• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS CIMANDIRI, JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS CIMANDIRI, JAWA BARAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

497

KONDISI KUALITAS AIR SUNGAI, AKTIVITAS

PENANGKAPAN, DAN PEMANGKU KEPENTINGAN

(

STAKEHOLDERS

) PADA PERIKANAN SIDAT DI DAS

CIMANDIRI, JAWA BARAT

Agus Alim Hakim

a

*, Mohammad Mukhlis Kamal

b

, Nurlisa Alias Butet

c

, Ridwan

Affandi

d

aDepartemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor. Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Jawa Barat. *agusalimhakim0@gmail.com

ABSTRAK

Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimandiri dengan panjang sekitar 100 km merupakan salah satu perairan yang memiliki potensi perikanan sidat yang tinggi di Jawa Barat. Sidat merupakan hewan katadromus

yang memijah di laut dalam, glass eel dan elver ditemukan di muara sungai, kemudian tumbuh dan

besar di sungai hingga daerah hulu sebelum kembali ke laut untuk memijah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas air sungai, aktivitas penangkapan, dan para pemangku kepentingan

(stakeholders) yang berperan pada perikanan sidat sebagai dasar pengelolaan sumberdaya perikanan

sidat di DAS Cimandiri, Jawa Barat. Tracking sungai sepanjang daerah aliran sungai dari kabupaten

Sukabumi hingga kabupaten Cianjur yang dilakukan pada bulan Desember 2014 dan April 2015 dengan mengambil sampel air untuk analisis kualitas air pada 4 stasiun, pengamatan aktivitas penangkapan, dan wawancara. Hasil analisis kualitas air (suhu, pH, nitrat, total fosfat, kesadahan, dan klorofil-a) pada bagian hulu, tengah, dan hilir masih dikategorikan baik untuk menunjang kehidupan sidat. Aktivitas penangkapat sidat dilakukan oleh nelayan utama maupun nelayan sampingan meliputi

penangkapan pada benih sidat (glass eels) dan ikan dewasa. Upaya penangkapan glass eels di sungai

Cimandiri sangat tinggi. Analisis pengaruh dan kepentingan stakeholders terkait pemanfaatan dan

pengelolaan sumberdaya perikanan sidat menunjukan bahwa pengepul glass eels dan pengusaha

perikanan budidaya sidat sebagai subject;nelayan glass eels dan nelayan ikan dewasa sebagai

players;konsumen, pedagang, dan masyarakat sekitar DAS Cimandiri sebagai bystanders; serta

perangkat desa dan instansi (DKP Kabupaten Sukabumi) sebagai actors. Pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya perikanan sidat dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam

menentukan kebijakan agar sumberdaya tetap lestari.

Keywords: aktivitas penangkapan;DAS Cimandiri;kualitas air;sidat;stakeholders.

PENDAHULUAN

Kabupaten Sukabumi memiliki potensi sumberdaya alam yang besar terutama dalam sektor perikanan. Selain potensi perikanan laut yang tinggi, terdapat pula potensi perikanan sungai yang dapat menunjang perekonomian masyarakat. Kabupaten Sukabumi memiliki beberapa sungai yang bermuara ke teluk Palabuhanratu, 8 diantaranya yaitu: Sungai Cibareno, Sungai Cibangban, Sungai Citiis, Sungai Cimaja, Sungai Cisukawayana, Sungai Citepus, Sungai Cipalabuhan, dan Sungai Cimandiri (PSDA 2010). Teluk tersebut merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi dan aktivitas penangkapan ikan sidat yang tinggi (Sriati 1998). Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimandiri dengan panjang sekitar 100 km merupakan

(2)

498

perairan yang memiliki potensi perikanan sidat yang tinggi di kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Sidat merupakan hewan katadromus yang memijah di laut dalam, glass eel dan elver

ditemukan di muara sungai, kemudian tumbuh dan besar di sungai hingga daerah hulu sebelum kembali ke laut untuk memijah dan mati (Tesch et al. 2003). Sidat ditemukan di daerah tropis maupun sub tropis. Di Indonesia, sidat tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi (Delsman 1929 in Tesch et al. 2003), Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua (Fahmi 2015). Terdapat sembilan spesies/subspesies di Indonesia dari dua puluh dua spesies/subspesies ikan sidat yang ditemukan di dunia, yaitu Anguilla bicolor bicolor, A. nebulosa nebulosa, A. bicolor pacifica, A. interioris, A..borneensis, A..celebesensis, A. marmorata, A. obseura, dan A. megastoma (Sugeha dan Suharti 2008). Identifikasi spesies secara morfologi terhadapat sidat yang ditemukan di sungai-sungai yang bermuara ke teluk Palabuhanratu telah dilakukan sebelumnya oleh Fahmi dan Hirnawati (2010) dan Hakim et al.

(2015). Terdapat 3 spesies yang ditemukan yaitu A. bicolor bicolor, A. nebulosa nebulosa, A.

dan A. marmorata.

Sidat merupakan salah satu komoditi hasil perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan tujuan ekspor, sehingga Indonesia dapat memiliki peluang dalam pengembangan potensi perikanan sidat tropis. Potensi perikanan sidat di DAS Cimandiri mendukung kegiatan perikanan secara signifikan bagi pendapatan masyarakat kabupaten Sukabumi khususnya nelayan. Permintaan sidat yang tinggi mengakibatkan terjadinya usaha pembesaran pada budidaya ikan sidat yang selama ini mengandalkan ketersediaan benih di alam (Widyasari 2013). Seiring dengan upaya peningkatan hasil produksi perikanan sidat, habitat ikan sidat di Indonesia perlu dilindungi mengingat bahwa aktifitas penangkapan yang terus meningkat terutama di Teluk Palabuhanratu. Menurut Fahmi dan Hirnawati (2010) penurunan kualitas ekologis salah satunya yaitu kerusakan habitat dapat menyebabkan penurunan hasil tangkapan ikan sidat. Selain itu, pengaruh dari para pemangku kepentingan (stakeholders) secara langsung dan tidak langsung sangat berpengaruh terhadap kelestarian sumberdaya perikanan sidat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas air sungai, aktivitas penangkapan, dan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang berperan pada perikanan sidat sebagai dasar pengelolaan sumberdaya perikanan sidat di DAS Cimandiri, Jawa Barat.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimandiri yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Tracking sungai sepanjang daerah aliran sungai dari kabupaten Sukabumi hingga kabupaten Cianjur yang dilakukan pada bulan Desember 2014 dan April 2015. Kegiatan tracking sungai meliputi pengambilan sampel air untuk analisis kualitas air, pengamatan aktivitas penangkapan, dan wawancara. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pengambilan sampel kualitas air

Parameter fisika dan kimia diikur secara in situ (suhu dan pH) dan eks situ (Total-P, Nitrat, kesadahan, dan klorofil). Analisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan kimia perairan yang meliputi total fosfat, nitrat, kesadahan, dan klorofil. Metode pengukuran pada parameter menggunakan standar APHA (2012) pada Tabel 1.

Tabel 1 Metode pengukuran parameter (APHA 2012)

Parameter Satuan Metode

Total-P mg/L Manual Digestion and Flow Injection

(3)

499

Parameter Satuan Metode

Kesadahan mgCaCO3/L Titrimetri Method

Klorofil μg/L Spectrophotometric Method

Kualitas air di DAS Cimandiri diamati dengan mengambil 4 titik sampling (Gambar 1). Stasiun 1 menunjukkan anak sungai dari bagian hulu, stasiun 2 menunjukkan sungai bagian hulu, stasiun 3 menunjukkan sungai bagian tengah, dan stasiun 4 menunjukkan sungai bagian hilir.

Gambar 1 Lokasi pengambilan sampel kualitas air di DAS Cimandiri

Wawancara

Responden ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa responden berperan dalam pemanfaatan sumber daya ikan sidat maupun habitatnya, berperan dalam pengelolaan maupun pengambilan keputusan terhadap sumber daya ikan sidat. Responden diharapkan dapat memahami substansi data atau informasi yang akan didiskusikan. Oleh karena itu, responden wawancara dalam penelitian ini meliputi nelayan, masyarakat sebagai pemanfaat habitat ikan sidat, dan instansi pemerintah daerah. Wawancara terhadap nelayan dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi penangkapan, aktivitas penangkapan, dan jenis kegiatan di sekitar sungai. Wawancara dilakukan dengan beberapa pertanyaan melalui kuesioner.

Analisis Data

Pomeroy dan Douvere (2008) mendefinisikan analisis stakeholder atau kelembagaan sebagai pendekatan dan prosedur untuk memperoleh pemahaman tentang sistem dengan cara mengidentifikasi pelaku utama dan pemegang kepentingan dalam sistem dengan menilai kepentingan masing-masing. Analisis stakeholder dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan pengaruh dari pemangku kepentingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan sidat. Variabel dan indikator dari penilaian tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

(4)

500

Tabel 2 Variabel penilaian pengaruh stakeholder

No Variabel Indikator Skor

1 Kewenangan kebijakan pengelolaan

Pelaku dengan pengaruh sangat kuat 5

Pelaku dengan pengaruh sedang 4

Pelaku dengan pengaruh kecil 3

Pelaku, namun bukan anggota

kelompok 2

Tidak terlibat 1

2 Kemampuam berinteraksi dengan massa

besar

Sangat tinggi 5

Tinggi 4

Sedang 3

Rendah 2

Tidak ada interaksi 1

3

Kapasitas sumberdaya dan kelembagaan Memiliki 4 akses sumberdaya 5

- Kapital Memiliki 3 akses sumberdaya 4

- Sumberdaya manusia Memiliki 2 kses sumberdaya 3

- Alat Memiliki 1 akses sumberdaya 2

- Kelembagaan Tidak memiliki akses sumberdaya 1

Tabel 3 Variabel penilaian kepentingan stakeholder

No Variabel Indikator Skor

1

Manfaat langsung/tidak langsung ikan Terlibat 4 kegiatan 5

- Kegiatan penangkapan ikan sidat Terlibat 3 kegiatan 4

- Kegiatan usaha perikanan Terlibat 2 kegiatan 3

- Kegiatan konsumsi Terlibat 1 kegiatan 2

- Kegiatan penjualan ikan Tidak terlibat 1

2

Ketergantungan/Kebutuhan terhadap sumberdaya ikan Mendapat 4 manfaat 5

- Hasil tangkapan/daerah penangkapan ikan sidat Mendapat 3 manfaat 4

- Bahan baku usaha perikanan budidaya Mendapat 2 manfaat 3

- Bahan baku usaha jual beli ikan segar mendapat 1 manfaat 2

- Bahan pangan/konsumsi Tidak mendapatkan

manfaat 1 3

Prioritas pengelolaan sumber daya ikan di Selat Sunda

Sangat prioritas 5

Prioritas 4

Prioritas sedang 3

Prioritas rendah 2

Tidak menjadi prioritas 1

Tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder diukur dengan penetapan skor menggunakan pertanyaan (Tabel 4). Nilai skor dari seluruh pertanyaan dirata-ratakan dan dipetakan ke dalam bentuk matriks (Gambar 2).

(5)

501

Tabel 4 Ukuran kuantitatif terhadap pengaruh dan kepentingan stakeholder

Kepentingan stakeholder

Skor Kriteria Keterangan

5 Sangat tinggi Sangat bergantung pada keberadaan sumber daya

4 Tinggi Ketergantungan tinggi terhadap sumber daya

3 Cukup tinggi Cukup bergantung terhadap sumber daya

2 Kurang tinggi Ketergantungan terhadap sumber daya rendah

1 Rendah Tidak bergantung terhadap sumber daya

Pengaruh stakeholder

Skor Kriteria Keterangan

5 Sangat tinggi Sangat mempengaruhi pengelolaan sumber daya

4 Tinggi Mempengaruhi pengelolaan sumber daya

3 Cukup tinggi Cukup mempengaruhi pengelolaan sumber daya

2 Kurang tinggi Kurang mempengaruhi pengelolaan sumber daya

1 Rendah Tidak mempengaruhi pengelolaan sumber daya

Tinggi

Subject Players

(Kuadran I) (Kuadran II)

Bystanders Actors

(Kuadran III) (Kuadran IV)

Rendah Pengaruh Tinggi

Gambar 2 Matriks pengaruh dan kepentingan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Air di Sungai Cimandiri

Hasil analisis kualitas air disajikan pada Tabel 5. Di bawah ini merupakan kualitas air di DAS Cimandiri yang terdiri dari 4 stasiun pengamatan dengan parameter yang diamati meliputi suhu, pH, nitrat, total fosfat, kesadahan, dan klorofil-a. Parameter ini dipilih karena secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup ikan sidat.

Tabel 5 Kualitas air di Sungai Cimandiri

No. Parameter Stasiun

St 1 St 2 St 3 St 4 1. Suhu (°C) 26 27 27 29 2. pH 6,5 7 7 7 3. Nitrat (mg/L) 0,217 0,647 1,089 1,330 4. Total Fosfat (mg/L) 0,037 0,091 0,298 0,091 5. Kesadahan (mgCaCO3/L) 74,55 86,33 196,20 176,58 6. Klorofil-a (μg/L) 7,663 0,886 11,388 10,673 K ep en tin g an E P E N T I N G A N

(6)

502

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai suhu terendah pada stasiun 1 sebesar 26°C sedangkan suhu tertinggi pada stasiun 4 sebesar 29°C. Hasil pengukuran suhu di setiap stasiun menunjukkan nilai yang masih sesuai untuk kehidupan ikan sidat. Suhu 25oC hingga 28oC merupakan suhu optimal untuk laju pertumbuhan bagi ikan sidat (Matsui 1982 in Herianti 2005). Suhu air dapat secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan biota. Menurut Effendi (2003), peningkatan suhu menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, sehingga mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen.

Hasil pengukuran pH pada penelitian ini didapatkan bahwa stasiun 1 memiliki nilai pH terkecil sebesar 6,5 sedangkan stasiun lain memiliki pH yang sama sebesar 7. Nilai pH dapat mempengaruhi kondisi kimia perairan. Elver sidat mampu hidup pada kisaran pH sebesar 4 hingga 11, tetapi nilai pH terbaik pada kisaran 6,6 hingga 8,5 (Haryuni 2002).

Kesuburan perairan dapat ditentukan oleh kandungan nitrat. Nitrat dapat menunjang keberlangsungan hidup organisme seperti fitoplankton. Kandungan nitrat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas primer yang ada di perairan, secara tidak langsung nitrat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Menurut Wedemeyer (1996), konsentrasi nitrat kurang dari 1,0 mg/L merupakan konsentrasi nitrat yang aman untuk kesehatan ikan dalam skala budidaya. Kandungan nitrat pada penelitian ini didapatkan nilai kurang dari 1,0 mg/L yaitu pada stasiun 1 dan stasiun 2. Stasiun 3 dan 4 memiliki konsentrasi nitrat lebih dari 1,0 mg/L, sehingga pada hilir sungai mengalami tingkat kesuburan yang tinggi.

Kesuburan perairan juga dapat ditentukan oleh parameter total fosfat. Total fosfat sebagai penunjang pertumbuhan alga dan ganggang. Tingkatan kesuburan perairan berdasarkan kadar fosfat dapat dikategorikan menjadi tingkat kesuburan rendah (0–0,02 mg/liter), kesuburan sedang (optimum) (0,02–0,05 mg/liter), dan kesuburan tinggi (0,05–0,1 mg/liter) (Liaw 1969 in Effendi 2003). Penelitian ini didapatkan nilai total fosfat yang tergolong pada kategori keseburan sedang yaitu pada stasiun 1. Total fosfat pada kategori kesuburan tinggi pada stasiun 2, stasiun 3, dan stasiun 4.

Menurut Stickney (2000), kesadahan merupakan buffer capacity di perairan. Di perairan tawar alami dalam jumlah yang relatif besar adalah kandungan kation Ca2+ dan Mg2+, sedangkan kation-kation logam lainnya ada dalam jumlah sedikit (dapat diabaikan) maka kesadahan dapat dianggap hanya menggambarkan kandungan kalsium dan magnsium (Wedemeyer 1996). Klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan dikategorikan dalam perairan lunak (0-75 mg/L CaCO3), perairan moderat (75-150 mg/L CaCO3), perairan sadah (150-300 mg/L CaCO3), dan perairan sangat sadah (>300 mg/L CaCO3) (Wedemeyer 1996). Stasiun 1 dan stasiun 2 merupakan perairan dengan kategori perairan moderat, sedangkan stasiun 3 dan stasiun 4 merupakan perairan dengan kategori perairan sadah.

Klorofil merupakan pigmen hijau yang terdapat pada tumbuhan, salah satunya terdapat di perairan yaitu pigmen hijau pada fitoplankton. Fitoplankton adalah organisme laut yang melayang dan hanyut dalam air laut serta mampu melakukan fotosintesis (Nybakken 1995). Kandungan klorofil-a dapat digunakan sebagai ukuran banyaknya fitoplankton pada suatu perairan tertentu dan dapat digunakan sebagai petunjuk produktivitas perairan. Menurut Likens (1975) in Jorgensen (1980), status trofik berdasarkan klorofil-a diklasifikasikan dalam perairan eutrofik (8-25 μg/L), perairan mesotrofik (2,5-8 μg/L), dan perairan oligotrofik (<2,5 μg/L). Stasiun 1 merupakan bagian sungai yang termasuk dalam kategori perairan mesotrofik. Stasiun 2 merupakan bagian sungai yang termasuk dalam kategori perairan oligotrofik. Stasiun 3 dan 4 merupakan bagian sungai yang termasuk dalam kategori perairan eutrofik. Nilai klorofil-a pada stasiun 2 sangat rendah, hal tersebut dikarenakan tempat pengambilan sampel di bagian yang berarus, sehingga kemungkinan hanya terdapat sedikit fitoplankton di lokasi tersebut.

Usaha Perikanan Sidat di Sungai Cimandiri

Kegiatan pemanfaatan sumber daya perikanan sidat yaitu melalui kegiatan perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Nelayan perikanan tangkap alami melakukan penangkapan

(7)

503

benih ikan sidat (glass eels) maupun penangkapan ikan dewasa. Penangkapan glass eels

dilakukan saat kondisi perairan laut sedang pasang pada malam hari. Aktivitas penangkapan merupakan aktivitas utama dan aktivitas sampingan yang sebagian besar nelayan tersebut memiliki pekerjaan utama di siang hari seperti petani, pekerja bangunan, dan pekerjaan lainnya.

Hasil tangkapan glass eels tiap harinya berkisar antara 7-12 gram/hari/nelayan dan 15-26 gram/hari/nelayan saat terjadi musim rekruitmen. Hasil tangkapan dijual pada pengumpul benih ikan sidat yang selanjutnya akan dijual kembali ke pihak pembudidaya atau dijual pada pembudidaya secara langsung. Harga jual benih tergantung pada musim. Kondisi dengan jumlah benih yang melimpah, harga jual akan menurun bahkan pengumpul dan pembudidaya tidak sanggup lagi menampung hasil tangkapannya. Sebaliknya, saat benih jarang atau susah ditangkap karena ketersediaannya rendah, maka harga jual benih akan tinggi. Harga glass eels

setiap kilogramnya berkisar antara Rp 800.000,00 hingga Rp 3.600.000,00. Pengumpul akan menjual kembali kepada pelaku budidaya yang ada di Kecamatan Palabuhanratu maupun yang berada di luar kecamatan tersebut.

Sama halnya dengan nelayan glass eels, nelayan penangkap ikan sidat dewasa juga melakukan aktivitas penangkapan sebagai aktivtas sampingan. Terdapat beberapa motivasi nelayan dalam melakukan penangkapan, yaitu: hanya karena hobi memancing, sekedar memasang jebakan, dan menangkap ikan saat ada konsumen yang meminta. Ikan yang didapatkan akan dijual atau dikonsumsi sendiri. Permintaan ikan sidat dewasa dipenuhi dari hasil budidaya bukan dari hasil tangkapan perikanan alami.

Perikanan budidaya sidat di Palabuhanratu merupakan salah satu kegiatan perikanan yang berkembang. Benih ikan sidat didapatkan langsung dari pengumpul maupun nelayan yang ditangkap dari Sungai Cimandiri. Hasil budidaya dijual dalam bentuk segar maupun olahan. Pemasaran ikan sidat berada pada Jakarta seiring dengan muali tumbuhnya restoran Jepang dan Korea atau hasil budidaya ikan sidat di ekspor. Kendala dari budidaya ikan sidat yaitu terbatasnya penampung saat benih tersedia dalam jumlah banyak. Selain itu, kendala terbesar dalam proses budidaya yaitu pakan. Di Indonesia belum ada pakan yang efektif yang bisa digunakan sehingga perlu adanya impor pakan dari Taiwan maupun Jepang. Harga pakan yang tinggi dan penggunaan FCR yang tinggi akan merugikan kegiatan budidaya. Perlu adanya pencampuran yang tepat antara pakan lokal dengan pakan impor dengan tetap memperhatikan takaran gizi dan harga agar kegiatan budidaya menghasilkan keuntungan. Dibutuhkan modal yang tinggi untuk melakukan budidaya ikan sidat.

Stakeholders pada Perikanan Sidat di Sungai Cimandiri

Keberadaan sumber daya mengakibatkan terdapat beberapa stakeholders yang berperan dalam pengelolaan dan pemanfaatan perikanan sidat. Berdasarkan hasil analisis kepentingan dan pengaruh stakeholders yang ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Matriks analisis pengaruh dan kepentingan para pihak (stakeholders) terhadap kegiatan pemanfaatan Sungai Cimandiri

Pengaruh

Rendah Tinggi

Kepentingan

Tinggi DKP Kabupaten Sukabumi

Perangkat Desa

Nelayan glass eels

Nelayan sidat muda dan dewasa Rendah

Masyarakat Konsumen Pedagang

Pengusahan perikanan budidaya

Pengepul glass eels

Analisis stakeholder atau kelembagaan adalah pendekatan dan prosedur untuk memperoleh pemahaman tentang sistem dengan cara mengidentifikasi pelaku utama dan pemegang kepentingan dalam sistem dengan menilai kepentingan masing-masing (Pomeroy dan Douvere 2008). Hasil analisis stakeholder yang terkait dengan kegiatan pengelolaan dan

(8)

504

pemanfaatan sumber daya perikanan sidat di Sungai Cimandiri disajikan pada Gambar 3. Penentuan skoring hasil wawancara pada setiap stakeholder disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Nilai pengaruh dan kepentingan dalam analisis stakeholder

Stakeholders Kepentingan Pengaruh

Nelayan glass eels 5 5

Nelayan sidat muda dan dewasa 5 5

Pengepul glass eels 4 2

Pengusaha perikanan budidaya sidat 4 2

Masyarakat sekitar Sungai Cimandiri 1 1

Konsumen 2 1

Pedagang 2 1

Perangkat Desa 2 3

Instansi (DKP Kabupaten Sukabumi) 2 5

Keterangan:

1 = Sangat tidak berpengaruh-sangat tidak penting

2 = Tidak berpengaruh –tidak penting

3 = Netral-netral

4 = Berpengaruh-penting

5 = Sangat berpengaruh-sangat penting

Gambar 3 Matriks pengaruh dan kepentingan stakeholder

Gambar 3 menunjukkan hubungan antara pengaruh dan kepentingan untuk setiap

stakeholder yang terkait dengan kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan sidat di DAS Cimandiri. Kuadran I merupakan subjek yang memanfaatkan keberadaan sumber daya ikan sidat, terdiri dari pengepul glass eels dan pengusaha perikanan budidaya sidat. Sidat pada fase glass eels digunakan sebagai benih dalam kegiatan budidaya dan ikan dewasa dijual sebagai ikan konsumsi langsung. Kuadran II merupakan pemain atau pelaksana untuk pemanfaatan perikanan sidat, terdiri dari nelayan glass eels dan nelayan sidat muda dan dewasa. Hal ini berarti semua kegiatan dan ketersedian sumber daya ikan sidat tergantung pada stakeholder dalam Kuadran II. Kuadran III merupakan pengikut, terdiri dari masyarakat, konsumen, dan pedagang. Stakeholder pada kuadran III tidak terlalu terpengaruh

(9)

505

dengan keberadaan sumber daya perikanan sidat. Kuadran IV merupakan penentu kebijakan dalam pengelolaan sumber daya perikanan sidat, terdiri dari DKP Kabupaten Sukabumi dan perangkat desa. Stakeholder dalam kuadran IV berperan dalam pengambilan kebijakan terkait pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan sidat. Setiap dinas terkait memiliki peranan dan tugas masing-masing dalam upaya pengelolaan sumber daya baik dari aspek ekologis ataupun produksi.

KESIMPULAN

Kualitas air pada bagian hulu, tengah, dan hilir masih dikategorikan baik untuk menunjang kehidupan sidat. Aktivitas penangkapat sidat dilakukan oleh nelayan utama maupun nelayan sampingan meliputi penangkapan pada benih sidat (glass eels) dan ikan dewasa dengan upaya penangkapan glass eels di sungai Cimandiri sangat tinggi. Pengepul glass eels dan pengusaha perikanan budidaya sidat sebagai subject;nelayan glass eels dan nelayan ikan dewasa sebagai

players;konsumen, pedagang, dan masyarakat sekitar DAS Cimandiri sebagai bystanders; serta perangkat desa dan instansi (DKP Kabupaten Sukabumi) sebagai actors. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan sidat dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam menentukan kebijakan agar sumberdaya tetap lestari.

UCAPAN TERIMAKASIH (Acknowledgement)

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), DIPA IPB Tahun Ajaran 2014.

REFERENSI

[APHA]. American Public Health Association. 2012. Standart Method for The Examination of Water

and Wastewater. Washington DC (US): American Public Health Association 800 I Street. NW.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.

Yogyakarta (ID): Kanisius Press.

Fahmi MR, Hirnawati. 2010. Keragaman ikan sidat tropis (Anguilla sp.) di perairan Sungai Cimandiri,

Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 1-8.

Fahmi MR. 2015. Short communication: Conservation genetic of tropical eel in Indonesian waters

based on population genetic study. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas

Indonesia. 1(1):38-43.

Hakim AA, Kamal MM, Butet NA, Affandi R. 2015. Komposisi spesies ikan sidat (Anguilla spp.) di

delapan sungai yang bermuara ke teluk Palabuhanratu, Sukabumi, Indonesia. Ilmu dan

Teknologi Kelautan Tropis. 7(2): 573-585.

Haryuni. 2002. Migrasi elver sidat, Anguilla spp. memasuki muara Sungai Poso, Sulawesi Tengah

[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Herianti I. 2005. Rekayasa lingkungan untuk memacu perkembangan ovarium ikan sidat. Oseanografi

dan Limnologi Indonesia. 37:25-41.

Jorgensen SE. 1980. Lake management, water development, supply and management, developments in

hydrology. Oxford (UK): Pergamon Press.

Nybakken JW. 1995. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Pomeroy R, Douvere F. 2008. The engagement of stakeholder in the marine spatial planning process.

Marine Policy. 32(5):816-822.

[PSDA]. Pengelolaan Sumber Daya Air. 2010. Inventarisasi Sungai Non Lintas Kabupaten Sukabumi Balai PSDA Cisadea-Cimandiri. Jawa Barat. Tersedia pada: http://psdajabarprov.go.id/

Sriati. 1998. Telaah struktur dan kelimpahan populasi benih ikan sidat, Anguilla bicolor bicolor, di

muara Sungai Cimandiri, Palabuhan Ratu, Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Stickney RR. 2000. Encyclopedia of Aquaculture. New York (US): John Willey and Sons. Inc.

Strahler AN. 1957. Quantitative analysis of Watershed geomorphology. Transaction, American

(10)

506

Sugeha HY, Suharti SR. 2008. Discrimination and distribution of two tropical short-finned eels

(Anguilla bicolor bicolor and Anguilla bicolor pacifica) in the Indonesia waters. The Nagisa

Westpac Congress. 9:1-14.

Tesch FW, Bartsch P, Berg R, Gabriel O, Henderonn IW, Kamastra A, Kloppmann M, Reimer LW,

Soffker K, Wirth T. 2003. The Eel. White RJ. penerjemah; Thorpe JE. editor. German (ID).

Penerbit Blackwell Publishing Company. Terjemahan dari : The Eel. Ed ke-3.

Wedemeyer GA. 1996. Physiology of fish in intensive culture system. New York (US): International

Thompson Publising.

Widyasari RAHE. 2013. Disain pengembangan industri perikanan sidat Indonesia Anguilla spp.

berkelanjutan di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

View publication stats View publication stats

Gambar

Tabel 1  Metode pengukuran parameter (APHA 2012)
Gambar 1 Lokasi pengambilan sampel kualitas air di DAS Cimandiri
Tabel 3 Variabel penilaian kepentingan stakeholder
Tabel  5 Kualitas air di Sungai Cimandiri
+3

Referensi

Dokumen terkait

Riset ini secara empiris menyelidiki hubungan antara good corporate governance dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan. Setelah dilakukan penelitian dan uji

diduga sitokinin eksogen yang ditambahkan dalam media pada awal penanaman belum berinteraksi dengan eksplan, sehingga sitokinin endogen dalam eksplan yang memacu

Manfaat teoritik penelitian ini adalah menambah informasi dan memberikan wawasan, khususnya dalam ranah psikologi klinis, tentang faktor–faktor yang

Begitupula dengan metode Shareholder Value Added (SVA) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan yang listing dengan perusahaan yang

Setelah peneliti bercerita anak diminta oleh peneliti untuk mengulang isi cerita dengan singkat dan apa saja pesan- pesan dari cerita yang diceritakan peneliti,

Pendidikan karakter mempunyai makna yang lebih tinggi dari pada pendidikan moral, karna pendidikan karakter bukan hanya berkaitan dengan masalah benar dan salah, tetapi

Berdasarkan contoh-contoh kajian yang telah dijalankan tersebut, murid-murid Tingkatan 6 (dengan bimbingan guru), yang menjalankan penyelidikan untuk menghasilkan penulisan

Hasil penelitian terakhir yaitu budaya organisasi memiliki pengaruh positif terhadap komitmen organisasional melalui mediasi kepuasan kerja, hal ini berarti