• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang. muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang. muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHALUAN

A. Latar Belakang

Secara geologis letak wilayah Indonesia yang dilalui oleh jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif dan rawan terjadi bencana. Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia yang disebabkan oleh antara lain: gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, tanah longsor. Dengan adanya bencana alam masyarakat banyak kehilangan rumah, harta benda, kelaparan, kesehatan menurun, illiteracy, dan kehilangan mata pencaharian. Konsekuensi langsung akibat bencana, seperti kurangnya makanan dan air bersih, terpisah dengan keluarga dan komunitasnya, terbatasnya fasilitas bermain dan belajar serta kurangnya perlindungan dari keluarga (Nakamura 2005).

Merapi (ketinggian puncak 2.968 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Gunung ini sangat berbahaya

(2)

2

karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat padat. Kota Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Pada tanggal 25 Oktober sampai 30 November 2010 di Kabupaten sleman Provinsi Yogyakarta terjadi erupsi Gunung Merapi. Sebanyak lebih dari 353 orang meninggal, sekitar 450 orang mengalami cidera dan cukup banyak diantara mereka yang mengalami kecacatan fisik permanen (Bappenas, 2011). Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan adalah daerah yang paling parah terkena dampak erupsi gunung Merapi karena letaknya 10 km dari Merapi. Desa Kepuharjo menjadi dusun “mati” berselimut abu vulkanik pada saat erupsi. Kecamatan Cangkringan (4.779 ha) merupakan bagian dari Kabupaten Sleman yang terdiri dari lima desa yaitu Kepuharjo, Umbulharjo, Wukirsari, Argomulyo, dan Glagaharjo.

Dampak dari peristiwa meletusnya gunung Merapi yang paling menonjol adalah gangguan psikiatrik pasca bencana yang dapat terjadi berkepanjangan hingga 10 tahun ke depan bahkan akan terjadi gangguan pasca trauma sampai 30 tahun ke depan (Pitaloka, 2005). Terlebih aktivitas Gunung Merapi setelah mengalami Erupsi tahun 2010 kembali muncul sehingga menimbulkan stressor kembali. Anak-anak, wanita, dan lansia merupakan kelompok yang rentan mengalami trauma pasca bencana seperti mengalami depresi dan kecemasan. Karena anak-anak berada pada proses masa perkembangan baik fisik maupun mental, maka anak-anak merupakan individu yang rentan atau memiliki risiko

(3)

3

yang tinggi terhadap bahaya bencana (Veenema, 2007). Anak-anak memiliki kemampuan koping yang terbatas untuk menghadapi bencana sehingga mudah terekspos trauma (De Young, 2011). Bila dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak memiliki ketergantungan yang lebih kuat terhadap kestabilan pada aktivitas keseharian dan lingkungan, anak-anak juga lebih rentan terhadap konsekuensi langsung akibat bencana, seperti kondisi pengungsian yang tidak nyaman, kedinginan, terpisah dari keluarga dan komunitasnya, terbatas fasilitas bermain dan belajar (Nakamura, 2005). Adanya perpindahan dari balai pengungsian ke hunian sementara lalu ke hunian tetap menimbulkan stressor tambahan bagi anak-anak. Berpindahnya seseorang dari tempat asal atau relokasi dapat menimbulkan kesulitan dalam mempertahankan aktivitas, hubungan interpersonal, produktivitas ataupun struktur sosial (Taiban, 2013). Setelah Erupsi aktivitas ekonomi dan sosial warga juga berubah, warga yang awalnya bekerja sebagai petani berubah menjadi penambang pasir yang menguntungkan sehingga orang tua lebih sibuk bekerja dibandingkan menemani putra putrinya di rumah mencurahkan kasih sayang.

Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) 2015 mempunyai visi: anak Indonesia yang sehat, tumbuh dan berkembang, terlindungi, dan aktif berpartisipasi. PBNAI berfokus pada 4 program pokok yaitu bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang perlindungan anak, dan bidang penanggulan HIV/AIDS (Santika, 2007). Depresi pada anak-anak merupakan masalah kesehatan yang utama (Samm,et al., 2008). Sumarni (2007) menemukan bahwa pada anak-anak TK pasca gempa bumi Kabupaten Sleman terdapat 12,5%

(4)

4

mengalami depresi ringan, 47% depresi sedang, dan 40,5% mengalami depresi yang membutuhkan pertolongan psikolog dan psikiater. Mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis mengakibatkan terjadinya pelecehan seksual, kekerasan fisik, pelecehan emosional, cedera fisik, penurunan konsentrasi, dan pengabaian (Gail, 2012). Adanya depresi pada anak-anak sangat mempengaruhi konsentrasi belajar yang berkaitan dengan kemampuan belajar, berkomunikasi, bersosialisasi dan beradaptasi (Hornor, 2012). Watson (2007) menemukan bahwa 47% pasca bencana alam siswa mengalami penurunan prestasi akademi.

Berdasarkan hasil wawancara studi pendahuluan yang dilakukan pada Juli 2013, peneliti mewawancarai 8 warga huntap Pagerjurang diperoleh keterangan bahwa anak usia prasekolah banyak yang tinggal di Huntap Pagerjurang dan bersekolah di TK PKK Kuncup Mekar. Selanjutnya peneliti mewawancarai 4 guru TK dan 15 wali murid diperoleh keterangan bahwa adanya perilaku murid-murid yang agresif, nakal, penakut, cengeng, kurang percaya diri, jahil, takut jika mendengar suara petir, takut jika mendengar suara batu yang diturunkan dari truk, nglendot dengan orang tua, lambat dalam menyelesaikan tugas sekolah, tiga orang siswa ada yang harus tinggal kelas karena belum mampu menguasai pelajaran, melamun ketika guru sedang memberikan pelajaran.

Hasil wawancara yang dilakukan pada Desember 2013 di Huntap Karangkendal pada kepala dukuh Pelemsari dan 5 warga huntap tersebut didapatkan informasi bahwa anak usia prasekolah banyak tinggal di Huntap Karangkendal dan bersekolah di TK Balong. Lalu peneliti mewawancarai 6 guru TK dan 13 wali murid diperoleh keterangan bahwa siswa sering melamun ketika

(5)

5

guru memberikan pelajaran, nakal, penakut, agresif, cengeng, kurang percaya diri, lambat dalam menyelesaikan tugas sekolah, takut jika ada petir, takut jika mendengar suara batu yang diturunkan dari truk, nglendot dengan orang tua. Dari hasil pengamatan peneliti di kedua TK tersebut banyak orang tua yang menunggu anaknya ketika bersekolah dan ketika guru memberikan pelajaran anak-anak menengok ke jendela untuk memastikan orang tua mereka masih menunggu akibatnya siswa tidak fokus dengan pelajaran.

Konsentrasi merupakan aspek yang penting dalam kehidupan manusia, terutama anak-anak. Hal ini berkaitan dengan pemfokusan perhatian pada suatu objek sehingga dapat memahami dan mengerti objek yang diperhatikan. Jika anak-anak tidak dapat berkonsentrasi perhatiannya akan mudah beralih dari suatu objek ke objek yang lain dengan demikian kurang mampu memahami objek secara utuh. Anak-anak yang konsentrasinya terganggu mengalami kesulitan untuk memfokuskan perhatiannya dan menyelesaikan tugas secara terus menerus. Proses pembelajaran membutuhkan konsentrasi, oleh karena itu setiap anak dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah diharapkan dapat berkonsentrasi dengan baik agar tercapai perkembangan yang sehat dan mampu mengembangkan potensi diri secara optimal.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru TK, belum ada penanganan

untuk meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar siswa. Salah satu

penanggulangan penurunan konsentrasi belajar pasca erupsi Merapi adalah dengan permainan berbasis kearifan budaya lokal. Hasil penelitian Sumarni (2012) menyatakan bahwa permainan berbasis kearifan budaya lokal dapat

(6)

6

membangkitkan semangat hidup, menurunkan depresi, meningkatkan kualitas tidur akibat bencana alam. Bermain merupakan elemen dasar yang selalu ada dalam kehidupan manusia, terutama anak-anak. Menurut Huizinga manusia adalah Homo Ludens, artinya manusia yang bermain. Aktivitas bermain dilakukan manusia untuk tujuan menyempurnakan kehidupannya. Menurut Huizinga, permainan diartikan sebagai lebih dari sekedar fenomena fisiologis atau reaksi psikologis, tetapi suatu permainan memiliki makna signifikan yang menjadi dasar kebudayaan dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan fisik dan daya seleksi. Permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut. Hal ini karena bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih menarik daripada hasil yang didapatkannya. Aktivitas fisik memiliki dampak yang menguntungkan pada aspek sensori-motorik maupun kognitif yaang berfungsi selama proses perkembangan anak (Ellemberg, 2010).

Permainan tradisional memiliki nilai kearifan lokal tinggi. Pengetahuan lokal merupakan pengetahuan eksplisit yang muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama dengan masyarakat dan lingkungan dalam sistem lokal yang telah berpengalaman bersama. Permainan tradisional Yogyakarta seperti

cublak-cublak suweng, jamuran, jaranan, engklek/sudamanda, dakon, bekel dan

sebagainya masih digemari oleh anak-anak namun sebagian juga ada yang tidak tahu karena lebih memilih permainan yang lebih modern seperti mobil-mobilan. Sisi positif yang dapat diperoleh dari berbagai permainan tradisional adalah

(7)

7

munculnya kreativitas, inisiatif, menampilkan kegembiraan, gerak tubuh ekspresif, mengurangi stress, mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, kejujuran sikap, tanggung jawab atas tata aturan, disamping juga melatih tingkat kecerdasan. Tsai (2013) memaparkan reviewnya bahwa antara tahun 2002 sampai 2011 ada sebanyak 77 tesis master dan 9 disertasi doktoral yang membahas tentang terapi bermain terhadap anak-anak dan dewasa di Taiwan. Dari 24 penelitian yang membahas tentang intervensi terapi bermain individu (individual play therapy), sesi intervensi yang diaplikasikan adalah 8-22 sesi, rata-rata 15 sesi dan median 15,5 sesi. Lamanya setiap sesi bermain individu dalam rentang 35-60 menit, dengan rata-rata 43 menit dan median 40 menit. Untuk durasi keseluruhan sesi bermain individu yang digunakan adalah 320-1200 menit, dengan rata-rata 669 menit dan median 615 menit.

Kemudian, Tsai (2013) juga mereview 19 penelitian yang membahas terapi bermain kelompok (group play therapy). Satu penelitian memberikan intervensi terapi bermain kelompok dalam satu hari penuh di akhir minggu (weekend), sedangkan 18 penelitian yang lain memberikan intervensi terapi bermain kelompok dengan variasi sesi. Delapan belas penelitian tersebut mempunyai 6-32 sesi, dengan rata-rata 16 sesi dan median 14,5 sesi. Durasi setiap sesi antara 30-120 menit, rata-rata 51 menit dan median 50 menit. Untuk durasi keseluruhan sesi antara 300-1280 menit dengan rata-rata 741 menit dan median 735 menit. Frekuensi terapi bermain anak yang digunakan dalam 47 penelitian adalah 1 kali seminggu, 2 kali seminggu, 3 kali seminggu dan 4 kali seminggu.

(8)

8

Hasil penelitian Iswinarti (2010) menunjukan bahwa nilai kesehatan mental

yang baik pada permainan engklek, seperti: membantu anak untuk

mengkomunikasikan perasaannya secara efektif dengan cara yang alami dan pelatihan konsentrasi. Prosedur permainan engklek, berpikir tentang strategi bermain yang tepat memberi kesempatan pada anak untuk bergerak yang memungkinkan anak belajar melatih konsentrasinya. Penelitian Apriani (2012) menyebutkan bahwa melalui permainan tradisional engklek mampu meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Motorik kasar merupakan bagian dari aspek konsentrasi belajar yaitu psikomotor yang berupa gerakan anggota badan yang sesuai petunjuk.

Berdasarkan uraian di atas yaitu tentang kondisi anak pasca bencana yang mengalami penurunan konsentrasi belajar sehingga prestasi sekolah menurun, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh permainan berbasis kearifan budaya lokal terhadap perilaku kemampuan konsentrasi belajar di Huntap Cangkringan pada saat sebelum dan sesudah melakukan aktifitas bermain yang dituangkan dalam karya tulis ilmiah dengan judul: Pengaruh Permainan Berbasis Kearifan Budaya Lokal Terhadap Perilaku Kemampuan Konsentrasi Belajar Siswa Taman Kanak-Kanak di Huntap Cangkringan.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh permainan kearifan budaya lokal terhadap perilaku kemampuan konsentrasi belajar siswa taman kanak-kanak di Huntap Cangkringan, Sleman, Yogyakarta”

(9)

9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian permainan kearifan budaya lokal terhadap perilaku kemampuan konsentrasi belajar siswa taman kanak-kanak di Huntap Cangkringan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perbedaan perilaku kemampuan konsentrasi belajar siswa taman kanak-kanak di Huntap Cangkringan sebelum dan sesudah dilakukan permainan kearifan budaya lokal pada kelompok intervensi

b. Mengetahui perbedaan perilaku kemampuan konsentrasi belajar siswa taman kanak-kanak di Huntap Cangkringan sebelum dan sesudah dilakukan permainan kearifan budaya lokal pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

c. Mengetahui gambaran perilaku kemampuan konsentrasi belajar siswa taman kanak-kanak di Hunian Tetap Cangkringan Sleman dilihat dari setiap aspek.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas ilmu pengetahuan tentang pengaruh permainan kearifan budaya lokal terhadap perilaku kemampuan konsentrasi belajar siswa taman kanak-kanak.

(10)

10 2. Praktis

a. Orang Tua di Huntap Cangkringan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada orang tua dan guru taman kanak-kanak bahwa permainan kearifan budaya lokal merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perilaku kemampuan konsentrasi belajar siswa.

b. Perawat Anak dan Komunitas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada perawat anak dan komunitas di Huntap Cangkringan untuk berkolaborasi meningkatkan perilaku kemampuan konsentrasi belajar siswa taman kanak-kanak melalui media permainan kearifan budaya lokal; perawat diharapkan memperhatikan tumbuh kembang anak di daerah pasca bencana; perawat diharapkan mampu meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang berhubungan dengan tumbuh kembang pada kelompok rentan terutama anak-anak.

c. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian sesuai kaidah yang berlaku; penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh pengamatan peneliti dan penelusuran oleh peneliti, penelitian mengenai pengaruh bermain berbasis kearifan budaya lokal terhadap perilaku

(11)

11

kemampuan konsentrasi belajar siswa taman kanak-kanak di Huntap Cangkringan belum pernah dilakukan, tetapi ada penelitian yang hampir sama, diantaranya:

1. Aini (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Penggunaan Teknik

Relaksasi Untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak Kelas B Taman Kanak-Kanak Terate Pandian Sumenep”. Penelitian Aini merupakan penelitian

eksperimental dengan menggunakan desain eksperimental murni (true

exsperimental design) bentuk pretest-posttest control group design. Subyek penelitian Aini adalah siswa kelas B (usia 5-6 tahun) di TK Terate Pandian Sumenep Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 20 orang. Instrumen yang digunakan Aini adalah perilaku kemampuan konsentrasi belajar dengan rating scale. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermanfaat kemampuan konsentrasi belajar anak antara sebelum mendapatkan intervensi dan setelah mendapatkan intervensi.

Persamaan penelitian Aini dengan penelitian ini terletak pada kemampuan konsentrasi belajar sebagai variabel terikatnya. Instrumennya menggunakan perilaku kemampuan konsentrasi belajar dan subyeknya sama-sama siswa taman kanak-kanak.

Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, yaitu penelitian Aini bertempat disuatu TK komunitas umum di Sumenep sedangkan penelitian ini bertempat di TK komunitas pasca bencana alam di Yogyakarta. Intervensi yang diberikan oleh Aini adalah teknik relaksasi sedangkan penelitian ini memberikan permainan berbasis kearifan budaya lokal, seperti menyanyi lagu dolanan anak, menari dan melakukan permainan tradisional sebagai intervensi.

(12)

12

2. Werdiningsih (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Humor Permainan Kearifan Budaya Lokal Terhadap Kualitas Tidur Pada Lanjut Usia Dengan Depresi di Hunian Sementara Gondang I Sleman Yogyakarta”. Penelitian

Werdiningsih merupakan penelitian kuantitatif dengan metode quasi

experimental, dan rancangan pre-test and post-test control group design. Subyek dalam penelitian Werdiningsih adalah lansia korban letusan Gunung Merapi yang tinggal di Huntara Gondang I dengan usia ≥60 tahun, dengan jumlah 113 lansia yang telah memenuhi kriteria. Instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut meliputi kualitas tidur, depresi, dan fungsi kognitif. Kualitas tidur diukur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang telah diadaptasi dalam Bahasa Indonesia (Saputri,2009) dan Bahasa Jawa (Widyarani, 2010). Instrumen Geriatric Depression Scale (GDS) untuk mengukur tingkat depresi lansia yang dibuat oleh Brink & Yesavage dan telah diadaptasi dalam Bahasa Jawa

(Gunawan, 2011). Instrumen The Mini Mental State Examination (MMSE)

sebagai instrument skrining untuk mengukur fungsi kognitif. Hasil penelitian Werdiningsih menunjukan bahwa ada perbaikan kualitas tidur pada kelompok intervensi yang sebelum intervensi termasuk dalam kualitas tidur yang buruk. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kategori kualitas tidur antara saat pretest dan post test.

Persamaan penelitian Werdiningsih dengan penelitian ini adalah lokasi penelitian yang merupakan daerah pasca bencana atau pasca erupsi Gunung Merapi.

(13)

13

Perbedaan penelitian Werdiningsih dengan penelitian ini adalah intervensi yang digunakan. Werdiningsih menggunakan humor permainan kearifan budaya lokal, meskipun dalam penelitian ini intervensinya hampir sama yaitu permainan kerifan budaya lokal.

3. Sulistyowati (2010) melakukan penelitian “Perbedaan Asupan Makan, Status

Gizi dan Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Dengan School

Feeding dan Non-School Feeding”. Penelitian Sulistyowati merupakan penelitian cross sectional. Subjek penelitian ini adalah siswa berumur 10-12 tahun dengan jumlah siswa masing-masing di school feeding dan tanpa school feeding sebanyak 27 siswa. Sulistyowati menggunakan instrumen tingkat konsentrasi Tes Bourdon, Digit Simbol, Tes Angka Acak dan mengukur status gizi dengan form Food Recall 3x24 jam, microtoise, timbangan. Berdasarkan hasil penelitian Sulistyowati menunjukan perbedaan yang signifikan, yaitu tingkat konsentrasi belajar siswa di sekolah dengan school feeding lebih baik daripada sekolah non-school feeding. Persamaan penelitian Sulistyowati dengan penelitian ini adalah variabel terikatnya, yaitu konsentrasi belajar. Perbedaan penelitian Sulistyowati dengan penelitian ini adalah jenis penelitiannya, penelitian Sulistyowati merupakan penelitian cross sectional dan penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang memberikan intervensi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah usia prasekolah (3-6 tahun), sedangkan penelitian Sulistyowati usia 10-12 tahun

Referensi

Dokumen terkait

1) Pasar internal. Pasar internal disebut juga pasar nasional. Pasar ini dibedakan menjadi: pasar domestik dan pasar asing. Pasar domestik merupakan pasar

Dari pengalaman sebelumnya dan dengan mengobservasi orang lain, manusia belajar untuk melakukan perilaku-perilaku yang mereka harapkan akan menghasilkan pencapaian

Hasil yang didapat menunjukkan bahwa ekstrak yang didapat melalui metode soxhletasi dan dipekatkan dengan oven selama 1 jam dengan suhu 100 ⁰ C memiliki aktivitas

terukur. BBPP Kupang sebagai instansi pemerintah wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dalam bentuk Laporan Kinerja. Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

Karena saya memberikan kesempatan besar untuk anda. Penyimpangan pada kalimat di atas ditandai dengan kata ganti orang pertama atashi yang diucapkan oleh penutur pria

Gambar 10. Jawaban siswa MW Gambar 9. Jawaban siswa AH.. Setelah peneliti selesai memeriksa hasil pekerjaan tes akhir siswa pada siklus I, maka peneliti melakukan wawancara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan atau intensitas cahaya 50% signifikan lebih baik dari pada 100% cahaya terhadap pertumbuhan tinggi tanaman,

Peningkatan pengeluaran pada laporan biaya lingkungan berdasarkan kategori dapat mengurangi permasalahan perusahaan diantaranya, jumlah karyawan yang mengalami