BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi Pembelajaran
Strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertntu (Wena, 2011: 2).
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah dalam rangka mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, dan belajar dilakukan oleh
murid sebagai peserta didik (Sagala, 2009: 164).
Untuk lebih memperjelas pemahaman tentang pengetian strategi
pembelajaran, maka peneliti paparkankan beberapa pendapat ahli tentang strategi pembelajaran. Menurut Ahmad Sabri (2005:2) strategi pembelajaran adalah politik atau teknik yang digunakan guru dalam proses pembelajaran dikelas “. Sementara itu, menurut Muhaimin (1996:15) strategi pembelajaran
adalah upaya membelajarkan diri untuk belajar, dan kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan lebih efektif dan efisien”.
Dari buku yang barjudul Study Ilmu Pendidikan Islam yang ditulis oleh Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan (2012:210) strategi berarti segala cara
dan daya untuk menghadapi saran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal.
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Muna, 2011: 14).
Sunhaji dalam bukunya Strategi Pembelajaran dari Nana Sudjana mengatakan bahwa strategi belajar mengajar merupakan tindakan guru
melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, metode, alat, serta evaluasi) agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu upaya yang mencakup berbagai cara dan
seni yang dilakukan oleh pengajar dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Pemilihan strategi pembelajaran sangat mempengaruhi ketercapaian
tujuan pembelajaran. Sebagaimana menurut M. Sumantri dan J. Permana yang dikutip oleh Annisatuul Mufarokah strategi merupakan keputusan
bertindak dari guru dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan
(Mufarokah, 2009: 37).
Strategi pembelajaran sangat diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran agar peserta didik dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal. Seorang guru, dalam memilih strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak harus memperhatikan
digunakan dapat membantu proses pembelajaran dengan baik dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Sebagaimana menurut Reigeluth dan Degeng
bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang berbeda
(Wena, 2011: 5). Menurut Gulo yang dikutip oleh Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2011:23) komponen-komponen tersebut antara lain: 1. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan faktor atau acuan yang harus dipertimbangkan dalam memilih strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran merupakan garis-garis haluan bertindak dalam mengelola proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien sehingga tujuan pembelajaran yang berbeda mengharuskan
pengajar (guru) memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang berbeda pula (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2011:23). Tujuan
pembelajaran yang berorientasi pada pemebentukan sikap tidak akan dapat tercapai dengan strategi pembelajaran yang berorientasi pada aspek kognitif. Disamping itu, dalam proses belajar mengajar strategi merupakan
serangkaian rencana, yang merupakan pola umum perbuatan guru- siswa dalam kegiatan belajar mengajar, yang dipersiapkan secara seksama untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. 2. Pengajar
Pengajar adalah orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan
melaksanakan tugasnya, guru tidak sekedar menjalankan proses pembelajaran secara teknis mekanis menurut ketentuan-ketentuan yang
ada saja, pembelajaran itu juga tergantung pada sikap dan pandangan guru secara pribadi terhadap tugas yang dihadapinya secara pribadi. Serta
tergantung pada wawasan pendidikan yang dimilikinya.
Perbedaan dalam memilih strategi pembelajaran yang akan digunakan oleh seorang pengajar yang satu dengan pengajar yang lain
pada tahap program, dipengaruhi oleh adanya perbedaan pengalaman, pengetahuan, kemampuan menyajikan pengajaran, gaya mengajar, gaya
hidup, dan wawasan masing-masing. 3. Peserta Didik
Dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat juga harus
mempertimbangkan dari segi peserta didik karena perbedaan latar belakang dari masing-masing peserta didik, seperti lingkungan sosial,
lingkungan budaya, keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2011: 24). Makin tinggi perbedaan di masyarakat, makin besar pula perbedaan di kelas.
4. Materi Pelajaran
Materi juga menjadi pertimbangan penting dalam memilih strategi
bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan agar pembelajaran lebih relevan dan aktual (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2011: 24). 5. Metode Pengajaran
Terdapat berbagai metode pembelajaran perlu dipertimbangkan
dalam memilih strategi pembelajaran, karena pemakaian suatu metode akan mempengaruhin bentuk strategi pembelajaran (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2011: 24).
6. Media Pengajaran
Dewasa ini terdapat berbagai macam media pembelajaran, dari yang
tradisional hingga media yang lebih modern. Keberhasilan dari suatu pembelajaran bukan dilihat dari seberapa canggihnya media yang digunakan tapi ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh
seorang pengajar (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, 2011:25). 7. Faktor Administrasi dan Finansial
Faktor administrasi dan finansial, sarana dan prasarana juga tidak dapat diabaikan. Faktor ini harus menjadi faktor penunjang yang benar-benar berfungsi selama proses pembelajaran berlangsung. Demikian pula
dengan masalah finansial atau pendanaan, kelancaran proses pembelajaran sering tergantung pada faktor ini (Iskandarwassid dan Dadang Sunendar,
2011: 25).
Dari beberapa komponen pembelajaran yang telah dipaparkan di atas, semua komponen tersebut sangatlah penting karena tanpa adanya
dirancang tidak dapat berjalan dengan lancar, akan tetapi dalam hal ini yang paling sering dipertimbangkan dalam menentukan strategi
pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan kondisi siswa (pelajar).
Sebagaimana yang telah dijelaskan, strategi pembelajaran bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan (Djamarah dan Zain, 2006: 5). Sementara itu, menurut Newman dan Logan sebagaimana dikutip oleh Mufarokah (2009: 36), strategi dasar
dari setiap usaha meliputi empat hal sebagai berikut: 1. Identifikasi dan Penetapan Tujuan
Mengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi
tingkah laku dan kepribadian peserta didik yang harus dicapai dan menjadi sasaran dari kegiatan belajar mengajar itu berdasarkan aspirasi
atau pendangan hidup masyarakat. Sasaran yang menjadi tujuan kegiatan belajar mengajar itu harus dirumuskan secara khusus, jelas dan konkret. Disini tampak jelas bahwa tujuan pengajaran harus jelas,
konkret dan terarah. Oleh sebab itu, rumusan tujuan yang operasional dalam belajar mengajar mutlak harus dilakukan oleh guru sebelum
2. Pertimbangan dan Pemilihan Cara Pendekatan
Pendekatan belajar mengajar yang digunakan akan sangat
berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh. Dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan.
Guru dan siswalah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu dikarenakan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang edukatif demi kepentingan siswa dalam belajar.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didikakan menentukan
sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu memiliki pandangan yang sama dalam menilai anak didik, hal tersebut mempengaruhi pendekatan apa yang akan guru pilih dalam proses pembelajaran. Ada beberapa
macam pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan. a. Pendekatan Individual
Perbedaan anak didik memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Pendekatan individual mempunyai
arti yang sangat penting bagi kepentingan pembelajaran. Persoalan kesulitan belajar pada siswa akan lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual ini. b. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok diperlukan untuk membina dan
kelompok , diharapkan dapat menumbuhkan rasa sosial yang tingggi pada setiap siswa. Ketika guru ingin menggunakan pendekatan
kelompok, maka guru harus mempertimbangkan bahwa hal tersebut tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas pendukung, metode, dan
bahan materi ajar yang akan diberikan kepada siswa. c. Pendekatan Bervariasi
Dalam belajar, setiap siswa memiliki motivasi yang berbeda.
Permasalahan yang dihadapi oleh siswapun bervariasi, maka pendekatan yang digunakan oleh guru juga harus bervariasi.
Pendekatan bervariasi bertolak pada konsep bahwa permasalahan yang dihadapi oleh anak didik dalam belajar bermacam-macam (Djamarah dan Zain, 2006: 58). Dengan demikian, maka kiranya
pendekatan bervariasi ini merupakan alat yang dapat digunakan oleh guru untuk kepentingan pembelajaran.
d. Pendekatan Edukatif
Gurtu yang jarang bergaul dengan siswa dan tidak peduli dengan masalah belajar yang dihadapi siswa, membuat siswa
menjadi bersikap apatis dan tertutup terhadap apa yang mereka rasakan.
Kasus –kasus yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu tetapi bermacam-macam jenis dan tingkat kesulitannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Ada kasus yang dapat didekati
kelompok adapula yang menggunakan pendekatan bervariasi. Akan tetapi yang terpenting adalah bahwa pendekatan individual harus
berdampingan dengan pendekatan edukatif, pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif dan pendekatan
bervariasi pun demikian harus berdampingan dengan pendekatan edukatif.
Semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus bernilai
edukatif, yaitu bertujuan mendidik peserta didik. Tindakan guru yang disertai rasa marah, kesal, dan sejenisnya bukanlah termasuk
kegiatan mendidik. e. Pendekatan Pengalaman
Sebagaimana pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah
guru terbaik, pendekatan pengalaman berasumsi bahwa belajar dari pengalaman adalah lebih baik dari sekedar bicara dan tidak pernah
berbuat sama sekali. Belajar adalah kenyataan yang ditunjukkan dengan kegiatan fisik (Djamarah dan Zain, 2006: 61).
Meskipun demikian, tidak ssemua pengalaman bersifat
mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, ketika guru tidak membawa peserta didik ke arah tujuan pendidikan tetapi
menyeleweng dari tujuan tersebuit.
Untuk pendidikan agama islam, pendekatan pengalaman yaitu suatu pendekatan yang memberikan pengalaman keagamaan kepada
pendekatan ini, siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan baik secara individu maupun kelompok. f. Pendekatan Pembiasaan
Menanamkan kebiasaan yang baik adalah hal yang tidak
mudah, tetapi hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan sukar pula untuk dirubah. Oleh sebab itu, merupakan hal penting untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam kehidupan siswa
sehari hari. J.B. Watson mengemukakan bahwa reaksi-reaksi kodrati yang dibawa sejak lahir itu sedikit sekali. Kebiasaan-kebiasaan itu
terbentuk dalam perkembangan, karena latihan dan belajar (Djamarah dan Zain, 2006: 64).
Dalam hal ini, pembiasaan pada pendidikan agama islam
sangatlah penting karena diharapkan siswa senantiasa mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari.
g. Pendekatan Emosional
Emosi merupakan gejala kejiwaan yang terdapat dalam diri seseorang. Emosi memiliki peranan penting dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Oleh karena itu, pendekatan emosional atau perasaan ini dijadikan pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran,
khususnya untuk pendidikan agama islam. Pendekatan emosional yang dimaksudkan disini adalah suatu usaha untukmenggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami, menghayati
mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT. Dan kebenaran ajaran
agamanya.
h. Pendekatan Rasional
Di sekolah, siswa dididik dengan berbagai ilmu pengetahuan. Perkembangan anak dibimbing sesuai dengan tingkat usia mereka mulai dari yang konkret sampai ke yang abstrak. Maka pembuktian
suatu kebenaran, dalil, prinsip atau hukum menghendaki dari hal-hal yang sangat sederhana menuju kompleks. Pembuktian tentang
sesuatu yang berhubungan dengan keagamaan harus sesuai dengan tingkat berpikir anak. Kesalahan pembuktian akan berdampak fatal bagi perkembangan jiwa anak.
Usaha yang paling penting adalah bagaimana memberikan peranan kepada akal (rasio) dalam memahami dan menerima
kebenaran ajaran agama, termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi ajaran agama. Oleh karena keampuhan akal itulah, akal dijadikan suatu pendekatan untuk kepentingan pendidikan dan
pengajaran di sekolah. i. Pendekatan Fungsional
Ilmu pengetahuan yang dipelajari anak di sekolah tidak hanya untuk memenuhi otak mereka tetapi diharapkan memiliki nilai guna bagi kehidupannya baik sebagai individu maupun sebagai makhluk
kepribadian anak. Anak dapat memanfaatkan ilmu pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangannya. Anak
akan dapat merasakan manfaat dari ilimu yang mereka dapat dari sekolah, mereka juga dapat mendayagunakan ilmu yang mereka
dapat tersebut.
Pelajaran agama yang diberikan kepada siswa di kelas adalah untuk diimplementasikan ke dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Hal yang demikian itulah yang kemudian hendak dicapai oleh tujuan pendidikan agama di sekolah dalam berbagai jenis tingkatan. Oleh
sebab itu, kurikulum disusun sesuai dengan kebutuhan siswa di masyarakat. Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah diharapkan dapat menjembatani harapan tersebut.
j. Pendekatan Keagamaan
Pendekatan keagamaan tidak hanya digunakan untuk pelajaran
agama semata melainkan juga untuk pelajaran umum. Hal ini dikarenakan mata pelajaran umum juga sangat berkepentingan dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai
budaya ilmu tersebut tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip
korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran umum.
Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil
agama tidak dicemooh dan dilecehkan tetapi diyakini, dipahami dan dihayati serta diamalkan oleh siswa.
k. Pendekatan Kebermaknaan
Berikut ini beberapa konsep penting mengenai pendekatan
kebermaknaan.
1) Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang
diwujudkan melalui struktur tata bahasa dan kosa kata.
2) Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup
situasi yang merupakan konsep dasr dalam pendekatan
kebermaknaan.
3) Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik
lisan maupun tulisan.
4) Kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran
memiliki peranan yang sangat penting dalam keberhasilan belajar
siswa.
5) Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih
bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan pengalaman,
minat, tata nilai, dan masa depannya.
Demikian jenis-jenis pendekatan yang dapat digunakan oleh guru
3. Pertimbangan dan Penetapan Langkah-langkah Pembelajaran
Strategi dasar yang selanjutnya adalah memilih dan menetapkan
prosedur, baik metode maupun tekhnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin
hanya cocok digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, dengan sasaran berbeda guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama (Djamarah dan Zain, 2006: 7).
Tujuan instruksional yang ingin dicapai tidak selalu tunggal, bisa jadi dalam satu pembelajaran terdiri dari beberapa tujuan. Oleh sebab
itu, guru dituntut memiliki kemampuan dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran yang relevan dan mampu mengkombinasikannya. Berikut ini uraian singkat mengenai beberapa metode pembelajaran
yang dapat digunakan. a. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode tradisional, sebab sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.cara mengajar dengan
ceramah merupakan cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu
pokok persoalan serta masalah secara lisan.
Kelebihan dari metode ini adalah guru mudah menguasai kelas, mudah mengorganisasikan tempat duduk, dapat diikuti oleh
melaksanakannya serta lebih mudah bagi guru untuk menerangkan pelajaran dengan baik. Sementara kelemahan dari metode ini adalah
jika digunakan terlalu lama pembelajaran menjadi membosankan dan menyebabkan siswa menjadi pasif.
b. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan cara menyajikan pelajaran dimana siswa melakukan percobaab dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mengamati, menganalisis,
membuktikan, mencari kebenaran dan menarik kesimpulan sendiri atas proses yang dialaminya itu.
Kelebihan metode eksperimen ini adalah membuat siswa lebih
yakin atas kebenaran berdasarkan percobaannya, dan dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dari hasil
percobaanya yang bermanfaat bagi kehidupan. Sementara itu, kelemahan metode ini adalah metode ini lebih sesuai dengan bidang sains dan tekhnologi, metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan
ketabahan, dan setiap percobaan belum tentu menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan harapan.
c. Metode Tugas atau Resitasi
Metode penugasan meriupakan suatu cara penyajian pembelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
atau materi ajar terlalu banyak sedangkan waktu yaang tersedia terlalu sedikit. Metode pemberian tugas dapat dilakukan dengan
memberikan tugas secara individu maupun kelompok dan tugas dapat dikerjakan dimanapun.
Kelebihan metode resitasi ini adalah lebih merangsang siswa dalam melakukan kegiatan belajar, mengembangkan kemandirian siswa, dapat membina sikap disiplin dan tanggungjawab siswa serta
dapat mengembangkan kreativitas siswa. Sedcangkan kelemahan metode ini adalah siswa kurang terkontrol, artinya guru tidak tahu
apakah tugas benar-benar dikerjakan oleh siswa atau oleh orang lain. d. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pembelajaran dimana
siswa dihadapkan pada masalah yang dapat berupa pertanyaan maupun pernyataan untuk dipecahkan bersama.
Kelebihan metode ini adalah merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide dan gagasan, mampu mengembangkan sikp menghargai pendapat orang lain, memperluas wawasan, dan
membiasakan untuk musyawarah. Sementara itu, kelemahan metode ini antara lain membutuhkan durasi waktu yang panjang, dan
e. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode penyajian
pembelajaran dengan mempertunjukkan atau meragakan kepada siswa suatu proses, situasi,atau benda tertentu yang sedang dipelajari
disertai penjelasan lisan. Dengan metode ini, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.
f. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pembelajaran
dalam bentuk memberikan pertanyaan yang harus dijawab.penggunaan metode ini dapat menarikm dan memusatklan perhatian siswa terhadap pelajaran sekalipun saat kelas gaduh. Akan
tetapi, kelemahan metode ini adalah siswa terkadang ada yang merasa takut dan tegang dalam mengikuti pembelajaran sehingga
guru harus mampu menciptakan suasana yang akrab dan mendorong siswa untuk berani .
g. Metode Latihan
Metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini juga
Demikian berbagai metode yang dapat digunakan oleh guru dalam menyajikan pembelajaran di kelas agar materi dapat
tersampaikan kepada siswa dengan baik dan sesuai tujuan. 4. Pertimbangan dan Penetapan Tolok Ukur Keberhasilan
Strategi dasar yang keempat adalah menerapkan kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas
yang telah dilakukannya. Keberhasilan suatu program hanya bisa diketahui melalui evaluasi.
Selain empat strategi dasar dalam strategi pembelajaran, terdapat tiga variabel dalam menerapkan strategi pembelajaran, yaitu strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan. 1. Strategi Pengorganisasian
Strategi pengorganisasian merupakan cara untuk menata isi
suatu bidang studi. Kegiatan ini berhubungan dengan tindakan penataan materi, isi, diagram dan sejenisnya (Wena, 2011: 5). Dengan kata lain, strategi pengorganisasian merupakan cara untuk
membuat urutan dan mengkaitkan (mensintesis) hubungan fakta, konsep dan prinsip dengan isi pembelajaran yang ditunjukkan
2. Strategi Penyampaian
Strategi penyampaian merupakan cara untuk menyampaikan
materi pelajaran kepada siswa dan untuk menerima serta merespon masukan dari siswa. Strategi penyampaian ini menekankan pada
media apa yang dipakai untuk menyampaikan materi pelajaran dan kegiatan belajar apa yang dilakukan siswa. Menurut Degeng, sebagaimana dikutip oleh Wena (2011: 9), ada tiga komponen yang
perlu diperhatikan dalam strategi penyampaian, yaitu: a. Media pembelajaran
Media pembelajaran merupakan semua sumber belajar yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan siswa.Media pembelajaran merupakan komponen strategi penyampaian yang
dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada siswa melalui orang, alat maupun bahan. Leshin, Pollock dan Regeiluth dalam
Wena (2011: 9) mengklasifikasikan media pembelajaran dalam lima kelompok, yaitu media berbasis manusia (pengajar, tutor, bermain peran),
b. Interaksi siswa dengan media
Ini merupakan komponen strategi penyampaian
c. Bentuk belajar mengajar
Bentuk belajara mengajar merupakan komponen strategi
penyampaian pembelajaran yang mengacu pada apakah siswa belajar dalam kelompok besar, perseorangan atau belajar mandiri. 3. Strategi Pengelolaan
Menurut Made Wena, strategi pengelolaan sangat penting dalam sistem strategi pembelajaran secara keseluruhan. Strategi
pengelolaan berkaitan dengan kapan suatu strategi atau komponen strategi tepat digunakan dalam suatu situasi pembelajaran. Menurut
Degeng (Made Wena, 2011: 11) ada empat hal yang menjadi urusan strategi pengelolaan, yaitu:
a. Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran b. Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa
c. Pengelolaan motivasional d. Kontrol belajar.
B. Macam-macam Strategi Pembelajaran
Ada beberapa macam strategi pembelajaran yang dijelaskan oleh ahli. Berikut ini peneliti uraikan macam-macam strategi pembelajaran yang dapat
digunakan.
1. Strategi Pembelajaran Pemecahan Masalah Ideal
Menurut Suharsono, sebagaimana dikutip oleh Wena (2011: 53),
dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan. Gick dan Holyoak mengungkapkan bahwa
model pemecahan masalah ideal mengidentifikasi tiga aktifitas kognitif, yaitu:
a. Penyajian masalah meliputi aktifitas mengingat konteks pengetahuan
yang sesuai dan melakukan identifikasi tujuan serta kondisi awal yang relevan untuk masalah yang dihadapi.
b. Pencarian pemecahan meliputi aktifitas penetapan tujuan dan
pengembangan rencana tindakan untuk mencapai tujuan.
c. Penerapan solusi meliputi tindakan pelaksanaan rencana tindakan dan
mengevaluasi hasilnya.
Adapun tahap pembelajaran dalam strategi pembelajaran pemecahan
masalah ideal adalah sebagai berikut: a. Identifikasi masalah
Identifikasi merupakan tahap awal pemecahan masalah. Pada tahapan ini guru memberikan masalah kemudian membimbing siswa untuk memahami aspek-aspek permasalahan, menganalisis masalah,
dan membimbing siswa mengembangkan hipotesis. b. Mendefinisikan masalah
Pada tahap ini, guru membantu dan membimbing siswa untuk melihat hal-hal yang sudah diketahui dan yang belum diketahui, mencari berbagai informasi, menyaring informasi dan akhirnya
c. Mencari solusi
Dalam tahapan mencari solusi, kegiatan guru adalah membatu dan
membimbing siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah, membimbing siswa untuk mengambil keputusan dalam memilih
alternatif solusi yang paling tepat. d. Melaksanakan strategi
Dalam tahap ini, siswa dibimbing secara bertahap dalam
melakukan pemecahan masalah.
e. Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh
Pada tahap akhir ini, guru membimbing siswa untuk mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah yang telah dilakukan, dan mengkaji kembali pengaruh strategi yang digunakan dalam
memecahkan masalah. 2. Strategi Pembelajaran Kuantum
Strategi pembelajaran Kuantum merupaka cara baru yang memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian terarah, untuk segala mata pelajaran (Wena, 2011: 160). Pada strategi
pembelajaran Kuantum, guru dituntut mampu untuk mengkungan agar mendukung ngubah suasana yang memberdayakan untuk kegiatan belajar
mengajar, mengubah landasan yang kukuh untuk kegiatan belajar mengajar, mengubah lingkungan agar mendukung poses pembelajaran, membuat rancangan pembelajaran yang dinamis. Adapun kerangka
a. Tumbuhkan. Artinya pada kegiatan awal pembelajaran, guru harus
berusaha menumbuhkan dan mengembangkan minat siswa untuk
belajar.
b. Alami. Artinya, proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna jika
siswa mengalami secara langsung atau nyata materi yang sedang diajarkan.
c. Namai. Namai disini mengandung makna agar guru mengajarkan
konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Hal ini mencakip proses identifikasi, mengurutkan dan mendefinisikan sesuatu.
d. Demonstrasi. Tahap demonstrasi berarti bahwa memberi peluang
kepada siswa untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka kedalam pembelajaran lain atau adlam kehidupan.
e. Ulangi. Artinya bahwa proses pengulangan dapat memperkuat koneksi
saraf dan menumbuhkan rasa tahu atau yakin terhadap kemampuan
siswa.
f. Rayakan. Pada tahap ini, mengandung arti pemberian penghormatan
pada siswa atas usaha, ketekunan, dan kesuksesannya. 3. Strategi Pembelajaran Tuntas
Strategi pembelajaran Tuntas dikembangkan oleh John B. Caroll dan
Benjamin Bloom (Wena, 2011:184). Adapun tahap pembelajaran dengan menggunakan strategi Pembelajaran Tuntas antara lain:
a. Orientasi
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan syarat-syarat kelulusan
2) Guru menjelaskan materi pelajaran serta kaitannya dengan
pembelajaran terdahulu dan pengalaman sehari-hari
3) Guru menetapkan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran
b. Penyajian
Pada tahap ini, guru menjelaskan kepada siswa tentang konsep baru yang dipelajari beserta contoh-contoh. Penjelasan diberikan
kepada siswa melalui media pembelajaran yang telah disiapkan, kemudian guru melakukan evaluasi terhadap pemahaman siswa.
c. Latihan terstruktur
Pada tahap ini, guru mebrikan contoh penyelesaian masalah kepada siswa. Penyelesaian masalah yang dimaksud disini adalah
berupa soal-soal atau tugas yang diberikan guru. d. Latihan terbimbing
Setelah melalui latihan terstruktur, tahap selanjutnya adalah latihan terbimbing. Pada tahap latihan terbimbing, guru memberikan tugas kepada siswa dan mengawasi semua siswa secara menyeluruh.
Setelah selesai, guru kemudian memberikan umpan balik. e. Latihan mandiri
menilai hasil kerja siswa setelah selesai mengerjakan tugas secara tuntas.
4. Strategi Pembelajaran Siklus
Pada proses pembelajaran menggunakan strategi ini terdapat lima
tahap pembelajaran. Adapun tahapan-tahapan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pembangkitan minat
Pada tahap ini, guru berusaha untuk membangkitkan minat dan motivasi serta rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang akan
dipelajari. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Guru juga menjelaskan keterkaitan antara materi yang akan dipelaajari
dengan kehidupan sehari-hari. b. Eksplorasi
Tujuan tahap ini adalah untuk mengecek seberapa jauh pengetahuan siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Pada tahap ini guru berfungsi sebagai fasilitator. Guru membentuk siswa menjadi
beberapa kelompok kecil. Setelah siswa selesai, guru kemudian mendorong siswa untuk menjelaskan materi dengan kalimat mereka
sendiri. c. Penjelasan
Setelah siswa berusaha menjelaskan materi yang diberikan
melakukan diskusi bersama tentang materi tersebut. Setelah itu, guru memberikan penjelasan sebagai klarifikari dan penegasan terhadap
matreri yang didiskusikan. d. Elaborasi
Pada tahap elaborasi, guru mengingatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data saat mereka mengeksplorasi situasi baru. Guru juga mengingatkan siswa untuk senantiasa
mengaplikapan.sikan konsep yng telah dipelajari dalam kehidupan. e. Evaluasi
Ini merupakan tahap akhir dari strategi pembelajaran siklus. Pada tahap evaluasi, guru mengamati pengetahuan dan pemahaman siswaterhadap penerapan konsep baru. Guru juga mendorong siswa
untuk melakukan evaluasi diri. Evaluasi ini dapat dilakukan guru dengan memberikan pertanyan terbuka kepada siswa.
5. Strategi Pembelajaran Generatif
Strategi pembelajaran generatif pertama kali diperkenalkan oleh Osborne dan Cosgrove (Wena, 2011:177). Pembelajaran Generatif terdiri
atas empat tahap, yaitu:
a. Pendahuluan atau eksplorasi
b. Pemfokusan
Pemfokusan merupakan tahap pengenalan konsep.pada tahap ini,
guru membimbing siswa untuk menetapkan konteks permasalahan. Guru mendorong siswa untuk melakukan pengujian terhadap sesuatu
(konsep) dan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kosep tersebut. Kemudian guru mendorong siswa untuik mempresentasikan ide mereka lalu menginterpretasi respon dan menguraikan ide-ide
siswa.
c. Tantangan atau pengenalan konsep
Pada tahap Tantangan, guru membuka forum diskusi. Pada tahap ini, siswa berlatih mengeluarkan pendapat, mengkritik, berdebat, dan menghargai perbedaan pendapat. Setelah berdiskusi,
guru kemudian menunjukkan bukti ide ilmuwan dan mendorong siswa untuk membandingkan ide ilmuwan tersebut dengan ide kelas.
d. Penerapan konsep
Pada tahap akhir ini, guru membawa siswa untuk mengklarifikasi ide baru dan membimbing siswa untuk menggambarkan secara verbal
penyelesaian problem. Guru juga mendorong siswa untuk menerapkan konsep yang baru dipelajari tersebut dalam berbagai konteks yang
C. Pembelajaran Akidah Akhlak
1. Pengertian Akidah Akhlak
Sebelum melangkah lebih jauh membahas masalah pembelajarani akidah akhlak, sebaiknya perlu dimengerti terlebih dahulu pengertian
akidah dan akhlak.
Kata akidah, menurut bahasa berasal dari bahasa arab: aqada-yaqidu-uqdatan-qaidatan artinya ikatan atau perjanjian. Maksudnya
sesuatu yang menjadi tempat bagi hati nurani terikat kepadanya (Anwar. 2008: 13). Sedang kan dalam pendidikan agama islam, “ inti akidah
adalah percaya dan pengakuan terhadap keesaan Allah atau yang disebut tauhid yang merupakan landasan keimanan terhadap keimanan lainnya seperti keimanan terhadap malaikat, rasul, kitab, hari akhirat serta qadha dan qadhar” (Aminudin, dkk. 2002: 81).
Akhlak secara bahasa (lenguistik) berasal dari bahasa arab, yaitu
isim masdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqo, yukhliqu,ikhlaqon, yang berarti al-sajiyah (perangai), al thabiah (kelakuan), tabiat (watak dasar), al’adat (kebiasaan, kedzaliman), al maru’ah (peradaban yang baik) dan
al-din (agama) (Aminudal-din, dkk. 2002: 152). Selain itu, menurut Abdul
Hamid Yunus (tt: 436), bahwa akhlak ialah sifat kebiasaan manusia.
Imam Al-Ghazali (Ghazali, 1987: 58) juga mengungkapkan bahwa akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripada timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
Kemudian menurut Ibrahim Anas, akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik dan
buruk, tanpa membutuhkan pikiran dan pertimbangan (Anas, 1972: 2002). Berdasarkan rumusan di atas, maka yang dimaksud dengan akidah
akhlak adalah suatu kepercayaan seseorang sehingga menciptakan kesadaran diri dari manusia tersebut untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai budi pekerti yang luruh tanpa membutuhkan pertimbangan
dan pemikiran, sehingga muncullah kebiasaan-kebiasaan dari seseorang tersebut dalam bertingkah laku.
2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Akidah Akhlak a. Fungsi Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Mata pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah berfungsi untuk:
1) Penanaman nilai ajaran islam sebagai pedoman mencapai
kebahagiaan hidup di dunian dan akhirat
2) pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan
akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan terlebih dahulu didalam keluarga.
3) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan
sisial melalui akidah akhlak.
4) Perbaikan kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan peserta
5) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dan lingkungannya
atau dari budaya asing yang akan kdihadapinya dalam kehidupan
sehari-hari.
6) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak
serta sistem dan fungsionalnya.
7) Penyaluran peserta didik untuk mendalami akidah akhlak pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. b. Tujuan Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Akidah Akhlak merupakan salah satu bidang studi dalam
Pendidikan Agama Islam. Oleh sebab itu, tujuan umum dari pelajaran Akidah Akhlak sesuai dengan tujuan umum dari Pendidikan Agama Islam. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah (2005:133), tujuan umum
dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau sekurang-kurangnya menyiapkan peserta didik ke
jalan yang mengacu pada tujuan akhir manusia. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara total kepadaNya.
Sedangkan tujuan khusus pelajaran Akidah Akhlak menurut Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam adalah untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan serta pengamalan peserta didik
yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tujuan dari pelajaran Akidah Akhlak searah dengan tujuan nasional, yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggungjWb,
mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani (Sudjana, 1989: 21).
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Adapun ruang lingkup mata pelajaran akidah akhlak adalah sebagaimana berikut:
a. Aspek akidah terdiri atas prinsip-prinsip aqidah dan metode
peningkatannya, al-asma al-husna, macam tauhid seperti tauhid uluhiyah, tauhid rubbaniyah, tauhid as-shifat wa al-af al, tauhid
rahmaniyah, tauhid mulkiyah dan lain-lain, syirik dan implikasinya dalam kehidupan pengertian dan fungsi ilmu kalam serta hubungannya
dengan ilmu-ilmu lainnya, dan aliran-aliran dalam ilmu kalam(klasik dan modern).
b. Aspek akhlak terdiri atas: masalah akhlak yang meliputi pengertian
kualitas akhlak; macam-macam akhlak terpuji seperti husnudz-dzan, taubat, akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertemu dan
menerima tamu, adil, ridha, amal sholeh, persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja; serta pengenalan tentang
tasawuf, edangkan ruang lingkup akhlak tercela meliputi: riya, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), ishraf, tabdzir, dan
fitrah.
4. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Proses Pembelajaran Akidah Akhlak
Dalam melaksanakan pendidikan perlu diketahui dan diperhatikan adanya faktor-faktor yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan tersebut. Begitu juga dalam strategi guru akidah akhlak dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Tentunya dipengaruhi faktor pendukung dan penghambat didalam pelaksanaannya. Untuk lebih jelasnya
maka akan diuraikan beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa.
a. Bahan atau Materi
Bahan atau materi harus dipelajari ikut menentukan bagaimana proses belajar atau terjadi dan bagaimana hasilnya yang dapat
dibanding materi yang sedikit dan mudah. Setiap materi yang berbeda
membutuhkan strategi penyampaian yang berbeda pula. b. Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok
yaitu: lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara berbeda dengan keadaan udara yang sejuk akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan
udara yang panas dan pengab. Lingkungan sosial akan mempengaruhi terhadap proses hasil belajar. Siswa terganggu belajarnya bila ada siswa
yang didekatnya mengganggu, membuat gaduh, disamping lingkungan sosial seperti pabrik, mesin hiruk pikuk lalu lintas, dan keramaian pasar. c. Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan pengaruhnya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini dapat
berfungsi sebagai sarana tercapainya tujuan-tujuan belajar yang dirancang pula. Faktor ini berupa hardware seperti gedung, sekolah, ruang belajar, dan perlengkapannya, alat-alat praktikan, program belajar
mengajar, pedoman-pedoman belajar dan sebagainya. Belajar diruang yang memenuhi beberapa syarat dan ditunjang dengan
d. Kondisi individu pelajar
Peserta didik adalah faktor pendidikan yang paling penting
karena tanpa adanya anak didik maka pendidikan tidak akan pernah berlangsung. Dalam bukunya Metodologi Pendidikan Islam dinyatakanbahwa peserta didik merupakan “raw material in put” (bahan
masukan mentah atau pokok) didalam proses transformasi yang disebut pendidikan. Kondisi pelajar ini dapat dibedakan menjadi 2:
1) Kondisi fisik, pada umumnya sangat mempengaruhi tarhadap proses
dan hasil belajar siswa. Siswa dalam keadaan sehat akan belajar
dengan baik begitu juga sebaliknya, bila siswa dalam kondisi yang kurang sehat atau lelah nafsu belajar akan menurun.
2) Kondisi pesikologis, beberapa faktor psikologis yang utama dalam
hal ini adalah minat. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh”.Siswa
yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung memperhatikan yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Dengan minat siswa yang sungguh-sungguh hasil akan baik. Bakat juga
merupakan faktor psikologis yang berpengaruh. Selain itu motivasi pun merupakan kondisi psikologis siwa yang mendorong untuk
D. Kurikulum 2013
Menurut Kemp, Morisson dan Ross kurikulum merupakan isi mata
pelajaran dan keterampilan-keterampilan yang termuat dalam suatu program pendidikan (Muhaimin, 2010: 2). Sejalan dengan pengertian tersebut definisi
kurikulum juga tertuang dalam UU Sisdiknas Nomor 20/2003 yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahn pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraaan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Muhaimin, 2010:2).
Sebagaimana kita ketahui bahwa Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun 2004. Kurikulum 2013 (K13) merupakan sebuah kurikulum yang
menekankan pada pendidikan karakter berbasis kompetensi. Pendidikan karakter dalam kurikulum ini bertujuan meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak yang mulia peserta didik. Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter sehingga peserta
E. MTs Muhammadiyah Purwokerto
MTs Muhammadiyah Purwokerto merupakan madrasah tsanawiyah
(menengah pertama) yang terletak di jalan Overste Isdiman no. III/ 20, Purwokerto Timur, kabupaten Banyumas. Madrasah tersebut merupakan
salah satu madrasah yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013. MTs Muhammadiyah Purwokerto merupakan Madrasah Tsanawiyah swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Muhammadiyah. Madrasah ini
berdiri di tengah kota Purwokerto yang padat dan sarat dengan fasilitas modern. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi guru pendidikan Akhlak di
madrasah tersebut dalam upaya menanamkan pendidikan akhlak kepada seluruh siswanya.
Hal inilah yag kemudian menjadi titik ketertarikan peneliti untuk
melakukan penelitian di madrasah tersebut
F. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian yang peneliti angkat. Berikut peneliti uraikan secara singkat
beberapa temuan penelitian tersebut.
1. Penelitian berjudul “Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Darussalam Martapura Kabupaten Banjar”.
Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa pembelajaran Akidah Akhlak yang berlangsung cukup baik melihat sisi perencanaan guru yang
baik, tetapi terdapat faktor penghambat yang menghambat proses pembelajaran Akidah Akhlak baik dari faktor guru, fasilitas maupun
lingkungan.
Penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan , yaitu penelitian tersebut lebih fokus pada pelaksanaan
pembelajaran dan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat jalannya proses pembelajaran. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan
fokus menggambarkan strategi yang guru terapkan dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak termasuk didalamnya mengenai pertimbangan-pertimbangan guru dalam menentukan strategi
pembelajaran.
2. Penelitian berupa skripsi berjudul “ Strategi Guru dalam Pembelajaran
Akidah Akhlak Kelas VIII Melalui Optimalisasi Fungsi Perpustakaan di MTs Negeri Gondowulung Bantul Yogyakarta”.
penelitian tersebut dilakukan oleh Nuriyanti, mahasiswa Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa perpustakaan sangat efektif sebagai
mampu meningkatkan nilai ulangan siswa dan meningkatkan minat baca siswa.
Letak perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah peneliti melakukan penelitian secara keseluruhan
pembelajaran, tidak terfokus pada satu media tetapi memungkinkan mencakup berbagai media yang digunakan. Peneliti melakukan penelitian tentang strategi pembelajaran Akidah Akhlak secara menyeluruh, mulai
dari tahap perencanaan, pengorganisasian, penyampaian sampai pengelolaan.
3. Penelitian berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Strategi Snowballing Kelas VIII C Semester Genap SMP Al-Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/ 2014”.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Fika Irawati, mahasiswa Fakulltas
Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa penggunaan strategi snowballing efektif meningkatkan prestasi belajar siswa. Persentase prestasi belajar siswa
sebelum menggunakan strategi tersebut hanya 44% , namun setelah diterapkan strategi snowballing persentase prestasi belajar siswa
meningkat hingga 88 %.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas
Sementara penelitian yang peneliti lakukan menggambarkan strategi apa yang digunakan oleh guru mata pelajaran Akidah Akhlak dan bagaimana
guru dalam menerapkannya.
4. Penelitian berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe
Information Search untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Materi Iman KepadaRasul-rasul Allah (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VIII MTs Miftahul Falah Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Nurhaeni, mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Penelitian teresebut memiliki latarbelakang siswa
yang kurang antusias dan cenderung tidak aktif selama pembelajaran berlangsung, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas tersebut. Hasil temuan penelitian
mengungkapkan bahwa penerapan strategi pembelajaran aktif tipe information search sangat efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa.
Yaitu melihat prosentase keaktifan pra tindakan yang hanya 34,58% meningkat menjadi 87,41% setelah tindakan.
Berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan, penelitian
tersebut adalah penelitian tindakan kelas, dimana suatu strategi langsung dipraktekkan di kelas untuk mengkaji kefektifan strategi tersebut.
pembelajaran Akidah Akhlak di kelas mengingat latarbelakang pendidikan siswa yang berbeda.
5. Penelitian berjudul penerapan Strategi Peer Lesson untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Siswa Kelas
VII Di MTs Arrosyidin Secang Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011. Peneliitian tersebut dilakukan oleh Istochri, mahasiswa IAIN Walisongo. Seperti penelitian poin sebelumnya , penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas sehingga perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukanpun berbeda . Hasil dari penelitian ini adalah bahwa
penerapan strategi peer lesson sangat efektif mengembalikan keaktifan siswa dalam belajar.
6. Penelitian berjudul “Pembelajaran Akidah Akhlak DI Mts Darul Amanah Kabunan Ngadiwarno Sukarejo Kendal Jawa Tengah”.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Istianah, mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Latarbelakang penelitian tersebut adalah bahwa pembelajaran yang berlangsung tidak menarik minat siswa. Hasil temuan dari penelitian tersebut adalah pembelajaran yang tidak menarik tersebut
dikarenakan oleh skenario pembelajaran yang monoton. Guru hanya menggunakan satu metode dalam waktu cukup lama sehingga
memunculkan kejenuhan bagi para siswa.
Hal yang membedakan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu penelitian yang peneliti lakukan fokus mencari gambaran strategi