• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dividen

2.1.1 Pengertian Dividen

Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai. Menurut Skoesen et al (2001:757), “dividen adalah pendistribusian laba secara proporsional kepada para pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya”. Distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi kepada pemegang sahamnya disebut sebagai dividen tunai. Biasanya sebuah korporasi harus memenuhi 3 kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar dividen tunai, yaitu:

a. laba ditahan yang mencukupi, b. kas yang memadai,

c. tindakan formal dari dewan komisaris.

Intinya sebuah korporasi bisa membayar dividen jika laba korporasi tersebut cukup untuk operasi tahun berikutnya serta tidak mempunyai kendala dalam keuangan apabila pembayaran dividen dilakukan.

(2)

2.1.2 Jenis Dividen

Ada beberapa jenis dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham, jenis dividen menurut Dyckman (2001:439), adalah sebagai berikut :

a. dividen kas; yaitu distibusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi kepada pemegang saham,

b. dividen properti; yaitu dividen dalam bentuk aktiva non kas, berupa sekuritas perusahaan lain yang memiliki perseroan, real estate, barang dagang, atau setiap aktiva non kas lainnya,

c. dividen saham; yaitu distribusi proporsional atas tambahan saham biasa atau saham preferen perseroan kepada pemegang saham, d. dividen likuidasi; yaitu pengembalian tambahan modal disetor dan

bukan modal ditahan,

e. dividen skrip atau wesel; yaitu dividen yang diberikan dalam bentuk wesel promes kepada pemegang saham dimana kondisi perseroan mengalami kekurangan kas.

Dari jenis dividen diatas para investor menyukai dividen kas karena bersifat uang tunai, jika dibandingkan dengan dividen lain seperti dividen saham yang pembagiannya berjenis saham atau dividen properti yang pembagiannya berjenis surat berharga atau aktiva non-kas.

2.1.3 Prosedur Pembayaran Dividen

Tanggal yang berkaitan dengan dividen adalah declaration date, date of record, ex-dividend date, dan date of payment.

a. Declaration date, merupakan tanggal dimana dewan direksi mengumumkan dividen. Pada tanggal ini, pembayaram dividen akan merupakan kewajiban yang legal dari korporasi.

(3)

b. Date of record, merupakan tanggal dimana pemegang saham berhak untuk menerima dividen.

c. Ex-dividend date, merupakan tanggal dimana hak atas dividen lepas dari saham. Hak atas dividen dari saham sampai 4 hari sebelum date of record.

d. Date of payment, merupakan tanggal dimana korporasi akan membayar dengan membagikan cheque dividen kepada pemegang saham.

Prosedur pembagian dividen berkaitan erat dengan tanggal atau waktu dikarenakan perusahaan dan para pemegang saham atau investor sama – sama telah menentukan jadwal.

2.1.4 Kebijakan Dividen

2.1.4.1 Pengertian Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan keputusan pembayaran dividen yang mempertimbangkan maksimalisasi harga saham saat ini dan periode mendatang. Atmaja (1994:351) menyatakan bahwa:

Manajemen mempunyai dua alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak perusahaan, pertama, dibagi kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen, kedua, diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan. Pada umumnya pendapatan bersih dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi kembali diinvestasikan. Artinya, manajemen harus membuat keputusan tentang dividen, inilah yang disebut kebijakan dividen.

(4)

2.1.4.2 Kebijakan Dividen bagi Perusahaan

Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Menurut Tampubolon (2005:183), “kebijakan dividen korporasi sangat penting untuk menjaga kepentingan investor dan kepentingan korporasi dalam hal program keuangan dan capital budgeting korporasi, cash flow perusahaan, dan nilai modal saham perusahaan".

a. Menjaga kepentingan investor sebagai pemegang saham. Investor atau pemegang saham tidak mempunyai opini yang negative tentang korporasi, seandainya dividen dipotong karena keterkaitan antara potongan tersebut dengan persoalan keuangan korporasi. Dengan demikian kebijaksanaan keuangan korporasi dari pihak manajemen harus mampu meyakinkan serta memberi jaminan akan tercapainya tujuan-tujuan bagi pemegang saham.

b. Kebijaksanaan dividen akan mempengaruhi program keuangan dan capital budgeting korporasi tersebut.

c. Kebijakan dividen akan mempengaruhi cash flow korporasi. Suatu korporasi dengan likuiditas rendah akan dipaksa untuk membatasi pembayaran dividen.

d. Kebijakan dividen dapat menurunkan nilai modal saham korporasi karena dividen akan dibayarkan dari laba yang ditahan sehingga akan meningkatkan utang/modal rasio korporasi.

Tampubolon (2005:186) menyatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah sebagai berikut :

a. tingkat pertumbuhan korporasi, b. keterikatan dalam rapat,

c. profitability, d. stabilitas laba, e. kontrol perbaikan,

f. memahami pengungkit keuangan, g. kemampuan untuk kondisi eksternal, h. ukuran dan umur korporasi.

(5)

Perusahaan dapat menentukan kebijakan mana yang sesuai untuk mereka gunakan dalam pebagian dividen dengan cara membandingkan kebijakan dividen dengan faktor – faktor diatas.

2.1.4.3 Jenis Kebijakan Dividen

Menurut Indriyo dan Basri (2002:231), secara umum kebijakan dividen yang ditempuh perusahaan adalah salah satu dari 3 kebijakan dibawah ini.

a. Stable Dividend policy, pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang makin menurun. Jadi, besarnta dividen yang dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income.

b. Fluctuating Dividend Policy, pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan mendasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode, apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang akan dibayarkan relatif tinggi, juga sebaliknya.

c. Kombinasi Stable Dividend Policy dan Flactuating Dividend Policy, pada kebijaksanaan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian lain bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan laba, para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap dan apabila didapatkan keuntungan dari hasil operasinya maka didapatkan bagian dividen dari keuntungan tersebut.

Semua kebijakan dividen punya kesesuaian masing – masing tergantung pada perusahaannya. Jadi setiap perusahaan harus bisa menentukan kebijakan mana yang paling sesuai dengan perusahaan mereka.

(6)

2.1.4.4 Teori kebijakan dividen

Ada beberapa teori tentang kebijakan dividen yang dikemukan oleh Dr. Dermawan Sjahrial, M.M. (2002:312) seperti dibawah ini.

a. Teori “Dividen Tidak Relevan”

Nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya persentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai atau DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak atau EBIT (Earning Before Interest and Tax) dan kelas resiko perusahaan. Jadi dividen adalah tidak relevan. Pernyataan ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah seperti :

1) pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional. Prakteknya sulit ditemui pasar modal yang sempurna,

2) tidak ada biaya emisi saham baru. Kenyataannya biaya emisi saham baru (flotation costs) itu pasti ada,

3) tidak ada pajak. Kenyataannya pajak pasti ada,

4) kebijakan investasi perusahaan tidak berubah. Prakteknya kebijakan investasi perusahaan pasti berubah.

b. Teori “The Bird In The Hand

Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika DPR (Dividend Payout Ratio) rendah karena investor lebih suka menerima dividen dibanding capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti daripada capital gains yield.

c. Teori Perbedaan Pajak

Suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap dividen dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak dengan alasan :

1) keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada untuk pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba di dalam perusahaan,

2) pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, Karena adanya nilai efek waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini,

3) jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal

(7)

yang terutang, ahli waras dapat terhindar dari pajak keuntungan modal.

d. Teori “Signaling Hypothesis

Bukti empiris menyebutkan bahwa jika ada kenaikan dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen daripada capital gain. Menurut Modigliani dan Miller, kenaikan dividen biasanya merupakan suatu “signal (tanda)” kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang dibawah normal (biasanya) diyakini investor sebagai pertanda (signal) bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang.

e. Teori “Clientele Effect”.

Teori ini menyatakan bahwa kelompok (Clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu DPR yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanjut usia dikenakan pajak lebih ringan) karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Demikian maka kelompok pemegang saham yang dikenakan pajak tinggi lebih menyukai capital gains pula sebaliknya.

2.1.4.5Indikator Kebijakan Dividen

Menurut Warsono (2003:275), “indikator yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen ada dua, yaitu hasil dividen (Dividend Yield) dan rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio)”. Dividend Yield adalah suatu rasio yang menghubungkan suatu dividen yang dibayar dengan harga saham biasa. Dividend yield menyediakan suatu ukuran komponen pengembalian total yang

(8)

dihasilkan dividen, dengan menambahkan apresiasi harga yang ada. Beberapa investor menggunakan dividend yield sebagai suatu ukuran resiko dan sebagai suatu penyaring investasi, yaitu mereka akan berusaha menginvestasikan dananya dalam saham yang menghasilkan dividend yield yang tinggi. Dividen yield secara matematis diformulasikan sebagai berikut dibawah ini.

Dividend Yield =𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑙𝑙𝑑𝑑𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑙𝑙ℎ𝑙𝑙𝑙𝑙

ℎ𝑙𝑙𝑝𝑝𝑎𝑎𝑙𝑙 𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑙𝑙𝑑𝑑𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑙𝑙ℎ𝑙𝑙𝑙𝑙

× 100%

Indikator kedua yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio). Besar atau kecilnya payout rasio ditentukan oleh kebijakan dividen suatu perusahaan. Dividend Payout Ratio lebih populer digunakan sebagai indikator kebijakan dividen dibandingkan dengan Dividend Yield. Menurut warsono (2003:275), “Dividend Payout Ratio merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa”.

Dividend Payout Ratio =𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑙𝑙𝑑𝑑𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑙𝑙ℎ𝑙𝑙𝑙𝑙

𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝑝𝑝𝑑𝑑𝑝𝑝 𝑙𝑙𝑑𝑑𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑙𝑙ℎ𝑙𝑙𝑙𝑙

× 100%

2.2 Return On Investment (ROI)

Warsono (2003:37) mengemukakan bahwa “profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan perusahaan. Rasio keuangan yang lainnya hanya berguna untuk menilai keefektifan operasi perusahaan, tetapi

(9)

rasio profitabilitas (profitability ratio) menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil operasi”. Return on Investment adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksud untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan agar menghasilkan keuntungan.

Sawir (2001:19) menyatakan bahwa “Return on Asset (ROA) sering disamakan sebagai Return on Investment dengan pengertian bahwa rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola aset secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan”. Berdasarkan beberapa uraian tersebut maka Return on Investment merupakan salah satu alat pengukur prestasi pusat investasi perusahaan dengan melihat tingkat profitabilitas perusahaan yang dihasilkan atas pengelolaaan keseluruhan investasi yang telah ditanamkan.

Syamsudin (2007:74), secara matematis ROI dirumuskan :

ROI = 𝐿𝐿𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝐵𝐵𝑑𝑑𝑝𝑝𝑠𝑠𝑑𝑑 ℎ𝑆𝑆𝑑𝑑𝑆𝑆𝑑𝑑𝑙𝑙𝑙𝑙 ℎ𝑃𝑃𝑙𝑙𝑃𝑃𝑙𝑙𝑃𝑃

𝑇𝑇𝑇𝑇𝑆𝑆𝑙𝑙𝑙𝑙 𝐴𝐴𝑃𝑃𝑆𝑆𝑑𝑑𝑑𝑑𝑙𝑙

× 100%

2.3 Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan suatu laporan yang menyajikan informasi aliran arus kas masuk dan keluar bersih pada periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Aliran kas diperlukan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya untuk memenuhi kewajiban perusahaan sehingga

(10)

dapat diketahui adanya perubahan aktiva lancar dan utang lancar. Laporan arus kas menjelaskan perubahan jumlah kas atau setara kas dalam periode tertentu. Dalam laporan arus kas, penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan menurut tiga kategori utama, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.

Kegunaan informasi arus kas adalah untuk memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dari berbagai perusahaan. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksidan peristiwa yang sama.

Laporan arus kas terdiri dari tiga aktivitas. 2.3.1 Arus kas dari aktivitas operasi

Aktivitas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Kas ini diperoleh dari penjualan, penerimaan piutang, dan untuk

(11)

pembayaran hutang usaha, pembelian barang, dan biaya – biaya lainnya. Selain pendapatan dan beban yang disajikan dalam laporan laba rugi, aktivitas operasi juga meliputi arus kas masuk dan keluar bersih yang berasal dari aktivitas operasi yang terkait, seperti pemberian kredit kepada pelanggan, investasi dalam persediaan, dan perolehan kredit dari pemasok. Aktivitas operasi terkait dengan pos – pos laporan laba rugi dan pos – pos operasi dalam neraca, umumnya pos modal kerja seperti piutang, persediaan, pembayaran dimuka, utang dan beban akrual. Aktivitas operasi juga meliputi transaksi dan peristiwa yang tidak cocok dikelompokkan dalam aktivitas investasi atau pendanaan.

Jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi dapat dihitung dan dilaporkan dengan menggunakan salah satu dari dua metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam metode langsung kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan, sedangkan dalam metode tidak langsung, laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan di masa depan, dan juga unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Kedua metode tersebut menghasilkan jumlah yang sama, yaitu jumlah arus kas bersih yang disediakan oleh arus kas operasi.

(12)

Ikatan Akuntan Indonesia secara khusus mengatur arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan. PSAK No. 2 (IAI, 2007) menyatakan bahwa bunga yang dibayar dan bunga serta dividen yang diterima oleh lembaga keuangan biasanya diklasifikasikan sebagai arus kas operasi. Namun demikian, bagi perusahaan lain belum ada kesepakatan mengenai klasifikasi arus kas ini. Bunga yang dibayarkan dan bunga serta dividen yang diterima dapat diklasifikasikan sebagai arus kas operasi karena mempengaruh laba dan rugi bersih. Sebagai alternatif, bunga yang dibayar dan bunga serta dividen yang diterima dapat diklasifikasi, masing – masing sebagai arus kas pendanaan, dan arus kas investasi karena merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan atau sebagai hasil investasi (Return On Investment). Dividen yang dibayar dapat diklasifikasikan sebagai arus kas pendanaan karena merupakan biaya perolehan sumber daya keuangan. Sebagai altenatif, dividen yang dibayar dapat diklasifikasikan sebagai komponen arus kas dari aktivitas operasi dengan maksud membantu para pengguna laporan arus kas dalam menilai kemampuan perusahaan membayar dividen dari arus kas operasi.

2.3.2 Arus kas dari Aktivitas Investasi

Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Dalam aktivitas ini, kas berasal dari penjualan aktiva tetap atau investasi pada saham atau obligasi. Aktivitas investasi yang utama adalah pembelian dan penjualan

(13)

tanah, bangunan, peralatan, dan aktiva lainnya yang tidak dibeli untuk dijual kembali. Aktivitas investasi juga termasuk pembelian dan penjualan instrument keuangan yang tidak ditujukan untuk diperdagangkan, seperti halnya memberi dan menagih pinjaman. Aktivitas – aktivitas tersebut terjadi secara rutin dan menyebabkan adanya penerimaan dan pengeluaran kas, tetapi tidak dikelompokkan sebagai aktivitas operasi karena hanya berhubungan secara tidak langsung dengan aktivitas operasi bisnis yang berjalan.

2.3.3 Arus kas dari Aktivitas Pendanaan

Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta kompetisi modal dan pinjaman perusahaan. Dalam aktivitas ini, kas berasal dari setoran modal, hutang jangka panjang, laba ditahan yang dikonversi ke dalam modal dan untuk pengembalian modal, pembayaran dividen, dan pembayaran pokok hutang bank. Termasuk dalam aktivitas pendanaan adalah transaksi dan kejadian dimana kas diperoleh dari dan dibayarkan kembali kepada para pemilik (pendanaan dengan ekuitas atau modal) dan para kreditor (pendanaan dengan utang). Contohnya kas yang dihasilkan dari penerbitan saham dan obligasi akan diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.

Sifat aktivitas pendanaan adalah sama, apa pun jenis industrinya, tetapi aktivitas operasi dan aktivitas investasi berbeda untuk masing – masing jenis industri. Sebagai contoh, aktivitas operasi dan investasi dari sebuah

(14)

jaringan supermarket sangat berbeda dibandingkan dengan perusahaan penjual pasir dan batu kerikil. Proses peminjaman uang, penjualan saham, pembayaran dividen kas, dan pembayaran pinjaman adalah hampir sama bagi kedua jenis perusahaan tersebut.

2.4 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya mengenai kebijakan dividen pada perusahaan dengan menggunakan beberapa variabel yang ditunjukkan dalam tabel 2.1

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti Variabel Peneltian Hasil Penelitian 1 Ginting (2012) Independen : 1. Return On Investment 2. Investment Oppurtunity Set 3. Arus Kas Operasi Dependen : Kebijakan Dividen

Secara parsial diketahui bahwa variabel ROI dan arus kas operasi berpengaruh terhadap DPR, sedangkan variabel IOS tidak berpengaruh terhadap DPR. Secara simultan menunjukkan bahwa ketiga variabel independen berpengaruh terhadap DPR. 2 Suharli (2007) Independen : 1. Return On Investment, 2. Fixed Asset, 3. Current Ratio Dependen : Kebijakan

ROI berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai perusahaan, fixed assets tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai perusahaan dan CR dapat digunakan sebagai variabel penguat karena mempunyai pengaruh yang signifikan.

(15)

Dividen Tunai Perusahaan 3 Manurung (2009) Independen : 1.Laba Bersih dan 2.Arus Kas Operasi Dependen : Kebijakan Dividen

Secara parsial laba bersih tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio, sedangkan arus kas operasi berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio. 4 Manurung (2010) Independen : 1. Return On Investment 2. Arus Kas Operasi viden

Kedua variabel independen tidak berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio secara bersama-sama, dan secara parsial return on investment tidak berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio, demikian juga halnya dengan arus kas operasi yang tidak berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio. Ginting (2012) melakukan penelitian dengan objek perusahaan manufaktur mengenai pengaruh Return On Investment , Investment Oppurtunity Set, dan Arus Kas Operasi terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini menunjukkan secara parsial diketahui bahwa variabel ROI, dan arus kas operasi berpengaruh terhadap DPR, sedangkan variabel IOS tidak berpengaruh terhadap DPR. Secara simultan menunjukkan bahwa ketiga variabel independen berpengaruh terhadap DPR.

Suharli (2007) melakukan penelitian Pengaruh Profitabilitas dan Investment Oppurtunity Set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas sebagai variabel penguat (Studi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2002-2003). Penelitian ini menggunakan variable Return On Equity, Fixed Asset, Current Ratio dan Dividend Payout Ratio. Dan hasil

(16)

penelitian menunjukkan bahwa Return On Equity berpengaruh terhadap dividen tunai perusahaan, Fixed Asset tidak berpengaruh terhadap dividen tunai perusahaan, sedangkan Current Ratio dapat digunakan sebagai variabel penguat karena mempunyai pengaruh yang signifikan.

Manurung (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) dari perusahaan manufaktur go public sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2007. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial laba bersih tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio, sedangkan arus kas operasi berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio.

Manurung (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh Return On Investment dan arus kas operasi terhadap kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua variabel independen tidak berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio secara bersama-sama, dan secara parsial return on investment tidak berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio, demikian juga halnya dengan arus kas operasi yang tidak berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio.

(17)

2.5Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.5.1 Kerangka Konseptual

Dividen pada prinsipnya adalah keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para investor. Pembayaran dividen merupakan salah satu cara untuk mengembalikan keuntungan perusahaan kepada para pemegang saham. Besarnya nilai dividen yang akan diterima pemegang saham sangat tergantung pada kebijakan dividen pada perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, investor dan investor potensial memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar tingkat pengembalian investasi mereka. Kebijakan dividen meliputi keputusan untuk membagikan keuntungan atau menahannya untuk investasi perusahaan. Kebijakan dividen yang optimal dapat menyebabkan keseimbangan antara pembayaran dividen dan pertumbuhan perusahaan untuk masa yang akan datang dimana hal tersebut dilakukan dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan.

Return On Investment merupakan salah satu ukuran dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Laba bersih setelah pajak yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepaga para pemegang saham sebagai dividen dan sebagian ditahan sebagai laba ditahan. ROI merupakan ukuran rate of return dari seluruh modal yang dipergunakan. Tingkat rate of return yang dicapai harus lebih besar dari tingkat biaya modal berupa bunga yang harus dibayar, agar memberi kontribusi positif. Perusahaan yang mempunyai ROI yang tinggi, cenderung untuk menggunakan modal pinjaman

(18)

yang relatif kecil, karena kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi dari laba yang ditahan. ROI yang tinggi membawa pengaruh yang positif terhadap laba ditahan, karena proporsi laba bersih setelah pajak (EAT) untuk laba ditahan maupun kemampuan membayar dividen menjadi lebih besar. Semakin besar kemampuan memperoleh laba, maka laba yang tersedia untuk membayar dividen bagi para pemegang saham juga semakin besar. Semakin besar dividen yang diterima oleh para pemegang saham maka kemakmuran pemegang saham akan meningkat, dengan demikian tujuan perusahaan untuk memakmurkan pemegang saham dapat tercapai. ROI merupakan salah satu ukuran dari profitabilitas yang mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen suatu perusahaan.

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Arus kas operasi oleh perusahaan diharapkan bernilai positif atau surplus dari tahun ke tahun. Hal ini karena arus kas dari aktifitas operasi yang surplus dapat menambah dana bagi perusahaaan dan menunjukkan bahwa perusahaan berupaya meningkatkan operasi dalam usahanya. Surplus arus kas dari aktifitas operasi ini dapat menyebabkan kinerja perusahaan menjadi lebih baik karena adanya kemungkinan perusahan akan membagikan dividen yang cukup besar bagi para pemegang saham.

Suatu kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antar variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Return On Investment dan arus kas

(19)

operasi terhadap kebijakan dividen. Dalam memutuskan kebijakan dividen, perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara teori dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang akan diukur dengan ROI dan arus kas perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi. Profitabilitas pada dasarnya merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas yang tinggi menggambarkan laba perusahaan yang meningkat yang berarti perusahaan mampu untuk membayar dividen atau bahkan dividen yang akan dibayarkan juga meningkat. Sebagaimana tertera pada penjelasan sebelumnya, teori yang mendukung bahwa profitabilitas yang tinggi akan membayar dividen dalam jumlah yang besar. Demikian juga dengan tersedianya kas perusahaan melalui operasinya yang berarti juga mampu menghasilkan kas bagi perusahaan dan kemudian akan dibagikan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu, hubungan antara Return On Investment, arus kas operasi, dan kebijakan dividen dapat digambarkan dalam kerangka di bawah ini :

(20)

H1 H H 3 2 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Hubungan Return On Investment dengan Kebijakan Dividen (DPR)

ROI adalah ukuran kinerja perusahaan. Perusahaan yang mempunyai ROI yang tinggi, cenderung untuk menggunakan modal pinjaman yang relatif kecil, karena kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi dari laba yang ditahan. ROI yang tinggi membawa pengaruh positif terhadap laba ditahan, karena proporsi laba bersih setelah pajak (EAT) untuk laba ditahan maupun kemampuan membayar dividen menjadi lebih besar. Semakin besar kemampuan perusahaan memperoleh laba, maka laba yang tersedia untuk membayar dividen para pemegang saham juga semakin besar. Semakin besar dividen yang dibayarkan maka Dividen Payout Ratio akan semakin besar. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan ROI memiliki pengaruh positif terhadap Dividen Payout Ratio .

𝑋𝑋1

Return On Investment

𝑋𝑋2

Arus Kas Operasi

Kebijakan Dividen (DPR)

(21)

Hubungan Arus Kas Operasi dengan Kebijakan Dividen (DPR)

Arus kas dari kegiatan operasi adalah arus kas yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih. Contohnya transaksi yang mencakup pembelian dan penjualan barang. Semakin tinggi arus kas operasi, maka cash inflow nya semakin tinggi dibandingkan cash outflow artinya cash inflow yang semakin tinggi dampak nya yaitu potensi membayar dividen akan semakin tinggi. Pembayaran dividen yang semakin tinggi maka Dividen Payout Ratio akan semakin tinggi. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan arus kas operasi memiliki pengaruh positif terhadap Dividen Payout Ratio. 2.5.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro, 2003:47). Menurut Sugiyono (2006 : 51), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris.

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini

(22)

adalah Return On Investment dan arus kas operasi berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sampai dengan akhir Februari 2018 mencapai Rp121,46 triliun , setara dengan 15,85 persen target APBN 2018 atau sedikit lebih

Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan penerapan pendekatan Eksploratory Discovery dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat pada pembelajaran

Validasi yang dilakukan meliputi validasi konten (isi), validasi konstruk (penyajian) dan validasi bahasa; c) one to one yaitu menguji cobakan prototype I pada 3

Dalam penggunaannya, teknik kelompok nominal (NGT) dapat digunakan pada tahapan identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko – terutama untuk proses pengambilan keputusan

Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam (Budiman, 2012). Angin merupakan faktor cuaca yang sulit dikendalikan. Pada kecepatan tinggi, angin

Faktor daya (cos φ) beban jalur BHC Faktor daya pada jalur BHC saat pengukuran sempat mengalami penurunan sampai di bawah 0,85 dalam waktu singkat, hal ini dikarenakan

Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan pembelajaran yang menggunakan metode yang berorientasi praktik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha.. 1.5

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui jenis kesalahan apa saja yang dominan dilakukan oleh siswa-siswi kelas VIII B SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2011/2012 dalam