8. Mendengarkan Suara Hati (Gara Ilmu, 2010); 9. Serrafona (Buku Biru, 2010);

10. Cerita Sebuah Pensil (Laksana, 2010); 11. Kisah Keluarga Tikus (Buku Biru, 2010);

12. Surat dari Sang Maha Pencipta (Flash Books, 2010); 13. Mr. Alasan (Flash Books, 2011);

14. Perempuan, Hallerina (Laksana, 2011);

(70)

54

16. Bumi Mekkah : Wanita Agung itu Bernama Khatidjah (Sabil, 2011);

17. Mimpi Jameelah (Flash Books: 2011). D. Biografi Novel

1. Tema

Tema yang diambil dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza karya Vanny yaitu kisah seorang gadis kecil yang menjadi korban agresi militer Israel yang pada akhirnya hidup seorang diri dengan selalu berpegang teguh dengan selalu mengemban amanah kedua orangtuanya. Penulis novel ini berhasil menggambarkan kehidupan warga Palestina dan berhasil menggabungkan antara sejarah, fakta bahkan pengorbanan dalam sebuah tekad berjuang.

2. Penokohan

Tokoh-tokoh dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza adalah Palestine, Yahded Haidar, Yanaan, Adeeba, Sarah Hanabi, Dalaj, Faheemah, Iffat, Nenek Hajna, Hebrew, Abigail, Ammar Hasyim, Latief, dan Fasakh.

a) Palestine (Tokoh Utama)

(71)

55

penghafal Al-Qur‟an. Perjuangan untuk bertemu dengan ayahnya selalu dihadapinnya dengan kuat dan tidak meninggalkan apa yang menjadi ajaran agamanya.

“Ini nama pemberian ayahku, aku tidak mau menggantinya. Walau harus mati, aku harus tetap memakai nama Palestine. Agar sewaktu-waktu ayahku bisa menemukan jasad dan makamku. Aku tidak takut dilukai, apa pun itu!” (Chrisma, 2011: 31).

“Tidak Palestine tidak akan pernah menjadi seorang pengecut. Intifadah adalah reaksi atas keputusasaan, kekecewaan, dan kelemahan. Juga kekredilan dari bangsa-bangsa arab dalam menghadapi Israel. Intifadah adalah reaksi atas kegagalan langkah-langkah yang dilakukan oleh Hamas dalam membebaskan negeri mereka. Begitu, bukan?” (Chrisma, 2011: 307).

“Untuk apa aku harus bersedih seperti kamu dan mereka, jika aku sendiri pun tidak tahu apakah setelah menit ini dan esok masih hidup” (Chrisma, 2011: 22).

Yanaan terkagum-kagum mendengar seorang gadis kecil yang bisa menghafalkan surat al-Maa‟idah dengan sangat lancar. “Ternyata, kau adalah seseorang yang sudah pandai menghafal Qur‟an,” pujinya pada Palestine (Chrisma, 2011: 46).

Tak lama kemudian, Palestine membaca sebuah ayat suci al-Qur‟an yang selalu ia hafalkan dikala tengah berada dalam kesempitan (Chrisma, 2011: 231).

(72)

56

b) Yahded Haidar (Tokoh Utama)

Yahded Haidar juga merupaka tokoh utama dan tokoh protagonis dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza. Yahded adalah ayah dari Palestine yang berjuang menjadi tentara Hamas demi untuk memenuhi amanah ibunya, serta tekad berjihad demi membela negaranya. Yahded adalah seorang yang memiliki sifat penyayang dan penolong.

Tubuh Yahded tiba-tiba gemetar setelah mendengar kabar buruk itu. Dunianya seakan-akan hancur, tetapi ia harus mengingat konsekuensi yang kuat dimana sebelum ia meninggalkan mereka, mendapat kabar seburuk apa pun, mentalnya tak boleh melemah atau bahkan menciut (Chrisma, 2011: 62).

Di depan cermin, sosok lelaki itu berdiri tegap. Memandangi seraut wajah dan jenggot tipis yang memenuhi dagu panjangnya. Rambutnya yang tipis, bahkan terlihat amat jarang, ditutupinya dengan sebuah topi. Dadanya sedikit ditegapkan untuk menampakkan kewibawaannya dan kehebabatannya seperti para muslim yang berjuang di medan perang. Diperbolehkan untuk membusungkan dadanya sekadar untuk menakut-nakuti lawan agar dianggap jauh lebih kuat sehingga musuh takut dan kalah (Chrisma, 2011: 69).

“Aliyah, kami akan berusaha untuk mencari ayahmu dan membebaskannya dari tahanan Israel, tetapi kamu harus bisa bersabar karena untuk membebaskan tahanan itu bukanlah hal yang mudah” (Chrisma, 2011: 126).

(73)

57

“Aku harus menemui putriku. Dia putriku, Palestine. Izinkan aku masuk ke dalam!” (Chrisma, 2011: 174).

c) Yanaan (Tokoh Tambahan)

Yanaan merupakan tokoh tambahan dan tokoh protagonis dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza. Yanaan adalah pemuda yang ikut membantu mengurus anak-anak yang berada di kamp pengungsian. Yanaan adalah pemuda yang memiliki sifat baik hati, perhatian dan penolong. Selain itu, ia adalah seorang penghafal al-Qur‟an dan selalu mengingat segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah Swt saja.

“Bawalah itu dan simpanlah selalu disakumu untuk keselamatanmu” (Chrisma, 2011: 32).

Ia menyodorkan tangannya untuk diajak bersalaman. “Semoga kita bisa berkawan baik” (Chrisma, 2011: 47).

“Dia bukan Allah, dia hanya anak kecil Palestine” (Chrisma, 2011: 80).

Yanaan terus berkata padanya, “Palestine, bertahanlah. Palestine, katakan siapa ayahmu sebenarnya agar aku bisa mencarinya untukmu. Apa benar namanya Yahded Haidar? Apa dia termasuk seorang Hamas? Palestine, kau jangan mati dulu, kau harus mengatakannya padaku!” (Chrisma, 2011: 122).

(74)

58

“Bagaimana cara agar aku bisa menghapus air matamu, Palestine? Ayolah, kau harus kuat dan bangun. Lihat Adeeba, dia ditinggal mati seluruh keluarganya, tapi tetap tegar. Kau harus ikut denganku, Palestine!” ujar Yanaan menekankan suaranya ketika melihat gadis itu terus bediam seperti patung (Chrisma, 2011: 187).

“Ingat, kau jangan pergi ke sana lagi. Jangan ke mana-mana, Palestine,” tekannya kuat sebelum pemuda itu beranjak pergi meninggalkan Palestine sendirian di sana (Chrisma, 2011: 212).

“Palestine, kau di mana? Apa kau baik-baik saja?” gumamnya pelan, kemudian tanpa sadar menangis sesenggukan karena mencemaskan kondisi gadis itu. Gadis sebatang kara (Chrisma, 2011: 292).

d) Adeeba (Tokoh Tambahan)

Adeeba merupakan tokoh tambahan dan tokoh protagonis dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza. Adeeba mempunyai anugrah indra ke enam. Sehingga ia bisa mengetahui kejadian yang akan terjadi dan yang akan menimpa orang-orang di sekelilingnya.

Palestine membaca buku yang diberikan untuknya, dari Adeeba. Di dalam buku itu tertulis tanggal, tempat kejadian, juga apa yang akan terjadi (Chrisma, 2011: 73-74).

24 Desember 2008: Para pejuang Palestina di Gaza menembakkan roket ke Israel.

27 Desember 2008: Israel melancarkan serangan udara ke Gaza untuk menjawab serangan roket dan mortir Hamas, menewaskan setidaknya 229 warga Paletina.

(75)

59

29 Desember 2008: Israel membom Kementrian Dalam Negeri Palestina yang dikuasai Hamas dan mengumumkan wilayah-wilayah seputar Jalur Gaza sebagai zona militer tertutup. Saat yang sama, para pejuang Palestina menembakkan roket-roketnya makin dalam ke wilayah utara Israel. 31 Desember 2008: Dewan keamamnan PBB menggelar sidang daruraat di mana usul genjatan senjata Arab diabaikan tanpa pemungutan suara. 1 Januari 2009: Israel membunuh Nizar Rayyan, pemimpin garis keras Hamas, lewat serangan udara ke sebuah rumah di Jalur Gaza.

2 Januari 2009: Para pejabat Palestina mengatakan Mesir mulai mengadakan pembicaraan-pembicaraan lebih luas dengan Hamas untuk menghentikan pertumpahan darah. 3 Januari 2009: Israel melancarkan ofensif darat ke Jalur Gaza dengan mengirim tank-tank dan infentari untuk berperang dengan Hamas.

Gadis kecil itu, Adeeba, menatap tajam wajah Palestine dan berkata: “Apa kau percaya padaku, kalau sebentar lagi sekolah PBB ini akan hancur?” (Chrisma, 2011: 77).

“Akan ada seorang balita yang mati ditembak lalu dimakan anjing. Tentara-tentara Israel itu tak habis-habisnya menyakiti kita. Kau harus hati-hati, kak” (Chrisma, 2011: 136).

e) Sarah Hanabi (Tokoh Tambahan)

(76)

60

“Kau, laknat kau, orang Yahudi bangsat!”

(Chrisma, 2011: 154).

“Tidak, lebih baik kalian membunuhku daripada aku harus menelanjangi diriku sendiri di depan orang Yahudi terlaknat!” (Chrisma, 2011: 154).

f) Dalaj (Tokoh Tambahan)

Dalaj merupakan tokoh tambahan dan tokoh protagonis dalam novel Gadis Kecil di Tepi Gaza. Dalaj merupakan teman Yahded Haidar dalam tahanan tentara Israel. Namun, Dalaj hanya seorang warga sipil dan Yahded adalah seorang tentara Hamas. Dalaj adalah seorang yang memiliki sifat menjaga amanah dan berani. Dalaj mendapat amanah memberikan surat kepada tahanan Hamas, Yahded, dan berani meminta tolong seorang sipir dengan memberinya uang untuk mengantarkan surat tersebut.

“Tolong kau berikan surat ini pada tahanan Hamas yang terasing di sana, Yahded. Tadi, putrinya datang kemari memintaku untuk memberikan surat ini pada ayahnya” (Chrisma, 2011: 47).

Dalaj menitipkan dua surat wasiat itu pada salah seorang relawan yang hendak pergi ke Gaza (Chrisma, 2011: 330).

g) Faheemah (Tokoh Tambahan)

(77)

61

Referensi

Dokumen terkait

[r]

terdiri dari 3 indikator dan 4 soal, serta pedoman wawancara. Angket multiple intelligences telah dibagikan kepada siswa kelas VIII H yang berjumlah 32 siswa dan diisi

The yardsticks frequently used is a ratio, or index, relating two pieces of financial data to each other (untuk mengevaluasi kondisi dan kinerja keuangan

“ Pelaksanaan Sidang Keliling Perkara Perceraian Kaitannya dengan Asas Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan di Pengadilan Agama. Brebes (Studi Kasus di

Aplikasi Pengolahan data program dan kegiatan belanja langsung pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Sumatera Selatan merupakan aplikasi pengolahan

kata asing yang belum dikenal memang akan membangkitkan rasa ingin tahu, namun itu akan menghambat kelancaran komunikasi. Pilihan kata hendaknya juga disesuaikan dengan pokok

Penelitian ini merupakan penelitian yang membahasa tentang analisis tingkat pemahaman penulisan sokuon pada kosakata gairaigo, khususnya gairaigo yang diambil dari bahasa

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah