6.1 TUJUAN PEMANFAATAN RUANG
Tujuan pengembangan Kota Sei Rampah, sebagaimana telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai adalah :
”Terwujudnya Kota Sei Rampah Menjadi Kota IDAMAN (Indah Damai dan Nyaman)” Untuk mewujudkan tujuan tersebut melalui Rencana Umum Tata Ruang Kawasan (RUTRK) Kota Sei Rampah 2006 – 2016, maka ditetapkan beberapa tujuan pemanfaatan ruang Kota Sei Rampah, yaitu ;
1. Terwujudnya pemanfaatan ruang yang sesuai dengan fungsi kota sebagai pusat pemerintahan kabupaten dan pusat perdagangan dan jasa serta tanggap terhadap dinamika perkembangan kota yang pesat;
2. Mengembangkan kawasan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan dan harmonis baik dari sisi sosial, ekonomi, maupun daya dukung lingkungan;
3. Membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana umum sesuai dengan kebutuhan, terutama untuk air bersih, telepon dan transportasi;
4. Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana umum yang dapat dijangkau oleh segenap warga;
5. Terlaksananya pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif dan efisien dengan memperhatikan aspirasi masyarakat;
6. Merangsang dan mendorong pengembangan sektor-sektor kegiatan ekonomi di Kota Sei Rampah yang diperkirakan mempunyai skala pelayanan kecamatan dan kabupaten, sehingga diharapkan terbina hubungan saling ketergantungan yang saling menguntungkan antar Kawasan Perkotaan Sei Rampah dengan daerah belakangnya; 7. Rencana pemanfaatan ruang Kawasan Kota Sei Rampah ditujukan untuk meningkatkan
6.2 RENCANA STRUKTUR TATA RUANG KOTA
6.2.1 Rencana Pengembangan dan Distribusi Penduduk
Perkembangan Kawasan Perkotaan Sei Rampah untuk masa yang akan datang akan menyebabkan pertambahan penduduk. Dengan perkembangan ini akan mengakibatkan penyempitan lahan sehingga dapat mengalami perubahan fungsi. Kawasan Perkotaan Sei Rampah yang memiliki luas area sekitar 5.358 ha, untuk tahun perencanaan diperkirakan masih dapat menampung pertambahan jumlah penduduk yang meningkat. Perkembangan jumlah penduduk yang nantinya terjadi akan mengalami perubahan dan pergeseran yang diperkirakan dapat tersebar dengan merata di seluruh wilayah perencanaan. Dimana direncanakan kedepannya perkembangan penduduk di Kota Sei Rampah tidak hanya terkonsentrasi di pusat kota, tetapi lebih diarahkan menyebar diseluruh kawasan perencanaan.
Rencana pendistribusian penduduk di Kawasan Perkotaan Sei Rampah hingga akhir tahun perencanaan (tahun 2016) sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dituju, yaitu penyebaran dan pemerataan penduduk di seluruh Kawasan Perkotaan Sei Rampah. Rencana penyebaran penduduk ini disesuaikan dengan orientasi dan kecenderungan perkembangan fisik perkotaan dan rencana alokasi kawasan permukiman serta fasilitas pendukungnya. Semakin dekat dengan kawasan kegiatan perdagangan dan jasa atau pusat pelayanan (jaringan jalan utama, pusat kegiatan lainnya) mempunyai kecenderungan kepadatan penduduk yang relatif tinggi, sebaliknya semakin jauh dari kawasan kegiatan perdagangan jasa maka tingkat kepadatannya relatif semakin rendah.
Pada tahun 2016 di Kawasan Perkotaan Sei Rampah pendistribusian penduduk hasil proyeksi diperkirakan berjumlah 43.884 jiwa, yang dibagi dalam 4 BWK yaitu : BWK Pusat Kota (Desa Firdaus dan Sei Rampah) dengan jumlah penduduk yang diperkirakan sebanyak : 21.562 Jiwa dangan kepadatan penduduk 18 Jiwa/Ha. BWK Utara (Desa Pematang Pelintahan dan Sei Rejo) dengan jumlah penduduk sebanyak 6.571 Jiwa dengan kepadatan 7 Jiwa /Ha. BWK Selatan (Desa Pematang Ganjang dan Silau Rakyat) dengan jumlah penduduk sebanyak 10.520 Jiwa dengan kepadatan 6 Jiwa /Ha. BWK Barat (Desa Firdaus Estate dan Cempedak Lobang) dengan jumlah penduduk sebanyak 5.231 Jiwa dengan kepadatan 4 Jiwa /Ha.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pendistribusian dan kepadatan penduduk di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 6.1 dan Tabel VI.1.
TABEL VI.1
RENCANA DISTRIBUSI DAN KEPADATAN PENDUDUK DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2006 - 2016
Luas Tahun 2011 Tahun 2016 Desa Penduduk Kepadatan Penduduk Kepadatan No Pembagian BWK
(Ha) (Jiwa) (Jiwa/Ha) (Jiwa) (Jiwa/Ha)
I BWK Pusat Kota 1.174 21.037 18 21.562 18 1 Firdaus 534 9724 18 9.967 19 2 Sei Rampah 640 11.313 18 11.595 18 II BWK Utara 997 6.412 6 6.571 7 1 Pem. Pelintahan 258 2.393 9 2.452 10 2 Sei Rejo 739 4.019 5 4.119 6 III BWK Selatan 1.858 10.264 6 10.520 6 1 Pem. Ganjang 937 3.532 4 3.620 4 2 Silau Rakyat 921 6.732 7 6.900 7 IV BWK Barat 1.329 5.103 4 5.231 4 1 Firdaus Estate 540 248 1 254 1 2 Cempedak Lobang 789 4.855 6 4.977 6
Kota Sei Rampah 5.358 42.816 8 43.884 8
Sumber : Hasil Analisis
6.2.2 Rencana Sistem Pusat Pelayanan
Berdasarkan hasil analisa dan arahan struktur tata ruang seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa untuk membentuk struktur tata ruang Kota Sei Rampah akan dikembangkan beberapa pusat-pusat pelayanan baru yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan antar kawasan serta didukung oleh pusat-pusat pertumbuhan yang lebih kecil (pusat desa). Pengembangan struktur pelayanan kegiatan di Kota Sei Rampah dikembangkan melalui 1 (satu) pusat pertumbuhan utama sebagai Pusat Kota, tiga pusat pertumbuhan yang berfungsi sebagai Sub Pusat Kota (Pusat BWK) dan 4 (empat) pusat pertumbuhan yang berfungsi sebagai pusat lingkungan (Pusat Desa) Pusat Kota dikembangkan sebagai kota jenjang pertama dan Sub Pusat Kota merupakan kota jenjang kedua, serta pusat-pusat lingkungan merupakan kota jenjang ketiga. Tata jenjang dan fungsi dari setiap pusat-pusat pelayanan dapat diuraikan sebagai berikut :
A Pusat Kota, merupakan jenjang I, dengan fungsi dan skala pelayanan sebagai berikut :
Pusat Kota merupakan pusat pelayanan utama yang mempunyai jangkauan pelayanan regional (tidak hanya terbatas pada Kota Sei Rampah akan tetapi juga melayani kota-kota lain disekitarnya di Kabupaten Serdang Bedagai). Pusat Kota terletak di jalan arteri
sekunder mempunyai fasilitas yang paling lengkap dibandingkan dengan Sub Pusat Kota dan Pusat Lingkungan. Pusat Kota diarahkan pada pusat BWK (BWK Pusat Kota) yang terdapat di Desa Sei Rampah Pekan. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan pada pusat ini antara lain :
Pusat Perdagangan dan jasa regional, seperti : pasar, pasar induk, pertokoan, swalayan, supermarket dan pelayanan jasa keuangan;
Pusat Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai;
Pusat Pelayanan Umum, seperti : pendidikan sampai dengan perguruan tinggi (akademi dan diploma), Kesehatan sampai dengan rumah sakit (minimal type c) dan peribadatan;
Pelayanan rekreasi dan olah raga skala pelayanan kabupaten berupa lapangan olah raga, ruang terbuka, alun-alun kota, taman kota dan sebaginya.
B. Sub Pusat Kota, dengan ciri dan fungsi sebagai berikut :
Sub Pusat Kota sebagai pendukung pusat kota, mempunyai jangkauan pelayanan terbatas pada Kota Sei Rampah dan bagian wilayah kota saja. Sub Pusat Kota berorientasi ke Pusat Kota yang mempunyai fasilitas hampir sama dengan Pusat Kota, namun mempunyai skala pelayanan yang terbatas. Sub Pusat Kota terletak di jalan arteri sekunder. Sub Pusat Kota ini dikembangkan pada pusat-pusat BWK seperti Sei Rejo, Firdaus Estate dan Pematang Ganjang. Kegiatan-kegiatan yang akan dikembangkan pada pusat ini antara lain :
Perkantoran pemerintahan tingkat desa serta bangunan umum lainnya;
Pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas;
Kesehatan sampai dengan puskesmas;
Perdagangan skala bagian wilayah kota dan desa;
Pelayanan rekreasi dan olah raga skala bagian wilayah kota dan desa; C. Pusat Lingkungan/Desa dengan ciri dan fungsi sebagai berikut :
Pusat Lingkungan/Desa berorientasi ke Pusat Kota dan Sub Pusat Kota, yang terletak di jalan Kolektor dan Lokal yang berfungsi menghubungkan pusat lingkungan dengan pusat kota dan sub pusat kota atau pusat lingkungan dengan pusat lingkungan lainnya. Pusat lingkungan juga berfungsi sebagai pelayanan langsung jasa distribusi barang-barang kebutuhan untuk kebutuhan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan pada pusat ini antara lain :
Kegiatan jasa dan perdagangan skala desa dan lingkungan;
Pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat pertama;
Kesehatan skala lingkungan (posyandu, kadang-kadang sampai dengan puskesmas pembantu);
Pelayanan rekreasi dan olah raga skala lingkungan (taman dan lapangan olah raga); Untuk lebih jelasnya mengenai rencana struktur pelayanan kegiatan di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 6.2.
6.2.3 Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Rencana sistem jaringan transportasi di Kota Sei Rampah yang akan dikembangkan terdiri dari rencana jaringan jalan, sub terminal dan jaringan kereta api. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Rencana Jaringan Jalan
Rencana jaringan jalan yang akan dikembangkan di Kota Sei Rampah dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu ; rencana jalan tol, rencana jalan lingkar dan rencana jalan lokal. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Rencana jalan tol yang dikembangkan di Kota Sei Rampah adalah mengikuti Rencana Pembangunan Ruas Jalan Tol Medan – Tebing Tinggi yang dibuat oleh Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota, Direktorat Jenderal Bina Marga. Ruas jalan Tol tersebut melewati wilayah perencanaan Kota Sei Rampah yaitu : desa Firdaus Estate dan Pematang Ganjang. Rencana jalan tol tersebut direncanakan untuk lalu lintas regional dengan kecepatan rata-rata 100 Km/jam dengan jumlah lajur 2 x 2 lajur, lebar median 5,5 meter, lebar bahu dalam : 1,5 meter, lebar bahu luar 3,0 meter dan lebar rumija 40 meter;
2. Pengembangan rencana jalan lingkar luar, meliputi ruas jalan yang menghubungkan pusat BWK (sub pusat kota) dengan pusat BWK lainnya, yaitu : ruas jalan dari simpang jalan Sido Rejo – menuju desa Firdaus Estate – menuju jalan Pelidaan – menuju desa Pematang Ganjang – menuju ke jalan Negara – menuju jalan Bedagai – menuju Desa Sei Rejo – dan kembali lagi kejalan Sido Rejo.
3. Pengembangan rencana jalan lingkar dalam, meliputi : ruas jalan mulai dari : Simpang Jalan Perumnas – menuju desa Firdaus Estate - menuju jalan SMA Negeri/Rambung Sialang –– menuju jalan Pelidaan – menuju jalan Mesjid – menuju kantor Telkom – menuju jalan Panglima Sudirman – menuju jalan Bedagai – menuju jalan Stasiun – menuju desa Sei Rejo – menuju jalan Sentosa Kebun Sayur – dan kembali ke persimpangan jalan Perumnas.
4. Rencana jalan lokal yang akan dikembangkan adalah jalan yang menghubungkan pusat desa/pusat blok dengan pusat desa lainya, yaitu jalan-jalan perkebunan yang ada saat ini ditingkatkan menjadi jalan lokal.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana jaringan jalan yang akan dikembangkan di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 6.3.
B. Rencana Fungsi Jalan
Fungsi jalan yang akan dikembangkan di Kota Sei Rampah adalah :
1. Jalan Arteri Primer, yaitu rencana jalan Tol Tol Medan – Tebing Tinggi. Lebar dan ketentuan yang berlaku disesuaikan dengan ketentuan yang dibuat oleh Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota, Direktorat Jenderal Bina Marga.
2. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan lingkar luar dan jalan negara. Jalan negara saat ini fungsinya sebagai jalan arteri primer. Namun dengan adanya rencana jalan tol yang berfungsi sebagai jalan arteri primer, maka jalan negara yang melewati Kota Sei Rampah direncanakan menjadi jalan Arteri Sekunder. Lebar badan jalan yang direncanakan adalah : 9,7 Meter, yang terdiri dari : lajur 2 X @ 3,35 meter ditambah lebar bahu 2 X @ 1,5 meter;
3. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan lingkar dalam dan jalan-jalan yang menghubungkan jalan Arteri Sekunder dengan jalan Arteri Sekunder lainnya. Lebar badan jalan yang direncanakan adalah : 9 Meter, yang terdiri dari : lajur 2 X @ 3,0 meter ditambah lebar bahu 2 X @ 1,5 meter;
4. Jalan Lokal adalah semua jaringan jalan lain di luar tersebut di atas. Jalan-jalan lokal adalah jalan-jalan menuju komplek perumahan, perkantoran dan sekolah yang diperuntukkan untuk kenderaan bermotor roda tiga dan empat. Lebar badan jalan yang direncanakan adalah : 7 Meter, yang terdiri dari : satu lajur @ 3,0 meter ditambah lebar bahu 2 X @ 2,0 meter;
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana fungsi dan penampang jalan di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 6.4 dan Tabel VI.2 berikut :
TABEL VI.5
STANDAR PENAMPANG MELINTANG JALAN LUAR KOTA Type
Jalan Jumlah Lajur Lebar Lajur (m) Pinggir Aspal (m) Lebar Perkerasan (m) Lebar Bahu Dalam (m) Lebar Bahu Luar (m) Lebar Median (m) Lebar Badan Jalan (m) I 4 3,5 0,5 2 x 8 2,5 1,5 12 36,0 II 4 3,5 0,2 2 x 7,4 2,0 1,0 3 23,8 III 2 3,5 0,2 7,4 2,5 1,0 - 14,4 IV 2 3,5 0,2 7,4 2,0 0,5 - 12,4 V 2 3,35 0,2 7,1 1,5 0,5 - 11,1 VI 2 3,35 - 6,7 1,5 - - 9,7 VII 2 3,0 - 6,0 1,5 - - 9,0 VIII 2 2,75 - 5,5 1,0 - - 7,5 IX 1 3,0 - 3 2,0 - - 7,0 Sumber : HW and TE in Developing Countries 1995.
C. Terminal
Salah satu penunjang sistem transportasi jalan adalah tersedianya fasilitas terminal, baik yang melayani lingkup regional ataupun lokal (kota kecamatan). Berdasarkan fungsinya sebagai kota pusat pemerintahan kabupaten, sudah sepantasnya di Kota Sei Rampah direncanakan satu unit terminal. Akan tetapi mengingat jaraknya dengan terminal terdekat (Lubuk Pakam dan Tebing Tinggi) maka terminal yang dikembangkan di Kota Sei Rampah adalah sub terminal type c yang dialokasikan di desa Sei Rampah Pekan.
D. Rencana Rute Angkutan Umum
Untuk melayani kebutuhan angkutan umum di Kota Sei Rampah telah ada rute angkutan umum antara Kota Sei Rampah dengan kota kecamatan lainnya. Secara operasional, kendaraan umum tersebut masih langka atau terbatas dan jenis kendaraan umum yang ada berupa kendaraan non bis dan beca untuk angkutan lokal. Dengan kondisi yang demikian itu, maka arus pergerakan yang terjadi masih relatif rendah.
Untuk pengaturan rute angkutan umum di Kota Sei Rampah ditentukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
Rencana pengembangan berbagai kegiatan yang akan berlangsung di Kota Sei Rampah (pemerintahan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan dan permukiman). Dengan adanya berbagai kegiatan tersebut menyebabkan bangkitan dan tarikan lalu lintas yang pada prinsipnya akan menimbulkan pola dan jumlah pergerakan;
Rencana pengembangan transportasi secara keseluruhan (fungsi jalan, terminal dan fasilitas transportasi lainnya);
Adanya berbagai alternatif angkutan yang berkembang di Kota Sei Rampah (ojeg/RBT, beca dan jenis angkutan lainnya) yang merupakan fasilitas pelayanan transportasi.
Berdasarkan pada pertimbangan tersebut diatas, maka pengaturan rute angkutan umum di Kota Sei Rampah yang akan dikembangkan adalah :
Angkutan umum regional yang menghubungkan Kota Sei Rampah dengan ibukota kabupaten lainnya diarahkan ke sub terminal yang terdapat di Desa Sei rampah yang meliputi jaringan jalan negara;
Angkutan umum luar kota yang menghubungkan Kota Sei Rampah dengan ibukota kecamatan lainnya yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai, diarahkan ke sub terminal yang terdapat di Desa Sei rampah yang meliputi jaringan jalan Bedagai, jalan pelidaan dan jalan Sido Rejo.
Angkutan umum dalam kota yang menghubungkan pusat kota dengan pusat-pusat lingkungan dan pusat kegiatan, diarahkan ke sub terminal yang terdapat di Desa Sei rampah yang meliputi jaringan jalan linfgkar luar dan jalan lingkar dalam serta jalan kolektor/penghubung.
E. Angkutan Kereta Api
Pada wilayah perencanaan Kota Sei Rampah terdapat jaringan kereta api yang melintasi wilayah perencanaan. Jaringan kereta api tersebut telah dilengkapi dengan stasiun kereta api dengan fasilitas yang minim. Dengan kondisi perkembangan yang ada maka pengembangan jaringan kereta api hingga saat ini masih memadai dan tetap dipertahankan seperti semula. Pengembangannya hanya diarahkan pada peningkatan fungsi stasiun, pemeliharaan dan perbaikannya saja.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengembangan terminal, rute angkutan umum dan angkutan kereta api di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 6.5.
6.2.4 Rencana Jaringan Sistem Utilitas 6.2.4.1 Rencana Jaringan Listrik
Berdasarkan studi yang telah dilakukan di Indonesia, perkiraan kebutuhan listrik untuk Kota Sei Rampah dapat diperkirakan. Beberapa ketentuan terhadap kebutuhan listrik tersebut adalah :
• Kebutuhan listrik untuk perumahan adalah 180 VA/org atau 900 Watt/KK.
• Kebutuhan listrik untuk fasilitas umum/sosial adalah 9 VA/orang atau sebesar 5% dari kebutuhan perumahan.
• Kebutuhan listrik untuk komersial dan lain-lain adalah 25% dari kebutuhan perumahan atau sebesar 45 VA/orang.
Dalam memperkirakan kebutuhan listrik di Kota Sei Rampah dipergunakan standar kebutuhan yaitu 900 VA/KK. Sejalan dengan pengembangan Kota Sei Rampah di segala bidang pada masa mendatang, maka permintaan pelayanan listrik juga akan meningkat terutama dengan meningkatnya sektor industri dan perdagangan. Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan kebutuhan listrik dan rencana jaringan listrik di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 6.6 dan Tabel VI.3
TABEL VI.3
PERKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2006-2016
Jlh Penduduk Standrad Kebutuhan
2011 2016 (VA/Org) 2011 2016
No Jenis Penggunaan
(Jiwa) (Jiwa) VA KVA VA KVA
1 Domestik 42,816 43,884 180 7,706,880 7,707 7,899,120 7,899 2 Sarana Umum/Sosial 42,816 43,884 9 385,344 385 394,956 395 3 Komersial/Lain-lain 42,816 43,884 45 1,926,720 1,927 1,974,780 1,975 J u m l a h - - - 10,018,944 10,019 10,268,856 10,269
6.2.4.2 Rencana Jaringan Telepon
Perkiraan kebutuhan pelayanan telepon di Kota Sei Rampah adalah menggunakan standar proporsi kapasitas pelayanan sambungan per 50 penduduk yaitu minimal 1 SST. Angka tersebut merupakan angka perbandingan antara jumlah sambungan dengan jumlah penduduk. Kebutuhan sambungan telepon untuk kegiatan lain adalah sebagai berikut :
• Kebutuhan sambungan telepon untuk sarana umum/sosial adalah 1 SST untuk 250 penduduk.
• Kebutuhan sambungan teelepon untuk kegiatan komersial adalah 1 SST setiap 150 penduduk.
• Kebutuhan untuk Telepon Umum adalah 1 SST setiap 1000 penduduk.
Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan kebutuhan telepon dan rencana jaringan telepon di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Tabel VI.4 dan Gambar 6.7.
TABEL VI.4
PERKIRAAN KEBUTUHAN TELEPON DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2006-2016
Jenis Jumlah Penduduk Standrad Kebutuhan
Penggunaan 2011 2016 (SST/ORG) 2011 2016
No.
(jiwa) (jiwa) (sst) (sst)
1 Sambungan Langsung (RT) 42,816 43,884 1/50 org 856 878 2 Sarana umum/sosial 42,816 43,884 1/250 org 171 176 3 Komersial/lain-lain 42,816 43,884 1/150 org 285 293
4 Telepon Umum 42,816 43,884 1/1000 org 43 44
JUMLAH 1,313 1,346
Sumber : Hasil Analisis
6.2.4.3 Rencana Jaringan Air Bersih
Proyeksi kebutuhan air bersih untuk Kota Sei Rampah didasarkan atas beberapa kegiatan yang menggunakan air bersih, seperti untuk kegiatan Domestik (Rumah Tangga) sebesar 150 liter/orang/hari, Hidran Umum sebesar 40 liter/orang/hari, Komersial/Industri sebesar 30 liter/orang/hari, dan untuk Fasilitas Sosial sebesar 15 liter/orang/hari. Selain kebutuhan air yang disebutkan dia atas, total kebutuhan air untuk Kota Sei Rampah harus ditambahkan dengan tingkat kebocoran yang mungkin timbul sebesar 20% dari penggunaan kegiatan perkotaan.
Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan kebutuhan dan rencana jaringan air bersih di Kota Sei Rampah samapai tahun 2016 secara lengkap dapat dilihat pada Tabel IV.5 dan Gambar 6.8.
TABEL IV.5
PERKIRAAN KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2006-2016
Jlh Penduduk Standard Kebutuhan
No Jenis Penggunaan 2011 2016 (l/org/hr) 2011 2016
(Jiwa) (Jiwa) (l/hari) (m3/hari) (l/hari) (m3/hari)
1 Domestik 42,816 43,884 150 6,422,400 6,422 6,582,600 6,583 2 Hidran Umum 42,816 43,884 40 1,712,640 1,713 1,755,360 1,755 3 Komersial/Industri 42,816 43,884 30 1,284,480 1,284 1,316,520 1,317 4 Pelayanan Sosial 42,816 43,884 15 642,240 642 658,260 658 JUMLAH 10,061,760 10,062 10,312,740 10,313 5 Tingkat Kebocoran 20 % 2,012,352 2,012 2,062,548 2,063 TOTAL KEBUTUHAN 12,074,112 12,074 12,375,288 12,375
Sumber : Hasil Analisis
6.2.4.4 Saluran Air Buangan dan Drainase
Volume air buangan setiap hari secara umum diperkirakan 65 - 85 % dari volume kebutuhan air bersih. Untuk perkiraan volume air buangan di Kota Sei Rampah dipakai standard perhitungan air buangan minimal (70 % dari kebutuhan air bersih ) dengan asumsi bahwa wilayah kota masih lebih luas kawasan tidak terbangun sehingga peresapan air tinggi. Berdasarkan asumsi di atas dapat dihitung perkiraan volume air buangan sampai akhir tahun perencanaan.
Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan voleme air buangan dan rencana jaringan drainase di Kota Sei Rampah samapai tahun 2016 secara lengkap dapat dilihat pada Tabel IV.6 dan Gambar 6.9.
TABEL IV.6
PERKIRAAN VOLUME AIR BUANGAN DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2006-2016
Tahun Kebutuhan/Jumlah
No
SANITASE/DRAINASE 2011 2016 Standart 2011 2016
Kebutuhan Air Bersih
1 Limbah Air Kotor (M3) 12,074 12,375 70%xAir Bersih 8,452 8,663
Jumlah Penduduk (jiwa)
2 Septicktank/Rt 42,816 43,884 1 unit (5 penduduk) 8,563 8,777
(Unit)
3 Septicktank umum/MCK 42,816 43,884 1 unit (1000 pddk) 43 44
( Unit)
6.2.4.5 Sistem Pembuangan Sampah
Untuk menunjang sistem pembuangan sampah secara kolektif, perlu direncanakan sistem pengumpulan sampah. Sistem pengumpulan sampah yang diusulkan adalah sistem pembuangan terbuka atau Open Dumping, dengan lokasi pembuangan akhir yang jauh letaknya dari permukiman penduduk. Jenis pengumpulan sampah terdiri dari :
1. Pengumpulan sampah rumah tangga (house hold / domestic waste). 2. Pengumpulan sampah sampar (market waste).
3. Pengumpulan sampah pertokoan dan jalan.
Adapun peralatan yang digunakan untuk pengumpulan sampah terdiri dari : 1. Keranjang sampah dengan volume 25 liter.
2. Gerobak pengumpul sampah dengan volume 720 liter.
3. Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dengan volume 10 m3. 4. Truk.
Untuk menentukan peralatan yang dibutuhkan maka terlebih dahulu harus diketahui volume sampah yang dihasilkan. Kriteria-kriteria yang diambil untuk menentukan banyaknya peralatan dan volume samapah tersebut adalah :
1. Sampah Rumah Tangga :
• Volume sampah : 2 liter/orang/hari.
• Peralatan : keranjang sampah, gerobak pengumpul sampah, tempat pembuangan sampah sementara serta truk.
• Frekuensi pengumpulan setiap hari. 2. Sampah di daerah komersial :
• Volume sampah : 0,25 liter/orang/hari.
• Peralatan : keranjang samapah, gerobak pengumpul sampah, tempat pembuangan sampah sementara serta truk.
• Frekuensi pengumpulan setiap hari.
3. Sampah yang dihasilkan pada sarana umum/sosial :
• Volume sampah : 0,5 liter/orang/hari.
• Peralatan : keranjang samapah, gerobak pengumpul sampah, tempat pembuangan sampah sementara serta truk.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut di atas maka dapat dihitung volume sampah dan banyaknya peralatan yang dibutuhkan untuk Kota Sei Rampah sampai dengan tahun 2016 seperti Tabel IV.7. Sedangkan skematik pola pengelolaan persampahan dan rencana sistem persampahan di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Gambar 6.10 dan Gambar 6.11.
TABEL IV.7
PERKIRAAN VOLUME SAMPAH DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2006-2016
Jlh Penduduk Standard Timbulan/kebutuhan
No Keterangan 2011 2016 (l/org/hari) 2011 2016
l/hari m3/hari l/hari m/hari
1 Domestik 42,816 43,884 2 85,632 86 87,768 88 2 Sarana Umum/Sosial 42,816 43,884 0.5 21,408 21 21,942 22 3 Komersial 42,816 43,884 0.25 10,704 11 10,971 11 4 Total Timbulan Sampah - - - 117,744 118 120,681 121 5 Kebutuhan Bak/Tong - - 1 unit/50l 2,355 - 2,414 -
Sampah
6 Kebutuhan Gerobak - - 1 unit/2m3 - 59 - 60
Sampah 7 Kebutuhan TPS - - 1 unit /6 m3 - 20 - 20 8 Kebutuhan Truk - - 1 unit/18 m3 - 7 - 7 Sampah (3 trip)
Sumber : Hasil Analisis
GAMBAR 6.10
SKEMATIK POLA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KAWASAN PERKOTAAN SEI RAMPAH
PEWADAHAN PENGUMPULAN PEMINDAHAN PENGANGKUTAN PEMBUANGAN AKHIR
TPS Kontainer Truk Kontainer Rumah
Tangga 6 m3 6 m3 TPA
TPS Kontainer Truk Kontainer Pasar
6 m3 6 m3 TPA
Truk Kontainer
Perdagangan
& Jasa 6 m3 TPA
Truk Kontainer
Perkantoran
6 m3 TPA
6.3 RENCANA PEMANFAATAN RUANG KOTA
Rencana Pemanfaatan Ruang Kota merupakan rencana fisik kota yang berorientasi kepada pengembangan dan perencanaan lingkungan seperti kawasan lindung dalam kota dan kawasan budidaya perkotaan.
6.3.1 Kawasan Lindung Dalam Kota
Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung. Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup. Sedangkan sasaran pengelolaan kawasan lindung adalah :
1. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa;
2. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam;
Kawasan lindung yang terdapat di Kota Sei Rampah meliputi kawasan perlindungan setempat, seperti : sempadan sungai dan kawasan hijau kota. Sempadan sungai yang dimaksud adalah jalur hijau disepanjang kiri dan kanan sungai, sedangkan kawasan hijau kota adalah jalur hijau sepanjang rel kereta api dan ruang terbuka hijau kota. Secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Jalur Hijau Sempadan Sungai
Tujuan dikembangkannya sempadan sungai adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai serta melindungi kondisi fisik pinggir sungai, dasar sungai dan mengamankan aliran sungai. Penentuan sempadan sungai ini didasarkan pada :
» Keppres No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, » Berdasarkan peraturan diatas ditetapkan garis sepadan sungai yaitu :
100 meter di kiri dan kanan untuk sungai besar (di luar kawasan permukiman);
50 meter di kiri dan kanan untuk sungai kecil/anak sungai (di luar kawasan permukiman);
10 – 15 meter di kiri dan kanan untuk sungai besar (di dalam kawasan permukiman);
1 – 5 meter di kiri dan kanan untuk sungai kecil/anak sungai (di dalam kawasan permukiman);
Berdasarkan pedoman di atas maka sempadan sungai yang ditetapkan di Kawasan Perkotaan Sei Rampah adalah sebesar 10 – 15 meter di kiri dan kanan untuk Sungai Rampah dan 3 – 5 meter di kiri dan kanan untuk sungai Sei Rambung, Sei Pangkalan dan Sei Gempolan.
2. Jalur Hijau Sempadan Rel Kereta Api
Jalur Hijau Sempadan Rel Kereta Api adalah jalur sepanjang kiri dan kanan yang terdapat pada rel kereta api. Lebar jalur hijau Sempadan Rel Kereta Api ditetapkan sebesar 18 meter dikiri dan kanan rel kereta api.
3. Kawasan Hijau Kota
Kawasan Hijau Kota yang akan dikembangkan antara lain adalah ruang terbuka hijau (RTH) kota yang meliputi taman, ruang terbuka, lapangan olah raga, pusat rekreasi dan kawasan cadangan. Taman kota akan dikembangkan pada setiap pusat BWK dan pusat lingkungan yang dilengkapi dengan tempat bermain. Luasannya tergantung dari skala pelayannya. Ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka pemakaman dan ruang terbuka untuk alun-alun kota (lapangan terbuka).
Pusat rekreasi kota yang akan dikembangkan adalah berupa taman dan waduk/danau buatan yang berfungsi sebagai taman rekreasi dan sekaligus untuk menghindari genangan air pada pusat kota. Kawasan ini akan dikembangkan pada kawasan rawa-rawa yang ada di desa Pematang Ganjang dan Silau Rakyat.
6.3.2 Kawasan Budidaya Perkotaan
Kawasan budidaya adalah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya merupakan kawasan diluar kawasan lindung. Penetapan kawasan ini menitik beratkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budaya sesuai dengan fungsi sumber budaya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya. Pengarahan kawasan budidaya dalam RUTRK Kota Sei Rampah adalah :
a. Memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal, berdaya guna dan hasil guna, serasi seimbang dan berkelanjutan;
b. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang antar kegiatan bididaya yang berbeda;
c. Memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang dari jenis kegiatan bididaya tertentu kejenis yang lain.
Proses penentuan kawasan budidaya ini mengacu kepada :
1. Kawasan lindung yang telah ditetapkan sebelumnya menjadi pembatas bagi penetapan kawasan budidaya;
2. Kriteria menurut Pedoman Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Daerah yang diterbitkan oleh kelompok Kerja Tim Tata Ruang Nasional;
3. Kebijaksanaan pembangunan;
4. Program sektoral yang akan dilaksanakan; 5. Rencana struktur yang akan dilaksanakan;
6. Hasil masukan analisa fisik, sosial, ekonomi dan struktur ruang. Adapun kawasan budidaya tersebut berupa :
A. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman terdiri dari tiga tipe jenis perumahan yaitu rumah besar, sedang dan kecil. Untuk perumahan besar diarahkan di jalan utama arteri sekunder dan pusat BWK, sedangkan perumahan sedang dan kecil diarahkan berada di sub pusat kota dan pusat lingkungan maupun antara pusat kota dengan subpusat kota. Pengembangan kawasan perumahan terutama diarahkan di Desa Firdaus.
Pengembangan kawasan permukiman di Kota Sei Rampah sampai tahun 2016, adalah : a) Pembangunan sarana dan prasarana permukiman yang memadai terutama
penyediaan air bersih, jalan dan listrik;
b) Penataan pusat-pusat perdesaan sehingga memberikan kesan yang asri, indah dan fungsional;
c) Perbaikan perumahan penduduk sehingga terpenuhinya persyaratan rumah tinggal yang layak huni;
d) Pengembangan permukiman perdesaan di masa datang lebih diorientasikan ke lahan-lahan pertanian dan perkebunan;
Pada dasarnya, setiap penggunaan lahan tidak dibenarkan penggunaan yang bercampur baur. Akan tetapi tata guna lahan dengan penggunaan tunggal untuk kawasan permukiman hampir tidak mungkin dilakukan mengingat :
• Kawasan perumahan adalah kawasan permukiman bagi penduduk;
• Dalam kawasan permukiman selalu dibutuhkan adanya sarana-sarana pelengkap yang disebut dengan istilah “penyempurna”;
• Disamping itu masih diperlukan adanya jaringan fasilitas kebutuhan sehari-hari berupa toko-toko;
Dengan demikian, pembagian tata guna lahan pada kawasan perumahan tidak bersifat kaku atau murni kawasan perumahan. Didalamnya dengan diatur sedemikian rupa sehingga tidak merusak tata lingkungan, dapat saja diijinkan didirikan bangunan khusus. Penggunaan tanah bagi kawasan perumahan diperinci sebagai berikut :
a. Perumahan Type Besar :
• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain : bangunan perumahan besar renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat, bangunan kantor renggang, bangunan dengan jenis kegiatan sosial, atau perdagangan atau administrasi;
• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter;
• Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 2 meter;
• Jenis penggunaan yang dilarang antara lain : bangunan perumahan sedang renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel), bangunan kantor berhimpitan, bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah;
• Luas persil 400 – 500 M2 atau lebih.
b. Perumahan Type Sedang :
• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain : bangunan perumahan sedang renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat, bangunan perumahan berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel); bangunan kantor berhimpitan;
• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter;
• Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 2 meter;
• Jenis penggunaan yang dilarang antara lain : bangunan perumahan dengan konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah; bangunan perumahan besar renggang, bangunan bertingkat,
• Luas persil 200 – 400 M2 atau lebih.
c. Perumahan Type Kecil :
• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain : bangunan perumahan dengan konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan perumahan berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel), bangunan rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah, bangunan kantor berhimpitan;
• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 3 meter;
• Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 1,5 meter;
• Jenis penggunaan yang dilarang antara lain : bangunan perumahan flat, bangunan bertingkat, bangunan perumahan besar renggang;
• Luas persil 100 – 200 M2 atau lebih.
B. Fasilitas Pelayanan Umum
Kawasan fasilitas pelayanan umum terdiri dari pendidikan, kesehatan dan peribadatan. Untuk fasilitas pelayanan umum skala kabupaten seperti kawasan pendidikan (SLTP hingga SLTA) diarahkan menyebar di setiap BWK, Kesehatan (Rumah Sakit) diarahkan di jalan utama kota tepatnya disekitar Desa Firdaus, untuk fasilitas pelayanan umum skala lingkungan seperti Taman, Warung/kios, TK dan Posyandu diarahkan pada setiap pusat-pusat lingkungan.
C. Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kawasan perdagangan yang ada di Desa Sei Rampah Pekan tetap dipertahankan menjadi kawasan perdagangan, dan ditingkatkan pelayanannya menjadi Pusat Perdagangan dan Jasa Regional (Central Business District/CBD) yang terdiri dari pertokoan, pasar, super market, pelayanan jasa keuangan dan perbankkan. Hal ini dilakukan karena dengan adanya rencana jalan Tol, jalan lingkar luar dan lingkar dalam Kota Sei Rampah, maka permasalahan kemacetan yang ada selama ini di pusat kota dapat teratasi, sehingga kawasan perdagangan tersebut bisa ditingkatkan lagi fungsi dan pelayanannya.
D. Kawasan Pemerintahan/Perkantoran
Kawasan pemerintahan/perkantoran (Civic Center) yang terdiri dari kantor Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai, Kantor DPRD, kantor dinas-dinas dan kantor instansi lainnya yang ada dilingkungan Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai direncanakan berada pada satu kawasan. Alokasi rencananya diarahkan di Desa Firdaus (BWK Pusat Kota), tepatnya disekitar perbatasan Kecamatan Sei Rampah dengan Kecamatan Teluk Mengkudu yang berada di Jalan Negara.
Dengan demikian maka struktur ruang Kota Sei Rampah terdiri dari dua kegiatan utama yaitu kegiatan Pemerintahan (Civic Center) dan kegiatan jasa dan perdagangan (Central Business District).
E. Kawasan Cadangan
Kawasan cadangan merupakan lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang pada saat ini dapat dipertahankan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Kawasan ini juga merupakan lahan cadangan pengembangan fisik perkotaan di masa mendatang. Berdasarkan lokasinya lahan-lahan yang dikembangkan sebagai kawasan cadangan adalah pada bagian Utara Kota di Desa Sei Rejo dan Pematang Pelintahan, pada bagian Barat di Desa Cempedak Lobang, bagian Selatan Desa Silau Rakyat dan Pematang Ganjang. Lebih jelasnya mengenai Rencana Pemanfaatan Ruang di Kota Sei Rampah sampai dengan rencana tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel VI.8 dan Gambar 6.12.
TABEL VI.8
RENCANA PEMANFAATAN RUANG DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2006 - 2016
No BWK/Desa Rencana Pemanfaatan Ruang Luas (Ha)
I BWK PUSAT KOTA 1.174
1 Firdaus Perumahan dan Permukiman, Pemerintahan dan bangunan umum, fasilitas pelayanan umum (pendidikan sampai dengan perguruan tinggi/akademi, kesehatan sampai dengan rumah sakit, perdagangan dan jasa lokal, peribadatan), Ruang terbuka, jalur hijau dan kawasan konservasi (lapangan Firdaus)
534
2 Sei Rampah Perumahan dan Permukiman, Perdagangan dan Jasa regional (pasar, pertokoan, swalayan), stasiun dan sub terminal, fasilitas pelayanan umum (pendidikan sampai dengan perguruan tinggi/akademi, kesehatan sampai dengan rumah sakit dan peribadatan), Ruang terbuka dan jalur hijau,
640
II BWK UTARA 997
1 Sei Rejo Permukiman, fasilitas umum (perdagangan skala lingkungan, pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas, kesehatan sampai dengan puskesmas dan peribadatan), ruang terbuka hijau dan kawasan cadangan
739
2 Pematang
Pelintahan Permukiman, fasilitas umum (perdagangan skala lingkungan, pendidikan sampai dengan sekolah menengah, kesehatan sampai dengan puskesmas pembantu dan peribadatan), ruang terbuka hijau dan kawasan cadangan
258
III BWK SELATAN 1.858
1 Pematang
Ganjang Permukiman, fasilitas umum (perdagangan skala lingkungan, pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas, kesehatan sampai dengan puskesmas dan peribadatan), ruang terbuka hijau dan kawasan cadangan
937
2 Silau Rakyat Permukiman, fasilitas umum (perdagangan skala lingkungan, pendidikan sampai dengan sekolah menengah, kesehatan sampai dengan puskesmas pembantu dan peribadatan), ruang terbuka hijau dan kawasan cadangan
921
IV BWK BARAT 1.329
1 Firdaus Estate Permukiman, fasilitas umum (perdagangan skala lingkungan, pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas, kesehatan sampai dengan puskesmas dan peribadatan), ruang terbuka hijau dan kawasan cadangan
48,75
2 Cempedak
Lobang Permukiman, fasilitas umum (perdagangan skala lingkungan, pendidikan sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas, kesehatan sampai dengan puskesmas pembantu dan peribadatan), pusat rekreasi, ruang terbuka hijau dan kawasan cadangan
103,93
6.4 RENCANA PENGATURAN BANGUNAN
Rencana pengaturan bangunan terdiri dari pengaturan kepadatan bangunan, ketinggian bangunan, garis sempadan bangunan dan sempadan sungai. Secara lebih ringkas dapat diuraikan sebagai berikut;
6.4.1 Rencana Pengaturan Kepadatan Bangunan
Rencana Pengaturan Kepadatan Bangunan ditunjukkan melalui pengaturan besar kecilnya nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB), nilai Koefisien Lantai Bangunan (KLB) serta jumlah lantai maksimum dalam suatu penggunaan lahan pada kawasan tertentu. Pengaturan KDB dan KLB serta pengaturan jumlah lantai maksimum ini dimaksudkan agar tercapai wujud kawasan secara tiga dimensi (horizontal dan vertikal) yang serasi sesuai dengan penggunaan lahan masing-masing kawasan.
Untuk lahan-lahan yang terletak pada kawasan permukiman mempunyai intensitas penggunaan ruang yang tinggi. Sebaliknya untuk kawasan yang terletak jauh dari permukiman seperti kawasan pertanian dan perkebunan, intensitas penggunaan ruangnya rendah. Dengan gambaran seperti ini, maka rencana intensitas penggunaan ruang Kawasan Perkotaan Sei Rampah dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Kawasan Permukiman :
Kawasan Permukiman lebih dominan membutuhkan ketenangan dan kenyamanan sehingga faktor sosial lebih dominan, sehingga persediaan ruang publik sangat dibutuhkan sebagai tempat interaksi masyarakat, olah raga maupun rekreasi, sehingga besarnya KDB maksimal 60%.
B. Kawasan Pemerintahan
Kawasan Pemerintahan yaitu kawasan tempat pemerintahan menyusun kebijakan, program, proyek pembangunan bersama dengan Stakeholder lainnya serta sebagai salah satu tempat memberikan pelayanan pada masyarakat baik kepentingan sosial maupun ekonomi. Kawasan Pemerintahan membutuhkan ketenangan dan kenyamanan seperti halnya kawasan permukiman sehingga KDB maksimal sebesar 60%.
C. Kawasan Perdagangan Dan Jasa
Kawasan Perdagangan dan Jasa adalah tempat melakukan transaksi antara pembeli dan penjual maupun transakasi antara distributor dengan pembeli maupun penjual, orientasinya profit (pertimbangan ekonomi) lebih dominan. Pertimbangan keamanan dan kenyamanan calon pembeli paling utama sehingga ketersediaan lahan parkir yang
memadai dan aksesibilitas yang tinggi menjadi salah satu persyaratan bagi kawasan perdagangan dan jasa. Semakin tinggi aksesibilitasnya ada kecenderungan semakin mengecil KDB-nya dan semakin meningkat KLB-nya kearah perkembangan secara vertikal. KDB minimal 40% dijalan Arteri dan KDB maksimal 80% di jalan lokal.
D. Fasilitas Sosial
Fasilitas sosial membutuhkan ketenangan dan kenyamanan sehingga faktor sosial lebih dominan, sehingga persediaan ruang publik sangat dibutuhkan sebagai tempat interaksi masyarakat, olah raga maupun rekreasi, sehingga besarnya KDB maksimal 60%.
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana kepadatan bangunan di Kota Sei Rampah dapat dilihat pada Tabel VI.9
TABEL VI.9
RENCANA KDB DAN KLB DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2016 KLB
NO RENCANA PEMANFAATAN RUANG KDB (%) MIN MAK
1 Permukiman 50 - 65 0,5 – 0,6 1,0 – 1,3 2 Pendidikan dasar dan menengah 50 - 60 0,5 – 0,6 1,0 – 1,2 3 Peribadatan 50 - 60 0,5 – 0,6 1,0 – 1,2 4 Perdagangan dan Jasa (skala regional) 70 - 80 1,4 – 1,6 2,1 – 2,4 5 Perdagangan (skala lokal dan lingkungan) 60 - 70 0,6 – 0,7 1,2 – 1,4 6 Pemerintahan dan bangunan umum 50 - 60 0,5 – 0,6 1,0 – 1,2 7 Kesehatan 50 - 60 0,5 – 0,6 1,0 – 1,2 8 Industri 60 - 70 0,6 – 0,7 1,2 – 1,4
9 Terminal 20 0,2 0,4
10 Pemakaman 10 0 0
11 Taman dan lapangan olah raga 10 0 0 12 Jalur Hijau (sempadan sungai dan rel kereta api) 0 0 0 13 Ruang terbuka hijau 0 0 0 Sumber : Rencana
6.4.2 Rencana Pengaturan Ketinggian Bangunan
Secara teknis sebenarnya perhitungan ketinggian bangunan dilakukan dengan menetapkan besar sudut yang ditarik dari titik tengah ROW jalan (As jalan) sampai batas garis sempadan bangunan (GSB). Umumnya ketinggian maksimal bila sudutnya 60 derajat dan minimal bila sudutnya 30 derajat. Jika GSB ditetapkan sebesar ½ ROW maka pengaturan ketinggian bangunan di Kota Sei Rampah dapat ditetapkan dengan uraian sebagai berikut :
A. Ketinggian Bangunan Pada Jalan Arteri Sekunder ;
Berdasarkan rencana fungsi dan jaringan jalan yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa lebar badan jalan (ROW) yang direncanakan untuk jalan arteri sekunder adalah : 9,7 meter yang terdiri dari 2 lajur X @ 3,35 meter tambah bahu jalan 2 X @ 1,5 meter. Maka ketinggian bangunan adalah :
• Maksimum : tg 60 (½ ROW + GSB) = 1.732 (4,85 + 4,85) = 16,80 meter. Jika setiap lantai tingginya 3,5 meter maka ketinggian bangunan adalah : 5 lantai.
• Minimum : tg 30 (½ ROW + GSB) = 0,577 (4,85 + 4,85) = 5,60 meter. Jika setiap lantai tingginya 3,5 meter maka ketinggian bangunan adalah : 2 lantai.
B. Ketinggian Bangunan Pada Jalan Kolektor Sekunder ;
Lebar badan jalan (ROW) yang direncanakan untuk adalah : 9 meter yang terdiri dari 2 lajur X @ 3,0 meter tambah bahu jalan 2 X @ 1,5 meter. Maka ketinggian bangunan adalah :
• Maksimum : tg 60 (½ ROW + GSB) = 1.732 (4,5 + 4,5) = 15,58 meter. Jika setiap lantai tingginya 3,5 meter maka ketinggian bangunan adalah : 5 lantai.
• Minimum : tg 30 (½ ROW + GSB) = 0,577 (4,5 + 4,5) = 5,19 meter. Jika setiap lantai tingginya 3,5 meter maka ketinggian bangunan adalah : 1 lantai.
C. Ketinggian Bangunan Pada Jalan Lokal ;
Lebar badan jalan (ROW) yang direncanakan untuk adalah : 7 meter yang terdiri dari satu lajur X 3,0 meter tambah bahu jalan 2 X @ 2 meter. Maka ketinggian bangunan adalah :
• Maksimum : tg 60 (½ ROW + GSB) = 1.732 (3,5 + 3,5) = 12,12 meter. Jika setiap lantai tingginya 3,5 meter maka ketinggian bangunan adalah : 3 lantai.
• Minimum : tg 30 (½ ROW + GSB) = 0,577 (3,5 + 3,5) = 4,04 meter. Jika setiap lantai tingginya 3,5 meter maka ketinggian bangunan adalah : 1 lantai. Lihat Tabel VI.10.
TABEL VI.10
RENCANA KETINGGIAN BANGUNAN DI KOTA SEI RAMPAH TAHUN 2016 KETINGGIAN BANGUNAN
NO FUNGSI JALAN MINIMUM MAKSIMUM
1 Arteri Sekunder 2 lantai (6 meter) 5 lantai (17 meter) 2 Kolektor Sekunder 1 lantai (5 meter) 5 lantai (16 meter) 3 Lokal 1 lantai (4 meter) 3 lantai (12 meter)
6.4.3 Rencana Pengaturan Sempadan Bangunan
Rencana sempadan bangunan merupakan seperangkat ketentuan yang diperuntukkan bagi pengaturan batas lahan yang dapat dibangun dengan lahan yang tidak dapat dibangun agar terwujud kondisi letak bangunan yang teratur dan memenuhi kriteria keamanan, kelestarian dan keindahan lingkungan, oleh sebab itu sasaran yang ingin terwujud dari rencana pengaturan sempadan bangunan adalah :
• Terwujudnya lingkungan yang teratur yang memenuhi kriteria keamanan lingkungan, kelestarian lingkungan dan keindahan lingkungan;
• Tersedianya ketentuan teknis pembangunan lingkungan terutama untuk lahan yang dapat dibangun dan lahan-lahan yang tidak dapat dibangun;
• Tersedianya ketentuan teknis yang jelas mengenai batas antara petak peruntukan dengan daerah milik jalan dan daerah pengawasan jalan;
Dalam pengaturan sempadan bangunan ini, beberapa aspek yang akan menjadi obyek penanganan dan pengaturan sempadan bangunan ini meliputi, pangaturan rencana sempadan pagar, rencana sempadan muka dan samping bangunan yang menghadap ke jalan, serta sempadan belakang bangunan dan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan. Sehubungan rencana pengaturan sempadan bangunan ini beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan penentuannya adalah :
• Kondisi eksisting kawasan;
• Rencana fungsi jaringan jalan yang melalui setiap kawasan;
• Rencana penggunaan lahan yang direncanakan pada setiap kawasan;
• Pertimbangan keamanan, kelestarian dan estetika lingkungan;
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka kebijaksanaan pengaturan sempadan bangunan pada kawasan perencanaan dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Sempadan Pagar.
Rencana pengaturan sempadan pagar penentuannya dihitung mulai dari sumbu jalan ke arah setiap lahan peruntukan yang menghadap ke jalan tersebut. Adapun besar kecilnya lebar/jarak sempadan pagar dari sumbu jalan, ditentukan dengan perhitungan setengah dari daerah milik jalan pada jalan yang bersangkutan, dengan demikian dapat diartikan bahwa sempadan pagar setiap lahan peruntukan adalah berimpit atau sama dengan batas daerah milik jalan. Lihat Tabel VI.11.
TABEL VI.11
RENCANA SEMPADAN PAGAR DI KOTA SEI RAMPAH
No Fungsi Jalan Badan Jalan/Damaja Lebar Parit (meter) Damija (damaja + parit (Meter) Sempadan Pagar* (meter) 1 Arteri Sekunder 9,7 meter 2 13,7 7
2 Kolektor Sekunder 9 meter 1,5 12 6
3 Lokal 7 meter 1 9 4,5
Sumber : Hasil Analisis
Keterangan : *) Diukur dari sumbu jalan
B. Sempadan muka bangunan dan sempadan samping bangunan yang menghadap kejalan (GSB).
Rencana pengaturan sempadan muka bangunan dan sempadan samping bangunan yang menghadap kejalan, penentuannya didasarkan jarak yang dihitung mulai dari batas tepi Daerah Milik Jalan (Damija) kearah petak peruntukan yang menghadap kejalan tersebut, yaitu sampai ujung terluar bangunan yang bersangkutan. Besar kecilnya jarak sempadan bangunan minimal ini ditentukan berdasarkan penetapan Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) dan masing-masing fungsi jalan. Garis Sempadan Bangunan ini ditetapkan sebesar 1/2 ROW + 1 dibulatkan kebilangan genap. Oleh sebab itu rencana sempadan muka bangunan dan samping bangunan yang menghadap kejalan, sama atau berimpit dengan batas terluar kiri-kanan daerah pengawasan jalan masing-masing fungsi jalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel VI.12.
TABEL VI.12
RENCANA SEMPADAN MUKA BANGUNAN DAN SAMPING BANGUNAN DI KOTA SEI RAMPAH
No Fungsi Jalan Badan Jalan/Damaja Lebar Parit (meter) Damija (damaja + parit (Meter) Sempadan muka dan samping bangunan* (meter) 1 Arteri Sekunder 9,7 meter 2 13,7 8
2 Kolektor Sekunder 9 meter 1,5 12 8
3 Lokal 7 meter 1 9 6
Sumber : Hasil Analisis
C. Sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan.
Rencana sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan, penentuannya didasarkan pada jarak yang dihitung mulai dari batas petak sampai keujung terluar bangunan. Penentuan jarak sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan, besaran jarak minimalnya ditentukan langsung dengan pertimbangan keamanan perjalanan dan penanganan kebakaran, kenyamanan dan keindahan lingkungan, serta keteraturan tata letak bangunan. Berdasarkan pertimbangan ini, maka rencana sempadan belakang bangunan dan sempadan samping bangunan yang tidak menghadap kejalan ditetapkan minimal 1 meter, yang berarti jarak antar bangunannya minimal 2 meter.