BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis
1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau dalam perhitungan bulan 9
atau 10 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2013).
Kehamilan adalah proses pertemuan dan persenyawaan antara
spermatozoa (sel mani) dengan sel telur (ovum) yang menghasilkan zigot
dan berakhir sampai permulaan persalinan (Maritalia, 2012). Kehamilan
merupakan waktu transisi yakni suatu masa antara kehidupan sebelum
memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan
nanti setelah anak tersebut lahir (Varney, 2007). Kehamilan normal
berlangsung dalam waktu 40 minggu (10 bulan) dihitung saat hari
pertama haid terakhir sampai lahirnya bayi. Dapat disimpulkan bahwa
kehamilan adalah suatu proses penyatuan sel telur dan sperma yang
berlangsung 40 minggu (Mochtar, 2011).Dengan demikian disimpulkan
bahwa kehamilan merupakan proses pertemuan antara spermatozoa (sel
b. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Kehamilan
Perubahan yang dapat terjadi pada wanita hamil antara lain:
1) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi dan melindungi hasil
konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus
mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan
cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula
dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada wanita tidak hamil
uterus mempunyai berat 70 gr dan kapasitas 10 ml atau kurang Selama
kehamilan, uterus akan bertambah menjadi suatu organ yang mampu
menampung janin, plasenta, dan cairan amnion. Pengukuran Tinggi
Fundus Uteri (TFU) dengan menggukan pita sentimeter diukur dari tepi
atas simfisis hingga fundus uteri (Prawirohardjo, 2013).
2) Serviks Uteri
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan
terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya
hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks (Prawirohardjo,
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan
Tinggi Fundus Uteri Usia kehamilan
1/3 diatas simfisis
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat
jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada
vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda
chedwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya
sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos (Manuaba,
2010).
4) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan
folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat di
ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal
kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesteron
5) Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha. perubahan ini dikenal dengan nama striae
gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali garis
berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dan striae
sebelumnya (Cunningham, 2013).
6) Mammae
Awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi
lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya
dengan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara
akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama suatu
cairan berwarna kekuningan disebut kolostrum dapat keluar (Manuaba,
2010).
7) Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal
dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah dan cairan
ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg (Manuaba, 2010).
8) Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Menurut (Kemenkes RI, 2010) Kekurangan Energi Kronis (KEK)
pada ibu hamil merupakan keadaan dimana kekurangan gizi selama
hamil yang berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun). Risiko KEK
dapat terjadi dimana remaja putri/wanita lebih mempunyai
kecenderungan menderita KEK dari pada laki-laki( Arismas, 2009).
KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi, malnutrisi adalah
keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative atau
absolut satu atau lebih zat gizi (Supriasa, 2011). Keadaan malnutrisi ini
dapat dikatakan KEK apabila salah satu atau beberapa kriteria
diantaranya berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg, tinggi badan ibu <
145 cm, berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg, Indeks
masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00 serta ibu menderita anemia
(Hb < 11 gr %) (Weni, 2010).
Dari penelitian Surasih (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi
KEK antara lain jumlah asupan energi, umur, beban kerja ibu hamil,
penyakit/infeksi, pengetahuan ibu tentang gizi dan pendapatan keluarga.
Pengaruh KEK pada saat kehamilan dapat berakibat pada
ibumaupun pada janin yang dikandungnya (Waryono, 2010). Terhadap
penyakit infeksi. Terhadap persalinan pengaruhnya yaitu dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya
(premature), perdarahan. Terhadap janin menimbulkan
keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,
anemia pada bayi, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
a. Indeks masa tubuh (IMT) dan Berat badan
Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi
badan adalah dengan menggunakan indeks massa tubuh dengan rumus
berat badan dibagi tinggi badan pangkat dua.
Tabel 2.2 Kisaran penambahan berat badan yang dianjurkan pada
gestasi janin tunggal berdasarkan IMT pra hamil
Kategori IMT Kilogram
Rendah < 19,8 12,5 - 18
Normal 19,8 - 26 11,5 - 16
Tinggi 26 - 29 7 - 11,5
Obesitas > 29 < 7
Sumber : Prawirohardjo, 2013
Penambahan berat badan pada tabel diatas yang dianjurkan oleh Institute of
Medicine (IOM) tahun 1990 menurut kategori IMT prahamil. American Academy
of Pediatrics dan American College of Obstetricians and Gynecologist tahun
2007, menguatkan anjuran ini. Apabila nilai IMT dengan kategori rendah akan
mengakibatkan bayi baru lahir rendah (BBLR), pertumbuhan janin terhambat
(PJT), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, serta peningkatan
akan menyebabkan hipertensi gestasional dan makrosomia (Cunningham, dkk.
2012).
9) Sistem Kardiovaskuler
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan
ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler sistemik. Selain itu,
juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu 10 dan
ke-20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi
peningkatan preload (Prawirohardjo, 2013).
10) Traktus Digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan
tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang
akan bergeser ke arah atas dan lateral. Perubahan yang nyata akan
terjadi pada penurunan mortilitas otot polos pada traktus digestivus dan
penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung sehingga
akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang disebabkan
oleh asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat perubahan posisi
lambung dan menurunnya sfingter esofagus bagian bawah
(Prawirohardjo, 2013).
11) Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan
akan muncul kembali setelah kepala janin mulai turun ke bawah pintu
atas panggul karena kandung kencing mulai tertekan kembali
(Manuaba, 2010).
c. Ketidaknyamanan Kehamilan
Ketidaknyamanan merupakan suatu perasaan yang kurang
menyenangkan bagi kondisi fisik ataupun mental pada ibu hamil dan
merupakan proses alamiah pada wanita yang menimbulkan berbagai
perubahan rasa tidak nyamandan kadang menyulitkan ibu hamil namun
demikian itu merupakan hal fisiologis (Hidayat, 2008).
1) Ketidaknyamanan pada Trimester I
a) Ngidam
Berkaitan dengan persepsi individu wanita hamil mengenai apa
yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah sehingga indra
pengecap menjadi tumpul jadi makanan yang lebih merangsang
dicari-cari (ngidam) (Manuaba, 2010).
b) Dinamika psikososial (perasaan sayang atau perasaan kacau)
Adaptasi hormonal dan metabolik, perasaan mengenali peran
wanita, seksualitas, waktu kehamilan, dan jarak perubaahan
c) Leukoria
Adanya peningkatan kadar hormon estrogen yang tinggi,
stimulasi cervix secara hormonal menjadi hipertropy dan
hiperaktif, produksi mucus dalam jumlah berlebihan (Manuaba,
2010).
d) Urgensi dan frekuensi kencing
Perubahan fungsi kandung kencing yang disebabkan oleh
hormon, berkurangnnya kapsitas kandung kemih oleh pembesaran
uterus (Manuaba, 2010).
e) Rasa Mual-Muntah
Perubahan hormonal yaitu peningkatan kadar HCG, estrogen
dan progesterone atau pada jaringan peristaltic melambat yang
mengakibatkan meningkatnya hormon estrogen dan progesterone.
2) Ketidaknyamanan pada Trimester II
a) Kram pada kaki
Kram otot ini timbul karena pembesaran uterus yang
memberikan tekanan pada pembuluh darah sehingga sirkulasi
darah menjadi lambat saat kehamilan.
b) Rasa nyeri ulu hati
Peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi
yang mendorong bagian atas perut, sehingga mendorong asam
lambung naik ke kerongkongan.
c) Pembengkakan
Hal ini terjadi karena peningkatan hormon progesteron yang
bersifat menahan cairan. Pada trimester kedua ini akan tampak
sedikit pembengkakan kaki dan tangan, hal ini sering terjadi
karena psosisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.
3) Ketidaknyamanan pada Trimester III
a) Konstipasi
Adanya peningkatan hormon progesteron konstipasi juga
karena tekanan rahim yang semakin membesar ke daerah usus.
b) Sering Kencing
Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga
panggul akan makin menekan kandung kencing ibu hamil.
c) Terganggunya Tidur (Insomnia)
Dimana keadaan perut membesar, bayi menendang semakin
sering, sehingga ibu sulit untuk tidur nyenyak selain itu ada
perasaan cemas menanti waktu persalinan.
d) Edema Dependen
Edema berarti meningkatnya volume cairan di luar sel
(ekstraseluler) dan di luar pembuluh darah (ekstravaskular)
d. Komplikasi Kehamilan
1) Perdarahan pervaginam
2) Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang
3) Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)
4) Nyeri abdomen yang hebat
5) Bengkak pada muka dan tangan
6) Bayi kurang bergerak seperti biasa
7) Muntah-muntah yang berlebihan (Varney, 2007).
e. Antenatal Care
1) Pengertian Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya. Tujuan utama asuhan
antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi
ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya
dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam
jiwa, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan
(Kusmiyati, 2009).
2) Tujuan Antenatal Care (ANC)
Tujuan utama dari pelayanan Antenatal Care (ANC) yaitu memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu dan bayinya
dengan trauma semaksimal mungkin, serta mempersiapkan ibu agar
masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Ekslusif (Kusmiyati,
2009).
a) Pemeriksaan Rutin Ibu Hamil
(1) Identifikasi dan riwayat kesehatan :
(a) Data umum pribadi : Nama, Usia, Alamat, Pekerjaan
ibu/suami, Lamanya menikah, Kebiasaan yang dapat
merugikan kesehatan.
(b) Keluhan saat ini : Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan
ibu, Lamanya mengalami gangguan tersebut
(c) Riwayat haid : Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), Usia
kehamilan dan Hari Perkiraan Lahir (HPL) dengan
memakai rumus Neagle : HPHT bulan Januari-Maret, HPL
=hari+7, bulan+9, tahun tetap, HPHT bulan
April-Desember, HPL = hari+7, bulan-3, tahun+1.
(d) Riwayat kehamilan dan persalinan : Asuhan (antenatal,
persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya, Cara
persainan, Jumlah dan Jenis kelamin anak hidup, Berat
dilahirkan, Informasi dan saat persalinan atau keguguran
terakhir.
(e) Riwayat kehamilan saat ini: Identifikasi kehamilan,
Identifikasi penyulit, penyakit lain yang diderita, Gerakan
bayi dalam kandungan.
(f) Riwayat penyakit dalan keluarga: Diabetes melitus,
Hipertensi, Hamil kembar, Kelainan bawaan
(g) Riwayat penyakit ibu : Penyakit pernah diderita diabetus
millitus, hipertensi, penyakit jantung, infeksi virus
berbahaya, Alergi obat atau makanan tertentu
(h) Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan :
Dilatasi dan Kuretase, Reparasi vagina, SC, Serviks
inkompeten, Operasi non ginekolo (Kusmiyati dkk, 2009).
b) Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Kebijakan Program WHO, pemeriksaan kehamilan dilaksanakan
minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu :
(1) Satu kali pada triwulan pertama.
(2) Satu kali pada triwulan kedua.
(3) Dua kali pada triwulan ketiga (Rukiyah, 2009).
3) Standar Pelayanan Antenatal
sewaktu hamil secara memadai dan sesuai standar pelayanan kebidanan.
Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
Pelayanan antenatal dapat ditentukan antara lain :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
b. Pemeriksaan tekanan darah (mengantisipasi terjadi pre-eklampsia
dan eklampsia).
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas atau LILA).
d. Pemeriksaan puncak rahim tinggi fundus uteri (TFU).
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi.
g. Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
h. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan untuk
mencegah anemia.
i. Test laboratorium (cek haemoglobin, protein urine, glukosaurine).
j. Tatalaksana kasus (Penyuluhan atau pengobatan).
k. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan (Manuaba,
Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi TT
TT Interval % Perlindungan Masa Perlindungan
TT 1 - 0 % -
TT 2 1 bulan setelah TT 1 80 % 3 Tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 95 % 5 Tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 99 % 10 Tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99 % Seumur Hidup
Sumber : Depkes RI,PWS-KIA, 2009
2.Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyawati, 2010).Persalinan merupakan
proses pergerakan keluarnya janin, plasenta dan membrane dari dalam
rahim melalui jalan lahir (Cunningham, 2013). Persalinan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri
dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati & Nugraheny, 2013)
Dengan demikian bahwa persalinan merupakan proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup
diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa
bantuan (spontan) mulai datangnya kontraksi (HIS) hingga
pengeluaran janin dan plasenta.
b. Jenis-jenis Persalinan
1) Menurut cara persalinan dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
dan melalui jalan lahir.
b) Persalinan Buatan
Persalinan yang dibantu oleh tenaga dari luar misalnya
ekstraksi dengan forcep atau dilakukan operasi secsio sesaria.
c) Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pytocin atau
prostaglandin ( Manuaba, 2010).
a) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum
janin dapat hidup (viable), berat janin ± 500 gram, usia
kehamilan dibawah 22 minggu.
b) Partus Immaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin
viable atau berat janin antara 500 sampai 1000 gram dan usia
kehamilan antara 22 sampai dengan 28 minggu.
c) Persalinan Prematurus adalah persalinan dari konsepsi pada
kehamilan 26 sampai 36 minggu, janin hidup tetapi premature,
berat janin antara 1000 sampai 2500 gram.
d) Persalinan Mature atau aterm (cukup bulan) adalah persalinan
pada kehamilan 37-40 minggu, janin mature, berat badan
diatas 2500 gram.
e) Persalinan postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang
terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang
ditafsirkan.
f) Partus Presipitatus adalah persalinan yang berlangsung cepat
kurang dari 3 jam. Partus presipitatus akan menimbulkan
berbagai komplikasi terhadap ibu, diantaranya menimbulkan
rupture uteri, laserasi yang luas pada uterus, vagina, dan
perineum, serta perdarahan dari tempat implantasi plasenta
a. Power
1) Kontraksi Uterus
Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot
rahim yang terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi ini
terjadi diluar sadar (involunter), dibawah pengendalian sistem
saraf simpatis dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh
endokrin(Varney, 2007).
2) Tenaga Mengedan
Refleks yang di timbulkan oleh adanya kontraksi otot
dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra
abdomenn sehingga klien menutup glotisnya,
mengkontraksikan otot perut dan menekan diafragmanya ke
bawah, menekan uterus pada semua sisi, sebagai usaha untuk
mengeluarkan janin (Manuaba, 2010).
b. Passage
1)Bagian lunak, yaitu terdiri dari otot dan ligamen jaringan ikat
2) Bagian keras, yaitu terdiri dari tulang panggul seperti :
a) Os coxae (dua tulang pangkal paha) terdiri dari os ischium
(tulang duduk), os pubis (tulang kemaluan), os illium
(tulang usus)
b) Os sacrum (satu tulang kelangkang)
c. Passangge
Pada persalinan, kepala anak adalah bagian yang terpenting,
karena dalam persalinan perbandingan antara besarnya kepala
dan luasnya panggul merupakan hal yang menentukan. Jika
kepala dapat melalui jalan lahir, bagian-bagian lainnya dapat
menyusul dengan mudah (Manuaba, 2010).
d. Psikis (psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat
itulah benar-benar terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu
munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi
anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa
kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu keadaan yang
belum pasti sekarang menjadi hal yang nyata (Manuaba, 2010).
4. Tanda Gejala Menjelang Persalinan
a. Lightening
Penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada
primigravida biasanya lightening terjadi sebelum persalinan.
Lightening menyebabkan tinggi fundus uteri menurun ke posisi yang
sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan delapan bulan
b. Perubahan Serviks
Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas
kontraksi braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode
yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks
mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan (Varney, 2007).
c. Kontraksi
Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat
kontraksi braxton hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak
sekitar enam minggu kehamilan (Varney, 2007).
d. Bloody show
Pengeluaran plak lendir disekresi serviks sebagai hasil poliferasi
kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Plak lendir inilah yang
dimaksud sebagai bloody show. Bloody show paling sering terlihat
sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan harus
dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni (Varney, 2007).
e. Lonjakan Energi
Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai
48 jam sebelum mulainya persalinan. Setelah beberapa hari dan
minggu merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka
terjaga pada suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga
jam sehingga mereka semangat melakukan berbagai aktivitas
sehari-hari (Cunningham, 2012).
5. Proses Persalinan
Proses persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :
a. Persalinan Kala I
Persalinan kala I dimulai dari his persalinan sampai pembukaan
servik menjadi lengkap.Kala I adalah proses dimulainya dari saat
persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10cm) dapat
dinyatakan partus biladimulai timbul his dan mengeluarkan lender
yang bersemu darah (blood show).
Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis
servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Kanalis
servikalis pecah karena pergerseran-pergeseran ketika serviks
membuka (Kemenkes RI, 2009).
Proses membukannya serviks akibat his dibagi menjadi 2 fase :
1) Fase laten
Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga ke
titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang pada
umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga
pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase
2) Fase aktif
Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif
pembukaan hingga pembukaan menjadi lengkap dan mencakup
fase transisi. Dibagi menjadi 3 fase kembali , yakni :
a) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi
menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi yaitu, pembukaan menjadi lambat kembali
dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut di jumpai pada primigravida. Pada
multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase
aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek (Manuaba, 2010).
3) Asuhan Persalinan Kala 1
a) Penggunaan Partograf
Patograf adalah alat bantu yang digunakan selama
persalinan. Partograf merupakan alat untuk mencatat
informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan pemeriksaan
fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya
untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan
b) Kegunaan utama partograf
Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan
dengan memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan
dalam.Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan
mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat
membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan
lama.
c) Bagian-bagian dari partograf
Partograf berisi ruang untuk pencatatan hasil pemeriksaan
yang dilakukan selama kala I persalinan termasuk kemajuan
persalinan, pembukaan serviks, penurunan kepala janin,
kontraksi uterus, keadaan janin, penilaian detak jantung janin
(DJJ), warna dan jumlah air ketuban, molase tulang kepala
janin, keadaan ibu (nadi, tekanan darah, suhu, pengeluaran
urin volume dan protein, obat-obatan dan cairan IV, serta
memberikan dukungan persalinan.
d) Metode-metode Dukungan Persalinan
(1) Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan
udkunagn selama persalinan (orang terdekat:
(2) Pengaturan posisi : duduk atau setengah duduk, posisi
merengkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring
ke kiri.
(3) Relaksasi dan pernafasan (memejamkan mata dengan
menarik nafas panjang melalui hidung, membayangkan
seolah-olah oksigen mengalir keseluruh tubuh, lalu
buang nafas melalui mulut).
(4) Memberi rangsangan alternatif yang kuat untuk
mengurangi nyeri dan menghambat rasa sakit dengan
kompres hangat, kompres dingin dan sentuhan atau
pijatan (pada daerah punggung atau tumit).
Pengurangan rasa sakit, emosional dan psikologis
selama persalinan akan dapat membantu mempercepat
proses persalinan dan membantu ibu memperoleh
kepuasan dalam proses persalinan normal.
e) Perubahan Fisiologi pada Kala I Persalinan
(1)Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada
persalinan.
(2)Perubahan bentuk uterus
(3)Perubahan pada serviks
(4)Perubahan pada vagina dan dasar panggul
b. Persalinan Kala II
Kala dua persalinana dimulai sejak pembukaan serviks lengkap
(10cm) atau saat kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6 cm (Sarwono, 2009).
1) Tanda fisik dini pada kala dua persalinan
a) Secara subjektif, adanya tekanan rektum, sensasi ingin defeksi
selama kontraksi
b) Secara objektif
(1)Ketuban pecah spontan saat pembukaan serviks lengkap
(2)Perlambatan DJJ pada puncak kontraksi
(3)Garis ungu memanjang pada anus, mencapai bokong
2) Tanda lanjut kala dua
a) Secara subjektif
(1) Ibu memiliki keinginan untuk meneran
(2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada vagina
atau rektumnya (Varney, 2007).
b) Secara objektif
(1)Perineum menggembung atau menonjol
(2)Vulva-vagina membuka atau melebar
(3) Anus mendatar, seringkali ibu membuka anusnya saat
(4)Bagian presentasi tampak dan terus berlanjut selama
kontraksi
c) Tanda pasti kala dua, ditentukan melalui periksa dalam (informasi
obyektif) yang hasilnya adalah:
(1) Pembukaan serviks telah lengkap
(2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
3) Asuhan persalinan Kala II
a) Menyiapkan peralatan pertolongan persalinan
(1)Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial
yang siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit
dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam
partus set.
(2)Mengenakan baju penutup atau celemek plastik
(3) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku.
Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
megalir dan mengeringkan tangan dengan handuk 1x
pakai/handuk pribadi yang bersih
(4)Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi
(5)Menyiapkan oksitosin 10 unit kedalam spuit (dengan
memakai sarung tangan) dan meletakannya kembali di partus
set tanpa dekontaminasi spuit.
(1) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas
atau kasa yang sudah dibasahi air DTT
(2) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
serviks sudah lengkap (bila ketuban belum pecah maka
lakukan amniotomi)
(3) Mendekontaminasi sarung tangan
(4)Memeriksa DJJ setelah berakhir setiap kontraksi (batas
normal 120-160x/menit)
c) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
(1)Memberitahukan ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik, membantu ibu berada dalam posisi yang
nyaman
(2)Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran
(3)Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
kuat untuk meneran
(1) Jika kepala telah membuka vulva dengan diameter 4-5 cm,
meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk
mengeringkan bayi
(2) Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian dibawah
bokong ibu
(3) Membuka partus set
(4) Memakai sarung tangan steril
e) Memulai meneran
(1) Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan
bantu pilihkan posisi yang nyaman
(2) Jika ibu merasa ingin meneran namun pembukaan belum
lengkap, berikan semangat dan anjurkan ibu untuk
bernafas cepat dan bersabar agar jangan meneran dulu
(3) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin
meneran, bantulah ibu memilih posisi yang nyaman untuk
meneran dan pastikan ibu untuk beristirahat diantara
kontraksi
(4) Jika pembukaan sudah lengkap namun belum ada
dorongan untuk meneran, bantu ibu memilih posisi yang
nyaman dan biarkan berjalan-jalan
(5) Jika ibu tidak merasa ingin meneran setelah pembukaan
meneran pada saat puncak kontraksi, dan lakukan
stimulasi puting susu serta berikan asupan gizi yang cukup
(6)Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit, lakukan rujukan
(kemungkinan CPD, tali pusat pendek)(Varney, 2007).
f) Cara meneran
(1) Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan
alamiahnya selama kontraksi
(2) Jangan menganjurkan untuk menahan nafas selama meneran
(3) Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan segera beristirahat
diantara kontraksi
(4) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin
merasa lebih mudah untuk meneran jika ibu menarik lutut
kearah dada dan menempelkan dagu ke dada
(5) Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran
(6) Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu
kelahiran bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan resiko
distosia bahu dan ruptur uteri
g) Menolong kelahiran bayi
(1) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan
ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat saat kepala
lahir
(2) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi
dengan kain atau kasa bersih
(3) Memeriksa lilian tali pusat dan jika kendurkan lilitan jika
memang terdapat lilitan dan kemudian meneruskan segera
proses kelahiran bayi
(4) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
(5) Tempatkan kedua tangan pada sisi kedua muka bayi.
(6) Menelusurkan tangan mulai dari kepala bayi yang berada
dibagian bawah kearah perienum tangan membiarkan bahu
dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut
(7) Menelusurkan tangan yang berada diatas anterior dari
punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga saat
punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi
dengan hati-hati membantu kelahiran kaki (Manuaba,
h) Penanganan bayi baru lahir
(1) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas
perut ibu dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari
tubuhnya.
(2) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan
bayi kecuali bagian tali pusat.
(3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
pusat/umbilical bayi.
(4) Memegang tali pusat dengan satu tangan smabil melindungi
bayi dari gunting, dan tangan yang lain memotong tali pusat
diantara dua klem tersebut.
(5) Mengganti handuk basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut bersih, menutupi bagian kepala, membiarkan tali
pusat terbuka.
(6) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu
untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya
4) Yang harus diperhatikan pada saat pengeluaran bayi
a) Posisi ibu saat melahirkan bayi
b) Cegah terjadinya laserasi atau trauma
e) Proses melahirkan bahu
f) Proses melahirkan tubuh bayi
g) Mengusap muka, mengeringkan dan rangsang taktil pada
bayi.
h) Memotong tali pusat
5) Kebutuhan Ibu pada Kala II
a) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan
cara:
(1) Mendampingi ibu agar merasa nyaman
(2) Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu
b) Menjaga kebersihan ibu
(1) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi
(2) Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera
dibersihkan
c) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan
atau ketakutan ibu dengan cara
d) Menjaga privasi ibu
(1)Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan
keterlibatan ibu
(2)Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
e) Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan. Posisi
mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum dari
infeksi.
f) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan
berkemih sesesring mungkin.
g) Memberikan cukup minum dan memberi tenaga serta
mencegah dehidrasi.
h) Ibu dipimpin mengedan selama his, anjurkan kepada ibu
untuk mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas,
kemungkinan menyebabkan denyut jantung tidak normal dan
nilai APGAR rendah.
i) Ibu diminta bernafas sebagai kontraksi ketika kepala akan
lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan
mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.
c. Persalinan Kala III
Dimulai dari setelah lahirnya bayi hingga pengeluaran plasenta
dan selaput ketuban yang lamanya 5-30 menit, biasanya
primigravida dan multi gravida berlangsung 6-15 menit (Baety,
2011).
1) Mekanisme pelepasan plasenta
Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi
kecil sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus
karena plasenta tidak elastis seperti uterus dan tidak dapat
berkontrasi atau beretraksi.Pada area pemisahan, bekuan darah
retroplasenta terbentuk.Bekuan darah ini manambah tekanan pada
plasenta dan selanjutnya membantu pemisahan. Kontraksi uterus
yang selanjutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari
uterus dan mendorong plasenta keluar vagina disertai dengan
pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta
(Rohani, 2011)
2) Metode pelepasan plasenta
a) Schultze
Metode yang paling sering terjadi (80%), lepasnya seperti
menutup payung, biasanya perdarahan tidak ada sebelum
plasenta lahir dan banyak setelah plasenta lahir yaitu dimulai
dari bagian tengah terlebih dahulu yang terlepas, kemudian
diikuti bagian lain yang terlepas.
b) Duncan
Lepasnya plasenta dimulai dari bagian pinggir plasenta,
diikuti bagian tengah sampai lahir keseluruhan, kemudian
darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban (Rohani,
2011).
Menurut Rohani (2011), untuk memastikan plasenta sudah
lepas dapat dilakukan pemeriksaan dengan 3 tekhnik yaitu :
a) Kustner
Meletakkan tangan disertai tekanan diatas simfisis, tali pusat
ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berati plasenta belum
lepas, tetapi bila diam atau maju berarti plasenta sudah lepas.
b) Klien
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat
kembali berarti plasenta belum lepas, tetapi bila diam atau
turun berarti plasenta sudah lepas.
c) Strassman
Menegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali
pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, tetapi bila tidak
bergetar berati plasenta sudah lepas
4) Tanda pelepasan plasenta
Menurut Rohani (2011), tanda pelepasan plasenta dibedakan
menjadi:
a) Uterus globuler dan perubahan tinggi fundus
b) Tali pusat bertambah panjang
5) Manajemen aktif kala III
Tujuannya untuk mempersingkat kala III, mengurangi jumlah
kehilangan darah, dan mengurangi kejadian retensio plasenta
dengan pemberian suntikan oksitosin 1 menit pertama setelah
bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, dan
masase fundus uteri (Rohani, 2011).
6) Asuhan Persalinan Kala III
Kesalahan penatalaksanaan kala tiga adalah penyebab utama
perdarahan kala tiga. Kesalahan penatalaksanaan kala tiga dapat
juga menjadi penyebab inversi uterus serta syok yang mengancam
jiwa. (Varney, 2007). Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III
menurut buku Asuhan Persalinan Normal (2008) adalah sebagai
berikut:
a) Pemberian Suntukan Oksitosin
(1) Letakkan bayi baru lahir di atas kain bersih yang telah
disiapkan di perut bawah ibu dan minta ibu atau
pendampingnya untuk membantu memegang bayi
tersebut.
(2) Pastikan tidak ada bayi lain (Undiagnosed twin) di dalam
uterus. Alasan pemberian Oksitosin menyebabkan uterus
berkontraksi yang akan sangat menurunkan pasokan
pada korpus uteri karena dapat terjadi kontraksi tetanik
yang akan menyulitkan pengeluaran plasenta.
(3) Beritahu ibu bahwa akan disuntik. Segera (dalam 1 menit
pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 Unit
IM pada 1/3 paha bagian luar atas (aspektus lateralis).
Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi
dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu
pelepasan plasenta dan mengurangi kehilagan darah.
Aspirasi sebelum penyuntikan akan mencegah
penyuntikan oksitosin ke dalam pembuluh darah.
(4) Penegangan Tali Pusat Terkendali atau PTT (CCT/
Controled Cored Traction). Berdiri di samping ibu,
Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat
kala II) pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan
mencegah avulsi.Letakkan tangan yang lain pada
abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simfisis
pubis.
Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan
menekan uterus pada saat melakukan penegangan pada
dinding abdomen) menekan uterus kee arah lumbal dan
kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati-hati
untuk mencegah terjadinya inversion uteri.Bila plasenta
belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali
(sekitar 2 atau 3 menit berselang) untuk mengulangi
kembali penegangan tali pusat terkendali.Saat mulai
kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur)
tegangkan tali pusat kearah bawah, lakukan tekanan
dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan
korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta
telah lepas dan dapat dilahirkan. Tetapi jika langka 5
diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta
tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya pennegangan
tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan
lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat.
Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu
sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem
lebih dekat ke perenium pada saat tali pusat memanjang.
Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.
Kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali
pusat terkendali dan tekanan dorso-kranial pada korpus
setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari
dinding uterus.Plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk
meneran agar plasenta terdorong keluar melalui introitus
vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar
lantai (mengikuti poros jalan lahir).
Segera melepaskan plasenta yang ttelah terpisah dari
dinding uterus akan mencegah kehilangan darah yang
tidak perlu. Jangan melakukan penegangan tali pusat
tanpa diikuti dengan tekanan dorso cranial secara
serentak pada bagian bawah uterus (diatas simfisis
pubis). Plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan mengangkat tali pusat keatas dan
menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk
diletakkan dalam wadah penampung. Karena selaput
ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan kedua
tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin menjadi satu.
Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan
untuk melahirkan selaput ketuban.
(5)Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat
klem DTT atau steril atau forsep untuk keluarkan selaput
ketuban yang teraba.
(6)Rangsangan Taktil (Masase) Fundus Uteri
Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus
uterus:Jelaskan tindakan kepada ibu, katakana bahwa ibu
mungkin merasa tidak nyaman karena tindakan yang
diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam dan
perlahan serta rileks.
Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah
memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika
uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan
penatalaksanaan atonia uteri.
Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan
keduanya lengkap dan utuh. Periksa kembali uterus setelah
satu hingga dua menit untuk memastikan uterus
berkontraksi. Jika uterus masih belum bisa berkontraksi
dengan baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan
keluarganya cara masase uterus sehingga mampu untuk
segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi dengan
Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selam 1 jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit pada 1 jam
kedua pascapersalinan.
d. Persalinan Kala IV
Setelah plasenta lahir :
1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang
uterus berkontraksi baik dan kuat.
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tengah anda secara
melintang dengan pusat sebagai patokan . umumnya fundus uteri
setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau
episiotomi) perineum
5) Evaluasi keadaan umum ibu (JNPK-KR, 2014).
Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam pasca persalinan :
1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan
darah yang keluar setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap
30 menit selama 1 jam kedua kala empat.
2) Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik
setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selam
3) Pantau temperatur suhu tubuh setiap jam dalam 2 jam pertama
pascapersalinan
4) Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit
setiap 1 jam pertama dan setiap 30 menit jam kedua pada kala
empat.
5) Ajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana menilai kontraksi
uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan
masase uterus jike uterus menjadi lembek
6) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi.
6. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap
kemungkinan terjadinya partus lama (Prawirohardjo, 2013).
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, patograf akan
membantu penolong persalinan untuk:
a. Mencatat kemajuan persalinan
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan.
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan
klinik yang sesuai dan tepat waktu (Prawirohardjo, 2013).
3. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi Baru Lahir (BBL) adalah masa kehidupan pertama diluar
rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang
sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.
Masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem.
Sedangkan beberapa pendapat mengatakan, bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI,
2005).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat
badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan
(Rukiyah, 2009).
sampai dengan usia 28 hari. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7
hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 8-28 hari. (Wafi &
Muslihatun, 2010).
b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir (BBL) merupakan bayi yang berusia 0-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir normal adalah bayi
berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggudan berat
badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).Pada BBL ditemukan ciri-ciri
bayi baru lahir normal diantaranya:
1) Lahir aterm antara 37-40 minggu
2) Berat badan antara 2500-4000 gram
3) Panjang lahir 48-52 cm
4) Lingkar dada 30-38 cm
5) Lingkar kepala 33-35 cm
6) Lingkar lengan 11-12
7) Frekuensi denyut jantung 120-160x/ menit
8) Frekuensi pernapasan 30-60x/ menit
9) Suhu inti normal bayi 36-37 derajat celcius
10) Kulit kemerah-merahan, tipis, halus dan licin karena jaringan
11) Rambut halus atau lanugo menutupi kulit dan banyak terdapat di
bahu, lengan atas dan paha sedangkan rambut kepala biasanya
sudah sempurna.
12) Kuku agak panjang dan lemas
13) Nilai APGAR >7
14) Gerakan aktif
15) Bayi lahir langsung menangis kuat
16) Genetalia:
a) Perempuan : vagina dan uretra yang berlubang, serta labia
mayora menutupi labia minora.
b) Laki-laki : Testis turun pada skrotum, penis berlubang.
17) Sistem Reflex
a) Reflex mengedip
b) Reflex reflex moro
c) Reflex sucking (menghisap dan menelan)
d) Reflex grasping (menggenggam)
e) Reflex walking dan stapping
f) Reflex tonic neck
g) Reflex babinsky
18) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar 24 jam
c. Asuhan Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
selama satu jam pertama pada kelahiran, yaitu :
1) Pencegahan infeksi
2) Penilaian pada bayi baru lahir
3) Pencegahan kehilangan panas
4) Menjaga kehangatan bayi
5) Mengeringkan bayi dengan seksama.
6) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
7) Selimuti bagian kepala bayi
8) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
9) Jangan segera menimbang atau memandikan BBL
10)Memandikan Bayi
11)Tunggu setidaknya enam jam setelah lahir (lebih lama jika bayi
mengalami asfiksia atau hipotermi).
12)Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah
pernafasan atau masalah suhu.
13)Mandikan bayi dengan cepat dengan air yang bersih dan hangat.
14)Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah early initiation atau
permulaan menyusui dini, bayi mulai menyusu sendiri segera setelah
lahir dengan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, kurang
lebih selama satu jam setelah bayi lahir. Tahap-tahap inisiasi menyusu
dini, yaitu :
1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit 1 jam. Dianjurkan agar tetap
melakukan kontak kulit ibu-bayi selama 1 jam pertama kelahirannya
walaupun bayi telah berhasil menghisap puting susu ibu dalam
waktu kurang dari 1 jam.
2) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan IMD
dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta memberi
bantuan jika diperlukan (Nanny, 2010).
e. Mencegah Kehilangan Panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
2) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh leinnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan
membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan
4) Meletakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
bayi menempel didada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada
diantara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari putting
payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di
dada ibu paling sedikit 1 jam.
5) Menghangatkan ibu dan bayidengan selimutdan pakailah topi di
kepala bayi
6) Memberikan selimut untuk tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan
pasang cepat topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengancepat kehilangan
panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
7) Tidak segera melakukan menimbang atau memandikan bayi baru
lahir.
8) Melakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit
bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah
kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain
atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari
selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi
dengan berat pakaian atau selimut. Bayi sebaiknya dimandikan enam
setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat
membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
f. Nasihat untuk merawat Tali Pusat
1) Tidak membungkus puntung tali pusat dan jangan mengoleskan cairan
atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
2) Mengoleskan alkohol atau betadine (terutama jika pemotong tali pusat
tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan, tetapi tidak
diperkenankan apabila alkohol dikompreskan ke tali pusat karena
dapat menyebabkan tali pusat basah/lembab.
3) Melipat popok dibawah puntung tali pusat
4) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT
dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan
kain bersih.
5) Menganjurkan ibu untuk mencari bantuan jika tali pusat menjadi
merah, bernanah atau berdarah atau berbau.
6) Tali pusat biasanya lepas setelah mengalami nekrosis menjadi kering
pada hari keenam sampai hari ke delapan (Prawirohardjo, 2012).
g. Pencegahan Infeksi pada Mata
Salep mata untuk pencegahan infeksi pada mata diberikan setelah 1
jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu, pencegahan infeksi
pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam
setelah kelahiran. Memberikan vitamin K pada Bayi Baru LahirSemua
BBL harus diberikan vitamin K 1 injeksi 1 mg intramuskuler di paha kiri
sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat
defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagai BBL.
h. Tanda-Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
1) Warna abnormal
2) Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau hisapan lemah
3) Kesulitan bernafas
4) Letargi atau bayi terus menerus tidur tanpa bangun untuk makan
5) Suhu bayi dibawah 36,5ºC (Hipotermi) atau diatas 37,5ºC (Febris)
6) Tangis atau perilaku abnormal atau tidak biasa
7) Gangguan gastrointestinal
8) Bagian yang berwarna putih pada mata, berubah menjadi kuning dan
warna kulit juga tampak kuning, kecoklatan atau seperti buah persik
(Varney, 2006).
i. Pemeriksaan fisik
1) Saat bayi berada di klinik
2) Saat kunjungan Tindak Lanjut (KN), yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari,
1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali padaa umur 8-28 hari(JPNK-KR,
j. Tahapan Bayi Baru Lahir
1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu
6 sampai 48 jam setelah bayi lahir
Penatalaksanaan :
a) Mempertahankan suhu tubuh bayi
b) Dilakukan pemeriksaan fisik
c) Memberikan konseling jaga kehangatan, pemberian ASI ekslusif,
d) Memberikan penkes tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu
yaitu pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau lemah hisapan,
kesulitan bernafas yaitu pernafasan cepat >60x/menit atau
menggunakan otot tambahan, Letargi atau bayi terus menerus tidur
tanpa bangun untuk makan, warna kulit abnormal yaitu kulit biru
(sianosis) atau kuning, Suhu-terlalu panas (febris) atau terlalu dingin
(hipotermi), tanda dan perilaku abnormal atau tidak biasa,
Ganggguan gastro internal misalnya tidak bertinja selama 3 hari,
muntah terus-menerus, perut membengkak, tinja hijau tua dan darah
berlendir, Mata bengkak atau mengeluarkan cairan.
e) Melakukan perawatan tali pusat, pertahankan sisa tali pusat dalam
keadaan terbuka agar terkena udara dan dengan kain bersih secara
longgar, lipatlah popok di bawah tali pusat ,Jika tali pusat terkena
kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air bersih dan keringkan dengan
benar.
f) Menggunakan tempat yang hangat dan bersih
g) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan
h) Memberikan Imunisasi HB-0
2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada waktu hari ke-3
sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir
Penatalaksanaan :
b) Menjaga kebersihan bayi
c) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI
d) Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24
jam) dalam 2 minggu pasca persalinan
e) Menjaga keamanan bayi
f) Menjaga suhu tubuh bayi
g) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan Buku KIA
h) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada waktu hari ke-8 sampai
dengan hari ke-28 setelah lahir
Penatalaksanaan :
a) Melakukan pemeriksaan fisik
b) Menjaga kebersihan bayi
c) Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya Bayi baru lahir
d) Memberikan ASI pada bayi harus disusukan minimal 10-15 kali
dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan.
e) Menjaga keamanan bayi
g) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi
baru lahir dirumah dengan menggunakan Buku KIA
h) Memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG
i) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
4. Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa Nifas (Peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
masa nifas berlangsung selama 6 minggu (Saifuddin, 2009).Periode
pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktur
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Ingat bahwa perubahan ini
adalah pada kondisi tidak hamil, bukan kondisi prahamil, seperti yang
sering dikatakan. Kondisi organ prahamil hilang selamanya. Paling
mencolok setelah pertama kali hamil dan melahirkan, tetapi juga pada
setiap kehamilan selanjutnya.Periode ini disebut juga puerperium, dan
wanita yang mengalami puerperium disebut puerpera. Periode
pemulihan pascapartum berlangsung sekitar enam minggu.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. Masa nifas dibagi menjadi 3
periode yaitu :
1) Immediated Puerperium
Keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam
sesudah persalinan (0-24 jam post partum).
2) Early Puerperium
Keadaan yang terjadi pada permulaan puerperium yaitu 1 hari
sesudah melahirkan sampai 7 hari.
3) Later Puerperium
Keadaan setelah satu minggu post partum sampai enam
minggu.
b. Perubahan Fisiologis Nifas
Masa nifas berlangsung selama enam minggu sejak persalinan.
Selama waktu tersebut terdapat perubahan-perubahan yang terjadi
selama kehamilan kembali ke keadaan sebelum hamil, diantaranya :
1) Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, terus yang selama persalinan
mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga
dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas
Vagina lambat laun mencapai ukuran normal pada
minggu ketiga rugea akan mulai nampak kembali.
3) Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat
dengan permukaan yang kasar, dan kira-kira ada sebesar telapak
tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke 2
hanya sebesar 3-4 cm, pada akhir nifas 1-2 cm.
4) Perubahan ligament diagfragma pelvik
Perubahan ini terjadi pada saat melahirkan oleh karena
peregangan ini berangsur-angsur pulih kembali pada waktu 6
minggu.
5) Perubahan traktus urinarius
Pada dinding kandung kemih mengalami oedema sehingga
menyebabkan hyper anemia terkadang sampai terjadi obstruksi
sehingga menekan uretha dan terjadi retensi urin, ini akan pulih
kembali setelah 2 minggu.
6) Laktasi
Perubahan yang terjadi pada mamae yaitu proliperasi
jaringan, kelenjar alveolus, lemak. Pengaruh oksitosin
merangsang kelenjar susu berkontraksi karena rangsangan pada
putting susu.
Cairan yang keluar dari liang senggama pada masa nifas.
Cairan ini dapat berupa darah atau sisa lapisan rahim (Manuaba,
2010). Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan
warnanya, yaitu :
a) Lochea rubra (Kruenta) yaitu 1-3 hari, berwarna merah dan
hitam, terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium, sisa darah.
b) Lochea sanguinolenta yaitu 3-7 hari, berwarna putih
bercampur merah.
c) Lochea serosa yaitu 7-14 hari, berwarna kekuningan.
d) Lochea alba setelah hari ke 14, berwarna putih (Manuaba,
2010).
c. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
Masa nifas seorang ibu akan melakukan beberapa tahap untuk
beradaptasi dengan kehahiran seorang bayi, diantanya :
1) Taking In
a) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan.
b) Ibu baru pada umumnya pasif dan tergantung
c) Perhatiannya tertuju pada tubuhnya.
2) Taking Hold
c) Cenderung menerima nasihat bidan
3) Letting Go
a) Ibu telah sembuh
b) Ibu menerima peran baru
c) Dapat melakukan kegiatan sehari-hari
d) Merasa tanggung jawab terhadap perawatan
d. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus
melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi
baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani
masalah-masalah yang terjadi. Seorang bidan pada saat memberikan asuhan
kepada ibu dalam masa nifas, ada beberapa hal yang harus dilakukan,
akan tetapi pemberian asuhan kebidanan pada ibu masa nifas tergantung
dari kondisi ibu sesuai dengan tahapan perkembangannya antara lain :
1) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan)
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi
dan merawat penyebab lain perdarahan ,rujuk bila perdarahan
berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.
2) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan)
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau: memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat,
memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperhatikan
tanda-tanda penyulit: memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
3) Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan)
4) Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan)
Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami,
memberikan konseling untuk KB secara dini.
e. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1) Nutrisi dan Cairan
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet
berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari , pil zat besi harus di
minum untuk untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
2) Ambulasi
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak
karena merasa letih dan sakit namun ibu harus dibantu turun dari
tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam,
ambulasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena.
Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk membantu menguatkan
otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang
baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau
memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh (Rukiyah, 2011).
Banyaknya keuntungan dari ambulasi dini dikonfirmasikan oleh
sejumlah penelitian yang terkontrol baik. Para wanita yang
menyatakan bahwa mereka merasa lebih baik dan lebih kuat setelah
ambulasi awal. Komplikasi kandung kencing dan konstipasi kurang
sering terjadi. Yang penting, ambulasi dini juga menurunkan banyak
frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas.
3) Eliminasi : BAB/BAK
Diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama
setelah melahirkan, dan kadang-kadang ibu mengalami kesulitan
untuk mengosongkan kandung kemihnya karena merasa sakit,
memar atau gangguan pada tonus otot, ia dapat di bantu untuk duduk
diatas kursi berlubang tempat buang air kecil (commode) juka masih
buang air kecil dengan pispot diatas tempat tidur. Meskipun sedapat
mungkin dihindari, karteterisasi baik dilakukan daripada terjadi
infeksi saluran kemih akibat urin yang tertahan. Faktor-faktor diet
memegang peranan penting dalam memulihkan faal usus, ibu
mungkin memerlukan bantuan untuk memilih jenis makanan yang
tepat dari menunya, ia mungkin pula harus diingatkan mengenai
manfaat ambulasi dini dan meminum cairan tambahan untuk
menghindari konstipasi (Rukiyah, 2011).
4) Kebersihan Diri (Personal Hygiene)
Pada ibu masa nifas sebaiknya anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk daerah
disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang anus.
Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air
kecil dan besar. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang
jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan dibawah sinar
matahari atau disetrika, sarankan ibu untuk memcuci tangan dengan
sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi