• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

11 A. Teori Medis

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Menurut Saifuddin (2009 : 89) Kehamilan adalah proses yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.

Kehamilan menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam buku Prawirohardjo (2009 : 213) didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

b. Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda-tanda kehamilan menurut Ummi, dkk (2011 : 72) dibagi

menjadi 3 yaitu :

(2)

1) Tanda tidak pasti (Presumptive Sign)

Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil. Tanda tidak pasti ini terdiri atas hal-hal berikut :

a) Amenorhoe (terlambat datang bulan)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan.

b) Nause (mual) dan emesis (muntah)

Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness. Enek terjadi umumnya pada bulan-

bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang dengan emesis.

c) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)

Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama

kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya

kehamilan.

(3)

d) Syncope (Pingsan)

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat-tempat ramai, biasanya akan hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

e) Kelelahan / fatigue

Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal metabolisme pada kehamilan, yang akan meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.

f) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri

Esterogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara, sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu serta pengeluaran kolostrum.

g) Konstipasi/obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus

(tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.

(4)

h) Miksi sering

Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi dan pada triwulan kedua gejala ini akan berkurang karena uterus membesar keluar dari rongga panggul.

i) Pigmentasi kulit

Disebabkan pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit, dijumpai pada muka (cloasma gravidarum), pada dinding perut (striae livide, striae nigra, linea nigra), dan pada areola mammae.

2) Tanda-tanda kemungkinan hamil

Tanda kemungkinan adalah perubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil. Tanda kemungkinan hamil ini terdiri atas hal-hal berikut :

a) Perut membesar b) Uterus membesar

Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, konsistensi dari rahim.

c) Tanda Chadwick

Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan

banyak cairan mucus, karena pertambahan dan pelebaran

(5)

pembuluh dari warnanya menjadi livid (merah kebiruan) pada vagina dan portio serviks.

d) Tanda Piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.

e) Tanda Hegar

Isthmus rahim mengalami hipertrofi dan bertambah panjang, sehingga bila diraba terasa lebih lunak.

f) Tanda Goodell

Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak.

g) Tanda Braxton-Hicks

Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya aktomiosin di dalam otot uterus.

h) Teraba Ballottement

Ketukan mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.

i) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif

Pemeriksaan ini untuk mendeteksi adanya hormon Human

Chorionic Gonadotropin (hCG) yang diproduksi oleh

sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon ini

(6)

disekresi di peredaran darah ibu (pada plasma darah) dan di ekskresi pada urine ibu.

3) Tanda-tanda pasti hamil

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa.

Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut : a) Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.

b) Denyut jantung janin

Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop Laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu.

c) Bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan

bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat

diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua

(trimester akhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih

sempurna lagi menggunakan USG.

(7)

d) Kerangka janin

Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehamilan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu :

1) Faktor fisik

Dalam buku Sulistyawati (2009 : 99), faktor fisik yang mempengaruhi kehamilan adalah sebagai berikut :

a) Status kesehatan

Status kesehatan yang dikaji mulai dari ujung kepala sampai dengan kaki.

b) Status gizi

Pemenuhan kebutuhan nurisi yang adekuat sangat mutlak dibutuhkan oleh ibu hamil agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dikandungnya dan persiapan fisik ibu untuk menghadapi persalinan dengan aman serta modal awal untuk menyusui.

c) Gaya hidup

Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup

masyarakat, ternyata masih ada beberapa gaya hidup lain

yang cukup merugikan kesehatan seorang wanita hamil.

(8)

Misalnya kebiasaan begadang, bepergian jauh dengan berkendara motor dan lain-lain. Gaya hidup yang seperti ini akan mengganggu kesejahteraan bayi yang di kandungnya karena kebutuhan istirahat mutlak harus dipenuhi.

d) Perokok/Alkoholik

Ibu hamil yang merokok akan sangat merugikan dirinya dan bayinya. Bayi akan kekurangan oksigen dan racun yang dihisap melalui rokok dapat ditransfer lewat plasenta ke dalam tubuh bayi sehingga menimbulkan resiko keguguran, kelahiran prematur, BBLR, bahkan kematian janin.

e) Hamil diluar nikah/kehamilan yang tidak diharapkan Jika kehamilan tidak diharapkan, maka secara otomatis ibu akan sangat membenci kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan dari ibu untuk melakukan hal-hal positif yang dapat meningkatkan kesehatan bayinya.

2) Faktor psikologis

Menurut Pantiwati dan Saryono (2010:88), pada peristiwa

kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya

terjadi perubahan fisiologi tetapi juga terjadi perubahan

psikologis yang memerlukan penyesuaian emosi, pola fikir dan

perilaku yang berlanjut hingga bayi lahir. Latar belakang

(9)

munculnya gangguan psikologik atau kejiwaan adalah berbagai ketidakmatangan dalam perkembangan emosional dan psikoseksual dalam rangka kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan.

3) Faktor lingkungan, sosial dan budaya

Menurut Sulistyawati (2012:103), faktor lingkungan yang mempengaruhi kehamilan, sebagai berikut :

a) Kebiasaan adat istiadat

Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana, jangan sampai menyinggung “kearifan lokal” yang sudah berlaku di daerah tersebut.

b) Ekonomi

Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula.

c) Fasilitas kesehatan

Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat

menentukan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi

dini terhadap kemungkinan adanya penyulit akan lebih

tepat, sehingga langkah antisipatif akan lebih cepat diambil.

(10)

d. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada Wanita Hamil

Pada kehamilan ibu terdapat adaptasi ibu dalam bentuk fisik dan psikologis. Dalam buku Kusmiyati (2008 : 54) berikut ini akan dibahas mengenai perubahan fisik pada ibu hamil pada trimester I, II dan III.

1) Perubahan Fisiologis a) Vagina dan vulva

Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina dan vulva. Akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan. Warna livid pada vagina dan portio servik disebut tanda Chadwick.

b) Servik uteri

Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat.

Akibatnya kadar esterogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi serta meningkatnya suplai darah maka konsistensi serviks menjadi lunak yang disebut tanda Goodell.

c) Uterus

Uterus akan mengalami pembesaran akibat peningkatan

hormon esterogen dan progesteron. Uterus juga akan

mengalami hipertrofi dan hipervaskularisasi akibat dari

(11)

perkembangan janin, pertambahan amnion dan perkembangan plasenta.

d) Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum gravidatum yang akan mengeluarkan hormon estrogen dan

progesteron.

e) Payudara

Terjadi hipervaskularisasi pembuluh darah akibat peningkatan hormon esterogen dan progesteron. Selain itu, terjadi peningkatan hormon somatomamotropin untuk produksi ASI sehingga payudara menjadi lebih besar.

f) Sistem endokrin

Perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan terutama akibat produksi estrogen dan progesteron pada plasenta dan juga hormon-hormon yang dikeluarkan oleh janin.

g) Sistem kekebalan

Peningkatan pH sekresi vagina wanita hamil membuat wanita tersebut lebih rentan terhadap infeksi vagina. IgG merupakan imunoglobulin yang dapat menembus plasenta sehingga imunitas pasif akan diperoleh oleh bayi.

Kekebalan ini dapat melindungi bayi dari infeksi

selanjutnya.

(12)

h) Sistem perkemihan

Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar sehingga sering menimbulkan rasa ingin berkemih.

i) Sistem pencernaan

Perubahan rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan posisi lambung dan aliran balik asam lambung ke esofagus bagian bawah. Produksi asam lambung menurun menyebabkan sering terjadi mual muntah karena pengaruh hormon hCG.

j) Sistem kardiovaskuler

Terjadi gangguan sirkulasi darah akibat pembesaran dan penekanan uterus terutama pada vena pelvis ketika duduk dan vena cava inferior ketika berbaring.

k) Sistem integument

Akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan

progesteron kadar Melanophore Stimulating Hormone

(MSH) juga meningkat sehingga menimbulkan

hiperpigmentasi yang disebut cloasma gravidarum pada

muka, payudara terjadi hiperpigmentasi pada areola

payudara dan puting susu yang menonjol, pada perut linea

nigra dan striae gravidarum (garis-garis hitam).

(13)

l) Sistem pernafasan

Karena adanya penurunan tekanan CO

2

seorang wanita hamil sering mengeluhkan sesak nafas sehingga meningkatkan usaha bernafas.

m) Sistem muskuloskeletal

Adanya sakit punggung dan ligamen pada kehamilan tua disebabkan meningkatnya pergerakan pelvis akibat pembesaran uterus.

2) Perubahan Psikologis

Menurut Pantiwati dan Saryono (2010:72), perubahan psikologi pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

a) Trimester I (1 – 3 bulan)

Karena tubuh dan emosi seluruhnya berhubungan dengan perubahan fisik dapat mempengaruhi emosi, segera setelah konsepsi progesteron dan estrogen dalam tubuh mulai meningkat. Terjadinya morning sicknes, kelemahan dan perasaan mual lalu ibu biasanya tidak merasa sehat benar dan umumnya mengalami depresi.

b) Trimester II (4 – 6 bulan)

Biasanya lebih menyenangkan, tubuh wanita telah terbiasa

dengan tingkat hormon tinggi. Morning sicknes telah hilang

dan dia telah menerima kehamilannya. Janin masih kecil

dan belum menyebabkan ketidaknyamanan terjadinya

(14)

quickening, karena itu ibu merasakan gerakan bayinya

pertama kali. Hal ini menyebabkan calon ibu memiliki dorongan fisik yang besar.

c) Trimester III (7 – 9 bulan)

Ditandai klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran bayi.

Pada bulan ke delapan mungkin terdapat tanda klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran bayi. Pada bulan kedelapan mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi ketika bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah sekitar 2 minggu sebelum melahirkan serta timbul perasaan senang.

e. Kebutuhan fisiologis dan Psikologis pada Wanita Hamil

Kebutuhan fisiologis dan Psikologis pada wanita hamil meliputi : 1) Kebutuhan Fisiologis

Menurut Sulistyawati (2011:107) kebutuhan fisiologis pada wanita hamil adalah sebagai berikut :

a) Diet makanan b) Kebutuhan energi c) Obat-obatan d) Senam hamil

e) Lingkungan yang bersih f) Pakaian

g) Istirahat dan rekreasi

(15)

h) Kebersihan tubuh i) Perawatan payudara j) Eliminasi

k) Seksual

l) Sikap tubuh yang baik m) Imunisasi

n) Persiapan persalinan

o) Memantau kesejahteraan janin p) Kunjungan ulang

2) Kebutuhan Psikologis

Kebutuhan psikologis pada wanita hamil menurut Pantiwati

dan Saryono (2010:110) adalah support mental. Support mental

adalah bantuan atau dukungan yang diberikan kepada pasien

untuk menyelesaikan masalahnya yang berhubungan dengan

batin dan pikirannya. Alasan diberikan support mental adalah

karena setiap wanita hamil akan mengalami perasaan khawatir

kalau-kalau akan terjadi masalah dalam kehamilannya,

khawatir akan kehilangan kecantikannya dan khawatir ada

kemungkinan bayinya tidak normal. Bidan juga mempunyai

peran dalam memberikan support mental kepada ibu hamil

ketika ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke bidan.

(16)

2. Abortus

a. Pengertian Abortus

Menurut Prawirohardjo (2009 : 460) Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.

Saifuddin (2008 : 145), mendefinisikan bahwa Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.

Manuaba (2008 : 58) mengemukakan Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan dengan berat kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.

b. Macam-macam Abortus

Macam-macam abortus dapat dibagi atas dua golongan : 1) Abortus Spontan

Menurut Saifuddin (2008:145), abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.

Berdasarkan gambaran kliniknya, abortus spontan dapat dibagi menjadi :

a) Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan

dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana

(17)

hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.

b) Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

c) Abortus Inkomplit adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.

d) Abortus Komplit adalah peristiwa perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari cavum uteri.

e) Abortus Habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih berturut-turut.

f) Missed Abortion adalah kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

g) Abortus Infeksius dan Abortus Septik adalah keguguran

yang disertai infeksi genetalia. Abortus septik adalah

keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman

atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum.

(18)

2) Abortus Provokatus (Induced Abortion)

Manuaba (2007 : 686), mendefinisikan abortus Provokatus merupakan abortus yang disengaja baik dengan memakai obat- obatan atau memakai alat. Abortus ini terbagi menjadi :

a) Abortus Medisinalis

Ialah karena tindakan kita sendiri, dengan alasan apabila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu.

b) Abortus Kriminalis

Ialah abortus yang terjadi oleh karena tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi - sembunyi oleh tenaga tradisional.

c. Etiologi Abortus

Menurut Yulaikha (2008 : 73), hal-hal yang dapat menyebabkan Abortus adalah sebagai berikut :

1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi yang dapat mengakibatkan kematian dan atau dilahirkannya hasil konsepsi dalam keadaan cacat. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelainan hasil konsepsi adalah :

a) Kelainan kromosom

Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,

termasuk kromosom seks.

(19)

b) Lingkungan kurang sempurna

Bila lingkungan di endometrium yang terdapat di sekitar implantasi kurang sempurna karena belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi akan terganggu. Gizi ibu hamil yang kurang karena anemia dan terlalu pendek jarak kehamilan.

c) Pengaruh dari luar

Radiasi yang mengenai ibu, virus, obat-obatan yang digunakan ibu dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya di dalam uterus.

2) Kelainan pada plasenta

Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga plasenta tidak dapat berfungsi. Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada ibu yang menderita Diabetes Melitus, penyakit hipertensi menahun, toxemia gravidarum dan lain- lain.

3) Penyakit ibu

Penyakit infeksi yang dapat menyebabkan demam tinggi,

pneumonia, thypoid, rubella yang dapat menyebabkan Abortus.

(20)

Toksin, bakteri, virus/plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi Abortus.

4) Kelainan traktus genitalis

Seperti retroversi uteri, mioma uteri atau kelainan bawaan

uterus yang dapat menyebabkan abortus. Penyebab lain dari

abortus dalam trimester II adalah servik inkompeten yang

disebabkan kelemahan bawaan servik, dilatasi serviks

berlebihan dan atau robekan serviks yang tidak dijahit.

(21)

d. Patofisiologi Abortus

Bagan 2.1. Pathway Abortus (Prawirohardjo, 2008:146)

Kram/nyeri perut bagian bawah Kram/nyeri perut

bagian bawah

- Mula/muntah - Tidak ada janin - Keluar jaringan seperti angur

Belum ekspulsi hasil konsepsi Ekspulsi

sebagian hasil konsepsi

Mola Hidatidosa Abortus

Insipiens Abortus

Inkompletus Perdarahan

 Bercak

 Sedang hingga masif/Banyak

Serviks tertutup/terbuka Serviks terbuka

TFU sesuai usia Gestasi

TFU < dari masa Gestasi

Sedikit/tanpa nyeri perut bagian

bawah

Intra uteri/

Uterus lunak

Ekstra uteri/

Nyeri goyang portio

Abortus Imminens

KET Abortus

Komplet

TFU sesuai masa Gestasi

TFU > dari masa Gestasi

Evakuasi tatalaksana

Mola Ekspulsi seluruh

hasil konsepsi

Evakuasi Tidak perlu terapi

spesifik kecuali perdarahan

berlanjut Laparotomi

dan parsial salpingektomi Observasi

perdarahan, istirahat, hindarkan coitus

(22)

e. Diagnosis Abortus 1) Manifestasi klinis

Diagnosis pada abortus menurut Mansjoer (2008 : 261) dapat ditegakkan sebagi berikut :

a) Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

b) Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

c) Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.

d) Rasa mulas atau kram perut di daerah atas sympisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.

e) Pemeriksaan ginekologi

(1) Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.

(2) Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.

(3) Pemeriksaan dalam : porsio masih terbuka atau sudah

tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri,

(23)

besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

2) Berdasarkan hasil pemeriksaan, menurut Mansjoer (2008 : 263) dapat ditetapkan diagnosis klinik abortus, yaitu :

a) Abortus Imminens b) Abortus Insipiens c) Abortus Inkomplit d) Abortus komplit e) Abortus habitualis f) Abortus infeksius g) Missed Abortion f. Komplikasi Abortus

Komplikasi yang berbahaya pada abortus menurut Sujiyati, dkk (2009 : 30) ialah :

1) Pendarahan

Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa- sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.

2) Perforasi

Perforasi uterus pada saat curretage dapat terjadi terutama

pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Perforasi uterus pada

abortus yang dikerjakan oleh orang biasa menimbulkan

(24)

persoalan gawat karena perlakuan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.

3) Infeksi

Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi biasanya didapatkan pada abortus inkomplet yang berkaitan erat dengan suatu abortus yang tidak aman (Unsafe Abortion)

4) Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok

hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

(25)

g. Tatalaksana Penanganan Abortus

Bagan 2.2. Penanganan Abortus (Manuaba, 2010 : 292)

3. Abortus Inkompletus

a. Pengertian Abortus Inkompletus

Prawirohardjo (2009 : 469) mendefinisikan bahwa Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa tertinggal di dalam uterus.

Komplikasi 1. Perdarahan 2. Infeksi 3. Perforasi 4. keganasan

Kehamilan berlanjut 1. ANC

2. Persalinan aterm

Tindakan definitif 1. Persiapan Infus 2. Transfusi darah 3. Antibiotika 4. Persiapan Kuretage

(dengan Narkosa) 5. Observasi kesadaran dan

komplikasi Tindakan Konservatif

1. Tirah baring 2. Obat

- penenang - antispasme 3. Hormonal

- progesteron - duphaston

- gestanon/parameston 4. Periksa lab penunjang

Abortus Immines 1. Perdarahan 2. Nyeri abdomen 3. Pembukaan serviks

tidak ada

Abortus Insipens 1. Darah bergumpal 2. Nyeri abdomen 3. Pembukaan serviks

sudah ada

Abortus Inkomplitus 1. Darah masih

berkurang

2. Pembukaan seriks masih ada

3. Teraba sisa jaringan ABORTUS

Kontrol ulang seminggu kemudian

(26)

Sastrawinata, dkk (2004 : 5) mengemukakan, Abortus Inkompletus (keguguran tidak lengkap) adalah sebagian dari buah

kehamilan telah dilahirkan, tetapi sebagian (biasanya plasenta) masih tertinggal didalam rahim, ostium terbuka dan teraba jaringan.

Menurut Mansjoer (2008 : 263) Abortus incomplit ialah bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus.

b. Diagnosis Abortus Inkompletus

Diagnosis Abortus Inkomplitus menurut Manuaba (2008 : 60) dapat ditegakkan antara lain :

1) Tanda-tanda hamil muda atau amenore 2) Kram perut bagian bawah

3) Perdarahan sedang hingga banyak dari jalan lahir 4) Teraba sisa jaringan hasil konsepsi

5) Ostium uteri terbuka

6) Tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan c. Diagnosis Banding Abortus Inkompletus

Diagnosis banding pada Abortus Inkomplitus menurut Benson dan Pernoll (2008:298) yaitu kehamilan ektopik dibedakan dari abortus spontan dengan adanya tanda dan gejala tambahan berupa nyeri pelvis unilateral atau nyeri pada massa adneksa.

Dismenore membranosa mungkin sangat mirip dengan abortus

spontan, tetapi tidak ada desidua dan villi pada silinder

endometrium dan uji kehamilan negatif. Hiperestrogenisme dapat

(27)

menyebabkan endometrium berproliferasi hebat dengan gejala kram dan perdarahan. Mola hidatidosa biasanya berakhir dengan abortus (<5 bulan) tetapi ditandai dengan kadar hCG yang sangat tinggi dan tidak adanya janin.

d. Penanganan Abortus Inkompletus

Menurut Saifuddin (2002 : M-13) penanganan abortus Inkomplitus adalah sebagai berikut:

1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral.

2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan :

a) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia.

b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri

ergometrin 0,2 mg IM atau Misoprostol 400 mg per oral

(dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu).

(28)

3) Jika kehamilan lebih dari 6 minggu :

a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.

b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mg)

c) Evakuasi hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

e. Perawatan Pasca Tindakan Abortus Inkompletus

Azhari (2002 : 9) mengatakan bahwa semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan, memerlukan asuhan pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:

1) Tindakan pengobatan abortus inkomplit dengan segala kemungkinan komplikasinya, meliputi :

a) Membuat diagnosis abortus inkomplit

b) Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan rencana pengobatan.

c) Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.

d) Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah tindakan.

e) Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.

2) Konseling dan pelayanan kontrasepsi pascakeguguran.

(29)

Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pasca abortus. Kasdu (2005 : 7) mengatakan bahwa wanita yang mengalami abortus diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan kemudian. Untuk itu pelayanan kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan Asuhan Pascakeguguran. Secara praktek hampir semua jenis kontrasepsi dapat dipakai pasca abortus.

3) Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu

Kejadian abortus hendaknya dijadikan kesempatan untuk memperhatikan segi lain dari Kesehatan Reproduksi. Misalnya masalah Penyakit Menular Seksual (PMS) dan skrining kanker ginekologik termasuk kanker payudara .

f. Elemen dasar dalam Asuhan Pasca Keguguran

Menurut Azhari (2002 : 7) ada tiga (3) elemen dasar dalam Asuhan Pasca keguguran yaitu:

1) Penatalaksanaan komplikasi abortus.

2) Pelayanan KB pascakeguguran termasuk konseling dan pelayanan kontrasepsi.

3) Asuhan pascakeguguran terintegrasi dengan pelayanan kegawatdaruratan dan kesehatan reproduksi termasuk KIE.

B. Teori Manajemen Kebidanan

Varney (2004 : 58) mendefinisikan bahwa manajemen kebidanan

merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan pemecahan masalah

(30)

yang digunakan oleh bidan dalam pemecahan masalah klien. Penulis menerapkan manajemen kebidanan yang telah dikembangkan Varney terdiri dari : Pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, rencana tindakan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Berikut penerapan manajemen kebidanan Varney dalam kasus ibu hamil dengan abortus Inkomplitus.

1. Langkah I : Pengkajian

Pengkajian dalam buku Ummi, dkk (2010 : 86) didefinisikan sebagai langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Data-data yang dikumpulkan antara lain sebagai berikut : a. Data Subyektif

Hidayat dan Mufdillah (2008:74) mengemukakan bahwa data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi data kejadian, yang meliputi :

1) Identitas Klien

Menurut Varney (2004 : 59) identitas klien meliputi : nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

2) Keluhan utama

Keluhan utama menurut Sulistyawati (2012 : 167) dikaji

untuk mengetahui tanda dan gejala yang berhubungan dengan

Abortus Inkomplitus dan untuk keperluan penegakkan

(31)

diagnosa dari Abortus Inkomplitus. Adapun keluhan yang berhubungan dengan Abortus Inkomplitus adalah kram pada perut bagian bawah dan perdarahan sedang hingga banyak yang keluar dari jalan lahir.

3) Riwayat penyakit

a) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang dalam buku Ummi, dkk (2010 : 87) yaitu untuk mengetahui penyakit yang di derita ibu sekarang ini atau untuk mengetahui penyakit lain yang bisa memperberat keadaan ibu.

b) Riwayat kesehatan yang lalu

Menurut Wiknjosastro (2008 : 133) riwayat kesehatan yang lalu perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah mempunyai riwayat penyakit jantung, asma, ginjal, TB paru, hipertensi dan DM pada kesehatan yang lalu.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Salmah, dkk (2005 : 134) mengemukakan bahwa riwayat

kesehatan keluarga dikaji untuk mengetahui keadaan

keluarga yang dapat menjadi faktor penyebab abortus

Inkomplitus yaitu penyakit keturunan seperti DM dan

Hipertensi.

(32)

4) Riwayat menstruasi

Menurut Wiknjosastro (2008 : 133) riwayat menstruasi dikaji untuk mengetahui menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyaknya darah yang keluar saat haid, lamanya haid, disertai nyeri atau tidak dan tanyakan tanggal haid yang masih normal atau hari pertama haid terakhir untuk mengetahui usia kehamilan.

5) Riwayat pernikahan

Sulistyawati (2012 : 169) mengemukakan bahwa riwayat pernikahan perlu dikaji untuk mengetahui status perkawinan, jika menikah, apakah ini pernikahannya yang pertama, apakah pernikahannya “bahagia”, jika belum menikah apakah terdapat hubungan yang sifatnya mendukung.

6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu a) Riwayat kehamilan

Menurut Wiknjosastro (2008 : 133) riwayat kehamilan perlu dikaji untuk mengetahui sebelumnya pernah hamil atau belum, hasil akhir yang terjadi, komplikasi muncul atau tidak dan intervensi dilakukan atau tidak.

b) Riwayat persalinan

Dalam buku Wiknjosastro (2008 : 133) riwayat

persalinan dikaji untuk mengetahui persalinan spontan

atau buatan, lahir aterm, preterm, atau post term, ada

(33)

perdarahan waktu persalinan atau tidak, ditolong siapa, dan dimana tempat persalinan.

c) Riwayat nifas

Menurut Wiknjosastro (2005 : 133) mengkaji riwayat nifas untuk mengetahui apakah pernah mengalami perdarahan dan infeksi, bagaimana proses laktasi dan apakah ada jahitan pada perineum.

d) Riwayat anak

Dalam buku Wheeler (2004 : 10) perlunya mengkaji riwayat anak yaitu untuk mengetahui jenis kelamin, jumlah anak, hidup atau mati, berat badan waktu lahir dan komplikasi yang terjadi pada bayi.

7) Riwayat kehamilan sekarang

Menurut Pantiwati dan Saryono (2010:115) riwayat kehamilan sekarang pada ibu hamil meliputi :

a) Gravida/Para

b) Hari pertama haid terakhir (HPHT), dapat digunakan untuk mengetahui umur kehamilan.

c) Hari Perkiraan lahir (HPL), dapat digunakan untuk menentukan hari perkiraan lahir.

d) Ante Natal Care/ANC, dapat digunakan untuk

mengetahui riwayat ANC teratur/tidak, sejak hamil

berapa minggu, tempat ANC dimana dan untuk

(34)

mengetahui riwayat kehamilannya, Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) sudah/belum, kapan dan sudah berapa kali.

e) Keluhan, digunakan untuk mengetahui keluhan selama hamil.

8) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari a) Pola Nutrisi

Sulistyawati (2012 : 169) mengemukakan pola nutrisi dikaji untuk menanyakan ibu hamil apakah menjalani diet khusus, bagaimana nafsu makannya, jumlah makanan dan minuman atau cairan yang masuk.

b) Pola Eliminasi

Menurut Mufdillah (2009 : 13) pola eliminasi dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAB dan BAK, adakah kaitannya dengan obstipasi atau tidak.

c) Pola aktifitas dan istirahat

Menurut Mufdillah (2009 : 13) pengkajian pada pola

aktifitas dan istirahat yaitu untuk mengetahui aktifitas

ibu berlebihan atau tidak, adakah trauma atau kecelakaan

kerja yang dialami ibu hamil karena hal ini dapat

menyebabkan Abortus. Berapa jam ibu tidur siang dan

malam.

(35)

d) Personal Hygiene

Personal hygiene menurut Sulistyawati (2012 : 171) perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana klien menjaga kebersihan dirinya terutama daerah genetalia, karena jika kebersihan genetalia kurang dapat memicu terjadinya infeksi. Infeksi mikroplasma pada tracture genetalis dapat menyebabkan Abortus.

e) Pola seksual

Hidayat (2006 : 43) mengemukakan bahwa pola seksual dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan suami isteri dalam seminggu.

9) Riwayat keluarga berencana

Menurut Varney (2004 : 75) riwayat keluarga berencana dikaji untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil pernah menggunakan KB atau belum, berapa tahun dan jenis apa yang digunakan.

10) Data psikososial

Ambarwati (2008 : 137) mengatakan bahwa data psikososial dikaji untuk mengetahui respons ibu dan keluarga terhadap bayinya.

11) Kebiasaan sosial budaya

Menurut Ambarwati (2008 : 138) kebiasaan sosial budaya

perlu dikaji untuk mengetahui klien dan keluarga menganut

(36)

adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan klien khususnya pada masa hamil, misalnya pada kebiasaan pantangan makanan.

b. Data Obyektif

Menurut Nursalam (2003 : 79), data obyektif adalah data yang dapat diobservasi atau diukur, meliputi :

1) Status generalis

Untuk mengetahui keadaan baik yang normal maupun yang menunjukkan kelainan, meliputi :

a) Keadaan umum

Keadaan umum menurut sulistyawati (2012 : 174) untuk mengetahui keadaan umum pasien apakah baik/cemas atau cukup/jelek.

b) Kesadaran

Menurut Sulistyawati (2012 : 174) kesadaran dikaji untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai dari composmentis, apatis, samnollen, sopor, koma atau dellirium.

c) Tekanan darah

Dalam buku Ummi, dkk (2010 : 91) tekanan darah dikaji

untuk mengetahui faktor resiko hipertensi/hipotensi

dengan satuannya mmHg. Tekanan darah normal 100/80

– 120/80 mmHg.

(37)

d) Suhu

Hidayat dan Uliyah (2011 : 116) mengatakan mengkaji suhu untuk mengetahui tanda-tanda infeksi, karena adanya sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam uterus, maka terjadi nekrosis dan membusuk sehingga menimbulkan infeksi pada desidua yang dapat menyebabkan suhu tubuh meningkat, batas normal 35,6- 37,6

0

C.

e) Nadi

Menurut Hidayat dan Uliyah (2011 : 113), nadi dikaji untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung selama 1 menit, batas normalnya 60-80 x/menit.

f) Respirasi

Hidayat dan Uliyah (2011 : 115) mengemukakan bahwa respirasi dikaji untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung selama 1 menit, batas normalnya 18-24 x/menit.

g) Tinggi badan

Dalam buku Ummi, dkk (2010 : 91) tinggi badan di ukur

untuk mengetahui tinggi badan ibu kurang dari 145 cm

atau tidak, dan termasuk resiko tinggi atau tidak.

(38)

h) Berat badan

Wiknjosastro (2005 : 134) mengemukakan bahwa Berat badan diukur untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan klien selama hamil, penambahan berat badan rata- rata 0,3-0,5 kg/minggu, tetapi nilai normal untuk pertambahan berat badan selama hamil 9-12 Kg.

i) Lingkar lengan atas

Wiknjosastro (2005 : 134) mengatakan, lingkar lengan atas diukur untuk mengetahui lingkar lengan ibu 23,5 cm atau tidak, dan termasuk resiko tinggi atau tidak.

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang perlu dikaji menurut Wiknjosastro (2005 : 125) adalah sebagai berikut :

a) Kepala (1) Rambut

(2) Muka

(3) Mata

(4) Hidung

:

:

:

:

untuk mengetahui kebersihan rambut, warna, kelebatan, rontok/

tidak.

dikaji apakah ada cloasma/tidak, pucat/tidak, adakah oedem

conjungtiva merah/tidak, pucat/

tidak, sklera ikterik/tidak.

untuk mengetahui ada tidaknya

polip, ada kelainan atau tidak.

(39)

(5) Telinga

(6) Mulut dan gigi

b) Leher

c) Dada dan Axilla (1) Mammae

(2) Axilla

d) Ekstremitas

:

:

:

:

:

:

apakah ada kelainan, ada serumen atau tidak.

apakah ada caries/tidak, mulut bersih atau kotor, lidah stomatitis atau tidak.

untuk mengetahui apakah terdapat penonjolan terutama pada kelenjar tyroid yang berhubungan dengan

kejadian abortus, hipertyroid juga dapat menyebabkan abortus

adakah benjolan pada payudara atau tidak, ada pembesaran atau tidak, ada tumor atau tidak, simetris atau tidak, areola hiper- pigmentasi atau tidak, puting susu menonjol atau tidak, kolostrum sudah keluar atau belum.

untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe pada ketiak dan adakah nyeri tekan.

apakah oedem atau tidak, terdapat

(40)

varises atau tidak, reflek patella positif atau negatif.

3) Pemeriksaan Khusus Obstetri

Pemeriksan khusus pada ibu hamil meliputi : a) Abdomen

(1) Inspeksi

Inspeksi menurut Salmah (2006 : 140), yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat atau observasi langsung. Bidan dapat mengobservasi gerakan janin dan perubahan kulit pada abdomen, linea dan strie belum terlihat pada kehamilan muda.

(2) Palpasi

Menurut Saminem (2008 : 11), Cara pemeriksaan

yang umum digunakan adalah cara Leopold yang

dibagi dalam 4 tahap. Persiapan pemeriksaan

Leopold, meliputi : klien tidur terlentang, membuka

baju seperlunya pada bagian perut yang akan

diperiksa, posisi uterus ditengahkan dengan

menggunakan kedua tangan sehingga tinggi fundus

uteri dapat ditentukan. Pada pemeriksaan Leopold I,

II, dan III pemeriksa menghadap ke arah muka ibu

dan kaedua lutut klien ditekuk.

(41)

Leopold I

Leopold II

Leopold III

Leopold IV :

:

:

:

untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian yang terdapat di fundus.

untuk menentukan punggung janin dan bagian kecil janin.

untuk menentukan bagian yang terletak dibagian bawah uterus.

untuk menentukan apakah bagian terbawah janin sudah masuk PAP atau seberapa jauh penurunan bagian terbawah dalam PAP.

(3) Auskultasi :

Menurut Salmah (2006 : 146), pemeriksaan dengan cara auskultasi dilakukan umumnya dengan stetoskop monoral untuk mendengarkan bunyi denyut jantung

janin, bising tali pusat, gerakan janin, bunyi aorta serta bising usus. Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-160 kali per menit. Bunyi jantung janin dihitung dengan mendengarkannya selama 1 menit penuh.

b) Genetalia

Menurut Saifuddin (2002 : 276) pemeriksaan genetalia

yaitu untuk mengetahui keadaan genetalia eksternal yang

(42)

meliputi kesimetrisan labia mayora dan labia minora, ada atau tidak varices, dan oedem, adakah pembesaran kelenjar bartholini dan cairan yang keluar. Pada kasus Abortus Inkomplitus ada pengeluran perdarahan pervaginam.

4) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Varney (2004 : 65), dilakukan untuk mendukung menegakkan diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen ultrasonografi, dan lain- lain. Pada kasus ibu hamil dengan abortus Inkomplitus pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan Hb test dan USG.

2. Langkah II : Interpretasi data

Varney (2004 : 79), mengemukakan pada langkah kedua ini data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah utama dan masalah penyerta. Setelah itu bidan merumuskan ke dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah penyebab dan prediksi terhadap kondisi tersebut.

Berdasarkan atas tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan maka dapat ditentukan :

(43)

a. Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan menurut Varney (2004 : 79) adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktik. Pada kasus ini diagnosa kebidanan meliputi :

Ny. ... G ... P ... A ... umur ... tahun, umur kehamilan .... dengan Abortus Inkomplitus.

b. Data dasar

1) Data subyektif

Adalah data yang didapatkan untuk mengetahui keluhan atau masalah yang dirasakan. Data subyektif pada ibu hamil dengan abortus inkomplitus menurut Ashari (2010 : 23) adalah kram perut bagian bawah dan mengeluarkan perdarahan banyak dari jalan lahir.

2) Data obyektif

Menurut Nugroho (2011 : 58) data obyektif pada kasus Abortus Inkomplitus adalah :

a) Tinggi fundus uteri b) Vital sign

c) Banyaknya perdarahan pervaginam.

d) Hasil pemeriksaan dalam 3) Masalah

Menurut Varney (2004 : 82), masalah dalam asuhan

kebidanan adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman

(44)

klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa. Masalah pada pasien abortus inkomplit adalah perasaan cemas karena ada kram pada perut bagian bawah dan perdarahan banyak melalui jalan lahir.

4) Kebutuhan

Dalam buku Ummi, dkk (2010 : 99) kebutuhan dalam asuhan kebidanan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data. Kebutuhan pada pasien Abortus Inkomplitus adalah dorongan moral dan memberikan informasi mengenai Abortus Inkomplitus.

3. Langkah III : Diagnosa potensial

Menurut Varney (2004 : 83), mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan seperangkat masalah dan diagnosa terbaru adalah suatu hal untuk antisipasi, pencegahan jika mungkin, penantian dengan pengawasan penuh, dan persiapan untuk kejadian apapun.

Pada kasus abortus Inkomplitus menurut Wiknjosastro (2009 : 245) adalah potensial terjadinya perdarahan dan infeksi.

4. Langkah IV : Antisipasi

Varney (2004 : 84), mendefinisikan bahwa antisipasi merupakan

petunjuk untuk penanganan aktivitas dan tindakan yang membantu

pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.

(45)

5. Langkah V : Rencana Tindakan

Menurut Ummi dkk (2010 : 102), Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

6. Langkah VI : Pelaksanaan

Menurut Sulistyawati (2012 : 184), Pelaksanaan dalam asuhan kebidanan adalah asuhan langsung secara efisisen dan aman. Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman.

7. Langkah VII : Evaluasi

Dalam buku Ummi, dkk (2010 : 103), evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan untuk kegiatannya dilakukan terus menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter dan keluarga.

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

telah diberikan yaitu meliputi pemenuhan kebutuhan. Hal tersebut

dapat membantu untuk mengetahui terpenuhinya bantuan sesuai

dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam

diagnosa dari masalah. Tujuan evaluasi adalah adanya kemajuan pada

kondisi pasien setelah dilakukan tindakan.

(46)

C. Data perkembangan

Menurut Varney (2004 : 87), pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP, yaitu :

S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.

O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assasment.

A : Assesment

Menggambarkan hasil pendokumentasian analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi meliputi diagnosa/masalah serta antisipasi masalah potensial.

P : Planning

Menggunakan pendokumentasian dari perencanaan dan

evaluasi berdasarkan assesment.

(47)

D. Teori Hukum Kewenangan Bidan

Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku, sehingga penyimpangan terhadap hukum (mal praktik) dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan abortus inkomplitus, landasan hukum yang digunakan diantaranya :

1. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi :

a. Kewenangan Normal

1) Pelayanan Kesehatan Ibu 2) Pelayanan Kesehatan Anak

3) Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana b. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah

c. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter.

2. Standar 16 – Standar Penanganan perdarahan pada kehamilan

Pudiastuti (2011 : 65) mengatakan, sebagai seorang bidan harus

bisa mengenali cara cepat tanda dan gejala perdarahan pada

kehamilan, tujuan dari dilakukannya standar ini mengenali dan

melakukan tindakan secara tepat dan cepat perdarahan, serta

melakukan pertolongan pertama dan melakukan rujukan secara dini ke

tempat yang memadai (Puskesmas atau Rumah Sakit).

(48)

3. Kompetensi Bidan Indonesia

Menurut Sofyan (2006 : 28), seorang bidan harus mempunyai

kompetensi dalam memberikan asuhan kebidanan. Kompetensi bidan

yang sesuai dengan kasus ini adalah kompetensi bidan ke-3, yaitu

bidan memberikan asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama hamil yang meliputi : deteksi dini,

pengobatan atau rujukan dari kasus tertentu.

Referensi

Dokumen terkait

Membaca pustaka dan membuat makalah (Kelompok 2) Membuat resume (1-2 halaman) (T) 3 KD 5 Mendeskripsikan hubungan faktor lingkungan terhadap kinerja hewan (lingkungan

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk diketahuinya besar perbedaan perubahan antara kelompok intervensi dan control sebelum dan sesudah pemberian makanan

DARAH KAPILER pada orang dewasa pakailah ujung jari atau anak daun telinga, pada bayi atau. anak kecil boleh juga tumit atau ibu

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah dan inayah-Nya jualah, penulis dapat

Pengamanan aset atas pengelolaan barang milik daerah pada Kabupaten Gorontalo sudah baik terutama pada indikator yang mempunyai pengaruh, memberikan alasan logis

Nomor peserta ujian seleksi tertulis sama dengan Nomor Urut yang tertera pada daftar nama pelamar lulus seleksi administrasi... BUDI SANTOSO GAGAKSIPAT RT 1 RW 3 NGEMPLAK

Kemampuan Melaka menjadi sebuah pelabuhan yang penting di dunia pada zaman ini berdasarkan kepada beberapa faktor iaitu kedudukan yang strategik, perairan

konduksi...  6amun, dalam heat exchanger tabung panas, tabung panas tidak hanya bertindak sebagai dinding pemisah, tetapi juga memfasilitasi transfer panas dengan kondensasi,