11 A. Teori Medis
1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Menurut Saifuddin (2009 : 89) Kehamilan adalah proses yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.
Kehamilan menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam buku Prawirohardjo (2009 : 213) didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
b. Tanda dan Gejala Kehamilan
Tanda-tanda kehamilan menurut Ummi, dkk (2011 : 72) dibagi
menjadi 3 yaitu :
1) Tanda tidak pasti (Presumptive Sign)
Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil. Tanda tidak pasti ini terdiri atas hal-hal berikut :
a) Amenorhoe (terlambat datang bulan)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan.
b) Nause (mual) dan emesis (muntah)
Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness. Enek terjadi umumnya pada bulan-
bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang dengan emesis.
c) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama
kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya
kehamilan.
d) Syncope (Pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat-tempat ramai, biasanya akan hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
e) Kelelahan / fatigue
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal metabolisme pada kehamilan, yang akan meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.
f) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri
Esterogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara, sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu serta pengeluaran kolostrum.
g) Konstipasi/obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus
(tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.
h) Miksi sering
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi dan pada triwulan kedua gejala ini akan berkurang karena uterus membesar keluar dari rongga panggul.
i) Pigmentasi kulit
Disebabkan pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit, dijumpai pada muka (cloasma gravidarum), pada dinding perut (striae livide, striae nigra, linea nigra), dan pada areola mammae.
2) Tanda-tanda kemungkinan hamil
Tanda kemungkinan adalah perubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil. Tanda kemungkinan hamil ini terdiri atas hal-hal berikut :
a) Perut membesar b) Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, konsistensi dari rahim.
c) Tanda Chadwick
Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan
banyak cairan mucus, karena pertambahan dan pelebaran
pembuluh dari warnanya menjadi livid (merah kebiruan) pada vagina dan portio serviks.
d) Tanda Piscaseck
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.
e) Tanda Hegar
Isthmus rahim mengalami hipertrofi dan bertambah panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak.
f) Tanda Goodell
Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak.
g) Tanda Braxton-Hicks
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya aktomiosin di dalam otot uterus.
h) Teraba Ballottement
Ketukan mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
i) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi adanya hormon Human
Chorionic Gonadotropin (hCG) yang diproduksi oleh
sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon ini
disekresi di peredaran darah ibu (pada plasma darah) dan di ekskresi pada urine ibu.
3) Tanda-tanda pasti hamil
Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa.
Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut : a) Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.
b) Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop Laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu.
c) Bagian-bagian janin
Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan
bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat
diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua
(trimester akhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih
sempurna lagi menggunakan USG.
d) Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehamilan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Faktor fisik
Dalam buku Sulistyawati (2009 : 99), faktor fisik yang mempengaruhi kehamilan adalah sebagai berikut :
a) Status kesehatan
Status kesehatan yang dikaji mulai dari ujung kepala sampai dengan kaki.
b) Status gizi
Pemenuhan kebutuhan nurisi yang adekuat sangat mutlak dibutuhkan oleh ibu hamil agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dikandungnya dan persiapan fisik ibu untuk menghadapi persalinan dengan aman serta modal awal untuk menyusui.
c) Gaya hidup
Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup
masyarakat, ternyata masih ada beberapa gaya hidup lain
yang cukup merugikan kesehatan seorang wanita hamil.
Misalnya kebiasaan begadang, bepergian jauh dengan berkendara motor dan lain-lain. Gaya hidup yang seperti ini akan mengganggu kesejahteraan bayi yang di kandungnya karena kebutuhan istirahat mutlak harus dipenuhi.
d) Perokok/Alkoholik
Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan dirinya dan bayinya. Bayi akan kekurangan oksigen dan racun yang dihisap melalui rokok dapat ditransfer lewat plasenta ke dalam tubuh bayi sehingga menimbulkan resiko keguguran, kelahiran prematur, BBLR, bahkan kematian janin.
e) Hamil diluar nikah/kehamilan yang tidak diharapkan Jika kehamilan tidak diharapkan, maka secara otomatis ibu akan sangat membenci kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan dari ibu untuk melakukan hal-hal positif yang dapat meningkatkan kesehatan bayinya.
2) Faktor psikologis
Menurut Pantiwati dan Saryono (2010:88), pada peristiwa
kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya
terjadi perubahan fisiologi tetapi juga terjadi perubahan
psikologis yang memerlukan penyesuaian emosi, pola fikir dan
perilaku yang berlanjut hingga bayi lahir. Latar belakang
munculnya gangguan psikologik atau kejiwaan adalah berbagai ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikoseksual dalam rangka kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan.
3) Faktor lingkungan, sosial dan budaya
Menurut Sulistyawati (2012:103), faktor lingkungan yang mempengaruhi kehamilan, sebagai berikut :
a) Kebiasaan adat istiadat
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana, jangan sampai menyinggung “kearifan lokal” yang sudah berlaku di daerah tersebut.
b) Ekonomi
Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula.
c) Fasilitas kesehatan
Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat
menentukan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi
dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih
tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil.
d. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Wanita Hamil
Pada kehamilan ibu terdapat adaptasi ibu dalam bentuk fisik dan psikologis. Dalam buku Kusmiyati (2008 : 54) berikut ini akan dibahas mengenai perubahan fisik pada ibu hamil pada trimester I, II dan III.
1) Perubahan Fisiologis a) Vagina dan vulva
Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina dan vulva. Akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan. Warna livid pada vagina dan portio servik disebut tanda Chadwick.
b) Servik uteri
Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat.
Akibatnya kadar esterogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi serta meningkatnya suplai darah maka konsistensi serviks menjadi lunak yang disebut tanda Goodell.
c) Uterus
Uterus akan mengalami pembesaran akibat peningkatan
hormon esterogen dan progesteron. Uterus juga akan
mengalami hipertrofi dan hipervaskularisasi akibat dari
perkembangan janin, pertambahan amnion dan perkembangan plasenta.
d) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum gravidatum yang akan mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron.
e) Payudara
Terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat peningkatan hormon esterogen dan progesteron. Selain itu, terjadi peningkatan hormon somatomamotropin untuk produksi ASI sehingga payudara menjadi lebih besar.
f) Sistem endokrin
Perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan terutama akibat produksi estrogen dan progesteron pada plasenta dan juga hormon-hormon yang dikeluarkan oleh janin.
g) Sistem kekebalan
Peningkatan pH sekresi vagina wanita hamil membuat wanita tersebut lebih rentan terhadap infeksi vagina. IgG merupakan imunoglobulin yang dapat menembus plasenta sehingga imunitas pasif akan diperoleh oleh bayi.
Kekebalan ini dapat melindungi bayi dari infeksi
selanjutnya.
h) Sistem perkemihan
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar sehingga sering menimbulkan rasa ingin berkemih.
i) Sistem pencernaan
Perubahan rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan posisi lambung dan aliran balik asam lambung ke esofagus bagian bawah. Produksi asam lambung menurun menyebabkan sering terjadi mual muntah karena pengaruh hormon hCG.
j) Sistem kardiovaskuler
Terjadi gangguan sirkulasi darah akibat pembesaran dan penekanan uterus terutama pada vena pelvis ketika duduk dan vena cava inferior ketika berbaring.
k) Sistem integument
Akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan
progesteron kadar Melanophore Stimulating Hormone
(MSH) juga meningkat sehingga menimbulkan
hiperpigmentasi yang disebut cloasma gravidarum pada
muka, payudara terjadi hiperpigmentasi pada areola
payudara dan puting susu yang menonjol, pada perut linea
nigra dan striae gravidarum (garis-garis hitam).
l) Sistem pernafasan
Karena adanya penurunan tekanan CO
2seorang wanita hamil sering mengeluhkan sesak nafas sehingga meningkatkan usaha bernafas.
m) Sistem muskuloskeletal
Adanya sakit punggung dan ligamen pada kehamilan tua disebabkan meningkatnya pergerakan pelvis akibat pembesaran uterus.
2) Perubahan Psikologis
Menurut Pantiwati dan Saryono (2010:72), perubahan psikologi pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
a) Trimester I (1 – 3 bulan)
Karena tubuh dan emosi seluruhnya berhubungan dengan perubahan fisik dapat mempengaruhi emosi, segera setelah konsepsi progesteron dan estrogen dalam tubuh mulai meningkat. Terjadinya morning sicknes, kelemahan dan perasaan mual lalu ibu biasanya tidak merasa sehat benar dan umumnya mengalami depresi.
b) Trimester II (4 – 6 bulan)
Biasanya lebih menyenangkan, tubuh wanita telah terbiasa
dengan tingkat hormon tinggi. Morning sicknes telah hilang
dan dia telah menerima kehamilannya. Janin masih kecil
dan belum menyebabkan ketidaknyamanan terjadinya
quickening, karena itu ibu merasakan gerakan bayinya
pertama kali. Hal ini menyebabkan calon ibu memiliki dorongan fisik yang besar.
c) Trimester III (7 – 9 bulan)
Ditandai klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran bayi.
Pada bulan ke delapan mungkin terdapat tanda klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran bayi. Pada bulan kedelapan mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi ketika bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah sekitar 2 minggu sebelum melahirkan serta timbul perasaan senang.
e. Kebutuhan fisiologis dan Psikologis pada Wanita Hamil
Kebutuhan fisiologis dan Psikologis pada wanita hamil meliputi : 1) Kebutuhan Fisiologis
Menurut Sulistyawati (2011:107) kebutuhan fisiologis pada wanita hamil adalah sebagai berikut :
a) Diet makanan b) Kebutuhan energi c) Obat-obatan d) Senam hamil
e) Lingkungan yang bersih f) Pakaian
g) Istirahat dan rekreasi
h) Kebersihan tubuh i) Perawatan payudara j) Eliminasi
k) Seksual
l) Sikap tubuh yang baik m) Imunisasi
n) Persiapan persalinan
o) Memantau kesejahteraan janin p) Kunjungan ulang
2) Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikologis pada wanita hamil menurut Pantiwati
dan Saryono (2010:110) adalah support mental. Support mental
adalah bantuan atau dukungan yang diberikan kepada pasien
untuk menyelesaikan masalahnya yang berhubungan dengan
batin dan pikirannya. Alasan diberikan support mental adalah
karena setiap wanita hamil akan mengalami perasaan khawatir
kalau-kalau akan terjadi masalah dalam kehamilannya,
khawatir akan kehilangan kecantikannya dan khawatir ada
kemungkinan bayinya tidak normal. Bidan juga mempunyai
peran dalam memberikan support mental kepada ibu hamil
ketika ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke bidan.
2. Abortus
a. Pengertian Abortus
Menurut Prawirohardjo (2009 : 460) Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Saifuddin (2008 : 145), mendefinisikan bahwa Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
Manuaba (2008 : 58) mengemukakan Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
b. Macam-macam Abortus
Macam-macam abortus dapat dibagi atas dua golongan : 1) Abortus Spontan
Menurut Saifuddin (2008:145), abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Berdasarkan gambaran kliniknya, abortus spontan dapat dibagi menjadi :
a) Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan
dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana
hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
b) Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
c) Abortus Inkomplit adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.
d) Abortus Komplit adalah peristiwa perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari cavum uteri.
e) Abortus Habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih berturut-turut.
f) Missed Abortion adalah kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
g) Abortus Infeksius dan Abortus Septik adalah keguguran
yang disertai infeksi genetalia. Abortus septik adalah
keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman
atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
2) Abortus Provokatus (Induced Abortion)
Manuaba (2007 : 686), mendefinisikan abortus Provokatus merupakan abortus yang disengaja baik dengan memakai obat- obatan atau memakai alat. Abortus ini terbagi menjadi :
a) Abortus Medisinalis
Ialah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan apabila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu.
b) Abortus Kriminalis
Ialah abortus yang terjadi oleh karena tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi - sembunyi oleh tenaga tradisional.
c. Etiologi Abortus
Menurut Yulaikha (2008 : 73), hal-hal yang dapat menyebabkan Abortus adalah sebagai berikut :
1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi yang dapat mengakibatkan kematian dan atau dilahirkannya hasil konsepsi dalam keadaan cacat. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelainan hasil konsepsi adalah :
a) Kelainan kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,
termasuk kromosom seks.
b) Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium yang terdapat di sekitar implantasi kurang sempurna karena belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi akan terganggu. Gizi ibu hamil yang kurang karena anemia dan terlalu pendek jarak kehamilan.
c) Pengaruh dari luar
Radiasi yang mengenai ibu, virus, obat-obatan yang digunakan ibu dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya di dalam uterus.
2) Kelainan pada plasenta
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga plasenta tidak dapat berfungsi. Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada ibu yang menderita Diabetes Melitus, penyakit hipertensi menahun, toxemia gravidarum dan lain- lain.
3) Penyakit ibu
Penyakit infeksi yang dapat menyebabkan demam tinggi,
pneumonia, thypoid, rubella yang dapat menyebabkan Abortus.
Toksin, bakteri, virus/plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi Abortus.
4) Kelainan traktus genitalis
Seperti retroversi uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan
uterus yang dapat menyebabkan abortus. Penyebab lain dari
abortus dalam trimester II adalah servik inkompeten yang
disebabkan kelemahan bawaan servik, dilatasi serviks
berlebihan dan atau robekan serviks yang tidak dijahit.
d. Patofisiologi Abortus
Bagan 2.1. Pathway Abortus (Prawirohardjo, 2008:146)
Kram/nyeri perut bagian bawah Kram/nyeri perut
bagian bawah
- Mula/muntah - Tidak ada janin - Keluar jaringan seperti angur
Belum ekspulsi hasil konsepsi Ekspulsi
sebagian hasil konsepsi
Mola Hidatidosa Abortus
Insipiens Abortus
Inkompletus Perdarahan
Bercak
Sedang hingga masif/Banyak
Serviks tertutup/terbuka Serviks terbuka
TFU sesuai usia Gestasi
TFU < dari masa Gestasi
Sedikit/tanpa nyeri perut bagian
bawah
Intra uteri/
Uterus lunak
Ekstra uteri/
Nyeri goyang portio
Abortus Imminens
KET Abortus
Komplet
TFU sesuai masa Gestasi
TFU > dari masa Gestasi
Evakuasi tatalaksana
Mola Ekspulsi seluruh
hasil konsepsi
Evakuasi Tidak perlu terapi
spesifik kecuali perdarahan
berlanjut Laparotomi
dan parsial salpingektomi Observasi
perdarahan, istirahat, hindarkan coitus
e. Diagnosis Abortus 1) Manifestasi klinis
Diagnosis pada abortus menurut Mansjoer (2008 : 261) dapat ditegakkan sebagi berikut :
a) Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
b) Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
c) Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
d) Rasa mulas atau kram perut di daerah atas sympisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.
e) Pemeriksaan ginekologi
(1) Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.
(2) Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
(3) Pemeriksaan dalam : porsio masih terbuka atau sudah
tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
2) Berdasarkan hasil pemeriksaan, menurut Mansjoer (2008 : 263) dapat ditetapkan diagnosis klinik abortus, yaitu :
a) Abortus Imminens b) Abortus Insipiens c) Abortus Inkomplit d) Abortus komplit e) Abortus habitualis f) Abortus infeksius g) Missed Abortion f. Komplikasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus menurut Sujiyati, dkk (2009 : 30) ialah :
1) Pendarahan
Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa- sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
2) Perforasi
Perforasi uterus pada saat curretage dapat terjadi terutama
pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Perforasi uterus pada
abortus yang dikerjakan oleh orang biasa menimbulkan
persoalan gawat karena perlakuan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.
3) Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (Unsafe Abortion)
4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).
g. Tatalaksana Penanganan Abortus
Bagan 2.2. Penanganan Abortus (Manuaba, 2010 : 292)
3. Abortus Inkompletus
a. Pengertian Abortus Inkompletus
Prawirohardjo (2009 : 469) mendefinisikan bahwa Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.
Komplikasi 1. Perdarahan 2. Infeksi 3. Perforasi 4. keganasan
Kehamilan berlanjut 1. ANC
2. Persalinan aterm
Tindakan definitif 1. Persiapan Infus 2. Transfusi darah 3. Antibiotika 4. Persiapan Kuretage
(dengan Narkosa) 5. Observasi kesadaran dan
komplikasi Tindakan Konservatif
1. Tirah baring 2. Obat
- penenang - antispasme 3. Hormonal
- progesteron - duphaston
- gestanon/parameston 4. Periksa lab penunjang
Abortus Immines 1. Perdarahan 2. Nyeri abdomen 3. Pembukaan serviks
tidak ada
Abortus Insipens 1. Darah bergumpal 2. Nyeri abdomen 3. Pembukaan serviks
sudah ada
Abortus Inkomplitus 1. Darah masih
berkurang
2. Pembukaan seriks masih ada
3. Teraba sisa jaringan ABORTUS
Kontrol ulang seminggu kemudian