• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia (DepkesRI,1997).

Perkembangan dari seorang anak menjadi dewasa pasti melalui fase remaja. Pada fase ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial maupun psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi. Hal terakhir inilah yang akan berpengaruh pada keadaan gizi

seorang remaja ( Khomsan, 2003). Kualitas gizi generasi muda khususnya para remaja yang merupakan sumberdaya

bagi pembangunan manusia seutuhnya didalam meningkatkan kesehatan dan kualitas sumberdaya manusia sangatlah perlu untuk diperhatikan karena remaja merupakan golongan dalam masyarakat yang relatif jarang mendapat perlakuan di dalam program pembinaan gizi dan kesehatan. Padahal mereka sesungguhnya berada pada posisi transisi dari dunia anak-anak kedunia dewasa yang secara langsung atau tidak

(2)

langsung memerlukan pembinaan dari perkembangan jasmani, intelektual atau kognitif, mental, psikologi, dan sosial (Depkes RI, 1997).

Memiliki bentuk tubuh ideal pasti menjadi impian semua wanita khususnya remaja put eri. Dengan bentuk badan yang ideal, secara tidak langsung dapat meningkatkan kepercayaan diri, menunjang kesehatan, dan menjadi lebih energik. Jadi, upaya penurunan berat badan bukan untuk penampilan semata, tapi juga untuk mengembalikan vitalitas tubuh dan produktivitas seseorang (Sayogo, 2006).

Remaja adalah golongan individu yang sedang mencari identitas diri, mereka suka ikut-ikutan, dan terkagum-kagum pada idola yang berpenampilan menarik. Banyak remaja sering merasa tidak puas dengan penampilan dirinya sendiri. Apalagi kalau sudah menyangkut body image. Remaja ingin mempunyai postur tubuh sempurna seperti bintang film, penyanyi, peragawati. Mengenai body image, hampir 70% remaja wanita mempunyai keinginan untuk mengurangi berat badan karena merasa kurang langsing. Body image ini banyak dipengaruhi media massa. Iklan-iklan tentang berbagai metode penurunan berat badan sangat berperan dalam menarik kaum remaja, khususnya remaja puteri yang ingin langsing (Khomsan A, 2003).

Masa remaja adalah masa coba-coba dan ini termasuk dalam perilaku makan, dengan diiringi keinginan yang kuat dari remaja puteri untuk menurunkan berat badannya agar menjadi langsing (Saraswati, 2006) . Pada hasil penelitian Hana (2006), remaja puteri SMU di Sumatera Utara paling tidak sekali telah mencoba berdiet dan 40% berdiet karena ikut-ikutan dan secara sembarangan.

Pada masa remaja terjadi pertumbuhan yang pesat sehingga sangatlah diperlukan makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Disisi lain perilaku gizi yang salah

(3)

banyak dijumpai pada remaja. Adanya kecenderungan untuk mengikuti pola gaya hidup modern membuat remaja lebih memilih untuk berperilaku makan yang salah. Umumnya, jika remaja tahu berat badannya bertambah, maka mereka akan mengurangi porsi makan untuk menurunkan berat badan dan tidak sarapan pagi. Ada juga yang mengganti pola makan mereka dengan mengkonsumsi makanan yang tidak berlemak, dan rendah karbohidrat. Yang akan menimbulkan keadaan gizi mereka tidak seimbang, bahkan bisa menimbulkan gangguan kesehatan (Khomsan, 2003).

Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi remaja. Sarapan pagi mempuyai efek bermanfaat terhadap mood (sifat lekas marah dan kelelahan) remaja di pagi hari menjadi baik, dan sarapan membuat psikososial remaja menjadi lebih baik dibandingkan dengan remaja yang tidak sarapan pagi (Saraswati, 2006). Pada penelitian Tuti (2006) yang meneliti 3.000 remaja puteri SMU di Medan, menyebutkan sarapan membuat remaja menjadi lebih langsing. Remaja yang diteliti telah menurunkan berat badan hingga berat badan ideal dan mempertahankan selama 6 tahun menyempatkan sarapan pagi. Sarapan menjadi strategi pengontrolan berat badan remaja.

Kebanyakan remaja mempraktekkan diet yang salah. Hal ini terjadi karena pengaruh dari TV, media cetak, dan internet yang selalu memperlihatkan remaja-remaja khususnya perempuan yang memiliki body langsing, yang akan mempengaruhi remaja puteri untuk memiliki bentuk tubuh seperti yang dilihatnya pada TV, media cetak dan internet (Sayogo, 2006) . Remaja puteri memperoleh sumber informasi tentang diet sehat melalui TV, media cetak, internet, teman, dan keluarga, tetapi mereka tidak tahu cara penerapan yang benar. Dari TV seperti acara

(4)

reality show tentang kesehatan oleh dokter-dokter ahli gizi yang mengatakan bahwa untuk mendapatkan berat badan ideal haruslah mengubah pola makan dan mengurangi porsi makan. Banyaknya informasi-informasi dari majalah-majalah remaja dan internet yang menyajikan tips-tips cara berdiet untuk remaja dengan metode diet yang tepat dan cepat, yang akan mempengaruhi remaja untuk melakukan diet. Faktanya remaja puteri tidak tahu cara pelaksanaan diet sehat yang tepat dan benar. Mereka dengan cepat mengubah pola makan mereka dengan tidak mengkonsumsi nasi, gula, makanan berlemak, dan mengurangi porsi makan mereka dari biasanya. Mereka hanya mengkonsumsi buah dan sayuran saja. Padahal anjuran diet sehat yang benar tidak seperti yang dilakukan mereka, mereka hanya ingin memiliki badan yang langsing dengan cara yang instan/cepat tanpa memikirkan kesehatan dan kebutuhan gizi mereka. Informasi tentang diet dari teman dan keluarga juga bisa mempengaruhi remaja puteri untuk melakukan diet, dengan melihat teman-teman atau keluarga yang sedang melakukan diet keinginan remaja puteri untuk diet juga besar. Seharusnya jika ingin melakukan diet pada masa remaja jangan dilakukan sendiri, harus diawasi oleh dokter ahli gizi agar kebutuhan gizi remaja cukup dan tidak mengalami gangguan kesehatan (Saraswati, 2006).

Pada hasil penelitian Sayogo (2006), kasus Yulianti (17 tahun) ia memiliki berat badan 58 kg dengan tinggi badan 150 cm, yang seharusnya berat badan idealnya 45- 50 kg. Ia mulai menjalankan diet sejak 5 bulan lalu, ia berusaha tidak mengkonsumsi nasi/karbohidrat (diet anti karbohidrat). Setiap hari ia banyak mengkonsumsi buah dan sayuran dan hanya sekali saja makan nasi yaitu pada makan siang. Efek samping

(5)

yang timbul yaitu Yulianti gampang uring-uringan dan sering pusing. Dari kasus diatas tampak jelas diet yang dilakukan tidak sehat.

Pada wawancara ke beberapa siswa pada bulan November 2007 di SMU Dharmawangsa Medan, mereka berdiet karena faktor ikut-ikutan agar tubuh terlihat lebih indah seperti selebritis, selain itu ada yang mengatakan tidak percaya diri pada bentuk tubuh mereka, dan ada juga alasan mereka diet karena teman-temannya mengatakan tubuh mereka gemuk. Berdasarkan keterangan dari Kepala Sekolah SMU Dharmawangsa Medan, salah satu siswa pernah melakukan diet ketat yang akhirnya siswa tersebut dirawat di Rumah Sakit, karena melakukan diet yang tidak sehat. Oleh karena itu sangatlah penting untuk memperhatikan perilaku mereka didalam melakukan diet untuk mendapatkan tubuh yang ideal dan langsing agar kelihatan tampak cantik dan menarik tanpa mengabaikan faktor kesehatan. Untuk itu penulis ingin mengangkat suatu judul ”Perilaku Remaja Puteri Terhadap Diet Sehat di SMU Dharmawangsa Medan 2008”, sebagai judul penelitian.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana perilaku remaja puteri tentang diet sehat di SMU Dharmawangsa Medan tahun 2008”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku remaja puteri tentang diet sehat di SMU Dharmawangsa Medan tahun 2008.

(6)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja puteri tentang diet sehat di SMU Dharmawangsa Medan tahun 2008.

2. Untuk mengetahui sikap remaja puteri tentang diet sehat di SMU Dharmawangsa Medan tahun 2008.

3. Untuk mengetahui tindakan remaja puteri tentang diet sehat di SMU Dharmawangsa Medan tahun 2008.

4. Untuk mengetahui karakteristik responden meliputi tinggi badan dan berat badan 5. Untuk mengetahui sumber informasi diet sehat responden

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberi informasi bagi remaja puteri tentang diet sehat di SMU Dharmawangsa Medan tahun 2008.

2. Memberi informasi bagi instansi terkait seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan

3. Memberi informasi bagi remaja puteri lainnya 4. Memberi informasi bagi peneliti lain.

Referensi

Dokumen terkait

Howard dan Shay (dalam Rhendria Dinawan. 338) menjelaskan bahwa konsumen memiliki minat untuk melakukan pembelian setelah konsumen tersebut merasa tertarik setelah

Dari uraian-uraian yang telah peneliti paparkan dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah akuntabilitas kinerja himpunan

Selain hasil pengukuran konsentrasi partikel debu di plot contoh SR pada jarak 1000 m, hasil pengukuran plot-plot contoh lainnya yang menggunakan metode dan

Selain hak-hak khusus tersebut, pasien pengguna Jamkesmas juga mempunyai hak sama dengan pasien rumah sakit pada umumnya dan juga sebagai konsumen jasa rumah sakit yang telah

Kecenderungan peningkatan proses integrasi ekonomi dan moneter regional di berbagai belahan dunia pada dasarnya dilandasi oleh suatu konsep dasar, yakni bahwa manfaat yang

Pendampingan: Kegiatan pendampingan dilakukan sebagai tindak lanjut dari photo product dan content marketing yang telah di-upload di Instagram sehingga karyawan dan

Sampel yang diujikan pada penentuan kualitas asap cair atau cuka kayu pada penelitian ini adalah sampel yang mendapat nilai kuesioner terkecil dari 27 sampel

Selain dibutuhkannya kerja sama yang baik antar anggota tim, dibutuhkan juga komunikasi yang efektif, agar tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaan masing–masing tugas