• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL "JERMAL" KARYA YOKIE ADITYO BERDASARKAN TEORI BEHAVIORISME B.F SKINNER DAN KAITANNYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA - Repository UNRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL "JERMAL" KARYA YOKIE ADITYO BERDASARKAN TEORI BEHAVIORISME B.F SKINNER DAN KAITANNYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA - Repository UNRAM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL HASIL PENELITIAN

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL "JERMAL" KARYA YOKIE ADITYO BERDASARKAN TEORI BEHAVIORISME B.F SKINNER DAN KAITANNYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN

SASTRA DI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S-1) Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Oleh

YULIANTARI PRATAMI E1C110096

PROGRAM STUDI BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM

(2)

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL "JERMAL" KARYA YOKIE ADITYO BERDASARKAN TEORI BEHAVIORISME B.F SKINNER DAN KAITANNYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN

SASTRA DI SMA Oleh:

Yuliantari Pratami

Abstrak : Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah kepribadian tokoh utama dalam novel “Jermal” karya Yokie Adityo berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner ? dan kaitannya dengan materi pembelajaran sastra di SMA. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana kepribadian tokoh utama dalam novel “Jermal” karya Yokie Adityo berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner, serta kaitan antara penelitian ini dengan materi pembelajaran sastra di SMA. Teori yang digunakan sebagai landasan dalam membahas masalah tersebut adalah teori behaviorisme B.F Skinner. Dalam pengumpulan data penelitian digunakan metode dokumentasi dan observasi. Metode analisis data yang digunakan untuk mengkaji kepribadian tokoh utama yaitu metode deskriptif analitik. Mendeskripsikan data kemudian menganalisisnya berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan kepribadian pada tokoh utama (Jaya), yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Lingkungan (stimulus) yang menyebabkan perubahan kepribadian kepada Jaya adalah lingkungan yang terkondisi (lingkungan jermal). Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jaya yaitu (1) Jaya menjadi anak yang pekerja keras, (2) anak yang pemberani, dan (3) anak yang berkepribadian kasar. Sedangkan kaitan antara hasil penelitian dengan materi pembelajaran sastra di SMA yaitu terdapat pada KD kelas XI semester 1 yaitu menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Terutama unsur intrinsik yang mengenai penokohan.

(3)

I. PENDAHULUAN

Dalam penelitian ini yang akan dianalisis adalah novel “Jermal” karya Yokie Adityo. Pemilihan novel “Jermal” karya Yokie Adityo sebagai bahan kajian dilatarbelakangi oleh adanya keinginan untuk memahami bagaimana kepribadian tokoh utama (Jaya) dalam novel “Jermal” berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner.

Novel “Jermal” karya Yokie Adityo merupakan novel yang diangkat dari sebuah realita kehidupan. Novel “Jermal” dipilih dalam penelitian ini karena sangat menarik untuk dianalisis. Novel ini menceritakan sebuah kisah kehidupan yang terjadi di atas Jermal dengan berbagai macam bentuk penindasan dan kekerasan terhadap anak di bawah umur.

Kelebihan novel ini terletak pada jalinan ceritanya yang mengandung banyak pesan yang positif dan mampu memberikan pelajaran-pelajaran moral kepada pembaca. Dimana dibalik kelemahan seorang anak laki-laki bernama Jaya yang berumur 12 tahun, ia mampu bertahan hidup di Jermal yang penuh dengan kekerasan dan penindasan demi bertemu dengan sang ayah.

Penelitian ini menggunakan teori behaviorisme B.F Skinner karena teori ini sangat tepat untuk mengkaji kepribadian tokoh utama dalam novel "Jermal". Pendekatan behaviorisme berpijak pada anggapan bahwa kepribadian manusia merupakan hasil bentukan dari lingkungan tempatnya berada. Pendekatan behaviorisme mengabaikan faktor pembawaan manusia yang dibawa sejak lahir, sehingga manusia benar-benar dianggap sebagai produk lingkungan. Itulah yang akan peneliti bahas pada penelitian ini, bagaimana seorang Jaya mengalami perubahan tingkah laku yang dialami oleh faktor lingkungan tempatnya berada.

Berdasarkan hal tersebut, novel sangat perlu dijadikan sebagai salah satu karya sastra yang dapat diajarkan kepada peserta didik yang ada di sekolah-sekolah khususnya tingkat SMA sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kurikulum. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), terdapat materi pelajaran yang membahas tentang sastra, dalam hal ini adalah novel. Hal ini dapat dilihat pada standar kompetensi (SK) dalam silabus SMA kelas XI semester 1, yaitu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Dengan Kompetensi dasar (KD) menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

Siswa diharapkan mampu memperluas citra kemanusiaannya dan mampu mencelupkan dirinya ke dalam karya sastra sehingga terbentuknya pribadi yang berbudi pekerti luhur. Tentunya keinginan itu dapat terwujud apabila dalam pembelajaran sastra, guru pandai dalam memilih materi yang sesuai dengan pemahaman dan kemampuan siswa. Sebaliknya, apabila guru tidak mampu memilih materi pembelajaran yang tepat maka siswa tidak akan mampu mengembangkan kreatifitasnya. Oleh sebab itu novel “Jermal” karya Yokie Adityo sangat cocok untuk materi/bahan ajar pembelajaran sastra di SMA.

(4)

Karya Yokie Adityo Berdasarkan Teori Behaviorisme B.F Skinner, dan Kaitannya dengan Materi Pembelajaran Sastra di SMA”.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah kepribadian tokoh utama dalam novel “Jermal” karya Yokie Adityo berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner ? dan kaitannya dengan materi pembelajaran sastra di SMA. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana kepribadian tokoh utama dalam novel “Jermal” karya Yokie Adityo berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner, serta kaitan antara penelitian ini dengan materi pembelajaran sastra di SMA.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan rancangan deskriptif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan, penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya prilaku, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.

Data menurut Muhajir (dalam Siswantoro, 2005: 63), diartikan sebagai alat untuk memperjelas pikiran, pada dasarnya merupakan sumber informasi yang diperoleh dan dikumpulkan lewat narasi dan dialog di dalam novel dan atau cerita pendek dengan merujuk pada konsep sebagai kategori. Pada penelitian ini yang dijadikan data adalah aspek kepribadian yang terdapat dalam novel “Jermal” karya Yokie Adityo berdasarka teori behaviorisme B.F Skinner.

Data yang sesungguhnya merupakan sumber informasi untuk analisis dibagi menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data utama, penelitian yang langsung diproses dari sumbernya tanpa melalui prantara (Siswantoro, 2005: 63). Data primer dalam penelitian ini berupa aspek kepribadian yang terdapat dalam novel “Jermal” karya Yokie Adityo. Peneliti akan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya menurut kategori konsep teori behaviorisme B.F Skinner.

Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dalam penelitian berfungsi untuk memperkaya, mempertajam analisis yang diambil dari jurnal, karya tulis orang lain, majalah dan lain sebagainya (Siswantoro, 2005: 63). Pada penelitian ini yang menjadi data sekundernya berupa teks yang terdapat dalam karya tulis orang lain, artikel-artikel dan buku-buku yang membahas mengenai sastra berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner.

(5)

dan buku-buku yang membahas mengenai sastra berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner.

Untuk mendapatkan data yang memadai, dalam penelitian ini diterapkan dua metode pengumpulan data, yaitu metode dokumentasi dan observasi. Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2010: 201). Dalam metode ini yang diamati berupa benda mati bukan benda hidup. Pada penelitian ini bahan-bahan yang dikumpulkan berupa novel Jermal dan buku-buku acuan mengenai hal yang akan diteliti yang mengacu pada teori behaviorisme B.F Skinner.

Sedangkan observasi menurut Arikunto (2010: 199) meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara teliti. Sedangkan menurut Saeban (2008: 186) observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Metode observasi ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai kepribadian tokoh Jaya dalam novel “Jermal” karya Yokie Adityo dengan cara membaca intensif novel tersebut. Kemudian ditelaah, dan menyimpulkan hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian tokoh Jaya berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner. Metode observasi ini juga digunakan untuk menganalisis sumber data sekunder.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif maka data yang sudah terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik merupakan gabungan dua metode yang menjadi satu. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan menganalisisnya.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sinopsis Novel “Jermal”

Jermal adalah tempat penjaringan ikan yang memanfaatkan gelombang pasang surut air laut. Dibangun di atas tonggak-tonggak kayu di tengah lautan. Jermal dikenal pada masyarakat pesisir di laut utara Sumatra. Jermal sangat terpencil dan sulit dijangkau. Di tempat itu, kerja buruh kasar dan keterasingan adalah kenyataan sehari-hari.

Cerita berpusat pada Jaya. Seorang anak berusia 12 tahun yang diantar ke jermal untuk menemui ayahnya, Johar. Johar adalah seorang mandor di jermal tempatnya berada.

(6)

Jaya sulit beradaptasi dengan lingkungan barunya, dan Johar sama sekali tidak membantu. Jaya kerap kali mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari teman-temannya, terkucilkan, dilecehkan dan dianggap seperti budak.

Jaya tak mau menyerah pada nasib. Ia tak lagi mengharapkan pengakuan dari ayahnya dan memusatkan segala daya upayanya untuk bertahan hidup di Jermal. Jaya belajar keterampilan dan sikap yang dibutuhkan untuk bisa bertahan di jermal. Ia perlahan-lahan berubah menjadi seperti anak-anak yang lain. Tangguh, pekerja keras dan tidak mudah menyerah. Johar memperhatikan perubahan pada Jaya dan pada akhirnya ia mencoba untuk membuka diri terhadap masa lalu, melalui surat-surat istrinya yang tidak pernah dibaca sama sekali.

Dihadapkan dengan bayangan di masa lalu yang tak bisa lagi dihindarinya. Johar mencoba menebus kesalahannya dengan perlahan membuka diri dan menunjukkan inisiatif untuk mengenal putranya lebih jauh. Tapi Jaya telah berubah menjadi dingin, kehilangan kepekaan dan kehangatan yang pernah dimilikinya.

Akhirnya upaya Jaya untuk bertahan hidup malah berdampak terlalu jauh. Kepribadiannya menjadi keras dan kasar. Situasi mencapai puncaknya ketika Jaya berkelahi dan menganiaya seorang temannya hingga luka berat. Johar pun seakan diingatkan akan masa lalunya dan menyaksikan sejarah berulang kembali. Johar mengungkapkan rahasia akan masa lalunya yang pahit. Jaya pun menangis saat menyadari kepribadiannya yang kini telah berubah.

Johar menyadari tempat Jaya bukanlah di jermal. Johar berencana meninggalkan jermal agar Jaya bisa kembali bersekolah. Meskipun Johar menyadari resiko yang akan dihadapi apabila kembali ke daratan, tetapi Johar bersikeras untuk kembali demi Jaya.

Johar menerima masa lalunya dan tidak lagi mengindahkan resiko yang menjadi konsekuensinya. Akhirnya Johar dan Jaya kembali kedaratan, tidak lagi sebagai orang asing melainkan sebagai ayah dan anak.

Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel “Jermal” Berdasarkan Teori Behaviorisme B.F Skinner.

(7)

Lingkungan Terkondisi

Perubahan kepribadian yang terjadi pada Jaya disebabkan oleh faktor lingkungan yang terkondisi. Lingkungan di sini maksudnya adalah lingkungan Jermal, dan yang mengondisikan lingkungan tersebut adalah Johar dan Gion. Johar dan Gion adalah orang yang paling berkuasa di jermal.

Kepribadian Tokoh Utama (Jaya)

Tokoh utama dalam novel “Jermal” karya Yokie Adityo adalah Jaya. Pengarang menggambarkan watak Jaya dengan sangat apik. Banyak sekali cobaan hidup yang dialami oleh Jaya. Adapun kepribadian atau watak yang terdapat dalam diri Jaya meliputi: Anak yang lemah, lugu, dan pengecut. Namun setelah berada di lingkungan jerrmal, kepribadian pada diri Jaya mengalami perubahan. Ia menjadi anak yang pekerja keras, pemberani dan kasar.

a. Pekerja Keras

Pada novel “Jermal”, awalnya pengarang menggambarkan bahwa Jaya adalah seseorang yang berkepribadian lemah. Kepribadian Jaya yang lemah diakibatkan oleh adanya stimulus dari faktor lingkungan alamiah. Jaya adalah seorang anak yang masih berumur dua belas tahun, ia seoarang anak yang masih belum bisa untuk hidup mandiri, sama halnya seperti anak yang seumuran dengannya. Kelemahan Jaya dijelaskan dalam kutipan di bawah ini.

...Desas-desus tentang kejamnya jermal tidak pernah diceritakan almarhumah ibunya. Ibunya hanya berpesan agar jaya bekerja sebaik mungkin di sana dan tunjukkan kalau ia seorang anak yang tangguh.

Namun, benarkah ia tangguh?

Ia berfikir ulang saat lengan kurus itu menyadarkannya dari hayalan tentang kekuatan dirinya. Memboncengi teman saat bersepeda saja ia kesulitan. Napasnya habis di tengah usahanya dalam berkonsentrasi menyeimbangkan tubuh lalu menabrak tukang sayur, atau tukang roti. Ia bukan tipikal anak yang mengandalkan otot, tidak juga otak. Ia seorang anak biasa yang masih mengandalkan orang tua ( Adityo, 2009: 8).

Kutipan di atas menggambarkan kelemahan Jaya. Dapat dilihat dalam kalimat: Memboncengi teman saat bersepeda saja ia kesulitan. Pada kalimat tersebut kelemahan pada diri Jaya sangat jelas terlihat. Untuk memboncengi temannya saat bersepeda saja ia kesulitan apalagi untuk melakukan hal-hal lain yang lebih berat.

(8)

terbentuklah kepribadian Jaya yang lemah. Namun, kepribadian Jaya yang lemah berubah menjadi seorang anak yang kuat dan pekerja keras semenjak ia berada di jermal.

Setelah beberapa hari berada di jermal dan melewati berbagai macam rintangan yang menguras tenaga dan emosi. Pada akhirnya Jaya bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan jermal. Akibat dari berbagai macam stimulus yang ia terima baik secara langsung maupun tidak langsung. Kehidupan di jermal membentuk kepribadian atau tingkah lakunya menjadi sesuai dengan apa yang semestinya di miliki oleh para pekerja jermal. Ia tidak lagi menjadi anak yang lemah. Ia menjadi anak yang pekerja keras, dan tidak lagi menjadi anak yang hanya mengandalkan orang tua. Semua pekerjaan yang berat ia lakukan tanpa bantuan orang lain.

Jaya bekerja terpisah dari kelompok anak-anak jermal yang lain. Ia bekerja lebih keras dari siapa pun di jermal. Ia membersihan dek, menyapu dan mengepel, membersihkan tiang bendera, menjemur ikan di atas dek sampai membersihkan pakaian anak-anak. Berlangsung siang dan malam…(Adityo, 2009: 76).

Kutipan di atas menjelaskan bagaimana perubahan tingkah laku yang terjadi pada Jaya. Jaya tidak lagi menjadi anak yang lemah. Ia bekerja keras siang dan malam, bahkan bekerja lebih keras dari anak-anak yang lain. Dapat dilihat berdasarkan kalimat berikut. Ia bekerja lebih keras dari siapa pun di jermal.

Berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner, dalam hal ini pengarang menggambarkan stimulusnya secara tidak langsung. Di sini yang merupakan stimulusnya muncul dari lingkungan yang terkondisi, yaitu lingkungan jermal yang memang merupakan tempat para pekerja keras. Hal itulah yang menyebabkan munculnya respon yang berupa Jaya giat bekerja, sama seperti anak-anak lainnya. Itulah yang dilakukan Jaya setiap harinya, selalu bekerja dan bekerja. Dari respon yang selalu diperkuat akhirnya munculah kepribadian Jaya yang pekerja keras. Di sini yang menjadi konsekuensinya berupa hukuman. Apabila Jaya tidak melakukan semua pekerjaan tersebut, tetu ia akan mendapatkan hukuman. Baik itu dari Johar maupun Gion. Dari sifat awalnya yang tidak bisa melakukan apa-apa ia berubah mejadi anak yang lebih rajin bekerja. Semua di akibatkan oleh faktor lingkungan yang mengondisikannya.

Selain kutipan di atas, kutipan di bawah ini juga menggambarkan sifat Jaya yang pekerja keras.

(9)

“Tangan kau ... merah berdarah.” Franky prihatin.

Jaya tidak mengacuhkannya dan terus bekerja. Titik darah di perbannya terus-menerus membesar, tapi Jaya tidak peduli. Ia tengah asyik bekerja (Adityo, 2009: 81-82).

Kutipan di atas menjelaskan perubahan yang terjadi pada Jaya. Walaupun dalam keadaan tangan terluka, ia tidak peduli dan tetap bekerja. Bisa dilihat pada kalimat berikut: Jaya tidak mengacuhkannya dan terus bekerja. Titik darah diperbannya terus-menerus membesar, tapi Jaya tidak peduli. Pada kalimat tersebut pengarang menggambarkan bagaimana Jaya yang tetap bekerja walaupun lukanya semakin parah. Ia sudah tidak lagi selemah sebelumnya, ia telah menjadi anak yang kuat.

Berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner, pada kutipan tersebut yang merupakan stimulusnya muncul dari lingkungan yang terkondisi, yaitu lingkungan jermal yang memang merupakan tempat para pekerja keras. Sehingga respon dari Jaya berupa ia bekerja keras tanpa memperdulikan luka di tangannya. Dari respon tersebut terbentuklah kepribadian Jaya yang pekerja keras.

b. Pemberani

Setelah mendapatkan berbagai macam perlakuan yang tidak baik dari teman-teman bahkan dari ayahnya sendiri. Sehingga mengakibatkan perubahan kepribadian atau tingkah laku pada Jaya.

Ketika baru berada di jermal, Jaya adalah seorang anak yang pengecut, ia tidak pernah berani melawan meskipun ia selalu dilecehkan teman sekerjanya. Keperibadian Jaya yang pengecut terbentuk akibat stimulus respon yang kerap kali muncul pada dirinya. Misalnya, stimulus yang menyebabkan Jaya menjadi anak yang pengecut adalah kesadaran bahwa dirinya itu lemah dan respon yang sering muncul dari stimulus tersebut adalah Jaya tidak pernah berani melawan tindakan anak-anak yang lain terhadapnya. Sifat pengecut pada Jaya bisa dilihat pada kutipan di bawah ini:

Dadang mendorong lagi, kali ini dengan sebelah tangan kearah Jaya. Lebih tepatnya memukul Jaya. Sekali, dua kali, dan kali yang ketiga Jaya terjatuh… Tidak sampai satu ronde sudah roboh. Kalah telak. Tanpa perlawanan yang berarti. Malah tidak ada sedikitpun perlawanan dari si lemah dan pengecut Jaya (Adityo, 2009: 35).

Pada kutipan di atas, menggambarkan kepribadian Jaya yang pengecut. Walaupun berkali-kali mendapat pukulan dari Dadang, ia tidak melawan sedikitpun. Ia hanya bisa terdiam dan pasrah. Pengarang menekankan sifat Jaya yang pengecut pada kalimat: Malah tidak ada sedikitpun perlawanan dari si lemah dan pengecut Jaya.

(10)

yang muncul adalah Jaya tidak melakukan perlawanan sedikitpun. Dari respon tersebut terbentuklah kepribadian Jaya yang lemah dan pengecut.

Namun, setelah lama berada di jermal kepengecutan Jaya berubah menjadi sifat pemberani. Hal tersebut diakibat dari berbagai macam stimulus yang ia terima di jermal, seiring waktu Jaya bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan jermal. Ia tidak lagi menjadi anak yang pengecut ia menjadi anak yang lebih tangguh dan pemberani.

Jaya berlari ke arah Dadang yang sudah melangkah pergi. Dari belakang Jaya merebut termos dari Dadang. Ia berusaha mendapatkannya kembali. Jaya membalik badan dan berjalan menjauh dari Dadang dan Gion.

“Balikkan!” Ancam Gion.

Jaya berbalik. Ia kelihatan tidak sepengecut sebelumnya. Ia tidak kalah kerasnya berteriak, “Kau ambil dari aku, kau bilang ini punya kau! Kuambil dari dia, jadi sekarang ini milik aku!”

Jaya langsung melongos pergi…..(Adityo, 2009: 87).

Kutipan di atas menjelaskan sosok Jaya yang tidak lagi menjadi anak yang pengecut. Dapat dilihat pada kalimat: Ia kelihatan tidak sepengecut sebelumnya. Ia tidak kalah kerasnya berteriak. Pada kalimat tersebut mengambarkan perubahan tingkah laku pada Jaya. Jaya yang awalnya adalah anak yang pengecut telah berubah menjadi anak yang pemberani.

Jika dikaji berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner, stimulus yang mendorong Jaya berani melawan Gion adalah keinginan untuk mengambil termos miliknya. Respon yang dilakukan oleh Jaya adalah merebut kembali termos miliknya dari tangan Dadang. Stimulus yang mendorongnya secara langsung berdasarkan penguat. Di sini yang menjadi penguat Jaya melakukan tindakan itu adalah mendapatkan kembali termos miliknya. Kepribadian yang muncul dari respon yang di lakukan oleh Jaya adalah ia menjadi anak pemberani.

Selain kutipan di atas, terdapat juga kutipan yang menggambarkan keberanian yang ada pada Jaya. Seperti kutipan di bawah ini.

…..Gion mencucuk jangkrik itu dengan pisau dan menunjukkannya masih dalam keadaan hidup dan bergerak-gerak di depan wajah Jaya. Mata Jaya membelalak terkejut.”

“Ini yang kau cari ?” Gion tersenyum culas. “Balikkan!”

“Sudah ku peringatkan kau!”

Jaya mencoba merebut jangkriknya, tetapi Gion menghindar sebelum Jaya dapat meraihnya. Jaya memanas.

(11)

Gion meremas ujung pisau. Sang jangkrik ikut teremas. Jaya tidak lagi dapat menahan emosinya. Wajahnya memerah dan semuanya meledak.

...

Jaya menindih Gion ke lantai menghajarnya berulang kali meski sebenarnya tidak terlalu keras terasa pada wajah dan tubuh Gion. Namun pukulan bertubi-tubi dan membabi buta itu cukup membuat Gion tidak sempat membalas.

...Jaya langsung mengamuk. Kemarahan yang terpendam dan kegalauan yang memuncak sambil ia memukuli Gion bertubi-tubi dengan kayu sampai berdarah-darah. Memaki-makinya (Adityo, 2009: 121-122).

Kutipan di atas menggambarkan sosok Jaya yang sudah berubah total dari kepribadian sebelumnya. Ia menjadi anak yang pemberani dan kasar. Ia memukul Gion bertubi-tubi dan memaki-maki Gion. Semua itu belum perah ia lakukan sebelumnya. Namun itu semua ia lakukan karena kemarahannya yang terpendam selama ini.

Berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner, yang menjadi stimulus adalah Gion membunuh jangkrik milik Jaya. Kemudian respon yang muncul dari stimulus tersebut adalah Jaya berani melawan Gion dengan pukulan yang bertubi-tubi. Respon tersebut membentuk kepribadian Jaya menjadi anak yang pemberani.

c. Kasar

Awalnya Jaya adalah anak yang lugu. Ia tidak biasa berbuat maupun berkata kasar, keluguannya terbentuk dari faktor lingkungan yang bersifat alamiah. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ia seorang anak yang masih berumur dua belas tahun, ia sama seperti anak seusianya, masih bersifat polos dan lugu. Namun, karena faktor lingkungan jermal, terbentuklah kepribadian yang kasar pada diri Jaya. Berikut kutipan novel yang menggambarkan sifat kasarnya Jaya.

Jaya memulainya dengan dorongan singkat lalu lanjut meninju Gion yang sama sekali tidak menduga adanya serangan. Gion menjatuhkan pisau bersama jangkrik yang tertancap di ujungnya. Jaya mengucapkan makian-makian yang tidak pernah keluar dari mulutnya sebelumnya (Adityo, 2009: 122).

Pada kalimat di atas, pengarang menggambarkan bagaimana kepribadian Jaya yang telah berubah menjadi anak yang kasar. Dijelaskan pada kalimat berikut. Jaya mengucapkan makian-makian yang tidak pernah keluar dari mulutnya sebelumnya.

(12)

kemarahan pada Jaya. Respon dari stimulus tersebut berupa pukulan dan maki-makian. Dari respon tersebut terbentuklah kepribadian Jaya yang kasar.

Selain kutipan di atas, di bawah ini menggambarkan kepribadian Jaya yang kasar, ketika ia mencoba untuk membunuh ayahnya sendiri.

...Saat Johar membuka mataya, ia menyadari ada pisau di lehernya. Tubuh Johar kaku. Ia mendongak dan melihat Jaya berdiri memegangi pisau besar kelehernya. Jaya cuma memandangi Johar. Matanya nyalang dan penuh api emosi. Mereka saling menatap penuh ketegangan. Tidak lama kemudian Johar mengumpulkan nyalinya untuk bicara.

"Kau mau apa?" "Diam!"

"Mau bunuh aku macam aku dah bunuh laki-laki itu?"

"Kau pembohong! aku tak perlu percaya! Ibuku tak punya kekasih!"

....(Adityo, 2009: 132).

Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan Jaya yang telah berubah kepribadiannya menjadi orang yang kasar. Ia ingin membunuh ayahnya sendiri karena emosinya yang sudah tidak bisa dibendungnya lagi. Bisa dilihat pada kalimat berikut. Ia mendongak dan melihat Jaya berdiri memegangi pisau besar kelehernya. Matanya nyalang dan penuh api emosi.

Berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner, pada kutipan di atas stimulus yang mendorong Jaya untuk membunuh ayahnya adalah rasa benci terhadap ayahnya selama ini. Kemudian respon yang muncul dari stimulus tersebut adalah Jaya mencoba untuk membunuh ayahnya dengan pisau besar. Kepribadian Jaya yang muncul dari respon tersebut adalah ia memiliki kepribadian yang kasar.

Kaitan Penelitian dengan Materi Pembelajaran Sastra di SMA

Karya sastra merupakan salah satu materi pembelajaran yang digunakan oleh guru baik ditingkat SMP maupun SMA. Hal tersebut berkaitan dengan adanya materi tentang pembelajaran sastra di sekolah yang telah di sesuaikan dengan Kuriulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Materi pembelajaran tersebut telah tertuang dalam SK/KD dalam bentuk silabus pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.

Berkaitan dengan hal di atas, novel merupakan salah satu materi/bahan ajar mengenai sastra yang diajarkan di SMA. Dapat dilihat berdasarkan silabus bahasa Indonesia tingkat SMA kelas XI semester 1 dengan Standar Kompetensi (SK): Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan, dan Kompetensi Dasar (KD): Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

(13)

dengan SK/KD yang telah dipaparkan di atas. Sehingga penelitian ini dianggap berpotensi untuk dijadikan materi/bahan ajar pembelajaran sastra guna memenuhi kompetensi dasar tersebut.

Analisis unsur intrinsik merupakan salah satu kompetensi dasar yang terdapat dalam KTSP dan harus dipahami oleh siswa. Analisis unsur intrinsik dalam karya sastra meliputi: tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat. Kepribadian tokoh utama pada penelitian ini, dianalisis untuk menentukan bagaimana penokohan yang terdapat pada tokoh utama. Selain itu novel “Jermal” sangat tepat untuk dianalisis karena mengandung banyak pesan moral di dalamnya.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kepribadian tokoh utama dalam novel “Jermal” karya Yokie Adityo berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner diakibatkan oleh lingkungan yang terkondisi. Adapun perubahan kepribadian pada tokoh utama (Jaya) adalah Jaya menjadi anak yang pekerja keras, pemberani dan kasar.

Sedangkan kaitan antara hasil penelitian dengan materi pembelajaran sastra di SMA. Analisis kepribadian tokoh utama berdasarkan teori behaviorisme B.F Skinner yang dibahas pada penelitian ini memiliki kaitan dengan SK/KD yang telah di tetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kelas XI semester 1 dengan Standar Kompetensi (SK): Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan, dan Kompetensi Dasar (KD): Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

V. DAFTAR PUSTAKA

Adityo, Yokie. 2009. Jermal. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rieneka Cipta.

Hambali, Adang dan Ujam Jaenudin. 2013. Psikologi Kepribadian. Bandung: Pustaka Setia.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fkisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhayati. 2012. Pengantar Ringkas Teori Sastra. Yogyakarta: Media Perkasa. Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ketiga).

Jakarta: Balai Pustaka.

Ratna, Nyoman Kutha. 2012. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saeban, Beni Ahmad. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia. Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra Analisis Psikologis. Surakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Terapi okupasi adalah jenis terapi yang secara khusus digunakan untuk membantu anak untuk hidup mandiri dengan berbagai kondisi kesehatan yang telah ada dengan

Berisi tentang penelitian terdahulu, pengertian manajemen personalia, pengertian produktivitas tenaga kerja, pengukuran produktivitas, faktor-faktor yang mempengaruhi

JudulTugasAkhir : Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015-2018 berdasarkan data tahun 2003-2014.. Telah melaksanakan test program Tugas Akhir

Di sisi yang lain pihak masyarakat dan DPR menganggap bahwa terhadap Bank Century tidak selayaknya diberikan dana talangan yang sangat besar mengingat bank century adalah bank

SEKOLAH FAVORIT / MAKA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA / MULAI TAHUN INI / /. MENGGUNAKAN SISTEM BARU

Wereng yang diinfestasikan pada tanaman rentan Pelita menunjukkan repon ketahanan paling tinggi 234 kali lipat dibandingkan pada tanaman tahan Inpari 13 yang

Bahan baku dan tahap-tahap tersebut menjadi titik kritis karena adanya bahaya yang signifikan pada bahan atau tahap tersebut dan tidak ada proses selanjutnya yang dapat

Wisatawan yang datang ke Kota Bandung merespon baik dengan adanya konsep green hotel, terlebih dari itu mereka setuju akan penerapan konsep green hotel pada