A.
Latar belakang masalahKanker adalah penyebab utama kematian di dunia. WHO memperkirakan bahwa 7,6 juta orang meninggal karena kanker pada tahun 2005 dan 84 juta orang akan mati dalam 10 tahun ke depan jika tidak diambil tindakan. Lebih dari 70% dari semua kanker, kematian terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, dimana sumber daya yang tersedia untuk mencegah diagnosis dan pengobatan kanker terbatas atau bahkan tidak ada. Tetapi karena kekayaan pengetahuan yang tersedia, semua negara bisa melaksanakan empat komponen dasar pengendalian kanker yaitu pencegahan, deteksi dini, diagnosis dan pengobatan serta perawatan paliatif (WHO, 2007).
terdapat di negara-negara dengan berpendapatan rendah-menengah. NCD merupakan penyebab kematian tertinggi di sebagian besar negara-negara di Amerika, Mediterania Timur, Eropa, Asia Tenggara dan Pasifik Barat (WHO, 2010).
Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Sedangkan pada laki-laki adalah kanker paru dan kanker kolorektal. Berdasarkan estimasi Globocan, International Regency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insidens kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan, kanker paru 26 per laki-laki, kanker kolorektal 16 per 100.000 laki-laki. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit 2010, kasus rawat inap kanker payudara 12.014 kasus (28,7%), kanker leher rahim 5.349 kasus (12,8%).
Adapun respon psiko-sosio-spiritual pasien kanker sangat berbeda dengan pasien lainnya, karena selama ini anggapan masyarakat terhadap penyakit kanker adalah penyakit yang mengerikan dan berakhir dengan kematian. Stigma yang beredar di masyarakat mengenai penyakit kanker dengan segala dampaknya merupakan stressor tersendiri bagi pasien dan keluarganya. Bayangan akan terjadi perubahan fisik mengerikan, nyeri yang berkepanjangan, bau aroma luka kanker yang tidak menyenangkan, serta besarnya biaya yang harus dikeluarkan dan terlebih lagi untuk tercapainya tujuan hidup yang dicita-citakan akan memperberat kondisi fisik pasien (Clinch, 1999 dalam Permenkes, 2007).
Menurut Champbell. M.L. (2013), “Perawatan paliatif meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam nyawa, dengan memberikan penghilang rasa sakit dan gejala, dukungan spiritual dan psikososial, sejak tegaknya diagnosis hingga akhir kehidupan serta periode kehilangan anggota keluarga yang sakit”. Pelaksanaan perawatan paliatif disesuaikan berdasarkan kebutuhan yang meliputi pengkajian secara menyeluruh dari berbagai anggota tim, mengulang atau memeriksa kembali secara teratur tentang perencanaan perawatan paliatif, mengatasi keluhan, memberi akses melalui telepon selama 24 jam, memberi dukungan psikososial, budaya dan spiritual, serta dukungan dalam menghadapi kesedihan dan berduka (Craig, 2007).
ditunjang dengan tanda-tanda fisik nafsu makan terganggu, kesulitan tidur dan tekanan darah meningkat (Hidayat, 2006).
Beberapa orang yang membutuhkan bantuan spiritual diantaranya pasien kesepian, pasien ketakutan dan cemas, pasien menghadapi pembedahan, pasien yang harus mengubah gaya hidup (Asmadi, 2008). Kebutuhan spiritual pasien yang terpenuhi menjadikan pasien lebih tenang dalam menghadapi penyakit yang dideritanya, sabar dan tidak mudah putus asa. Penelitian Hasnani (2012) menunjukan dimensi psikologis merupakan dimensi kualitas hidup yang paling dipengaruhi oleh spiritualitas. Artinya penderita kanker serviks yang memiliki tingkat spiritualitas rendah cenderung lebih depresif daripada penderita dengan tingkat spiritualitas yang baik. Spiritualitas yang buruk akan mempengaruhi kejiwaan (psikologis) seseorang. Keadaan ini bisa juga sebaliknya.
sosial dan rekreasi, tinggal dalam lingkungan yang aman dengan fasilitas yang baik, memiliki cukup uang dan mandiri (Prastiwi 2012).
Berdasarkan Survey pendahuluan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, dari 6 pasien yang telah dilakukan wawancara dan observasi terkait dengan kualitas hidup, didapatkan 2 orang pasien memiliki kualitas hidup sedang dan 4 orang pasien memiliki kualitas hidup yang rendah, mereka menilai kualitas hidup mereka buruk karena mereka tidak puas dengan kesehatannya, penyakit fisik yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari yang akan dilakukan, mereka tidak menikmati kehidupannya, dan hubungan sosial dengan orang disekitarnya buruk serta mereka tidak merasa nyaman dengan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akan melakukan penelitian tentang: “Hubungan Spiritualitas Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker”.
B. Rumusan masalah
berkontribusi positif dalam meningkatkan kualitas hidup pasien kanker. Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian mengenai “Adakah Hubungan Spiritualitas Dengan Kualitas Hidup
Pasien Kanker di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan spiritualitas pasien dengan kualitas hidup pada pasien kanker.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :
a. Teridentifikasi karakteristik responden pada pasien kanker di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
b. Teridentifikasi tingkat spiritualitas pasien kanker di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
c. Teridentifikasi kualitas hidup pasien kanker di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan diharapkan mampu memberikan manfaat pada:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian pustaka bagi peneliti lain, terutama peneliti yang karena pertimbangan tertentu ingin melakukan pertimbangan lanjut atau melakukan penelitian sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan mahasiswa tentang perawatan paliatif yang mencakup kualitas hidup dan spiritualitas.
b. Perawat
Sebagai acuan perawat dalam membantu pasien yang mengalami spiritualitas rendah dengan memberikan asuhan keperawatan mengenai spiritualitas dengan berkolaborasi bersama petugas keagamaan.
c. Rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi mengenai spiritualitas dan kualitas hidup pasien kanker. d. Bagi Peneliti
E. Penelitian Terkait
1. Hasnani, F. (2012) dengan judul Spiritualitas Dan Kualitas Hidup Penderita Kanker Serviks. Sumber utama penelitian ini diperoleh melalui
angket dan wawancara mendalam. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional yaitu pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan dalam waktu bersamaan. Hasil penelitiannya adalah penderita kanker serviks yang memiliki tingkat spiritualitas rendah cenderung lebih depresif daripada penderita kanker serviks yang memiliki tingkat spiritualitas baik.
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang spiritualitas dan kualitas hidup pasien kanker.
Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada respondennya, penelitian sebelumnya hanya pada pasien kanker serviks, sedangkan penelitian ini akan dilakukan pada pasien kanker.
2. Perdana, M dan Niswah, Z. (2011) dengan judul Pengaruh Bimbingan Spiritual Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operatif Di
Ruang Rawat Inap RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan, Desain
kecemasan berat sebelum diberikan bimbingan spiritual, sedangkan setelah diberikan bimbingan spiritual diketahui 19 orang (95%) dan 1 orang (5%) kecemasan sedang. Hasil uji wilcoxon diperoleh ρ value sebesar 0,000 < 0,05, berarti ada pengaruh bimbingan spiritual terhadap tingkat kecemasan pasien pre operatif di Rawat Inap RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan.
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang spiritualitas.
Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah pada metode penelitian yaitu pada penelitian di atas menggunakan metode penelitian pre eksperimen dengan rancangan one group pretes postes sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode survei analitik dengan rancangan cross sectional.
3. A. Istikharoh (2013) dengan judul Hubungan Aspek Spiritualitas Perawat Dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Rawat Inap Irna I
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Metode penelitian ini
dan sebagian kecil menyatakan kurang baik (22,7%). Pemenuhan kebutuhan spiritual sebagian besar pada katgori baik (43,2%) dan sebagian kecil kurang baik (25,0%). Penerapan aspek spiritualitas perawat mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (p=0,000).
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang spiritualitas pasien.
Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada respondennya, peneliti sebelumnya meneliti aspek spiritualitas perawat dan kebutuhan spiritualitas pasien, sedangkan penelitian yang akan dilakukan hanya meneliti tentang tingkat spiritual dan kualitas hidup pasien.
4. Balboni et all (2010), dengan judul Provision of Spiritual Care to Patients With Advanced Cancer: Associations With Medical Care and Quality of
Life Near Death. Penelitian ini mengambil responden dari bulan september
mendapatkan perawatan yang lebih dari rumah sakit dibandingkan dengan pasien yang tidak didukung dengan spiritual oleh tim medis.
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang spiritualitas pasien kanker.