• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani dan Morfologi Tanaman Karet

Struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :  Divisi : Spermatophyta  Subdivisi : Angiospermae  Kelas : Dicotyledonae  Ordo : Euphorbiales  Famili : Euphorbiaceae  Genus : Hevea

 Spesies : Hevea brasiliensis 1. Akar

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang dan akar akar cabang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Budiman, 2012).

2. Batang

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Budiman, 2012).

(2)

4 3. Daun

Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, dan tepinya rata dan gundul (Budiman, 2012).

4. Buah

Karet merupakan tanaman berbuah polong (diselaputi kulit yang keras) yang sewaktu masih muda buahnya berpaut erat dengan rantingnya. Buah karet dilapisi oleh kulit tipis berwarna hijau dan di dalamnya terdapat kulit yang keras dan berkotak. Tiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi tempurung, setelah tua warna kulit buah berubah menjadi keabu-abuan dan kemudian mengering. Pada waktunya pecah dan jatuh, bijinya tercampak lepas dari kotaknya. Tiap buah tersusun atas dua sampai empat kotak biji. Pada umumnya berisi tiga kotak biji dimana setiap kotak terdapat satu biji. Tanaman karet mulai menghasilkan buah pada umur lima tahun dan akan semakin banyak setiap pertambahan umur tanaman (Budiman, 2012).

5. Biji

Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya tiga kadang sampai enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpoin yang khas (Budiman, 2012).

(3)

5 B. Syarat Tumbuh Tanaman Karet 1. Tanah

Penggunaan tanah yang tidak didasarkan kepada kemampuannya akan lebih mempercepat kemunduran potensi produksinya, disamping dapat kepembentukan tanah kritis dalam jangka panjang akan membahayakan kelestarian alam dan lingkungannya (Pangudijatno, 1983).

Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda maupun vulkanis tua, alluvial bahkan tanah-tanah gambut. Tanah tanah vulkanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari segi struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya. Akan tetapi sifat-sifat kimianya umumnya sudah kurang baik, karena kandungan haranya yang relative rendah. Tanah tanah alluvial umumnya cukup subur, tetapi sifat fisisnya terutama drainase dan aerasinya kurang baik. Pembuatan saluran saluran draenase akan menolong keadaan tanah ini (Budiman, 2012).

Reaksi tanah yang umumnya ditanami karet mempunyai pH antara 3,5 – 7,0 pH tanah dibawah 3,5 atau di atas 7,5 menyebabkan pertumbuhan tanaman yang terhambat. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet sebagai berikut:  Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih, tidak terdapat batu-batuan  Aerasi dan draenase baik

 Remah, porus dan dapat menahan air  Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir

 Tidak bergambut dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 cm

(4)

6

 Kemiringan tidak lebih dari 16%

 Permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm (Budiman, 2012). 2. Iklim

Secara garis besar tanaman karet dapat tumbuh baik pada kondisi iklim sebagai berikut : suhu rata rata harian 28˚ C (dengan kisaran 25 - 35˚ C) dan curah hujan tahunan rata rata antar 2.500 – 4.000 mm dengan hari hujan mencapai 150 hari per tahun (Budiman, 2012).

Karet tumbuh baik antara 0 – 600 meter. Di atas permukaan laut lebih dari 600 meter tidak dianjurkan, paling baik antara 0 – 200 meter, setiap naik 100 meter matang sadap akan terlambat enam bulan. Tinggi tempat berhubungan erat dengan suhu. Di dataran rendah (0 – 200 meter), suhu rata rata 28˚ C, setiap naik 100 meter temperatur akan turun 0,5˚ C. Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam (Budiman, 2012).

Angin merupakan faktor cuaca yang sulit dikendalikan. Pada kecepatan tinggi, angin seringkali merukan perkebunan karet, karena dapat mematahkan dan merebahkan tanaman. Hal ini dapat menurunkan populasi tanaman secara drastis yang berakibat terhadap penurunan produksi tanaman. Kerusakan tanaman karet akibat angin dapat dikelompokkan dalam dua macam, yaitu 1). Patah batang (di bagian batang atau dahan) dan 2). Tumbang (tercabut akar sebagian). Untuk tanaman karet yang sudah menghasilkan kasus patah batang sering terjadi, karena adanya bagian batang yang dilukai dalam proses penyadapan (Karyudi, 2000).

Terdapat tiga jenis kerusakan angin pada pohon karet yakni kepatahan cabang, kepatahan batang dan tumbang (terbongkar akar). Kepatahan cabang

(5)

7

kurang berbahaya bila dibandingkan dengan kepatahan batang dan tumbang (Basuki, 1983).

a. Kepatahan Cabang

Kepatahan cabang pada umunya terjadi pada cabang cabang berat yang membentuk sudut sempit dengan batang. Cabang lateral yang berat terutama yang bersudut sempit dengan batang mudah patah karena angin. Bentuk percabangan merupakan sifat dari klon (Basuki, 1983).

b. Kepatahan Batang

Apabila batang tidak dapat menahan kekuatan angin pada tajuk maka batang tersebut akan patah. Perkembangan batang yang terhambat sehingga tidak seimbang lagi dengan perkembangan tajuk yang lebih pesat mengakibatkan pohon mudah mengalami kepatahan batang. Pohon karet umumnya banyak mengalami kepatahan batang setelah mengalami 2 – 3 tahun penyadapan. Hal ini disebabkan karena penyadapan menghambat perkembangan batang dan kurang menghalangi perkembangan tajuk. Akibat ketidakseimbangan ini pohon mudah sekali patah (Basuki, 1983).

c. Tumbang (Terbongkar Akar)

Peristiwa tumbangnya pohon ini terjadi di tempat tempat dimana pertumbuhan akar tunggang terhambat. Pertumbuhan akar tunggang akan terhambat bila di dalam tubuh tanah terdapat lapisan padas yang sukar ditembus atau permukaan airnya tinggi sehingga akar tunggang pohon tidak cukup dalam. Adakalanya pertumbuhan akar tunggang yang tidak sempurna merupakan akibat dari cara bertanam yang salah atau sifat klon. Untuk menjamin pertumbuhan akar

(6)

8

tunggang yang sempurna maka pada laha pertanaman karet hendaknya tidak terdapat lapisan padas atau air tanah pada kedalaman kurang dari 1 meter (Basuki, 1983).

C. Produksi Tanaman Karet

Kemajuan pemuliaan karet setelah berkembangnya seleksi klonal selama tiga siklus seleksi (1935 s/d 1995) telah menghasilkan sejumlah klon unggul dengan kemampuan potensi produksi karet kering mencapai 2000 – 2500 kg/ha/th. Setelah berjalannya siklus seleksi keempat atau yang dikenal dengan generasi IV program pemuliaan karet diarahkan untuk menghasilkan klon karet unggul penghasil lateks dan kayu dengan produksi karet kering > 2500 kg/ha/th dan potensi volume kayu > 1 𝑚3 per pohon pada saat peremajaan (Daslin Dan Anas).

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan dari 1,0 juta ton pada 1985 menjadi 1,3 juta ton pada 1995 dan 1,9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2,25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas (Budiman, 2012).

Hasil kajian dari para pakar memperlihatkan bahwa prospek perdagangan karet alam dunia sangat baik. Dalam jangka panjang, perkembangan produksi dan konsumsi karet menurut ramalan ahli pemasaran karet dunia yang juga Sekretaris Jenderal International Rubber Study Group, Dr. Hidde P. Smit, menunjukkan bahwa konsumsi karet alam akan mengalami peningkatan yang sangat signifikan

(7)

9

dari 8,5 juta ton ditahun 2005, naik menjadi 9,23 pada tahun 2006, dan diprediksi menjadi 11,9 juta ton pada tahun 2020 (Budiman, 2012).

D. Pemeliharaan Tanaman Karet

1. Pemupukan

Pupuk adalah suatu bahan yang apabila diberikan kepada tanaman akan mempertahankan atau menambah kesuburan tanah. Tujuan memupuk adalah untuk mendapatkan hasil bersih setinggi tingginya dengan tidak mengurangi kesuburan tanah (Riyanto, 1981).

Hara yang dikandung pupuk adalah N, P dan K. Ditinjau dari pembuatannya, maka pupuk dibagi menjadi dua yaitu pupuk alam dan pupuk buatan. Contoh pupuk alam adalah pupuk kandang, kompos, pupuk hijau dan lain lain. Pupuk buatan terdiri dari pupuk tunggal yaitu N (Urea dan Za), P (TSP dan DS) dan K (ZK dan KCL), dan pupuk majemuk yaitu CF. 6-4 dan CF. 15-15-15 (Riyanto, 1981).

Beberapa pengertian yang perlu dipelajari dalam melaksanakan pemupukan tanaman karet adalah sebagai berikut :

a. Waktu Pemupukan

Pupuk diberikan pada saat paling dibutuhkan tanaman dan saat perkembangan maksimum pembentukan akar hara. Bila dosis pupuk dipecah menjadi dua, maka saat pemberian kedua sebaiknya dilakukan selang tiga bulan. Di Sumatera Utara umumnya diberikan dalam bulan Februari – Maret.

b. Pemupukan diberikan dengan cara disebarkan (broadcasting), pembenaman (placement) dan lewat daun (foliar dressing).

(8)

10

c. Pada areal TM dengan chemical strip weeding, lokasi pupuk diluar jarak 2 meter didalam jarak 212 meter dari jalur tanaman karet.

d. Pada areal tanaman dengan teras, pupuk dibenamkan lokal didalam parit parit dangkal pada bagian dalam teras (Riyanto, 1981).

Gejala umum tanaman karet yang kurang atau tidak mendapat pemupukan yang sempurna akan menunjukkan gejala :

a. Tanaman kerdil

b. Daun berwarna pucat dengan ukuran kecil

c. Ukuran lilit batang lebih kecil dari ukuran standar d. Periode tanaman belum menghasilkan lebih dari 6 tahun e. Produksi karet kering jauh dibawah angka taksiran

f. Jika daunnya dianalisis di laboratorium, angka angka N, P, K dan Mg berada dibawah angka optimum.

g. Jika tanahnya dianalisis di laboratorium. Angka angka N, P, K dan Mg berada pada taraf dibawah rendah sampai dengan sangat rendah (Sapta Bina). 2. Pengendalian Gulma

Gulma atau herba dapat berupa tanaman semusim dapat juga berupa tanaman tahunan. Menurut bentuk daunnya gulma dapat terdiri dari gulma berdaun lebar dan gulma berdaun pita. Gulma berkembang biak dengan biji, tunas akar, akar rimpang, rizhoe maupun umbi. Oleh karena pengaruhnya yang dapat sangat merugikan tanaman pokok, maka pemberantasan gulma adalah mutlak perlu. Dari 50 macam gulam yang diketahui hidup diperkebunan, maka alang alang (Imperata cylindtica) adalah yang paling jahat (Riyanto, 1981).

(9)

11

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh sendiri secara alami dan tidak dikehendaki oleh manusia. Di perkebunan karet gulma dapat menimbulkan banyak kerugian karena :

a. Menyaingi tanaman karet untuk mendapatkan air, unsur hara, udara, cahaya dan ruang atau tempat tumbuh.

b. Menghambat pertumbuhan tanaman karet, terutama tanaman muda c. Memperpanjang masa tanaman belum menghasilkan 2 sampai 3 tahun d. Menurunkan produksi hingga 3.250 kg karet kering per hektar per tahun e. Meningkatkan biaya pemeliharaan tanaman

f. Ada beberapa jenis gulma yang berperan sebagai tumbuhan inang penyakit tanaman karet

g. Menjadi tempat perlindungan atau persembunyian hama tanaman karet (Sapta Bina).

Untuk melaksanakan pemberantasan gulma dapat dilaksanakan dengan beberapa cara yaitu pemberantasan gulma secara mekanik, pemberantasan gulma secara biologi, pemberantasan secara kimiawi dan secara terpadu (Riyanto, 1981). Pemberantasan secara mekanik yaitu pemberantasan dengan tenaga manusia, dengan menggunakan traktor, cangkul maupun garpu. Pemberantasan cara ini memerlukan banyak sekali tenaga kerja (kecuali yang menggunakan traktor), sehingga kurang efisien bagi daerah daerah luar jawa yang sulit untuk mendapatkan tenaga kerja. Pembabatan adalah salah satu cara pemberantasan gulma kurang mengena karena harus menggunakan banyak tenaga kerja juga

(10)

12

kurang efektif karena perakaran gulma masih aktif mengadakan persaingan terhadap tanaman pokok (Riyanto, 1981).

Pemberantasan gulma secara biologi dengan menggunakan Legume Cover Crop (LCC) perlu dikembangkan karena biayanya murah dan hasilnya mantap. Keuntungan yang didapat bila menggunakan LCC adalah :

 LCC dapat menghasilkan serasah organik dengan C/N ratio yang rendah

 LCC mampu mempertahankan kelembaban tanah, terutama saat musim kemarau  LCC membantu pengendalian erosi dengan cara menahan benturan air hujan dan mencegah run off

 LCC memperkecil amplitudo temperatur siang dan malam (Riyanto, 1981). Pemberantasan gulma secara kimiawi memerlukan kekhususan dalam beberapa hal. Adapun keuntungan dari pemberantasan cara ini adalah pekerjaannya cepat dan tidak banyak menggunakan tenaga kerja. Pemberantasan gulma secara kimiawi menggunakan bahan kimia pemberantas gulma yang lazim disebut herbisida. Menurut cara kerjanya, herbisida digolongkan dalam dua kelompok yaitu herbisida kontak dan herbisida sistemik (Riyanto, 1981).

3. Pengendalian Hama dan Penyakit a. Hama Mealy Bugs

Mealy bugs merupakan penghisap cairan tanaman dan mengeluarkan embun madu. Menyebabkan pertumbuhan terlambat dan pada serangan berat mati pucuk. Pada pucuk pucuk yang masih muda menyebabkan ujung tanaman melengkung dan daun daun menjadi mengeriting. Pemberantasannya dengan menyemprotkan insektisida Albolineum dengan air dengan konsentrasi 2%. Dapat

(11)

13

juga dengan Tamaro dalam air dengan konsentrasi 0,05 – 0,1%, disemprotkan dengan rotasi 1 – 2 minggu sampai serangan hilang (Riyanto, 1981).

b. Hama Belalang

Memakan daun terutama pada musim kering. Pemberantasannya menggunakan Dicritaphos, disemprotkan dengan air dengan konsentrasi 0,2%. Surfactant dengan rotasi 1 minggu sampai serangan hilang (Riyanto, 1981). c. Penyakit Jamur Akar Putih (JAP)

Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus, mengakibatkan kerusakan pada tanaman di pembibitan, tanaman muda dan tanaman menghasilkan. Tanaman yang terserang, terlihat daun tajuknya pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat kedalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati (Sapta Bina).

Pengobatan JAP dapat dilakukan dengan cara menggali tanah di sekitar pohon yang terdeteksi terserang JAP. Tanah digali sampai leher akar dan dilanjutkan bila akar lateral juga terserang. Penggalian tanah menelusuri perakaran yang terserang jamur sampai batas akar yang tidak terserang. Setelah tanah digali, akar kemudian dikerok menggunakan sebilah bambu tipis untuk menghilangkan jamur yang melekat. Jika terdapat perakaran yang terinfeksi berat dan menunjukkan pembusukan, maka dilakukan pemahatan. Akar kemudian dibersihkan dengan kain lap dan diolesi dengan fungisida Anvil 50 CP yang telah dicampur dengan lateks (Budiman, 2012).

(12)

14 E. Induksi Percabangan

Induksi percabangan didasarkan pada prinsip mematahkan atau mengalihkan sifat dominasi apikal. Yaitu fenomena penghambatan pertumbuhan tunas lateral (samping) oleh tunas terminal atau dengan perkataan lain tunas lateral sulit tumbuh bila tunas terminalnya masih utuh. Mekanisme tersebut dikontrol oleh hormon auksin yaitu asam indool asetat (IAA) yang dihasilkan oleh tunas terminal dalam jumlah besar, kemudian ditransfer secara basepetal ke tunas tunas lateral sehingga menghambat pertumbuhannya. Bila tunas terminal dipotong, maka tunas lateral mulai tumbuh (Siagian, 1993).

Metode induksi percabangan yang banyak diterapkan sekarang ialah dengan teknik pemotongan bagian atas batang (topping) dan penyanggulan (folding). Induksi cabang dengan metode pengeratan (ring barking) batang, penyungkupan, penggunaan bahan bahan kimia, dan pengguguran daun secara total sudah ditinggalkan. Setiap metode induksi percabangan mempunyai kelemahan dan kelebihan. Keberhasilan cara pemenggalan untuk menginduksi percabangan sangat tinggi, tetapi strees yang ditimbulkannya relatif lebih berat dan pohon tidak seimbang karena cabang cabang lateral menjadi dominan (Siagian, 1993).

Induksi percabangan dengan penyanggulan dilakukan pada tanaman yang masih muda (10 – 12 bulan) dengan jalan menutupi pucuk paling atas dengan lipatan lipatan daun dibawahnya. Hal ini akan mengakibatkan pematahan atau penghambatan dominasi apikal. Keuntungan induksi percabangan dengan cara penyanggulan pucuk terminal tidak terhambat petumbuhannya sehingga lebih

(13)

15

dominan dibandingkan dengan cabang lateral. Akibatnya percabangan tidak berat sebelah. Disamping itu, stress yang ditimbulkannya relatif lebih kecil dan induksi dapat lebih awal pada tanaman yang lebih muda (Siagian, 1993).

Gambar 1 : Induksi Percabangan (a). Clipping

(b). Folding

Gambar

Gambar 1 : Induksi Percabangan (a). Clipping

Referensi

Dokumen terkait

Outcome kegiatan adalah Terseleksi dan terbentuknya Kontingen Jawa Barat untuk ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) SD dan SMP Tingkat Nasional, Terseleksi dan terbentuknya

Karya akhir ini berjudul Pengaruh Altruisme Dan Persepsi Kemanfaatan Terhadap Penggunaan Layanan Jaringan Sosial Di Media Sosial (Study Kasus : Pengguna Media

Jika kita lihat bahwa satu dependensi fungsional, f1, dalam sebuah himpunan dapat diturunkan dari dependesi fungsional lain dalam himpunan menggunakan penilaian lain, maka f1

Pendapat ini dikuatkan oleh Yafie bahwa pemanfaatan dana zakat yang dijabarkan dalam ajaran fiqih memberi petunjuk perlunya suatu kebijakan dan kecermatan, di mana perlu

Budiono Darmadji Partner’s for Corporate Execution & Digital Marketing Strategist for Healthcare 081228 345678 42 Function or Process Objective Improvement/ Innovation

• GPM adalah garis yang menjukkan semua kemungkinan kombinasi portofolio efisien yang terdiri dari aktiva berisiko dan aktva bebas risiko... Berapa besarnya harga pasar dari

Bila FT dan atau KMT menjumpai adanya kesalahan prosedur yaitu terdapat pekerjaan yang dilaksanakan berubah dari desain, namun tidak ada Berita Acara Revisi maka pekerjaan

Media juga dapat digunakan sebagai nsarana untuk menjembatani siswa dalam belajar sehingga materi yang dirasa sulit dipelajari akan berasa sangat mudah apabila