• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANTAPAN MUTU PRA-ANALITIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANTAPAN MUTU PRA-ANALITIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANTAPAN MUTU PRA-ANALITIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM

07 October 2013 - dalam Umum Oleh rakhmatul-binti-fk12

Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting dalam diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan laboratorium diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit, monitor pengobatan dan prognosis penyakit. Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes yang teliti, cepat dan tepat.

Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam

pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian.

Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-pra-analitik ekstra laboratorium dan pra-pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen.

PERSIAPAN PASIEN

Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil

laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.

Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang dapat mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi, pasca operasi, ketinggian. Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa variabel biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.

PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN

(2)

 Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan  Volume mencukupi

 Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)

 Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat  Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat  Identitas benar sesuai dengan data pasien

Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil spesimen.

Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.

1. Peralatan

Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :  bersih, kering

 tidak mengandung deterjen atau bahan kimia

 terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen  sekali pakai buang (disposable)

 steril (terutama untuk kultur kuman)

 tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume spesimen

2. Antikoagulan

Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.

(3)

3. Pemilihan Lokasi Pengambilan Spesimen

Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan, seperti :  Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau vena

basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, canula, fistula

 Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).

 Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau pucat.

 Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

4. Waktu Pengambilan

Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan.  Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal)

 Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian antibiotik

 Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir  Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam

 Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam

 Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah bangun tidur

 Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari dan setelah puasa 10-12 jam

PENGAMBILAN SPESIMEN

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :

1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.

(4)

2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.

o Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.

o Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk mencegah spesimen tumpah.

o Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti berikut :

 Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.

 Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar tidak terjadi hemolisis.

 Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke dalam media dilakukan dengan cara aseptik

 Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak keliru.

 Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak hemolisis.

o Menampung spesimen urin

 Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar

 Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-mula keluar sebelum mengumpulkan urine untuk diperiksa.

 Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara pembersihan lebih sempurna :

 Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian membilasnya sampai bersih.

 Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora, lalu harus merenggangkannya pada waktu kencing.

 Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan banyak secret vagina, sebaiknya memasukkan tampon sebelum mengumpulkan specimen.

 Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan setelah spesimen didapat dan keterangan tentang pemeriksaan harus jelas dicantumkan. o Menampung spesimen tinja

 Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat diperlukan, sampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan colok dubur.

 Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak

terkontaminasi oleh bahan apapun, dapat ditutup rapat, dapat dibuka dengan mudah dan bermulut lebar.

o Menampung spesimen dahakPenting untuk mendapatkan sekret bronkial dan bukan ludah atau sekret hidung.

 Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang mengandung bercak lilin

(5)

atau minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan asam dan dapat menyulitkan penafsiran.

 Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan air, bila mungkin gosok gigi terlebih dulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu.

 Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk tegak  Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 – 3 kali kemudian

keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai dahak keluar.

 Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan cara mendekatkan wadah ke mulut.

 Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan tampak kental purulen dengan volume cukup ( 3 – 5 ml )

 Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari udara dan secepatnya dikirim ke laboratorium.

Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah : 1. Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :

o Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat o pH menurun, hemokonsentrasi

o PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan ke dalam sirkulasi darah

2. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat, sedangkan pH menurun

3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan : o trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang

o kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat

4. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan : o natrium meningkat pada infus saline

o kalium meningkat pada infus KCl o glukosa meningkat pada infus dextrose o PPT, APTT memanjang pada infus heparine.

o kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit menurun pada semua jenis infus

5. Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau keterlambatan homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah.

6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase, LDH, fosfatase asam total

IDENTIFIKASI SPESIMEN

Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir permintaan

(6)

pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan.

Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium.

PENGIRIMAN SPESIMEN KE LABORATORIUM

Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.

1. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.

2. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.

3. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.

4. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :

o Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit. o Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik

o PPT / APTT memanjang.

o Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT. o Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.

o Perkembangbiakan bakteri

o Penundaan pengiriman sampel urine :

 Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.  Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan

pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain.

 Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar matahari.

 Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya pemeriksaan bakteriologis dan pH.

 Jamur akan berkembang biak

 Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat menghilang.Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 – 8 oC paling lama 8 jam.

5. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.

(7)

 Identifikasi dan registrasi spesimen

 Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius  Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar  Gunakan sentrifus yang terkalibrasi

 Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label  Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan

PENYIMPANAN SPESIMEN

 Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke laboratorium lain

 Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya  Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator

 Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.

 Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan

 Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 28ºC, suhu kamar, suhu 20ºC, -70ºC atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.

 Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.

 Memberi bahan pengawet pada spesimen

 Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :  Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator  Imunologi : 1 minggu dalam referigerator  Hematologi : 2 hari pada suhu kamar

(8)

 Koagulasi : 1 hari dalam referigerator  Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator  Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator

Siapa yang Terlibat Dalam Proses Pra-Analitik?

Selalu ada beberapa orang yang terlibat dalam proses pra-analitik, yaitu pasien, dokter,

paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium; mereka semua berbagi tanggung jawab terhadap mutu bahan spesimen dan harus memahami pentingnya tahap pra-analtik, serta mengenali kemungkinan penyebab kesalahan dan konsekuensi mereka untuk hasil pemeriksaan.

Komunikasi antara dokter, paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium harus selalu ditingkatkan dalam bentuk komunikasi langsung, telepon, atau media lainnya. Lebih baik kalau laboratorium dapat membuat pedoman atau semacam SOP mengenai pengumpulan spesimen untuk penggunaan oleh bagian lain. Pedoman tersebut harus ditinjau ulang oleh supervisor laboratorium. Laboratorium juga perlu menetapkan prosedur untuk penanganan spesimen dan prosedur untuk manajemen spesimen (penerimaan atau penolakan spesimen).

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-NYA, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penatalaksanaan

Persiapan Pemeriksaan Penunjang” IKD VI (Ikatan Keperawatan dasar VI) studi S1 Keperawatan.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Dan pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman- teman yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktu nya.

Demikianlah makalah ini kami tulis semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, akhir kata kami ucapkan terima kasih.

(9)
(10)

RAHMAD RAMADAN RIZKY

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI... BAB I : PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... ... 1.2 Tujuan Penulisan... 1.3 Pembatasan Masalah... 1.4 Metode Penulisan... BAB II : PEMBAHASAN... 2.1 Pengertian Spesimen... 2.2 jenis dan tujuan pengambilan spesimen... 2.3 hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan spesimen... 2.4 persiapan pengambilan spesimen... 2.5 teknik pengambilan dan pengiriman spesimen... 2.6 komplikasi pengambilan spesimen dan cara mencegahnya... 2.7 nilai - nilai laboratorium normal...

BAB III : PENUTUP ... 3.1 Kesimpulan... 3.2 Saran ...

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukanfungsi

kolaboratif dalm memberikan tindakan.

Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :

1. Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.

2. Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample.

3. Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan.

Pada tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :

1. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.

2. Persiapan penderita.

3. Persiapan alat yang akan dipakai.

4. Cara pengambilan sample.

5. Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi tentang klien, penyakit, dan kebutuhan klien serta meningkatkan kemampuan dalam penyusunan dan penyajian laporan sesuai dengan pengalaman nyata dilapangan serta melaksanakan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien.

1.2.2. Tujuan Khusus

o Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan persiapan pemeriksaan penunjang.

o Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil pemeriksaan laboratorium pada pemeriksaan

spesimen.

o Mahasiswa mampu mengindentifikasi kesenjangan yang terjadi antara teori dengan pelaksanaan

pemeriksaan dan pendokumentasian penatalaksanaan persiapan pemeriksaan penunjang.

1.3 Pembatasan masalah

Pada laporan ini hanya membahas tentang pengertian spesimen, jenis dan tujuan pengambilan spesimen, hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan spesimen, persiapan

(12)

pengambilan spesimen, tehnik pengambilan dan pengiriman spesimen, komplikasi, dan nilai-nilai laboratorium normal.

1.4 metode penulisan

Makalah yang kami buat menggunakan metode penulisan deskriptif, yang menggambarkan penatalaksanaan persiapan pemeriksaan penunjang.

(13)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Spesimen

Sepesimen merupakan segala macam benda apa saja yang dianggap tercemar oleh suatu penyakit hewan atau jasad renik penyebab penyakit hewan termasuk bagian-bagian tubuh hewan atau berupa hewannya sendiri yang mati, sakit atau tersangka sakit perlu dikirim secara cepat dengan memperhatikan ketentuan yang diperlukan. Manfaat pengiriman spesimen pada lembaga yang secara profesional berwenang misalnya Balitvet, BPPH atau laboratorium di beberapa perguruan tinggi tidak hanya berarti terhadap diagnosa penyekit itu sendiri namun juga untuk pengendalian penyakit secara lebih luas misalnya dalam ruang lingkup epidemiologi.

 Dasar pengumpulan spesimen adalah :

a. Jenis spesimen yang dikirim tergantung pada jenis penyakit sehingga organ yang dikirim juga

spesifik khususnya organ atau jaringan yang secara klinis mengalami perubahan.

b. Spesimen dikirim dalam keadaan aseptik menggunakan bahan yang ditetapkan sesuai prosedur

atau peralatan yang telah dicuci, dikeringkan dan disterilisasi.

c. Botol diberi diberi identitas yang jelas dan teknis pemeriksaan apa yang diinginkan.

d. Botol spesimen disimpan dalam termos es dan (e) selama proses pengambilan spesimen lakukan

secara hati-hati khususnya terhadap pencemaran.

 Ada beberapa yang mempengaruhi seleksi pengiriman spesimen daintaranya yaitu: waktu,

peralatan, teknik, transportasi, dantidak kalah penting adanya form/ dokumen sepesimen.

 Pada prinsipnya bahan yang diperlukan, cara pengepakan, dan metode yang dikehendaki harus

disesuaikan dengan apakah spesimen tersebut untuk diperiksa secara bakteriologik, virologik, mikologik, parasitologik, toksikologik, serologik dan pemeriksaan histopatologik. Penyakit dan organ yang terserang biasanya spesifik oleh karenanya pengiriman spesimen harus memperhatikan gejala klinis penyakit dan jenis spesimen serta pengawetan yang digunakan.

2.2 Jenis dan Tujuan Pengambilan Specimen

2.2.1 Jenis Pengambilan Specimen.

1. secara probabilitas

Probabilitas atau random sampling merupakan jenis teknik sampling yang dilakukan dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian sampel yang diperoleh diharapkan merupakan sampel yang representatif.

(14)

a. secara rambang sederhana atau random sampling. Cara paling populer yang dipakai dalam

proses penarikan sampel rambang sederhana adalah dengan undian.

b. secara sistematis (systematic sampling). Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara

mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian dari daftar populasi.

c. secara rambang proporsional (proporsional random sampling). Jika populasi terdiri dari

subpopulasi-subpopulasi maka sample penelitian diambil dari setiap subpopulasi. Adapun cara peng-ambilannya dapat dilakukan secara undian maupun sistematis.

d. secara rambang bertingkat. Bila subpoplulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan

sampel sama seperti pada teknik sampling secara proportional.

e. secara kluster (cluster sampling) Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik populasi

yang ingin dijadikan subjek penelitian karena populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah, berupa kelompok klaster yang ditentukan secara bertahap. Teknik pengambilan sample semacam ini disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.

2. secara nonprobabilitas.

Nonprobabilitas adalah jenis teknik pengambilan sample yang ditemukan atau ditentukan sendiri oleh peneliti atau menurut pertimbangan pakar. Beberapa jenis atau cara penarikan sampel secara nonprobabilitas adalah sebagai berikut.

a. Purposive sampling atau judgmental sampling Penarikan sampel secara purposif merupakan

cara penarikan sample yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang dietapkan peneliti.

b. Snow-ball sampling (penarikan sample secara bola salju). Penarikan sample pola ini dilakukan

dengan menentukan sample pertama. Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sample pertama, sample ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek bola salju.

c. Quota sampling (penarikan sample secara jatah). Teknik sampling ini dilakukan dengan atas

dasar jumlah atau jatah yang telah ditentukan. Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek yang mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses pengumpulan data.

d. Accidental sampling atau convenience sampling Dalam penelitian bisa saja terjadi

diperolehnya sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan.

2.2.2 Tujuan Pengambilan Spesimen

Tujuan pengambilan spesimen masalah & menilai respon klien terhadap terapi yg dijalani Spesimen & Perawat mengambil spesimen cairan tubuh, urine, sputum, feses, Spesimen cairan tubuh & darah.

Pemeriksaan Urin

1. Urine Rutin

(15)

diperlukan = 120 ml.Urin segera diambil karena kristal urin dan sel darah merah akan lisis jika dalam waktu lama. Klien bisa melakukannya sendiri.

2. Urin Sewaktu

Pengambilan semua urin yang dikeluarkan dalam waktu tertentu (1 – 2 jam hingga 24 jam). Urin dibekukan & dimasukkan ke dalam wadah pengawet untuk mencegah kolonisasi bakteri.

Tujuannya untuk menentukan kemampuan ginjal, menentukan gangguan gangguan metabolisme glukosa dan menentukan kadar tertentu dalam urine.

3. Urin Pancar Tengah

Untuk kultur urine (mengetahui mikroorganisme yang menginfeksi saluran kemih. Menentukan tipe organisme & antibiotik yg sensitif terhadap organisme. Urine dimasukkan ke wadah yg tertutup & steril. Urine yg dibutuhkan 30 – 60 ml. Pemeriksaan Feses

Tujuan:

Menentukan darah samar karena adanya ulkus, inflamasi dan tumor. Mengetahui adanya gangguan pd gastrointestinal. Mendeteksi telur & parasit Mendeteksi adanya virus & bakteri dengan kultur.

Pemeriksaan Spesimen Darah

Pada pemeriksaan spesimen darah, darah yg diambil adalah darah vena, darah kaliler & darah arteri.

1. Darah Vena

Untuk melakukan test diagnostik, Memberikan informasi sistem hematologi & sistem tubuh yg lain CBC (complete blood count), elektrolit serum, kimia darah.

Pengambilan darah dilakukan pada vena, Pada org muda kadang sulit karena kulit tebal sehingga sulit untuk ditusuk. Pada lansia juga sulit karena vena cenderung lari saat akan di tusuk dan bisa juga karena ada penebalan atau pengerasan vena akibat adanya aterosklerosis. Penusukan vena dilakuakn dengan sudut 15 o

2. Darah Kapiler

Untuk pemeriksaan glukosa darah atau saat pengambilan darah vena gagal dilakukan di daun telinga & ujung jari tetesan pertama dibuang dgn kapas kering agar tdk bercampur alkohol. 3. Darah Arteri

Untuk pemeriksaan AGD, Untuk menngetahui status respirasi & status asam basah darah klien. Jika jarum mengenai arteri maka akan terlihat pulsasi darah mengisi spoit. Tanda-tanda okulasi arteri : Kesemutan, Pucat, Tidak ada denyut nadi.

2.3 HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGAMBILAN SPECIMEN :

1. PERSIAPAN PASIEN

Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil

laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.

(16)

2. PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN

Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :  Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan.

 Volume mencukupi.

 Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk,

steril (untuk kultur kuman).

 Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat.

 Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat.

 Identitas benar sesuai dengan data pasien.

Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai dengan pasien

yang akan diambil spesimen.

Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.

a. Peralatan

Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :  bersih, kering.

 tidak mengandung deterjen atau bahan kimia.

 terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen.

 sekali pakai buang (disposable).

 steril (terutama untuk kultur kuman)

 tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume spesimen.

b. Antikoagulan

Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.

c. Pemilihan Lokasi Pengambilan Spesimen

Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan, seperti :  Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau vena basilic).

Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, canula, fistula.

 Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis

(lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).

 Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi atau

pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau pucat.  Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang mengalami

infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

d. Waktu Pengambilan

(17)

 Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal).

 Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian antibiotik.

 Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir.

 Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam.

 Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam.

 Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah bangun tidur.

 Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari dan setelah puasa 10-12

jam

3. PENGAMBILAN SPESIMEN

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :

1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai

dengan standard operating procedure (SOP) yang ada. 2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.

o Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel pada

bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.

o Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk mencegah spesimen

tumpah.

o Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti berikut :

 Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.

 Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar tidak terjadi hemolisis.

 Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke dalam media dilakukan

dengan cara aseptik

 Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak keliru.

 Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan lembut perlahan-lahan.

Jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak hemolisis. o Menampung spesimen urin

 Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka,

mudah ditutup, dan bermulut lebar

 Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-mula keluar sebelum mengumpulkan

urine untuk diperiksa.

 Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara pembersihan lebih sempurna :

 Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian membilasnya sampai bersih.

 Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora, lalu harus merenggangkannya pada

waktu kencing.

 Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan banyak secret vagina, sebaiknya

memasukkan tampon sebelum mengumpulkan specimen.

 Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan setelah spesimen didapat dan keterangan

tentang pemeriksaan harus jelas dicantumkan. o Menampung spesimen tinja

 Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat diperlukan, sampel tinja juga

dapat diperoleh dari pemeriksaan colok dubur.

 Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun,

dapat ditutup rapat, dapat dibuka dengan mudah dan bermulut lebar.

o Menampung spesimen dahakPenting untuk mendapatkan sekret bronkial dan bukan ludah atau

(18)

 Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka,

mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang mengandung bercak lilin atau minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan asam dan dapat menyulitkan penafsiran.

 Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan air, bila mungkin gosok gigi

terlebih dulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu.

 Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk tegak

 Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 – 3 kali kemudian keluarkan nafas bersamaan

dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai dahak keluar.

 Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan cara mendekatkan wadah ke

mulut.

 Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan tampak kental purulen

dengan volume cukup ( 3 – 5 ml )

 Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari udara dan secepatnya dikirim ke

laboratorium.

Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah : 1. Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :

o Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat.

o pH menurun, hemokonsentrasi.

o PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan ke dalam sirkulasi

darah.

2. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat, sedangkan pH

menurun

3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan :

o trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang.

o kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat.

4. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan :

o natrium meningkat pada infus saline.

o kalium meningkat pada infus KCl.

o glukosa meningkat pada infus dextrose.

o PPT, APTT memanjang pada infus heparine.

o kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit menurun pada semua

jenis infus.

5. Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau keterlambatan

homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah.

6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase, LDH, fosfatase

asam total

4. IDENTIFIKASI SPESIMEN

Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan. Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium.

(19)

5. PENGIRIMAN SPESIMEN KE LABORATORIUM

Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium :

1. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi

persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan. 2. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.

3. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa

identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.

4. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium

dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :

o Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit.

o Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik

o PPT / APTT memanjang.

o Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.

o Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.

o Perkembangbiakan bakteri

o Penundaan pengiriman sampel urine :

 Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel

dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.

 Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan pemeriksaan

mikroskopik atas unsur-unsur lain.

 Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar matahari.

 Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya pemeriksaan

bakteriologis dan pH.  Jamur akan berkembang biak

 Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat menghilang.Apabila

akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 – 8 oC paling lama 8 jam.

5. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas

khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.

6. PENANGANAN SPESIMEN

 Identifikasi dan registrasi spesimen

 Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius

 Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar

 Gunakan sentrifus yang terkalibrasi

 Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label

 Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan

7. PENYIMPANAN SPESIMEN

 Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke

laboratorium lain.

 Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya.

(20)

 Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut

sempurna. Hindari terjadinya busa.

 Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan.

 Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 28ºC, suhu kamar, suhu 20ºC, 70ºC atau

-120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.

 Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau

serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.  Memberi bahan pengawet pada spesimen.

 Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

 Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :

 Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator.

 Imunologi : 1 minggu dalam referigerator.

 Hematologi : 2 hari pada suhu kamar.

 Koagulasi : 1 hari dalam referigerator.

 Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator.

 Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator.

2.4 Persiapan dan pengambilan specimen.

PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN SPESIMEN

1. Pemeriksaan Darah

a. Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam pemeriksaan laboratorium :

o Perifer (pembuluh darah tepi).

o Vena.

o Arteri.

o Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah.

o Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau tumit.

b. Bentuk pemeriksaan : o Jenis/golongan darah. o HB. o Gula darah. o Malaria. o Filaria, dll. c. Persiapan alat :

o Lanset darah atau jarum khusus.

o Kapas alcohol.

o Kapas kering.

o Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan.

o Bengkok.

o Hand scoon.

o Perlak dan pengalas

d. Prosedur kerja :

(21)

o Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur.

o Memasang perlak dan pengalas.

o Memakai hand scoon.

o Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan.

o Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol.

o Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol.

o Merapikan alat.

o Melepaskan hand scoon.

2. Pemeriksaan Urine

a. Kegunaan :

o Menafsirkan proses-proses metabolism.

o Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM).

b. Jenis pemeriksaan :

o Urine sewaktu

Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan. o Urine pagi

Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur. o Urine pasca prandial

Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah makan). o Urine 24 jam

Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.

c. Persiapan alat :

o Formulir khusus untuk pemeriksaan urine.

o Wadah urine dengan tutupnya.

o Hand scoon.

o Kertas etiket.

o Bengkok.

o Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium

d. Prosedur tindakan :

o Mencuci tangan.

o Mengisi formulir.

o Memberi etiket pada wadah.

o Memakai hand scoon.

o Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat.

o Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket.

o Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi.

o Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup..

(22)

o Melepas hand scoon.

o Mencuci tangan.

2.5 Tehnik Pengambilan dan Pengiriman Spesimen

PENGAMBILAN SPESIMEN

Salah satu cara menanggulangi penyakit infeksi adalah dengan menentukan penyebab dan kemudian memberi terapi yang rasional berdasarkan hasil uji laboratorium. Dalam hal ini peranan laboratorium sebagai penunjang diagnosis dan terapi penyakit infeksi menjadi sangat penting .

Hasil pemeriksaan mikrobiologik sangat tergantung oleh kualitas spesimen. Spesimen yang diperiksa di lab Mikrobiologi sebagian besar merupakan klinik berkaitan dengan penyakit infeksi. Kualitas specimen ditentukan oleh metoda pengambilan dan proses tranportasi ke laboratorium. Hasil pemeriksaan mikrobiologik negatif tidak selalu berarti bahwa diagnosis salah.

Kegagalan isolasi mikroorganisme penyebab infeksi sering ditentukan oleh beberapa hal, antara lain :

o Pengambilan dan pengiriman spesimen yang tidak benar

o Teknik atau cara kerja di laboratorium uang tidak tepat

Pengambilan specimen atau bahan pemeriksaan merupakan langkah awal yang sangat menentukan hasil pemeriksaan dalam rangka memperoleh jawaban yang menentukan penyebab infeksi. Dapat terjadi bahwa yang diisolasi bukan penyebab tetapi organisme flora normal sehingga akan memberikan intreprestasi hasil laboratorium yang keliru dan menyebabkan langkah terapi yang salah.

Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara pengambilan, saat pengambilan dan seleksi spesimen. Beberapa hal penting yang perlu dilakukan untuk memperoleh hasil pemerisaan yang baik adalah :

1. Bahan pemeriksaan sedapat mungkin diambil dari lokasi yang paling besar kemungkinannya

mengandung penyebab infeksi pada stadium tertentu.

2. Pada lokasi tubuh yang pada keadaan normal mengandung flora normal, hasil laboratorium

positif sebaiknya dikorelasikan dengan keterangan klinik , sehingga mendapatkan suatu interpertasi yang bermakna.

3. Hasil laboratorium positif sangat bermakna bila diperoleh dari lokasi tubuh yang dalam keadaan

normal steril (cairan serebro – spinal darah, cairan pleura, cairan).

Agar diperoleh kualitas spesimen yang baik, pengambilan spesimen harus memenuhi beberapa kriteria tertentu.

Pedoman Umum

Spesimen yang diambil harus memiliki syarat sebagai brikut : 1. Representatif untuk proses infeksi :

Bahan pemeriksaan harus benar-benar berasal dari tempat infeksi. Misalnya:

o bahan pemeriksaan dari luka, sebaiknya diambil dari dasar luka dan dihindari kontak dengan kulit

sekitarnya sehingga tidak memungkinkan bagi kontaminasi oleh flora kulit. o bahan dari asbes diambil dengan cara aspirasi steril.

(23)

o bahan sputum harus benar-benar berasal dari saluran nafas bagian bawah, bukan hanya berupa

saliva.

2. Jumlah spesimen cukup untuk memungkinkan pemeriksaan.

Misalnya :

o bahan dari pus dalam keadaan infeksi aktif, jumlahnya tidak perlu diperhatikan, tetapi pada infeksi

kronik jumlah bahan yang diambil sebaiknya agak banyak.

o Bahan berupa darah, jumlah nya harus cukup. Perbandingan volume darah dengan medium cair

adalah 1 :5 atau 1 :10.

o Bahan urine : sebaiknya diambil setelah penderita tidak berkemih sekurang-kurangnya 3 jam,

sehingga diperoleh volume cukup untuk diambil.

3. Saat pengambilan perlu diperhatikan. Pengambilan harus dilakukan pada stadium yang tepat,

untuk ini perlu diketahui riwayat penyakit penderita. Pada demam tifoid minggu pertama, bakteri akan dapat ditemukan di darah. Sedangkan pada minggu ke 2 dan ke 3, tinja dan urine biasanya positif. S. typhi akan ditemukan pada tinja dan urine selama fase akut dari stadium diare.

4. Terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik dari alat, lingkungan, bagian tubuh lain, dan

petugas pengambil. Alat dan tempat spesimen harus steril dan sesuai. Misalnya pengambilan urine atau sputum sebaiknya dengan pot bermulut lebar. Setelah bahan ditampung hendaknya ditutup rapat dan dicegah adanya kebocoran untuk menghindari kontaminasi dan pencemaran dari dan pada lingkungan.

5. Pengambilan spesimen dilakukan sebelum pemberian terapi antibiotik. Perlu diperhatikan

hal-hal sbb :

o cairan serebrospinal yang purulen, dalam waktu 24 jam setelah pemberian antibiotik seringkali

sudah tidak mengandung bakteri penyebab, misalkan Haemophilus influenzae.

o selama pemberian terapi antibiotik pada penderita salmonelosis, dalam tinja penderita tidak akan

diketemukan S.typhi.

o Bila bahan yang diperiksa berasal dari pasien yang telah diterapi, sebaiknya klinisi memberi

catatan khusus, sehingga bisa dilakukan tindakan-tindakan tertentu. Misalnya dapat diberikan Penisinase untuk merusak penisilin. Jadi pada penderita yang telah diterapi bisa dilakukan pemeriksaan mikrobiologik.

6. Bahan pemeriksaan sebaiknya segera dibawa ke laboratorium atau kalau diperlukan dapat pula

digunakan media transport yang sesuai, agar bisa diperiksa secepatnya.

Pedoman khusus

Dalam melakukan pengambilan spesimen klinik, perlu diperhatikan beberapa hal khusus sesuai lokasi pengambilan :

1. Cara Pengambilan Darah

Darah biasanya diambil pada saat demam tinggi, dari vena cubiti. Pertama-tama dilakukan palpasi untuk mencari letak vena yang akan diambil. Sebelum pengambilan kulit sekitarnya diusap dengan antiseptik, misalnya Jodium tincture 2%, atau alkhohol 80%. Setelah itu tidak boleh dilakukan palpasi lagi, juga tidak boleh mengusap jarum suntik dengan kapas alkohol. o Volume pengambilan : 10-20 ml untuk dewasa

(24)

o 1-5 ml untuk anak- anak

Karena organisme pada bakteri jumlahnya kecil, sebaiknya segera diinokulasikan kedalam media kultur setelah pengambilan.

Contoh media kultur darah yang digunakan: o Trypticase Soy Broth, untuk kultur aerob

o Brain Heart Infusion, untuk kultur bakteri aerob atau anaerob

o Thioglikolat broth, untuk kultur anaerob

o Gal medium, untuk kultur Salmonella.

Dapat pula ditransport secara stril dalam tabung mengandung SPS Interval pengambilan : o endocarditis : 3 kali pengambilan (kultur) dalam 24 jam

o bakterima : 3 kali pengambilan (kutur) dalam 24-48 jam

o pasien yg diberi antibiotik : 4-6 kali pengambilan dalam 48 jam.

2. Cara Pengambilan Tinja atau Usapan Rektal

Tinja diambil dari bagian yang diperkirakan banyak mengandung organisme penyebab (lendir atau darah), ditampung pada tempat steril, harus segera dibawa ke laboratorim. Sedangkan usapan rectal diambil dengan kapas lidi steril, diputar (360º) pada mukosa rektal diambil dengan kedalaman 1-2 cm, kemudian dimasukkan media transport bersama kapas lidi atau kedalam tabung kosong bertutup ulir steril, tutup rapat, segera dikirim ke laboratorium. Sebaiknya tidak digunakan kertas toilet dalam pengambilan/penampungan tinja, karena pada umumnya mengandung garam bismuth yang dapat membunuh mikroorganisme.

3. Cara Pengambilan Urine

Bahan berupa urine dapat diambil dengan berbagai teknik : o aspirasi supra public

o kateterisasi

o urine pancaran tengah (Mid Stream Urine)

Cara pertama dan kedua hanya dilakukan oleh dokter dengan indikasi tertentu karena mengandung resiko, harus dilakukan secara aseptik untuk menghindari infeksi. Volume urine minimal 10 ml dan segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Seperti diketahui urine adalah medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri, terutama bagi pemeriksaan angka kuman harus segera diperiksa agar tidak terjadi pertumbuhan pesat sebelum diperiksa. Apabila terpaksa bisa disinpan dalam almari pendingin selama 24 jam, tetapi dianjurkan tidak lebih dari 8 jam. 4. Cara Pengambilan Dahak atau Sputum

Dahak yang diambil diusahakan tidak tercemar oleh flora normal di rongga mulut, sebaiknya pasien diminta berkumur sebelumnya dengan akuades steril, atau larutan garam fisiologis steril. Dahak ditampung didalam pot steril, dengan cara batuk dalam-dalam, perlu kerjasama dengan pasien. Segera mungkin ditanam dalam media perbenihan yang sesuai dengan jenis pemeriksaan.

5. Cara Pengambilan Discharge Mukosa

Bahan dari mukosa diambil dengan kapas lidi steril, bahan diambil dari : hidung, tenggorokan, mata, telinga, lubang urogenital, luka.

6. Abses

Seleksi dan pengambilan yang adekuat sangat berpengaruh pada hasil pemerisaan. Jika lesi luas atau terdapat beberapa lesi, bahan diambil dari beberapa tempat. Sampel dari abses harus mengandung pus dan bagian dari dinding abses. Sebelum pengambilan kulit dibersihkan dengan larutan fisiologis steril.

(25)

7. Cara Pengambilan Cairan Serebrospinal

Dilakukan dengan punksi lumbal oleh seorang dokter ahli dengan memperhatikan aspek sterilitas alat dan teknik pengambilan secara benar. Kuman pada bahan ini pada umumnya hanya bertahan beberapa jam, sehingga harus segera dikirim ke laboratorium. Meningokokus sangat rentan terhadap suhu rendah, sama sekali tidak dibenarkan menyimpan bahan pemeriksaan ini pada almari pendingin.

PENGIRIMAN SPESIMEN

Apabila bahan pemeriksaan diambil diluar laboratorium seharusnya segera dikirim untuk diperiksa. Akan tetapi bila tidak memungkinkan karena beberapa keadaan, dapat digunakan media transport sebagai media yang mampu memberikan bahan pertumbuhan untuk mikroorganisme tersangka, terutama bagi organisme yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan. Kadang-kadang bahan pemeriksaan yang tidak memerlukan media transport karena bahan tersebut telah mengandung bahan yang diperlukan bagi pertumbuhan organisme tersangka. Pada saat pengiriman temperatur dan tempat pengiriman harus diperhatikan. Adapun medium transport yang biasa digunakan adalah : medium Carry & Blair, medium Stuart, medium Amies.

1. Pengiriman Darah

Setelah diperoleh darah harus segera dikirim ke laboratorium karena kuman didalam darah akan dipengaruhi oleh sel-sel dalam darah ataupun zat-zat yang ada dalam darah. Secara umum telah direkomendasikan bahwa darah untuk perbenihan ditanam dalam perbenihan cair dengan perbandingan 1 : 10 untuk membantu menetralkan efek bakterisidal karena adanya antimikroba dalam (darah pada pasien yang telah diterapi) atau efek komplemen dan fagosit.

Bila darah dikirim tanpa menggunakan perbenihan cair seperti penjelasan dimuka, maka volume darah yang dikirim untuk kepentingan isolasi adalah sebanyak 10-20 ml dengan menggunakan antikoagulan, sebaiknya digunakan SPS (Sodium Polynethol Sulfonate) 0.05% atau 0.025 %. Disamping sebagai antikoagulan, SPS merupakan antikomplemen dan antifagosit dan dapat menetralkan efek anti mikroba. Suhu pengiriman supaya dipertahankan untuk tidak lebih dari 37ºC, dan terhindar dari kekeringan.

2. Pengiriman Tinja

Tinja dapat dikirim tanpa medium transport bila tidak terlalu lama. Apabila jarak pengiriman jauh sehingga memerlukan waktu lebih dari 4 jam, maka perlu digunakan media transport yang sekaligus merupakan medium selektif bagi jenis kuman tertentu. Medium transport atau selektif ini berupa medium cair, misalknya : Air peptone alkali, Selenit Broth, dsb. Perlu diperhatikan suhu dan hindarkan dari kekeringan.

3. Pengiriman urine

Urine dikirim tanpa medium transport karena urine merupakan medium yang baik pertumbuhan kuman. Pengiriman bahan ini harus dilakukan segera mungkin untuk menghindari perkembangan pesat organisme tersangka, dalam waktu 1 jam organisme per ml akan menjadi berlipat ganda. Hal ini perlu diperhatikan mengingat diagnosis bakteriuri didasarkan pada jumlah kuman per ml urine. Suhu dan kekeringan harus diperhatikan.

4. Pengiriman Dahak

(26)

5. Pengiriman discharge mukosa

Setelah diambil dengan kapas lidi dapat dimasukkan dalam media transport, kapas lidi dimasukkan dalam tabung media transport secara aseptic.

6. Pengiriman abses, jaringan, spesimen drainage

Bahan pemeriksaan dikirim dengan medium transport semisolid Sturt, Carry & Blair (untuk kuman anaerob). Spesimen dari usapan (swab), sebaliknya dihindari, lebih baik spesimen langsung. Bila terpaksa, swab harus merupakan sampel yang mewakili bagian yang mengandung kuman penyebab.

7. Pengiriman Cairan Serebrospinal

Bahan ini dikirim tanpa medium transport, tetapi harus sesegera mungkin dibawa ke laboratorium dalam waktu kurang dari 1 jam. Segera ditanam pada medium perbenihan padat yang cocok.

2.6 Komplikasi Pengambilan Specimen dan Cara Mencegahnya

1. Syncope

Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya beberapa saat/sementara waktu sebagai akibat menurunnya tekanan darah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat, pengelihatan kabur/gelap, bahkan bisa sampai muntah. Hal ini biasanya terjadi karena adanya perasaan takut atau akibat pasien puasa terlalu lama. Rasa takut atau cemas bisa juga timbul karena kurang “percaya diri” Itulah sebabnya mengapa perlu memberikan penjelasan kepada pasien tentang tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan dialaminya. Penampilan dan prilaku seorang Flebotomis juga bisa mempengaruhi keyakinan pasien sehingga timbul rasa curiga/was-was ketika proses pengambilan darah akan dilaksanakan. Oleh sebab itu penampilan dan prilaku seorang flebotomis harus sedemikian rupa sehingga tampak berkompetensi dan Fropesional.

 Cara mengatasi :

o Hentikan pengambilan darah. Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satu

sisi. Tungkai bawah ditinggikan (lebih tinggi dari posisi kepala).

o Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggang. Minta pasien menarik nafas panjang.

o Hubungi dokter, Pasien yang tidak sempat dibaringkan, diminta menundukan kepala diantara

kedua kakinya dan menarik nafas panjang.

 Cara Pencegahan :

o Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan.

o Pasien yang akan dirawat syncope sebaiknya dianjurkan berbaring pada waktu pengambilan darah.

o Kursi pasien mempunyai sandaran dan tempat/sandaran tangan.

2. Rasa Nyeri

Rasa nyeri berlangsung tidak lama sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Nyeri bisa timbul alibat alkohol yang belum kering atau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat.

 Cara pencegahan :

o Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mongering sebelum pengambilan darah

dilakukan.

(27)

o Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya (memberi contoh)

3. Hematoma

Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam Hal Flebotomi/jaringan dibawah kulit ) sebagai akibat robeknya pembuluh darah. Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan darah :

o Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding vena

o Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada diluar vena.

o Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan atau kurang lama ditekan.

o Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet (tourniket) belum dikendurkan.

o Temapat penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat turniket.

 Cara mengatasi :

Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum segera :

o Lepaskan turniket dan jarum.

o Tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa.

o Angkat lenganpasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit).

o Kalau perlu kompres untukmengurangi rasa nyeri

4. Pendarahan

Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan darah alteri. Pengambilan darah kapiler lebih kurang resikonya.Pendarahan yang berlebihan (sukar berhenti) terjadi karma terganggunya system kouglasi darah pasien. Hal ini bisa terjadi karena :

o Pasien mengalami pengobatan dengan obat antikougulan sehinggamenghambat pembekuan darah.

o Pasien menderita gangguan pembekuan darah ( trombositopenia, defisiensi factor pembeku darah

(misalnya hemofilia).

o Pasien mengidap penyakit hati yang berat (pembentukan protrombin, fibrinogen terganggu ).

 Cara mengatasi :

Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar tempat penusukan jarum segera :

o Lepaskan turniket dan jarum.

o Tekan tempat penusukan jarum dengan kain kasa.

o Angkat lenganpasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit).

o Kalau perlu kompres untukmengurangi rasa nyeri

5. Allergi

Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam flebotom, misalnya terhadap zat antiseptic/desinfektan, latex yang ada pada sarung tangan, turniket atau plester. Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis, radang selaput mata, kadang-kadang bahkan bisa (shock).

 Cara mengatasi :

(28)

o Panggil dokter atau perawat untuk penanganan selanjutnya

 Cara pencegahan :

o Wawancara apa ada riwayat allergi.

o Memakai plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex

6. Trombosis

Terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempat yang sama sehingga menimbulkan kerusaka dan peradangan setempat dan berakibat dengan penutupan ( occlusion ) pembuluh darah. Hal ini juga terlihat pada kelompok pengguna obat ( narcotics ) yang memakai pembuluh darah vena.

 Cara pencegahan :

o Hindari pengambilan berulang ditempat yang sama.

o Pembinaan peninap narkotika.

7. Radang Tulang

Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yangsempit dan pemakaian lanset yang berukuran panjang

 Cara mengatasi :

o Mengatasi peradangan tulang

 Cara Pencegahan :

o Menggunakan lanset yang ukurannya sesuai. Saat ini sudah dipasarkan lanset dalam berbagai

ukuran disesuaikan dengan kelompok usia. Setiap kejadian komplikasi harus dilaporkan kepada dokter kepada dan dicatat dalam buku catatan tersendiri dengan mencantumkan identitas pasien selengkapnya, tanggal dan jam kejadian, dan tindakan yang diberikan.

8. Amnesia

Pada bayi, terutama bayi baru lahir dimana volume darah sedikit, pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia. Selain itu pengambilan darah kapiler pada bayi terutama yang bertulang dapat menyebabkan selulitis, abses, osteomielitis, jaringan parut dan

nodulklasifikasi. Nodul klasifikasi tersebut mula-mula tampak seperti lekukan yang 4-12 bulan kemudian akan menjadi nodul dan menghilang dalam 18-20 bulan. 9. Komplikasi neuologis

Komplikasi neurologist dapat bersifat local karena tertusuknya syaraf dilokasi penusukan, dan menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Walaupun jarang, serangan kejang ( seizures) dapat pula terjadi.

 Cara Penanganan :

o Pasien yang mengalami serangan saat pengambilan darah harus dilindungi dari perlukaan.

o Hentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala miringkan ke satu sisi, bebaskan

jalan nafas, hindari agar lidahtidak tergigit.

o Segera mungkin aktifkan perlengkapan keselamatan, hubungi dokter.

o Lakukan penekanan secukupnya di daerah penusukan sambil membatasi pergerakan pasien.

2.7 Nilai-Nilai Laboratorium Normal

Setiap laboratorium menentukan nilai “normal”, yang ditunjukkan pada kolom “Nilai Rujukan” atau “Nilai Norma” pada laporan laboratorium. Nilai ini tergantung pada alat yang

(29)

dipakai dan cara pemakaiannya. Tidak ada standar nilai rujukan. nilai laboratorium lain dapat berbeda. Jadi angka pada laporan kita harus dibandingkan dengan nilai rujukan pada laporan, bukan dengan nilai rujukan pada lembaran ini.

Determination Normal Reference Value

Conventional units SI units Blood, Plasma or Serum

Ammonia (NH3) – diffusion 20-120 mcg/dl 12-70 mcmol/L

Ammonia Nitrogen 15-45 µg/dl 11-32 µmol/L

Amylase 35-118 IU/L 0.58-1.97 mckat/L

Anion gap (Na+-[Cl - + HCO3- ]) (P) 7-16 mEq/L 7-16 mmol/L Antithrombin III (AT III) 80–120 U/dl 800–1200 U/L

Bicarbonate

Arterial 21–28 mEq/L 21–28 mmol/L

Venous 22–29 mEq/L 22–29 mmol/L

Bilirubin

Conjugated (direct) Total £ 0.2 mg/dl & 0.1–1 mg/dl £ 4 mcmol/L & 2–18 mcmol/L Calcitonin < 100 pg/ml < 100 ng/L Calcium Total 8.6–10.3 mg/dl 2.2–2.74 mmol/L Ionized 4.4–5.1 mg/dl 1–1.3 mmol/L

Carbon dioxide content (plasma) 21–32 mmol/L 21–32 mmol/L Carcinoembryonic antigen < 3 ng/ml < 3 mcg/L

Chloride 95–110 mEq/L 95–110 mmol/L

Coagulation screen

Bleeding time 3–9.5 min 180–570 sec

Prothrombin time 10–13 sec 10–13 sec

Partial thromboplastin time (activated) 22–37 sec 22–37 sec

Protein C 0.7–1.4 µ/ml 700–1400 U/ml

Protein S 0.7–1.4 µ/ml 700–1400 U/ml

Copper, total 70–160 mcg/dl 11–25 mcmol/L

Corticotropin (ACTH adrenocorticotropic hormone) – 0800 hr < 60 pg/ml < 13.2 pmol/L Cortisol 0800 hr 5–30 mcg/dl 138–810 nmol/L 1800 hr 2–15 mcg/dl 50–410 nmol/L 2000 hr £ 50% of 0800 hr £ 50% of 0800 hr Creatine kinase

Female 20–170 IU/L 0.33–2.83 mckat/L

Male 30–220 IU/L 0.5–3.67 mckat/L

(30)

Creatinine 0.5–1.7 mg/dl 44–150 mcmol/L Fibrinogen (coagulation factor I) 150–360 mg/dl 1.5–3.6 g/L

Follicle-stimulating hormone (FSH)

Female 2–13 mlU/ml 2–13 IU/L

Midcycle 5–22 mlU/ml 5–22 IU/L

Male 1–8 mlU/ml 1–8 IU/L

Glucose, fasting 65–115 mg/dl 3.6–6.3 mmol/L

Glucose Tolerance Test (Oral)

(mg/dl) (mmol/L) Normal Diabetic Normal Diabetic Fasting 70–105 > 140 3.9–5.8 > 7.8 60 min 120–170 ³ 200 6.7–9.4 ³ 11.1 90 min 100–140 ³ 200 5.6–7.8 ³ 11.1 120 min 70–120 ³ 140 3.9–6.7 ³ 7.8

(g) – Glutamyltransferase (GGT)

Male 9–50 units/L 9–50 units/L

Female 8–40 units/L 8–40 units/L

Haptoglobin 44–303 mg/dl 0.44–3.03 g/L Hematologic Tests Fibrinogen 200–400 mg/dl 2–4 g/L Hematocrit (Hct) female 36%-44.6% 0.36–0.446 fraction of 1 male 40.7%-50.3% 0.4–0.503 fraction of 1 Hemoglobin A 1C 5.3%-7.5% of total Hgb 0.053–0.075 Hemoglobin (Hb) female 12.1–15.3 g/dl 121–153 g/L male 13.8–17.5 g/dl 138–175 g/L Leukocyte count (WBC) 3800–9800/mcl 3.8–9.8 x 109/L Erythrocyte count (RBC) female 3.5–5 x 106/mcl 3.5–5 x 1012/L male 4.3–5.9 x 106/mcl 4.3–5.9 x 1012/L

Mean corpuscular volume (MCV) 80–97.6 mcm3 80–97.6 fl

Mean corpuscular hemoglobin (MCH) 27–33 pg/cell 1.66–2.09 fmol/cell Mean corpuscular hemoglobin concentrate (MCHC) 33–36 g/dl 20.3–22 mmol/L Erythrocyte sedimentation rate (sedrate, ESR) £30 mm/hr £30 mm/hr

Erythrocyte enzymes

Glucose-6 – Pphosphate dehydrognase (G-6-PD) 250–5000 units/106 cells

250–5000 mcunits/cell

(31)

(Conventional units) (SI units) Blood, Plasma or Serum:

Ammonia (NH3) – diffusion

20–120 mcg/dl 12–70 mcmol/L

Ammonia Nitrogen 15–45 µg/dl 11–32 µmol/L

Amylase 35–118 IU/L 0.58–1.97 mckat/L

Anion gap (Na+-[Cl - + HCO3-]) (P) 7–16 mEq/L 7–16 mmol/L

Antithrombin III (AT III) 80–120 U/dl 800–1200 U/L Bicarbonate: Arterial Venous 21–28 mEq/L 22–29 mEq/L 21–28 mmol/L 22–29 mmol/L Bilirubin: Conjugated (direct) Total £ 0.2 mg/dl

(0.1–1 mg/dl) £ 4 mcmol/L (2–18 mcmol/L) Calcitonin < 100 pg/ml < 100 ng/L Calcium: Total Ionized 8.6–10.3 mg/dl 4.4–5.1 mg/dl 2.2–2.74 mmol/L 1–1.3 mmol/L Carbon dioxide content (plasma) 21–32 mmol/L 21–32 mmol/L Carcinoembryonic antigen < 3 ng/ml < 3 mcg/L

Chloride 95–110 mEq/L 95–110 mmol/L

Coagulation screen:

Bleeding time

Prothrombin time

Partial thromboplastin time (activated) Protein C Protein S 3–9.5 min 10–13 sec 22–37 sec 0.7–1.4 µ/ml 0.7–1.4 µ/ml 180–570 sec 10–13 sec 22–37 sec 700–1400 U/ml 700–1400 U/ml

Copper, total 70–160 mcg/dl 11–25 mcmol/L

Corticotropin

(ACTH adrenocorticotropic hormone) – 0800 hr < 60 pg/ml < 13.2 pmol/L Cortisol: 0800 hr 1800 hr 2000 hr 5–30 mcg/dl 2–15 mcg/dl £ 50% of 0800 hr 138–810 nmol/L 50–410 nmol/L £ 50% of 0800 hr Creatine kinase: Female

Male

20–170 IU/L 30–220 IU/L

0.33–2.83 mckat/L 0.5–3.67 mckat/L Creatinine kinase isoenzymes, MB fraction 0–12 IU/L 0–0.2 mckat/L

Creatinine 0.5–1.7 mg/dl 44–150 mcmol/L

Fibrinogen (coagulation factor I) 150–360 mg/dl 1.5–3.6 g/L Follicle-stimulating hormone (FSH): Female Midcycle Male 2–13 mlU/ml 5–22 mlU/ml 1–8 mlU/ml 2–13 IU/L 5–22 IU/L 1–8 IU/L Glucose, fasting 65–115 mg/dl 3.6–6.3 mmol/L

Glucose Tolerance Test (Oral)

Fasting 60 min 90 min 120 min (mg/dl) Normal Diabetic 70–105 > 140 120–170 ³ 200 100–140 ³ 200 (mmol/L) NormalDiabetic 3.9–5.8 > 7.8 6.7–9.4 ³ 11.1 5.6–7.8 ³ 11.1

Referensi

Dokumen terkait

beracun) yang ada di instalasi farmasi. Semua petugas security harus bisa dan mampu mengoprasikan alat appar. Semua peralatan baik yang elektonik maupun yang yang bukan elektronik

Sedangkan untuk variabel terikat (variabel Y) yaitu keputusan berkunjungyang terdiri dari pemilihan produk, pemilihan merek, pemilihan penyalur, jumlah pembelian,

Ya ng pertama, zona nyaman membuat kita tidak mengerti isi hati Allah dan ja uh dari rencana Al l ah.. Allah menciptakan kita dengan tujuan untuk

Studi kasus peramalan temperatur ini telah diteliti dan dibangun menggunakan metode-metode lainnya [4], salah satunya dengan metode Bayesian Network, tetapi dengan

Selanjutnya peserta yang dinyatakan diterima dapat melakukan pendaftaran ulang (Registrasi) dengan mengikuti ketentuan pada Pengumuman Pendaftaran Ulang (Registrasi)

Dalam sistem ini, limbah yang dihasilkan oleh ikan digunakan sebagai pupuk untuk tanaman, kemudian air yang dialirkan dengan sistem resirkulasi dari media pemeliharaan

6.2 Memberi perlakuan khusus pada baha Memberi perlakuan khusus pada bahan n stek yang siap semai. stek yang siap

1) Memperkecil ukuran produk seperti hand phone yang tambah ramping dan praktis. 2) Mengurangi biaya tenaga kerja pembeli (waktu lebih sedikit, training lebih