• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GAYA BAHASA CERPEN ARWANA DAN PERSAHABATAN SUNYI KARYA HARRIS EFENDY THAHAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS GAYA BAHASA CERPEN ARWANA DAN PERSAHABATAN SUNYI KARYA HARRIS EFENDY THAHAR"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS GAYA BAHASA CERPEN ARWANA DAN

PERSAHABATAN SUNYI KARYA HARRIS EFENDY THAHAR

SKRPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu ( S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan

Daerah

Oleh Ahmad Zaenudin

E1C 109 009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

▸ Baca selengkapnya: analisis cerpen tanah air karya martin aleida

(2)
(3)
(4)

iv Moto

“Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa drajad” . (Depag RI, 1989:421)

Persembahan Karya ini aku persembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku yang telah melimpahkan doa dan kasih sayangnya. Terimakasih atas segala sesuatu yang kalian berikan selama ini. Semoga tuhan mengabulkan doa dan harapan-harapan yang kalian panjatkan untuk ku.

2. Saudara-saudara ku yang tercinta Haerudin, Rudi ismail, Safitri aningsih raihlah mimpi kalian hingga keupuk langit yang tak terhingga, dan jangan pernah kalian hentikan langkah perjuangan kalian.

3. Untuk oraganisasi ku tercinta “ Mapala FKIF Unram ” terimakasih atas pelajaran dan pengalaman hidup yang kau titipkan pada ku semoga apa yang kamu titip ini berguna untuk saya dan orang lain.

4. Untuk abang-abang ku (“ Mamiq kamal, Tauhid, Guplin, Boby, Sukre , Omes, Mus) terimakasih atas obrolan , motivasi, inspirasi, waktu, ide-ide dan bantuan matril yang kalian berikan.

5. Untuk sebuah tempat yang paling nyaman dan damai ini serta selalu ada kecerian didalamnya “ rumah kita = sekertariat Mapala Fkip Unram” 6. Untuk sahabat-sahabat ku penghuni kos rembege , Junaidi, Mustofa,

Yuda, Firman terimakasih atas tumpangannya selama saya mengerjakan skripsi.

(5)

v KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ Analisi Gaya Bahasa Cerpen Arwana dan persahabatan sunyi

karya Harris Efendy Thahar.

Dalam penyusunan skripsi telah banyak bantuan dari bagai pihak berupa bimbingan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Dr. H. Wildan, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram.

2. Dra. Siti Rohana Hariana intiana, M.Pd. selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan seni.

3. Drs. I Nyoman Sudika, M.Hum. selaku Kordinator Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni.

4. Drs. Cedin Atmaja, M.si. selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus menjadi dosen pembimbing pertama.

5. Murahim, S.pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing kedua

6. Bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah yang telah mendidik dan membina selama belajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram

7. Semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

menyadari segala keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini tentu masih terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun tata cara penulisannya. Oleh karna itu, penulis mengharapakan saran sehingga tercipta tulisan atau karya yang lebih baik dan berkualitas pada kesempatan yang akan datang.

Mataram, …………2015

(6)

vi ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “ Analisis Gaya Bahasa Cerpen Arwan dan Persahatan sunyi karya Harris Efendy Thahar” permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu : (1) bagaimanakah gaya bahasa cerpen Arwan dan Persahabatan sunyi berdasarkan struktur teks (2) bagaimana gaya bahasa cerpen Arwan dan Persahabatan sunyi berdasarkan maknanya?. Tujuan penelitian yaitu : (1) mendeskripsikan gaya bahasa berdasarkan struktur teks (2) menjelaskan gaya bahasa berdasarkan maknanya. Ruang lingkup penelitian ini adalah cerpen Arwana dan Persahabatan sunyi.: (1) memberi pemahaman tentang gaya bahasa dalam cerpen (2) sebagai bahan refrensi bagi masyarakat, mahasiswa, dan siswa. Teori yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada pendapat Gorys kraf 2004. 112 yang memjelaskan tentang bagian-bagian gaya bahasa , jenis-jenis gaya bahasa dan gaya bahasa repetisi. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode dokumentasi, telaah, pencatatan. Metode analisis data yaitu metode deskriptif dan kualitatif . Hasil penelitian ini yaitu : (1) gaya bahasa repetisi berdasarkan struktur teks dalam cerpen karya Harris Efendy Thahar yaitu : (a) epizeuksis (b) teutotes (c) anafora dan (d) mesodiplosis (e) epstrofa (f) simploks ( g) epanalepsis (h) anadiplosis (i) alitrasi (j) asonansi. (2) makna konotasi Arwana, (a) jam bermusik nyaring untuk kesekian kalinya bernyanyi (b) ajudan yang lincah seperti arwana itu (c) Ajudan hanya mendengar dengan wajah datar (d) Semua seperti bermandikan cahaya listrik yang melimpah ruah. (e) waktuterasa berjalan lambat. (f) belum tercium oleh pihak Tentara Soekarno (g) Suatu malam bergerimis, (h) kaki bukit,menyaksikan, ikut jadi abu. (i) mencurahkan perhatian

pada ikan arwana di dalam akuarium. Persahabatan Sunyi (a) matahari

menantang garang, berselimut karbon dioksida, gegas bersimbah peluh diliputi lautan udara bermuatan asap knalpot.(b) dibungkus topi pandan, dibalut busana serba dekil(c) mengalir kendaraan bermotor, dengan derasnya, itu mendadak sontak berdesakan bagai segerombolan domba yang terkejut oleh auman macan. (d)Air mukanya tawar saja(e)manusia-manusia kasta paling melata itu. (f)Bulan semangka tipis masih menggantung di langit, (g) Menemukan lelaki, matahari mulai tergelincir ke Barat, tempatgerobak kecilnya ditambatkan. (h) mengawasi puntung-puntungrokok(i) kini bertengger bocah perempuan ingusan itu.

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

1.3 Tujuan, Ruang lingkup Dan Manfaat Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 3

2.2.1 Prinsip-Prinsip Struktural ... 8

(8)

viii

BAB III METODE PENELITIAN... 18

3.1 Sumber dan Deskripsi Data ... 18

4. 1 Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Teks ... 21

4. 2 Gaya Bahasa Struktur Teks Cerpen Arwan ……….. ... 22

4.2.6 Gaya bahasa mesodiplosis ... 37

4.2.7 Gaya bahasa epanalepsis ... 38

4.2.8 Gaya bahasa anadiplosis ... 40

4.2.9 Gaya bahasa alitrasi ... 41

4.2.10 Gaya bahasa asonansi ... 43

4.3. Gaya Bahasa Struktur Teks Cerpen Persahabatan Sunyi ... 45

4.2.1 Gaya bahasa epizeuksis ... 45

4.2.2 Gaya bahasa teutotes ... 48

4.2.3 Gaya bahasa anafora ... 53

4.2.4 Gaya bahasa epstrofa ... 56

(9)

ix

4.2.6 Gaya bahasa mesodiplosis ... 59

4.2.7 Gaya bahasa epanalepsis ... 60

4.2.8 Gaya bahasa anadiplosis ... 62

4.2.9 Gaya bahasa alitrasi ... 64

4.2.10 Gaya bahasa asonansi ... .65

4.4 Gaya bahasa berdasarkan maknanya ... 67

4.4.1 Cerpen Arwana ... 67

4.4.2 Cerpen Persahabatan Sunyi ... 70

BAB V PENUTUP ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 75

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.

Manusia menggunakan bahasa sebagai media komunikasi dengan manusia lainnya.Sehingga terjadilah interaksi di antara manusia untuk menyampaikan pesan masing-masing, Bahasa adalah salah satu bagian penting dalam sebuah karya sastra. Bahasa jika disusun dengan terampil, menggunakan pilihan kata yang bagus (diksi), memiliki makna yang mendalam dengan semua aspek itu maka akan terlahir sebuah karya sastra yang indah, salah satunya adalah cerita pendek.Dari keindahan itulah hadir gaya bahasa. Seseorang yang bergelut dalam sastra pasti mempunyai gaya bahasa atau ciri khas-nya tersendiri dalam membuat karya-karyanya, gaya bahasa merupakan aspek seni dalam karya sastra.

(11)

2 keseluruhan. Nada yang tersirat dibalik sebuah wacana termasuk persoalan gaya bahasa.

Tapi menurut Boulton (dalam Aminuddin, 2004:37) mengungkapkan bahwa cipta sastra, selain menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberi kepuasan batin pembacanya, juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan renungan atau kontak batin, baik berhubungan dengan masalah keagamaan, filsafat, politik maupun berbagai problema yang berhubungan dengan kompleks-nya permasalahan kehidupan ini.

Gaya bahasa setiap pengarang berbeda-beda dan gaya bahasa akan sangat mempengaruhi karya-karya yang ditulisnya. Karakter seorang penulis karya sastra juga sangat mempengaruhi karyanya. Gaya bahasa seorang penulis dan bagaimana cara penyampaiannya merupakan salah satu bagian yang menarik dalam sebuah karya sastra. Karya sastra yang tidak menggunakan gaya bahasa tidak akan mampu menarik minat pembacanya, diibaratkan ada sesuatu yang hilang.

(12)

3 Salah satu cerpen yang sarat dengan gaya bahasa dan bahasa kiasan yang menggambarkan tentang kehidup adalah Cerpen-cerpen karya Harris Efendy Thahar. Hampir disetiap paragrafnya terdapat gaya bahasa yang menggunakan kata kiasan sehingga pembaca diajak untuk menikmati kalimat demi kalimat, bukan hanya menikmati alur ceritanya saja. Jadi dari kelebihan cerpen inilah peniliti mengambil judul tersebut.

Sesuai dengan pemaparan latar belakang permasalah diatas dirumuskan dalam judul ,Analisis Gaya Bahasa Cerpen Arwana dan Persahabatan sunyi karya Harris Efendy Thahar

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian adalah gaya bahasa dan rinciannya. 1. Bagaimanakah gaya bahasa berdasarkan struktur teks dalam cerpen karya

Harris Efendy Thahar.?

2. Bagaimanakah gaya bahasa berdasarkan maknanya dalam cerpen karya Harris Efendy Thahar?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penilitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

(13)

4 2. Menjelaskan gaya bahasa berdasarkan maknanya dalam cerpen karya

Harris Efendy Thahar 1.3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Menjadi fokus penelitian ini adalah dua cerpen yang ditulis oleh Harris Efendy Thahar yang berjudul, Arwana dan persahabatan sunyi karya Harris Efendy Thahar. Didalam penelitian cerpen arwan dan persahabatan sunyi, yang dikaji adalah gaya bahasa berdasarkan teksnya dan gaya bahasa berdasarkan maknanya.

1.3.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk memberikan pemahaman tentang gaya bahasa yang digunakan Harris Efendy Thahar dalam menulis atau membuat cerpen-cerpennya. Agar supaya masyarakat, mahasiswa, dan pembaca mampu memahami gaya bahasa yang digunakan dan cara penyusunan cerpen.

(14)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian relevan

Skripsi berjudul Gaya Bahasa Pada Kumpulan Cerpen Kabut Negeri Si Dali karya AliAkbar Navis Oleh Somiatun (2007). Untuk landasan teori penelitiannya Somiatun menggunakan pengertian cerpen, bahasa sastra, pengertian gaya bahasa dan jenis gaya bahasa. Analisis yang dilakukan adalah Gaya bahasa Pada Kumpulan Cerpen Kabut Negeri Si Dali karya Ali Akbar Navis. Data yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen Kabut Negeri Si Dali karya Ali Akbar Navis. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa personifikasi dan gaya bahasa sarkasme pada kumpulan cerpen Kabut Negeri Si Dali karya Ali Akbar Navis.

(15)

6 deskriptif yang bersifat eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena.

Skripsi berjudul Kajian Pendayagunaan Diksi dan Gaya Bahasa Dalam Lirik Lagu Indonesia Populer Karya Ebiet G. Ade oleh Hardiyati ( 2002). Dalam landasan teori penelitiannya, Erni Hardiyati menggunakan pengertiandiksi, gaya bahasa, batasan lagu, lirik lagu, lagu populer, dan kemenarikan diksi dan gayabahasa. Untuk melengkapi penelitian yang sedang dia lakukan.Data yang digunakan adalah kumpulan lirik lagu yang dipopulerkan oleh Ebiet G. Ade.Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif secara tekstual dan kontekstual.tekhnik analisis data adalah proses mengorganisasikan dan menurunkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian sehingga dapat ditemukan tema yang akhirnya menjadi teori subtantif.

2.2 Landasan Teori

(16)

7 bagaimana perkataan dikendalikan untuk menghasilkan hubungan yang bermakna dalam bahasa yang disediakan.

2.2.1Prinsip-Prinsip Struktural

Dalam strukturalisme juga terdapat prinsip-prinsip tertentu diantaranya:

 Kaitan  Keseluruhan  Transformasi  Regulasi Diri  Analisis Sinkronik  Desentralisasi Perkara

1. Kaitan adalah Pendekatan ini melihat karya sastra sebagai suatu gagasan yang saling berkait antara satu sama lain.

2. Keseluruhan adalah Strukruralisme menekankan keseluruhan unsur karena menganggap sastra sebagai suatu sistem atau struktur yaitu suatu keseluruhan yang memiliki konvensi dan tradisi sendiri.

3. Transformasi adalah Ahli-ahli strukturalisme tidak percaya kepada hukum sebab-akibat, mereka hanya percaya kepada hukum perubahan bentuk. 4. Regulasi Diri adalah Teks mementingkan aturan-aturan kesusasteraan,

(17)

8 5. Analisis Sinkronik adalah Pendekatan ini menfokuskan perhatian kepada permasalahan bagaimana perkataan-perkataan di dalam teks berhubungan antara satu sama lain dan bagaimana teks dapat difahami melalui aturan-aturan kesusasteraan. Hal ini berkait dengan langue dan parole. Dalam analisis linguistik, langue ialah sistem bahasa atau linguistik yang abstrak, dimana parole ialah petuturan sebenarnya yang dilaksanakan oleh seseorang penutur. Kedua-duanya menjadi yang satu kesatuan yang membentuk keseluruhan menjadi sebuah teks ditulis dan dibaca.

6. Desentralisasi Perkara adalah Unsur-unsur sejarah, pengarang dan pembaca ditiadakan kerana difokuskan kepada unsur-unsur dalam teks. Tanpa mengatasi manusia dan tujuan pengarang. Pengarang dikatakan terpaksa tunduk kepada konvensi sastra yang membatasi kebebasan. Kreatifitas pengarang hanya berlaku apabila pengarang mematuhi kesuluruhan sistem sastra ini.

2.2.2Gaya Bahasa

a. Pengertian Gaya Bahasa

(18)

9 sastra dan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tulis.

Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas citraan, pola rima, matra yang digunakan sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra. Jadi majas merupakan bagian dari gaya bahasa. Majas merupakan peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiah (Aminudddin.1995). Gayabahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati pengarang.

Gaya bahasa menurut Slamet Muljono (dalam Pradopo, 2001: 93) adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul dan hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapat efek tertentu. Dalam karya sastra efek ini adalah efek estetik yang akan membuat karya sastra akan memiliki nilai seni. Nilai karya sastra bukan semata-mata disebabkan oleh gaya bahasa, bisa juga karena gaya cerita atau penyusunan alurnya. Namun demikian gaya bahasa sangat besar sumbangannya kepada pencapaian nilai seni karya sastra.

(19)

10 maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Sedangkan menurut HB. Jassin (dalam Tjahjono, 1993: 201) gaya bahasa adalah perihal memilih dan mempergunakan kata sesuai dengan isi yang mau disampaikan. Gaya bahasa juga menyangkut bagaimana menyusun kalimat secara efektif, secara estetis, dan mampu memberikan gambaran secara kongkret kepada pembaca. Dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah pemakaian kata-kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk melukiskan sesuatu maksud tanpa untuk membentuk plastik bahasa. Plastik bahasa adalah daya cipta pengarang dalam membuat cipta bahasa dengan mengemukakan pemilihan kata yang tepat. Namun suatu gaya bahasa mempunyai ciri umum bahwa suatu gaya bahasa digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan makna kias. Selain itu suatu gaya bahasa tentu saja harus berupa suatu ungkapan bahasa yang bergaya.

b. Ruang Lingkup Gaya Bahasa

(20)

11 keseluruhan. Nada yang tersirat dibalik sebuah wacana termasuk persoalan gaya bahasa.

Keraf (1991 : 112-113 ) juga menjelaskan dua aliran yang menyebut anggapan mengenai gaya. Aliran tersebut berasal dari yunani yakni,aliran Platonik dan Aristoteles. Keduanya memaparkan konsep gaya dengan berbeda.

a) Aliran platonik : menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan, menurut mereka ada style yang memiliki ungkapan, ada juga yang tidak memiliki style.

b) Aliran aristoteles : menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inheren yang ada dalam tiap ungkapan.

Melalui konsep gaya diatas, dapat disimpulkan bahwa menurut aliran Platonik, ada karya sastra yang menggunakan gaya dan ada juga tidak dan sebaliknya, aliran Aristotelis menyebutkan semua karya sastra memiliki gaya, tetapi kualitas gaya setiap sastra berbeda-beda. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan cara seseorang dalam mengungkapkan pikirannya melalui bahasa secara khas.

c. Gaya Bahasa Repetisi

Keraf (1991 : 127 ) menyebutkan bahwa “Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam konteks yang sesuai”. Repetisi terbentuk dari kalimat

(21)

12 prinsipnya didasarkan pada kata yang diulangi dalam baris. Kalausa atau kalimat, macam-macam repetisi adalah sebagai berikut :

1) Epizeuksis : Repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali atau berturut-turut. Misalnya : kita harus bekerja, bekerja sekali lagi bekerja untuk mengejar ketinggalan kita.

2) Teutotes : Repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi. Misalnya : kau menuding aku, aku menuding kau, kau dan aku menjadi seteru

3) Anafora : Repetisi yang bewujud perulang kata pertama pada setiap baris atau kalimat berikutnya. Misalnya : tapi berdosakah aku, kalau aku bawakan air selalu menyiramnya, hingga pohon ku berdaun rimbun, tempat aku mencari lindung? Berdosakah aku bersandar kebatang yang kuat berakar melihat tamasya yang molek berdandan menyambut fajar kata ilahi?

4) Epstrofa : Repetisi yang bewujud pengulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berurutan. Misalnya : bumi yang kau diami, laut yang kau layari adalah puisi, udara yang kau hirupi air yang kau teguki adalah puisi, kebun yang kau tanami bukit yang kau guduli adalah puisi. 5) Simploks : Repetisi pada awal dan akhir beberapa baris. Misalnya : kamu

(22)

13 6) Mesodiplosis : Repetisi ditengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan. Misalnya : pegawai kecil jangan mencuri kertas karbon. Babu-babu jangan mencuri tulang-tualng ayam goreng. Para pembesar jangan mencuri bensin.

7) Epanalepsis : Repetisi pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa, atau kalimat, mengulang kata pertama. Misalnya : kita gunakan pikiran dan perasaan kita.

8) Anadiplosis : kata atau frase terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frase pertama dari klausa atau kalimat berikutnya. Misalnya : dalam laut ada tiram, dalam tiram ada mutiara dalam mutiara ah tak ada apa.

9) Aliterasi : semacam bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa untuk perhiasan atau untuk penekanan. Misalnya : takut titik lalu tumpah 10) Asonansi : semacam bahasa berwujud perulangan bunyi vokal yang

(23)

14 2.2.3 Cerpen

a. Pengertian Cerpen

Cerpen adalah hasil karya cipta yang melibatkan kekuatan imajinasi dalam menyusun atau membuat sebuah karya tulis, yang bersifat terikat dengan kondisi yang dialami pengarang dan mampu diceritakan dalam waktu yang singkat.Hal ini diungkapkan oleh, Kuntowijoyo (1999) Memahami cerpen sebagai strukturalisasi pengalaman, imajinasi, dan nilai.Apa yang dia sebut sebagai strukturalisasi itu cenderung bertumpang tindih dengan apa yang dia sebut sebagai imajinasi. Menurutnya, pengarang itu seperti tukang batu. Dihadapannya ada batu bata, pasir, dan bahan-bahan lainnya. Sebagai tukang batu pengarang harus mempunyai imajinasi tentang rumah yang akan merakit satuan-satuan diatas menjadi sebuah kesatuan.

Allan Poe dalam Nurgiyantoro dalam Regina Bernadette, (2006 : 1) Cerita pendek diartikan sebagai bacaan singkat, yang dapat dibaca sekali duduk, dalam waktu setengah sampai dua jam, genrenya mempunyai efek tunggal, karakter, plot dan setting yang terbatas, tidak beragam dan tidak kompleks (Pengarang cerpen tidak melukiskan seluk beluk kehidupan tokohnya secara menyeluruh, melainkan hanya menampilkan bagian–bagian penting kehidupan tokoh yang berfungsi untuk mendukung cerita tersebut yang juga bertujuan untuk menghemat penulisan cerita karena terbatasnya ruang yang ada.

(24)

15 bahwa penulis cerpen menampilkan jumlah tokoh yang terbatas, tidak ada perkembangan karakter tokoh dan tidak memiliki latar seperti apa yang terdapat dalam novel.

Dari berbagai pendapat para ahli, rumusan-rumusan tersebut tidak sama persis, juga tidak saling bertentangan satu sama lain. Hampir semuanya menyepakati pada satu kesimpulan bahwa cerita pendek atau cerpen adalah cerita rekaan yang pendek. Cerpen merupakan akronim dari cerita pendek. Karya sastra merupakan wujud dan bentuk dari perilaku yang diciptakan, contoh karya sastra yang sederhana adalah cerpen. Cerpen merupakan karya sastra yang menarik dan sederhana. Menceritakan sebuah konflik secara singkat dan lugas, namun memiliki unsur-unsur sastra yang menarik.

b. Struktur cerpen

Struktur teks cerpen di antaranya ada 6 (enam) bagian yaitu:

1. Abstrak adalah merupakan ringkasan ataupun inti dari cerita yang akan

dikembangkan menjadi rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga

gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat oprasional yang artinya

sebuah teks cerpen boleh tidak memakai abstrak.

2. Orientasi adalah yang berkaitan dengan waktu, suasana, maupun tempat

(25)

16

3. Komplikasi adalah berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan

secara sebab dan akibat, pada struktur ini kamu bisa mendapatkan karakter

ataupun watak dari tokoh cerita sebab kerumitan mulai bermunculan.

4. Evaluasi adalah struktur konflik yang terjadi yang mengarah pada klimaks

mulai mendapatkan penyelesainya dari konflik tersebut.

5. Resolusi adalah struktur atau bagian pengarang mengungkapkan solusi

yang dialami tokoh atau pelaku.

6. Koda adalah merupakan nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari

(26)

17 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber dan Deskripsi Data

Dalam penelitian ini yaitu gaya bahasa cerpen-cerpen karaya Harris Efendy Thahar, diantara cerpen-cerpen tersebut yang menjadi objek penelitian adalah cerpen yang berjudul :(a) Arwana (b) Persahabatan Sunyi karya Harris Efendy Thahar.

3.2 Metode Pengumpulan Data

a. Metode Dokumentasi

Menurut suharsami (dalam Wiguna, 2006:20) dokumentasi yaitu salah satu metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan lainnya. Metode ini dipergunakan karena sesuai dengan judul penelitian, bahwa meneliti data-data tertulis seperti cerpen yang dibuat oleh Harris Efendy Thahar yang kemudian mendeskripsikannya dan menganalisis gaya bahasa yang menjadi fokus penelitian penulis.

b. Metode Telaah

(27)

18 dipergunakan dalam tahap kedua guna mengetahui makna gaya bahasa dalam cerpen-cerpen karya Harris Efendy Thahar yang menjadi objek penelitian.

c. Metode Pencatatan

Metode pencatatan dipergunakan untuk mendeskripsikan jenis-jenis teks gaya bahasa yang digunakan oleh Harris Efendy Thahar dalam karya tulisnya atau cerpen. Metode pencatatan ini digunakan pada tahap ketiga yang bertujuan mencatat hal-hal yang penting yang berkenaan dengan objek kajian agar mempermudah proses pendeskripsian data, pengolahan, dan menarik kesimpulan dari data yang telah diolah. Data yang dicatat adalah data mengenai jenis-jenis teks gaya bahasa dan makna yang terdapat dalam objek kajian penelitian ini.

3.3 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk menguraikan atau menggambarkan serta menjelaskan hasil analisis data teknis secara deskriptif (terprinci). Metode ini dipergunakan karena penelitian ini bersifat study pustaka, yang datanya berupa dokumen (tulisan cerpen-cerpen karya Harris Efendy Thahar) yang peroses pengkajiannya berdasarkan kerangka kerja yang tentunya sinkron atau sesuai dengan landasan teori yang sudah dipaparkan terlebih dahulu.

(28)

19 1. Mengidentifikasi Data

Maksudnya yaitu mengidentifikasi data yang diperoleh dari cerpen yang menjadi objek kajian tersebut kemudian jenis-jenis teks gaya bahasa cerpen karya Harris Efendy Thahar dan makna gaya bahasa yang akan diteliti.

2. Pengklasifikasian Data

Maksudnya yaitu memilah dan menentukan data yang akan dianalisis berdasarkan teori yang telah ditetapkan. Kemudian data yang berupa jenis-jenis teks gaya bahasa dan makna gaya bahasa yang telah dipilah dan dikelompokkan agar lebih mudah dalam proses selanjutnya.

3. Menafsirkan Data

(29)

20 BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Teks

Analisis gaya bahasa berdasarkan struktur teks yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis cerpen yang berjudul Arwan dan Persahabatan sunyi” karya Harris Efendy Thahar, dengan memandangnya dengan satu kesatuan yang berdiri sendiri, terlepas dari faktor-faktor diluar karya sastra itu (ekstrinsik).

Aspek struktur teks gaya bahasa yang di analisis dalam penelitian ini meliputi: Epizeuksis, teutotes, anafora, epstrofa, simploks, mesodiplosis, epanalepsis, anadiplosis, alitrasi, dan asonasi. Yang dimana semua gaya tersebut masuk dalam gaya bahasa repetisi. Gaya bahasa repetisi adalah pengulangan sebuah bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk diulang untuk menghasilkan kalimat yang berimbang. Hal tersebut diungkapkan oleh Keraf (1991 : 127 ) menyebutkan bahwa “Repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam konteks yang sesuai”. Repetisi

(30)

21

4.2Gaya bahasa struktur teks Cerpen Arwana

4.2.1 Gaya bahasa epizeuksis

Repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali atau berturut-turut. Hal tersebut terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut :

a. Kapan ikan tidur dan istirahat? Tidak ada yang tahu. Tidak juga Wali Kota yang memelihara ikan arwana di dalam rumah dinasnya. Ikan itu terus saja berenang dalam akuarium kaca berukuran cukup besar, berputar-putar dengan gagahnya. Sesekali melesat menyambar serangga yang mendekat di luar akuarium. Usaha ikan arwana itukelihatan bodoh, tapi meyakinkan keganasannya.

... ikan ... ... tidak ... .... tidak .... ... ikan ...

Ikan ... akuarium ...

... akuarium ... ... ikan ...

b. Diikutinya langkah-langkah rombongan terakhir yang menghadap Wali Kota itu dengan rasa cemburu dan sebal. Cemburu pada tamu-tamu yang telah mendahuluinya menemui Wali Kota, dan sebal dengan perlakukan ajudan yang mirip arwana itu.

(31)

22 ...

c. Dari percakapan orang-orang, terdengar seseorang berkata: ”Pak Wali lagi makan malam dengan tamu-tamunya dari Jakarta. Sebentar

lagi selesai.” Mendengar pernyataan itu, Engku Nawar berdiri dan

mendekati orang yang bicara barusan sambil berbisik.

... orang-orang, ... seseorang ... ... ... orang ...

d. ”Boleh saya menemuinya sebentar saja, habis itu saya pulang. Saya

cuma sebentar, barangkali lima menit.”

... saya ..., ... saya ... Saya...

e. Sabar, Pak. Sebentar lagi Bapak juga dipanggil. Tadi sudah isi formulir bukan? Nah, ajudan sudah membawa formulir Bapak itu ke dalam.

... pak ... Bapak... sudah... sudah... Bapak

f. Engku Nawar dicarikan jodoh oleh Kapten Tulus, seorang gadis masih sepupu dekat Kapten itu. Beberapa bulan setelah menjadi Wali Kota putra Kapten Tulus itu, datang menjumpai Engku Nawar.

(32)

23 g. Tunggu saja. Minum dulu, tuh, minuman datang.”Seseorang berpakaian seragam datang membawa sekardus air minum kemasan dalam gelas-gelas plastik.

... minum ..., minuman ... ... minum... ...

h. juallah tanah kosong di kaki bukit itu kepada pemerintah kota. Tanah itu tidak subur, lebih baik dijadikan uang untuk modal Engku naik haji

dan anak cucu.”Untuk apa tanah buruk itu sama kamu Indober,

anakku?”

... tanah... Tanah ... ... tanah ...

i. Ruang tamu di bagian tengah rumah dinas itu, besar sekali. Tamu sebanyak itu, cukup dapat tempat duduk di sofa yang empuk. Tamu-tamu itu pun disambut oleh pelayan yang menghidangkan semangkuk

teh panas untuk masing-masing tamu. Semua seperti diatur oleh ajudan yang berpakaian rapi itu sambil terus memegang kertas-kertasformulir yang telah diisi tamu-tamu.

(33)

24 ... tamu-tamu

j. Tiap sebentar ajudan itu keluar masuk ke ruang tamu depan, dengan tanda bel listrik. Sebentar-sebentar menjawab telepon. Kadang-kadang tergopoh-gopoh masuk menerobos pintu yang membatasi ruang itu dengan ruang tamu utama karena telepon itu penting dan dari orang penting untuk Wali Kota.

... sebentar ... ... sebentar- sebentar ...

... penting ... penting...

k. Engku Nawar sadar, tugas ajudan itu berat, dan itu pernah dialaminya sewaktu menjadi ajudan Kapten Tulus, orangtua Wali Kota itu.

..., ... ajudan ..., ... ... ajudan ... ...

l. Ikan arwana yang tetap mondar mandir di dalam akuarium itu kelihatan semakin besar dan terasa makin mendekat ke tempat Engku Nawar duduk sambil berselonjor kaki karena telah penat menunggu. Dan, akuarium itu kelihatan semakin miring ke depan, seperti hendak jatuh dari kedudukannya. Air di dalam akuarium itu berguncang hebat. Engku Nawar merasa pusing dan hendak jatuh ke lantai.

(34)

25 ... akuarium ...

m. Merasa hendak muntah. Ia menoleh dan memegang bahu Sarini kuat-kuat. Tapi Sarini seperti menghindar dan terlempar ke lantai

... sarini ...

... sarini ...

n. Pak, Pak. Giliran Bapak…”ajudan menggoyang-goyang Engku Nawar yang tertidur di kursi sofa itu

Pak, pak. ... bapak...

o. Maaf Engku. Saya hari ini banyak tamu. Kalau Engku ada perlu, tulis saja surat, nanti kasi sama ajudan saya ini di kantor, besok atau lusa lewat pukul dua. Sekarang pulanglah dulu, sudah malam. Atau saya

suruh antar pakai sopir?” ”Tidak usah Pak Wali. Saya pulang

dibonceng cucu saya ini.”

... engku. saya ... ... engku ... saya ... ...

... saya ... ... ... saya .. ... saya ...

(35)

26

4.2.2 Gaya bahasa teutotes

Repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi. Hal tersebut tedapat dikutipan cerpen sebagai berikut :

a. Siripnya yang mengilap keperakan kadang-kadang memantulkan sinar lampu yang menyilaukan mata tamu-tamu yang terpesona melihatnya. Tamu-tamu yang menunggu giliran dipanggil ajudan untuk segera menghadap Wali Kota di ruang penerimaan tamu di sebelah ruang duduk itu, seperti tak henti-hentinya terpesona menyaksikan gerakan akrobatik ikan cantik yang garang itu

... kadang –kadang ...

... tamu-tamu... tamu-tamu...henti-hentinya...

...

b. Tiap sebentar ajudan itu keluar masuk ke ruang tamu depan, dengan tanda bel listrik. Sebentar-sebentar menjawab telepon. Kadang-kadang tergopoh-gopoh masuk menerobos pintu yang membatasi

ruang itu dengan ruang tamu utama karena telepon itupenting dan dari orangpenting untuk Wali Kota.

... ...Sebentar-sebentar... Kadang-kadangtergopoh-gopoh...

(36)

27 c. Rasa capai dan mengantuk sengaja diusirnya dengan paksa, dan tiap sebentar ia membangunkan cucu perempuannya yang berkali-kali tertidur sambil duduk di kursi tamu yang lebar itu. Di

kursi-kursiberhadap-hadapan dengan Engku Nawar, duduk enam orang

tamu pria dan satu perempuan menunggu panggilan

... ... berkali-kali ... ... kursi-kursi, berhadap-hadapan... ...

d. Lelaki tua itu merasa tak mampu lagi menulis, tapi cucunya, Sarini, yang dari tadi memegang map berisi surat-surat penting itu cepat-cepat mengisi formulir itu dan memberikan pena pada kakeknya

untuk menandatanganinya. Tak lama, tamu-tamu rombongan dan perorangan silih berganti datang berkendaraan mobil, motor, dan jalan kaki. Semua mengisi formulir yang sama.

... ... surat-surat ... ...cepat-cepat ... ... ... tamu-tamu ... ...

(37)

28 mengikutinya dari belakang. Ia amat berharap Wali Kota yang muda dan gagah itu muncul menemuinya di tempat terpisah dari tamu-tamu lain. Meski batuk-batuk dan dilarang cucunya, ia

masih mencoba merokok, menghilangkan rasa jenuh

... bangku-bangku ... ... ... ... tamu-tamu ... batuk-batuk ... ... f. Warung itu dikelola oleh anak perempuan satu-satunya dengan

suaminya yang dulunya jadi sopir oplet. Satu-satunya warung di mulut jalan ke TPA milik Engku Nawar itu makin hari makin ramai. Sopir-sopir truk sampah, para pemulung dan calo-calo tanah, mampir minum kopi di warung itu

... satu-satunya ... ... satu-satunya... ... sopir-sopir ... calo-calo ... ...

g. Semua seperti diatur oleh ajudan yang berpakaian rapi itu sambil terus memegang kertas-kertas formulir yang telah diisi tamu-tamu. Tiap sebentar ajudan itu keluar masuk ke ruang tamu depan,

(38)

29 ... ...kertas-kertas ... tamu-tamu ... ... ... sebentar-bentar ... h. Di ruang yang terbatas itu, sang ajudan mondar-mandir dengan

sikap sigap dan tegas, tanpa banyak senyum. Orang-orang yang sabar menunggu lebih banyak mencurahkan perhatian pada ikan arwana di dalam akuarium, kemudian pada ajudan itu

... mondar-mandir... ... orang-orang ... ... i. Engku Nawar mengucek-ucek matanya. Menguap dan cepat

tersadar. Wali Kota telah berada di depannya. Wali Kota juga sudah kelihatan lelah dan bermata merah

... mengucek-ucek matanya... ... wali kota ... wali kota ... ... bermata merah ...

Kutipan cerpen arwana diatas termasuk gaya bahasa repetisi teutotes, sebab struktur katanyaberulang-ulang dalam sebuah kontruksi.

4.2.3 Gaya bahasa anafora

(39)

30 a. Dengan rasa bangga ia menyatakan bahwa ia keluargadekat, bahkan Wali Kota itu sendiri bagaikan anaknya. Oleh karena itu, ia minta izin menemui Wali Kota sebentar saja untuk urusan keluarga ... ia ... ia ... ... ..., ia .. ... b. Seseorang berpakaian hansip mempersilakan tamu-tamu itu duduk

di ruang sebelah rumah jaga di samping rumah gedung kediaman resmi Wali Kota itu. Dari ruang tamu yang terbuka itu, Engku Nawar terpesona dengan pemandangan yang menakjubkannya ... tamu-tamu itu ... ... wali kota itu . ... itu , ... c. Bagian depan kincir penggilingan gabah itu berfungsi sebagai

warung kopi dan sekaligus tempat tinggal Engku Nawar sekeluarga. Kantor Wali Kampung adalah warungitu juga, tempat masyarakat mengurus surat-surat dan KTP. Kalau pasukan TNI patroli ke perbatasan, biasanya mampir di warung kincir itu. Komandan patroli selalu berbincang-bincang dan saling bertukar informasi dengan Engku Nawar.

(40)

31 ... ... warung itu ... ... d. Mereka selamat ke kaki bukit melalui sungai kecil yang berhulu di

kaki bukititu. Akan tetapi, dari kejauhan, kedua lelaki itu

menyaksikan warung kincir itu terbakar. Istri dan dua anak Engku Nawar yang masih balita ikut jadi abu. Sejak peristiwa itu, tak ada jalan lain bagi Engku Nawar, kecuali bergabung menjadi tentara pemberontak bersama Kapten Tulus. Esok malamnya, dengan ganas Engku Nawar ikut membumihanguskan pos Brimob yang berjarak tiga kilo dari Kampung Padangilalang bersama pasukan Kapten Tulus. Tak seorang pun anggota Brimob yang lolos di hujan lebat dekat subuh itu.

... kaki bukit ... kaki bukit itu... ...itu ... itu ... ... itu ... ...itu e. Sejak itu, Engku Nawar berubah nasibnya sebagai pemilik

warungdi depan jalan masuk ke TPA. Sebelumnya, ia hanya jadi

pengrajin lidi daun kelapa untuk bahan sapu. Tapi, sejak tanahnya yang di kaki bukit itu dijadikan TPA,ia bisa hidup lebih baik. Warung itu dikelola oleh anak perempuan satu-satunya dengan

(41)

32 mulut jalan ke TPA milik Engku Nawar itu makin hari makin ramai. Sopir-sopir truk sampah, para pemulung dan calo-calo tanah, mampir minum kopi di warung itu.

Sejak itu... warung...TPA...

... sejak ... TPA .. ... warung itu ... TPA .... ... warung itu

f. Baju koko terbaik yang dipakainya terasa sangat tipis dari sentuhan angin malam terhadap tubuhnya yang telah ringkih. Ia mempererat belitan sarung di lehernya. Diam dengan pikirannya yang menerawang. Dan, Sarini hanya bisa mengunyah permen karet di samping kakeknya sambil mengasuh harapan-harapannyauntuk diterima Wali Kota menjadi pegawai honorer

... ...nya ...nya.. ...nya...nya... nya...

g. Tapiia masih berharap, ia akan mendapat giliran pertama, sesuai urutan mendaftar. Dengan sedikit lega, iamasuk bersama puluhan tamu yang hendak bertemu Wali Kota dengan berbagai kepentingan itu.

(42)

33 h. Ikan arwana yang tetap mondar mandir di dalam akuarium itu kelihatan semakin besar dan terasa makin mendekat ke tempat Engku Nawar duduk sambil berselonjor kaki karena telah penat menunggu. Dan, akuarium itu kelihatan semakin miring ke depan, seperti hendak jatuh dari kedudukannya. Air di dalam akuarium itu berguncang hebat. Engku Nawar merasa pusing dan hendak

jatuh ke lantai.

... akuarium itu ...

... akuarium itu... akuarium itu...

...

Kutipan cerpen arwana diatas termasuk gaya bahasa repetisi anafora, sebab terjadinya struktur perulang kata pertama pada setiap baris atau kalimat berikutnya.

4.2.4 Gaya bahasa epstrofa

Repetisi yang bewujud pengulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berurutan, terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut:

(43)

34 ... tentara soekarno. ... ... tentara soekarno.

b. Air di dalam akuarium itu berguncang hebat. Engku Nawar merasa pusing dan hendak jatuh ke lantai. Merasa hendak muntah. Ia menoleh dan memegang bahu Sarini kuat-kuat. TapiSarini seperti menghindar dan terlempar ke lantai.

... ... lantai.

... ... lantai.

c. Ajudan tersenyum, meski matanya juga sudah merah. Engku Nawar mengucek-ucek matanya. Menguap dan cepat tersadar. Wali Kota telah berada di depannya. Wali Kota juga sudah kelihatan lelah dan bermata merah.

... merah. ... ... ... ... merah.

(44)

35

4.2.5 Gaya bahasa simploks

Repetisi pada awal dan akhir beberapa baris, terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut:

a. Orang-orangbilang, mesti pakai uang jutaan. Engku Nawar tidak setuju. Ia mau mengadukan nasib cucunya itu kepada Wali Kota Indober Tulus. Orang-orang bilang, lebih baik menemuinya di rumah

Orang-orang bilang,...

... orang-orang bilang... b. ”BapakEngku Nawar, dipersilakan menunggu di ruang tunggu dalam,”

kata ajudan berambut cepak tadi. Semula, Engku Nawar mengira hanya dia saja yang dipanggil, ternyata semua tamu yang telah terdaftar masuk ke ruang itu.

Bapak Engku Nawar ..., ...

..., Engku Nawar ...

c. Tamu-tamu itu pun disambut oleh pelayan yang menghidangkan

semangkuk teh panas untuk masing-masing tamu.

Tamu-tamu itu ...

...masing-masing tamu

d. Kadang-kadang tergopoh-gopoh masuk menerobos pintu yang

membatasi ruang itu dengan ruang tamu utama karena telepon itu penting dan dari orang penting untuk Wali Kota.

Kadang-kadang tergopoh-gopoh ...

(45)

36 Kutipan cerpen arwana diatas termasuk gaya bahasa repetisi simplok, sebab terjadinya perulangan struktur pada awal dan akhir beberapa baris.

4.2.6 Gaya bahasa mesodiplosis

Repetisi ditengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan, terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut:

a. Siripnya yang mengilap keperakan kadang-kadang memantulkan sinar lampu yang menyilaukan mata tamu-tamu yang terpesona melihatnya. Tamu-tamu yang menunggu giliran dipanggil ajudan untuk segera menghadap Wali Kota di ruang penerimaan tamu di sebelah ruang duduk itu, seperti tak henti-hentinya terpesona menyaksikan gerakan akrobatik ikan cantik yang garang itu.

... tamu-tamu ... ... tamu-tamu ...

... tamu ... b. Sehabis magrib, Engku Nawar telah siap bersama cucunya, Sarini,

yang lulusan kursus komputer berijazah itu, menuju kediaman Wali Kota yang jauhnya lima belas kilo dari warungnya. Ia memeluk erat Sarini, cucu kesayangannya itu, ketika dibonceng Sarini naik sepeda

motor

(46)

37 ... sarini, cucu ... ... sarini ...

c. Ketika orang tua itu mengiyakan, Wali Kota bertepuk tangan dan

mengumumkan kepada stafnya: ”Orang tua ini adalah orangtua saya

juga. Ia bagaikan sepasang sejoli dengan ayah saya dulunya sewaktu masih menjadi tentara pemberontak PRRI. Di mana ada bapak saya, di situ ada Engku Nawar. Semua orang tahu

... orang tua itu ..., ... ... orang tua ini ... orang tua saya ... Ayah saya... bapak saya...

Kutipan cerpen arwana diatas termasuk gaya bahasa repetisi

mesodiplosis, sebab terjadinya perulangan struktur ditengah baris-baris atau beberapa kalimat.

4.2.7 Gaya bahasa epanalepsis

Repetisi pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa, atau kalimat, mengulang kata pertama, hal tersebut terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut :

a. Kapan Engku ada perlu dengan saya, datang saja ke rumah sehabis

magrib,” bisik Wali Kota sebelum meninggalkan gubuk Engku

Nawar.

(47)

38 ... ... Engku Nawar

b. Warung itu dikelola oleh anak perempuan satu-satunya dengan suaminya yang dulunya jadi sopir oplet. Satu-satunya warung di mulut jalan ke TPA milik Engku Nawar itu makin hari makin ramai. Sopir-sopir truk sampah, para pemulung dan calo-calo tanah, mampir minum kopi di warung itu.

Warung itu...

... ...Warung itu c. Tamu-tamu itu pun disambut oleh pelayan yang menghidangkan

semangkuk teh panas untuk masing-masing tamu.

Tamu-tamu ...

... tamu d. Itu pasti pandai-pandainya ajudan arwana itu.

Itu... itu

(48)

39

4.2.8 Gaya bahasa anadiplosis

Repetisi kata atau frase terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frase pertama dari klausa atau kalimat berikutnya, hal tersebut terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut :

a. Tidak ada yang tahu. Tidak juga Wali Kota yang memelihara ikan arwana di dalam rumah dinasnya.

Tidak ada ... tidak juga... ...

b. Ikan ituterus saja berenang dalam akuarium kaca berukuran cukup besar, berputar-putar dengan gagahnya. Sesekali melesat menyambar serangga yang mendekat di luar akuarium. Usaha ikan arwana itukelihatan bodoh

Ikan itu terus sajaberenang...,

... ... ...ikan arwana itu kelihatan bodoh

c. Jamdinding yang tiap seperempat jambermusik nyaring untuk

kesekian kalinya bernyanyi menjelang tengah malam Jamdinding... jambermusik...

...

d. Dan,setiap orang yang dipanggil dan diantar ke ruang tamu utama menghadap Wali Kota, yang lain seperti protes, tapi tidak dinyatakan, kecuali Engku Nawar

(49)

40 ...

e. Wali Kotatelah berada di depannya. Wali Kotajuga sudah kelihatan lelah dan bermata merah

Wali Kotatelah...Wali Kotajuga...

... f. MaafEngku. Saya hari ini banyak tamu. KalauEngku ada perlu, tulis

saja surat, nanti kasi sama ajudan saya ini di kantor, besok atau lusa lewat pukul dua. Sekarang pulanglah dulu, sudah malam. Atausaya suruh antar pakai sopir?

Maaf Engku...Kalau Engku...

... ...

Kutipan cerpen arwana diatas termasuk gaya bahasa repetisi anadiplosis, sebab terjadinyakata atau frase terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frase pertama dari klausa atau kalimat berikutnya.

4.2.9 Gaya bahasa aliterasi

Semacam bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa untuk perhiasan atau untuk penekanan, hal tersebut terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut :

(50)

41 ... berukuran cukup besar, berputar-putar...

b. Sesekali melesat menyambar serangga yang mendekat di luar akuarium. Usaha ikan arwana itu kelihatan bodoh

... melesat menyambar serangga yang mendekat... ...

c. Tamu-tamu yang menunggu giliran dipanggil ajudan untuk segera menghadap Wali Kota di ruang penerimaan tamu di sebelah ruang duduk itu, seperti tak henti-hentinya terpesona menyaksikan gerakan akrobatik ikan cantik yang garang itu

... ... ... ...akrobatik ikan cantik ...

d. Engku Nawar berdiri dan mendekati orang yang bicara barusan sambil berbisik.

... bicara barusan sambil berbisik. e. Di ruang yang terbatas itu, sang ajudan mondar-mandir dengan sikap

sigap dan tegas,

... sikapsigap ... tegas, f. Itu pasti pandai-pandainya ajudan arwanaitu.

(51)

42 g. Buktinya? Nomor satu, nomor dua, nomor tiga, dan selanjutnya,

Engku Nawar belum juga dipersilakan menghadap.

... Nomor satu, nomor dua, nomor tiga, ... ...

Kutipan cerpen arwana diatas termasuk gaya bahasa repetisi aliterasi, sebab terjadinyaperulangan konsonan yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa untuk perhiasan atau untuk penekanan.

4.2.10 Gaya bahasa asonansi

Semacam bahasa berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan, hal tersebut terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut :

a. Tamu-tamu yang menunggu giliran dipanggil ajudan untuk segera menghadap Wali Kota di ruang penerimaan tamu di sebelah ruang duduk itu, seperti tak henti-hentinya terpesona menyaksikan gerakan akrobatik ikan cantik yang garang itu

... ...

..., seperti tak henti-hentinya ... ...

(52)

43 Cemburu pada tamu-tamu ...

...

d. Ajudan hanya mendengar dengan wajah datar sambil berkata: ”Isi

formulir ini, nama, alamat, keperluan, nanti saya sampaikan.”

...Isi formulir ini, nama, alamat, keperluan, nanti saya sampaikan.”

e. Seseorang berpakaian hansip mempersilakan tamu-tamu itu duduk di ruang sebelah rumah jaga di samping rumah gedung kediaman resmi Wali Kota itu.

... tamu-tamu itu ... ...

f. meski sangat berbahaya. Nyawa tantangannya. ...berbahaya. Nyawa tantangannya.

g. Merasa hendak muntah. Ia menoleh dan memegang bahu Sarini kuat-kuat.Tapi Sarini seperti menghindar dan terlempar ke lantai. ... ...Tapi Sarini seperti menghindar dan terlempar ke lantai.

(53)

44

4.3Gaya bahasa struktur teks Cerpen Persahabatan Sunyi

4.3.1 Gaya bahasa epizeuksis

Repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali atau berturut-turut. hal tersebut terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut :

a. Di sebuah jembatan penyeberangan tak beratap, matahari menantang garang di langit Jakarta yang berselimut karbon dioksida. Orang-orang melintas dalam gegas bersimbah peluh diliputi lautan udara bermuatan asap knalpot. Lelaki setengah umur itu masih duduk di situ, bersandarkan pagar pipa-pipa besi, persis di tengah jembatan.Menekurkan kepala yang dibungkus topi pandan kumal serta

tubuh dibalut busana serba dekil, tenggorok di atas lembaran kardus bekas air kemasan. Di depannya sebuah kaleng peot, nyaris kosong dari uang receh logam pecahan terkecil yang masih berlaku. Dan, di bawah jembatan, mengalir kendaraan bermotor dengan derasnya jika di persimpangan tak jauh dari jembatan itu berlampu hijau.

... jembatan ... ... jembatan ... ... jembatan, ... ... jembatan ... ... b. Turun dengan langkah pasti menuju lekukan sungai hitam di pinggir

(54)

45 Dari dalam gerobak yang penuh dengan buntelan dan tas-tas berwarna seragam dengan dekil tubuhnya, ia mencari-cari botol plastik yang berisi air entah diambil dari mana, lalu meminumnya.

... dengan ... ... ... dengan ... ... dengan ... ... c. Seorang bocah perempuan ingusan yang memegang krincingan dari

kumpulan tutup botol minuman telah melempari anjing itu. Lelakiitu berkacak pinggang, menatap bocah perempuan ingusan itudengan tajam. Bocah perempuan ingusan itu balas menantang sambil juga berkacak pinggang.

... bocah ...

...

... bocah ...

... Bocah...

d. Sepasang orang muda yang baru saja parkir hendak makan, kembali menutup pintu mobilnya sambil menutup hidung ketika lelaki itu menyorongkan gerobaknya ke dekat mobil sedan hitam itu

(55)

46 e. Mengeluarkan sebuah botol air kemasan berisi air, meminumnya separuh. Tanpa bicara apa- apa, bocah perempuan ingusan itu menyambar botol itu dan meminumnya juga hingga tandas.

... meminumnya...

... ... meminumnya ...

f. Bocah itu mengeluarkan lilin dan korek api dari dalam kantong plastik. Berkali-kali menggoreskan korek api, padam lagi oleh tiupan angin bertempias.

... korek api ... ... korek api ... ...

g. Sebelumnya, kolong penurunan jalan layang tol itu cukup padat penghuninya di malam hari. Beberapa anak jalanan yang sehari- hari mengamen di sepanjang jalan bawah, juga bermalam di situ. Ada lima anak jalanan laki-laki yang selalu menjahili bocah perempuan yang selalu membawa krincingan itu sampai menangis berteriak-teriak. ... jalan... ... jalanan ... ...jalan... ...jalanan ... h. Lelaki setengah umur itu mulai marah ketika suatu hari ia membawa

(56)

47 anjing itu kurang sehat hingga semalaman anjing itu terkaing-kaing. Lelaki itu tampak berusaha keras mengobati anjing itu dengan menyuguhkan makanan dan air.Tapi, anak-anak jalanan yang jahilitu melemparianjing itu dengan batu.

... ... anjing ... Anjing ... Anjing ... ... Anjing ... ... Anjing ... kutipan persahabatan sunyi diatas termasuk gaya bahasa repetisi epizeuksis, sebab struktur katanya mengalami pengulangan beberapa kali atau berturut-turut.

4.3.2 Gaya bahasa teutotes

Repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi, hal tersebut terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut :

a. Dari dalam gerobak yang penuh denganbuntelan dan tas-tas berwarna seragam dengan dekil tubuhnya, ia mencari-caribotol plastik yang berisi air entah diambil dari mana, lalu meminumnya.

(57)

48 b. Seekor anjing betina kurus berwarna hitam muncul, mengendus-endus dan menggoyang-goyangkan ekornya. Ia siap berangkat, mendorong gerobak kecilnya melawan arus kendaraan, di pinggir kanan jalan.

..., mengendus-endus ... ... menggoyang-goyangkan ... ... c. Lelakiitu lewat begitu saja mendorong gerobak bermuatan anjing dan

buntelan-buntelan kumal miliknya sambil mencari-cari puntung rokok yang masih berapi di pinggir jalan itu, lalu mengisapnya dengan santai. Orang-orang menghindarinya sambil menutup hidung ketika berpapasan

di bagian jalan tanpa tersisa secuil pun pedestrian karena telah dicuri truk-truk itu. Lelaki setengah umur itu memarkir gerobak kecilnya di bawah pokok akasia tak jauh setelah membelok ke kanan tanpa membangunkan anjing betina hitam kurus yang terlelap di atas buntelan-buntelan dalam gerobak itu

(58)

49 d. Anjing betina hitam kurus itu mengendus-endus di belakang tuannya, seperti minta pembelaan. Lelaki itu kembali mendorong gerobak kecilnya dengan bunyi kricit- kricit roda besi kekurangan gemuk.

... mengendus-endus ...,... ... ... kricit –kricit ...

e. Sementara lalu lintas semakin padat, udara semakin pepat berdebu.Tiba-tiba, lelaki setengah umur itu membelokkan gerobak kecilnya ke sebuah

rumah makan yang sedang padat pengunjung. Dari jauh, seorang satpam mengacung-acungkan pentungannya tinggi-tinggi. Lelaki itu seperti tidak

memedulikannya, terus saja mendorong hingga ke lapangan parkir sempit penuh mobil di depan restoran itu.

... tiba-tiba, ... ... ... mengacung-ngacung ... tinggi-tinggi...

... f. Seorang pelayan rumah makan itu berlari tergopoh- gopoh keluar, menyerahkan sekantong plastik makanan pada laki-laki itu sambil menghardik.

(59)

50 g. Malam telah larut. Bocah perempuan ingusan itu terbirit-birit dikejar gerimisyang mulai menghujan. Rambutnya yang nyaris gimbal itu kini melekat lurus-lurus di kulit kepalanya disiram gerimis

... terbirit-birit ... ... ... lurus-lurus ... h. Bunyi krincingan dan kresek-kresek kantong plastik yang dibawanya

membangunkan anjing betina kurus berwarna hitam itu. Ia menyalak sedikit, kemudian merungus setelah dilempari sepotong kue oleh bocahitu. Lewat penerangan jalan, samar- samar dilihatnya lekaki setengah umur itu tidur bergulung bagai angka lima di atas kardus

... kresek-kresek ... ... ... ..., samar-samar ...

...

i. Lelaki setengah umur itu membiarkannyasaja. Mungkin menurutnya sesuatu yang biasa-biasa saja, meskipun anak-anak lelaki itu sampai-sampai menelanjangi bocah perempuan ingusan itu. Penghuni lain pun tak

ada yang berani membela.

(60)

51 ...

j. Lelaki setengah umur itu menggapai-gapaikan tangannya, minta petugas menaikkan anjingnya yang menyalak-nyalak, minta ikut bersama tuannya. Tapi, sebuah pentungan kayu telah mendarat di kepala anjing kurus itu hingga terkaing-kaing, berlari ke seberang jalan dan hilang ditelan kegelapan.

... menggapai-gapaikan ...,... ... menyelak-nyelak ... ... ... terkaing-kaing, ... ...

k. Dari pengeras suara di puncak-puncak menara masjid terdengar azan subuh bersahut-sahutan. Bulan semangka tipis masih menggantung di langit, kadang-kadang tertutup awan yang bergerak ke Barat

... puncak-puncak ... ... bersahut-sahutan ... ..., kadang-kadang ...

l. Di depan pangkalantruk yang telah menyempitkanjalan, lelaki itu mendoronggerobak kecilnya dengan santai sambil mengawasi puntung-puntungrokokyang masih berapi dilempar sopir-sopirtruk ke jalan. Ada

(61)

52 perempuan ingusan itu sambil terus bernyanyi dengan iringan krincingannya. Orang-orang tak ada yang peduli.*

... ... puntung-puntung ... ... sopir-sopir ... ... laki-laki... ... orang-orang ...

Kutipan cerpen persahabatan sunyi diatas termasuk gaya bahasa repetisi teutotes, sebab struktur katanyaberulang-ulang dalam sebuah kontruksi.

4.3.3 Gaya bahasa anafora

Repetisi yang bewujud perulang kata pertama pada setiap baris atau kalimat berikutnya, hal tersebut terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut :

a. Meski berpagar besi, telah lama ada bagian yang sengaja dibolongi oleh penghuni-penghuni kolong jalan layang itu untuk dijadikan pintu masuk. Tempat lelaki setengah umur itu di pojok yang rada gelap dan terlindung dari hujan dan panas. Dari dulu tempatnya di situ, tak ada yang berani mengusik.

(62)

53 b. Kecuali beberapa kaliia diangkut oleh pasukan tramtib kota, lalu kemudian dilepas dan kembali lagi ke situ. Ia lalu membongkar isi gerobaknya, mengeluarkan lipatan kardus dan mengaturnya menjadi tikar ... ia ..., lalu ... ... ia lalu ... ... c. Bocah perempuan ingusan itu berdiri dari jauh di bawah kolong jalan

layang itu, memandang dengan rasa lapar yang menyodok pada dua makhluk yang sedang asyik menikmati makan siang itu. Ia memberanikan dirinya menuju kedua makhluk itu, lalu bergabung makan dengan anjing betina berwarna hitam kurus itu. Ternyata anjing betina itu penakut. Ia menghindar dan makanan yang tinggal sedikit itu sepenuhnya dikuasai bocah perempuan itu dan ia melahapnya. Sedang lelaki setengah umur itu tidak peduli, meneruskan makannya hingga licin tandas dari daun pisang dan kertas coklat pembungkus.

... itu ... ... itu, ... ... itu. ... itu ... ... itu ... ... itu ... itu ... ... d. Lalu ia mendekat ke arah lelaki setengah umur itu agar lebih terlindung

(63)

54 kardus tersembul dari dalam gerobak kecil di atas kepala lelaki setengah umur itu. Ia berusaha menariknya keluar tanpa menimbulkan suara berisik dan membangunkan lelaki itu. Setelah berhasil, iamembaringkan dirinya yang setengah menggigil karena pakaiannya basah. Merapat pada tubuh lelaki yang memunggunginya itu, sekadar mendapatkan imbasan panas dari tubuh lelaki itu.

... itu ... ... ... itu ... ... itu ... ... itu ... ... itu, ... ... itu.

e. Lelaki setengah umur itu mulai marah ketika suatu hari ia membawa seekoranjing betina kurus berwarna hitam ke markasnya. Mungkin anjing itu kurang sehat hingga semalaman anjing itu terkaing-kaing. Lelaki itu tampak berusaha keras mengobati anjing itu dengan menyuguhkan makanan dan air.

... itu ... ... itu ... itu ... Itu ... itu ... ... f. Tapi, anak-anak jalanan yang jahil itu melempari anjing itu dengan batu.

(64)

55 mengambil golok di dalam timbunan buntelan dalam gerobak kecilnya. Anak-anak itu dikejarnya. Konon salah seorang terluka oleh golok itu. Namun, mereka tak ada yang berani melawan dan tak berani kembali lagi ... itu ... itu ...

... itu. ... itu ... ... ... itu ... ... itu .. ... tak ... tak ... Kutipan cerpen persahabatan sunyi diatas termasuk gaya bahasa repetisi anafora, sebab terjadinya struktur perulang kata pertama pada setiap baris atau kalimat berikutnya.

4.3.4 Gaya bahasa Epstrofa

Repetisi yang bewujud pengulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berurutan, hal tersebut terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut : a. Lelaki itu lewat begitu saja mendorong gerobak bermuatan anjing dan

buntelan-buntelankumal miliknya sambil mencari-cari puntung rokok yang masih berapi di pinggir jalan itu, lalu mengisapnya dengan santai. Orang-orang menghindarinya sambil menutup hidung ketika berpapasan di bagian jalan tanpa tersisa secuil pun pedestrian karena telah dicuri truk-truk itu. Lelaki setengah umur itu memarkir gerobak kecilnya di bawah

(65)

56 ... ... itu.

... ... itu.

... ... itu.

b. Bocahitu melihat ujung lipatan kardus tersembul dari dalam gerobak kecil di atas kepala lelaki setengah umur itu. Ia berusaha menariknya keluar tanpa menimbulkan suara berisik dan membangunkan lelaki itu. Setelah berhasil, iamembaringkan dirinya yang setengah menggigil karena pakaiannya basah. Merapat pada tubuh lelaki yang memunggunginya itu, sekadar mendapatkan imbasan panas dari tubuh lelaki itu.

... ... itu.

... ... itu.

... ... itu,

(66)

57 Kutipan cerpen persahabatan sunyi diatas termasuk gaya bahasa repetisi epstrofa, sebab terjadinya struktur perulang kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berurutan.

4.3.5 Gaya bahasa simploks

Repetisi pada awal dan akhir beberapa baris, hal tersebut terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut :

a. Bocah perempuan ingusan itu terbirit-birit dikejar gerimis yang mulai menghujan. Rambutnya yang nyaris gimbal itu kini melekat lurus-lurus di kulit kepalanya disiram gerimis.

... terbirit-birit... gerimis ... ... ... lurus-lurus ... ... gerimis.

b. Orang-orang menghindarinya sambil menutup hidung ketika berpapasan di bagian jalan tanpa tersisa secuil pun pedestrian karena telah dicuri truk-truk itu.

Orang-orang ...

... ... teruk-teruk itu.

c. Dari jauh, seorang satpam mengacung-acungkan pentungannya tinggi-tinggi.

(67)

58 d. Dari pengeras suara di puncak-puncak menara masjid terdengar azan

subuh bersahut-sahutan.

... puncak-puncak ... ... bersahut-sahutan.

Kutipan cerpen persahabatan sunyi diatas termasuk gaya bahasa repetisi simplok, sebab terjadinya perulangan struktur pada awal dan akhir beberapa baris.

4.3.6 Gaya bahasa mesodiplosis

Repetisi ditengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan, hal tersebut terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut :

a. Turun dengan langkah pasti menuju lekukan sungai hitam di pinggir jalan, mendapatkan gerobak dorong kecil beroda besi seukuran asbak. Dari dalam gerobak yang penuh dengan buntelan dan tas-tas berwarna seragam dengan dekil tubuhnya, iamencari-cari botol plastik yang berisi air entah diambil dari mana, lalu meminumnya.

... dengan ... ..., ... ... dengan ... tas-tas ... ... dengan ... mencari-cari ...

b. Mungkin anjing itu kurang sehat hingga semalaman anjing itu terkaing-kaing. Lelaki itu tampak berusaha keras mengobati anjingitu dengan menyuguhkan makanan dan air.

(68)

59 ... anjing itu ... ...

c. Beberapa anak jalanan yang sehari- hari mengamen di sepanjang jalan bawah, juga bermalam di situ. Ada lima anak jalananlaki-laki yang selalu menjahili bocah perempuan yang selalu membawa krincingan itu sampai menangis berteriak-teriak.

... jalanan ... sehari-hari ... ... jalanan laki-laki ... ...

d. Di depan pangkalantruk yang telah menyempitkanjalan, lelaki itu mendoronggerobak kecilnya dengan santai sambil mengawasi puntung-puntungrokok yang masih berapi dilempar sopir-sopir truk

ke jalan. Ada yang sengaja melemparkan puntung rokoknya ketika laki- laki bergerobakitu melintas.

... ... ... puntung-puntung rokok ... sopir-sopir ... ...Puntung rokok ...

... laki-laki ...

(69)

60

4.3.7 Gaya bahasa epanalepsis

Repetisi pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa, atau kalimat, mengulang kata pertama, hal tersebut terdapat pada kutipan cerpen sebagai berikut :

a. Di sebuah jembatan penyeberangan tak beratap, matahari menantang garang di langit Jakarta yang berselimut karbon dioksida. Orang-orang melintas dalam gegas bersimbah peluh diliputi lautan udara bermuatan asap knalpot.Lelaki setengah umur itu masih duduk di situ,

bersandarkan pagar pipa-pipa besi, persis di tengah jembatan.

Di sebuah jembatan...

... ... ... ... tengah jembatan

b. Lelaki itu meneruskan perjalanannya menuju kolong penurunan jalan layang tol itu.

Laki itu ...

... itu.

c. Lelaki itu berkacak pinggang, menatap bocah perempuan ingusan itu dengan tajam. Bocah perempuan ingusan itu balas menantang sambil juga berkacak pinggang.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisis gaya bahasa di dalam cerita pendek (cerpen ) ini dimaksudkan peneliti dapat memaparkan bahwa dalam suatu karya siswa SMA Batik 1 Surakarta ini terdapat

Tabel 2.2 Gaya Bahasa Kiasan dalam Kumpulan Cerpen Rectoverso Karya Dewi Lestari No Gaya Bahasa Kiasan Jumlah 1 Persamaan atau simile 20 2 Personifikasi atau Prosopopoeia 4 3

Berdasarkan tabel di atas maka di antara gaya bahasa klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis dan repetisi yang paling sedikit digunakan dalam kumpulan cerpen

Hasil dari penelitian berdasarkan penggunaan gaya bahasa dalam sepilihan cerpen Sepasang Sepatu Tua Karya Sapard.Djoko.Damono, terdapat 10 gaya.bahasa, yaitu gaya

Penggunaan gaya bahasa berdasarkan gaya bahasa kiasan dalam kumpulan cerpen Hujan, Senja, Rindu karya Hardiansyah Abdi Gunawan yang berhasil ditemukan meliputi gaya

Tujuan penelitian yang berjudul analisis gaya bahasa pada novel anak Pondok Senja karya Mulasih Tary adalah untuk mendeskripsikan jenis gaya bahasa dan fungsi gaya

Dalam penelitian ini penulis akan mengamati penggunaan gaya bahasa kiasan pada kumpulan cerpen Red Jewel Of Soul karya Sinta Yudisia yang memiliki sebelas judul yakni

Berdasarkan gaya bahasa kiasan cerpen karya Emha Ainun Nadjib yang berjudul Sembilan Putra-Putri Anungerah Tuhuanku, Yang Terhormat Nama Saya, dan Seorang Gelandangan dan cerpen