• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DIRI REMAJA INDIGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP DIRI REMAJA INDIGO"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

TUMBUR DS SILALAHI NIM : 019114097

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

have no regrets. However, if you’re undecided and unsure, stay that way and follow through with your indecision”. (Cid, Final fantasy VIII)

(5)

Kupersembahkan karya ini untuk:

U

Yesus Kristus

, sahabat terbaik yang menyertaiku lewat

cara-Nya yang misterius.

U

Papa dan Mamaku, atas doa dan semangat yang tak henti

atas langkahk

u

U

Adik-adiku

yang mendukung lewat cara yang indah

(6)
(7)

KONSEP DIRI REMAJA INDIGO

Tumbur Dimas Sanggapati Silalahi

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

2009

Penelitian ini adalah studi fenomenologi yang menggambarkan konsep diri remaja indigo dari pengalaman hidup yang mereka jalani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran konsep diri remaja indigo. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara terhadap tiga remaja indigo. Wawancara dilakukan dengan mendalam berdasarkan panduan wawancara yang telah ditentukan. Sedangkan pemilihan subjek penelitian ditentukan berdasarkan strategi kriteria sesuai dengan tujuan penelitian.

Pemeriksaan kesahihan data dalam penelitian ini dicapai dengan cara konfirmasi data dengan subjek.

Secara umum hasil penelitian menunjukkan ketiga subjek memiliki kecenderungan memandang diri sebagai seorang remaja indigo yang memahami dan menerima keunikan diri yang tidak dijumpai pada orang lain serta mampu untuk menggunakan potensi diri dengan baik. Selain itu, ketiga subjek merasa nyaman dan puas akan keadaan diri, meskipun ada beberapa hal yang harus g dirubah. Pemahaman diri meliputi pengetahuan, harapan dan evaluasi mengenai keadaan fisik, keadaan sosial, keadaan moral serta keadaan mengenai konsep-konsep psikologis.

Kata kunci: Konsep diri, remaja indigo

(8)

Tumbur Dimas Sanggapati Silalahi

Faculty of Psychology

Sanata Dharma University

2009

This is a phenomenology research about self concept of indigo adolescence based on their life experience. The research was conducted to know the self concept of indigo adolescence. Data on this research was gathered by using an interview guide that has been done. The researcher was determined subject using operational construct sampling strategy.

The result credibility of this research was attained using data confirmation. The result shows all subject have a tendencies to understand and accept the uniqueness self as an indigo adolescence, which is not belong to other person and also able to use any talent they have with appropriate. All three subjects also feel comfort and satisfied with them selves, even though there are few aspects need to be change. This self-understanding includes knowledge, expectation and evaluation of physical terms, social terms, moral terms and also psychological terms about self.

Keywords: Self concept, indigo adolescence

(9)
(10)

YESUS KRISTUS, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Penyertaan

yang IA berikan tak berkesudahan dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Penelitian berjudul ”Konsep Diri Remaja Indigo” ini disusun sebagai salah satu

syarat dalam menyelesaikan Studi Program Strata 1 pada Program Sudi Psikologi,

Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Selama penulisan karya tulis ilmiah ini, peneliti menyadari akan keterbatasan

diri dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Proses penyelesaian karya tulis

ilmiah ini mendapatkan perhatian dan bantuan dari banyak pihak, baik berupa

dukungan doa, sumbangan pikiran serta sarana dan prasarana. Oleh karena itu,

dengan suka cita dan gembira hati, perkenankanlah penyusun mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma, serta pembimbing akademik atas

bimbingannya.

2. Ibu Maria Laksmi Anantasari, S.Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing

skripsi atas arahan, bimbingan dan dorongan bahkan menjadi tempat

berbagi, sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu Tjipto Susana dan Ibu A.Tanti Arini, yang telah memberikan waktu,

tenaga dan pikiran sebagai dosen penguji.

(11)

dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahan selama proses

belajar di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

5. Segenap staff pendidik dan pengajar Fakultas Psikologi Sanata Dharma

Yogyakarta, atas pengetahuan dan pengalaman yang dibagikan kepada

penyusun.

6. Kepada mbak Nanik, mas Muji, mas Gandung, mas Doni serta pak Gi yang

menjadi sahabat sehingga saya merasa nyaman dan betah di Fakultas

Psikologi.

7. Kepada dr. Erwin dan ibu Cahya di Klinik Pro-V Jakarta atas waktu dan

bahan referensi yang boleh penyusun peroleh dalam proses penelitian ini.

8. Bapak Tom Suhalim atas diskon foto aura yang telah diberikan kepada

penyusun.

9. Ibu Rossini atas pengalaman, nasehat, arahan serta tempat selama proses

wawancara penelitian ini.

10.Kepada teman-teman yang menjadi subjek yang berperan besar dalam

penelitian ini atas pengalaman yang boleh dibagikan kepada penyusun.

11.Kepada papa, mama, adik-adikku atas dukungan doa dan sarana-prasarana

selama proses penelitian ini

12.Kepada amangboru dan namboru Sirait, atas perlindungan selama penyusun

berada di Jakarta.

13.Silva, anas, tari, sius, aris, jelly, rika atas tawa dan canda serta dorongan

yang diberikan selama proses penyusunan karya ini.

(12)

hingga akhirnya kamu pergi dahulu.

16.Kepada ibu Hera selaku pelatih penyembuhan prana atas bimbingan,

nasehat dan doa yang diberikan.

17.Kak Shinta yang mau merawat dengan tenaga prana saat penyusun sedang

sakit.

18.Kepada Sensei Hendi dan Sensei Teguh atas bimbingannya melalui latihan

Aikido yang bisa berguna dalam menghadapi ujian skripsi.

19. Semua teman-teman angkatan 2001 yang tidak saya sebutkan satu persatu.

Terima kasih atas pengalaman yang menyenangkan sejak awal kuliah.

20.Semua pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas segala

bantuan dan keterlibatannya dalam proses belajar di Fakultas Psikologi

Sanata Dharma.

Yogyakarta, September 2009

Penyusun

(13)

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSRACT ... viii

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A..Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C..Tujuan Penelitian ... 5

D..Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN TEORI ... 7

A..Konsep Diri ... 7

1. Pengertian Konsep diri ... 7

2. Dimensi Konsep Diri ... 8

(14)

1. Pengertian Remaja ... 13

2. Batasan Usia Remaja ... 14

3. Ciri-ciri Remaja ... 15

4. Tugas Perkembangan remaja ... 19

C. Indigo ... 21

1. Pengertian Orang Indigo ... 21

2. Ciri-ciri orang Indigo ... 21

3. Remaja Indigo ... 25

4. Konsep Diri Remaja Indigo ... 26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Subjek Penelitian ... 31

C. Batasan Istilah ... 32

D. Cara Pengambilan Data ... 33

E. Panduan Wawancara ... 34

F. Analisis Data ... 36

G. Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ... 38

A. Pelaksanaan Penelitian ... 38

1. Peralatan yang dipakai ... 38

(15)

a. Wawancara dengan Narasumber ... 38

b. Perkenalan dengan Subjek ... 39

c. Wawancara dengan Subjek Penelitian ... 40

B. Informasi Responden ... 41

C. Hasil Tes ESP ... 41

D. Analisis Data Penelitian ... 42

E. Deskripsi Remaja indigo ... 48

1. Subjek D ... 48

2. Subjek J ... 52

3. Subjek L ... 56

F. Gambaran Konsep Diri Remaja Indigo ... 61

G. Pembahasan ... 63

BAB V. Kesimpulan dan Saran ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Keterbatasan Penelitian ... 68

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 74

(16)

Tabel 2. Informasi Responden ... 41

Tabel 3. Hasil Tes ESP ... 42

Tabel 4. Kelompok Interpretasi Pernyataan Subjek ... 43

Tabel 5. Kelompok Makna Tema yang Sama ... 46

(17)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang indigo memiliki karakteristik unik dan berbeda dengan orang lain pada umumnya, sehingga keberadaannya menjadi hal yang menarik dibicarakan.

Banyak media cetak dan elektronik belakangan ini mengangkat fenomena indigo. Perbedaan antara anak indigo dengan anak pada umumnya dapat di lihat dari kepribadiannya yang jauh lebih matang dari usianya, memiliki tingkat kecerdasan

yang tinggi, kepekaan spiritual yang tinggi, tubuh fisik yang sensitif serta

memiliki kesulitan dengan disiplin yang otoriter (Chapman, 2005; Kusuma 2005).

Carroll dan Tober (1999) mengungkapkan bahwa seorang indigo adalah seseorang yang memiliki pola perilaku serta atribut psikologis yang belum pernah

diketahui sebelumnya. Istilah indigo diperkenalkan pertama kali oleh Nancy Ann Tape. Tape meneliti warna aura manusia kemudian memetakan artinya untuk

menandai kepribadiannya. Aura adalah pancaran gelombang elektronik yang

dimiliki oleh seseorang. Warna pancaran aura ini berbeda antara orang yang satu

dengan yang lain. Sebutan indigo muncul karena warna aura yang ia lihat pada seorang bayi, yaitu warna nila.

Seorang indigo memiliki suatu ciri khas, yaitu old soul, yaitu kepribadian yang lebih matang daripada kepribadian pada usianya dan tampak sebagai

seseorang yang berwibawa. Ciri-ciri lainnya yaitu memiliki kecerdasan yang

tinggi, kepekaan dan kemampuan spiritual yang tinggi, sulit diatur, cepat bosan

(18)

serta mempunyai sifat pemberontak (“Anak-anak indigo”, no. 19; “Datanglah”,

2004).

Carroll dan Tober (1999), mengungkapkan ciri-ciri seorang indigo, yaitu memiliki kesulitan menghadapi otoritas mutlak, menolak melakukan kegiatan

tertentu seperti menunggu giliran, tampak sebagai pribadi yang anti sosial (kecuali

dalam kalangannya sendiri), mudah frustrasi menghadapi sistem yang berorientasi

pada ritual dan tidak menuntut kreatifitas, tidak dapat dididik dengan disiplin

kaku, tidak malu membiarkan orang lain mengetahui apa yang mereka butuhkan,

sering menemukan cara yang lebih baik dalam mengerjakan sebuah kegiatan,

penghargaan diri sendiri bukanlah hal yang utama, serta muncul sebagai sosok

yang berwibawa.

Cara yang digunakan untuk memastikan seseorang masuk dalam kategori

indigo adalah, wawancara psikiatri, evaluasi psikologi, evaluasi pedagogi, pencitraan aura serta hipnografi (Kusuma, 2005). Alat yang digunakan untuk

melakukan pencitraan aura disebut dengan Aura Video Station (AVS) dan aura imaging photon counter. Selain itu juga diperlukan pengamatan terhadap perilakunya sehari-hari. Menurut Tom Suhalim seorang pakar AVS, menyatakan bahwa AVS memiliki keakuratan mencapai 95 % (“Dari sixth sense”, 2007).

Karakteristik seorang indigo yang unik, ternyata menimbulkan masalah. Ami A. Meutia, seorang peneliti ahli di LIPI serta ibu dari 3 anak indigo, menuturkan bahwa seorang indigo biasanya mengalami kesulitan dalam menghadapi aturan di sekolah atau ditempat umum, bahkan ada pula yang tidak

(19)

seorang psikolog klinis dari Ohio (Carroll & Tober, 1999). Salah satu remaja

indigo berusia 14 tahun yang berada di kliniknya memiliki skor IQ yang mengagumkan yaitu 129 untuk kemampuan verbal serta 112 untuk kemampuan

visual spatial. Orang tuanya melaporkan remaja tersebut sangat kritis, tetapi kemampuan akademiknya kurang sehingga harus tinggal kelas.

Kepekaan spiritual yang lebih juga menimbulkan masalah, terutama

terhadap orang tua. Orang tua dari anak indigo sering tidak mempercayai dengan apa yang dilihat oleh anak-anak mereka. Sehingga anak indigo sering disebut sebagai pengkhayal bahkan ada yang menyebut gila (“Anak anda”, 2003).

Keberadaan seorang indigo yang memiliki keunikan diri ternyata juga menimbulkan masalah dan perlakuan berbeda dari orang lain disekitarnya.

Masyarakat belum bisa memahami keberadaan indigo, sehingga seorang indigo

sering mendapat perlakuan yang kurang baik, seperti dianggap anak aneh,

pemberontak atau sebagai seorang yang menderita suatu gangguan atau penyakit.

Melihat pemaparan diatas, tentu akan menimbulkan pertanyaan bagaimana

seorang indigo memandang dan menilai dirinya. Pertanyaan ini akan menjadi

sangat penting terutama pada masa remaja. Seseorang pada masa remaja sedang

memunculkan rasa kesadaran diri yang tinggi terhadap perubahan yang terjadi

pada dirinya. Perubahan yang terjadi pada diri remaja tidak selalu dapat diamati,

ada perubahan yang tidak terlalu tampak untuk diamati contohnya adalah konsep

diri (Gunarsa, 2003).

Konsep diri adalah persepsi kognitif dan evaluasi seseorang secara sadar

(20)

sendiri. (Rice & Dolgin, 2000). Menurut Berzonsky (1981) konsep diri adalah apa

yang seseorang pikirkan tentang dirinya.

Rogers juga mengungkapkan pandangannya tentang konsep diri. Konsep diri

akan mempengaruhi bagaimana seseorang menghargai diri sendiri dan

lingkungannya. Konsep diri yang dimiliki oleh individu yang sehat secara mental,

konsisten dengan apa yang dipikirkan, pengalaman yang diterimanya serta

perilakunya (Rogers dalam Elkins, 1979; “Self Concept”, 2006).

Calhoun dan Acocella (1990) mengungkapkan ada tiga dimensi dalam

konsep diri, yaitu pengetahuan (knowledge), harapan (expectations) dan evaluasi (evaluation). Dimensi pertama adalah pengetahuan (knowledge), yaitu apa yang seseorang ketahui tentang dirinya. Dimensi kedua adalah harapan (expectations), yaitu harapan seseorang tentang dirinya. Dimensi ketiga adalah evaluasi

(evaluation), yaitu pendapat atau pertimbangan seseorang mengenai dirinya. Konsep diri merupakan hal yang penting pada remaja, karena sesuai dengan

tugas perkembangan remaja. Tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan

diri sendiri dan juga lingkungan sosial yang dihadapinya. Perubahan yang terjadi

pada masa remaja menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian diri

dan membentuk kesadaran diri yang baru, karena remaja mengalami perubahan

pada semua aspek, terutama perubahan pada konsep diri.

Fitts mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri

(21)

Seorang Indigo memiliki keunikan diri yang cenderung tampak kurang dipahami oleh masyarakat, keluarga atau bahkan mungkin dirinya sendiri. Apalagi

ketika seorang indigo memasuki masa remaja yang ditandai dengan kesadaran yang tinggi atas perubahan yang terjadi atas dirinya.

Remaja indigo yang memiliki keunikan diri yang mungkin belum bisa dipahami oleh masyarakat, keluarga atau bahkan dirinya sendiri. Meningkatnya

kesadaran atas perubahan yang terjadi pada diri pada masa remaja, bisa membuat

remaja Indigo menjadi kurang memahami keadaan dirinya sehingga muncul kemungkinan untuk merasa tertekan, menarik diri, sulit untuk menyesuaikan diri

serta sulit untuk mengekspresikan diri (Kusuma, 2005).

Melihat keberadaan remaja indigo, peneliti ingin mengetahui bagaimanakah gambaran konsep diri remaja indigo dengan keunikan diri yang dimilikinya. Mengingat bahwa konsep diri akan mempengaruhi bagaimana seseorang

menghargai diri sendiri dan lingkungannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana konsep diri yang dimiliki remaja indigo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, adalah untuk menggambarkan konsep diri yang

(22)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian mengenai remaja indigo masih sulit untuk ditemukan di Indonesia. Diharapkan penelitian ini akan memberikan sumbangan

informasi mengenai konsep diri remaja indigo. 2. Manfaat praktis

a. Bagi subjek penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pemahaman

mengenai konsep diri yang dimiliki remaja indigo sebagai suatu bahan refleksi diri.

b. Bagi orang tua remaja indigo

Penelitian ini bermafaat sebagai wacana dan bekal untuk

(23)

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah apa yang seseorang pikirkan tentang dirinya (Berzonsky,

1981). Seseorang yang berpikir dirinya lemah, maka perilaku yang muncul, akan

sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Sebaliknya, bila seseorang berpikir dirinya

kuat, maka ia akan memunculkan perilaku yang menunjukkan ia kuat (Combs dkk

dalam Elkins, 1979).

Konsep diri adalah pendapat kita mengenai diri sendiri, pandangan individu

akan dimensi fisik, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahan, kepandaian

dan kegagalan (Joan rais dalam Gunarsa 2003; Cawagas 1983), bahwa konsep diri

adalah pendapat kita mengenai diri sendiri.

Menurut Rice dan Dolgin (2000) konsep diri adalah persepsi kognitif dan

evaluasi seseorang secara sadar mengenai dirinya sendiri. Hal ini merupakan

pikiran serta pendapat tentang diri sendiri. Konsep diri berpengaruh pada

peningkatan kewaspadaan seseorang terhadap pertanyaan apa dan siapa dia. Hal

ini menggambarkan apa yang seseorang lihat ketika melihat dirinya sendiri,

terutama dalam hal karakteristik fisik, keahlian pribadi, sifat, peran dan status

sosial.

(24)

Sedangkan menurut Beck, William dan Paulin (dalam Keliat, 1992), konsep

diri adalah cara seseorang memandang dirinya secara utuh yaitu fisik, emosional,

intelektual, sosial dan spiritual.

Rogers juga mengungkapkan pandangannya tentang konsep diri. Konsep diri

akan mempengaruhi bagaimana seseorang menghargai diri sendiri dan

lingkungannya. Konsep diri yang dimiliki oleh individu yang sehat secara mental,

konsisten dengan apa yang dipikirkan, pengalaman yang diterimanya serta

perilakunya (Rogers dalam Elkins, 1979; “Self Concept”, 2006).

Fitts mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri

seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan (Agustiani, 2006).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan suatu

persepsi kognitif dan evaluasi diri seseorang terhadap dirinya sendiri secara utuh,

mulai dari karakteristik fisik, daya intelektual, keadaan emosional, status, peran

sosial serta spiritual.

2. Dimensi Konsep Diri

Calhoun dan Acocella (1990) mengungkapkan tiga dimensi dalam konsep

diri, yaitu :

a. Pengetahuan (Knowledge)

Dimensi pertama dari konsep diri adalah pengetahuan (knowledge), yaitu apa yang seseorang ketahui tentang dirinya. Pengetahuan akan

(25)

diri kita. Contoh pengetahuan diri seperti usia, jenis kelamin,

pekerjaan, kewarganegaraan, latar belakang budaya, agama. Gambaran

dasar ini membawa seseorang dalam suatu kelompok sosial tertentu,

misalnya perkumpulan pemuda, pendukung suatu partai politik,

anggota penikmat motor besar, kelompok profesi tertentu, kelompok

agama serta kelompok sosial lainnya. Dalam keanggotaan suatu

kelompok, seseorang mudah untuk berpindah keanggotaan

ke-kelompok lain. Meskipun demikian, selama seseorang bergabung

dengan suatu kelompok, maka kelompok tersebut bisa menjadi acuan

informasi tentang keadaan diri kita, yang nantinya diolah untuk

menjadi sebuah potret diri.

Kualitas diri juga termasuk dalam pengetahuan tentang diri.

Kualitas diri diperoleh ketika seseorang membandingkan dirinya

dengan orang lain. Seseorang dapat menganggap dirinya spontan atau

tidak, murah hati atau egois, tenang atau mudah marah, mandiri atau

manja.

b.Pengharapan (Expectations)

Dimensi kedua dalam konsep diri adalah harapan (expectations), yaitu harapan seseorang tentang dirinya. Harapan menjadi energi pendorong

dan pembimbing tindakan seseorang dalam mewujudkan sesuatu.

Pencapaian sebuah harapan akan memunculkan harapan yang baru

serta akan memberikan informasi yang berguna bagi perkembangan

(26)

c. Evaluasi (Evaluation)

Dimensi ketiga dari konsep diri adalah evaluasi (evaluation), yaitu pendapat atau pertimbangan seseorang mengenai dirinya. Ada dua

konstruk yang menjadi pertimbangan dalam diri, yaitu pengharapan

akan diri (I could be) dan standar diri yang kita ciptakan (I should be) (Epstein dalam Calhoun dan Acocella, 1990). Hasilnya adalah

seberapa jauh kita nyaman terhadap diri sendiri. Menurut Marsh dalam

Calhoun dan Acocella (1990), evaluasi terhadap diri merupakan

komponen yang sangat kuat dalam pembentukan konsep diri.

3. Faktor-Faktor Konsep Diri

Menurut Berzonsky (1981), faktor yang membentuk konsep diri adalah:

a. Diri fisik ( Physical self)

Hal-hal yang termasuk dari diri fisik adalah segala sesuatu yang

dimiliki seseorang seperti tubuh, pakaian, dan benda-benda materi

lainnya, dan sebagai aspek utamanya adalah tubuh. Tubuh merupakan

dasar dari seseorang untuk memiliki konsep tentang dirinya.

b.Diri sosial (Social self)

Diri sosial berisi peran-peran sosial remaja serta evaluasi mengenai

peran yang ia mainkan.

c. Diri moral (Moral self)

Diri moral berisi nilai-nilai dan prinsip yang menunjukkan arti hidup

(27)

d.Diri psikologis (Psychological self)

Diri psikologis merupakan kumpulan konsep buah pikiran, perasaan

dan sikap.

4. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Rice dan Dolgin (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi konsep

diri adalah :

a. Orang lain yang berpengaruh (Significant others)

Orang yang berpengaruh adalah individu yang sangat penting

keberadaannya. Mereka sangat berpengaruh dan pendapat-pendapat

mereka sangat berarti. Pengaruh yang mereka bawa sangat tergantung

dari tingkat keterlibatan dan keintiman, dukungan yang diberikan serta

kekuatan dan otoritas yang diberikan kepadanya.

b.Hubungan keluarga (Parental relationship)

Perkembangan diri pada remaja dihubungkan dengan kesediaan orang

tua memberikan otonomi diri, penerimaan dari orang tua, komunikasi,

keikutsertaan serta kontrol yang diterapkan.

c. Status sosial-ekonomi (Socio-economicsstatus)

Status sosial-ekonomi tidak memberikan dampak langsung bagi

perkembangan diri seseorang. Status ini sebenarnya mempengaruhi

hubungan antara orang tua dan anak remaja mereka. Kasih sayang dari

orang tua terhadap remaja menjadi berkurang karena aktivitas

(28)

d.Ras dan kewarganegaraan (Race and nationality)

Konsep diri akan berkembang baik, bila mereka memiliki identitas

etnis yang positif. Remaja yang belum nyaman dengan identitas etnis

yang dimiliki, mereka cenderung memiliki konsep diri yang buruk.

e. Gender

Pengaruh Gender, terasa terutama pada remaja putri. Beberapa alasan

yang dikemukakan para ahli seperti, maskulinitas yang dianggap lebih

penting daripada feminitas, pengaruh media tentang gambaran tubuh

perempuan serta penilaian akan diri yang selalu berasal dari kesan

tubuh.

f. Kekurangan Fisik (Physical disabilities)

Remaja yang memiliki kekurangan fisik akan kesulitan

mengembangkan konsep diri yang positif. Merupakan sesuatu hal yang

pasti ketika ketertarikan dan penerimaan fisik orang lain merupakan

hal yang mempengaruhi perkembangan konsep diri.

g.Stres (Stress)

Kejadian-kejadian negatif yang muncul di kehidupan remaja bisa

mempengaruhi konsep dirinya. Bila konsep diri terpengaruh, maka

aspek lain dari kehidupan seorang remaja juga akan terpengaruh.

Contoh kejadian negatif itu seperti, kematian, gagal ujian, pindah

sekolah atau rumah, sakit, masalah dalam pekerjaan, masalah dalam

(29)

Menurut Fitts (Agustiani, 2006), faktor-faktor yang mempengaruhi konsep

diri adalah:

a. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal yang memunculkan

perasaan positif dan perasaan berharga

b.Kompetensi yang dihargai oleh individu dan orang lain

c. Aktualisasi diri atau implementasi dan realisasi diri dari potensi

pribadi yang sebenarnya

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat

mempengaruhi konsep diri seseorang adalah orang lain yang berpengaruh,

hubungan keluarga, status sosial-ekonomi, ras dan kewarganegaraan, gender,

kekurangan fisik, stres, pengalaman, kompetensi yang dihargai serta aktualisasi

diri.

B. Remaja

1. Pengertian Remaja

Adolescence berasal dari bahasa Latin yaitu adolescere, yang artinya bertumbuh atau berkembang menuju kedewasaan. Masa ini merupakan masa

transisi dari masa kanak-kanak menuju ke-kedewasaan. (Gunarsa, 2003). Menurut

Hall, masa ini disebut dengan masa topan dan badai, yang artinya pikiran,

perasaan dan tindakan remaja sering berubah-ubah antara membuat keputusan dan

tidak, kesombongan dan kerendahan hati, kekanak-kanakan dan tiba-tiba bersikap

dewasa. Hal ini dimungkinkan karena adanya perubahan pada berbagai aspek,

(30)

Remaja adalah seseorang yang berada pada masa peralihan dimana individu

tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, akan tetapi dilihat dari

pertumbuhan fisiknya, ia belum dapat dikatakan orang dewasa (Zulkifli dalam

Nugroho, 2006).

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa remaja adalah seseorang yang

berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa, yang

ditandai dengan perubahan pada berbagai aspek, seperti fisik, emosi, sosial, minat

dan kognitif. Disebut dengan masa peralihan, karena remaja tidak dapat

digolongkan sebagai anak dan belum masuk pada kategori dewasa. Pada masa ini,

remaja sering memperlihatkan perilaku yang ambigu sehingga terkadang menjadi

masa tersulit untuk mereka lewati.

2. Batasan Usia Remaja

Menurut Hall (Hall dalam Santrock, 1997), usia remaja (adolescence) ditetapkan antara usia 12 – 25 tahun yang mencerminkan kebudayaan modern

yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai.

Menurut Sarwono (2006), pedoman umum yang dapat digunakan sebagai

batasan usia remaja Indonesia adalah usia 11-24 tahun dan belum menikah,

dengan pertimbangan-pertimbangan:

a. Usia sebelas tahun adalah usia ketika tanda-tanda seksual sekunder

mulai tampak

b.Usia sebelas tahun, sudah dianggap akil balik, baik menurut adat

(31)

c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan

perkembangan jiwa, seperti tercapainya identitas diri (menurut

Erikson), tercapainya fase genital (menurut Freud) dan tercapainya

perkembangan moral (menurut Kohlberg) dan Kognitif (menurut

Piaget).

d.Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi

peluang bagi mereka yang masih menggantungkan diri pada orang tua.

e. Status perkawinan pada masyarakat Indonesia sangat penting.

Seseorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan

diperlakukan sebagai orang dewasa, baik secara hukum maupun dalam

kehidupan masyarakat dan keluarga.

Dalam pembahasan berikutnya istilah adolescence diartikan dengan “remaja” yang meliputi seluruh perkembangan serta menggunakan batasan umur

11 sampai 24 tahun dan belum pernah menikah. Pertimbangan yang dipakai

adalah, usia 11 tahun merupakan awal dari masa pubertas yang ditandai dengan

munculnya tanda-tanda seksual sekunder serta dianggap sudah akil balik.

Sedangkan usia 24 tahun merupakan masa untuk lepas dari ketergantungan orang

tua. Individu yang sudah menikah, bagi masyarakat Indonesia, sudah dianggap

sebagai individu yang dewasa secara penuh.

3. Ciri-ciri Remaja

Remaja sering menunjukkan sikap dan perilaku yang ambigu. Suatu waktu,

(32)

pada saat yang lain menunjukkan perilaku ingin diperhatikan oleh orang lain,

manja dan kekanak-kanakan (Purwadi, 2004).

Menurut Horrocks (1976), masa remaja merupakan masa penyesuaian

terhadap diri sendiri dan lingkungannya, serta integrasi dan kejelasan dari

konsep-konsep yang membentuk diri. Masa ini sangat penting dalam menentukan status

diri dan peran sosial di masa yang akan datang.

John Hill (Steinberg, 2002) mengungkapkan ada 3 pola umum yang

menandai perkembangan remaja, yaitu :

a. Permulaan pubertas (segi biologis)

Permulaan pubertas berawal dari haid atau mimpi basah pertama, serta

perubahan pada segi fisik. Karakteristiknya ditunjukkan dengan

berkembangnya payudara pada perempuan, tumbuhnya rambut di

sekitar wajah pada laki-laki, bertambahnya tinggi dan volume tubuh,

serta kemampuan reproduksi yang aktif.

b.Meningkatnya kemampuan berpikir (segi kognitif)

Selama masa remaja, meningkatnya kemampuan berpikir merupakan

salah satu perubahan besar yang terjadi. Remaja mampu berpikir

hipotetis (kejadian yang belum terjadi tetapi akan terjadi atau mungkin

terjadi) dengan lebih baik serta mampu untuk berpikir mengenai

konsep abstrak seperti persahabatan, demokrasi, dan moralitas.

Kemampuan berpikir ini akan mempengaruhi remaja dalam berpikir

tentang keadaan diri sendiri, hubungan sosial yang dijalani, serta dunia

(33)

c. Transisi peran sosial yang baru (segi sosial)

Perubahan pada peranan sosial yang baru akan membuat remaja untuk

bisa melakukan akitivitas yang sebelumnya dilarang, seperti bekerja

dan menikah, yang secara dramatis merubah pandangan diri dan

hubungan sosial dengan orang lain.

Elkind menyatakan terdapat perilaku spesifik pada remaja berdasarkan

wawasan pengalaman yang terbatas dan pola pikir yang masih abstrak (Mukhtar,

Ardiyanti & Sulistyaningsih, 2001) :

a. Menemukan kesalahan pada figur otoritas

Remaja menemukan, bahwa orang dewasa yang menjadi panutannya

memiliki kekurangan, sehingga remaja sering memprotes. Namun

remaja juga merasa tidak mampu untuk menghadapinya.

b.Mengemukakan pendapatnya

Remaja cenderung berkeinginan untuk melatih kemampuan

mengeksplorasi lingkungan sekitar seperti yang mereka inginkan.

c. Ketidakmampuan mengambil keputusan

Remaja sering merasa kesulitan katika diminta mengambil keputusan,

karena remaja cenderung lebih memperhatikan pilihan-pilihan yang

ditawarkan pada mereka.

d.Ketidakonsistenan sikap dengan perilaku

Remaja sering memperlihatkan perilaku yang tidak sesuai dengan

(34)

e. Sadar diri

Remaja mulai menempatkan dirinya pada tempat orang lain, dan

berusaha untuk dapat memahami apa yang orang lain pikirkan. Remaja

melakukan ini karena mereka sering kesulitan membedakan antara hal

yang menarik dirinya dengan hal-hal yang menarik orang lain.

f. Personal fable

Keyakinan dalam diri remaja bahwa dirinya unik dan spesial

dibandingkan dengan lingkungannya serta tidak ada yang mampu

memahami dirinya kecuali dirinya sendiri. Remaja merasa bahwa apa

yang terjadi pada lingkungannya atau orang lain, tidak mungkin terjadi

pada dirinya.

Lewin menggambarkan tingkah laku yang menurut pendapatnya akan selalu

terdapat pada remaja (Sarwono, 2006) :

a. Pemalu dan perasa, tetapi sekaligus cepat marah dan agresif,

sehubungan dengan belum jelasnya batas-batas antara berbagai sektor

di lapangan psikologi remaja

b.Remaja secara terus-menerus merasakan pertentangan antara sikap,

nilai, ideologi dan gaya hidup. Keadaan ini dipertajam dengan keadaan

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

c. Konflik sikap, nilai dan ideologi muncul dalam bentuk ketegangan

(35)

d.Ada kecenderungan pada remaja untuk mengambil posisi yang sangat

ekstrim dan mengubah kelakukannya secara drastis. Akibatnya sering

muncul tingkah laku radikal dan memberontak di kalangan remaja.

e. Bentuk-bentuk khusus dari tingkah laku remaja pada berbagai individu

yang berbeda akan sangat ditentukan oleh sifat dan kekuatan

dorongan-dorongan yang saling berkonflik tersebut.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri remaja adalah

dimulainya permulaan pubertas, meningkatnya kemampuan berpikir terutama

mengenai diri sendiri sehingga muncul adanya personal fable atau keyakinan bahwa dirinya unik, adanya peralihan peran sosial yang baru, munculnya

pertentangan antara sikap, nilai, ideologi dan gaya hidup, masa penyesuaian

terhadap diri sendiri dan lingkungannya, serta integrasi dan kejelasan dari

konsep-konsep yang membentuk diri.

4. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja adalah tugas yang muncul pada periode remaja

secara sinambung, yaitu dijalani individu selama kurun waktu remaja, dan sebagai

bahasan mengenai apa yang akan dan seharusnya dilakukan oleh seorang individu

(Havighurst dalam Agustiani, 2006).

Tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan juga

dengan lingkungan sosial yang dihadapinya. Perubahan yang terjadi pada masa

(36)

kesadaran diri yang baru, karena remaja mengalami perubahan pada semua area,

terutama perubahan pada konsep diri.

Tugas perkembangan remaja dapat dilihat sebagai berikut (Agustiani 2006) :

a. Mencapai relasi baru yang lebih matang dengan teman seusia dari dua

jenis kelamin.

b.Menjalankan peran sebagai pria dan wanita

c. Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara efektif

d.Mencapai ketidaktergantungan secara emosional dari orang tua dan

orang dewasa lain

e. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga

f. Menyiapkan diri untuk karir ekonomi

g.Menunjukkan minat terhadap masalah filosofis dan religius

h.Mencapai dan diharapkan untuk memiliki tingkah laku sosial secara

bertanggungjawab.

i. Mengetahui siapa diri dan apa yang diinginkan

j. Menjalin komunikasi dengan orang tua

k.Kemampuan mengekspresikan rasa suka dan tidak suka terhadap

lawan jenis

(37)

C. Indigo

1. Pengertian Orang Indigo

Istilah indigo diperkenalkan oleh Nancy Ann Tape. Tape meneliti warna aura manusia kemudian memetakan artinya untuk menandai kepribadiannya.

Sebutan indigo muncul karena warna aura yang ia lihat, yaitu warna nila (Caroll & Tober, 1999). Kata Indigo merupakan kosakata yang diambil dari bahasa Spanyol yang artinya nila.

Menurut Carroll dan Tober (1991) indigo didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki perilaku serta atribut psikologis yang belum pernah diketahui

sebelumnya. Perilaku tersebut mengakibatkan perubahan perilaku pada orang

yang berinteraksi dengan mereka. Selain itu, indigo juga di definisikan sebagai seseorang yang memiliki karakter yang sangat unik (Chapman, 2005).

Melihat pemaparan diatas, maka seorang indigo di definisikan sebagai seseorang yang memiliki karakteristik unik dan perilaku yang belum pernah

diketahui sebelumnya. Agar lebih jelas, maka karakteristik individu indigo akan dijelaskan pada sub-bab selanjutnya.

2. Ciri-ciri Orang Indigo

Carol dan Tober (1999), mengungkapkan ciri seorang indigo, yaitu : a. Memiliki kesulitan menghadapi otoritas mutlak

b.Menolak melakukan kegiatan tertentu –seperti menunggu giliran-

c. Tampak sebagai pribadi yang anti sosial (kecuali dalam kalangannya

(38)

d.Mudah frustrasi menghadapi sistem yang berorientasi pada ritual dan

tidak menuntut kreatifitas

e. Tidak dapat dididik dengan disiplin kaku

f. Sering menemukan cara yang lebih baik dalam mengerjakan sebuah

kegiatan

g.Tidak malu membiarkan orang lain mengetahui apa yang mereka

butuhkan

h.Penghargaan diri sendiri bukanlah hal utama yang mereka cari

i. Muncul sebagai sosok yang berwibawa.

Sedangkan menurut dr. Erwin Kusuma (2005) ahli psikiater spiritual yang

sering menangani anak dan remaja indigo, mengungkapkan tujuh sifat umum seorang indigo :

a. Cerdas (Superior)

b.Dapat melakukan sesuatu yang belum pernah diajarkan (Serendipity). c. Pembicaraannya jauh melampaui anak sebayanya

d.Dapat membaca perasaan, kemauan dan pikiran orang lain

e. Dapat mengetahui keberadaan makhluk halus

f. Dapat mengetahui sesuatu yang sudah berlalu dan yang akan datang,

termasuk tentang dirinya

g.Lebih tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan alam dan

(39)

Selain pendapat di atas, ada sebuah situs web yang menulis tentang ciri-ciri

umum seorang indigo yaitu www.metagiifted.org (2006) : a. Memiliki masalah dengan menuruti displin

b.Menolak perintah atau pengarahan

c. Tidak sabar

d.Membenci hal-hal yang bersifat rutin

e. Tidak patuh pada norma-norma sosial

f. Cepat bosan

g.Memiliki kepercayaan diri yang tinggi

h.Biasanya sangat cerdas

i. Memiliki kekuatan batin dan atau keterampilan spiritual

j. Memiliki empati yang sangat kuat terhadap orang lain atau tidak sama

sekali

k.Memiliki intuisi yang kuat

l. Memiliki tatapan yang bijak dan dalam

m.Kreatif

n.Memiliki kekuatan untuk melihat kejadian di waktu yang akan datang

Chapman (2005), juga mengungkapkan ciri-ciri umum indigo : a. Kesulitan dengan kedisplinan otoritas

b.Menolak mengikuti perintah atau pengarahan

c. Mudah frustrasi dengan sistem ritual yang diorientasikan, menuntut

(40)

d.Kebanyakan non-konformis

e. Mudah bosan

f. Sering diduga mengidap ADD atau ADHD karena tidak bisa fokus

pada satu hal

g.Mudah berpindah-pindah tetapi dapat melakukan banyak hal dalam

satu waktu

h.Tidak memberi atas respon atas kesalahan, menginginkan alasan yang

tepat

i. Sering meluapkan kebenaran secara lahiriah daripada dipendam dan

memiliki masalah dengan temperamen.

j. Memiliki metode yang efektif dalam mengerjakan tugas

k.Kreatif

l. Memperlihatkan intuisi yang kuat

m.Mempunyai rasa empati yang besar terhadap orang lain dan bahkan

tidak empati

n.Mengembangkan pemikiran abstrak di usia muda

o.Mempunyai pandangan dewasa, mendalam dan arif

p.Mempunyai ketrampilan spiritual

Melihat pemaparan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai ciri-ciri

seorang indigo :

a. Kesulitan menghadapi otoritas mutlak, perintah dan disiplin kaku, serta

(41)

b.Tampak sebagai pribadi yang anti sosial (kecuali dalam kalangannya

sendiri).

c. Membenci hal-hal yang bersifat rutin

d.Sulit fokus pada satu hal karena mudah bosan, sehingga sering

didiagnosa penderita ADD atau ADHD.

e. Memiliki rasa percaya diri yang tinggi

f. Cerdas, mampu melakukan sesuatu yang belum pernah diajarkan.

g.Kreatif, mampu menemukan metode yang efektif dalam mengerjakan

suatu kegiatan

h.Memiliki intuisi yang kuat.

i. Memiliki ketrampilan spiritual, misalnya membaca perasaan, kemauan

dan pikiran orang lain, keberadaan makhluk halus, serta kejadian

lampau dan yang akan datang.

j. Mempunyai pandangan dewasa

k.Tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan alam dan kemanusiaan.

3. Remaja Indigo

Remaja adalah seseorang yang berada pada masa peralihan dari masa

kanak-kanak menuju masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan dari berbagai aspek,

seperti aspek fisik, kognitif, emosi dan sosial. Disebut dengan masa peralihan

karena remaja tidak dapat digolongkan sebagai anak dan belum masuk pada

(42)

Seorang indigo juga pasti akan melewati masa remaja dan akan berhadapan

dengan berbagai perubahan yang terjadi pada masa ini. Perubahan yang terjadi

mencakup berbagai aspek seperti aspek fisik, kognitif, emosi serta sosial.

Menurut Carroll dan Tober (1999), seorang indigo adalah seseorang yang

memiliki pola perilaku serta atribut psikologis yang belum pernah diketahui

sebelumnya. Pola perilaku tersebut mengakibatkan perubahan perilaku pada orang

yang berinteraksi dengan mereka.

Ciri-ciri seorang indigo adalah memiliki kesulitan menghadapi otoritas

mutlak, perintah dan disiplin kaku serta non konformis, tampak sebagai pribadi

yang anti sosial, membenci hal-hal yang bersifat rutin, sulit fokus pada satu hal

karena mudah bosan. Kemudian cerdas, kreatif, serta mampu melakukan sesuatu

yang belum pernah diajarkan sebelumnya. Ciri berikutnya adalah memiliki

metode yang efektif dan lebih baik dalam mengerjakan suatu kegiatan, memiliki

kecerdasan dan ketrampilan spiritual, mempunyai pandangan dewasa, lebih

tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan alam dan kemanusiaan.

Melihat pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja indigo adalah

seorang indigo yang berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa dan memiliki pola perilaku unik serta atribut psikologis yang

belum pernah diketahui sebelumnya.

D. Konsep Diri Remaja Indigo

Konsep diri merupakan persepsi kognitif dan evaluasi diri seseorang

(43)

intelek-tual, keadaan emosional, status dan peran sosial serta spiritual. Konsep diri akan

menjadi kerangka acuan seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Selain

itu, konsep diri juga akan mempengaruhi bagaimana seseorang menghargai diri

sendiri dan lingkungannya.

Dimensi dari konsep diri ada tiga, yaitu pengetahuan diri, harapan diri dan

evaluasi diri. Sedangkan faktor yang membentuk konsep diri adalah faktor diri

fisik, faktor diri sosial, faktor diri moral dan faktor diri psikologis. Kedua hal ini

akan berpengaruh besar terhadap pembentukan konsep diri.

Tantangan yang akan dihadapi oleh remaja berasal dari dalam diri serta dari

luar diri. Tantangan dari dalam diri adalah menghadapi berbagai perubahan yang

terjadi pada masa remaja dan mencari serta menegaskan jati diri. Sedangkan dari

luar, remaja harus menghadapi dunia luar yang penuh dengan tantangan yang

beragam.

Remaja indigo juga akan melewati masa remaja dengan penuh tantangan ini. Bagi remaja indigo, masa remaja sepertinya akan lebih berat untuk dihadapi, karena remaja indigo memiliki kelebihan seperti memiliki keterampilan spiritual dan kecerdasan yang tinggi yang tidak selalu dimiliki oleh remaja lainnya serta

adanya ketidaksesuaian antara keunikan diri dengan keluarga dan masyarakat di

sekitarnya. Ketidakcocokan antara keunikan remaja indigo dengan masyarakat, bisa mempengaruhi bagaimana konsep diri pada remaja indigo.

Ketidakcocokan antara keunikan remaja indigo dengan keluarga dan masyarakat dapat memunculkan perasaan-perasaan yang cenderung negatif,

(44)

bisa mempengaruhi konsep diri remaja indigo, apalagi pada masa remaja muncul konsep keyakinan pada diri remaja bahwa dirinya unik dan tidak ada yang bisa

memahami diri sendiri kecuali dirinya sendiri (disebut juga personal fable) serta adanya kecenderungan pada remaja untuk mengambil posisi yang sangat ekstrim

sehingga mengubah tingkah lakunya secara drastis. Akibatnya sering muncul

tingkah laku radikal dan memberontak di kalangan remaja.

Remaja indigo menyadari bahwa mereka berbeda dengan remaja lainnya, seperti pola berpikir dan menganalisa, kemampuan mengetahui hal-hal yang kasat

mata. Hal ini merupakan kompetensi yang dimiliki oleh remaja indigo, bila kompetensi ini tidak dihargai bisa muncul berbagai julukan, seperti anak aneh,

pengkhayal, pemberontak, dianggap gila, penderita ADD atau ADHD atau

dianggap penderita autisme. Secara otomatis julukan ini memberikan pengetahuan

akan keadaan diri remaja indigo. Pengetahuan akan diri merupakan dimensi pertama dalam konsep diri.

Calhoun dan Acocella (1990) menjelaskan, bahwa dimensi harapan menjadi

energi pendorong dan pembimbing tindakan seseorang dalam mewujudkan

sesuatu. Maka ketika remaja indigo memiliki pengetahuan akan diri, mereka tidak hanya membangun harapan tetapi juga berusaha untuk mewujudkannya dan dalam

usahanya mereka akan berhadapan dengan diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Remaja indigo yang berhasil dalam mewujudkan harapan-harapannya, ia akan memunculkan harapan-harapan yang baru dan menilai diri berdasarkan hasil

(45)

memunculkan harapan yang baru dan bertanya kepada diri apa yang membuat

harapannya tidak terwujud.

Penilaian akan diri merupakan dimensi ketiga dari dimensi konsep diri yaitu

evaluasi diri. Hasil penilaian diri adalah seberapa jauh kita nyaman terhadap diri

sendiri. Dimensi ketiga merupakan komponen yang paling kuat dalam

mempengaruhi konsep diri (Marsh dalam Calhoun dan Acocella, 1990).

Penilaian terhadap diri bisa berasal dari lingkungan sekitar atau dari diri

sendiri. Penilaian diri akan menghasilkan perasaan nyaman atau tidak nyaman

akan keadaan diri.

Rogers menjelaskan bahwa konsep diri akan mempengaruhi bagaimana

seseorang menghargai diri sendiri dan lingkungannya (Rogers dalam Elkins,

1979; “Self Concept“, 2006). Hal ini juga berlaku bagi remaja indigo yang memiliki keunikan diri yang kurang dipahami oleh masyarakat, keluarga bahkan

dirinya sendiri. Remaja indigo yang kurang memahami keadaan diri sendiri dan lingkungan akan mempengaruhi bagaimana ia menghargai diri sendiri dan

(46)
(47)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian fenomenologi yaitu sebuah penelitian untuk

menggambarkan pengalaman hidup mengenai sebuah konsep. Hal yang penting

dalam penelitian fenomenologi adalah kesadaran pada pengalaman. (Creswell,

1997).

Konsep yang akan diteliti adalah mengenai gambaran konsep diri remaja

indigo. Teknik pengambilan data yang akan digunakan adalah teknik wawancara menggunakan pedoman umum. Hasil dalam penelitian ini adalah gambaran

konsep diri remaja indigo. Subjek dalam penelitian ini tidak untuk digeneralisasikan ke dalam kelompok yang lebih besar.

B. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah remaja indigo, yaitu seorang indigo yang berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa.

Kriteria remaja indigo dalam penelitian ini berusia antara 11-24 tahun dan memiliki ciri-ciri umum indigo.

Pemilihan subjek dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik berdasarkan

teori atau berdasarkan konstruk operasional (theory based/operational construct sampling) yaitu subjek dipilih dengan dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori

(48)

atau konstruk operasional sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik ini dipilih agar

subjek dapat mewakili fenomena yang akan dipelajari (Poerwandari 2005).

C. Batasan Istilah

Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi yang akan memberikan

gambaran mengenai konsep diri remaja indigo.

Konsep yang akan diteliti adalah konsep diri. Konsep diri adalah suatu

persepsi kognitif dan evaluasi diri seseorang dalam penelitian ini adalah remaja

indigo mengenai dirinya sendiri secara utuh, mulai dari karakteristik fisik, daya intelektual, keadaan emosional, status, peran sosial serta spiritual. Konsep diri

terdiri dari 3 dimensi :

1.Pengetahuan (Knowledge), yaitu apa yang seseorang ketahui tentang dirinya. Pengetahuan akan diri akan membantu memberikan

gambaran-gambaran dasar tentang diri kita yang nantinya diolah untuk

menjadi sebuah potret diri. Contoh pengetahuan diri seperti usia, jenis

kelamin, pekerjaan, kewarganegaraan, latar belakang budaya, agama,

kualitas diri.

2.Harapan (Expectations), yaitu harapan seseorang tentang dirinya. Harapan menjadi energi pendorong dan pembimbing tindakan

seseorang dalam mewujudkan sesuatu. Pencapaian sebuah harapan

akan memunculkan harapan yang baru serta akan memberikan

(49)

3.Evaluasi (Evaluation), yaitu pendapat atau pertimbangan seseorang mengenai dirinya. Ada dua konstruk yang menjadi pertimbangan

dalam diri, yaitu pengharapan akan diri (I could be) dan standar diri yang kita ciptakan (I should be) (Epstein dalam Calhoun dan Acocella, 1990). Hasilnya adalah seberapa jauh kita nyaman terhadap diri

sendiri.

Data mengenai konsep diri diperoleh melalui wawancara yang relevan

dengan tujuan penelitian.

D. Cara Pengambilan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara

pada subjek yang telah ditentukan dan kemudian hasil wawancara direkam

menggunakan perekam suara. Sebagai data tambahan digunakan alat tes berupa

kartu ESP atau kartu Zener, guna mengetahui keterampilan spiritual yang dimiliki

oleh subjek

1.Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dua pihak dengan

maksud tertentu (Moleong, 2006). Poerwandari (2005) menyatakan

wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk

mencapai tujuan tertentu.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan petunjuk umum wawancara. Pendekatan ini

(50)

pokok-pokok yang dirumuskan tanpa menentukan urutan pertanyaan.

Panduan wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai

aspek-aspek yang akan dibahas. (Moleong, 2006; Poerwandari, 2005).

2.Tes ESP

Tes ESP (Extra Sensory Perception) adalah cara yang digunakan untuk mengetahui keterampilan spiritual yang dapat dimiliki oleh seseorang.

Alat yang dipergunakan adalah kartu ESP atau Kartu Zener yaitu.

sebuah set atau materi standar yang mirip dengan tumpukan kartu

permainan. Kartu ini didesain untuk percobaan pada ESP (Extra Sensory Perception) serta fenomena parapsikologi.

Dalam penelitian ini, tes ESP digunakan untuk mengetahui

keberadaan ESP (Extra Sensory Perception) pada masing-masing subjek secara ilmiah. Cara yang digunakan adalah meminta subjek

untuk menebak gambar pada kartu ESP dengan posisi terbalik dan

telah diacak.

E. Panduan Wawancara

Berikut akan dipaparkan hal yang akan diungkapkan dalam wawancara :

1. Latar belakang subjek :

a. Nama

b. Jenis Kelamin

(51)

d. Keadaan keluarga secara umum

e. Relasi dalam keluarga

f. Relasi sosial

2. Konsep diri

a. Dimensi pengetahuan (knowledge)

1. Apa yang kamu ketahui tentang tubuh fisikmu ?

2. Bagian tubuh mana yang kamu sukai? Bisa diceritakan

alasannya?

3. Bisa cerita apa yang kamu ketahui tentang anak indigo? 4. Apa yang kamu ketahui tentang kelebihanmu ?

5. Apakah anda pernah dianggap memiliki suatu gangguan

tertentu ?

6. Apa yang anda sukai dari diri anda ?

7. Bisakah anda ceritakan tentang pengalaman hidup anda

yang menurut anda berkesan ?

b. Dimensi harapan (expectation)

1. Bisakah anda menceritakan suatu yang menjadi keinginan

anda dalam hidup ini ?

2. Apa yang ingin bisa anda lakukan dengan kelebihan yang

anda miliki ?

3. Bisakah anda ceritakan mengenai harapan keluarga

(52)

4. Bisakah anda ceritakan hal yang ingin anda rubah dari diri

anda?

c. Dimensi evaluasi

1. Apa yang anda pikirkan ketika anda belum berhasil menjadi

seseorang yang anda harapkan ?

2. Apa yang ada di pikiran anda bila tidak berhasil

mewujudkan sesuatu ?

3. Apakah anda merasa puas dengan keadaan diri anda

sekarang ?

F. Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah suatu upaya yang dilakukan dengan bekerja

menggunakan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang

diceriterakan kepada orang lain (Moloeng, 2006)

Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan diolah dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Membaca seluruh teks wawancara

2. Memilih jawaban berdasarkan topik yang diteliti

3. Memberikan deskripsi makna pada jawaban yang telah dipilih

4. Memberikan kode tertentu pada jawaban yang telah dipilih

(53)

6. Menarik tema dari pengelompokkan deskripsi makna yang sudah

tersedia

7. Mengembangkan deskripsi narasi secara keseluruhan sehingga terlihat

gambaran konsep diri remaja indigo

G. Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian

Keabsahan data penelitian ini dapat dicapai dengan menggunakan strategi

member-checking. Dalam strategi ini, peneliti menguji keakurasian pernyataan temuannya dengan meminta partisipan untuk membaca keseluruhan laporan atau

deskripsi yang terkait dengan partisipan tersebut. Pernyataan dapat dianggap

terpercaya jika partisipan merasa temuan tersebut dapat menggambarkan realitas

yang dialaminya (Cresswell, 2003; Danim, 2002).

Seluruh hasil penelitian dikirimkan kembali ke masing-masing subjek pada

tanggal 12 Oktober 2008. Peneliti memperoleh jawaban dari masing-masing

subjek pada tanggal 8 Januari 2009 untuk subjek D, tanggal 11 Januari 2009 untuk

subjek L dan tanggal 15 Januari untuk subjek J. Hasilnya adalah masing-masing

(54)

A. Pelaksanaan Penelitian 1. Peralatan yang dipakai

Beberapa peralatan yang dipakai peneliti dalam proses memperoleh data

adalah :

1. Alat perekam merk Sony tipe TCM-400DV

2. Kaset perekam merk TDK-B dengan durasi 60 menit

3. Pedoman wawancara

4. Kartu Zener atau kartu ESP beserta lembar administrasinya

2. Pelaksanaan Wawancara

a. Wawancara dengan narasumber (dr. T.E. Kusuma)

Wawancara dengan nara sumber dilakukan di Klinik Pro-revital, Indra

Sentral Cempaka Putih Blok AH/AI, Jakarta Pusat. Berikut dibawah ini adalah

pelaksanaan wawancara :

1. Wawancara pertama :

Tanggal : 2 Desember 2006

Waktu : Pukul 11.00 WIB

Tujuan : 1. Perkenalan

2.Penambahan sumber referensi berupa buku,

(55)

artikel serta wawancara singkat terkait dengan

anak indigo

2. Wawancara kedua :

Tanggal : 11 Agustus 2007

Waktu : 15.00 WIB

Tujuan : 1. Penyerahan surat permohonan ijin penelitian

2. Persiapan wawancara dengan remaja indigo

3. Wawancara ketiga :

Tanggal : 3 Desember 2007

Waktu : 10.00 WIB

Tujuan : Konfirmasi data penelitian yang ditemukan di

lapangan serta penambahan alat tes Zener card

(ESP card)

b. Perkenalan Dengan Subjek

Wawancara yang pertama dilakukan pada tanggal mengambil tempat

di rumah subjek D, yaitu di perumahan Bintaro, Jakarta Selatan. Tempat ini

dipilih karena jarak yang relatif dan juga merupakan tempat untuk bermain

dan saling berbagi cerita diantara para subjek.

Dalam wawancara yang pertama, secara kebetulan ada empat orang

remaja indigo dan tiga orang indigo dewasa. Berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan, maka hanya tiga orang remaja indigo yang bersedia menjadi

(56)

dilakukan adalah hasil rekaman yang sangat buruk serta alat rekam menjadi

rusak. Kerusakan terjadi pada komponen bagian gerigi pemutar yang patah.

Hal ini seharusnya tidak terjadi karena alat rekam dan kaset perekam sebelum

proses wawancara masih dalam keadaan baru dan tidak ada masalah.

c. Wawancara Dengan Subjek Penelitian

Waktu dan tempat pelaksanaan wawancara dilakukan di tempat yang

berbeda untuk masing-masing subjek penelitian. Adapun penelitian yang

sudah dilakukan adalah:

Tabel 1.

Waktu dan Tempat Pengambilan Data

(57)

B. Informasi Responden

Berikut ini merupakan informasi subjek dalam penelitian ini.

Tabel 2.

Informasi Responden

Identitas Responden 1 Responden 2 Responden 3

Inisial D J L

Tempat/tanggal lahir Medan, 1/3/1993

Jakarta, 20/6/1993

Semarang, 18/10/ 1990

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan

Status orang tua Bercerai Lengkap Lengkap

Berat badan 46 61-62 kg 52

Golongan darah B O B

Tinggi badan 154 163-165 cm 162

Warna kulit Sawo matang Sawo matang Sawo matang Warna mata Coklat kayu Coklat Hitam

Warna rambut Coklat tua Coklat Coklat kehitam-hitaman

Julukan Guru, dukun,

Ulat keket

Lele Dukun

Ketrampilan spiritual Melihat makhluk halus, mengetahui

Tes ESP digunakan untuk mengetahui potensi kemampuan ESP seseorang

secara ilmiah. Alat yang digunakan adalah seperangkat kartu yang memiliki 5

(58)

Masing-sebanyak 25 buah. Prosedur yang digunakan yaitu menebak seluruh kartu yang

telah diacak dan berada pada posisi tidak terlihat, sepanjang 3 putaran. Secara

lengkap data tes ESP berada di lampiran. Berikut hasil tes ESP:

Tabel 3. Hasil Tes ESP

Responden Hasil tes

Subjek D 100% menjawab benar

Subjek J 100% menjawab benar

Subjek L 100% menjawab benar

Melihat hasil tes diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa subjek D, J

dan L memiliki potensi memiliki kemampuan ESP, terutama kemampuan daya

terawang jauh atau clairvoyant.

D. Analisis Data Penelitian

Hasil analisa dibawah ini, disajikan berupa tabel kelompok interpretasi.

Table kelompok ini merupakan kelompok interpretasi wawancara ketiga subjek

yang memiliki makna yang sama dan hanya ditulis satu kali saja. Langkah

selanjutnya adalah menarik makna yang terdapat pada tabel 3, yaitu kelompok

interpretasi dan dikelompokkan lagi ke dalam tabel 4, yaitu kelompok makna

tema yang sama. Tabel 4 akan digunakan untuk memaparkan deskripsi secara

(59)

Tabel 4.

Kelompok Interpretasi Pernyataan Subjek

A. Dimensi Pengetahuan

1. Subjek mengetahui perawakan tubuh seperti berat badan, tinggi badan,

warna kulit, golongan darah.

2. Subjek mengetahui akan jenis makanan dan minuman yang sesuai

dengan keadaan tubuh.

3. Subjek memiliki aktifitas yang banyak dilakukan oleh lawan jenisnya:

a. Subjek D dan L (perempuan) lebih banyak aktifitas luar ruangan

seperti olahraga, menjelajah.

b. Subjek J (laki-laki) lebih banyak aktifitas dalam rumah.

4. Subjek mengetahui keadaan kesehatan tubuh.

5. Subjek mengetahui memiliki hubungan dekat dengan anggota keluarga.

6. Subjek mengetahui memiliki hubungan yang kurang dekat dengan teman

sebaya. Hal ini ditunjukkan dengan muncul perasaan ragu-ragu serta

merasa ada jarak.

7. Subjek tahu dirinya bisa menghargai orang lain contohnya adalah diam

mendengarkan ketika seseorang sedang marah.

8. Subjek tahu dirinya sering melanggar peraturan dan disiplin.

9. Subjek mengetahui kebiasaan, permasalahan, kelemahan dan kelebihan

terkait dengan sekolah dan belajar.

10.Subjek mudah lupa dan melupakan beberapa hal.

11.Subjek menikmati hidup dengan percaya diri, tenang dan santai.

12.Subjek mengetahui akan keadaan keterampilan spiritualnya.

13.Subjek sama seperti manusia apa adanya sebagai makhluk sosial dan

individual:

a. Subjek mengerjakan tugas kelompok sendiri

b. Subjek cenderung kurang membuka diri

c. Subjek senang berteman

(60)

a. Subjek cenderung menginginkan kebebasan

b. Subjek tidak sabar menunggu

c. Subjek tidak mau mengantri

d. Subjek senang berbuat iseng

e. Subjek memiliki perilaku spontan

16.Subjek tahu memiliki rasa bangga akan diri sendiri.

17.Subjek memiliki sisi afektif dari lawan jenisnya:

a. Subjek D dan L (perempuan) memiliki sifat keberanian,

petualangan dan emosi yang cenderung meluap-luap.

b. Subjek J (laki-laki) memiliki sifat yang tenang, reflektif, pemalu

dan cenderung ragu-ragu.

B. Dimensi Harapan

1. Subjek berharap ada perubahan terkait dengan tubuh fisik.

2. Subjek berharap bisa lebih dekat dengan lingkungan sosialnya dengan

tujuan:

a. Subjek bisa memahami hidup

b. Subjek bisa berteman dengan banyak orang

c. Subjek bisa menemukan pasangan sesuai keinginan

d. Subjek bisa menyelesaikan tugas bersama dengan teman

3. Subjek berharap bisa ada interaksi yang baik antara:

a. Sesama manusia

b. Manusia dengan alam

4. Subjek berharap bisa merubah keadaan diri :

a. Subjek berharap bisa mencapai prestasi yang lebih baik

b. Subjek berharap bisa merubah kebiasaan buruk di sekolah

c. Subjek berharap bisa lebih cerdas

5. Cita-cita subjek adalah:

a. Subjek ingin menjadi psikolog yang kaya raya

(61)

c. Subjek ingin menjadi orang yang sukses

C. Dimensi Evaluasi

1. Subjek merasa bangga akan keadaan tubuh fisiknya:

a. Subjek merasa cukup gagah ketika tumbuh jambang dan kumis

b. Subjek merasa cukup tampan

c. Subjek merasa cukup menarik

d. Subjek merasa cantik

2. Subjek merasa cenderung memilih dalam berteman terutama dengan

teman sebaya, tetapi menganggap penting sebuah persahabatan dan

berteman dengan teman yang sebaya sehingga bisa merasa senang

berkenalan dan bertemu dengan teman sebaya.

3. Subjek menghargai orang lain terutama terhadap orang tua, caranya

adalah:

a. Subjek ingin membalas budi orang tua

b. Subjek ingin membahagiakan orang tua

4. Subjek memahami keadaan keterampilan spiritual yang dimiliki.

5. Subjek merasa cenderung memiliki pola pikir yang berbeda dan

mendalam :

a. Subjek berusaha melihat ke depan

b. Subjek tidak mau tertekan oleh kejadian di masa lalu dan lebih

memandang ke depan

c. Subjek merasa berani beda itu baik

d. Subjek berpikir secara filosofis

e. Subjek serius dalam menentukan pilihan

f. Memegang teguh prinsip dan nilai hidup seperti kejujuran,

toleransi dan menghargai orang lain

6. Subjek memahami keadaan diri:

a. Subjek paham atas ketakutan dan kelemahan diri

b. Subjek paham atas cara belajar dan perilaku yang terkait dengan

(62)

d. Subjek paham atas pengendalian marah

7. Subjek memiliki pendapat atas diri sendiri dan tidak peduli atas

penilaian negatif dari orang lain.

(63)

Tabel 5.

Kelompok Makna Tema yang Sama

1. Subjek memiliki gambaran tentang diri seperti:

a. Mengetahui gambaran keadaan fisik seperti, keadaan kesehatan

serta bagaimana perawakan tubuh

b. Mengetahui gambaran hubungan sosial dengan teman yang kurang

dekat tetapi memiliki hubungan yang erat dengan anggota

keluarga.

c. Merasa dirinya sama seperti orang lain yang membutuhkan teman

dan juga membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri

d. Mengetahui gambaran diri moral seperti kemampuan menghargai

orang lain dan ketidakpatuhan dalam mentaati peraturan dan

disiplin

e. memiliki gambaran akan kelelemahan, kelebihan dan kebiasaan

terutama dengan hal yang berhubungan dengan sekolah dan belajar

f. Memiliki keterampilan spiritual

g. Cenderung memiliki keinginan semua hal berjalan sesuai dengan

keinginannya

h. Mengetahui alasan disebut sebagai anak indigo

i. Ketakutan dan kelemahan diri

j. Kesulitan berada di tempat ramai

2. Subjek merasa memiliki beberapa karakteristik yang dimiliki oleh jenis

kelamin yang lain dari dirinya:

a. Terlihat dari aktivitas yang senang dilakukan oleh subjek

b. Terlihat dari sisi afektif yang dimiliki subjek

3. Harapan subjek untuk mengubah keadaan diri :

a. Subjek ingin merubah keadaan fisik terkait dengan kesehatan bagi

subjek L dan penampilan bagi subjek J

b. Subjek berharap ada interaksi yang baik antara manusia dan alam

c. Subjek berharap bisa merubah hal-hal yang berkaitan dengan

(64)

4. Subjek ingin bisa mewujudkan cita-cita menjadi kenyataan sesuai dengan

keinginan mereka masing-masing.

5. Subjek memiliki pendapat atas keadaan diri sendiri dan tidak peduli atas

penilaian negatif dari orang lain. Hal ini memungkinkan subjek merasa

nyaman, puas dan bangga akan keadaan dirinya

6. Subjek menghargai orang lain terutama terhadap orang tua

7. Subjek merasa memiliki pola pikir yang berbeda dan cenderung

mendalam, terlihat dari:

a. Subjek berusaha melihat ke depan

b. Subjek berpikir secara filosofis

D. Deskripsi Remaja Indigo

1. Subjek D

Subjek adalah seorang remaja perempuan indigo yang tinggal berdua dengan ibunya. Secara kebetulan ibunya juga adalah seorang indigo dewasa yang diketahui memiliki skor IQ 140. Subjek merasa sangat dekat dan akrab dengan

ibu. Menurut subjek, ibu adalah seseorang yang memiliki tubuh yang peka akan

suasana ramai, disiplin, serta dikenal oleh teman-teman subjek. Kemudian, tidak

mengekang, mengetahui bila subjek berbohong, mengajarkan nilai kesopanan,

melindungi, menakutkan tetapi menyenangkan dan hebat, menjadi panutan hidup

serta seseorang yang bisa mempercayai subjek. Selain itu, subjek merasa bangga

terhadap ibu. Subjek juga menganggap harus bisa melebihi ibu, terutama lewat

pelajaran matematika. Hal ini dilakukan subjek sebagai tanda terima kasih kepada

(65)

Subjek sepertinya memiliki kualitas maskulin, meskipun secara biologis

subjek adalah seorang remaja perempuan. Hal ini terlihat pertama kali dari

penilaian teman-temannya. Bagi teman-teman yang perempuan, subjek sering

dianggap lebih cocok sebagai seorang laki-laki, sedangkan teman laki-laki

menganggap subjek cukup tampan. Subjek sendiri akhirnya menilai diri cukup

tampan karena bentuk alis yang cenderung tebal.

Subjek D menganggap hidup adalah sesuatu yang menyenangkan setiap

hari. D selalu memiliki energi untuk mengalami hidup dengan menyenangkan

terutama dengan bidang-bidang seni dan olah raga. Bidang seni yang subjek

gemari seperti tari terutama tari Bali, akting, serta kegiatan melukis dan

menggambar. Beberapa kejuaraan tari Bali pernah D ikuti, dan pernah

mendapatkan beberapa prestasi juara. Tetapi akhir-akhir ini, subjek mulai jarang

mendapatkan prestasi juara di bidang tari. Sehingga subjek merasa tertantang

untuk bisa mendapatkan prestasi lagi.

Subjek membutuhkan tantangan yang baru setiap hari serta membutuhkan

sarana dan prasarana untuk menyalurkan energinya. Salah satu prasarana yang

dimiliki subjek adalah tubuh fisiknya yang sehat. Sehingga subjek bisa dengan

bebas menyalurkan energinya. Sarana yang dimilikinya seperti permainan

Playstation 2 terutama permainan yang menggerakkan tubuh seperti dance-dance revolution dan guitar hero, mengikuti les tari bali atau sekedar diam di rumah dan mulai menggambar.

Karena D menganggap hidup adalah sesuatu yang menyenangkan, maka D

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui deskriptif data hubungan perhatian orang tua terhadap minat belajar siswa kelas 2 SD Negeri 2 Mimbaan

Berdasarkan hasil analisis model structural (SEM) dan analisis moderasi regresi (MRA) yang menguji hipotesis dalam penelitian ini didapatkan hasil antara lain :

o Peraturan ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan label dan iklan produk pangan, yaitu informasi-informasi produk yang harus ditulis pada label, yang tidak boleh

When a specific design and operation parameter set has to be evaluated (e.g. to assess the output variability of a control strategy), the number of wastewater and sludge

Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dalam skripsi ini yang berjudul “Implementasi metode Albayan Lilmuslimin untuk meningkatkan hafalan dengan

Pekat sangat berpeluang untuk pengembangan sapi bali yang dilihat dari sumber daya manusia cukup mendukung dan potensi sumberdaya alam yang melimpah meliputi lahan

Menurut UU No 23 Tahun 2011 Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat

10)Biaya-biaya lain yang terikat dengan jumlah bahan yang disimpan dalam perusahaan yang bersangkutan. Biaya penyimpanan semacam ini sering disebut sebagai carrying cost