• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SUMEDANG 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SUMEDANG 2013"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

KABUPATEN SUMEDANG

KABUPATEN SUMEDANG

KABUPATEN SUMEDANG

(3)

No. Katalog / : 1413.3211 Catalogue Number

Ukuran Buku / : 176 x 250 mm Book Size

Jumlah Halaman / : 86 halaman / pages Number of pages

Naskah / Manuscript :

Seksi Nerwilis Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang Nerwilis BPS – Statistics of Sumedang Regency

Penyunting / Editor :

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumedang dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang

Local Development Planning Agency of Sumedang and Nerwilis BPS – Statistics of Sumedang Regency

Gambar / Figures :

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang Nerwilis BPS – Statistics of Sumedang Regency

Diterbitkan oleh / Published by :

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumedang dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang

Local Development Planning Agency of Sumedang and BPS – Statistics of Sumedang Regency

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source

(4)

SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN SUMEDANG

Assalamualaikum, Wr.Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami Bappeda Kabupaten Sumedang telah selesai melaksana-kan kerja sama dengan BPS Kabupaten Sumedang dalam rangka penyusunan Analisis Indeks Pembangunan Manusia ”Analisis IPM” Tahun 2012.

Bappeda adalah merupakan lembaga perencana pembangunan di daerah yang sudah pasti menentukan target-target pembangunan yang akan/ingin dicapai pada waktu perencanaan baik itu perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka menen-gah dan perencanaan jangka pendek, salah satunya adalah indikator untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk) yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Perkembangan IPM Kabupaten Sumedang selama tiga tahun terakhir yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 0,53 poin. Pada tahun 2010 capaian IPM sebesar 72,42 kemudian mengalami peningkatan di tahun 2011 menjadi 72,67 dan meningkat pula pada tahun 2012 menjadi 72.95. Hal ini menunjukan bahwa pembangunan di Kabupaten Sumedang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan IPM Kabupaten Sumedang tahun 2012 diikuti dengan kenaikan semua komponen IPM seperti; angka harapan hidup sebesar 67,63 tahun, angka melek huruf sebesar 97,82 persen, angka rata-rata lama sekolah 7,96 tahun dan daya beli sebesar 640,82 ribu rupiah.

Secara peringkat di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Sumedang mengalami penu-runan yaitu peringkat ke-12 pada tahun 2011 menjadi peringkat ke-13 pada tahun 2012, namun demikian IPM bukanlah satu-satunya indikator dalam pencapaian keberha-silan pembangunan yang terpenting adalah bagaimana masyarakat mempunyai kesem-patan untuk mengakses hasil dari suatu proses pembangunan, sebagai bagian dari haknya seperti dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.

Hasil dari analisis ini juga mengeluarkan rekomendasi upaya-upaya yang harus dilakukan pemerintah daerah terhadap seluruh komponen pembentuk IPM, dengan demikian pekerjaan analisis IPM sangat penting bagi pemerintah daerah khususnya dan

(5)

gan dengan data Analisis IPM Kabupaten Sumedang 2013.

Akhir kata kami sampaikan ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam proses analisis IPM khususnya warga masyarakat yang telah bersedia menjadi responden dan BPS Kabupaten Sumedang yang menjadi mitra kerja sama Bappeda Kabupaten Sumedang.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Sumedang, Desember 2013 Bappeda Kabupaten Sumedang

Kepala,

Ir. H. Eka Setiawan, Dipl, SE, MM Pembina Utama Muda NIP. 19600417 198901 1 001

(6)

Kata Pengatar

Seraya memanjatkan puji dan syukur ke Hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan sehingga Publikasi Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013, Hasil Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang dengan Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Sum-edang dapat diselesaikan.

Pembangunan Manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui tiga dimensi dasar yang mencakup umur panjang dan sehat, pengeta-huan dan kehidupan yang layak. Dimensi umur panjang dan sehat direpresentasikan oleh indikator angka harapan hidup, dimensi pengetahuan direpresentasikan oleh indi-kator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah serta dimensi kehidupan yang layak direpresentasikan oleh indikator kemampuan daya beli, semuanya terangkum dalam satu nilai tunggal yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang biasa digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah. IPM ini pun bisa menjadi salah satu indikator keberhasilan upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk), yang pada ujungnya adalah memperlihatkan salah satu ukuran kinerja daerah. Dengan angka IPM ini kita dapat melihat sejauh mana pembangunan yang telah dilakukan oleh suatu daerah dan sejauh mana manfaatnya bagi penduduk daerah tersebut.

Kami sadar bahwa penyusunan Publikasi Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 masih terdapat kelemahan dan kekurangan yang perlu mendapat penyempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan penyusunan IPM di masa yang akan datang. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi para pengguna data, khususnya bagi para pengambil kebijakan di tingkat daerah. Sumedang, Desember 2013 BPS Kabupaten Sumedang Kepala, Drs. Dodi Mulyadi NIP. 19630802 199003 1 002

(7)

KATA SAMBUTAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix DAFTAR TABEL ... x BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penulisan ... 5 1.3. Sistematika Penulisan ... 6 1.4. Sumber Data ... 6 BAB II METODOLOGI ... 7

2.1. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 7

2.1.1 Pengertian Angka Harapan Hidup ... 8

2.1.2 Pengertian Tingkat Pendidikan ... 9

2.1.3 Standart Hidup Layak ... 10

2.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 13

BAB III GAMBARAN SOISAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG ... 17 3.1. Keadaan Geografi ... 17 3.2. Kependudukan... 18 3.3. Potensi Ekonomi ... 22 3.4. Kesehatan ... 30 3.5. Pendidikan ... 34 3.6. Ketenagakerjaan ... 42 3.7. Pengeluaran Rumahtangga ... 45

BAB IV CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG ... 52

(8)

DAFTAR ISI

4.2.1. Angka Harapan Hidup ... 57

4.2.2. Angka Melek Huruf ... 61

4.2.3. Rata-rata Lama Sekolah ... 65

4.2.4. Standar Hidup Layak ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1. Kesimpulan... 71

5.2. Saran ... 73

(9)
(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Sumedang Tahun 2008-2012 ... 19 Grafik 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumedang Tahun 2009-2012 .... 19 Grafik 3.3 Piramida Penduduk Kabupaten Sumedang Per Kelompok Umur Tahun 2012

... 20 Grafik 3.4 LPE Propisi Jawa Barat Dan Kabupaten Sumedang Tahun 2008—2012

(Persen)... 23 Grafik 3.5 Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang Tahun

2008-2012 (Persen) ... 25 Grafik 3.6 Kontribusi Sektor Lapangan Usaha PDRB Kabupaten Sumedang Tahun 2000

... 27 Grafik 3.7 Kontribusi Sektor Lapangan Usaha PDRB Kabupaten Sumedang Tahun 2012

... 28 Grafik 3.8 Persentase rumah tangga berdasarkan status penggunaan jamban 2012 . 34 Grafik 4.1 Perkembangan Nilai Reduksi Shortfall di Kabupaten Sumedang dan

Propinsi-Jawa Barat Tahun 2011-2012 ... 55 Grafik 4.2 Perkembangan Nilai IPM di Kabupaten Sumedang dan Provinsi Jawa Barat

Tahun 2011-2012 ... 56 Grafik 4.3 Angka Harapan Hidup Kabupaten Sumedang dan Propinsi Jawa Barat

Ta-hun 2010-2012 ... 59 Grafik 4.4 Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Sumedang Tahun 2010-2012 ... 67

(11)

Tabel 1 Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP) ... 12

Tabel 2 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM ... 14

Tabel 3.1 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Sumber Air Minum 2012 ... 33

Tabel 3.2 Persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut jenjang pendidikan... 36

Tabel 3.3 Angka Partisipasi Sekolah tahun 2012 (persen)... 38

Tabel 3.4 Angka Partisipasi Kasar tahun 2012 (persen) ... 40

Tabel 3.5 Angka Partisipasi Murni tahun 2012 (persen) ... 41

Tabel 3.6 TPAK dan TPT Kabupaten Sumedang menurut jenis kelamin Tahun 2012 (persen)... 44

Tabel 3.7 Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut Lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin Tahun 2012 ... 45

Tabel 3.8 Persentase Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Jenis Penge-luaran dan Golongan PengePenge-luaran Per Kapita Sebulan di Kabupaten Sum-edang ... 47

Tabel 4.1 Perkembangan IPM Kabupaten Sumedang dan Jawa Barat Tahun 2010 – 2012... 54

Tabel 4.2 Angka Melek Huruf Kabupaten Sumedang Tahun 2010-2011... 63

Tabel 4.3 Angka Partisipasi Sekolah Per Jenis Kelamin di Kabupaten Sumedang Tahun 2012... 65

Tabel 4.4 Persentase Penduduk Usia 10 tahun Ke Atas Menurut Ijazah yang Dimiliki Kabupaten Sumedang Tahun 2012 ... 68

Tabel 4.5 Daya Beli dan PDRB Per Kapita Masyarakat kabupaten Sumedang Tahun 2010 – 2012 (dalam ribuan) ... 69

(12)
(13)

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembangunan telah menjadi perhatian para penye-lenggara pemerintahan. Esensi suatu proses pemban-gunan adalah terciptanya pembanpemban-gunan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang lebih merata, baik secara kuantitas yaitu perubahan dalam bentuk se-jumlah angka/bilangan maupun kualitas yaitu peruba-han dalam bentuk berwujud (in kind) pada struktur/ tatanan kehidupan.

Secara kronologis proses pembangunan meliputi adanya ; endowment factors (sumber daya alam & sumber daya manusia), proses politik, modal sosial-ekonomi, pendapatan, konsumsi dan kualitas manusia. Upaya pembangunan tersebut pada akhirnya untuk mensejahterakan masyarakat.

Paradigma pembangunan manusia terdiri dari empat komponen utama (UNDP,1995), yaitu :

1) Produktifitas, masyarakat harus dapat mening-katkan produktifitas mereka dan berpartisipasi secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia. 2) Ekuitas, masyarakat harus punya akses untuk Empat komponen

utama dalam para-digma pembangunan manusia, yaitu: Pro-duktivitas, Ekuitas, Kesinabungan, Pemberdayaan.

(14)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 2

Pendahuluan

hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan memperoleh man-faat dari kesempatan-kesempatan ini.

3) Kesinambungan, akses untuk memperoleh kesempatan harus diperhatikan tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga generasi yang akan datang. Segala bentuk permodalan fisik, manusia, dan lingkungan hidup harus dilengkapi.

4) Pemberdayaan, Pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat dan bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator bagi kemajuan suatu daerah. Suatu daerah dikatakan maju bukan saja dihitung dari pendapatan domestik bruto saja tetapi juga mencakup aspek harapan hidup serta pendidikan masyarakatnya.

Secara konsep, pembangunan manusia adalah upaya yang dilakukan untuk memperluas peluang penduduk untuk mencapai hidup layak, yang secara umum dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas dasar dan daya beli. Dengan luasnya cakupan dari pembangunan manusia, maka peningkatan dari IPM sebagai manifestasi dari pembangunan manusia dapat

(15)

ditafsirkan sebagai keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan dalam memperluas pilihan-pilihan. Be-berapa upaya telah dilakukan pemerintah dalam upaya peningkatan IPM. Peningkatan IPM, tidak hanya semata tergantung pada pertumbuhan eko-nomi, karena pertumbuhan ekonomi baru merupakan syarat perlu. Agar pertumbuhan ekonomi sejalan den-gan pembangunan manusia, maka pertumbuhan eko-nomi harus disertai dengan syarat cukup, yaitu pemerataan hasil-hasil pembangunan. Dengan pemer-ataan, pembangunan dapat menjamin bahwa semua penduduk akan menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut.

Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia/penduduk sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan. Sasaran akhir dari pembangunan sendiri adalah tercapainya penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan eko-nomi).

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian pembangunan manusia diperlukan suatu ukuran stan-dar yang dapat dibandingkan antar wilayah dan antar

(16)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 4

Pendahuluan

manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).

Dalam pembangunan suatu daerah diperoleh pengalaman bahwa untuk mempercepat pemban-gunan manusia dapat dilakukan antara lain melalui dua hal, yaitu distribusi pendapatan yang merata dan alokasi belanja publik yang memadai untuk pendidi-kan dan kesehatan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kemajuan suatu daerah dilihat dari pembangunan SDM yang dicerminkan dari ukuran standar sebagai berikut:

1. Indeks Atau Angka Harapan Hidup (Life Expectacy)

2. Indeks Pendidikan yang dihitung dari Angka Melek Huruf (Adult Literacy Rate) dan Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years Schooling)

3. Indeks Daya Beli (Adjusted Real per Capital) Indikator angka harapan hidup merepresentasi-kan dimensi umur panjang dan sehat. Selanjutnya, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah men-cerminkan output dari dimensi pengetahuan. Adapun indikator kemampuan daya beli digunakan untuk mengukur dimensi hidup layak.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meru-Dua hal untuk

memper-cepat pembangunan manusia :

1.Pemerataan penda-patan

2.Alokasi belanja publik untuk pendidikan dan kesehatan cukup memadai

(17)

pakan indikator yang biasa digunakan untuk mengu-kur pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah. IPM dapat dijadikan salah satu indikator keberhasilan upaya membangun kuali-tas hidup manusia (masyarakat/penduduk), yang pada ujungnya adalah memperlihatkan salah satu ukuran kinerja daerah.

Dengan angka IPM ini kita dapat melihat sejauh mana pembangunan yang telah dilakukan oleh suatu daerah dan sejauh mana tingkat manfaatnya bagi penduduk daerah tersebut. Selain itu dapat pula dili-hat perkembangan masing-masing komponen IPM dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan IPM itu sendiri.

1.2 Tujuan Penulisan

Publikasi ini akan menyajikan data dan analisa IPM Kabupaten Sumedang Tahun 2012. Data IPM secara lengkap dapat dilihat pada tabel lampiran. Publikasi ini akan menganalisis perkembangan masing -masing komponen IPM dengan tujuan untuk memaparkan sejauh mana perkembangan pemban-gunan manusia di Kabupaten Sumedang dan menga-nalisis sejauh mana kontribusi IPM Kabupaten Sum-edang terhadap IPM Jawa Barat. Dengan adanya in-formasi tersebut diharapkan akan dapat membantu

(18)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 6

Pendahuluan

paten Sumedang, khususnya yang berkaitan dengan program-program pembangunan manusia.

1.3 Sistematika Penulisan.

Publikasi ini terdiri dari lima bab. Bab I, menya-jikan latar belakang penulisan. Bab ini menguraikan pentingnya IPM sebagai ukuran untuk melihat kema-juan dalam pembangunan manusia. Metodologi pen-ghitungan IPM akan disajikan pada Bab II yang men-guraikan tentang metode penghitungan masing-masing komponen sampai terbentuknya IPM. Selan-jutnya pada Bab III tentang gambaran sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Sumedang. Kemudian Bab IV menguraikan Capaian IPM Kabupaten Sumedang. Bab V Kesimpulan dan Saran.

1.4 Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data Sur-vei Khusus Indeks Pembangunan Manusia (SK-IPM) tahun 2012. Data penghitungan PDRB tahun 2012, Publikasi BPS Propinsi dan data lain yang dikumpulkan dari berbagai dinas/instansi yang ada kaitannya den-gan analisa IPM.

(19)
(20)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 7

Metodologi

Dalam setiap pembangunan, baik untuk jangka pendek ataupun panjang, sebaiknya ditujukan pada dimensi manusianya bukan semata untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian. Demikian juga pembangunan manusia harus ditujukan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk yang tidak hanya untuk meningkatan pendapatan mereka tetapi juga pada upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia secara optimal.

Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya berupa pendapatan untuk dapat hidup layak, peningkatan derajat kesehatan berupa usia panjang dan hidup sehat dan meningkatkan pendidikan berupa kemampuan baca tulis dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat.

2.1 Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan hidup (e0), indeks pendidikan (angka melek huruf dan

IPM komposit dari :

1.Indeks kesehatan

2.Indeks Pendidikan

3.Indeks Standar hidup layak

(21)

rata-rata lama sekolah), dan indeks standar hidup layak. Untuk mengukur dimensi kesehatan digunakan angka harapan hidup. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pendidikan digunakan gabungan indikator angka melek hurup dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak diguna-kan indikator daya beli.

Dalam melakukan analisis terhadap capaian IPM, disajikan pula indikator lain untuk mengukur kecepatan peningkatan IPM dan indikator ini dikenal sebagai Reduksi Shortfall. Nilai Reduksi Shortfall dihitung dengan melihat jarak antara capaian IPM dengan kondisi ideal (IPM=100). Semakin besar Nilai Reduksi Shortfall, semakin cepat capaian IPM.

2.1.1. Pengertian Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Angka harapan hidup dihitung dengan menggunakan pendekatan tak langsung (indirect estimation) berdasarkan dua jenis data, yaitu anak lahir hidup (ALH) dan anak masih hidup (AMH). Penghitungan angka harapan hidup menggunakan paket program Mortpack dengan input data ALH dan AMH dengan menggunakan metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan histori kependudukan dan kondisi masing-masing wilayah.

Semakin tinggi nilai reduksi shortfall semakin cepat untuk menuju IPM ideal.

(22)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 9

Metodologi

Besarnya nilai maksimun dan minimum untuk masing-masing komponen ini merupakan nilai besaran yang telah disepakati oleh semua negara. Pada komponen angka harapan hidup, angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun (standard United Nations Development Programme).

2.1.2 Pengertian Tingkat Pendidikan

Dalam menghitung pengetahuan penduduk digunakan dua indikator yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf adalah persentase penduduk 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lain-nya. Sedangkan rata-rata lama sekolah merupakan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk 15 tahun keatas dalam menjalani pendidikan formal.

Indikator angka melek huruf diperoleh dari variable kemampuan membaca dan menulis sedang-kan indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan yaitu ting-kat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Untuk menghitung indeks pendidikan digunakan batasan maksimum untuk angka melek huruf adalah 100 dan minimumnya 0. Batasan maksimum 100 arti-nya semua penduduk dapat membaca dan menulis dan 0 mencerminkan sebaliknya. Sementara batasan

(23)

maksimum untuk rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun dan batasan minimumnya 0 tahun. Batasan maksimum 15 tahun mengindikasikan tingkat pendidikan maksimum setara lulus sekolah menengah atas.

2.1.3. Standar Hidup Layak

Dalam cakupan lebih luas standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. United Nations Development Programme (UNDP) mengukur standar kehidupan yang layak menggunakan Produk Domestik Bruto riil yang dise-suaikan, sedangkan BPS dalam menghitung standar kehidupan yang layak menggunakan rata-rata penge-luaran per kapita riil yang disesuaikan. Sejak tahun 1999, batas minimum penghitungan PPP diubah dan disepakati menjadi Rp. 360.000,-. Besarnya batas minimum dan maksimum untuk masing-masing komponen IPM disajikan kembali pada Tabel 2.2

Penghitungan konsumsi riil perkapita yang telah disesuaikan dilakukan melalui tahapan pekerjaan sebagai berikut :

 Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita (=A)

 Mendeflasikan nilai A dengan indeks harga konsumen (IHK) ibukota propinsi yang sesuai (=B)

(24)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 11

 Menghitung daya beli per unit (=Purchasing Power Parity (PPP/unit)) metode penghitungan sama seperti metode yang digunakan Internasional Comparison Project dalam menstandarkan nilai PDRB suatu negara.

 Data dasar yang digunakan adalah data harga dan kuantum dari suatu basket komoditi yang terdiri dari nilai 27 komoditi.

 Membagi nilai B dengan PPP/Unit (=C)

 Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai marginal utility dari C

Penghitungan PPP/unit dilakukan dengan rumus :

dimana,

E( i, j ) : pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten

ke-i

P( 9, j ) : harga komoditi j di Jakarta Selatan

q( i,,j ) : jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di

kabupaten ke-i j = 1, 2, 3 ... 27

Metodologi

     

j j i j j ij

q

p

E

unit

PPP

, , 9

.

/

(25)

Tabel 1

Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP)

Komoditi Unit Sumbangan Terhadap Total Konsumsi (%)*) (1) (2) (3) 1. Beras lokal Kg 7.25 2. Tepung terigu Kg 0.10 3. Ketela pohon Kg 0.22 4. Ikan tongkol/tuna/cakalang Kg 0.50

5. Ikan teri Ons 0.32

6. Daging sapi Kg 0.78

7. Daging ayam kampung Kg 0.65

8. Telur ayam Butir 1.48

9. Susu kental manis 397 gram 0.48

10. Bayam Kg 0.30 11. Kacang panjang Kg 0.32 12. Kacang tanah Kg 0.22 13. Tempe Kg 0.79 14. Jeruk Kg 0.39 15. Pepaya Kg 0.18 16. Kelapa Butir 0.56

17. Gula pasir Ons 1.61

18. Kopi bubuk Ons 0.60

19. Garam Ons 0.15

20. Merica/lada Ons 0.13

21. Mie instant 80 gram 0.79

22. Rokok kretek/filter 10 batang 2.86

23. Listrik Kwh 2.06

24. Air minum M3 0.46

25. Bensin Liter 1.02

26. Minyak tanah Liter 1.74

27. Sewa rumah Unit 11.56

T o t a l 37.52

(26)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 13

2.2. Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan indikator-indikator yang digunakan pada setiap dimensi, selanjutnya dihitung indeks untuk masing-masing indikator. Penghitungan indeks tersebut menggunakan formula berikut :

IPM = 1/

3 [X(1) + X(2) + X(3)] …………... (1) dimana :

X(1) : Indeks harapan hidup

X(2) : Indeks pendidikan = 2/3(indeks melek

huruf) + 1/

3(indeks rata-rata lama

seko-lah)

X(3) : Indeks standar hidup layak

Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih suatu nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut ;

Indeks X(i)= X(i) - X(i)min / [X(i)maks - X(i)min] …. (2)

dimana :

X(1) : Indikator ke-i (i = 1, 2, 3)

X(2) : Nilai maksimum sekolah X(i)

X(3) : Nilai minimum sekolah X(i)

Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i)

disaji-kan pada tabel 2

Metodologi

(27)

Tabel 2

Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

Catatan:

1) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsi-kan kenaimengasumsi-kan 6,5 persen per tahun selama kurun 1993-2018. 2) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang

memiliki angka terendah tahun 1990 di daerah pedesaan Sulawesi Selatan dan tahun 2000 di Irian Jaya. Konsumsi per kapita yang disesuaikan untuk tahun 2000 sama dengan konsumsi per kapita yang disesuaikan tahun 1996.

Tahap selanjutnya adalah menghitung indeks pengetahuan berdasarkan indeks melek huruf dan indeks rata-rata lama sekolah. Perhitungan indeks pengetahuan ini menggunakan rata-rata tertimbang dimana indeks melek huruf diberi bobot dua per tiga sedangkan indeks rata-rata lama sekolah diberi bobot sepertiga. untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1, mengenai diagram penghitungan IPM.

Indikator Komponen IPM (=X(I)) Nilai mak-simum Nilai Minimum Catatan

Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global (UNDP) Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar

global (UNDP) Rata-rata lama

seko-lah

15 0 Sesuai standar global (UNDP) Konsumsi per kapita

yang disesuaikan 1996 732.720 a) 300.000 b) UNDP meng-gunakan PDB per kapita riil yang disesuaikan

(28)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 15

Gambar 2.1

Diagram Perhitungan IPM

Selanjutnya, dalam membandingkan capaian IPM, dihitung reduksi shortfall yang menggambarkan kecepatan IPM suatu wilayah dalam mengejar ketertinggalannya menuju kondisi IPM ideal. Reduksi shortfall (r) dihitung dengan menggunakan formula berikut:

Metodologi

Dimensi Umur Panjang dan Sehat Pengetahuan Kehidupan yang Layak Komponen/ Indikator Angka harapan hidup Angka melek huruf Rata-rata lama sekolah Paritas daya beli (PPP Rp) Indeks Indeks Lama-nya Hidup Indeks Melek Huruf Indeks Lama Sekolah Indeks Daya Beli Indeks Pengetahuan

(29)

IPMt – IPMt-1 r = --- 100 – IPMt-1 Dimana :

IPMt : IPM pada tahun sekarang IPMt-1 : IPM pada tahun sebelumnya

(30)

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI

MASYARAKAT KABUPATEN

(31)

3.1 Keadaan Geografi

Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44’-70º83’ Lintang Selatan dan 107º21’-108º21’ Bujur Timur, dengan Luas Wilayah 155.872 km² yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 283 desa/kelurahan. Den-gan klasifikasi desa swadaya sebanyak 122 desa, desa swakarya sebanyak 75 desa dan desa swasembada sebanyak 20 desa.

Secara administratif letak geografis Kabupaten Sumedang berbatasan dengan kabupaten tetangga dibatasi oleh wilayah Daerah Tingkat II, yaitu :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu,

 Sebelah Timur dengan Kabupaten Majalengka,

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung.

Luas wilayah Kabupaten Sumedang adalah 152.220 km2. Kecamatan yang paling luas wilayahnya

adalah Kecamatan Buahdua dan yang paling kecil luas wilayahnya adalah kecamatan Cisarua.

Kecamatan Buahdua merupakan wilayah paling luas dan Ke-camatan Surian meru-pakan wilayah paling kecil

(32)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 18

3.2. Kependudukan

Selama 5 tahun terakhir jumlah penduduk Kabupaten Sumedang tiap tahun terus mengalami perkembangan. Dari jumlah penduduk 1.070.512 jiwa pada tahun 2008 mengalami perkembangan di tahun 2012 menjadi 1.121.787 jiwa. Atau mengalami per-tambahan jumlah penduduk sebesar 51.275 jiwa se-lama lima tahun. Laju pertumbuhan penduduk sese-lama lima tahun (2008-2012) sebesar 4,79 persen atau rata -rata pertahunnya mencapai 1,20 persen. Apabila dili-hat dengan luas wiliyah Kabupaten Sumedang 155.872 km2 maka dapat dihitung kepadatan

pen-duduknya tahun 2012 yaitu sebesar 7 jiwa per kilome-ter persegi.

Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas adalah modal dasar dan merupakan potensi bagi peningkatan pembangunan di segala bidang. Namun demikian apabila jumlah penduduk yang besar tersebut tidak diikuti dengan pengembangan kualitas penduduk, maka justru akan berbalik menjadi beban pembangunan.

Pada tahun 2010 BPS melaksanakan sensus penduduk yang biasanya dilakukan selama 10 tahun sekali. Dari hasil sensus diperoleh jumlah penduduk Kabupaten Sumedang pada tahun 2010 sebesar 1.097.798 jiwa. Seiring dengan bertambah baiknya pelayanan kesehatan maka di tahun 2011 jumlah

pen-GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

Jumlah penduduk Kabu-paten Sumedang tahun 2012 sebesar 1.124.902 jiwa dengan laju per-tumbuhan 1,05 persen

(33)

duduk mengalami kenaikkan menjadi 1.113.238 jiwa. Untuk melihat perkembangan jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya dapat dilihat pada Grafik 3.1 dan Grafik 3.2.

Grafik 3.1

Jumlah Penduduk Kabupaten Sumedang Tahun 2008-2012

Sumber: BPS Kabupaten Sumedang

Grafik 3.2

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumedang Tahun 2009-2012

(34)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 20

Dalam menganalisa penduduk sepertinya belum lengkap sebelum dilihat dari sisi kelompok umur. Bentuk tabel yang biasa digunakan dalam menyajikan kelompok umur adalah piramida penduduk. Piramida penduduk menggambarkan sebaran penduduk menu-rut umur dan jenis kelamin serta tingkat perkemban-gan penduduk pada setiap kelompok umur yang ber-beda. Untuk lebih jelasnya tentang piramida pen-duduk Kabupaten Sumedang tahun 2012 dapat dilihat pada grafik 3.3 di bawah ini.

Grafik 3.3

Piramida Penduduk Kabupaten Sumedang Per Kelompok Umur Tahun 2012

Sumber: BPS Kabupaten Sumedang

Berdasarkan pengelompokan umur, penduduk dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu kelompok penduduk usia muda dan kelompok penduduk usia tua. Kelompok penduduk usia muda adalah apabila

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

(35)

proporsi penduduk di bawah 15 tahun sekitar 40 persen dari total penduduk. Sedangkan kelompok penduduk usia tua adalah apabila proporsi penduduk di atas 60 tahun mencapai 10 persen. Berdasarkan pengelompokan tersebut maka penduduk Kabupaten Sumedang dikategorikan sebagai penduduk muda. Hal ini ditunjukan oleh panjang batang piramida pada kelompok umur penduduk muda yang sedikit lebih panjang dari kelompok umur lainnya.

Pada grafik 3.3 dapat dilihat pula panjang batang piramida pada kelompok umur 0-4 tahun yang lebih pendek dari kelompok umur 5-9 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan tingkat fertilitas tetapi tidak terlalu besar.

Informasi lain yang dapat dilihat dari piramida penduduk adalah angka beban ketergantungan (Dependency Ratio). Angka beban ketergantungan menunjukkan seberapa besar penduduk yang berusia produktif secara ekonomi harus menanggung pen-duduk yang usia tidak produktif dan pasca produktif. Dengan kata lain angka beban ketergantungan meru-pakan perbandingan antara penduduk yang belum produktif/tidak produktif (usia 0-14 tahun dan 65 ta-hun ke atas) dibandingkan dengan penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) dikalikan dengan 100.

(36)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 22

setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung 52 orang penduduk yang tidak produk-tif.

3.3. Potensi Ekonomi

Evaluasi menyeluruh terhadap kinerja pereko-nomian Kabupaten Sumedang dari sisi sektoral pada tahun 2012 menunjukan pertumbuhan yang moderat. Jika dibandingkan dengan kinerja perekonomian pada tahun sebelumnya pertumbuhan ini menunjukan sedikit perlambatan, dimana pada tahun 2011 tumbuh sebesar 4,82 persen sedangkan pada tahun 2012 tumbuh sebesar 4,69 persen. Perlambatan ini di se-babkan oleh melambatnya kinerja tiga sektor dominan yang menjadi engine growth perekonomian Kabu-paten Sumedang.

Di tengah pelemahan ekonomi global yang ma-sih berlanjut, perekonomian Jawa Barat pada umum-nya dan Kabupaten Sumedang pada khususumum-nya masih mampu tumbuh cukup kuat. Laju Pertumbuhan Eko-nomi (LPE) Jawa Barat selama kurun waktu tiga tahun yaitu 2010-2012 mampu tumbuh di atas 6 persen. Sedangkan LPE Kabupaten Sumedang selama kurun waktu ini mampu tumbuh stabil yaitu pada kisaran 4 persen.

Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada grafik 3.4

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

Laju pertumbuhan eko-nomi Kabupaten Sum-edang tahun 2012 se-besar 4,69 persen Kontribusi tersesar dari sektor pertanian (28,36%), perdagangan (27,63%) dan Industri (22,70%)

(37)

perbandingan antara LPE Jawa Barat dan Kabupaten Sumedang tahun 2008-2012.

Grafik 3.4

LPE Propinsi Jawa Barat Dan Kabupaten Sumedang Tahun 2008—2012 (Persen)

Sumber: BPS Kabupaten Sumedang

Jika dilihat dari besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2012 mencapai Rp 14.923,72 milyar mengalami peningkatan sebesar Rp 1.391,94 milyar jika dibanding tahun 2011 dengan nilai PDRB sebesar Rp 13.531,78 milyar. Sedangkan pencapaian nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 mengalami peningkatan 4,69 persen yaitu dari Rp 5.879,09 milyar tahun 2011 naik menjadi Rp 6.154,59 milyar pada tahun 2012. Perkembangan nilai PDRB Kabupaten Sumedang lima tahun terakhir dapat diamati pada grafik 3.5. 6,21 4,19 6,20 6,48 6,21 4,58 4,76 4,22 4,82 4,69 2008 2009 2010 2011 2012 Jawa Barat Sumedang

(38)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 24

kenal dengan sebutan LPE adalah salah satu indikator makro ekonomi yang bisa menggambarkan perkembangan atau tingkat kinerja perekonomi suatu wilayah.

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi sehingga laju pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi salah satu indikator yang sangat penting untuk bahan evaluasi pembangunan.

Secara umum pertumbuhan ekonomi Kabu-paten Sumedang pada tahun 2012 mengalami per-tumbuhan sebesar 4,69 persen. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh 4,82 persen, maka mengalami sedikit perlambatan, Perlambatan ini hampir terjadi di semua sektor ekonomi, kecuali sek-tor angkutan, keuangan dan jasa-jasa.

Sama halnya seperti Kabupaten Sumedang, Kinerja perekonomian Jawa Barat secara umum juga mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibanding tahun 2011, dimana pada tahun 2012 mampu tumbuh sebesar 6,21 persen, sedangkan pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,48 persen. Melambatnya perekonomian Jawa Barat pada tahun 2012 disebab-kan oleh melambatnya kinerja sektor industri yang merupakan sektor dominan bagi perekonomian Jawa Barat.

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

(39)

Grafik 3.5

Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang Tahun 2008-2012

(Persen)

Sumber: BPS Kabupaten Sumedang

Dari grafik 3.5, kita dapat perhatikan bahwa pada tahun 2012 petumbuhan sektor keuangan dan angkutan mampu menjadi leading sector, dimana se-lama empat tahun terakhir sektor bangunan selalu menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang mampu tumbuh 7,50 persen pada tahun 2012.

LPE tertinggi kedua dan ketiga diikuti oleh sek-tor angkutan dan komunikasi serta seksek-tor bangunan masing-masing tumbuh sebesar 7,23 dan 7,04

(40)

per-Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 26

pakan kontributor terbesar dalam pembentukan PDRB Sumedang pada tahun 2012 ini hanya mampu tum-buh sebesar 1,11 persen. Secara rinci pertumtum-buhan ekonomi masing-masing sector berdasarkan kelompok sektornya dapat diamati pada Tabel 4.2.

Karakteristik suatu wilayah baik dari sisi demografis maupun urban dan rural, akan menentu-kan beragamnya kegiatan perekonomian wilayah tersebut, sehingga dapat memberikan warna pada struktur perekonomian suatu wilayah. Hal ini karena dipengaruhi oleh potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Sis-tem ekonomi yang terbentuk pada suatu wilayah da-pat memberikan gambaran bagaimana struktur pere-konomian di wilayah tersebut. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan struk-tur ekonomi suatu wilayah adalah distribusi persen-tase sektoral.

Distribusi persentase PDRB secara sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Disamping itu, distribusi persentase dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi mesin peggerak pertumbuhan (sektor andalan) di

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

(41)

wilayah yang bersangkutan.

Grafik 3.6

Kontribusi Sektor Lapangan Usaha PDRB Kabupaten Sumedang Tahun 2000

Sumber: BPS Kabupaten Sumedang

Pada Grafik 3.5 dan 3.6, diperlihatkan struktur ekonomi Kabupaten Sumedang pada tahun 2000 dan 2012 menurut sektor. Dalam kurun waktu 13 tahun ini, terjadi sedikit pergeseran kontribusi dari sektor dominan yaitu sektor pertanian dari 30,20 persen tahun 2000 menjadi 28,36 persen di tahun 2012.

Menyusutnya peranan sektor pertanian lebih disebabkan kinerja sektor pertanian yang sedikit tertinggal perkembangannya dari sektor-sektor lain-nya. Penurunan sektor pertanian juga lebih disebab-kan karena semakin susutnya areal pertanian di-karenakan alih fungsi lahan yang semakin tidak tere-lakan sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk,

Pertanian 30,20% Pertamba ngan & Pengalian 0,09% Industri 25,40% LGA 1,99% Bangunan 2,16% Perdagan gan 26,05% Tranporta si 3,07% Keuangan 3,37% Jasa-Jasa 7,67%

(42)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 28

yang digunakan dalam pengelolaannya. Disamping itu sektor pertanian sangat tergantung pada keadaan alam dimana faktor musim sangat menentukan kuali-tas dan kuantikuali-tas produksinya.

Walaupun telah terjadi sedikit pergeseran besaran peranan sektor pertanian dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2012, sektor ini masih meru-pakan sektor dominan dalam pembentukan nilai tam-bah di Kabupaten Sumedang yang diikuti sektor perdagangan dan industri pengolahan. Ketiga sektor tersebut masih merupakan tiga sektor yang per-anannya cukup besar dalam menggerakkan perekono-mian Sumedang.

Grafik 3.7

Kontribusi Sektor Lapangan Usaha PDRB Kabupaten Sumedang Tahun 2012

Sumber: BPS Kabupaten Sumedang

Pada tahun 2012 peranan sektor pertanian

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG Pertanian 28,36% Pertambang an & Pengalian 0,11% Industri 22,17% LGA 3,01% Bangunan 2,34% Perdaganga n 27,63% Tranportasi 4,24% Keuangan 4,35% Jasa-Jasa 7,78%

(43)

mencapai 28,36 persen, sektor yang menjadi andalan Kabupaten Sumedang ini pada dasarnya berpeluang dapat lebih mendorong roda perekonomian Kabupaten Sumedang. Besarnya peranan sektor pertanian tersebut tidak terlepas dari peranan sub-sub sektor didalamnya antara lain sub sektor tanaman bahan makanan atau lebih populer dengan sebutan tabama, kemudian sub sektor perkebunan, peterna-kan, kehutanan dan perikanan. Dari kelima sub sektor tersebut tabama merupakan sub sektor yang paling dominan dalam pembentukkan nilai tambah sektor pertanian yaitu 21,78 persen, sedangkan sub sektor lainnya yaitu 1,39 persen sub sektor perkebunan; 4,08 persen peternakan dan masing-masing 0,46 per-sen dan 0,65 perper-sen untuk sub sektor kehutanan dan perikanan. Besaran tersebut dapat menggambarkan bahwa sub sektor tabama menyumbangkan nilai tam-bah yang cukup dominan terhadap pembentukkan nilai tambah sektor pertanian.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menempati urutan kedua setelah pertanian dalam peranannya terhadap pembentukkan PDRB Kabupaten Sumedang juga didukung oleh tiga sub sektor pembentuknya yaitu sub sektor perdagangan besar dan eceran, sub sektor hotel dan sub sektor restoran. Dari ketiga sub sektor tersebut sebagai penyumbang terbesar adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran mencapai 22,56 persen pada tahun 2012, sub

(44)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 30

persen untuk restoran.

Penyumbang terbesar ketiga terhadap PDRB Kabupaten Sumedang adalah sektor industri pengolahan. Sektor ini mempunyai andil sebesar 22,17 persen terhadap perekonomian Kabupaten Sumedang pada tahun 2012 yang dibentuk oleh sub sektor indutri pengolahan non migas meliputi indutri makanan dan minuman, tekstil, barang dari kayu dan lain-lain. Dari komoditi-komoditi tersebut yang menghasilkan output paling besar adalah industri tek-stil disamping industri makanan, minuman dan indus-tri kulit, barang dari kulit dan alas kaki yang dihasilkan oleh industri besar sedang maupun industri kecil yang ada di Kabupaten Sumedang.

3.4. Kesehatan

Kesehatan manusia merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Manusia yang sehat tentu akan dapat melakukan berbagai aktivitas dan akan lebih mudah untuk menjadi manusia yang produktif, secara sosial dan ekonomis. Oleh karena itu, pemerin-tah mempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pemerintah terus berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya melalui berbagai program di bidang kesehatan terutama kesehatan ibu,

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG Persentase masyarakat Kabupaten Sumedang dalam mengkonsumsi air minum : Air bersiih (91,22%) Air kurang besih (8,78%)

(45)

bayi dan balita. Selain di bidang kesehatan peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga harus didukung melalui peningkatan mutu lingkungan hidupnya. Lingkungan yang diharapkan tentunya lingkungan yang sehat untuk mendukung terwujudnya masyarakat yang sehat baik secara fisik dan psikisnya. Karena itu, upaya perbaikan berbagai aspek lingkungan seperti ketersediaan air bersih dan perbaikan sanitasi penting untuk terus dilakukan.

Air merupakan kebutuhan hidup yang men-dasar bagi seluruh makhluk hidup di muka bumi, baik digunakan sebagai air minum maupun untuk keper-luan lainnya. Air yang bersih dan sanitasi yang baik merupakan sebagian kecil persyaratan terbentuknya masyarakat yang sehat. Salah satu sasaran yang di-harapkan pemerintah adalah peningkatan cakupan rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan ketersediaan fasilitas buang air besar yang baik. Kualitas air sangat tergantung dari sumber air terse-but. Apabila sumber air terjaga dari pencemaran maka kualitas air dianggap sehat/layak minum. Sum-ber air minum Sum-berturut-turut mulai dari yang terbaik yaitu yang bersumber dari air kemasan, leding, pompa, sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata air yang terlindung, karena dianggap lebih steril. Sedangkan sumber air dari sumur tidak terlindung, mata air tidak terlindung, sungai/danau/waduk dan air hujan dianggap kurang/tidak sehat karena mudah

(46)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 32

Pada fasilitas tempat buang air besar yang dianggap baik adalah fasilitas tempat buang besar yang dikuasai sendiri oleh rumah tangga. Dengan demikian, rumah tangga yang penggunaan fasilitas tempat buang air besarnya digunakan lebih dari satu rumah tangga secara bersama-sama dianggap kurang sehat karena semakin banyak penggunanya maka tingkat kebersihannya pun akan semakin kecil.

Dilihat dari kualitas air minum sebesar 91,22 persen rumah tangga di Sumedang telah menggguna-kan air yang berasal dari sumber yang sehat. Dengan demikian, masih terdapat 8,78 persen rumah tangga yang sumber air minumnya kurang layak. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian serius dalam penanga-nannya, karena hal ini bukanlah pekerjaan yang rin-gan mengingat 8,78 persen rumah tangga tadi umum-nya berada di daerah yang kondisi geografisumum-nya tidak memiliki sumber air minum yang sehat. Perusahaan air minum baru bisa menjangkau hampir 10 persen rumah tangga yang ada di Sumedang. Penyebab lain-nya adalah pendapatan masyarakat yang masih ren-dah, sehingga masyarakat yang tinggal pada kondisi geografis yang kurang/tidak tersedia sumber air mi-num yang sehat tadi tidak mampu untuk membeli air kemasan/isi ulang untuk kebutuhan minumnya.

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

(47)

Tabel 3.1

Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Sumber Air Minum Tahun 2012

Sumber: BPS Sumedang

Untuk penggunaan fasilitas tempat buang air besar, secara umum rumah tangga di Sumedang telah memiliki jamban sendiri untuk tiap rumah tangga (hampir 80 %). Namun demikian, masih terdapat hampir 16 persen rumah tangga yang penggunaan jambannya secara bersama-sama dengan rumah tangga lain, bahkan sebanyak 4,44 persen rumah

Sumber air minum Persentase

Air kemasan/isi ulang 7,74

Leding 9,32

Sumur bor/pompa 11,58 Sumur terlindung 28,41 Mata air terlindung 34,16

Air bersih/layak minum 91,22

Sumur tak terlindung 2,48 Mata air tak terlindung 5,87 Air sungai, dan lainnya 0,43

Air kurang bersih/

(48)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 34

Grafik 3.8

Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Status Penggunaan Jamban Tahun 2012

Sumber: BPS Kabupaten Sumedang

3.5 Pendidikan

Pendidikan diyakini merupakan salah satu komponen utama yang dapat mendukung dan mendorong upaya pembangunan. Hal ini karena pendidikan dapat berpengaruh terhadap berbagai sek-tor pembangunan lainnya. Seksek-tor-seksek-tor pemban-gunan lain, akan sulit untuk tumbuh dengan cepat jika pembangunan di bidang pendidikan lambat. Oleh karena itu, pemerintah terus melakukan inovasi-inovasi untuk meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat. Peningkatan anggaran pendidikan pun

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG 79,89% 10,80% 4,88% 4,44%

(49)

dilakukan untuk mendukung inovasi-inovasi tersebut. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Beasiswa Miskin merupakan sebagian kecil program yang di-galakkan. Selain program yang menyentuh secara langsung, pemerintah juga melaksanakan program keluarga harapan untuk merubah perilaku masyarakat, khususnya masyarakat yang kurang beruntung dari sisi ekonomi rumah tangga, agar masyarakat lebih peduli terhadap pendidikan sekaligus kesehatan anak-anaknya dalam waktu yang bersamaan bahkan sejak dalam anak masih dalam kandungan.

Hasil dari program-program pemerintah yang sudah dilaksanakan sejak lama terlihat pada tingkat pendidikan masyarakat Sumedang yang terus membaik. Gambaran tersebut terlihat lebih jelas pada tabel berikut.

(50)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 36

Tabel 3.2

Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan

Sumber: BPS Kabupaten Sumedang

Pada tabel tersebut terlihat peningkatan persentase penduduk Sumedang yang menamatkan jenjang pendidikan SLTA ke atas, diiringi dengan menurunnya penduduk Sumedang pada jenjang SLTP ke bawah. Persentase penduduk 10 tahun ke atas yang hanya memiliki ijazah sampai tingkat SD ke bawah mencapai 59,85 persen pada tahun 2012 sedangkan pada tahun 2009 mencapai 60,50 persen. Dengan kata lain terjadi penurunan sebesar 0,65 persen. Penurunan terjadi pula pada jenjang pendidikan SLTP/sederajat sebesar 0,55 persen, dari 20,48 persen pada tahun 2009 menjadi 19,93 persen pada tahun 2012. Persentase penduduk yang tamat SLTA ke atas meningkat 0,76 persen menjadi 16,00 persen dibanding kondisi tahun 2009. Sedangkan untuk jenjang diploma ke atas naik dari 3,79 persen

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG Pendidikan tertinggi yang ditamatkan 2009 2012 L P L+P L P L+P SD ke bawah 57,10 63,89 60,50 57,20 62,49 59,85 SLTP/sederajat 21,80 19,16 20,48 20,47 19,39 19,93 SLTA/sederajat 16,64 13,84 15,24 18,13 13,87 16,00 Diploma ke atas 4,47 3,11 3,79 4,19 4,25 4,22

(51)

pada tahun 2009 menjadi 4,22 persen pada tahun 2012. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan pen-duduk berarti meningkatnya kualitas SDM. Hal ini akan berkontribusi pada kenaikan angka IPM Kabupaten Sumedang.

Peningkatan persentase penduduk Sumedang yang mampu menyelesaikan SLTA ke atas perlu terus ditingkatkan melalui berbagai program. Kebijakan Bantuan Operasional Sekolah, program BOS buku, program Khusus Bantuan Murid (BKM), program Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM), program bea siswa, program peningkatan kualifikasi,

kompetensi, dan sertifikasi, serta realisasi pembangunan sarana dan prasarana penunjang pendidikan perlu terus dijaga kesinambungannya. Pendidikan jangan sampai menjadi barang yang mahal yang tidak terjangkau oleh masyarakat.

Indikator penting lainnya yang berkaitan den-gan pendidikan selain tingkat pendidikan yang dita-matkan adalah angka partisipasi sekolah dan angka partisipasi kasar. Angka Partisipasi Sekolah (APS) me-rupakan indikator yang menunjukkan partisipasi anak usia sekolah yang telah bersekolah di semua jenjang pendidikan. Semakin tinggi APS berarti semakin ban-yak anak usia sekolah yang sedang bersekolah.

(52)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 38

yak 98,66 persen. Dengan kata lain, sekitar 1,34 per-sen anak usia 7-12 tahun belum bersekolah/tidak bersekolah lagi. Dilihat dari jenis kelaminnya, partisi-pasi sekolah anak perempuan pada usia tersebut lebih besar dibanding partisipasi anak laki-laki. Pada kelom-pok usia 13-15 tahun angka partisipasi sekolah masih cukup tinggi yaitu 92,44 persen. Hal ini tentu erat kai-tannya dengan keberhasilan program wajar dikdas sembilan tahun yang sudah lama dicanangkan pemer-intah.

Mulai kelompok usia 16-18 tahun angka par-tisipasi sekolah menurun drastis hanya mampu men-capai 59,83 persen. Bahkan pada usia 19-24 APS be-lum bisa mencapai 20 persen. Masih rendahnya par-tisipasi sekolah mulai tingkat SLTA, menunjukkan bahwa sebagian anak kelompok usia tersebut memu-tuskan berhenti sekolah.

Tabel 3.3

Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2012 (persen)

Sumber: BPS Kabupaten Sumedang GAMBARAN SOSIAL

EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

Kelompok Usia

Seko-lah Laki-laki Perempuan Total

7-12 98,16 99,17 98,66 13-15 91,07 93,99 92,44 16-18 64,52 54,88 59,83 19-24 38,71 10,20 18,14

(53)

Indikator lain yang dapat diukur adalah Angka Partisipasi Kasar (APK). APK ini berguna untuk melihat partisipasi sekolah penduduk menurut jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat umurnya. Dengan kata lain APK adalah perbandingan penduduk jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA, dsb) dengan jumlah penduduk yang berusia pada tingkat pendidikan tersebut. APK SLTP misalnya, adalah jumlah murid SLTP (usia berapapun) dibagi dengan jumlah penduduk usia 13-15 tahun.

Nilai APK bisa lebih dari seratus persen apabila jumlah murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Sebagai contoh anak bersekolah di SD/sederajat berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun. Hal ini pun terlihat pada APK SD/sederajat di Kabupaten Sumedang pada tahun 2012 yang mencapai 102,91 %, hal ini berarti ada sekitar 2,91 persen anak umur kurang dari 7 tahun dan lebih dari 12 tahun yang duduk di bangku SD.

(54)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 40

Tabel 3.4

Angka Partisipasi Kasar Tahun 2012 (persen)

Sumber: BPS Kabupaten Sumedang

Pada jenjang pendidikan SLTP/sederajat, capaian APK di Sumedang masih cukup tinggi mencapai 92,45 % walaupun lebih rendah dari APK SD. Seiring semakin tinggi jenjang pendidikan nilai APK justru berbanding terbalik menjadi semakin rendah, APK SLTA/sederajat misalnya hanya mencapai 61,76 persen kemudian pada APK PT baru mencapai 20,89 persen.

Untuk melihat jumlah penduduk usia sekolah yang bersekolah tepat waktu sesuai dengan kelompok usia yang ditentukan pada setiap jenjangnya, maka dapat kita gunakan angka partisipasi murni. Angka partisipasi murni (APM) adalah perbandingan jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu yang berusia sesuai kelompok usia jenjang pendidikan tersebut terhadap jumlah seluruh penduduk pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Sebagai contoh, APM

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG Kelompok Usia Se-kolah

Laki-laki Perempuan Total SD 101.48 104.37 102.91 SLTP 94.47 90.14 92.45 SLTA 59.04 64.62 61.76

(55)

SD/sederajat adalah proporsi jumlah murid SD/sederajat yang berusia 7-12 tahun terhadap

jum-lah penduduk yang berusia 7-12 tahun.

Tabel 3.5

Angka Partisipasi Murni Tahun 2012 (persen)

Sumber: BPS Kabupaten Sumedang

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai APM sejalan dengan APK, semakin tinggi jenjang pendidikan maka nilai APM pun semakin rendah. Sedikit perbedaannya berada pada nilai APM yang tentu lebih kecil dibandingkan APK karena pembagi pada APM dibatasi oleh kelompok usia yang sesuai dengan jenjang pendidikannya. Semakin menurunnya tingkat partisipasi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi kemungkinan disebabkan berbagai faktor. Salah satunya karena masih sulitnya bagi keluarga tidak mampu mengakses pendidikan lebih tinggi.

Kelompok Usia Sekolah

Laki-laki Perempuan Total

SD 95.55 95.24 95.39

SLTP 85.51 79.19 82.56 SLTA 59.04 53.06 56.13

(56)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 42

3.6 Ketenagakerjaan

Dipandang dari sudut pembangunan ekonomi, penduduk adalah sumber daya tenaga kerja yang sangat potensial untuk melakukan kegiatan ekonomi. Tenaga potensial dimaksud adalah mereka yang berada pada kondisi ‘usia kerja’. Penduduk usia kerja berpeluang besar melakukan kegiatan ekonomi di pasar kerja. Dengan kata lain, penduduk yang berada pada usia kerja merupakan usia produktif dalam menghasilkan output produksi.

Usia kerja yang dimaksud adalah usia 15 – 64 tahun sesuai dengan rekomendasi Internatioanl La-bour force Organitation (ILO). Tidak semua penduduk pada usia kerja tersebut termasuk dalam angkatan kerja, karena ada kelompok masyarakat pada usia kerja tersebut yang tidak terlibat dalam kegiatan eko-nomi seperti, karena sekolah, mengurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya yang tidak berkaitan dengan usaha/membantu menambah penghasilan rumah tangga.

Indikator yang sering digunakan untuk meli-hat perkembangan di bidang ketenagakerjaan adalah tingkat partisipasi angkatan kerja dan tingkat pen-gangguran terbuka. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (15 tahun ke atas). Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

TPAK Kabupaten Sum-edang pada tahun 2012 sebesar 63,13 % TPT Kabupaten Sum-edang tahun 2012 sebe-sar 7,42 %

(57)

(TPT) adalah perbandingan antara penduduk yang mencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Den-gan kata lain, TPAK berguna untuk mengukur se-berapa besar keterlibatan penduduk usia kerja yang masuk ke dalam dunia kerja, sedangkan TPT mengukur tidak terserapnya angkatan kerja oleh la-pangan kerja yang tersedia.

TPAK di Kabupaten Sumedang pada tahun 2012 mencapai 63,13 persen, hal ini berarti sebanyak 63,13 persen penduduk usia 15 tahun ke atas masuk ke dalam dunia kerja. Sisanya (36,87 persen) melaku-kan kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Dilihat dari jenis kelaminnya, capaian TPAK tersebut masih didominasi oleh penduduk laki-laki bahkan TPAK laki-laki hampir mencapai dua kali lipat TPAK perempuan.

Lain halnya dari sisi pengangguran (TPT), walaupun tingkat partisipasi angkatan kerja perem-puan lebih rendah dari laki-laki namun memiliki ca-paian TPT yang lebih besar dibandingkan TPT laki-laki. TPT laki-laki hanya sebesar 6,48 persen sedangkan TPT perempuan mencapai 9,24 persen.

(58)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 44

Tabel 3.6

TPAK dan TPT Kabupaten Sumedang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 (persen)

Sumber: BPS Kabupaten Sumedang

Berdasarkan lapangan pekerjaan, sektor pertanian masih mendominasi penyerapan tenaga kerja (36,40%). Sektor penyerap tenaga kerja terban-yak selanjutnya setelah pertanian adalah perdagan-gan (18,03%), kemudian sektor lainnya (17,00%), selanjutnya sektor Jasa (16,34%) dan terakhir adalah industri (12,22%).

Walaupun penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian paling mendominasi, namun sebenarnya dominasinya terus mengalami penurunan karena terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian setiap tahunnya. Apalagi adanya rencana pembangunan jalan Tol Cisumdawu, tentu lahan pertanian yang tersedia sampai saat ini akan berkurang cukup jauh karena alih fungsi menjadi jalan tol. Belum lagi minat masyarakat terhadap sektor pertanian yang terus menurun disebabkan insentif yang dihasilkan dari pertanian terlalu rendah, sedangkan pada sektor lain sedikit memberikan nilai

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG Indikator Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan TPAK 83,77 42,78 63,13 TPT 6,48 9,24 7,42

(59)

lebih. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian yang sangat serius, mengingat Indonesia merencanakan swasembada pangan. Ini menunjukkan bahwa tantangan untuk menjadi swasembada pangan menjadi jauh lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 3.7

Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Dan Jenis

kelamin Tahun 2012

Sumber: BPS Kabupaten Sumedang Keterangan:

*) Lainnya : Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas & Air, Bangunan, Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan , Tanah dan Jasa Perusahaan

3.7 Pengeluaran Rumah Tangga

Data tentang pendapatan rumah tangga sulit

Indikator Jenis kelamin Total Laki-laki Perempuan Pertanian 108.737 68.765 177.502 Industri 37.213 22.394 59.607 Perdagangan 52.920 35.011 87.931 Jasa 46.791 32.895 79.686 Lainnya *) 78.817 4.096 82.913 Jumlah 324.478 163.161 487.639 Rata-rata pengeluaran rumah tangga masyarakat kabupaten Sumedang tahun 2012 untuk konsumsi makanan sebesar 59,53% dan untuk non makanan sebesar 40,47%

(60)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 46

mengetahui pendapatan rumah tangga dilakukan melalui pengeluaran rumah tangga. Tingkat kese-jahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat dari be-sarnya konsumsi atau pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga. Peningkatan konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, terutama pengeluaran untuk bukan makanan, menunjukkan adanya pening-katan kesejahteraan rumah tangga yang bersangku-tan.

Pada kelompok masyarakat dengan pendapatan rendah, pengeluaran rumah tangganya sebagian besar digunakan untuk pengeluaran konsumsi makanan. Kelompok ini akan mendahulukan pengeluaran untuk kebutuhan makanan dibandingkan dengan kebutuhan non makanan. Seiring dengan meningkatnya pendapatan, biasanya akan terjadi pergeseran pola konsumsi pengeluaran. Persentase pengeluaran untuk makanan akan mengalami penu-runan dan persentase pengeluaran untuk non

makanan akan meningkat jika pendapatan rumah tangga juga meningkat.

Pada tabel berikut tampak bahwa pada golongan pengeluaran terendah (<Rp.150.000) konsumsi makanan mencapai 69,89 persen dan non makanan 30,11 persen. Pengeluran untuk makanan terus menurun seiring dengan meningkat-nya golongan pengeluaran. Sampai pada golongan pengeluaran tertinggi (Rp.500.000 lebih) konsumsi

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

(61)

untuk makanan hanya mencapai 55,79 persen dan untuk non makanan 44,21 persen. Hal ini terjadi karena ketika kebutuhan terhadap makanan sudah terpenuhi, maka masyarakat akan membelanjakan selisih pendapatannya kepada kebutuhan-kebutuhan bukan makanan seperti pengeluaran untuk kebutuhan perumahan dan aneka barang/jasa.

Tabel 3. 8

Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan

Di Kabupaten Sumedang (Bersambung)

Komoditi

Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan

< 150.000 150.000 - 199.999 N N (1) (2) (3) Padi-padian 37,89 27,21 Umbi-umbian 2,44 0,38 Ikan/cumi/kerang 4,59 3,43 Daging 0,78 2,46

Telur dan Susu 1,28 3,52

Sayur-sayuran 3,58 3,24

Kacang-kacangan 2,74 2,65

Buah-buahan 0,21 1,13

Minyak dan Lemak 2,82 2,60

Bahan Minuman 1,79 2,20

Bumbu-bumbuan 2,19 1,69

Konsumsi Lainnya 0,92 2,17

Makanan/Minuman jadi non alkohol 6,97 7,75

Tembakau dan Sirih 1,70 5,63

Konsumsi Makanan 69,89 66,07

Perumahan dan fasilitas rumah tangga 15,50 16,83

Aneka barang dan jasa 3,37 5,41

Biaya pendidikan 0,90 2,21

Biaya kesehatan 5,53 4,56

Pakaian, alas kaki dan tutup kepala 4,10 2,69

Barang tahan lama 0,39 0,18

Pajak, pungutan dan asuransi 0,27 0,50

Keperluan pesta dan upacara/kenduri 0,06 1,56

(62)

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 48

Tabel 3. 8

Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan

Di Kabupaten Sumedang (Bersambung)

GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG

Komoditi

Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan

200.000 - 299.999 300.000 - 399.999 N N (1) (4) (5) Padi-padian 24,41 19,99 Umbi-umbian 0,44 0,59 Ikan/cumi/kerang 3,72 4,04 Daging 1,96 2,67

Telur dan Susu 3,46 3,37

Sayur-sayuran 3,12 2,85

Kacang-kacangan 2,50 2,50

Buah-buahan 0,98 1,17

Minyak dan Lemak 2,51 2,62

Bahan Minuman 2,00 2,37

Bumbu-bumbuan 1,49 1,69

Konsumsi Lainnya 2,64 2,50

Makanan/Minuman jadi non alkohol 9,44 9,50

Tembakau dan Sirih 7,33 8,43

Konsumsi Makanan 66,00 64,30

Perumahan dan fasilitas rumah tangga 17,75 17,49

Aneka barang dan jasa 6,82 8,27

Biaya pendidikan 1,49 1,67

Biaya kesehatan 3,84 3,46

Pakaian, alas kaki dan tutup kepala 2,90 2,91

Barang tahan lama 0,46 0,83

Pajak, pungutan dan asuransi 0,64 0,84

Keperluan pesta dan upacara/kenduri 0,10 0,23

Konsumsi Non Makanan 34,00 35,70

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) aturan batas usia cakap hukum dalam hukum positif memiliki ketentuan yang berbeda-beda dalam menentukan kualifikasi usia

Teknik pencitraan juga tidak dilakukan untuk evaluasi kebanyakan pasien dengan nevus, namun dapat dipertimbangkan pada pasien nevus kongenital multipel

Pada router mikrotik menyediakan fitur security profile untuk mengkoneksikan jaringan wifi yang tersedia dan dapat di hubungkan kembali ke computer client atau access point,

Pada kelas yang proses pembelajaranya menggunakan metode ceramah plus mendapatkan nilai rata-rata yaitu sebesar 23,23 skor dari jumlah soal sebanyak 30 soal, dari

 KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 04/KB- KSD/KTG/2014 DAN NOMOR 671/38/2014 TENTANG

maka dari itu guru BK diharapkan untuk menata dirinya kembali dan memperkenalkan peran dirinya yang baru, yang sudah berbeda dengan sebelumnya dimana guru BK yang

Data yang disajikan dalam publikasi ini adalah Harga Konsumen tahun 2010 pada level Nasional yang dihitung dari rata-rata harga tertimbang setiap barang atau jasa dan peranan kota

Ketika pedati telah berada diujung paling kiri, maka pin GET_0_COUNTER akan bernilai satu sehingga ATTiny2313 sensorPedati akan melakukan proses reset counter (counter=0)