• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesalahan siswa di kelas VIII B Sekolah Menengah Pertama Kanisius Pakem dalam mengerjakan soal cerita pada topik perbandingan senilai dan berbalik nilai tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis kesalahan siswa di kelas VIII B Sekolah Menengah Pertama Kanisius Pakem dalam mengerjakan soal cerita pada topik perbandingan senilai dan berbalik nilai tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

MENENGAH PERTAMA KANISIUS PAKEM DALAM MENGERJAKAN SOAL CERITA PADA TOPIK PERBANDINGAN SENILAI DAN

BERBALIK NILAI TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Melania Eva Wulanningtyas NIM: 071414036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS KESALAHAN SISWA DI KELAS VIII B SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KANISIUS PAKEM DALAM MENGERJAKAN

SOAL CERITA PADA TOPIK PERBANDINGAN SENILAI DAN BERBALIK NILAI TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Melania Eva Wulanningtyas NIM: 071414036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Aku cuma manusia, tapi aku sungguh manusia. Aku tak mampu

mengerjakan segalanya. Namun, ada yang dapat aku kerjakan dan aku tak

akan membiarkan yang tak mampu kukerjakan mengganggu yang mampu

kukerjakan.

(Edward Everett Hale)

Mulailah dengan mengerjakan hal-hal yang perlu; kemudian mengerjakan

hal-hal yang mungkin; dan tiba-tiba anda mengerjakan hal-hal yang

mustahil

(Santo Fransiskus dari Asisi)

Kupersembahkan karya ini untuk :

Allah Bapa yang Maha Kasih

Tuhan Yesus Kristus

Bunda Maria

Ayahku Antonius Sulistiyono

Mamaku Yustina Triwidayati Wisnuwardani

Adikku Brigita Dini Dwiana Mukti

Adikku Ignatius David Saputra

Terima kasih atas segala doa, dukungan, dan cinta yang

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

Melania Eva Wulanningtyas. 2011. Analisis Kesalahan Siswa Di Kelas VIII B Sekolah Menengah Pertama Kanisius Pakem dalam Mengerjakan Soal Cerita Pada Topik Perbandingan Senilai dan Berbalik Nilai Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui jenis kesalahan apa saja yang dominan dilakukan oleh siswa-siswi kelas VIII B SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2011/2012 dalam mengerjakan soal cerita pada topik perbandingan senilai dan berbalik nilai dan (2) mengetahui faktor penyebab kesalahan siswa-siswi kelas VIII B SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2011/2012 dalam mengerjakan soal cerita pada topik perbandingan senilai dan berbalik nilai.

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Kanisius Pakem kelas VIII B pada tahun ajaran 2011/2012. Terdapat 27 siswa yang mengikuti tes esai dan 13 siswa yang dipilih sebagai subyek wawancara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama dengan tes esai yang berhubungan dengan Perbandingan Senilai dan Berbalik Nilai berbentuk soal cerita yang terdiri dari 10 soal dan tahap kedua dengan wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) jenis-jenis kesalahan yang paling dominan dilakukan siswa, yaitu (a) jenis kesalahan konsep, (b) jenis kesalahan teknis, dan (c) jenis kesalahan memahami informasi soal dan (2) faktor-faktor penyebab siswa melakukan kesalahan yaitu (a) siswa kurang memahami konsep perbandingan senilai dan berbalik nilai, terlebih untuk perbandingan berbalik nilai (b) siswa tidak teliti dalam melakukan perhitungan angka-angka yang dituliskan (c) siswa kurang memahami informasi pada soal.

(9)

viii

ABSTRACT

Melania Eva Wulanningtyas. 2011. An Error Analysis of Class VIII B of Kanisius Pakem Junior High School in Doing Narrative Question Problem on The Topic of Direct Proportions and Inverse Proportions of Academic Year 2011/2012. Research. Mathematics Education Study Program. Teacher Training and Education Faculty. Sanata Dharma University. Yogyakarta.

This research aims to (1) find dominant types of errors had been done by the students of class VIII B of Kanisius Junior High School Kanisius Pakem in doing problem on the topic of direct proportions and inverse proportions of academic year 2011/2012 and (2) find the factors causing errors on the students of class VIII B of Kanisius Junior High School Kanisius Pakem in doing problem on the topic of direct proportions and inverse proportions of academic year 2011/2012.

The subject of this research were the students of class VIII B of Kanisius Pakem Junior High School of academic year 2011/2012. There were 27 students following essay test and 13 students were interviewing. This research is descriptive-qualitative research. The data were collected through two steps. The first step was 10 essay test of direct proportions and inverse proportions and the second step was interviewing 13 subjects who had been choosen.

The result of this research were (1) The dominant types of errors done by the students were (a) concepts types of errors, (b) technicals types of errors, and (c) comprehending informations of questions types of errors and (2) factor causing errors which happened were (a) subject less matter mastering item direct proportions and inverse proportions, moreover on inverse proportions concept (b) subject less accurated ini calculated the number had been written (c) subjects less mastering information of question.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas limpahan anugerah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Banyak hambatan dan rintangan yang penulis alami dalam proses

penyusunan skripsi ini. Namun, karena anugerah-Nya, keterlibatan, dan bantuan

dari berbagai pihak sehingga penulis dapat melaluinya dengan baik. Maka pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak R. Rohandi, Ph.D selaku dekan Fakutas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

2. Bapak Drs. A. Atmadi., M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito,S.Pd selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika.

4. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan

kepada penulis dengan sabar. Terimakasih atas segala motivasi, saran, dan

kritik selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak (Alm) Dr. St. Susento, MS selaku dosen pembimbing skripsi penulis

(11)

x

telah diberikan kepada penulis dan terimakasih untuk kebersamaan yang

indah yang telah dilalui selama 4 tahun ini.

6. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono dan Bapak D. Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si

selaku dosen penguji.

7. Bapak Andrias Indra Purnama,S.T.,S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP

Kanisius Pakem yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

8. Ibu Fransiska Chairuniawati, S.Pd dan Ibu M.G. Sri Yuliwanti, S.Pd selaku

Guru Bidang Studi Matematika SMP Kanisius Pakem yang telah

memberikan kemudahan dan membantu dalam melaksanakan penelitian.

9. Guru-guru SMP Kanisius Pakem yang telah memberikan kemudahan dan

penerimaan yang sangat baik bagi penulis selama melakukan penelitian.

10. Siswa-siswi SMP Kanisus Pakem yang telah bersedia menjadi subyek

penelitian dan subyek wawancara

11. Segenap Dosen Pendidikan Matematika dan seluruh staf sekretariat Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata

Dharma.

12. Keluarga di Majenang dan Yogyakarta. Terimakasih atas doa, cinta, kasih,

dukungan, dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Romo Ardian, teman-teman mudika St. Bernardinus, dan mudika Paroki

Pakem atas doa, dukungan, dan semangatnya.

14. Barlis Chairul Wijaya, atas kesabaran, dukungan, cinta, semangat, dan

(12)

xi

15. Lusi, Dhita, Devi, dan teman-teman Pendidikan Matematika kelas B lainnya.

Terimakasih atas kebersamaan selama kuliah. Terimakasih, selalu setia

menolong dikala penulis pingsan. Kak Alfon, Kak Adrianus, Kak Yosep,

Kak Lukas, terimakasih atas hari-hari ceria di kota Yogyakarta berhati

nyaman.

16. Semua pihak yang telah mendukung dengan doa dan membantu penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Saran dan kritik selalu penulis harapkan demi perbaikan di masa yang

akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kemajuan dan perkembangan pendidikan serta pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 26 Agustus 2011

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Batasan Istilah ... 5

(14)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kesalahan ... 10

B. Faktor Penyebab Kesalahan ... 10

C. Kategori Jenis Kesalahan Menurut Hadar (1987) ... 13

D. Kesalahan-kesalahan yang Sering Dilakukan Siswa dalam Mengerjakan Soal Cerita pada Topik Perbandingan Senilai dan Berbalik Nilai ... 17

E. Perbandingan Senilai dan Berbalik Nilai ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Subyek Penelitian ... 29

C. Instrumen Pengumpulan Data ... 30

D. Keabsahan Data ... 32

E. Teknik Analisis Data ... 33

F. Rumusan Jenis Kategori Kesalahan ... 34

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 38

BAB IV DESKRIPSI PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 41

A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian ... 41

B. Hasil Analisis Uji Coba ... 41

C. Hasil Mengajar ... 42

D. Deskripsi Data Penelitan ... 43

E. Analisis Hasil Penelitian ... 44

(15)

xiv

BAB V PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Hubungan antara rumusan masalah dengan instrumen penelitian 30

Tabel 3.2. Rancangan soal cerita matematika berdasarkan indikator pencapai- an hasil belajar ... 31

Tabel 3.3. Kisi-kisi soal test uji coba yang disesuaikan dengan silabus ... 31

Tabel 3.4. Tingkat kualifikasi validitas item ... 33

Tabel 3.5 Teknik analisis data esai ... 34

Tabel 4.1. Kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian ... 41

Tabel 4.2. Perubahan soal esai ... 42

Tabel 4.3. Kesalahan tipe 1.a ... 45

Tabel 4.4. Kesalahan tipe 1.b ... 51

Tabel 4.5. Kesalahan tipe 2.a ... 55

Tabel 4.6. Kesalahan tipe 2.b ... 62

Tabel 4.7. Kesalahan tipe 3.a ... 66

Tabel 4.8. Banyak siswa yang melakukan kesalahan pada jenis kesalahan konsep ... 70

Tabel 4.9. Banyak siswa yang melakukan kesalahan pada jenis kesalahan teknis ... 70

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Jawaban Eunike ... 47

Gambar 4.2. Jawaban Yolla ... 48

Gambar 4.3. Jawaban Metta ... 49

Gambar 4.4. Jawaban Luluk ... 52

Gambar 4.5. Jawaban Harianto ... 53

Gambar 4.6. Jawaban Bening ... 57

Gambar 4.7 Jawaban Maria Regina ... 58

Gambar 4.8. Jawaban Bonaventura ... 59

Gambar 4.9. Jawaban Febrian ... 61

Gambar 4.10. Jawaban Yovita ... 63

Gambar 4.11. Jawaban Yesica ... 64

Gambar 4.12. Jawaban Aurea ... 66

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 83

Lampiran 2 Surat Keterangan dari SMP Kanisius Pakem ... 84

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 85

Lampiran 4 Soal Tes Uji Coba ... 97

Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba ... 98

Lampiran 6 Daftar Nilai Tes Uji Coba... 102

Lampiran 7 Validitas Item Butir Soal Tes Uji Coba ... 103

Lampiran 8 Tabel Tingkat Kualifikasi Validitas Item ... 103

Lampiran 9 Tabel Validitas dan Perhitungan Soal ... 103

Lampiran 10 Tabel Data Koefisien Valliditas Masing-masing Soal ... 114

Lampiran 11 Tabel Reliabilitas dan Perhitungan Reliabilitas Uji Coba ... 115

Lampiran 12 Tabel Interpretasi Reliabilitas ... 117

Lampiran 13 Soal Tes Penelitian ... 118

Lampiran 14 Kunci Jawaban Soal Tes Penelitian ... 119

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting

untuk dipelajari, karena selain memberikan bekal kemampuan berhitung,

matematika juga memberikan bekal kemampuan bernalar. Matematika juga

dapat dikatakan sebagai ratu maupun pelayan, artinya matematika dapat

dijadikan sebagai sumber kemajuan pendidikan tetapi juga membantu

perkembangan ilmu pengetahuan lain. Oleh karena itu, matematika sangat

penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Namun, matematika

merupakan pelajaran yang tidak mudah dipahami oleh para siswa di sekolah

karena memiliki objek kajian yang abstrak, yang hanya terdapat dalam pikiran

manusia seperti yang diungkapkan oleh Soedjaji tentang beberapa karakteristik

umum matematika, yakni (1) matematika memiliki sifat abstrak, berupa fakta,

operasi, konsep, dan prinsip, (2) bertumpu pada kesepakatan baik berupa

simbol-simbol dan aksioma, (3) berpola pikir deduktif, (4) konsisten dalam

sistemnya, (5) memiliki simbol yang kosong dari arti, dan (6) memperhatikan

semesta pembicaraan. Karakteristik umum yang dimiliki oleh matematika

inilah yang membuat siswa kesulitan untuk memahami matematika.

Sewaktu memasuki sekolah, anak-anak Taman Kanak-Kanak sudah

memiliki sejumlah konsep. Hal ini terjadi karena sejak kecil anak-anak telah

(20)

sebelum mereka mendapatkan pendidikan formal. Namun, secara bertahap

siswa belajar konsep matematika di sekolah dengan berbekal pengetahuan yang

dimilikinya, misalnya mengenai konsep bilangan, ukuran, bentuk,

bangun-bangun (bangun-bangun datar dan bangun-bangun ruang), dan sebagainya (Rahma dalam

Haryani, 2008).

Pada jenjang pendidikan selanjutnya, siswa akan mempelajari konsep dan

materi baru dengan tetap menggunakan konsep sebelumnya. Dengan demikian,

belajar terdiri atas penguasaan konsep-konsep baru. Konsep sangat perlu untuk

memperoleh dan mengkomunikasikan pengetahuan. Tanpa konsep, belajar

akan sangat terhambat (Nasution: 1992).

Konsep-konsep dasar itulah yang digunakan sebagai pengetahuan awal

untuk mempelajari materi baru. Jika pada konsep awal sudah salah, maka akan

berpengaruh pada penerapan konsep pengetahuan selanjutnya. Keadaan seperti

ini yang akan menimbulkan banyak kesalahan.

Memecahkan masalah yang dituangkan melalui soal cerita merupakan

salah satu aspek yang sulit dilakukan oleh siswa, baik siswa sekolah dasar

maupun siswa sekolah menengah. Masalah matematika yang biasanya

dituangkan melalui soal cerita salah satunya adalah masalah matematika yang

berhubungan dengan perbandingan, baik itu perbandingan senilai maupun

perbandingan berbalik nilai.

Jika siswa kurang memahami konsep tentang perbandingan, baik itu

perbandingan senilai maupun perbandingan berbalik nilai, maka siswa akan

(21)

menjadi bentuk matematika yang siap untuk diselesaikan. Berdasarkan uraian

di atas, kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan

soal cerita menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk diteliti.

Dari hasil wawancara guru dan murid serta hasil observasi yang telah

dilakukan di SMP Kanisius Pakem di kelas VII tahun ajaran 2009 pada topik

perbandingan senilai dan berbalik nilai ditemukan banyak siswa yang kesulitan

dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Kesulitan ini terlihat dari

kesalahan-kesalahan yang dilakukan mereka ketika menjawab soal-soal yang

diberikan. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah ketika

memahami konsep perbandingan senilai dan berbalik nilai dan melakukan

perhitungan atau operasi aritmatika dalam menyelesaikan soal. Oleh karena itu

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Analisis Kesalahan

Siswa di Kelas VIII B Sekolah Menengah Pertama Kanisius Pakem dalam

Mengerjakan Soal cerita pada Topik Perbandingan Senilai dan Berbalik Nilai

Tahun Ajaran 2011/2012”

Peneliti mengambil subyek penelitian siswa-siswi di kelas VIII B karena

siswa-siswi kelas VIII B ini merupakan kelompok siswa yang kemampuan

kognitifnya lebih rendah dibandingkan siswa-siswi di kelas VIII A. Hal ini

sesuai dengan saran yang diberikan oleh guru matematika yang mengajar di

kedua kelas tersebut, yang diharapkan peneliti mendapatkan hasil penelitian

(22)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan keadaan di atas, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Jenis kesalahan apa saja yang dominan dilakukan oleh siswa-siswi kelas

VIII B SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2011/2012 dalam mengerjakan

soal cerita pada topik perbandingan senilai dan berbalik nilai?

2. Faktor apa saja yang menyebabkan siswa-siswi kelas VIII B SMP

Kanisius Pakem tahun ajaran 2011/2012 melakukan kesalahan dalam

mengerjakan soal cerita pada topik perbandingan senilai dan berbalik

nilai?

C.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui jenis kesalahan apa saja yang dominan dilakukan oleh

siswa-siswi kelas VIII B SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2011/2012 dalam

mengerjakan soal cerita pada topik perbandingan senilai dan berbalik

nilai.

2. Mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan siswa-siswi kelas VIII B

SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2011/2012 melakukan kesalahan

dalam mengerjakan soal cerita pada topik perbandingan senilai dan

(23)

D.Batasan Istilah

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan agar tidak

menimbulkan pengertian yang berbeda-beda. Istilah-istilah yang dibahas antara

lain:

1. Kesalahan

Kesalahan adalah pemahaman yang tidak tepat atau tidak rasional

dalam mempelajari suatu masalah matematika sehingga akan menimbulkan

banyak kesulitan (Haryani: 2009). Kesalahan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kesalahan yang langsung terlihat pada hasil pekerjaan

tertulis siswa dalam menyelesaikan soal-soal cerita pada materi

perbandingan senilai dan berbalik nilai.

2. Soal Cerita

Soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek.

Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari

atau masalah lainnya. (Abidin: 1989). Bobot masalah yang diungkapkan

akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut. Makin besar bobot

masalah yang diungkapkan, memungkinkan panjang cerita yang disajikan.

Penyajian soal dalam bentuk cerita merupakan usaha menciptakan suatu

cerita untuk menerapkan konsep yang sedang dipelajari sesuai dengan

pengalaman kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan dapat menafsirkan

kata-kata dalam soal, melakukan kalkulasi dan menggunakan

prosedur-prosedur relevan yang telah dipelajarinya. Soal cerita melatih siswa untuk

(24)

hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian, atau pembagian), serta

prinsip-prinsip atau rumus-rumus dalam geometri yang telah dipelajari.

3. Perbandingan senilai

Perbandingan senilai disebut juga dengan perbandingan seharga.

Perbandingan senilai adalah perbandingan dimana besar ukurannya selalu

berbanding lurus dengan nilai satuannya. Jika besar ukurannya bertambah,

maka nilai satuannya juga bertambah, dan sebaliknya.

Perhatikan diagram berikut:

variabel pertama variabel kedua

Perbandingan tersebut dikatakan perbandingan senilai jika : :

memiliki nilai yang sama, yaitu . Perbandingan tersebut dapat ditulis

sebagai : : . Keadaan ini menunjukkan bahwa dan .

Jika suatu variabel diubah nilainya, maka nilai variabel kawannya pada

diagram di atas berubah sebanding. Misalkan, jika nilai dikalikan dengan

2 supaya menjadi , maka nilai juga dikalikan dengan 2 supaya menjadi

.

4. Perbandingan berbalik nilai

Perbandingan berbalik nilai disebut juga dengan perbandingan berbalik

harga. Perbandingan berbalik nilai adalah perbandingan dimana besar

ukurannya selalu berbanding terbalik dengan nilai satuannya. Jika besar

(25)

Perhatikan diagram berikut:

variabel pertama variabel kedua

Perbandingan tersebut dikatakan perbandingan berbalik nilai jika

: 1:1. Perbandingan tersebut dapat ditulis sebagai : : ., jika

perbandingan tersebut disederhanakan, diperoleh : : .

Jika salah satu variabel dikalikan dengan 2, maka nilai variabel kawannya

pada diagram di atas dikalikan dengan . Misalkan, bila dikalikan dengan

2 supaya menjadi , maka dikalikan supaya menjadi .

5. Penyelesaian soal

Penyelesaian soal disini meliputi:

a. Menuliskan bagian yang sudah diketahui dan bagian yang ditanyakan

b. Mencari bagian yang ditanyakan

(26)

E.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi siswa

a. Siswa dapat belajar untuk memahami maksud soal cerita yang

kemudian diubah ke dalam bahasa matematika dan melakukan

penyelesaian untuk mendapatkan hasilnya.

b. Siswa juga dituntut untuk dapat memahami konsep perbandingan

senilai dan berbalik nilai, serta ciri atau kekhasan yang membedakan

keduanya. Setelah memahami konsep yang membedakan keduanya,

diharapkan siswa dapat memperdalam pengetahuan yang telah

diperolehnya.

2. Bagi guru

a. Guru dapat mengetahui letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan

soal-soal cerita yang berhubungan dengan perbandingan senilai dan

berbalik nilai, kesalahan apa saja yang dilakukan oleh siswa baik

kesalahan dominan maupun kesalahan yang jarang dilakukan oleh

siswa.

b. Guru dapat membantu dan membimbing siswa untuk meningkatkan

pemahaman siswa terhadap konsep perbandingan senilai dan

berbalik nilai sehingga menemukan cara yang tepat untuk

memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh siswa.

(27)

a. Peneliti dapat mengetahui kesalahan apa saja yang dilakukan oleh

siswa kelas VIII dalam mengerjakan soal cerita yang berhubungan

dengan perbandingan senilai dan berbalik nilai.

b. Peneliti diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami konsep

perbandingan senilai dan berbalik nilai, sehingga ketika mengajar

menjadi guru dapat menemukan cara atau metode mengajar yang

tepat agar menemukan solusi atau penyelesaian bagi kesalahan siswa

(28)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Kesalahan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesalahan adalah sesuatu yang

menyimpang dari aturan atau norma-norma tertentu. Tindakan yang

menyimpang akan mempengaruhi seseorang dalam mencapai tujuannya.

Tindakan yang menyimpang akan mengakibatkan tujuan yang diinginkan tidak

akan tercapai secara maksimal, bahkan dapat berakibat kegagalan.

Kesalahan dalam matematika dapat diartikan sebagai suatu pemahaman

yang kurang tepat dalam mempelajari suatu konsep matematika. Kesalahan

dalam matematika juga dapat diperlihatkan dari hasil perhitungan yang kurang

tepat dalam mengolah angka-angka yang tersedia menggunakan operasi hitung

matematika.

Menurut para peneliti, kesalahan matematika adalah pemahaman yang

tidak tepat dalam mempelajari matematika, sehingga siswa menjadi keliru

dalam menyelesaikan masalah matematika dan akhirnya mengalami beberapa

kesulitan.

B.Faktor Penyebab Kesalahan

Faktor penyebab kesalahan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu faktor

kognitif dan faktor non kognitif. Pada kajian teori ini, penulis hanya akan

(29)

keterbatasan peneliti. Faktor kognitif adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan kemampuan intelektual siswa dalam memproses atau mencerna materi

matematika ke dalam pikiran (Suwarsono dalam Haryani, 2008).

Marpaung (1986) mengatakan bahwa kognitif adalah sesuatu yang

bersifat internal, sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung. Proses

kognitif atau struktur kognitif berarti proses atau struktur di dalam pikiran

sesorang (tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diteliti dengan

menyusun model-model dengan menggunakan kemampuan interpretasi

terrhadap data yang dikumpulkan melalui cara-cara atau metode tertentu) dari

saat menerima data, menggolongkannya, lalu menyimpan dalam bentuk

informasi di dalam ingatan dan memanggilnya kembali saat dibutuhkan dalam

rangka pengolahan selanjutnya.

Menurut Marpaung, ada 9 kemampuan mental yang harus dikuasai oleh

siswa, yaitu:

1. Kemampuan membandingkan

Kemampuan membandingkan adalah kemampuan untuk melihat

kesamaan atau perbedaan masalah-masalah matematika yang dihadapi.

2. Kemampuan mengatur

Kemampuan mengatur adalah kemampuan untuk mentaati aturan-aturan

yang ada dalam matematika.

3. Kemampuan melakukan abstraksi

Kemampuan melakukan abstraksi adalah kemampuan untuk melihat

(30)

yang tidak mendasar. Untuk mencapai kemampuan ini siswa harus

mempunyai tingkat operasional formal tentang pendewasaan mental,

kemungkinan anak akan banyak mengalami masalah dalam pemahaman

konsep-konsep matematika secara umum.

4. Generalisasi

Generalisasi adalah suatu proses memperoleh sifat yang sama yang

dimiliki oleh sejumlah obyek berdasarkan pengamatan terhadap

himpunan bagian dari obyek tersebut. Dalam konteks sehari-hari,

generalisasi sering diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk

menarik kesimpulan dari khusus ke umum.

5. Kemampuan klasifikasi

Kemampuan klasifikasi adalah kemampuan menggolongkan obyek atau

menetapkan hubungan antar kelas.

6. Kemampuan konkritisasi dan partikulasi

Kemampuan konkritisasi dan partikulasi adalah kemampuan mentransfer

atau mengaplikasikan prinsip umum atas hal-hal khusus.

7. Kemampuan formalisasi

Kemampuan formalisasi adalah kemampuan untuk melihat bentuk dan

berpikir secara formal dan menghilangkan makna atau konteks untuk

memperoleh sesuatu yang lebih abstrak.

8. Kemampuan analogisasi

Kemampuan analogisasi adalah kemampuan untuk melihat hubungan

(31)

9. Kemampuan representasi

Kemampuan representasi meliputi kemampuan untuk merepresentasikan

ide-ide dalam berbagai modus dan bentuk representasi enaktif, ikonik,

simbolik.

Modus enaktif adalah salah satu cara merepresentasikan ide atau

pengetahuannya melalui aktivitas, perbuatan, dan benda-benda konkret.

Merepresentasikan ide dalam modus ikonik dapat diwujudkan melalui

gambar, skema, bagan, grafik, dan sejenisnya.

Repesentrasi dalam modus simbolik dilakukan melalui lambang-lambang

atau simbol-simbol.

Dari 9 kemampuan mental yang harus dimiliki siswa dalam memahami

konsep-konsep matematika, nampak bahwa kemampuan intelektual yang

cukup sangat diperlukan untuk dapat memenuhi kemampuan-kemampuan

tersebut. Apabila kemampuan intelektualnya terbatas, maka akan lambat dalam

memahami konsep-konsep matematika sehingga banyak kemungkinan

kemampuan mental yang harus dikuasai menjadi tidak dikuasai. Hal inilah

yang menjadi penyebab terjadinya kesalahan pada siswa.

C.Kategori Jenis Kesalahan Menurut Hadar (1987)

Penelitian ini meneliti mengenai kesalahan-kesalahan yang dilakukan

(32)

berulang kali. Hadar mengelompokkan kesalahan tersebut dalam lima tipe

kesalahan sebagai berikut:

1. Siswa menambah atau mengabaikan data

2. Siswa menterjemahkan pernyataan verbal ke dalam pernyataan

matematika dengan arti yang berbeda

3. Siswa menggunakan teorema atau definisi yang salah

4. Siswa menggunakan logika secara salah dalam mengambil kesimpulan

5. Siswa membuat kesalahan dalam keterampilan dasar

Hadar (1987) melengkapi klasifikasi jenis kesalahan ini dengan satu jenis

kesalahan, yaitu penyelesaian tidak diperiksa kembali sebagai berikut:

1. Kesalahan data

Kesalahan ini meliputi kesalahan yang dapat dihubungkan dengan

ketidaksesuaian antara data yang diketahui dengan data yang dikutip oleh

siswa dan merangkum kesalahan-kesalahan berikut ini:

a. Menambah data yang tidak ada hubungannya dengan soal

b. Mengabaikan data penting yang diberikan

c. Menguraikan syarat-syarat yang sebenarnya tidak dibutuhkan dalam

masalah

d. Mengartikan informasi tidak sesuai dengan teks yang sebenarnya

e. Mengganti syarat yang ditentukan dengan informasi lain yang tidak

sesuai

f. Menggunakan nilai suatu variabel untuk variabel yang lain

(33)

2. Kesalahan menginterpretasikan bahasa

Kategori ini meliputi kesalahan-kesalahan sebagai berikut:

a. Mengubah bahasa sehari-hari ke bentuk persamaan matematika

dengan arti yang berbeda

b. Menuliskan simbol dari suatu konsep dengan simbol lain yang

artinya berbeda

c. Salah mengartikan grafik

3. Kesalahan menggunakan logika untuk menarik kesimpulan

Kategori ini meliputi kesalahan-kesalahan dalam menarik

kesimpulan dari suatu informasi yang diberikan atau dari kesimpulan

sebelumnya yang meliputi:

a. Dari pertanyaan implikasi , siswa menarik kesimpulan

sebagai berikut:

Bila diketahui terjadi maka pasti terjadi

Bila salah maka pasti juga salah

b. Mengambil kesimpulan tidak benar, misalnya memberikan sebagai

akibat dari tanpa dapat menjelaskan urutan pembuktian yang betul

4. Kesalahan menggunakan definisi atau teorema

Kesalahan ini merupakan penyimpangan dari prinsip, aturan,

teorema, atau definisi yang pokok dan khas. Kategori ini meliputi

(34)

a. Menerapkan suatu teorema pada kondisi yang tidak sesuai, misalnya

menerapkan aturan sinus, ; dimana unsur-unsur a dan

tidak terdapat pada segitiga yang memuat unsur-unsur b dan .

b. Menerapkan sifat distributif untuk fungsi atau operasi yang bukan

distributif. Misalnya:

ƒ Sin β Sin α Sin β

ƒ

c. Tidak teliti atau tidak tepat dalam mengutip definisi, rumus, atau

teorema. Misalnya:

ƒ dalam parabola sebagai pengganti

ƒ 2

5. Penyelesaian tidak diperiksa kembali

Kesalahan ini terjadi jika setiap langkah yang ditempuh oleh siswa

benar akan tetapi hasil akhir yang diberikan bukan penyelesaian dari soal

yang dikerjakan.

6. Kesalahan teknis

Kategori kesalahan ini meliputi:

a. Kesalahan perhitungan, misalnya: 7 8 56

b. Kesalahan dalam mengutip data

c. Kesalahan dalam memanipulasi simbol-simbol aljabar dasar,

misalnya: menulis 4 4 sebagai pengganti dari

(35)

D.Kesalahan-kesalahan yang Sering Dilakukan Siswa dalam Mengerjakan Soal Cerita pada Topik Perbandingan Senilai dan Berbalik Nilai

Untuk mendukung penelitian ini, peneliti akan membahas kesalahan yang

sering dilakukan oleh siswa berdasarkan penelitian Radatz (1979), Cox (1975),

dan Lie Liana (1989).

Seorang peneliti dari Pasific Lutheran University bernama Cox (1975)

melakukan penelitian untuk mengidentifikasi kesalahan sistematis yang sering

terjadi dalam penjumlahan biasa, pengurangan, perkalian, daan pembagian.

Menurut Cox, kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa dapat digolongkan

menjadi:

1. Kesalahan sistematik

Kesalahan ini terjadi jika siswa membuat kesalahan yang sama

paling sedikit 3 dari 5 soal yang ada.

2. Kesalahan random

Kesalahan ini terjadi jika siswa membuat kesalahan yang

berbeda-beda paling sedikit 3 dari 5 soal yang ada.

3. Kesalahan kecerobohan

Kesalahan ini terjadi jika siswa membuat hanya 1 atau 2 kesalahan,

tetapi pada dasarnya dia sudah tahu bagaimana caranya mengerjakan

algoritma tersebut.

4. Tanpa kesalahan

(36)

5. Data tidak lengkap

Siswa tidak mengerjakan kelima soal yang ada, maka tidak dapat

diklasifikasikan ke dalam golongan yang ada.

Menurut Cox (1975), beberapa dari kesalahan-kesalahan nyata dapat

dilihat, tetapi banyak juga yang sulit untuk dianalisis. Tidak semua kesalahan

sistematik telah diidentifikasi dalam penelitiannya, tetapi yang tidak

teridentifikasi itu hanya sebagian kecil saja.

Seorang peneliti bernama Radatz (1979) dalam penelitiannya

mengemukakan bahwa seseorang dapat menduga analisis kesalahan dalam

matematika seperti banyak masalah penelitian pendidikan yang memiliki

perbedaan dalam tujuan sosial, kondisi, kurikulum, dan silabus pendidikan,

mempunyai kesulitan dalam mentransfer dan menggeneralisasi

penemuan-penemuan yang telah ada. Pada klasifikasi kesalahan menurut kesulitan

individu, harus diperhatikan juga bahwa kesalahan juga merupakan sebuah

fungsi dari variabel-variabel yang lain dalam proses pendidikan, yaitu guru,

kurikulum, lingkungan, dan beberapa kemungkinan interaksi diantara

variabel-variabel tersebut. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam mempelajari

matematika merupakan akibat dari proses-proses yang sangat kompleks.

Pemisahan yang tajam dari sebab-sebab yang memungkinkan timbulnya

kesalahan-kesalahan itu sangat sukar karena adanya interaksi tersembunyi

diantara penyebab-penyebab tersebut.

Radatz memberikan saran penggolongan kesalahan berdasarkan

(37)

1. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh kesulitan bahasa.

2. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya daya persepsi

(daya tanggap) dalam ruang (dimensi tiga).

3. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan kekakuan berpikir dalam

menyelesaikan tugas-tugas problem solving.

4. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan ketidakmatangan fakta,

keterampilan, dan konsep dasar.

5. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan karena penerapan-penerapan

aturan yang tidak relevan dan penggunaan algoritma yang salah.

Pada akhir penelitiannya, Radatz mengemukakan bahwa seringkali kita

kesulitan untuk menganalisis dan menggolongkan kesalahan yang dibuat siswa

dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Kesulitan ini terjadi karena adanya

kesulitan untuk membedakan antara kasus yang satu dengan kasus yang lain.

Liana (1989), dalam penelitiannya mengungkapkan adanya beberapa

kesalahan dasar yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal-soal

perbandingan senilai dan berbalik nilai. Kesalahan dasar yang diungkapkan

melalui hasil penelitiannya tersebut dirumuskan oleh beberapa variabel yang

mendukung. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah:

a. TS (kemampuan menterjemahkan soal) dengan nilai variabel yang

mungkin adalah:

1. TS = 1 (menterjemahkan soal dengan benar)

2. TS = 0 (menterjemahkan soal salah)

(38)

b. RU (kemampuan menuliskan rumus sesuai dengan jenis soal) dengan

nilai variabel yang mungkin adalah:

1. RU = 1 (menuliskan rumus benar)

2. RU = 0 (menuliskan rumus salah)

3. RU = - (tidak menuliskan rumus)

c. SS (kemampuan menyebutkan jenis soal) dengan nilai variabel yang

mungkin adalah:

1. SS = 1 (menyebutkan jenis soal benar)

2. SS = 0 (menyebutkan jenis soal salah)

3. SS = - (tidak menyebutkan jenis soal)

d. AL (kemampuan memberikan alasan) dengan nilai variabel yang

mungkin adalah:

1. AL = 1 (memberikan alasan benar)

2. AL = 0 (memberikan alasan salah)

3. AL = - (tidak memberikan alasan)

e. HI (keterampilan hitung) dengan nilai variabel yang mungkin adalah:

1. BB (perhitungan benar sempurna)

2. BS (perhitungan benar kurang sempurna)

3. ST (perhitungan salah sama sekali)

4. TD (tidak ada perhitungan)

Kemudian dari variabel-variabel yang telah ditentukan tersebut dan

melakukan penelitian, Lie Liana menyimpulkan jenis kesalahan dasar dengan

(39)

1. KTS (kesalahan menterjemahkan soal)

Siswa dianggap melakukan kesalahan ini bila:

- Tidak mengerjakan bagian a. (TS = -)

- Tidak menuliskan apa yang diketahui atau apa yang ditanyakan

secara benar (TS = 0)

2. KRU (kesalahan menuliskan rumus)

Siswa dianggap melakukan kesalahan ini bila:

- Tidak mengerjakan bagian b. (RU = -)

- Tidak dapat menyebutkan hubungan antara nilai-nilai variabel

yang diketahui dan yang ditanyakan dengan tepat (RU = 0)

3. KHI (kesalahan melakukan perhitungan)

Siswa dianggap melakukan kesalahan ini bila:

- Siswa tidak melakukan perhitungan (HI = TD)

- Siswa salah sama sekali dalam menyelesaikan operasi-operasi

dasar aritmatika yang digunakan (HI = ST)

4. KSS (kesalahan menyebutkan jenis soal)

Siswa dianggap melakukan kesalahan ini bila:

- Siswa tidak menyebutkan jenis soal (SS = -)

- Siswa salah menyebutkan jenis soal (SS = 0)

5. KAL (kesalahan memberikan alasan)

Siswa dianggap melakukan kesalahan ini bila:

- Siswa tidak memberikan alasan (AL = -)

(40)

6. KKC (kesalahan kecerobohan)

Siswa dianggap melakukan kesalahan ini bila:

- Siswa melakukan kekeliruan menuliskan angka-angka yang

digunakan (KC = 0)

- Bila siswa tidak melakukan kekeliruan dalam menuliskan

angka-angka yang dipergunakan, maka diberi tanda KC = 1, dan

kesalahan kecerobohan ini hanya terdapat pada soal-soal yang

dikerjakan siswa

E.Perbandingan Senilai dan Berbalik Nilai

Perbandingan erat kaitannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak

kejadian atau masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

perbandingan. Sebagai contoh adalah, uang saku adik adalah 2.000,00 dan

uang saku kakak adalah 10.000,00. Kita dapat membandingkan, uang saku

adik dibandingkan dengan uang saku kakak adalah 1: 5. Melalui langkah

seperti ini, sebenarnya kita membandingkan hasilnya dengan cara mencari hasil

baginya, yaitu .

. . Hasil bagi sering digunakan untuk mengukur

perbandingan dari dua besaran yang sejenis. Hasil bagi dari perbandingan

tersebut dinamakan rasio. Rasio diperoleh dengan cara membagi angka yang

satu dengan yang lainnya (Soewarno dalam Liana, 1989)

Menurut Adinawan (2007), konsep perbandingan senilai dan berbalik

(41)

1. Perbandingan senilai atau seharga adalah perbandingan dimana besar

ukurannya selalu berbanding lurus dengan nilai satuannya. Jika besar

ukurannya bertambah, maka nilai satuannya juga bertambah, dan

sebaliknya.

Contoh:

a. Banyak liter bensin yang dibeli dengan jumlah harganya

b. Banyak kue yang dibuat dengan jumlah tepung yang digunakan

untuk membuat kue

Cara menyelesaikan perbandingan senilai adalah sebagai berikut:

Misalkan diketahui dua besaran A dan B

A B

a1 b1

a2 b2

Karena berlaku perbandingan senilai, maka dapat ditulis sebagai

Grafik perbandingan senilai ditunjukkan dengan:

B

A

Melalui penjelasan di atas, perbandingan senilai dapat dituliskan

sebagai .

2. Perbandingan berbalik nilai atau berbalik harga adalah perbandingan

(42)

satuannya. Jika besar ukuran bertambah, maka nilai satuannya berkurang

dan sebaliknya.

Contoh:

a. Banyak pekerja pada suatu proyek dan waktu penyelesaiannya

b. Besar kecepatan suatu mobil dan waktu tempuhnya

Cara menyelesaiakan perbandingan berbalik nilai adalah sebagai

berikut:

Misalkan diketahui dua besaran P dan Q:

P Q

a1 b1

a2 b2

Karena berlaku perbandingan berbalik nilai, maka dapat ditulis

sebagai

Grafik perbandingan senilai ditunjukkan dengan:

Q

P

Melalui penjelasan di atas, perbandingan berbalik nilai dapat

dituliskan sebagai

Menurut Susanto (2007), konsep perbandingan senilai dan berbalik nilai

dijelaskan sebagai berikut:

1. Perbandingan Seharga atau Senilai

Jika kita sedang mengisi bensin di suatu SPBU maka pada mesin

(43)

harga bensin per liter, indikator yang kedua menunjukkan berapa liter

bensin yang dikeluarkan, dan indikator ketiga menunjukkan berapa

rupiah harga bensin yang harus dibayar. Misalkan, harga bensin per liter

adalah 4.500,00, jika kita membeli 1 liter bensin maka harga yang

harus dibayar adalah 4.500,00. Jika kita membeli 2 liter bensin, maka

harga yang harus dibayar adalah 9.000,00, dan seterusnya. Semakin

banyak jumlah bensin yang dikeluarkan maka semakin besar jumlah uang

yang harus dibayarkan. Perhatikan tabel banyaknya bensin yang dibeli

dengan jumlah uang yang harus dibayar di bawah ini:

No Jumlah bensin

Berdasarkan tabel di atas, perhatikan hal-hal berikut ini:

banyak bensin baris ke 1 banyak bensin baris ke 3

1 3

1 3

bandingkan

harga bensin baris ke 1 harga bensin baris ke 3

Rp4.500,00 Rp13.500,00

1 3

banyak bensin baris ke 3 banyak bensin baris ke 6

3 6

1 2

bandingkan

harga bensin baris ke 3 harga bensin baris ke 6

Rp13.500,00 Rp17.000,00

(44)

banyak bensin baris ke 4 banyak bensin baris ke 5

4 5

4 5

bandingkan

harga bensin baris ke 4 harga bensin baris ke 5

Rp18.000,00 Rp22.500,00

4 5

Perbandingan banyak bensin dan perbandingan harga bensin pada

baris yang bersesuaian selalu seharga atau senilai (sama). Hal ini disebut

perbandingan senilai. Pada perbandingan senilai, jika salah satu bagian

diperbesar maka bagian yang lain akan diperbesar juga.

2. Perbandingan Berbalik Harga atau Berbalik Nilai

Pada pelajaran Fisika, jika jarak dilambangkan , kecepatan

dilambangkan , dan waktu adalah tmaka terdapat suatu hubungan

. Di bawah ini diberikan tabel kecepatan beberapa benda bergerak

dan waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak sejauh 150 .

(45)

dari adalah ; kebalikan adalah ; kebalikan adalah

kecepatan baris ke 1 kecepatan baris ke 3

150 km jam⁄

50 km jam⁄

3 1

bandingkan

waktu baris ke 1 waktu baris ke 3

1 jam 3 jam

1 3

kecepatan baris ke 2 kecepatan baris ke 4

75 km jam⁄

30 km jam⁄

5 2

bandingkan

waktu baris ke 2 waktu baris ke 4

2 jam 5 jam

2 5

kecepatan baris ke 3 kecepatan baris ke 7

50 km jam⁄

5 km jam⁄ 10

1

bandingkan

waktu baris ke 3 waktu baris ke 7

3 jam 30 jam

1 10

kecepatan baris ke 4 kecepatan baris ke 10

30 km jam⁄

n km jam⁄ 30

n

bandingkan

waktu baris ke 4 waktu baris ke 10

5 jam 150

n jam n 30

Perbandingan kecepatan dan perbandingan waktu tempuh pada baris

yang bersesuaian selalu berkebalikan nilainya atau berbalik nilai. Hal ini

(46)

perbandingan berbalik nilai, jika salah satu bagian diperbesar maka

(47)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif karena bertujuan

untuk mendeskripsikan suatu kejadian yang terjadi pada masa sekarang. Secara

khusus, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Moeloeng

(2005) penelitian kualitatif adalah penelitian yang memiliki tujuan untuk

memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan

dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian kualitatif deskriptif

adalah penelitian yang menekankan pada keadaan sesungguhnya (faktual) dan

berusaha mengungkapkan fenomena yang ada pada kejadian tersebut.

B.Subyek Penelitian

Banyak kelas pada VIII pada SMP Kanisius Pakem pada tahun ajaran

2010/2011 adalah 2 kelas, yaitu kelas VIII A dan kelas VIII B. Subjek

penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII B SMP Kanisius Pakem tahun

ajaran 2011/2012. Terdapat 27 orang siswa yang mengikuti tes dan 13 orang

yang dipilih sebagai subyek wawancara. Peneliti hanya memilih siswa dari

kelas VIII B karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga. Berdasarkan

(48)

kelas dengan kemampuan kognitif siswa yang lebih rendah dari kelas VIII A

dan jumlah siswa yang lebih banyak dari kelas VIII A.

C.Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dengan cara tes tertulis dan wawancara.

1. Tes tertulis

Tes tertulis yang digunakan berupa soal cerita matematika dengan

topik perbandingan senilai dan berbalik nilai. Tes tertulis ini terdiri dari

10 butir soal cerita dengan komposisi 5 butir soal cerita perbandingan

senilai dan 5 butir soal cerita perbandingan berbalik nilai. Soal yang

diberikan tidak dikelompokkan sesuai dengan topiknya, tetapi diacak.

Hal ini bertujuan agar siswa dapat membedakan soal dengan topik

perbandingan senilai dan soal dengan topik perbandingan berbalik nilai.

Tabel 3.1. Hubungan antara rumusan masalah dengan instrumen penelitian

No Rumusan masalah Instumen yang

digunakan

1.

Jenis kesalahan apa saja yang dominan dilakukan oleh siswa-siswi kelas VII B SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2010/2011 dalam mengerjakan soal cerita pada topik perbandingan senilai dan berbalik nilai?

Tes esai dan wawancara

2.

Faktor apa saja yang menyebabkan siswa-siswi kelas VII B SMP Kanisius Pakem tahun ajaran 2010/2011 melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal cerita pada topik perbandingan senilai dan berbalik nilai?

Tes esai dan wawancara

Soal dibuat sendiri oleh peneliti dan beberapa diadopsi dari

soal-soal cerita yang sering menyebabkan siswa melakukan kesalahan, hal ini

sesuai dengan anjuran guru kelas yang disesuaikan dengan buku

(49)

yang dibuat disesuaikan dengan indikator pencapaian hasil belajar

menurut kurikulum 2006.

Tabel 3.2. Rancangan soal cerita matematika berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar

No Indikator pencapaian hasil belajar No soal

1. Menyelesaikan soal yang melibatkan perbandingan seharga (senilai) untuk menyelesaikan masalah sehari-hari

1, 2, 5, 9, 10

2. Menyelesaikan soal yang melibatkan perbandingan berbalik harga (nilai) untuk menyelesaikan masalah sehari-hari

3, 4, 6, 7, 8

Tabel 3.3. Kisi-kisi soal test uji coba yang disesuaikan dengan silabus No Indikator pencapaian

hasil belajar Soal Uji Coba

No soal

1.

Menyelesaikan soal yang melibatkan perbandingan seharga (senilai) untuk menyelesaikan masalah sehari-hari

Sebuah perusahaan konveksi membutuhkan 90 kain untuk membuat 45 potong kemeja. Jika perusahaan itu membeli 60 kain lagi, berapa potong kemeja yang dapat dibuat oleh perusahaan konveksi tersebut?

1

Persediaan air pada suatu pemukiman sebanyak 120 cukup untuk 4 hari. Berapa liter air yang harus dibutuhkan oleh warga agar persediaan airnya cukup untuk 15 hari?

2

Davit membeli 2 minyak goreng di toko dengan harga 35.000,00. Jika dia ingin membeli minyak goreng tersebut 7,5 lagi, maka berapa jumlah uang yang harus dibayarkan oleh Davit?

5

Amanda membagikan permen sebanyak 300 butir kepada kepada 10 orang anak jalanan, kemudian datang 5 orang anak jalanan lagi. Berapa jumlah permen yang harus disediakan Amanda agar masing-masing anak jalanan mendapatkan jumlah permen yang sama?

9

Tinggi suatu tiang bendera adalah 3 , jika bayangan tiang bendera tersebut adalah 2 , maka berapa tinggi pohon cemara yang memiliki bayangan 10 dengan skala yang sama?

10

2.

Menyelesaikan soal yang melibatkan perbandingan berbalik harga (nilai) untuk menyelesaikan masalah sehari-hari

Untuk membangun sebuah gedung, diperlukan pekerja sebanyak 30 orang dan diselesaikan dalam waktu 18 hari. Bila 3 orang pekerja jatuh sakit, maka dalam berapa hari pembangunan gedung itu akan selesai?

3

Lukas mengendarai mobil dengan kecepatan 100 / dengan waktu tempuh perjalanan adalah 6 jam. Berapa waktu yang dibutuhkan oleh Lukas jika mengendarai mobil dengan kecepatan 75 / ?

4

Persediaan makanan di asrama cukup untuk 200 anak selama 6 hari. Jika ditambah 40 anak lagi. Berapa lamakah persediaan makanan itu akan habis?

6

(50)

menyelesaikan pemesanan pembuatan kue dalam 16 hari. Suatu hari 3 orang karyawan mengundurkan diri. Maka berapa hari pemesanan pembuatan kue dapat diselesaikan?

Suatu pembangunan sebuah apartemen dikerjakan oleh 14 pekerja yang ditargetkan selesai dalam waktu 48 hari. Jika kontraktor menginginkan pekerjaan itu selesai dalam waktu 21 hari, berapa jumlah pekerja yang harus ditambahkan?

8

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui cara berpikir dan

menelusuri faktor-faktor penyebab kesalahan dalam pengerjaan soal-soal

cerita perbandingan senilai dan berbalik nilai dari siswa kelas VIII B

SMP Kanisius Pakem.

D.Keabsahan Data

Keabsahan data diperiksa dengan teknik triangulasi. Menurut Moeloeng

(2005), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau pembanding terhadap data. Peneliti mencek kembali data yang sudah

diperoleh dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara dan isi dokumen (pekerjaan siswa yang tertulis).

Peneliti juga melakukan analisis validitas. Validitas intrumen diukur

setelah diadakan uji coba terhadap instrumen penelitian. Uji coba dilakukan di

kelas VII A pada tanggal 31 Mei 2011 pada jam pelajaran pertama dan kedua

selama 70 menit. Hasil uji coba dianalisis dengan validitas item pada tiap soal

(51)

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Setelah diperoleh nilai validitas item masing-masing soal, hasil tersebut

dibandingkan dengan harga pada tabel dengan taraf signifikansi 5% dengan

25, jika diperoleh , maka dapat disimpulkan bahwa soal

tersebut valid, dengan tingkat kualifikasi yang sudah ditentukan sesuai dengan

tabel tingkat kualifikasi validitas item yang diberikan.

Tabel 3.4. Tingkat kualifikasi validitas item

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. 0,91-1,00 Sangat tinggi

2. 0,71-0,90 Tinggi

3. 0,41-0,70 Cukup

4. 0,21-0,40 Rendah

5. Negatif-0,20 Sangat rendah

E.Teknik Analisis Data

1. Tes esai

Jenis data yang diteliti dalam penelitian ini adalah data kualitatif.

Data kualitatif berupa kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa dalam

menyelesaikan soal-soal cerita yang berhubungan dengan perbandingan

senilai dan berbalik nilai, yaitu kesalahan-kesalahan yang langsung

terlihat dari hasil pekerjaan siswa.

Untuk soal tes esai, setiap jawaban siswa diberi skor maksimal 5.

Nilai siswa dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(52)

Tabel 3.5. Teknik analisis data esai

No Proses 1. Meneliti seluruh jawaban siswa

2. Mencatat kesalahan yang dibuat oleh siswa

3. Mengelompokkan jawaban siswa berdasarkan jenis kesalahannya

4. Memilih jawaban siswa yang akan dianalisis berdasarkan jawaban yang menunjukkan kesalahan dominan dan kesalahan khusus

5. Mengelompokkan kesalahan yang dilakukan oleh siswa berdasarkan kategori jenis kesalahan

2. Wawancara

Untuk wawancara, pertanyaan wawancara merupakan jawaban

siswa yang sudah dianalisis oleh peneliti. Pertanyaan wawancara yang

diberikan berdasarkan jawaban siswa dalam mengerjakan soal tes esai.

Alat yang digunakan untuk merekam saat wawancara berlangsung adalah

perekam suara (sound recorder). Selanjutnya hasil wawancara akan dianalisis dan dicocokkan dengan hasil tes esai untuk mendapatkan

faktor-faktor penyebab kesalahan siswa SMP Kanisius Pakem kelas VIII

B tahun ajaran 2011/2012 dalam mengerjakan soal-soal cerita yang

berhubungan dengan perbandingan senilai dan berbalik nilai.

F. Rumusan Jenis Kategori Kesalahan

Rumusan kategori jenis kesalahan ini disusun berdasarkan penggabungan

hasil uji dan merujuk pada penelitian Cox (1975), Radatz (1979), Hadar

(1987), dan Lie Liana (1989)

1. Jenis kesalahan konsep

Kategori kesalahan ini meliputi kesalahan yang berkaitan dengan

(53)

Jenis kesalahan konsep yang dibuat oleh siswa diklasifikasikan dalam

tipe kesalahan berikut ini:

a. Kesalahan menuliskan rumus perbandingan berbalik nilai yang

ditulis sebagai perbandingan senilai (Kesalahan tipe 1.a).

Kesalahan menuliskan rumus adalah kesalahan menyebutkan

hubungan antara variabel-variabel yang diketahui dan yang

ditanyakan secara tepat.

Contoh:

“Satu keranjang buah apel terdiri atas 30 buah, kemudian buah apel

tersebut hendak diberika kepada 18 anak. Bila 3 buah apel itu

busuk, maka berapa banyak apel yang diterima oleh masing-masing

anak?”

Jawab:

30 buah 18 anak 30 3 buah anak

30 buah 18 anak 27 buah anak

30 buah

18 anak 27 buah 30

2 3 15 3 45 anak

b. Kesalahan menyebutkan jenis soal perbandingan berbalik nilai

yang ditulis sebagai perbandingan senilai (Kesalahan tipe 1.b).

Kesalahan menyebutkan jenis soal adalah kesalahan menyebutkan

jenis soal perbandingan berbalik nilai yang diselesaikan sebagai

soal jenis perbandingan senilai.

(54)

“Sebuah motor melaju dengan kecepatan 20 km/jam dengan

waktu tempuh perjalanan adalah 6 jam. Berapa waktu yang

dibutuhkan oleh motor tersebut jika melaju dengan kecepatan

60 km/jam?”

Jawab:

20 km/jam = 6 jam, maka 60 km/jam = … . jam

Maka ⁄

⁄ 6 jam 6 6 2 jam

2. Jenis kesalahan teknis

Kategori kesalahan ini meliputi kesalahan yang berkaitan dengan

kesalahan melakukan perhitungan dan kesalahan kecerobohan. Jenis

kesalahan teknis yang dibuat oleh siswa diklasifikasikan dalam tipe

kesalahan berikut ini:

a. Kesalahan melakukan perhitungan dalam soal cerita yang diberikan

(Kesalahan tipe 2.a). Kesalahan melakukan perhitungan adalah

kesalahan menyelesaikan operasi-operasi dasar aritmetika yang

digunakan.

Contoh:

“Persediaan gandum pada toko kue sebanyak 120 kg cukup untuk

4 hari.. Berapa kg gandum yang harus dibutuhkan oleh koki kue

agar persediaan gandumnya cukup untuk 15 hari?”

Jawab:

4 hari = 120 kg, maka untuk 1 harinya adalah 120 kg : 4 hari =

(55)

30 kg 15 hari = 550 kg dengan kata lain, jika dituliskan dengan

cara perbandingan, penyelesaian di atas dapat diubah menjadi:

15 hari

4 hari 120 kg 15

1 30 550 kg

b. Kesalahan kecerobohan dalam melakukan perhitungan pada soal

cerita yang diberikan (Kesalahan tipe 2.b). Kesalahan kecerobohan

adalah kekeliruan menuliskan angka-angka yang dipergunakan.

Contoh:

“Davit membeli 2 m kain batik di toko dengan harga Rp35.000,00.

Jika dia ingin membeli 7,5 m lagi, maka berapa jumlah semua uang

yang harus dibayarkan oleh Davit di toko tersebut?”

Jawab:

Kain yang dibeli adalah 7,5m 2m 9,5m

Maka jumlah uang yang harus dibayar oleh Davit sebesar

Rp35.000,00 9,5 Rp3.325.000,00.

3. Kesalahan memahami informasi soal

Kategori kesalahan ini meliputi kesalahan menterjemahkan soal. Jenis

kesalahan memahami informasi soal yang dibuat oleh siswa

diklasifikasikan dalam tipe kesalahan berikut ini:

a. Kesalahan menterjemahkan soal yang diberikan (Kesalahan tipe

3.a). Kesalahan menterjemahkan soal adalah kesalahan menuliskan

apa yang diketahui dan ditanyakan secara benar dan tepat.

(56)

“Seorang anak memasukkan 90 lembar amplop ke dalam kotak

surat selama 45 menit. Jika anak itu memasukkan amplop sebanyak

60 lembar lagi, berapa banyak waktu yang dihabiskan oleh anak

tersebut untuk memasukkan amplop ke dalam kotak surat?”

Jawab:

2 menit maka 30 menit.

G.Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Menemui Kepala Sekolah SMP Kanisius Pakem, meminta izin untuk

melakukan penelitian di sekolah.

b. Meminta surat izin penelitian di sekretariat JP MIPA.

c. Menyerahkan proposal penelitian ke Kepala Sekolah SMP Kanisius

Pakem (surat penelitian menyusul).

d. Menyerahkan surat izin penelitian ke Kepala Sekolah SMP Kanisius

Pakem.

e. Menemui guru Matematika kelas VIII untuk meminta izin penelitian

dan melakukan uji coba.

2. Tahap uji coba

Uji coba soal Matematika dilaksanakan pada Hari Senin, 31 Mei

2011 pukul 07.00-08.40 di ruang kelas VII A SMP Kanisius Pakem, yang

(57)

dibuang sama sekali, serta item-item mana yang baik untuk dipergunakan

selanjutnya (Sudirman dalam Haryani, 2008).

Langkah-langkah yang dilakuka pada saat uji coba adalah sebagai

berikut:

a. Siswa diberi penjelasan mengenai tujuan diadakannya tes

matematika.

b. Lembar soal dan lembar jawab dibagikan pada siswa.

c. Siswa diberi penjelasan mengenai petunjuk dan waktu yang

disediakan untuk mengerjakan soal.

d. Siswa diminta mengerjakan tes matematika.

e. Peneliti melakukan analisis validitas butir soal terhadap data yang

ada.

3. Tahap mengajar

Tahap mengajar ini dilakukan oleh peneliti karena tahap uji coba dan

tahap pengumpulan data dilakukan pada tahun ajaran yang berbeda. Pada

tahap uji coba, subyek penelitian berada di kelas VII dan uji coba

dilaksanakan setelah materi perbandingan diberikan. Setelah tahap uji

coba berlangsung dan peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas,

UKK (Ujian Kenaikan Kelas) berlangsung di SMP Kanisius Pakem,

sehingga tahap pengumpulan data harus dilakukan setelah UKK (Ujian

Kenaikan Kelas) tersebut selesai, yang artinya tahap pengumpulan data

(58)

Tahap pengumpulan data dilakukan setelah UKK (Ujian Kenaikan

Kelas) dan subyek penelitian berada di kelas VIII. Sehingga peneliti

diminta oleh guru kelas untuk mengulangi materi yang hendak diberikan

untuk mengingatkan kembali materi perbandingan kepada siswa.

4. Tahap pengumpulan data

Tahap pertama yaitu tes matematika yang dilakukan pada Hari Rabu,

27 Juli 2011, pukul 08.20-09.55, di ruang kelas VIII B SMP Kanisius

Pakem, yang diikuti sebanyak 27 siswa. Materi tes adalah soal cerita matematika yang berhubungan dengan perbandingan senilai dan berbalik

nilai. Soal yang diberikan berjumlah 10 butir dan merupakan soal esai.

Tes dilaksanakan selama 70 menit (2 jam pelajaran).

Tahap kedua yaitu wawancara yang dilakukan pada Hari Rabu, 3

Agustus 2011 dilanjutkan Hari Kamis, 4 Agustus 2011 dan berakhir pada

Hari Sabtu, 6 Agustus 2011 pukul 12.00-13.00 di ruang kelas VII A SMP

Kanisius Pakem. Jumlah siswa yang diwawancara sebanyak 13 siswa

dengan ketentuan pengelompokan kesalahan yang sudah ditentukan oleh

penulis yang sesuai dengan jawaban siswa yang telah dikerjakan yang

kemudian dianalisis oleh penulis. Satu per satu dari siswa tersebut di

wawancara untuk menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan saat

(59)

41

BAB IV

DESKRIPSI PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A.Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kanisius Pakem, pada topik

perbandingan senilai dan berbalik nilai yang dilaksanakan di kelas VIII B.

Seluruh siswa kelas VII A yaitu sejumlah 25 anak mengikuti tes uji coba.

Jumlah siswa di kelas VIII B adalah 27 anak. Tabel 4.1 di bawah ini

menampilkan kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian.

Tabel 4.1. Kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian

Tahap Waktu Kegiatan

1. Kamis, 26 Mei 201 Meminta izin kepada Kepala Sekolah

2. Jumat, 27 Mei 2011 Bertemu guru matematika kelas VII untuk mencocokkan jadwal

3. Selasa, 31 Mei 2011 Uji coba instrumen di kelas VII A 4. Senin, 18 Juli 2011 Mengajar I

5. Rabu, 20 Juli 2011 Mengajar II

6. Kamis, 21 Juli 2011 Mengajar III

7. Senin, 25 Juli 2011 Mengajar IV

8. Rabu, 27 Juli 2011 Tes penelitian di kelas VIII B

9.

Rabu, 3 Agustus 2011 Kamis, 4 Agustus 2011 Sabtu, 6 Agustus 2011

Wawancara siswa

B. Analisis Hasil Uji Coba

Sebelum melakukan penelitian di kelas VIII B, peneliti melakukan tes esai

uji coba sebanyak 10 soal di kelas VII A. Uji coba dilakukan untuk mengetahui

validitas butir soal, reliabilitas soal, untuk mengetahui apakah waktu yang

diberikan cukup, dan mencari gambaran jenis kesalahan yang muncul saat

siswa mengerjakan soal-soal cerita dengan topik Perbandingan Senilai dan

(60)

Melalui hasil uji coba, diketahui bahwa waktu yang diberikan cukup, yaitu

70 menit atau setara dengan 2 jam pelajaran matematika. Dari hasil uji coba

terdapat 4 soal yang tidak memenuhi validitas yaitu soal nomor 2, 3, 4, dan 6.

Soal ini kemudian diperbaiki dengan cara diganti dengan soal baru tetapi

dengan maksud soal yang sama. Berikut ini akan ditampilkan perubahan soal

tes esai.

Tabel 4.2. Perubahan soal esai

No

Soal Soal Tes Uji Coba Soal Tes Penelitian

2

Persediaan air pada suatu pemukiman cukup untuk 4 hari, bila setiap hari penduduknya menggunakan air sebanyak 120 . Berapa liter air yang harus dibutuhkan oleh warga agar persediaan airnya cukup untuk 15 hari?

Persediaan air pada suatu pemukiman sebanyak 120 cukup untuk 4 hari. Berapa liter air yang harus dibutuhkan oleh warga agar persediaan airnya cukup untuk 15 hari?

3

Untuk membangun sebuah gedung, diperlukan pekerja sebanyak 30 orang dan diselesaikan dalam waktu 18 hari. Bila 3 orang pekerja jatuh sakit, maka dalam berapa hari pembangunan gedung itu akan selesai?

Untuk membangun sebuah gedung, diperlukan pekerja sebanyak 30 orang dan ditargetkan selesai dalam waktu 18 hari. Bila 3 orang pekerja sakit sebelum pembangunan gedung itu dimulai, maka dalam berapa hari pembangunan gedung itu akan selesai?

4

Lukas mengendarai mobil dengan kecepatan 100 / dengan waktu tempuh perjalanan adalah 6 jam. Berapa waktu yang dibutuhkan oleh Lukas jika mengendarai mobil dengan kecepatan 75 / ?

Lukas mengendarai mobil dengan kecepatan 100 / dengan waktu tempuh perjalanan adalah 6 jam. Berapa waktu yang dibutuhkan oleh Lukas jika mengendarai mobil dengan kecepatan 75 / pada lintasan yang sama dan jarak tempuh yang sama?

6

Persediaan makanan di asrama cukup untuk 200 anak selama 6 hari. Jika ditambah 40 anak lagi. Berapa lamakah persediaan makanan itu akan habis?

Persediaan makanan di asrama cukup untuk 200 anak selama 6 hari. Jika datang sejumlah 40 anak lagi sebelum makanan tersebut dikonsumsi. Berapa lamakah persediaan makanan di asrama itu akan habis?

C.Hasil Mengajar

Setelah melakukan tes uji coba, sekolah mengadakan UKK (Ujian

Kenaikan Kelas) dan peneliti tidak diperkenankan melanjutkan penelitiannya

(61)

ada beberapa siswa kelas VIII B yang tinggal kelas. Peneliti diminta untuk

mengulang kembali materi yang akan diberikan, hal ini disebabkan karena

subyek penelitian yang direncanakan berubah.

Peneliti mengajar materi perbandingan di kelas VIII B sebanyak 4 kali

pertemuan. Peneliti mengajarkan materi penyederhanaan bilangan pecahan,

perbandingan senilai, dan perbandingan berbalik nilai. Peneliti juga

memberikan pekerjaan rumah (PR), dan memberikan latihan soal di kelas serta

meminta siswa mengerjakannya di depan kelas (di papan tulis) yang kemudian

siswa diminta untuk menjelaskan kepada teman-temannya yang lain. Hal ini

bertujuan agar siswa dapat memahami sungguh, materi yang sedang dipelajari

sehingga ketika tes uji coba berlangsung, siswa memiliki pengetahuan untuk

dapat mengerjakan soal yang diberikan oleh peneliti.

D.Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus setelah proses

mengajar selesai. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengingat kembali materi

perbandingan senilai dan berbalik nilai serta dipengaruhi oleh faktor subyek

penelitian yang berubah.

Tes yang diberikan adalah tes esai yang berjumlah 10 butir soal. Siswa

diminta untuk mengerjakan semua soal disertai dengan langkah-langkah

penyelesaiannya. Langkah-langkah perhitungan dalam mengerjakan setiap soal

digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa pada setiap proses maupun

(62)

perbandingan senilai berikut : “Sebuah perusahaan konveksi membutuhkan

90 kain untuk membuat 45 potong kemeja. Jika perusahaan itu membeli

60 kain lagi, berapa potong kemeja yang dapat dibuat oleh perusahaan

konveksi tersebut?” Jika siswa tidak mencantumkan langkah dalam

mengerjakan dan hanya memasukkan angka-angka yang diketahui dari soal

kemudian dibandingkan, dapat diperoleh hasil yang salah. Pelaksanaan tes

berjalan dengan lancar. Setiap siswa mendapatkan soal, lembar jawab, dan

kertas coret-coret (buram).

E.Analisis Hasil Penelitiaan

Data yang diteliti dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif

berupa kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa sewaktu mengerjakan

soal-soal cerita pada topik Perbandingan Senilai dan Berbalik Nilai. Kesalahan

yang dibuat siswa tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan rumusan

kategori jenis kesalahan.

Dalam penelitian ini 13 siswa dipilih untuk diwawancarai. Sebelum

wawancara, peneliti memberikan kembali lembar jawab yang menjadi jawaban

siswa pada saat melakukan tes penelitian. Hal ini dilakukan untuk

mengantisipasi siswa lupa pada langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan

dalam menyelesaikan setiap soal.

Dari hasil tes esai penelitian diperoleh jenis-jenis kesalahan yang dominan

(63)

siswa sewaktu mengerjakan soal tes tersebut. Kesalahan-kesalahan siswa

tesebut adalah:

1. Jenis kesalahan konsep

Kategori kesalahan ini meliputi kesalahan yang berkaitan dengan

kesalahan menuliskan rumus dan kesalahan menyebutkan jenis soal.

Jenis kesalahan konsep ini diklasifikasikan dalam 2 tipe kesalahan,

yaitu:

a. Kesalahan tipe 1.a

Kesalahan menuliskan rumus perbandingan berbalik nilai yang

ditulis sebagai rumus perbandingan senilai. Seperti penjelasan

sebelumnya, kesalahan menuliskan rumus adalah kesalahan

menyebutkan hubungan antara variabel-variabel yang diketahui

dan yang ditanyakan secara tepat. Tabel 4.3 berikut menampilkan

kesalahan tipe 1.a dan faktor penyebabnya.

Tabel 4.3. Kesalahan tipe 1.a

Soal Jawaban siswa Kesalahan Faktor penyebab

Lukas Jadi waktu yang dibutuhkan oleh bahwa untuk mencari 1 jam dalam setiap kilometer perjalanan adalah dengan cara 100 /

Gambar

Tabel Tingkat Kualifikasi Validitas Item .................................   103
Grafik perbandingan senilai ditunjukkan dengan:
Grafik perbandingan senilai ditunjukkan dengan:
Tabel 3.1. Hubungan antara rumusan masalah dengan instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

dijelaskan secara detail mengenai proses pencatatan form harian, data flow diagram (DFD) untuk aplikasi yang terdiri dari 3 fungsional yaitu, mencatat form

Pengujian lebih lanjut menggunakan uji DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) dengan taraf 5% untuk mengetahui letak perbedaan pengaruh antar perlakuan dengan menggunakan

dan nilai perbuatan 79. Para siswa dapat tertarik pada sajian Mata Pelajaran Mulok Bahasa Jawa .Hal ini dapat dilihat dari keseriusan para siswa ketika mengikuti jalannya

[r]

Praktik Pengalaman Lapangan merupakan mata kuliah yang wajib diambil dan ditempuh oleh mahasiswa program pendidikan dari setiap jurusan kependidikan di

sendiri yang berasas Otonomi daerah dalam sistem NKRI. Dalam Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah. dilaksanakan dengan asas otonomi daerah untuk

Tanda pelunasan pajak tahun terakhir (SPT tahun 2013) dan Laporan Bulanan Pajak (PPh pasal 21, PPh pasal 23 bila ada transaksi, PPh pasal 25/29 dan PPN) untuk 3 (tiga) bulan