• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Yunia Astrid BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Yunia Astrid BAB II"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Medis

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau dalam perhitungan bulan 9

atau 10 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2013).

Kehamilan adalah proses pertemuan dan persenyawaan antara

spermatozoa (sel mani) dengan sel telur (ovum) yang menghasilkan zigot

dan berakhir sampai permulaan persalinan (Maritalia, 2012). Kehamilan

merupakan waktu transisi yakni suatu masa antara kehidupan sebelum

memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan

nanti setelah anak tersebut lahir (Varney, 2007). Kehamilan normal

berlangsung dalam waktu 40 minggu (10 bulan) dihitung saat hari

pertama haid terakhir sampai lahirnya bayi. Dapat disimpulkan bahwa

kehamilan adalah suatu proses penyatuan sel telur dan sperma yang

berlangsung 40 minggu (Mochtar, 2011).Dengan demikian disimpulkan

bahwa kehamilan merupakan proses pertemuan antara spermatozoa (sel

(2)

b. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Kehamilan

Perubahan yang dapat terjadi pada wanita hamil antara lain:

1) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi dan melindungi hasil

konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus

mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan

cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula

dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada wanita tidak hamil

uterus mempunyai berat 70 gr dan kapasitas 10 ml atau kurang Selama

kehamilan, uterus akan bertambah menjadi suatu organ yang mampu

menampung janin, plasenta, dan cairan amnion. Pengukuran Tinggi

Fundus Uteri (TFU) dengan menggukan pita sentimeter diukur dari tepi

atas simfisis hingga fundus uteri (Prawirohardjo, 2013).

2) Serviks Uteri

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan

kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan

terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya

hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks (Prawirohardjo,

(3)

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan

Tinggi Fundus Uteri Usia kehamilan

1/3 diatas simfisis

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat

jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada

vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda

chedwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya

sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos (Manuaba,

2010).

4) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan

folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat di

ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal

kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesteron

(4)

5) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah

payudara dan paha. perubahan ini dikenal dengan nama striae

gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali garis

berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dan striae

sebelumnya (Cunningham, 2013).

6) Mammae

Awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi

lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya

dengan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara

akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama suatu

cairan berwarna kekuningan disebut kolostrum dapat keluar (Manuaba,

2010).

7) Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal

dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah dan cairan

ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan

bertambah 12,5 kg (Manuaba, 2010).

(5)

8) Kekurangan Energi Kronik (KEK)

Menurut (Kemenkes RI, 2010) Kekurangan Energi Kronis (KEK)

pada ibu hamil merupakan keadaan dimana kekurangan gizi selama

hamil yang berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun). Risiko KEK

dapat terjadi dimana remaja putri/wanita lebih mempunyai

kecenderungan menderita KEK dari pada laki-laki( Arismas, 2009).

KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi, malnutrisi adalah

keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative atau

absolut satu atau lebih zat gizi (Supriasa, 2011). Keadaan malnutrisi ini

dapat dikatakan KEK apabila salah satu atau beberapa kriteria

diantaranya berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg, tinggi badan ibu <

145 cm, berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg, Indeks

masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00 serta ibu menderita anemia

(Hb < 11 gr %) (Weni, 2010).

Dari penelitian Surasih (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi

KEK antara lain jumlah asupan energi, umur, beban kerja ibu hamil,

penyakit/infeksi, pengetahuan ibu tentang gizi dan pendapatan keluarga.

Pengaruh KEK pada saat kehamilan dapat berakibat pada

ibumaupun pada janin yang dikandungnya (Waryono, 2010). Terhadap

(6)

penyakit infeksi. Terhadap persalinan pengaruhnya yaitu dapat

mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya

(premature), perdarahan. Terhadap janin menimbulkan

keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,

anemia pada bayi, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

a. Indeks masa tubuh (IMT) dan Berat badan

Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi

badan adalah dengan menggunakan indeks massa tubuh dengan rumus

berat badan dibagi tinggi badan pangkat dua.

Tabel 2.2 Kisaran penambahan berat badan yang dianjurkan pada

gestasi janin tunggal berdasarkan IMT pra hamil

Kategori IMT Kilogram

Rendah < 19,8 12,5 - 18

Normal 19,8 - 26 11,5 - 16

Tinggi 26 - 29 7 - 11,5

Obesitas > 29 < 7

Sumber : Prawirohardjo, 2013

Penambahan berat badan pada tabel diatas yang dianjurkan oleh Institute of

Medicine (IOM) tahun 1990 menurut kategori IMT prahamil. American Academy

of Pediatrics dan American College of Obstetricians and Gynecologist tahun

2007, menguatkan anjuran ini. Apabila nilai IMT dengan kategori rendah akan

mengakibatkan bayi baru lahir rendah (BBLR), pertumbuhan janin terhambat

(PJT), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, serta peningkatan

(7)

akan menyebabkan hipertensi gestasional dan makrosomia (Cunningham, dkk.

2012).

9) Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan

ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler sistemik. Selain itu,

juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu 10 dan

ke-20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi

peningkatan preload (Prawirohardjo, 2013).

10) Traktus Digestivus

Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan

tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang

akan bergeser ke arah atas dan lateral. Perubahan yang nyata akan

terjadi pada penurunan mortilitas otot polos pada traktus digestivus dan

penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung sehingga

akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang disebabkan

oleh asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat perubahan posisi

lambung dan menurunnya sfingter esofagus bagian bawah

(Prawirohardjo, 2013).

11) Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan

(8)

akan muncul kembali setelah kepala janin mulai turun ke bawah pintu

atas panggul karena kandung kencing mulai tertekan kembali

(Manuaba, 2010).

c. Ketidaknyamanan Kehamilan

Ketidaknyamanan merupakan suatu perasaan yang kurang

menyenangkan bagi kondisi fisik ataupun mental pada ibu hamil dan

merupakan proses alamiah pada wanita yang menimbulkan berbagai

perubahan rasa tidak nyamandan kadang menyulitkan ibu hamil namun

demikian itu merupakan hal fisiologis (Hidayat, 2008).

1) Ketidaknyamanan pada Trimester I

a) Ngidam

Berkaitan dengan persepsi individu wanita hamil mengenai apa

yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah sehingga indra

pengecap menjadi tumpul jadi makanan yang lebih merangsang

dicari-cari (ngidam) (Manuaba, 2010).

b) Dinamika psikososial (perasaan sayang atau perasaan kacau)

Adaptasi hormonal dan metabolik, perasaan mengenali peran

wanita, seksualitas, waktu kehamilan, dan jarak perubaahan

(9)

c) Leukoria

Adanya peningkatan kadar hormon estrogen yang tinggi,

stimulasi cervix secara hormonal menjadi hipertropy dan

hiperaktif, produksi mucus dalam jumlah berlebihan (Manuaba,

2010).

d) Urgensi dan frekuensi kencing

Perubahan fungsi kandung kencing yang disebabkan oleh

hormon, berkurangnnya kapsitas kandung kemih oleh pembesaran

uterus (Manuaba, 2010).

e) Rasa Mual-Muntah

Perubahan hormonal yaitu peningkatan kadar HCG, estrogen

dan progesterone atau pada jaringan peristaltic melambat yang

mengakibatkan meningkatnya hormon estrogen dan progesterone.

2) Ketidaknyamanan pada Trimester II

a) Kram pada kaki

Kram otot ini timbul karena pembesaran uterus yang

memberikan tekanan pada pembuluh darah sehingga sirkulasi

darah menjadi lambat saat kehamilan.

b) Rasa nyeri ulu hati

Peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi

(10)

yang mendorong bagian atas perut, sehingga mendorong asam

lambung naik ke kerongkongan.

c) Pembengkakan

Hal ini terjadi karena peningkatan hormon progesteron yang

bersifat menahan cairan. Pada trimester kedua ini akan tampak

sedikit pembengkakan kaki dan tangan, hal ini sering terjadi

karena psosisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.

3) Ketidaknyamanan pada Trimester III

a) Konstipasi

Adanya peningkatan hormon progesteron konstipasi juga

karena tekanan rahim yang semakin membesar ke daerah usus.

b) Sering Kencing

Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga

panggul akan makin menekan kandung kencing ibu hamil.

c) Terganggunya Tidur (Insomnia)

Dimana keadaan perut membesar, bayi menendang semakin

sering, sehingga ibu sulit untuk tidur nyenyak selain itu ada

perasaan cemas menanti waktu persalinan.

d) Edema Dependen

Edema berarti meningkatnya volume cairan di luar sel

(ekstraseluler) dan di luar pembuluh darah (ekstravaskular)

(11)

d. Komplikasi Kehamilan

1) Perdarahan pervaginam

2) Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang

3) Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)

4) Nyeri abdomen yang hebat

5) Bengkak pada muka dan tangan

6) Bayi kurang bergerak seperti biasa

7) Muntah-muntah yang berlebihan (Varney, 2007).

e. Antenatal Care

1) Pengertian Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya. Tujuan utama asuhan

antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi

ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam

jiwa, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan

(Kusmiyati, 2009).

2) Tujuan Antenatal Care (ANC)

Tujuan utama dari pelayanan Antenatal Care (ANC) yaitu memantau

kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

(12)

atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat

penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan

persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu dan bayinya

dengan trauma semaksimal mungkin, serta mempersiapkan ibu agar

masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Ekslusif (Kusmiyati,

2009).

a) Pemeriksaan Rutin Ibu Hamil

(1) Identifikasi dan riwayat kesehatan :

(a) Data umum pribadi : Nama, Usia, Alamat, Pekerjaan

ibu/suami, Lamanya menikah, Kebiasaan yang dapat

merugikan kesehatan.

(b) Keluhan saat ini : Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan

ibu, Lamanya mengalami gangguan tersebut

(c) Riwayat haid : Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), Usia

kehamilan dan Hari Perkiraan Lahir (HPL) dengan

memakai rumus Neagle : HPHT bulan Januari-Maret, HPL

=hari+7, bulan+9, tahun tetap, HPHT bulan

April-Desember, HPL = hari+7, bulan-3, tahun+1.

(d) Riwayat kehamilan dan persalinan : Asuhan (antenatal,

persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya, Cara

persainan, Jumlah dan Jenis kelamin anak hidup, Berat

(13)

dilahirkan, Informasi dan saat persalinan atau keguguran

terakhir.

(e) Riwayat kehamilan saat ini: Identifikasi kehamilan,

Identifikasi penyulit, penyakit lain yang diderita, Gerakan

bayi dalam kandungan.

(f) Riwayat penyakit dalan keluarga: Diabetes melitus,

Hipertensi, Hamil kembar, Kelainan bawaan

(g) Riwayat penyakit ibu : Penyakit pernah diderita diabetus

millitus, hipertensi, penyakit jantung, infeksi virus

berbahaya, Alergi obat atau makanan tertentu

(h) Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan :

Dilatasi dan Kuretase, Reparasi vagina, SC, Serviks

inkompeten, Operasi non ginekolo (Kusmiyati dkk, 2009).

b) Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Kebijakan Program WHO, pemeriksaan kehamilan dilaksanakan

minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu :

(1) Satu kali pada triwulan pertama.

(2) Satu kali pada triwulan kedua.

(3) Dua kali pada triwulan ketiga (Rukiyah, 2009).

3) Standar Pelayanan Antenatal

(14)

sewaktu hamil secara memadai dan sesuai standar pelayanan kebidanan.

Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan

fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.

Pelayanan antenatal dapat ditentukan antara lain :

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

b. Pemeriksaan tekanan darah (mengantisipasi terjadi pre-eklampsia

dan eklampsia).

c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas atau LILA).

d. Pemeriksaan puncak rahim tinggi fundus uteri (TFU).

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi.

g. Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.

h. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan untuk

mencegah anemia.

i. Test laboratorium (cek haemoglobin, protein urine, glukosaurine).

j. Tatalaksana kasus (Penyuluhan atau pengobatan).

k. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan (Manuaba,

(15)

Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi TT

TT Interval % Perlindungan Masa Perlindungan

TT 1 - 0 % -

TT 2 1 bulan setelah TT 1 80 % 3 Tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 95 % 5 Tahun

TT 4 1 tahun setelah TT 3 99 % 10 Tahun

TT 5 1 tahun setelah TT 4 99 % Seumur Hidup

Sumber : Depkes RI,PWS-KIA, 2009

2.Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyawati, 2010).Persalinan merupakan

proses pergerakan keluarnya janin, plasenta dan membrane dari dalam

rahim melalui jalan lahir (Cunningham, 2013). Persalinan adalah

proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah

cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir

atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

(16)

ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri

dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati & Nugraheny, 2013)

Dengan demikian bahwa persalinan merupakan proses pengeluaran

hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup

diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa

bantuan (spontan) mulai datangnya kontraksi (HIS) hingga

pengeluaran janin dan plasenta.

b. Jenis-jenis Persalinan

1) Menurut cara persalinan dibagi menjadi tiga yaitu :

a) Persalinan Spontan

Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri

dan melalui jalan lahir.

b) Persalinan Buatan

Persalinan yang dibantu oleh tenaga dari luar misalnya

ekstraksi dengan forcep atau dilakukan operasi secsio sesaria.

c) Persalinan Anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pytocin atau

prostaglandin ( Manuaba, 2010).

(17)

a) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum

janin dapat hidup (viable), berat janin ± 500 gram, usia

kehamilan dibawah 22 minggu.

b) Partus Immaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin

viable atau berat janin antara 500 sampai 1000 gram dan usia

kehamilan antara 22 sampai dengan 28 minggu.

c) Persalinan Prematurus adalah persalinan dari konsepsi pada

kehamilan 26 sampai 36 minggu, janin hidup tetapi premature,

berat janin antara 1000 sampai 2500 gram.

d) Persalinan Mature atau aterm (cukup bulan) adalah persalinan

pada kehamilan 37-40 minggu, janin mature, berat badan

diatas 2500 gram.

e) Persalinan postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang

terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang

ditafsirkan.

f) Partus Presipitatus adalah persalinan yang berlangsung cepat

kurang dari 3 jam. Partus presipitatus akan menimbulkan

berbagai komplikasi terhadap ibu, diantaranya menimbulkan

rupture uteri, laserasi yang luas pada uterus, vagina, dan

perineum, serta perdarahan dari tempat implantasi plasenta

(18)

a. Power

1) Kontraksi Uterus

Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot

rahim yang terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi ini

terjadi diluar sadar (involunter), dibawah pengendalian sistem

saraf simpatis dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh

endokrin(Varney, 2007).

2) Tenaga Mengedan

Refleks yang di timbulkan oleh adanya kontraksi otot

dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra

abdomenn sehingga klien menutup glotisnya,

mengkontraksikan otot perut dan menekan diafragmanya ke

bawah, menekan uterus pada semua sisi, sebagai usaha untuk

mengeluarkan janin (Manuaba, 2010).

b. Passage

1)Bagian lunak, yaitu terdiri dari otot dan ligamen jaringan ikat

2) Bagian keras, yaitu terdiri dari tulang panggul seperti :

a) Os coxae (dua tulang pangkal paha) terdiri dari os ischium

(tulang duduk), os pubis (tulang kemaluan), os illium

(tulang usus)

b) Os sacrum (satu tulang kelangkang)

(19)

c. Passangge

Pada persalinan, kepala anak adalah bagian yang terpenting,

karena dalam persalinan perbandingan antara besarnya kepala

dan luasnya panggul merupakan hal yang menentukan. Jika

kepala dapat melalui jalan lahir, bagian-bagian lainnya dapat

menyusul dengan mudah (Manuaba, 2010).

d. Psikis (psikologis)

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat

itulah benar-benar terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu

munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi

anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa

kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu keadaan yang

belum pasti sekarang menjadi hal yang nyata (Manuaba, 2010).

4. Tanda Gejala Menjelang Persalinan

a. Lightening

Penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada

primigravida biasanya lightening terjadi sebelum persalinan.

Lightening menyebabkan tinggi fundus uteri menurun ke posisi yang

sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan delapan bulan

(20)

b. Perubahan Serviks

Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas

kontraksi braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode

yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks

mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan (Varney, 2007).

c. Kontraksi

Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat

kontraksi braxton hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak

sekitar enam minggu kehamilan (Varney, 2007).

d. Bloody show

Pengeluaran plak lendir disekresi serviks sebagai hasil poliferasi

kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Plak lendir inilah yang

dimaksud sebagai bloody show. Bloody show paling sering terlihat

sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan harus

dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni (Varney, 2007).

e. Lonjakan Energi

Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai

48 jam sebelum mulainya persalinan. Setelah beberapa hari dan

minggu merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka

terjaga pada suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga

(21)

jam sehingga mereka semangat melakukan berbagai aktivitas

sehari-hari (Cunningham, 2012).

5. Proses Persalinan

Proses persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :

a. Persalinan Kala I

Persalinan kala I dimulai dari his persalinan sampai pembukaan

servik menjadi lengkap.Kala I adalah proses dimulainya dari saat

persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10cm) dapat

dinyatakan partus biladimulai timbul his dan mengeluarkan lender

yang bersemu darah (blood show).

Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis

servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Kanalis

servikalis pecah karena pergerseran-pergeseran ketika serviks

membuka (Kemenkes RI, 2009).

Proses membukannya serviks akibat his dibagi menjadi 2 fase :

1) Fase laten

Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga ke

titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang pada

umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga

pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase

(22)

2) Fase aktif

Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif

pembukaan hingga pembukaan menjadi lengkap dan mencakup

fase transisi. Dibagi menjadi 3 fase kembali , yakni :

a) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi

menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi yaitu, pembukaan menjadi lambat kembali

dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Fase-fase tersebut di jumpai pada primigravida. Pada

multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase

aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek (Manuaba, 2010).

3) Asuhan Persalinan Kala 1

a) Penggunaan Partograf

Patograf adalah alat bantu yang digunakan selama

persalinan. Partograf merupakan alat untuk mencatat

informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan pemeriksaan

fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya

untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan

(23)

b) Kegunaan utama partograf

Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan

dengan memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan

dalam.Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan

mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat

membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan

lama.

c) Bagian-bagian dari partograf

Partograf berisi ruang untuk pencatatan hasil pemeriksaan

yang dilakukan selama kala I persalinan termasuk kemajuan

persalinan, pembukaan serviks, penurunan kepala janin,

kontraksi uterus, keadaan janin, penilaian detak jantung janin

(DJJ), warna dan jumlah air ketuban, molase tulang kepala

janin, keadaan ibu (nadi, tekanan darah, suhu, pengeluaran

urin volume dan protein, obat-obatan dan cairan IV, serta

memberikan dukungan persalinan.

d) Metode-metode Dukungan Persalinan

(1) Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan

udkunagn selama persalinan (orang terdekat:

(24)

(2) Pengaturan posisi : duduk atau setengah duduk, posisi

merengkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring

ke kiri.

(3) Relaksasi dan pernafasan (memejamkan mata dengan

menarik nafas panjang melalui hidung, membayangkan

seolah-olah oksigen mengalir keseluruh tubuh, lalu

buang nafas melalui mulut).

(4) Memberi rangsangan alternatif yang kuat untuk

mengurangi nyeri dan menghambat rasa sakit dengan

kompres hangat, kompres dingin dan sentuhan atau

pijatan (pada daerah punggung atau tumit).

Pengurangan rasa sakit, emosional dan psikologis

selama persalinan akan dapat membantu mempercepat

proses persalinan dan membantu ibu memperoleh

kepuasan dalam proses persalinan normal.

e) Perubahan Fisiologi pada Kala I Persalinan

(1)Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada

persalinan.

(2)Perubahan bentuk uterus

(3)Perubahan pada serviks

(4)Perubahan pada vagina dan dasar panggul

(25)

b. Persalinan Kala II

Kala dua persalinana dimulai sejak pembukaan serviks lengkap

(10cm) atau saat kepala janin sudah tampak di vulva dengan

diameter 5-6 cm (Sarwono, 2009).

1) Tanda fisik dini pada kala dua persalinan

a) Secara subjektif, adanya tekanan rektum, sensasi ingin defeksi

selama kontraksi

b) Secara objektif

(1)Ketuban pecah spontan saat pembukaan serviks lengkap

(2)Perlambatan DJJ pada puncak kontraksi

(3)Garis ungu memanjang pada anus, mencapai bokong

2) Tanda lanjut kala dua

a) Secara subjektif

(1) Ibu memiliki keinginan untuk meneran

(2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada vagina

atau rektumnya (Varney, 2007).

b) Secara objektif

(1)Perineum menggembung atau menonjol

(2)Vulva-vagina membuka atau melebar

(3) Anus mendatar, seringkali ibu membuka anusnya saat

(26)

(4)Bagian presentasi tampak dan terus berlanjut selama

kontraksi

c) Tanda pasti kala dua, ditentukan melalui periksa dalam (informasi

obyektif) yang hasilnya adalah:

(1) Pembukaan serviks telah lengkap

(2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

3) Asuhan persalinan Kala II

a) Menyiapkan peralatan pertolongan persalinan

(1)Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial

yang siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit

dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam

partus set.

(2)Mengenakan baju penutup atau celemek plastik

(3) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku.

Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang

megalir dan mengeringkan tangan dengan handuk 1x

pakai/handuk pribadi yang bersih

(4)Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi

(5)Menyiapkan oksitosin 10 unit kedalam spuit (dengan

memakai sarung tangan) dan meletakannya kembali di partus

set tanpa dekontaminasi spuit.

(27)

(1) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas

atau kasa yang sudah dibasahi air DTT

(2) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan

serviks sudah lengkap (bila ketuban belum pecah maka

lakukan amniotomi)

(3) Mendekontaminasi sarung tangan

(4)Memeriksa DJJ setelah berakhir setiap kontraksi (batas

normal 120-160x/menit)

c) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan

meneran

(1)Memberitahukan ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik, membantu ibu berada dalam posisi yang

nyaman

(2)Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

untuk meneran

(3)Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

kuat untuk meneran

(28)

(1) Jika kepala telah membuka vulva dengan diameter 4-5 cm,

meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk

mengeringkan bayi

(2) Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian dibawah

bokong ibu

(3) Membuka partus set

(4) Memakai sarung tangan steril

e) Memulai meneran

(1) Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan

bantu pilihkan posisi yang nyaman

(2) Jika ibu merasa ingin meneran namun pembukaan belum

lengkap, berikan semangat dan anjurkan ibu untuk

bernafas cepat dan bersabar agar jangan meneran dulu

(3) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin

meneran, bantulah ibu memilih posisi yang nyaman untuk

meneran dan pastikan ibu untuk beristirahat diantara

kontraksi

(4) Jika pembukaan sudah lengkap namun belum ada

dorongan untuk meneran, bantu ibu memilih posisi yang

nyaman dan biarkan berjalan-jalan

(5) Jika ibu tidak merasa ingin meneran setelah pembukaan

(29)

meneran pada saat puncak kontraksi, dan lakukan

stimulasi puting susu serta berikan asupan gizi yang cukup

(6)Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit, lakukan rujukan

(kemungkinan CPD, tali pusat pendek)(Varney, 2007).

f) Cara meneran

(1) Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan

alamiahnya selama kontraksi

(2) Jangan menganjurkan untuk menahan nafas selama meneran

(3) Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan segera beristirahat

diantara kontraksi

(4) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin

merasa lebih mudah untuk meneran jika ibu menarik lutut

kearah dada dan menempelkan dagu ke dada

(5) Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran

(6) Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu

kelahiran bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan resiko

distosia bahu dan ruptur uteri

g) Menolong kelahiran bayi

(1) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain,

(30)

membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan

ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat saat kepala

lahir

(2) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi

dengan kain atau kasa bersih

(3) Memeriksa lilian tali pusat dan jika kendurkan lilitan jika

memang terdapat lilitan dan kemudian meneruskan segera

proses kelahiran bayi

(4) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan

(5) Tempatkan kedua tangan pada sisi kedua muka bayi.

(6) Menelusurkan tangan mulai dari kepala bayi yang berada

dibagian bawah kearah perienum tangan membiarkan bahu

dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut

(7) Menelusurkan tangan yang berada diatas anterior dari

punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga saat

punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi

dengan hati-hati membantu kelahiran kaki (Manuaba,

(31)

h) Penanganan bayi baru lahir

(1) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas

perut ibu dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari

tubuhnya.

(2) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan

bayi kecuali bagian tali pusat.

(3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari

pusat/umbilical bayi.

(4) Memegang tali pusat dengan satu tangan smabil melindungi

bayi dari gunting, dan tangan yang lain memotong tali pusat

diantara dua klem tersebut.

(5) Mengganti handuk basah dan menyelimuti bayi dengan kain

atau selimut bersih, menutupi bagian kepala, membiarkan tali

pusat terbuka.

(6) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu

untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya

4) Yang harus diperhatikan pada saat pengeluaran bayi

a) Posisi ibu saat melahirkan bayi

b) Cegah terjadinya laserasi atau trauma

(32)

e) Proses melahirkan bahu

f) Proses melahirkan tubuh bayi

g) Mengusap muka, mengeringkan dan rangsang taktil pada

bayi.

h) Memotong tali pusat

5) Kebutuhan Ibu pada Kala II

a) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan

cara:

(1) Mendampingi ibu agar merasa nyaman

(2) Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu

b) Menjaga kebersihan ibu

(1) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi

(2) Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera

dibersihkan

c) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan

atau ketakutan ibu dengan cara

d) Menjaga privasi ibu

(1)Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan

keterlibatan ibu

(2)Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan

e) Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan. Posisi

(33)

mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum dari

infeksi.

f) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan

berkemih sesesring mungkin.

g) Memberikan cukup minum dan memberi tenaga serta

mencegah dehidrasi.

h) Ibu dipimpin mengedan selama his, anjurkan kepada ibu

untuk mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas,

kemungkinan menyebabkan denyut jantung tidak normal dan

nilai APGAR rendah.

i) Ibu diminta bernafas sebagai kontraksi ketika kepala akan

lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan

mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.

c. Persalinan Kala III

Dimulai dari setelah lahirnya bayi hingga pengeluaran plasenta

dan selaput ketuban yang lamanya 5-30 menit, biasanya

primigravida dan multi gravida berlangsung 6-15 menit (Baety,

2011).

1) Mekanisme pelepasan plasenta

Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi

(34)

kecil sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus

karena plasenta tidak elastis seperti uterus dan tidak dapat

berkontrasi atau beretraksi.Pada area pemisahan, bekuan darah

retroplasenta terbentuk.Bekuan darah ini manambah tekanan pada

plasenta dan selanjutnya membantu pemisahan. Kontraksi uterus

yang selanjutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari

uterus dan mendorong plasenta keluar vagina disertai dengan

pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta

(Rohani, 2011)

2) Metode pelepasan plasenta

a) Schultze

Metode yang paling sering terjadi (80%), lepasnya seperti

menutup payung, biasanya perdarahan tidak ada sebelum

plasenta lahir dan banyak setelah plasenta lahir yaitu dimulai

dari bagian tengah terlebih dahulu yang terlepas, kemudian

diikuti bagian lain yang terlepas.

b) Duncan

Lepasnya plasenta dimulai dari bagian pinggir plasenta,

diikuti bagian tengah sampai lahir keseluruhan, kemudian

darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban (Rohani,

2011).

(35)

Menurut Rohani (2011), untuk memastikan plasenta sudah

lepas dapat dilakukan pemeriksaan dengan 3 tekhnik yaitu :

a) Kustner

Meletakkan tangan disertai tekanan diatas simfisis, tali pusat

ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berati plasenta belum

lepas, tetapi bila diam atau maju berarti plasenta sudah lepas.

b) Klien

Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat

kembali berarti plasenta belum lepas, tetapi bila diam atau

turun berarti plasenta sudah lepas.

c) Strassman

Menegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali

pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, tetapi bila tidak

bergetar berati plasenta sudah lepas

4) Tanda pelepasan plasenta

Menurut Rohani (2011), tanda pelepasan plasenta dibedakan

menjadi:

a) Uterus globuler dan perubahan tinggi fundus

b) Tali pusat bertambah panjang

(36)

5) Manajemen aktif kala III

Tujuannya untuk mempersingkat kala III, mengurangi jumlah

kehilangan darah, dan mengurangi kejadian retensio plasenta

dengan pemberian suntikan oksitosin 1 menit pertama setelah

bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, dan

masase fundus uteri (Rohani, 2011).

6) Asuhan Persalinan Kala III

Kesalahan penatalaksanaan kala tiga adalah penyebab utama

perdarahan kala tiga. Kesalahan penatalaksanaan kala tiga dapat

juga menjadi penyebab inversi uterus serta syok yang mengancam

jiwa. (Varney, 2007). Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III

menurut buku Asuhan Persalinan Normal (2008) adalah sebagai

berikut:

a) Pemberian Suntukan Oksitosin

(1) Letakkan bayi baru lahir di atas kain bersih yang telah

disiapkan di perut bawah ibu dan minta ibu atau

pendampingnya untuk membantu memegang bayi

tersebut.

(2) Pastikan tidak ada bayi lain (Undiagnosed twin) di dalam

uterus. Alasan pemberian Oksitosin menyebabkan uterus

berkontraksi yang akan sangat menurunkan pasokan

(37)

pada korpus uteri karena dapat terjadi kontraksi tetanik

yang akan menyulitkan pengeluaran plasenta.

(3) Beritahu ibu bahwa akan disuntik. Segera (dalam 1 menit

pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 Unit

IM pada 1/3 paha bagian luar atas (aspektus lateralis).

Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi

dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu

pelepasan plasenta dan mengurangi kehilagan darah.

Aspirasi sebelum penyuntikan akan mencegah

penyuntikan oksitosin ke dalam pembuluh darah.

(4) Penegangan Tali Pusat Terkendali atau PTT (CCT/

Controled Cored Traction). Berdiri di samping ibu,

Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat

kala II) pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.

Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan

mencegah avulsi.Letakkan tangan yang lain pada

abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simfisis

pubis.

Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan

menekan uterus pada saat melakukan penegangan pada

(38)

dinding abdomen) menekan uterus kee arah lumbal dan

kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati-hati

untuk mencegah terjadinya inversion uteri.Bila plasenta

belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali

(sekitar 2 atau 3 menit berselang) untuk mengulangi

kembali penegangan tali pusat terkendali.Saat mulai

kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur)

tegangkan tali pusat kearah bawah, lakukan tekanan

dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan

korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta

telah lepas dan dapat dilahirkan. Tetapi jika langka 5

diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta

tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya pennegangan

tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan

lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat.

Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu

sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem

lebih dekat ke perenium pada saat tali pusat memanjang.

Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.

Kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali

pusat terkendali dan tekanan dorso-kranial pada korpus

(39)

setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari

dinding uterus.Plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk

meneran agar plasenta terdorong keluar melalui introitus

vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar

lantai (mengikuti poros jalan lahir).

Segera melepaskan plasenta yang ttelah terpisah dari

dinding uterus akan mencegah kehilangan darah yang

tidak perlu. Jangan melakukan penegangan tali pusat

tanpa diikuti dengan tekanan dorso cranial secara

serentak pada bagian bawah uterus (diatas simfisis

pubis). Plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan

plasenta dengan mengangkat tali pusat keatas dan

menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk

diletakkan dalam wadah penampung. Karena selaput

ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan kedua

tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin menjadi satu.

Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan

untuk melahirkan selaput ketuban.

(5)Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat

(40)

klem DTT atau steril atau forsep untuk keluarkan selaput

ketuban yang teraba.

(6)Rangsangan Taktil (Masase) Fundus Uteri

Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus

uterus:Jelaskan tindakan kepada ibu, katakana bahwa ibu

mungkin merasa tidak nyaman karena tindakan yang

diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam dan

perlahan serta rileks.

Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah

memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika

uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan

penatalaksanaan atonia uteri.

Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan

keduanya lengkap dan utuh. Periksa kembali uterus setelah

satu hingga dua menit untuk memastikan uterus

berkontraksi. Jika uterus masih belum bisa berkontraksi

dengan baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan

keluarganya cara masase uterus sehingga mampu untuk

segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi dengan

(41)

Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selam 1 jam

pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit pada 1 jam

kedua pascapersalinan.

d. Persalinan Kala IV

Setelah plasenta lahir :

1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang

uterus berkontraksi baik dan kuat.

2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tengah anda secara

melintang dengan pusat sebagai patokan . umumnya fundus uteri

setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.

3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan

4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau

episiotomi) perineum

5) Evaluasi keadaan umum ibu (JNPK-KR, 2014).

Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam pasca persalinan :

1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan

darah yang keluar setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap

30 menit selama 1 jam kedua kala empat.

2) Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik

setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selam

(42)

3) Pantau temperatur suhu tubuh setiap jam dalam 2 jam pertama

pascapersalinan

4) Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit

setiap 1 jam pertama dan setiap 30 menit jam kedua pada kala

empat.

5) Ajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana menilai kontraksi

uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan

masase uterus jike uterus menjadi lembek

6) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi.

6. Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan

demikian juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap

kemungkinan terjadinya partus lama (Prawirohardjo, 2013).

Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, patograf akan

membantu penolong persalinan untuk:

a. Mencatat kemajuan persalinan

(43)

c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran

d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit

persalinan.

e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan

klinik yang sesuai dan tepat waktu (Prawirohardjo, 2013).

3. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Bayi Baru Lahir (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar

rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang

sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.

Masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem.

Sedangkan beberapa pendapat mengatakan, bayi baru lahir normal

adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI,

2005).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat

badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan

(Rukiyah, 2009).

(44)

sampai dengan usia 28 hari. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7

hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 8-28 hari. (Wafi &

Muslihatun, 2010).

b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir (BBL) merupakan bayi yang berusia 0-28 hari

(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir normal adalah bayi

berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggudan berat

badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).Pada BBL ditemukan ciri-ciri

bayi baru lahir normal diantaranya:

1) Lahir aterm antara 37-40 minggu

2) Berat badan antara 2500-4000 gram

3) Panjang lahir 48-52 cm

4) Lingkar dada 30-38 cm

5) Lingkar kepala 33-35 cm

6) Lingkar lengan 11-12

7) Frekuensi denyut jantung 120-160x/ menit

8) Frekuensi pernapasan 30-60x/ menit

9) Suhu inti normal bayi 36-37 derajat celcius

10) Kulit kemerah-merahan, tipis, halus dan licin karena jaringan

(45)

11) Rambut halus atau lanugo menutupi kulit dan banyak terdapat di

bahu, lengan atas dan paha sedangkan rambut kepala biasanya

sudah sempurna.

12) Kuku agak panjang dan lemas

13) Nilai APGAR >7

14) Gerakan aktif

15) Bayi lahir langsung menangis kuat

16) Genetalia:

a) Perempuan : vagina dan uretra yang berlubang, serta labia

mayora menutupi labia minora.

b) Laki-laki : Testis turun pada skrotum, penis berlubang.

17) Sistem Reflex

a) Reflex mengedip

b) Reflex reflex moro

c) Reflex sucking (menghisap dan menelan)

d) Reflex grasping (menggenggam)

e) Reflex walking dan stapping

f) Reflex tonic neck

g) Reflex babinsky

18) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar 24 jam

(46)

c. Asuhan Bayi Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi

selama satu jam pertama pada kelahiran, yaitu :

1) Pencegahan infeksi

2) Penilaian pada bayi baru lahir

3) Pencegahan kehilangan panas

4) Menjaga kehangatan bayi

5) Mengeringkan bayi dengan seksama.

6) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

7) Selimuti bagian kepala bayi

8) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

9) Jangan segera menimbang atau memandikan BBL

10)Memandikan Bayi

11)Tunggu setidaknya enam jam setelah lahir (lebih lama jika bayi

mengalami asfiksia atau hipotermi).

12)Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah

pernafasan atau masalah suhu.

13)Mandikan bayi dengan cepat dengan air yang bersih dan hangat.

14)Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan

(47)

d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah early initiation atau

permulaan menyusui dini, bayi mulai menyusu sendiri segera setelah

lahir dengan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, kurang

lebih selama satu jam setelah bayi lahir. Tahap-tahap inisiasi menyusu

dini, yaitu :

1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera

setelah lahir selama paling sedikit 1 jam. Dianjurkan agar tetap

melakukan kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam pertama kelahirannya

walaupun bayi telah berhasil menghisap puting susu ibu dalam

waktu kurang dari 1 jam.

2) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan IMD

dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta memberi

bantuan jika diperlukan (Nanny, 2010).

e. Mencegah Kehilangan Panas

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :

1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks

2) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh leinnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan

membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan

(48)

4) Meletakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga

bayi menempel didada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada

diantara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari putting

payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di

dada ibu paling sedikit 1 jam.

5) Menghangatkan ibu dan bayidengan selimutdan pakailah topi di

kepala bayi

6) Memberikan selimut untuk tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan

pasang cepat topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki luas

permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengancepat kehilangan

panas jika bagian tersebut tidak tertutup.

7) Tidak segera melakukan menimbang atau memandikan bayi baru

lahir.

8) Melakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit

bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah

kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum

melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain

atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari

selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi

dengan berat pakaian atau selimut. Bayi sebaiknya dimandikan enam

(49)

setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat

membahayakan kesehatan bayi baru lahir.

f. Nasihat untuk merawat Tali Pusat

1) Tidak membungkus puntung tali pusat dan jangan mengoleskan cairan

atau bahan apapun ke puntung tali pusat.

2) Mengoleskan alkohol atau betadine (terutama jika pemotong tali pusat

tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan, tetapi tidak

diperkenankan apabila alkohol dikompreskan ke tali pusat karena

dapat menyebabkan tali pusat basah/lembab.

3) Melipat popok dibawah puntung tali pusat

4) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT

dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan

kain bersih.

5) Menganjurkan ibu untuk mencari bantuan jika tali pusat menjadi

merah, bernanah atau berdarah atau berbau.

6) Tali pusat biasanya lepas setelah mengalami nekrosis menjadi kering

pada hari keenam sampai hari ke delapan (Prawirohardjo, 2012).

g. Pencegahan Infeksi pada Mata

Salep mata untuk pencegahan infeksi pada mata diberikan setelah 1

jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu, pencegahan infeksi

(50)

pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam

setelah kelahiran. Memberikan vitamin K pada Bayi Baru LahirSemua

BBL harus diberikan vitamin K 1 injeksi 1 mg intramuskuler di paha kiri

sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat

defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagai BBL.

h. Tanda-Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir

1) Warna abnormal

2) Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau hisapan lemah

3) Kesulitan bernafas

4) Letargi atau bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk makan

5) Suhu bayi dibawah 36,5ºC (Hipotermi) atau diatas 37,5ºC (Febris)

6) Tangis atau perilaku abnormal atau tidak biasa

7) Gangguan gastrointestinal

8) Bagian yang berwarna putih pada mata, berubah menjadi kuning dan

warna kulit juga tampak kuning, kecoklatan atau seperti buah persik

(Varney, 2006).

i. Pemeriksaan fisik

1) Saat bayi berada di klinik

2) Saat kunjungan Tindak Lanjut (KN), yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari,

1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali padaa umur 8-28 hari(JPNK-KR,

(51)

j. Tahapan Bayi Baru Lahir

1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu

6 sampai 48 jam setelah bayi lahir

Penatalaksanaan :

a) Mempertahankan suhu tubuh bayi

b) Dilakukan pemeriksaan fisik

c) Memberikan konseling jaga kehangatan, pemberian ASI ekslusif,

(52)

d) Memberikan penkes tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu

yaitu pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau lemah hisapan,

kesulitan bernafas yaitu pernafasan cepat >60x/menit atau

menggunakan otot tambahan, Letargi atau bayi terus menerus tidur

tanpa bangun untuk makan, warna kulit abnormal yaitu kulit biru

(sianosis) atau kuning, Suhu-terlalu panas (febris) atau terlalu dingin

(hipotermi), tanda dan perilaku abnormal atau tidak biasa,

Ganggguan gastro internal misalnya tidak bertinja selama 3 hari,

muntah terus-menerus, perut membengkak, tinja hijau tua dan darah

berlendir, Mata bengkak atau mengeluarkan cairan.

e) Melakukan perawatan tali pusat, pertahankan sisa tali pusat dalam

keadaan terbuka agar terkena udara dan dengan kain bersih secara

longgar, lipatlah popok di bawah tali pusat ,Jika tali pusat terkena

kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air bersih dan keringkan dengan

benar.

f) Menggunakan tempat yang hangat dan bersih

g) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan

h) Memberikan Imunisasi HB-0

2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada waktu hari ke-3

sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir

Penatalaksanaan :

(53)

b) Menjaga kebersihan bayi

c) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,

ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI

d) Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24

jam) dalam 2 minggu pasca persalinan

e) Menjaga keamanan bayi

f) Menjaga suhu tubuh bayi

g) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan

bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan Buku KIA

h) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada waktu hari ke-8 sampai

dengan hari ke-28 setelah lahir

Penatalaksanaan :

a) Melakukan pemeriksaan fisik

b) Menjaga kebersihan bayi

c) Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya Bayi baru lahir

d) Memberikan ASI pada bayi harus disusukan minimal 10-15 kali

dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan.

e) Menjaga keamanan bayi

(54)

g) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi

baru lahir dirumah dengan menggunakan Buku KIA

h) Memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG

i) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

4. Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa Nifas (Peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,

masa nifas berlangsung selama 6 minggu (Saifuddin, 2009).Periode

pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin

(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktur

reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Ingat bahwa perubahan ini

adalah pada kondisi tidak hamil, bukan kondisi prahamil, seperti yang

sering dikatakan. Kondisi organ prahamil hilang selamanya. Paling

mencolok setelah pertama kali hamil dan melahirkan, tetapi juga pada

setiap kehamilan selanjutnya.Periode ini disebut juga puerperium, dan

wanita yang mengalami puerperium disebut puerpera. Periode

pemulihan pascapartum berlangsung sekitar enam minggu.

(55)

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan

masa kritis baik ibu maupun bayinya. Masa nifas dibagi menjadi 3

periode yaitu :

1) Immediated Puerperium

Keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam

sesudah persalinan (0-24 jam post partum).

2) Early Puerperium

Keadaan yang terjadi pada permulaan puerperium yaitu 1 hari

sesudah melahirkan sampai 7 hari.

3) Later Puerperium

Keadaan setelah satu minggu post partum sampai enam

minggu.

b. Perubahan Fisiologis Nifas

Masa nifas berlangsung selama enam minggu sejak persalinan.

Selama waktu tersebut terdapat perubahan-perubahan yang terjadi

selama kehamilan kembali ke keadaan sebelum hamil, diantaranya :

1) Involusi Uterus

Setelah bayi dilahirkan, terus yang selama persalinan

mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga

dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas

(56)

Vagina lambat laun mencapai ukuran normal pada

minggu ketiga rugea akan mulai nampak kembali.

3) Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat

dengan permukaan yang kasar, dan kira-kira ada sebesar telapak

tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke 2

hanya sebesar 3-4 cm, pada akhir nifas 1-2 cm.

4) Perubahan ligament diagfragma pelvik

Perubahan ini terjadi pada saat melahirkan oleh karena

peregangan ini berangsur-angsur pulih kembali pada waktu 6

minggu.

5) Perubahan traktus urinarius

Pada dinding kandung kemih mengalami oedema sehingga

menyebabkan hyper anemia terkadang sampai terjadi obstruksi

sehingga menekan uretha dan terjadi retensi urin, ini akan pulih

kembali setelah 2 minggu.

6) Laktasi

Perubahan yang terjadi pada mamae yaitu proliperasi

jaringan, kelenjar alveolus, lemak. Pengaruh oksitosin

merangsang kelenjar susu berkontraksi karena rangsangan pada

putting susu.

(57)

Cairan yang keluar dari liang senggama pada masa nifas.

Cairan ini dapat berupa darah atau sisa lapisan rahim (Manuaba,

2010). Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan

warnanya, yaitu :

a) Lochea rubra (Kruenta) yaitu 1-3 hari, berwarna merah dan

hitam, terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut

lanugo, sisa mekonium, sisa darah.

b) Lochea sanguinolenta yaitu 3-7 hari, berwarna putih

bercampur merah.

c) Lochea serosa yaitu 7-14 hari, berwarna kekuningan.

d) Lochea alba setelah hari ke 14, berwarna putih (Manuaba,

2010).

c. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Masa nifas seorang ibu akan melakukan beberapa tahap untuk

beradaptasi dengan kehahiran seorang bayi, diantanya :

1) Taking In

a) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan.

b) Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung

c) Perhatiannya tertuju pada tubuhnya.

2) Taking Hold

(58)

c) Cenderung menerima nasihat bidan

3) Letting Go

a) Ibu telah sembuh

b) Ibu menerima peran baru

c) Dapat melakukan kegiatan sehari-hari

d) Merasa tanggung jawab terhadap perawatan

d. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus

melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi

baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani

masalah-masalah yang terjadi. Seorang bidan pada saat memberikan asuhan

kepada ibu dalam masa nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan,

akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada ibu masa nifas tergantung

dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan perkembangannya antara lain :

1) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan)

Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi

dan merawat penyebab lain perdarahan ,rujuk bila perdarahan

berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

(59)

ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.

2) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan)

Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada

bau: memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat,

memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperhatikan

tanda-tanda penyulit: memberikan konseling pada ibu mengenai

asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

3) Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan)

4) Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan)

Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami,

memberikan konseling untuk KB secara dini.

e. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

1) Nutrisi dan Cairan

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet

berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang

cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari , pil zat besi harus di

minum untuk untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari

(60)

2) Ambulasi

Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak

karena merasa letih dan sakit namun ibu harus dibantu turun dari

tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam,

ambulasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena.

Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk membantu menguatkan

otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang

baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau

memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh (Rukiyah, 2011).

Banyaknya keuntungan dari ambulasi dini dikonfirmasikan oleh

sejumlah penelitian yang terkontrol baik. Para wanita yang

menyatakan bahwa mereka merasa lebih baik dan lebih kuat setelah

ambulasi awal. Komplikasi kandung kencing dan konstipasi kurang

sering terjadi. Yang penting, ambulasi dini juga menurunkan banyak

frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas.

3) Eliminasi : BAB/BAK

Diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama

setelah melahirkan, dan kadang-kadang ibu mengalami kesulitan

untuk mengosongkan kandung kemihnya karena merasa sakit,

memar atau gangguan pada tonus otot, ia dapat di bantu untuk duduk

diatas kursi berlubang tempat buang air kecil (commode) juka masih

(61)

buang air kecil dengan pispot diatas tempat tidur. Meskipun sedapat

mungkin dihindari, karteterisasi baik dilakukan daripada terjadi

infeksi saluran kemih akibat urin yang tertahan. Faktor-faktor diet

memegang peranan penting dalam memulihkan faal usus, ibu

mungkin memerlukan bantuan untuk memilih jenis makanan yang

tepat dari menunya, ia mungkin pula harus diingatkan mengenai

manfaat ambulasi dini dan meminum cairan tambahan untuk

menghindari konstipasi (Rukiyah, 2011).

4) Kebersihan Diri (Personal Hygiene)

Pada ibu masa nifas sebaiknya anjurkan kebersihan seluruh tubuh.

Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk daerah

disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang anus.

Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air

kecil dan besar. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain

pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang

jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan dibawah sinar

matahari atau disetrika, sarankan ibu untuk memcuci tangan dengan

sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah

kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi

Gambar

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan
Tabel 2.2 Kisaran penambahan berat badan yang dianjurkan pada
Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Tabel 2.4 Nilai Apgar

Referensi

Dokumen terkait

Saran dari penelitian yaitu menyediakan daftar maskapai pelayaran yang baik dan tidak baik agar mempermudah eksportir memilih perusahaan pelayaran, PT Sun Lloyd dan PT Jiale

A. Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Pemalsuan Merek Dagang Oleh Polresta Padang. Proses penyidikan mulai dilakukan setelah diketahui atau diduga telah terjadi suatu

Badas, tertanggal 8 Mei 2017, maka Pokja 3 Pekerjaan Konstruksi melakukan evaluasi ulang Terhadap penawaran yang telah diupload pada Paket Pekerjaan

Namun, jika dibandingkan dengan kerupuk dengan penambahan tulang ikan patin dengan konsentrasi 30% kandungan protein kerupuk ikan pora-pora masih lebih tinggi, hal

Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Bahan Pencemar Deterjen (MBAS) Dalam Air Waduk Jatiluhur Sebagai Sumber Baku Air Minum” ini disusun sebagai salah satu syarat

Bunyi vokal u miring, ditulis u bukan o, meskipun pengucapan vokal ini berbunyi o, bunyi vokal u jejeg ini diucapkan seperti vokal u pada kata do ubt.. Vokal e, meskipun

Penulis akan mendialogkan pemahaman perspektif Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dengan pemahaman diakonia gereja dalam menjawab konteks masyarakat sekitar Gunung Merapi,

Pada anamnesis penderita akan mengeluh matanya tidak nyaman (discomfort). Dry eye  syndrome merupakan suatu kelompok gejala dimana mata terasa tidak nyaman, seperti iritasi,