• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah - Rizki Fatimah BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah - Rizki Fatimah BAB II"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik atau arteri darah, tekanan darah dalam sistem arteri tubuh, adalah indikator yang baik tentang kesehatan kardiovaskuler. Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Darah mengalir pada daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang tekananya rendah (Potter & Perry, 2005).

Tekanan darah adalah kekuatan darah mengalir di dinding pembuluh darah yang keluar dari jantung (pembuluh arteri) dan yang kembali ke jantung (pembuluh balik) (Sustrani, 2004).

(2)

darah dan memiliki kekuatan untuk menekan dinding pembuluh darah tersebut, inilah yang disebut sebagai tekanan darah. Tekanan darah terendah ada di pembuluh darah vena, sedangkan tekanan darah tertinggi ada dalam arteri terbesar. Detak jantung yang kita rasakan, berkisar 60-70 X/menit dalam keadaan istirahat, menunjukan bahwa jantung sedang memompa darah kita melewati pembuluh darah. Dinding pembuluh darah bersifat elastis dan memiliki ketahanan kuat sehingga muncul tekanan setiap kali jantung berdenyut (Martuti, 2009).

WHO dan International Society of Hypertension Working Group (ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat (Wahdah, 2011).

Tabel 2.1 : Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO (2003)

Kategori Tekanan Darah

Sistole (mmHg) Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109 Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110

B. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

(3)

Hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara presisten. Diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan diastolik rata-rata dua atau lebih, paling sedikit dua kunjungan berikut 90 mmHg atau lebih bila tekanan darah multiple sistolik pada dua atau lebih kunjungan secara konsisten lebih dari 140 mmHg (Maureen, 2007)

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan. Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007).

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah sehingga terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Sustrani, 2004).

2. Epidemiologi

(4)

dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama dinegara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1.115 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawaty, 2007).

3. Tanda dan Gejala Hipertensi

Corwin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa : Nyeri kepala, disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

(5)

sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanisfestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menyebabkan stroke atau serangan iskemik transient yang bermanisfestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Smeltzer, Bore, 2002).

4. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :

Hipertensi primer (esensial), hipertensi ini tidak diketahui secara jelas penyebabnya. Suatu kondisi dimana terjadinya tekanan tinggi sebagai akibat dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang berada ada dalam lingkungan atau kondisi stresor tinggi sangat mungkin terkena penyakit darah tinggi termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi. (Smeltzer, Bore, 2002)

(6)

5. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaringan saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

(7)

menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukn angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriksi kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan darah tinggi.

Hipertensi pada kasus lansia yang disebabkan karena adanya perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer yang bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002). 6. Faktor-faktor Resiko Hipertensi

Banyak faktor yang berperan terjadinya hipertensi meliputi faktor yang tidak dapat diubah seperti :

a. Keturunan

(8)

pun dapat terkena hipertensi hal ini yang menjadikan hipertensi sebagai penyakit menurun atau genetik (Sheps, 2005)

b. Usia

Bagi kebanyakan orang, tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Bagi kaum pria, resiko ini lebih cepat terjadi, yaitu saat usia 40-50 tahun. Karena adanya hormon penyebab menstruasi, risiko hipertensi pada wanita dapat ditekan dan baru muncul 7-10 tahun setelah monopause (Julianti, 2005). c. Ras

Berdasarkan penelitian, rata-rata orang dari ras Afrika Amerika (Black American) memiliki level tekanan darah yang cukup tinggi di bandingkan dengan ras kulit putih (Caucasian). Mereka juga cenderung sensitif terhadap natrium. Umumnya, hipertensi menyerang mereka di usia muda. Oleh karena itu, mereka berisiko tinggi terhadap penyakit ginjal, stroke, dan jantung (Julianti, 2005).

d. Jenis Kelamin

(9)

Faktor risiko yang bisa di kendalikan dan di ubah (biasanya berupa gaya hidup) :

a. Kegemukan / Obesitas

Obesitas atau kegemukan merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer pembuluh darah berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah (Martuti, 2009).

b. Gaya Hidup

Faktor kebiasaan, seperti merokok, makan makanan tinggi lemak, tidak senang makan buah dan sayur, peminum alkohol, dan tidak suka berolahraga merupakan pemicu terjadinya hipertensi (Permadi, 2008).

c. Kalium Rendah

Kalium membantu tubuh menjaga keseimbangan jumlah natrium di dalam cairan sel. Apabila tubuh kekurangan kalium, natrium yang berlebih di dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan sehingga resiko hipertensi meningkat (Sutomo, 2009).

d. Stress

(10)

pada penurunan permukaan filtrasi, aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta produksi berlebih renin angiotensin. Aktivitas saraf simpatis yang berlebih mengakibatkan peningkatan kontraktilitas sehingga dapat meningkatkan tekanan darah (Martuti, 2009). e. Kurang Olahraga

Olahraga isotonik, seperti bersepeda, joging, dan aerobik yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Orang yang kurang aktif berolahraga pada umumnya cenderung mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat (Setiawan et al, 2008).

7. Kompikasi Hipertensi

(11)

Gagal jantung terjadi karena tekanan yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan meregang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda- tanda adanya komplikasi yaitu sesak nafas, dan terjadi pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki (Setiawan et al, 2008).

Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian dalam) dan sistem saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat pembuluh- pembuluh darah tipis yang akan menjadi lebar saat terjadi hipertensi, dan memungkinkan terjadinya pecah pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan pada organ penglihatan. Hipertensi yang berkepanjangan juga akan menyebabkan kerusakan dari pembuluh darah pada organ ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang zat-zat racun bagi tubuh tidak berfungsi dengan baik. Akibat dari gagalnya sistem ginjal akan terjadi penumpukan zat yang berbahaya bagi tubuh yang dapat merusak organ tubuh lain terutama otak (Astawan, 2002). 8. Pengobatan Hipertensi menurut Martuti (2009)

(12)

juga yang menggunakan gaya hidup sehat seperti Olah raga secara teratur, Menghindari rokok dan minum alkohol, Hidup santai dan tidak emosional.

9. Tujuan diet hipertensi menurut Sustrani (2004) adalah : a. Mengurangi asupan garam

Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan asupan lebih banyak kalsium, magnesium, dan kalium. Puasa garam untuk kasus tertentu dapat menurunkan tekanan darah secara nyata. umumnya kita mengkonsumsi lebih banyak garam daripada yang dibutuhkan tubuh. Idealnya, kita cukup menggunakan sekitar satu sendok teh saja atau sekitar 5 gram garam per hari.

b. Memperbanyak serat

Mengkonsumsi lebih banyak sayur dan buah atau makanan rumahan yang mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan natrium.

c. Menghentikan kebiasaan buruk

(13)

360 mililiter atau 6 gelas anggur @120 mililiter. Selain itu kopi dapat memacu detak jantung. Menghentikan atau mengurangi kopi berarti menyayangi jantung agar tidak terbebani lebih berat.

d. Perbanyak asupan kalium

Penelitian menunjukan bahwa dengan mengkonsumsi 3500 mg kalium dapat membantu mengatasi kelebihan natrium, sehingga dengan volume darah yang ideal dapat dicapai kembali tekanan yang normal. Kalium bekerja mengusir natrium dari senyawanya, sehingga lebih mudah dikeluarkan. Sumber kalium mudah didapatkan dari asupan makanan sehari hari seperti pisang, sari jeruk, jagung, kobis dan brokoli.

C. Pisang Sebagai Terapi 1. Pengertian

(14)

Pisang kepok terdiri dari dua jenis yakni kepok kuning dan putih. Daging kepok kuning berwarna sedikit kuning atau sedikit orange, tekturnya lebih kenyal dan lembut, manis dan tidak lembek. Kepok kuning paling digemari sehingga harganya lebih mahal dibandingkan kepok putih. Kepok putih lebih lembek, ada rasa asam dan kurang manis. Jenis pisang kepok paling umum digunakan untuk membuat pisang crispi yang digoreng (Yuyun, 2011).

Swadaya (2010) menambahkan bahwa pisang kepok atau pisang kepok kuning termasuk pisang berkulit tebal dengan warna kuning menarik kalau sudah matang. Per tandan terdiri dari 10-16 sisir dengan berat 14-22 kg. Setia sisir ada 20 buah. Daging buahnya kuning. Umumnya buah dimakan direbus atau digoreng.

Berdasarkan taksonominya, tanaman pisang di klasifikasikan sebagai berikut :

Divisi Spermatophyta

Sub Divisi Angiospermae

Kelas Monocotyledonae

Keluarga Musaceae

Genus Musa

Spesies Musa spp.

Nama binomial Musa paradisiaca L

2. Macam macam pisang

(15)

Golongan pertama adalah yang dapat dimakan langsung setelah matang (disebut juga pisang meja), contohnya adalah : pisang kepok, susu, hijau, mas, raja, ambon, barangan. Golongan kedua adalah yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu, contohnya pisang tanduk, oli, kapas dan pisang bangkahulu. Golongan ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun setelah diolah terlebih dahulu, contohnya pisang kepok dan pisang raja. Golongan keempat adalah pisang yang dapat dimakan sewaktu masih mentah, misalnya pisang batu (Astawan, 2002)

3. Manfaat dan kandungan

(16)

Kandungan kalium yang tinggi pada beberapa jenis pisang bermanfaat untuk mengendalikan kerja otot dan tulang sehingga mencegah terjadinya kram, terkilir (sprain), dan cedera. Selain itu, kalium juga berfungsi untuk mengatur detak jantung dengan baik serta mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Dengan perbandingan kalium dan natrium yang tepat maka mengkonsumsi pisang dapat membantu menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya stroke (Ramayulis, R. 2013)

Pisang kepok di Filipina dikenal dengan nama pisang saba, sedangkan di Malaysia dikenal dengan nama pisang nipah. Buahnya enak untuk dimakan langsung atau setelah diolah terlebih dahulu. Bentuk buahnya agak pipih sehingga kadang disebut dengan nama pisang gepeng. Pisang kepok banyak jenisnya, tetapi yang terkenal antara lain pisang kepok putih dah kepok kuning. Seperti namanya, pisang kepok putih memiliki daging berwarna putih, sementara pisang kepok kuning daging buahnya berwarna. Pisang kepok kuning memiliki rasa yang lebih enak dibandingkan pisang kepok putih sehingga pisang kepok kuning cenderung lebih disukai (Satuhu& Supriyadi, 2008)

(17)

daging buah pisang kepok mengandung energi zat gizi sebagai berikut : Energi 109 kkal, protein 0.8 gr, karbohidrat 26,9 gr, Serat 5.7 gr, kalsium 10 mg, fosfor 30 mg, kalium 300 mg, natrium 10 mg, zat besi 0.5 mg. Zink 0.2 mg, vitamin B1 0.1 mg ,

vitamin B30.1 mg, vitamin C 9 mg, Air 71,9 gram. (Ramayulis, R.

2013). Hasil analysis kandungan kalium buah pisang kepok rebus setia 100 gram yaitu sebanyak 400 mg (Lab Terpadu UMP, 2015).

Jenis pisang

Natrium (mg/100 g)

Kalium (mg/100 g)

Tembaga (mg/100 g)

Seng (mg/100 g)

Kayu 1 493 0,08 0,3

Gapi 6 392 0,13 0,25

Groho 3 359 0,13 0,25

Kepok 10 300 0,1 0,2

Ketip 4 726 0,15 0,5

Mas 43 616 0,12 0,4

(18)

D. Kerangka Teori Penelitian

(19)

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Sumber : (Martuti, 2009), (Dalimartha & Adrian, 2013), (Satuhu dan Supriyadi, 2008), (Ramayulis, 2013).

E. Kerangka Konsep Penelitian Perlakuan

Gambar 2.2. kerangka konsep

Pengaruh buah pisang kepok terhadap perubahan tekanan darah pada klien hipertensi primer.

F. Hipotesis penelitian

Berdasarkan uraian teori tersebut di atas dapat diambil hipotesis yaitu “Ada pengaruh konsumsi buah pisang kepok (Musa Paradisiaca L)

terhadap perubahan tekanan darah pada klien hipertensi primer di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Bojongsari”.

Pemberian buah pisang kepok

Gambar

Tabel 2.1 : Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO (2003)
Gambar 2.2. kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

Pada beberapa penelitian tentang hiperplasia endometrium didapatkan ekspresi Bcl-2 pada hiperplasia non-atipik simpleks lebih tinggi dibandingkan kompleks dan pada penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan subyek penelitian siswa kelas IV B MIN Tempel Sleman Yogyakarta semester II tahun ajaran 2011/2012 yang

Sedangkan teknik analisis yang akan digunakan pada penelitian “ Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Kampung Wisata Sondakan Kota Surakarta ” adalah

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh peternak kambing Peranakan Etawa (PE) bukan berasal dari ternak kambing PE saja namun juga berasal

Laporan Tugas Akhir dengan judul “ Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Dengan Pendekatan Fuzzy Service Quality dan Index Potential Gain In.. Customer Value -

Apakah dengan adanya adopsi IFRS di Indonesia mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kualitas informasi akuntansi dan penurunan

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.Skripsi yang

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN.. PEJABAT