• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN TINGKAT KINERJA SUPPLIER PASIR DENGAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PABRIK GENTENG COR DAN PAVING DI PT. CAHAYA PURNAMA NUSANTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGUKURAN TINGKAT KINERJA SUPPLIER PASIR DENGAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PABRIK GENTENG COR DAN PAVING DI PT. CAHAYA PURNAMA NUSANTARA."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN TINGKAT KINERJA SUPPLIER PASIR

DENGAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

(AHP) PADA PABRIK GENTENG COR DAN PAVING

DI PT. CAHAYA PURNAMA NUSANTARA

SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

UMMATUL ARIYAH 0532010116

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir (TA) dengan judul “PENGUKURAN KINERJA SUPPLIER

PASIR PADA PABRIK GENTENG COR DAN PAVING DI PT. CAHAYA PURNAMA

NUSANTARA SIDOARJO” yang merupakan kurikulum yang harus ditempuh oleh

mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Fakultas

Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur.

Atas terselesainya pelaksanaan dan penyusunanTugas Akhir ini, maka penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.

ALLAH SWT atas limpahan cinta dan kasih sayangnya, dan segala kebaikan yang ada di

dunia dan akhirat-Nya.

2.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bpk. Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.

Ir. MT Safirin, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

5.

Ir. Joumil Aidil, SZS, MT selaku Dosen Pembimbing I dalam penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang bapak berikan kepada saya.

6.

Ibu Ir. Endang PW, MMT selaku Dosen Pembimbing II dalam penyelesaian skripsi ini.

Terimakasih banyak atas kesabaran dan kasih sayangnya serta bimbingan yang ibu

berikan kepada saya.

7.

Bapak Bramantyo, selaku Pembimbing Lapangan di PT. Cahaya Purnama Nusantara

Sidoarjo.

8.

Segenap staf dan karyawan PT. Cahaya Purnama Nusantara Sidoarjo.yang telah

membantu pelaksanaan kerja skripsi ini.

9.

Ayah dan Ibu, serta keluargaku yang tak pernah berhenti memberi kasih sayang,

dukungan dan semangat kepadaku.

(3)

11.

Teman seperjuanganku Ririen “Sahabat Sejatiku” yang selalu membantuku disaat

kesulitan, terimakasih banyak atas bantuannya, selalu mengingatkanku disaat aku malas.

(Aku mungkin ga’ bisa balas, tapi kebaikanmu akan selalu terkenang dihatiku sampai

nanti).

12.

Teman-teman TI paralel C 2005, yg belum selesai.. ayo semangat!

13.

Teman Parcel teman seperjuangan “ Sek& Teguh (kimey) makasih banyak ya atas

bantuannya, kebaikanmu ga’ kana q lupakan. Juga Sabta “kuntul”, Murtafi “gembrot”,

bogel, andi, tuwek.. semangat & kompak selalu yow.

14.

Buat sahabatku ( Ve “Q-chul”, Titin “yuk” dan Ike “nobita”) thanks atas dukungannya

dan bantuannya , u are the best.

Penulis menyadari bahwa ada kekurangan dan kesalahan mohon dimaklumi dan

penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan

laporan ini. Akhir kata, semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi para pembaca.

(4)

ii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

………. i

DAFTAR ISI

………... iii

DAFTAR TABEL

……… vii

DAFTAR GAMBAR

………... viii

DAFTAR LAMPIRAN

………. ix

ABSTRAKSI

………. x

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang ………... 1

1.2.

Perumusan Masalah ………... 3

1.3.

Tujuan Penelitian ………... 3

1.4.

Manfaat Penelitian………... 4

1.5.

Batasan Masalah ...………... 4

1.6.

Asumsi-asumsi ….………... 4

1.7.

Sistematika Penulisan ………... 5

(5)

iii

2.1.1. Pemilihan Supplier ………..……… 8

2.1.2. Evaluasi dan Pemilihan Supplier ……….……….... 9

2.1.3. Supplier Partnership ……….. 11

2.1.4. Perbedaan Memilih dan Mengevaluasi Supplier .…… 17

2.1.5. Purchasing (Procurement) …...………... 17

2.1.6. Faktor-faktor yang Dipertimbangkan Dalam Memutuskan

Pembelian ………..………... 18

2.2. Model-model Evaluasi Supplier ……….. 20

2.2.1. Categorical Plant ………...……… 20

2.2.2. Weighted Point Plan ………...………... 23

2.2.3. Cost Ratio Plan ……….. 24

2.2.4. Mathematical Programing ………... 25

2.2.5. Vendor Performance Indicator ……….. 25

2.2.5.1. Konsep Metode Vendor Performance Indicator

(VPI ...………. 25

2.2.5.2. VPI Berkerangka QCDFR ………... 26

2.2.5.3. Vendor Performance Indicator Menurut Choy

and Hartley ……… 27

2.3. Analitycal Hierarchy Process AHP.……… 29

2.3.1. Langkah-langkah Dalam Metode AHP ...……….. 31

2.3.2. Pnyusunan Prioritas ………..………. 32

(6)

iv

2.4. Scoring System ………...………... 36

2.4.1. Tipe Score ………. 36

2.4.2. Traffic Light System ……… 37

2.5. Peneliti Terdahulu ………..……. 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 41

3.2. Identifikasi Variabel dan Definisi OPerasional ...……… 41

3.2.1. Variabel Bebas ……… 41

3.2.2. Variabel Terikat ……….. 42

3.3. Langkah –Langkah Pemecahan Masalah ……… 42

3.4. Metode Pengumpulan Data ………. 55

3.4.1. Studi Pustaka ……… 55

3.4.2. Studi Lapangan ……… 55

3.5. Metode Analisis Data ………. 57

3.5.1. Perhitungan Data Realita ………. 57

3.5.2. Perhitungan Pembobotan AHP dan Inkonsistensi Ratio… 58

3.5.3. Perhitungan Skoring Sistem ……… 59

3.5.3.1. Perhitungan Skor Tiap Indicator VPI ………… 59

3.5.3.2. Perhitungan Skor Kriteria ……….. 59

3.5.3.3. Perhitungan Skor Tiap Supplier ……… 59

(7)

v

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1.

Penentuan Supplier Yang Di Ukur ……… 61

4.2.

Identifikasi Vendor Performance Indicator (VPI) ………… 61

4.3.

Pengumpulan Data ………. 62

4.3.1. Data

Purchasing Order

……… 63

4.3.2. Data

Receiving Order

……….. 63

4.3.3. Data Hasil Kuisioner Pembobotan AHP ………. 65

4.3.4. Data Target ……….. 65

4.4.

Pengolahan Data ………. 67

4.4.1. Perhitungan Pembobotan AHP ……… 68

4.4.2. Perhitungan Data Realita ……….. 70

4.4.3. Perhitungan Skoring System ……… 72

4.4.3.1 Perhitungan Skor Tiap Indikator VPI ……... .. 73

4.4.3.2 Perhitungan Skor Kriteria ………. .. 74

4.4.3.3 Perhitungan Skor Tiap

Supplier

……….. 75

4.5

Evaluasi Hasil Pengukuran Kinerja Berdasarkan

Traffic Light

System

……….. ……… 76

(8)

vi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan ……….. 87

5.2

Saran ……… 88

(9)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Perbedaan Memilih dan Mengevaluasi Supplier ……… 17

Tabel 2.2

Foam Untuk Supplier Performance Evaluation Dengan Metode

Categorical Plant ………..………. 22

Tabel 2.3

Ilustrasi Evaluasi Supplier Dengan Model Pembobotan Faktor 23

Tabel 2.4

Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ……….…. 34

Tabel 2.5

Ratio Index ………. 36

Tabel 4.1

VPI

Supplier

Pasir PT. Cahaya Purnama Nusantara Sidoarjo 62

Tabel 4.2

Data

Purchasing Order dan Receiving Order

tiap

supplier

pasir selama tahun 2009 ………. 64

Tabel 4.3

Data Target Tiap

Supplier

Pasir tahun 2009 ………. 67

Tabel 4.4

Rekapitulasi Pembobotan dan Consistency Ratio AHP Expert

Choice ……… 68

Tabel 4.5

Data Realita Tiap Supplier Pasir Tahun 2009 ……… 72

Tabel 4.6

Skor VPI Untuk Ketiga

Supplier

Pasir ………. 74

Tabel 4.7

Penggolongan VPI berdasarkan criteria ………. 75

Tabel 4.8

Skor kriteria

supplie

r pasir ……… 75

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Struktur Hirarki Vendor Evaluating ………... 30

Gambar 2.2

Matriks Perbandingan ………...……… 33

Gambar 3.1

Langkah-langkah Pemecahan Masalah ………. 44

Gambar 4.1

Struktur Hierarki Pengukuran Kinerja Supplier ……… 69

Gambar 4.2

Scoring System CV. Putro Utomo ………. 81

Gambar 4.3

Scoring System CV. Ridho ……… 82

(11)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Gambaran Umum Perusahaan

Lampiran B : Kuisioner Identifikasi VPI

Lampiran C : Spesifikasi VPI

Lampiran D : Kuisioner Pembobotan AHP

Lampiran E : Perhitungan Data Realita

Lampiran F : Perhitungan Manual Skor Untuk Spesifikasi VPI

Lampiran G : Perhitungan Skor Kriteria

Lampiran H : Perhitungan Manual Skor Supplier

Lampiran I : Output Expert Choice

(12)

x

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis

dapat menyelesaikan Tugas Akhir (TA) dengan judul “PENGUKURAN

KINERJA SUPPLIER PASIR BERDASARKAN

QUALITY COST

DELIVERY FLEXIBILITY RESPONSIVENESS (QCDFR) DI PT. CAHAYA

PURNAMA NUSANTARA SIDOARJO” yang merupakan kurikulum yang

harus ditempuh oleh mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Atas terselesainya pelaksanaan dan penyusunanTugas Akhir ini, maka

penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.

ALLAH SWT atas limpahan cinta dan kasih sayangnya, dan segala

kebaikan yang ada di dunia dan akhirat-Nya.

2.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bpk. Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.

Ir. MT Safirin, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UPN “Veteran”

Jawa Timur.

5.

Ir. Joumil Aidil, SZS, MT selaku Dosen Pembimbing I dalam penyelesaian

skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang bapak

berikan kepada saya.

(13)

xi

7.

Bapak Bramantyo, selaku Pembimbing Lapangan di PT. Cahaya Purnama

Nusantara Sidoarjo.

8.

Segenap staf dan karyawan PT. Cahaya Purnama Nusantara Sidoarjo.yang

telah membantu pelaksanaan kerja skripsi ini.

9.

Ayah dan Ibu, serta keluargaku yang tak pernah berhenti memberi kasih

sayang, dukungan dan semangat kepadaku.

10.

My Sweet Boy “Mas Agung” yang selalu mendukungku disaat suka dan

duka. U stay in my heart, thanks for everything………

11.

Teman seperjuanganku Ririn “Sahabat Sejatiku” yang selalu membantuku

disaat kesulitan, terimakasih banyak atas bantuannya, selalu

mengingatkanku disaat aku malas. (Aku mungkin ga’ bisa balas, tapi

kebaikanmu akan selalu terkenang dihatiku sampai nanti).

12.

Teman-teman TI paralel C 2005, maaf ga’ bisa sebutin satu-persatu.

Teruskan kekompakannya.

13.

Buat sahabatku ( Ve “Q-chul”, Titin “yuk” dan Ike “nobita”) thanks atas

dukungannya dan bantuannya , u are the best.

Penulis menyadari bahwa ada kekurangan dan kesalahan mohon

dimaklumi dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga Laporan

Tugas Akhir ini berguna bagi para pembaca.

(14)

x

ABSTRAKSI

Pada era globalisasi yang sangat ketat ini kemenangan dalam persaingan

membutuhkan kemampuan untuk meningkatkan kinerja sehingga tiap perusahaan

untuk dapat melaksanakam strateginya dalam menghadapi kelancaran arus rantai

pasoknya dari mulai bahan bau proses produksi sampai produk ke tangan

konsumen.

PT. Cahaya Purnama Nusantara yang bergerak dibidang manufaktur

produksi Genteng cor dan Paving belum mempunyai suatu sistem pengukuran

kinerja

supplier

yang baku dan bersifat menyeluruh. Selama ini evaluasi kinerja

supplier

lebih dititik beratkan hanya pada sisi harga bahan baku saja. Hal itu

tentunya akan dapat mengakibatkan turunnya kualitas produk. Berdasarkan

kondisi ini maka perlu dirancang dan diukur suatu kinerja

supplier

yang sesuai

denga reqruitment perusahaan supaya kepuasan konsumen tetap terjaga.

Vendor Performance Indicator

(VPI) merupakan suatu sistem manajemen

pengukuran kinerja supplier yang dilakukan secara menyeluruh dan sesuai dengan

reqruitment perusahaan dapat menunjukkan performansi kinerja

supplier

.

Evaluasi supplier ini dipandang menggunakan lima kriteria yaitu :

Quality, Cost,

Delivery, Flexibility, Responsiveness

(QCDFR) tentang kemampuan

supplier

dalam memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan. Tiap VPI dan kriteria yang

ada dalam eveluasi

supplier

dibobotkan dengan menggunakan metode AHP,

melalui perangkat lunak

Expert Choice Versi 9.0

Setelah performansi

supplier

diukur dengan menggunakan

scoring system

maka selanjutnya akan dilakukan analisa dengan menggunakan

traffic light

system

sehungga dapat diketehui apakah achievement dari suatu indicator sudah tercapai

atau belum dan memerlukan perbaikan atau tidak.

Skor kinerja tiga

supplier

pasir CV. Cahaya Purnama Nusantara adalah

sebesar 87% untuk CV. Putro Utomo , sebesar 88% untuk CV. Ridho dan CV.

Putra Piala Mas. Ketiga supplier tersebut berada pada indikator hijau, artinya

kinerja telah melebihi target dari perusahaan.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran kinerja supplier menjadi salah satu faktor yang penting karena

merupakan salah satu strategi perusahaan untuk bersaing dengan perusahaan lain

dalam hal kepuasan service level perusahaan tersebut dalam memenuhi

permintaan konsumen. Evaluasi supplier dilakukan sesuai dengan karakteristik

dari masing-masing item yang akan di supplay karena baik atau tidaknya material

management tersebut sangat tergantung dari supplier, apabila supplier kurang

responsive dalam memenuhi permintaan maka akibat yang ditimbulkan adalah

kurangnya bahan baku atau persediaan dan juga apabila lead time atau batas

waktu dari supplier panjang akan menyebabkan inventory cost yang tinggi karena

material termasuk komponen yang tidak murah. Hal lain yang perlu diperhatikan

dalam melakukan pemilihan supplier selain cost juga consistensinya (quality and

delivery, reliabilitas, relationship, flexibilitas dan juga service levelnya).

PT. Cahaya Purnama Nusantara Sidoarjo yang bergerak dibidang

manufaktur Paving stone dan Genteng cor dalam berbagai ukuran serta model

yang beraneka ragam dan nantinya akan dipasarkan lebih lanjut sesuai order atau

pesanan. Bahan utamanya yaitu pasir, semen, abu batu, batu koral dan fly ash.

PT. Cahaya Purnama Nusantara Sidoarjo merupakan satu group dengan

PT. Surya Baja Sentral Anugerah Waru – Sidoarjo yang memproduksi mesin

(16)

Cahaya Purnama Nusantara Sidoarjo adalah jadwal pengiriman bahan baku pasir

yang sering terlambat sehingga mengakibatkan kurangnya stock bahan baku yang

ada dan proses produksi terlambat. Terlebih lagi adanya problem yang selalu saja

ada muncul dari supplier, seperti kualitas yang tidak sesuai spesifikasi. Keadaan

inilah yang mengarah pada pentingnya melakukan pengukuran kinerja supplier

secara periodik.

Vendor Performance Indicator adalah suatu metode evaluasi dengan

menentukan terlebih dahulu indikator-indikator performansi kinerja supplier. Pada

umumnya untuk menjamin kestabilan produksi dari kekurangan bahan baku

biasanya perusahaan memiliki lebih dari satu supplier untuk setiap item barang,

oleh karena itu Vendor Performance Indicator dipergunakan untuk mengevaluasi

kinerja tiap-tiap supplier yang ada.

Karena itu perlu dilakukan dengan Vendor Performance Indicator (VPI)

merupakan suatu sistem manajemen pengukuran kinerja supplier yang dilakukan

secara komprehensif dan sesuai reqruitment perusahaan dan dapat menunjukkan

performansi kinerja dari supplier. Pengukuran kinerja supplier ini menggunakan 5

kriteria yaitu : Quality, Cost, Delivery, Flexibility dan Responsiveness (QCDFR)

dalam memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan. Setiap VPI dan kriteria yang

ada dalam pengukuran kinerja supplier dibobotkan dengan menggunakan Metode

Analytical Hierarchy Process (AHP), melalui perangkat lunak Expert Choice

versi 9.0.

Dengan menggunakan metode ini diharapkan perusahaan mampu

mengevaluasi supplier dan memutuskan apakah supplier tersebut masih layak

(17)

1.2 Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang kondisi perusahaan maka permasalahan

dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Berapa tingkat kinerja supplier pasir berdasarkan Quality, Cost,

Delivery, Flexibility dan Responsiveness di PT. Cahaya Purnama Nusantara

Sidoarjo?”

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Supplier yang diamati adalah supplier yang telah bekerja sama dengan PT.

Cahaya Purnama Nusantara Sidoarjo lebih dari 12 bulan, sehingga dapat

diukur performansinya.

2. Data yang diambil yaitu data tahun 2009.

3. Jumlah supplier yang diteliti adalah 3 (tiga).

4. Jenis bahan baku yang diamati adalah pasir.

5. Aspek yang berupa performansi asset dan cost tidak diteliti.

1.4 Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data realisasi (data receiving order dan data purchasing order) dan data target

diasumsikan sesuai dengan kondisi riil dari perusahaan serta tidak mengalami

perubahan yang drastis pada saat penelitian dilakukan.

(18)

1.5Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengukur skor kriteria Vendor Performance Indicator (VPI) pada

masing-masing supplier pasir.

2. Menentukan tingkat kinerja dari ketiga supplier pasir.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tugas akhir ini dapat dirasakan oleh

berbagai pihak yang bersangkutan, antara lain :

a. Bagi penulis :

1. Mendapatkan kerangka sistem evaluasi supplier dengan Vendor

Performance Indicator yang relevan dengan kondisi perusahaan.

2. menambah wawasan, pemahaman, dan pengetahuan tentang dunia industri

secara nyata, khususnya tentang kinerja supplier.

b. Bagi perusahaan

1. Mengetahui performansi supplier pasir yang terbaik sehingga dapat

membantu dalam pengambilan keputusan serta memberikan masukan

kepada supplier berdasarkan indikator kinerja yang kurang baik.

c. Bagi universitas

1. Mempunyai studi literature yang dapat menghubungkan antar dunia

industri dengan dunia perguruan tinggi.

2. Dapat menyediakan literature acuan yang berguna bagi mahasiswa yang

(19)

1.7Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini

adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, batasan masalah, asumsi, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang landasan teori-teori yang digunakan

dalam pelaksanaan penelitian sebagai penunjang untuk mengolah

dan menganalisa data-data yang diperoleh secara langsung maupun

tidak langsung yaitu teori tentang supplier, teori pemilihan supplier

, teori purchasing, model-model evaluasi supplier, teori Vendor

Performance Indicator (VPI) serta teori Analitical Hierarchy

Process (AHP) dan langkah-langkah metode AHP.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang langkah-langkah dalam melakukan

penelitian, mulai dari lokasi pencarian data, metode pengambilan

data, identifikasi variabel, dan metode pengolahan data, yang

dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian selama

pelaksanaan penelitian.

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi kondisi kerja sama supplier dengan PT. Cahaya

(20)

identifikasi Vendor Performance Indicator (VPI) sampai dengan

finalisasi dan pembobotannya sehingga terbentuk hirarki sistem

evaluasi supplier. Selanjutnya pada bab ini juga berisikan scoring

system yang dilakukan terhadap ketiga supplier yang diamati serta

melakukan analisis traffic light untuk mengetahui apakah

achievment indicator kinerja supplier telah tercapai.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan penutup tulisan yang berisi kesimpulan

dan saran mengenai analisa yang telah dilakukan sehingga dapat

memberikan suatu rekomendasi sebagai masukan ataupun

perbaikan bagi pihak perusahaan maupun pihak supplier.

DAFTAR PUSTAKA

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Supplier

Supplier dalam bahasa indonesia berarti pemasok yang mempunyai

pengertian suatu pihak atau badan yang memenuhi kebutuhan pihak atau badan

lain baik berupa barang atau jasa, berdasarkan kriteria dan spesifikasi yang telah

ditentukan sebelumnya. Supplier merupakan sumber yang menyediakan bahan

pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Abahan pertama ini

bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan,

suku cadang dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam

artinya yang murni, ini termasuk juga suppliers atau sub-suppliers. Jumlah

supplier bisa banyak atau sedikit, tetapi supplier biasanya berjumlah banyak

sekali. (Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto, 2002 : 6)

Dalam melakukan pemilihan supplier yang dipakai dalam memenuhi

kebutuhan bahan baku untuk produksi, perusahaan berusaha mengejar perbaikan

sehingga mampu mendorong perusahaannya menjadi juara dalam pemenuhan

kebutuhabn konsumen. Untuk menjadi juara memerlukan fokus, dedikasi,

kreativitas dan kerja keras. Untuk itu perusahaan melakukan satu hal yang paling

pokok yaitu menyangkut dan terfokus pada sumber pembelian barang keperluan

perusahaan dan logistik. Perusahaan berusaha mencari kerjasama dengan pemasok

(22)

2.1.1 Pemilihan Supplier

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemilihan supplier

selain cost juga consistensy-nya (quality and delivery), reliabilitas, relationship,

flexibilitasnya dan juga service levelnya. Hal yang ditekankan dalam pemilihan

supplier adalah buyer-supplier relationship yaitu kemampuan keduanya untuk

bekerja sama (co-operative) dengan menyamakan visi dan misi keduanya,

sehingga hubungan tak hanya untuk short term saja. Rasa saling percaya

(goodwill trust) dalam suatu hubungan adalah hal yang paling penting karena

dengan rasa saling percaya kedua belah pihak dapat saling mengandalkan, dan

hubungan kerja sama yang baik dapat terbentuk, yang tentu saja hal tersebut dapat

memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.

Saat memilih supplier ada beberapa point pertimbangan dimana biasanya

kualitas dari produk, service atau pelayanan dan ketepatan waktu pengiriman

adalah hal yang penting, meskipun ada beberapa faktor lain yang harus

dipertimbangkan. Faktor utama yang dipertimbangkan oleh suatu perusahaan

ketika memilih supplier adalah (William J Stevenson, 2000, production

operations management :701):

1. Harga : faktor ini biasanya merupakan faktor utama, apakah terdapat

penawaran diskon, meskipun hal itu kadangkala tidak menjadi hal yang paling

penting.

2. Kualitas : suatu perusahaan mungkin akan membelanjakan lebih besar

biayanya untuk mendapatkan kualitas barang yang baik.

3. Pelayanan : pelayanan yang khusus kadangkala dapat menjadi hal yang paling

(23)

petunjuk cara penggunaan, perbaikan peralatan dan pelayanan yang sejenis,

dapat menjadi kunci dalam pemilihan satu supplier daripada yang lain.

4. Lokasi : lokasi supplier dapat mempunyai pengaruh waktu pengiriman, biaya

transportasi, dan waktu respon saat ada order atau pesanan yang mendadak

atau pelayanan yang bersifat darurat. Pembelian ada daerah setempat/lokal

dapat menumbuhkan goodwill (pengaruh baik) dalam suatu hubungan serta

dapat membantu perekonomian daerah sekitar.

5. Kebijakan persediaan supplier : jika supplier dapat memelihara kebijakan

persediaannya dan menjaga spare parts yang dimilikinya, hal ini dapat

membantu dalam kasus kebutuhan bahan baku yang mendadak.

6. Fleksbilitas : niat yang baik dan kemampuan supplier dalam merespon

perubahan permintaan dan memenuhi perubahan desain pesanan dapat

menjadi faktor yang penting dalam pemilihan supplier.

2.1.2 Evaluasi dan Seleksi Supplier

Proses pembelian sangat kompleks karena banyak faktor yang harus

dipertimbangkan. Proses terdiri dari pembuat keputusan dan pengaruh keputusan

yang disatukan dalam DMU (desicion-making unit). Proses evaluasi dan seleksi

supplier ini meliputi 12 langkah yaitu (Miranda dan Amin Widjaja Tunggal, 2005

: 62) :

1. Identifikasi kebutuhan

2. Membuat spesifikasi

3. Mencari alternatif

4. Membangun koneksi

(24)

6. Mengevaluasi alternatif aksi pembelian

7. Anggaran yang tersedia

8. Mengevaluasi alternatif pembelian yang spesifik

9. Bernegosiasi dengan supplier

10.Membeli evaluasi pasca pembelian (postpurchase)

11.Menggunakan evaluasi pasca pembelian

12.Menyalurkan evaluasi pasca pembelian

Salah satu cara untuk mengukur dan mengevaluasi suplier (Miranda dan

Amin Widjaja Tunggal, 2005 : 64) :

Langkah 1

Manajer mengidentifikasi semua supplier potensial yang menjual item yang dibeli

perusahaan.

Langkah 2

Membuat daftar berisi atribut-atribut untuk dievaluasi tia atribut pada tiap supplier

(misalnya reliabilitas produk, harga, penyesuaian pesanan). Skala 1-5 digunakan

(1 = rating terburuk, 5 = rating terbaik) tetapi skala lain juga bisa digunakan.

Langkah 3

Manajemen memutuskan pentingnya tiap atribut bagi perusahaan, misalnya

reliabilitas produk penting bagi perusahaan, maka atribut ini diberi rating terbaik.

Bila arga tidak sepenting reliabilitas, maka rating yang lebih kecil diberikan pada

atribut harga yang tidak berguna bagi perusahaan diberi 0.

Langkah 4

Langkah selanjutnya adalah membuat ukuran gabungan tertimbang tiap atribut.

(25)

kepentingan atribut. Penambahan gabungan angka untuk tiap supplier

menunjukkan rating keseluruhan yang dapat dibandingkan dengan supplier

lainnya. Semakin dekat pula pertemuan supplier dengan kebutuhan dan spesifikasi

perusahaan.

Salah satu kelebihan pendekatan ini adalah memaksa manajemen untuk

merumuskan elemen penting dari keputusan purchasing dan mempertanyakan

metode, asumsi dan prosedur yang telah digunakan sebelumnya.

2.1.3 Supplier Partnership

Optimalisasi dalam pemenuhan pengadaan bahan baku memerlukan aliran

informasi yang lancar, transparan, dan akurat serta memerlukan kepercayaan antar

peserta pengadaan barang dan jasa. Hal ini hanya mungkin dilakukan melalui

proses yang panjang dan antar pihak yang makin saling mengenal. Dengan

demikian, satu-satunya cara adalah diantara mereka yang terkait terdapat

semacam partnering. Optimalisasi tidak mungkin dicapai apabila dilakukan oleh

supplier yang terus-menerus berbeda dan berganti, karena hal-hal yang diinginkan

tersebut tidak akan mungkin terwujud secara optimal. Oleh karena itu, dikatakan

bahwa partnering adalah salah satu solusi yang terbaik dalam melakukan

optimalisasi kerja sama dengan para supplier. Perlu disampaikan juga bahwa ada

beberapa prinsip partnering yang perlu dipegang teguh dan dikembangkan

terus-menerus, yaitu (Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto, 2002 : 121) :

1. Meyakini memiliki tujuan yang sama (Common Goal)

a. Tujuan dari semua perusahaan sebetulnya sama, yaitu dapat hidup dan

(26)

b. Untuk itu harus terus-menerus menghasilkan barang/jasa yang bermutu

dengan harga layak, sehingga laku terjual dipasaran dengan imbalan

keuntungan tertentu.

c. Pembeli dan penjual harus melihat dua hal tersebut sebagai tujuan yang

sama.

d. Kesalahan umum adalah banyak yang menganggap keuntungan (profit)

merupakan tujuan utama perusahaan. Perusahaan yang bisa survive dan

growth dengan sendirinya tentu akan menghasilkan perusahaan yang

hanya memperoleh keuntungan di tahun-tahun tertentu saja belum tentu

sanggup mempertahankan hidupnya untuk jangka panjang.

2. Saling menguntungkan (Mutual Benefit)

a. Kedua pihak harus sadar bahwa setiap pembicaraan atau negosiasi sesuatu

yang dapat meguntungkan kedua belah pihak (win-win) dan tidak boleh

hanya menguntungkan satu pihak saja dan merugikan pihak lain.

b. Kalau ini terjadi, maka hubungan tidak akan berlangsung lama dan

kemitraan akan gagal.

c. Saling menguntungkan adalah motivasi yang sangat kuat, bahkan mungkin

yang terkuat bagi kedua pihak untuk melekukan dan melanjutkan

kemitraan

d. Oleh karena itu, tidak ada satu pihak pun yang boleh merasa berada diatas

pihak yang lain dan dapat mendikte kehendaknya pada pihak lain. Semua

(27)

3. Saling Percaya

a. Untuk mencapai prinsip kedua tersebut diperlukan sikap saling percaya

dan terbuka.

b. Saling percaya disini termasuk dalam perhitungan biaya produksi dan

harga barang/jasa yang dihasilkan. Kedua belah pihak dapat saling

memberikan nasehat atau pendapat untuk melakukan effisiensi atau

penurunan tertentu.

c. Oleh karena itu, perundingan dalam full partnership sudah hampir sama

dengan perundingan antar bagian dalam suatu perusahaan.

d. Saling percaya tidak hanya pada kejujuran dan itikad baik masing-masing

untuk memenuhi perjanjian dan kesepakatan bersama, misalnya ketepatan

waktu pembayaran, waktu penyerahan, mutu barang dan sebagainya.

e. Kalau hubungan yang saling menguntungkan dapat disebut sebagai

motivasi utama dalam membangun kemitraan,maka saling mempercayai

merupakan bahan utama untuk membangun kemitraan yang berjangka

panjang. Sikap saling percaya tidak harus dibangun tahap demi tahap,

tetapi harus terbukti dan dapat bertahan dalam jangka panjang.

4. Bersikap terbuka (Transparant)

a. Untuk itu, dalam batas-batas tertentu yang cukup luas, data dari kedua

belah pihak dapat dilihat oleh pihak lain.

b. Tentu saja kedua belah pihak terikat secara legal dan moral untuk

merahasiakan data-data tertentu yang memang harus dirahasiakan.

c. Transparansi dapat meningkatkan sikap saling mempercayai, dan

(28)

5. Menjalin hubungan jangka panjang (Long term Relationship)

a. Dua pihak yang saling percaya, saling menguntungkan, dan mempunyai

kepentingan yang sama, cenderung akan bekerja sama dalam waktu yang

panjang, tidak hanya selama 5 atau 10 tahun, tetapi sering kali lebih dari

20 tahun.

b. Hubungan jangka panjang juga memungkinkan pihak rekanan supplier

untuk bersedia, berani, dan mampu melakukan investasi yang besar untuk

kepeluan R&D demi peningkatan mutu produknya.

c. Pada gilirannya ini juga akan menguntungkan supplier, dan ini tidak

mungkin dilakukan apabila hubungan hanya jangka pendek.

6. Terus-menerus melakukan perbaikan dalam biaya dan mutu barang/jasa

a. Salah satu prinsip yang penting dalam kemitraan adalah kedua belah pihak

harus senantiasa meningkatkan mutu, effisiensi, biaya, dan harga

barang/jasa yang dimaksud.

b. Dengan demikian, perusahaan dapat bertahan dalam kompetisi global yang

makin lama makin ketat.

c. Ketahanan dalam berkompetisi membuat perusahaan dapat bertahan hidup,

dan berkembang, dan ini akan menguntungkan pihak yang lainnya juga.

d. Jadi, perbaikan terus-menerus dalam mutu dan harga barang merupakan

kepentingan kedua belah pihak.

Namun dalam menjalin supplier partnership ini tidaklah mudah, ada

(29)

 Masih banyaknya anggapan bahwa supplier atau pihak lain adalah ”lawan”

atau bahkan ”musuh” dalam berbisnis dan bukan merupakan ”mitra”.

 Masih banyaknya anggapan bahwa antara supplier atau pihak lain dan

perusahaan sendiri pada hakekatnya mempunyai tujuan yang berlainan,

bahkan saling bertentangan, sedangkan sebetulnya tujuan akhir mereka

sama, yaitu sama-sama perlu survive dan growth.

 Dalam negosiasi, masih banyak yang mengharapkan hasil ”win-lose” dan

kurang mengenal konsep ”win-win negotiation”.

 Banyak yang masih terlibat pada hubungan ”Jangka pendek” kurang

melihat hubungan ”jangka pendek” yang saling menguntungkan.

Oleh karena itu konsep-konsep baru seperti ”win-win negotiation”,

”supplier partnership” , dan sebagainya perlu dikembangkan diantara para pelaku

kegiatan pengadaan barang dan dan didalam perusahaan sendiri untuk

menciptakan kepercayaan yang sangat diperlukan dalam mengoptimalkan

manajemen rantai pasok perusahaan.

Yang pada akhirnya supplier partnership atau kemitraan bisnis ini dapat

memberikan beberapa keuntungan sebagai berikut :

a. Menambah nilai produk

Partnership dengan perusahaan unggul dapat menambah nilai pada produk

yang dipasarkan sepertimempersingkat waktu distribusi atau produksi,

(30)

b. Memperbaiki akses pasar

Ini dapat dicapai dengan pemasangan iklan bersama, penggunaan jaringan

mitra kerja dan sebagainya.

c. Memperkuat operasi

Partnership dengan mitra yang sesuai dapat menggabungkan sumber daya

masing-masing, meningkatkan effisiensi, pemberdayaan fasilitas, dan

sebagainya.

d. Menambah kemampuan teknologi

Kemampuan dan pengalaman mitra serta H&D mitra bisa menjadi R&D

bersama hingga kemampuan teknologi sendiri dapat ditingkatkan.

e. Memperlancarkan pertumbuhan

Banyak kesamaan bertumbuh hanya terbuka bagi perusahaan besar dan

berpengalaman. Dengan kemitraan, sumber daya dapat digabungkan

sehingga mampu menghilangkan halangan untuk tumbuh.

f. Menambah ketrampilan organisasi

Kemitraan memberikan kesempatan yang luar biasa untuk belajar dari

sesama mitra usaha dan belajar bersama.

g. Membangun kekuatan finansial

Dengan kemitraan, keuntungan dapat bertambah dan banyak jenis biaya

dapat dipikul bersama sehingga menambah kemampuan keuangan

masing-masing maupun bersam-sama.

(31)

2.1.4 Perbedaan memilih dan mengevaluasi supplier

Perbedaan antara memilih dan mengevaluasi supplier dapat dijelaskan

[image:31.612.135.483.192.400.2]

dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.1

Perbedaan Memilih dan Mengevaluasi Supplier

Aspek Memilih Mengevaluasi

Tujuan Membandingkan beberapa

alternative untuk kemudian dipilih yang terbaik

Memonitor perkembangan kinerja supplier secara periodik setelah transaksi berjalan selama selang waktu tertentu Frekuensi Lebih jarang, sering kali hanya

sekali dalam jangka waktu yang lama

Periodik

Kriteria Multi criteria Multi criteria

Dilakukan oleh Tim lintas fungsi kadang kala membutuhkan intervensi top management

Tim lintas fungsi atau top management

Kegiatan Lebih intensif membutuhkan pengumpulan data-data eksternal

Lebih straight forward (secara langsung), buyer biasanya memiliki catatan kinerja

supplier

( Sumber : Dobler D. W, Burt D.N and Lee. L, 1990 ) 2.1.5 Purchasing (Procurement)

Istilah purchasing dan procurement sering tertukar, meskipun berbeda

pelaksanaannya. Purchasing pada umumnya berhubungan dengan pembelian

aktual material dan segala aktivitas yang berhubungan dengan proses pembelian.

Aktivitas procurement dikenal sebagai process-oriented dan strategi. (Miranda

dan Amin Widjaja Tunggal, 2005 : 60) :

Tujuan dari Purchasing :

1. Memberikan aliran material, persediaan dan pelayanan yang

berkesinambungan yang dibutuhkan untuk menjalankan organisasi.

2. Meminimalkan investasi persediaan dan kerugian.

(32)

4. Menemukan atau mengembangkan kemampuan supplier.

5. Menstandarisasi, dimana kemungkinan barnga dibeli.

6. Pembelian barang yang diperlukan dan pelayanan pada tingkat biaya total

terendah.

7. Mengembangkan posisi organisasi yang kompetitif.

8. Mencapai keharmonisan, hubungan kerja yang produktif dengan area

fungsional lainnya dalam organisasi.

9. Menyempurnakan sasaran pembelian pada kemungkinan tingkat biaya

administrasi yang terendah.

Kategori produk yang biasa dibeli oleh perusahaan ada 6 yaitu :

1. Komponen produk

2. Bahan baku

3. Peralatan pendukung

4. Peralatan proses

5. Bahan untuk mendukung operasi

6. Jasa / pelayanan

2.1.6 Faktor-faktor Yang Dipertimbangkan Dalam memutuskan Pembelian

Optimalisasi dalam dalam pengadaan bahan baku memerlukan aliran

informasi yang lancar, transparan, dan akurat serta memerlukan kepercayaan antar

peserta pengadaan barang dan jasa sesuai dengan karakteristik dari masing-masing

item yang akan di supplay karena baik atau tidaknya material management

tersebut sangat tergantung dari supplier. Apabila supplier kurang responsif dalam

permintaan maka akibat yang ditimbulkan adalah terjadi stockout dan juga apabila

(33)

karena material termasuk komponen yang tidak murah. Manajer purchasing dapat

mempertimbangkan beberapa atau semua faktor berikut ini ketika memutuskan

pembelian (Miranda Amin Widjaja Tunggal, 2005 : 63) :

Lead-time (tenggang waktu)  Valiabilitas lead-time

 Persentase pengiriman tepat waktu

 Persentase ketersediaan stok

 Penyesuaian dalam ordering / komunikasi

 Kemampuan menjelajah

Downtime yang disebabkan kesalahan vendor, pengiriman sebagian atau

keterlambatan pengiriman

 Daya tahan produk

 Mudah dipelihara dan mudah dioperasikan

 Kegagalan produk yang disebabkan oleh kesalahan tempat atau material

 Penolakan kualitas  Sfesifikasi teknik

 Penawaran jas training / teknik  Persaingan harga

 Keyakinan dalam penjualan yang tepat

 Pengalaman masa lampau bersama vendor

 Keseluruhan reputasi vendor  Syarat-syarat finansial

(34)

Tanggung jawab utama dari manajemen material adalah memilih sumber

yang paling konsisten dalam memenuhi sfesifikasi standart kualitas. Sehingga

hendaknya diadakan program pengawasan mutu untuk berjaga-jaga terhadap

merosotnya mutu material.

Sebagian besar usaha manajemen material itu menyangkut perundingan

harga dan dan penurunan biaya. Pembelian dilakukan dengan harga yang terbaik,

harga terbaik bukan selalu harga termurah dipasar tetapi harus dilihat dari mutu

yang konsisten dan supplay yang kontinu.

Pemeliharaan supplay yan kontinu merupakan suatu aspek esensial dari

manajemen material, untuk menghindari persediaan yang tak menentu, maka

perlulah diadakan perjanjian tetap dan pemenuhan syarat-syarat finansial sehingga

keteraturan prosedur distribusi fisik dapat dipertahankan kontinuitas dalam

penyelenggaraan pesanan langganan.

2.2Model – model Evaluasi Supplier

Kebanyakan dari model-model yang ada mengkombinasikan subjektive

judgements dan kalkulasi (quantitative approaches). Berikut ini beberapa contoh

model dalam mengevaluasi supplier yaitu :

2.2.1 Categorical Plant

Pendekatan yang pertama di evaluasi performansi supplier merupakan

pendekatan kualitatif yang disebut model kategori atau model faktor. Model ini

merupakan rangkaian prosedur yang mudah, tidak membutuhkan pelatihan

tertentu, tidak membutuhkan pengumpulan data yang banyak dan analisis yang

(35)

dari perusahaan (buyer). Pada model ini penilaian bersifat subjektive dan aspek

yang dinilai dikategorikan menjadi beberapa tingkatan yaitu preferred, neutral,

dan unsatisfactory. Contoh : sebuah perusahaan menggunakan kategori berikut

untuk menilai kinerja supplier.

E- Excellent

A- Acceptable

H- High

M- Medium

L- Low

M- Marginal

U- Uacceptable

Dengan hanya menggunakan kategori- kategori diatas, kita telah dapat

melakukan penilaian kinerja supplier namun tentunya hal tersebut tidak cukup

akurat dan terbukti efektif dalam mengevaluasi supplier karena penilaian sangat

subjektive dan perspektif masing-masing penilaian sangat berbeda-beda.

Perusahaan membuat daftar supplier dan produknya, kemudian membuat

daftar untuk tiap supplier terhadap faktor-faktor tertentu dari laporan kualitas

performansi dan pelayanan teknis. Penilaian diberikan dalam sistim tiga nilai yaitu

baik, kurang atau cukup.

Evaluasi dilakukan oleh masing-masing departemen yang terkait dengan

pembelian sesuai dengan faktor performansi yang relevan. Performansi akhir

(36)

untuk jangka waktu pendek, misalnya tiap bulan sehingga dapat diketahui

kecenderungan dari tiap supplier untuk dianalisa mengenai performansi jangka

panjangnya. Metode kategori merupakan prosedur mencatat, melaporkan, teknik

analisa secara sederhana dengan mengumpulkan dan evaluasi data yang mudah

dengan biaya yang murah. Keahlian dan penilaian perusahaan (buyer) sangat

penting, namun hal ini dapat mengakibatkan ketidak konsistenan penilaian

[image:36.612.129.514.307.654.2]

performansi karena adanya subjektifitas dan evaluasi.

Tabel 2.2 Foam untuk supplier performance evaluation

dengan metode categorical plant Supplier --- Date --- Summary Evluation by Department

Preterred Neutral Unsatisfactory

Purchasing Receiving Engineering Quality - Purchasing

Delivers on schedule Delivers at quoted prices Prices are competitive

Drompt and accurate with routime doc - Receiving

Delivers perrouting instructions Has adequate delivery service Has good packaging

- Accounting Invoice correcting

Issues credit memos puntually Doest ask for special financial consd - Engineering

Past record on reliability of products Has techinical a bility for difficult work

- Quality

Quality of material

Furnishes certification, affidativits

(37)

2.2.2 Weighted Point Plan

Setiap faktor dalam model ini akan diberi nilai dengan bobot yang

berbeda-beda untuk masing-masing faktor sesuai dengan kepentingan perusahaan

dalam memberikan penilaian misalnya saja pada faktor Quality 50 %, Service 25

%, Price 25 %. Setelah itu langkah selanjutnya ialah mengukur aktual

performance dari masing-masing supplier untuk masing-masing faktor. Untuk

mendapatkan overall rating untuk supplier tersebut, setiap bobot faktor akan

dikalikan dengan nilai aktual performance.

Dengan menggunakan model ini penggukuran akan lebih bersifat

kuantutatif dengan untuk dapat membandingkan performance dari dua atau lebih

supplier perlu lebih memperhatikan faktor, bobot dan pengukuran secara

konsisten untuk semua supplier. Faktor subjektivitas dalam faktor ini sudah

berkurang dikarenakan adanya bobot dan formula yang digunakan dalam

penggukuran performansi dari supplier tersebut. Model ini juga lebih fleksibel

sehingga faktor-faktor yang lain yang ingin dikaitkan dalam penggukuran dapat

disesuaikan dengan kasus yang dihadapi perusahaan. Dan juga model ini juga

dapat digunakan conjuction dengan model categorical plan jika perusahaan ingin

memasukkan faktor lain yang dianggap penting namun bersifat subjektifitas dalam

[image:37.612.125.513.611.678.2]

evaluasi supplier.

Tabel 2.3 Ilustrasi Evaluasi Supplier dengan model pembobotan faktor

Faktor Bobot Penilaian Performansi aktual

Kualitas 50 100 % - % rejects 5 % rejects Pelayanan 25 100 % - 7 % tiap failure 3 failures Harga 25

aaktual H

aterendah H

arg arg

* 100 %

$ 100

(38)

Evaluasi performansi

50 * (1.00- 0,5) = 47,50

25 * (1.00- (0,7 * 3)) = 19,75

25 * 100 $

90 $

= 22,50

--- +

89,75 keseluruhan

2.2.3 Cost Ratio Plan

Metode ini mengevaluasi biaya dari masing-masing faktor sebagai

prosentase dari total pembelian untuk supplier. Metode ini mengevaluasi

performansi supplier dengan menggunakan standart cost. Dengan menggunakan

metode ini pembeli harus dapat mengidentifikasi biaya tambahan yang muncul

selama berlangsungnya kerjasama dengan supplier. Biaya tersebut terpisah dari

element performansi supplier yaitu kualitas, service dan harga. Untuk setiap biaya

tersebut akan dikonversikan kedalam bentuk rasio biaya yang menggambarkan

penambahan biaya berupa prosentase total biaya pembelian dari supplier. Ketiga

rasio biaya tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan rasio biaya keseluruhan dari

supplier dan selanjutnya ditambahkan dengan harga dari supplier, kemudian

dibandingkan dengan nilai rasio biaya dari supplier lain.

Metode ini dalam pengaplikasiannya sangat kompleks sehingga

dibutuhkan suatu desain yang khusus, perusahaan yang besar dan sistim akutansi

yang terkomputerisasi dengan baik untuk mendapatkan data biaya yang tepat.

(39)

2.2.4 Mathematical Programing

Pendekatan secara matematis juga bisa dilakukan untuk mengevaluasi

supplier. Menurut Talluri dan Narasiman (2003), metode lain yang digunakan

dalam mengevaluasi supplier adalah pendekatan max-min, dengan menggunakan

mathematic programing. Dengan menggunakan data-data historis yang ada, yang

meliputi data-data tertentu, kemudian sesuai dengan metode yang dilakukan, maka

evaluasi supplier pun dapat dilakukan.

Contoh dari mathematical programing ini adalah linier programing yang

ditulis oleh Pan (1988). Analitycal Hierarchy Proses yang ditulis oleh Barbarosglu

dan Yazgac (1997). Penyelesaian model mathematical programing ini dapat

dilakukan dengan bantuan software LINDO.

2.2.5 Vendor Performance Indicator

2.2.5.1Konsep Metode Vendor Performance Indicator (VPI)

Vendor Performance Indicator adalah suatu metode evaluasi dengan

menetukan terlebih dahulu indicator-indikator performansi kinerja supplier. Untuk

menjamin kestabilan produksi dari kekurangan bahan baku biasanya terdapat lebih

dari satu supplier untuk setiap item barang. Selanjutnya untuk menjamin

kestabilan kedatangan material agar sesuai standart kualitas, evaluasi supplier

harus dilakukan secara periodik, supplier akan dipilih berdasarkan seberapa baik

supplier dapat memenuhi variasi spesifikasi pemesanan yang tidak hanya

tergantung pada harga, tetapi total biaya pengadaan material tersebut.

Karena produksi berawal dari pembelian, dan program pembelian tidak

(40)

efektif akan dapat membantu perusahaan dalam penerapan produksi just in time

(JIT) yang baik.

Tiap perusahaan mempunyai spesifikasi persyaratan yang berbeda-beda

dalam mengevaluasi supplier yang dimilikinya, antara lain dengan metode sebagai

berikut :

2.2.5.2 VPI berkerangka QCDFR

YP. Fun dan JS. Hung (1997) menyatakan dalam jurnal yang berjudul “A

New Measure for Supplier Performance Evaluation”, bahwa salah satu kerangka

Vendor Performance Indicator (VPI) adalah Quality, Cost, Delivery, Flexibility,

Responsiveness (QCDFR). Dimana :

Q : Quality

Mengenai kemampuan supplier pemenuhan kualitas yang sesuai standard

yang telah ditetapkan

C : Cost

Berhubungan dengan tingkat harga bahan baku yang ditawarkan oleh

supplier

D : Delivery

Berhubungan kemampuan pemenuhan kuantitas dan waktu pengiriman

F : Flexibility

Berhubungan dengan kemampuan pemenuhan permintaan jika ada

perubahan jumlah dan waktu pengiriman

R : Responsiveness

Berhubungan dengan kemampuan supplier dalam merespon problem dalam

(41)

2.2.5.3 Vendor Performance Indicator Menurut Choy and Hartley

Choy and Hartley (1996) menyatakan bahwa criteria dalam melakukan

evaluasi supplier antara lain :

1. Finance

1.1 Financial conditions

1.2 Probability of supplier

1.3 Financial records disclosure

1.4 Performance awards

2. Consistency

2.1 Conformance quality

2.2 Consistent delivery

2.3 Quality philosophy

2.4 Prompt response

3. Relationship

3.1 Long term relationship

3.2 Relationship closeness

3.3 Communication openness

3.4 Reputation of integrity

4. Flexibility

4.1 Product volume changes

4.2 Short set up time

4.3 Short delivery lead time

(42)

5. Technological Capability

5.1 Design capability

5.2 Technical capability

6. Service

6.1 After sales support

6.2 Sales competence

7. Reliability

7.1 Incremental improvement

7.2 Product reliability

8. Price

8.1 Low initial price

Untuk kriteria pertama terdiri dari empat faktor, dua dari empat factor

tersebut berhubungan langsung dengan keadaan ekonomi supplier, factor ketiga

mengenai sikap terbuka kepada orang lain mengenai keadaan ekonominya dan

yang keempat mengenai penghargaan-penghargaan yang pernah diterima oleh

supplier. Dari penghargaan yang pernah diterimanya mungkin akan menjadi alas

an kuat bagi perusahaan untuk memilihnya dari pada supplier lainnya.

Pada kriteria kedua yaitu consistency berisi mengenai hal sehari-hari yang

biasa mereka lakukan dalam pekerjaannya, yaitu konsistensi supplier untuk

memenuhi delivery deadlines dan kesiapan supplier dalam merespon permintaan.

Kriteria ketiga (Relationship) terdiri dari empat faktor, faktor pertama

(43)

pengalaman masa lalu, sedangkan ketiga aspek yang lain berhubungan dengan

kepercayaan dan cooperation dalam hubungan buyer-supplier.

Ketiga faktor pertama dalam kriteria keempat yaitu flexibility lebih

ditekankan pada tingkat fleksibilitas supplier dan faktor yang keempat adalah

mengenai kemauan dan kemampuan supplier untuk menyelesaikan konflik yang

terjadi.

Pada kriteria kelima (Technological capability) menyangkut masalah

pemgetahuan supplier mengenai produk dan penggunaan teknologi dalam proses

produksinya.

Sedangkan untuk kriteria keenam (Service) menyangkut masalah

pelayanan mengenai produk atau jasa yang dijual. Pada kriteria ketujuh yaitu

reliability ditentukan dari peningkatan atau penilaian performansi supplier dan

kriteria yang terakhir mengenai harga. Penggunaan kriteria yang tepat hanya jika

sesuai dengan kondisi perusahaan, sehingga tidak ada kriteria yang jelek ataupun

baik tetapi sesuai atau tidak sesuai.

2.3 Analitical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas L.

Saaty (1993) dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang kompleks

dengan aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Kompleksitas ini

disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pengambilan

keputusan serta ketidakpastian tersediaanya data statistik yang akurat atau

bahkan tidak sama sekali. Ada kalanya timbul permasalahan pada saat masalah

(44)

variasinya rumit sehingga data tidak mungkin dapat dicatat secara numerik hanya

secara kualitatif saja yang dapat diukur, yaitu berdasarkan persepsi, pengalaman,

dan intuisi

Salah satu keuntungan utama AHP yang membedakan dengan model

pengambilan keputusan lainnya dalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak.

Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa keputusan manusia sebagian didasari

logika dan sebagian lagi didasarkan pada unsur diluar logika seperti perasaan,

pengalaman dan intuisi.

Penentuan bobot dalam metode ini didasarkan atas perbandingan

berpasangan masing-masing kreteria dan pemilihan alternatif-alternatif pada

[image:44.612.146.492.380.502.2]

masing-masing kriteria.

Gambar 2.1 Struktur Hirarki Vendor Evaluating

Misalnya saja dalam penentuan bobot masing-masing kreteria (Quality,

Price, Delivery) dihitung berdasarkan hasil perbandingan berpasangan yang

dilakukan oleh bagian pembelian kemudian bobot masing-masing kriteria

diperoleh. Berbandingan berpasangan dilakukan untuk memberikan penilaian

terhadap masing-masing vendor pada tahap kriteria.

Penilaian dilakukan dengan mengajukan pertanyaan misalnya : untuk

aspek kualitas, seberapa baguskah supplier 1 bila dibandingkan dengan Vendor

Cost Delivery

Quality

1. Mutu barang

2. Spesifikasi barang sesuai standart perusahaan

1. Harga bahan baku 2. Periode pembayaran

tagihan

1. Ketepatan jumlah barang yang dikirim 2. Ketepatan waktu

(45)

supplier 2 ? dan penilaian dilakukan dengan menggunakan skala yang sama

seperti yang dilakukan pada penentuan bobot.

Nilai agregat tiap supplier dihitung dengan menjumlah hasil perkalian

antara bobot dan nilai untuk masing-masing kriteria, supplier yang memiliki

nilai paling besar adalah yang paling baik diantara ketiganya.

Kelebihan AHP (Suryadi dan Ramdhani 1998 : 131) dibandingkan

dengan yang lain karena adanya :

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari criteria yang dipilih

sampai kepada sub-sub criteria yang paling dalam.

2. Memeperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria yang paling dalam.

3. Memperhitungkan ketahanan output analisis sensivitas pengambilan

keputusan.

4. Karena menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah

data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif sekaligus. Selain itu, AHP

mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objectif

dan multi criteria yang didasarkan pada perbandingan prefensi dari setiap

elemen dalam hirarki, sehingga menjadi model pengambilan keputusan

komprehensif.

2.3.1 Langkah-langkah dalam metode AHP

Menurut Suryadi dan Ramdhani, 1998 langkah-langkah yang ditempuh

dalam AHP adalah sebagai berikut :

(46)

2. Pembuatan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum sampai

dengan sub tujuan, meliputi kriteria adan kemungkinan alternatif paling baik.

3. Pembuatan matrik perbandingan berpasangan dengan melakukan penilaian

tingkat keputusan satu elemen terhadap elemen lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sebanyak nx

 

    

2 1 n

dimana n

merupakan jumlah elemen yang dibandingkan.

5. Perhitungan nilai eigen dan pengujian konsistensi. Jika tidak konsisten maka

pengambilan data harus diulangi kembali.

6. Mengulangi langkah 3,4,5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Perhitungan nilai vektor eigen untuk setiap matrik berpasangan.

8. Memerikasa konsistensi dari hirarki. Jika ternyata nilainya lebih dari 0,1 maka

(10%) maka penilaian dan data tersebut harus diperbaiki.

2.3.2 Penyusunan prioritas

Merupakan berbandingan berpasangan yang digunakan untuk

mempertimbangkan faktor-faktor keputusan atau alternatif-alternatif dengan

memperhitungkan hubungan antara faktor dan sub faktor itu sendiri. Proses

perbandingan tersebut pada intinya adalah pengisian matriks perbandingan.

Matrik perbandingan yang dihasilkan adalah matriks yang tidak mengandung nilai

(47)

A1 A2 …… Am

[image:47.612.174.306.79.176.2]

A1 a11 a12 ……. a1m A2 a21 a22 …… a2m An an1 an2 …… anm

Gambar 2.2 Matrik Perbandingan Berpasangan

Matriks An  m merupakan matrik resiprokal. Dan diasumsikan terdapat n

element. Yaitu w1, w2, …..wn yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai

perbandingan secara berpasangan antara (w1,w2) dapat dipresentasikan seperti pada

matrik tersebut.

Wj Wi

= a (i,j) = 1,2,….n

Dalam hal ini matriks perbandingan adalah matrik A dengan unsur- unsurnya

adalah a, dengan i,j = 1,2,…n

Unsur-unsur matrik tersebut diperoleh dengan membandingkan satu

elemen operasi terhadap element operasi lainnya untuk tingkat hirarki yang sama.

Misalnya unsur ai,j adalah perbandingan kepentingan element operasi AI terhadap

element operasi aI sendiri, sehingga dengan sendirinya nilai unsur aij adalah sama

dengan1. Dengan cara yang sama maka diperoleh semua unsur diagonal matriks

perbandingan sama dengan nilai 1. Nilai unsur a12 adalah perbandingan

kepentingan element operasi A1 terhadap elemet A2. Besarnya nilai a12 adalah1/ a12

Yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan element operasi A2

terhadap element A1. Untuk mengisi matrik perbandingan berpasangan itu kita

(48)

diatas lainnya, berkenaan dengan sifat tersebut, table dibawah ini memuat skala

[image:48.612.126.512.158.448.2]

banding berpasangan.

Tabel 2.4 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

Intensitas kepentingan

Keterangan Penjelasan

1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besarnya terhadap tujuan. 3 Elemen yang satu lebih penting

dibandingkan elemen lain

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibanding elemen lain.

5 Elemen yang satu lebih penting dibanding elemen lain

Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibanding elemen lain.

7 Satu elemen jelas lebih mutlak dibanding elemen lain

Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlibat dalam praktek. 9 Satu elemen mutlak penting dari

pada elemen lain

Bukti elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin terkuat.

2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi

Kebalikan Jika untuk aktiva I mendapatkan satu angka dibanding aktiva j, maka j mempunyai nilai kebalikan dibandingkan dengan nilai I

(Saaty.T.L.1993)

2.3.3 Perhitungan konsistensi Setiap Matriks Perbandingan

Pengecekan konsistensi dilakukan untuk melihat apakah perbandingan

berpasangan yang sudah dibuat masih berada didalam batas kontrol penerimaan

atau tidak. Nilai konsistensi < 0.1 maka dapat dikatakan bahwa data konsisten.

Jika ternyata tidak maka perlu dilaksanakan kajian ulang untuk menyelidiki

apakah konsistensi tersebut dapat diaplikasikan.

Langkah-langkah uji konsistensi yaitu :

(49)

 Menghitung mak = penjumlahan darihasil perkalian bobot setiap kreteria

dengan nilai total setiap kolom.

 Menghitung konsistensi index (Cl), Cl = ( maks – n ) / ( n-1 ) dan n

merupakan jumlah kreteria yang dibandingkan.

 Menghitung konsistensi Ratio (CR), CR = (Cl) / RI dan RI adalah random

index yang merupakan tetapan.

Kenyataannya preferensi seseorang sering mengalami ketidak konsistenan.

Hal tersebut menyebabkan hubungan pada matrik berpasangan menyimpang dari

keadaan yang sebenarnya. Sehingga matrik tersebut tidak konsisten sempurna.

Penyimpangan tersebut dapat diilustrasukan dengan apabila dalam suatu

matrik A terdapat penyimpangan kecil pada elemen aij, maka hal tersebut akan

menentukan nilai max.

Penyimpangan tersebut dinyatakan dengan consistency Index (CI) yang

diformulasikan sebagai berikut :

CI = n

n 1)

max( 

Dimana : max = eigen value max

N = ukuran matrik

Untuk mengetahui konsistensi penilaian yang dilaksanakan oleh pihak

manajemen, maka perlu dilaksanakan perhitungan consistency ratio (CR)

formulasi yang digunakan sebagai berikut :

CR =

RI CI

Dimana : CI = consistency Index

(50)

Sedangkan nilai ratio index untuk matrik yang pengukuran 1-10 dapat dilihat

[image:50.612.127.515.150.211.2]

sebagai berikut :

Tabel 2.5 Ratio Index

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49

Batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matrik sebenarnya tidak ada

yang baku, hanya menunjukkan beberapa eksperimen dan pengalaman konsistensi

sebesar 10 % kebawah ialah tingkat inkonsistensi yang masih dapat diterima.

2.4 Scoring System

Scoring system dilakukan untuk mengetahui nilai pencapaian terhadap

target yng telah ditetapkan untuk setiap indicator kinerja

2.4.1 Tipe Score

Sebelum dilakukan pengukuran maka dilakukan terlebih dahulu penentuan

jenis skor terlebih dahulu. Ada pun 3 macam skor yang dikenakan pada Vendor

Performance Indicator (VPI) adalah sebagai berikut :

1. Lower is Better

Karakteristik kualitas ini meliputi pengukurun dimana semakin rendah

nilainya (mendekati 0) maka kualitasnya akan lebih baik.

2. Large is Better

Karakteristik kualitas ini meliputi pengukuran dimana semakin besar nilainya

(51)

3. Nominal is Better

Pada karakteristik kualitas ini biasanya ditetapkan suatu nilai nominal tertentu,

dan semakin mendekati nilai nominal tersebut, kualitas semakin baik.

2.4.2 Traffic Light System

Traffic light system berhubungan erat dengan scoring system. Traffic light

system berfungsi sebagai tanda apakah score dari suatu indicator kinerja

memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Indicator dari traffic light system ini

dipresentasikan dengan beberapa warna sebagai berikut :

 Warna Hijau : Achievment dari suatu indicator kerja sudah tercapai.

 Warna Kuning : Achievment dari suatu indicator kerja belum tercapai,

meskipun nilainya sudah mendekati target. Jadi pihak manajemen harus

berhati-hati dengan adanya berbagai kemungkinan.

 Warna Merah : Achievment dari suatu indicator kerja benar-benar dibawah

target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera.

2.5 Peneliti Terdahulu

Berikut ini adalah beberapa peneliti terdahulu mengenai pengukuran kinerja

dengan Vendor Performance Indicator :

Vidya Kartika Sari (2009)

“Evaluasi kinerja supplier kayu kelapa dengan Vendor Performance Indicator

berdasarkan kriteria quality, cost, delivery, flexibility and responsibility (QCDFR)

di PT. Budi Cahaya Surabaya”.

Dewasa ini semakin dirasakan adanya persaingan yang ketat diantara

(52)

memenangkan atau paling tidak mempertahankan posisinya agar dapat terus aktif

dalam menjalankan usahanya. Terutama hubungan dengan supplier yang menjadi

pendukung utama dalam menjalankan kegiatan produksi untuk menghasilkan

produk yang nantinya akan disalurkan ke konsumen.

PT. Budi Cahaya Surabaya sebagai perusahaan semi manufaktur, dimana

produk yang dihasilkan adalah kayu, adapun salah satu jenis kayu yang paling

banyak dipesan dan disupplay adalah jenis kayu kelapa Sulawesi. PT. Budi

Cahaya memiliki lebih dari satu supplier untuk setiap item yang dibeli. Hal ini

agar perusahaan dapat menjaga ketersediaan item demi kelancaran jalannya proses

produksi. Karena selama ini pemilihan supplier lebih dititik beratkan pada sisi

harga bahan (cost), sedangkan quality, delivery, flexibility dan responsibility

bersifat subyektif, sehingga harga paling rendah itu menjadi kekuatan perusahaan

untuk memilih supplier.

Vendor Performance Indicator (VPI) merupakan suatu sistem manajemen

pengukuran kinerja supplier yang dilakukan secara menyeluruh dan sesuai dengan

requitment perusahaan dapat menunjukkan performansi kinerja supplier. Evaluasi

supplier ini dipandang menggunakan lima kreteria yaitu : Quality, Cost, Delivery,

Flexibility, Responsiveness (QCDFR) tentang kemampuan supplier dalam

memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan. Tiap VPI dan kriteria yang ada

dalam eveluasi supplier dibobotkan dengan menggunakan metode AHP, melalui

perangkat lunak Expert Choice Versi 9.0

Setelah performance supplier diukur dengan menggunakan scoring system

(53)

system sehungga dapat diketehui apakah achievement dari suatu indicator sudah

tercapai atau belum dan memerlukan perbaikan atau tidak.

Setelah performance supplier diukur dengan menggunakan scoring system

maka selanjutnya akan dilakukan analisa dengan menggunakan traffic light

system sehungga dapat diketehui apakah achievement dari suatu indicator sudah

tercapai atau belum dan memerlukan perbaikan atau tidak.

Hasil skor performansi kinerja ketiga supplier kayu kelapa selama tahun

2008 adalah sebesar 83% untuk PT. Meranti, untuk PT. Wahid Jaya sebesar 85%,

dan sebesar 79% untuk PT. Jati Mulia. Berdasarkan Traffic Light System ketiga

supplier kayu kelapa PT. Budi Cahaya Surabaya berada pada indikator kinerja

warna kuning.

Rio Jefri Syahrizal (2008)

“Pengukuran kinerja supplier bibit minyak wangi (Eau Compound) dengan

pendekatan Vendor Performance Indicator di PT. Romos Inti Cosmetic

Indusries”.

Pada era globalisasi yang sangat ketat ini kemenangan dalam persaingan

membutuhkan kemampuan untuk meningkatkan kinerja sehingga tiap perusahaan

untuk dapat melaksanakam strateginya dalam menghadapi kelancaran arus rantai

pasoknya dari mulai bahan baku proses produksi sampai produk ke tangan

konsumen.

PT. Romos Inti Cosmetic yang bergerak dibidang manufaktur produksi

minyak wangi. Sering terjadi peristiwa seperti supplier kurang responsive dalam

(54)

kekurangan stok (stockout) dan juga lead time (batas waktu) dari supplier yang

panjang sehingga menyebabkan proses produksi tidak dapat berjalan dengan baik

dan tidak tercapainya target produksi sering terjadi. Hal inilah yang mengarah

pada pentingnya perusahaan melekukan evaluasi supplier secara periodik.

Vendor Performance Indicator (VPI) merupakan suatu sistem manajemen

pengukuran kinerja supplier yang dilakukan secara menyeluruh dan sesuai dengan

requitment perusahaan dapat menunjukkan performansi kinerja supplier. Evaluasi

supplier ini dipandang menggunakan lima kreteria yaitu : Quality, Cost, Delivery,

Flexibility, Responsiveness (QCDFR) tentang kemampuan supplier dalam

memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan. Tiap VPI dan kriteria yang ada

dalam eveluasi supplier dibobotkan dengan menggunakan metode AHP, melalui

perangkat lunak Expert Choice Versi 9.0

Setelah performance supplier diukur dengan menggunakan scoring system

maka selanjutnya akan dilakukan analisa dengan menggunakan traffic light

system sehungga dapat diketehui apakah achievement dari suatu indicator sudah

tercapai atau belum dan memerlukan perbaikan atau tidak.

Skor performansi dari ketiga supplier bibit minyak wangi (Eau

Compound) sebesar 86

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Hirarki Vendor Evaluating ………………………...  30
Tabel 2.1
Tabel 2.2 Foam untuk supplier performance evaluation
Tabel 2.3 Ilustrasi Evaluasi Supplier dengan  model pembobotan faktor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Vendor Performance Review (VPR) yang dilakukan didapatkan 2 kriteria sebagai indikator kinerja supplier yaitu kriteria

Pengukuran kinerja supplier ini harus dianalisis menggunakan penelitian ilmiah sehingga perusahaan mengetahui secara kuantitatif bagaimana kinerja supplier tambahan

Hasil pengolahan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Vendor Performance Review (VPR) yang dilakukan didapatkan 2 kriteria sebagai indikator kinerja supplier

Alternatif lain, perusahaan bisa menggunakan supplier Y yang juga unggul pada kriteria quality dan cost, namun kinerja supplier Y tidak sesuai pada kriteria delivery sehingga

Dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan metode performance prism terdapat 4 stakeholder yang terintegrasi yaitu investor, karyawan, pelanggan dan supplier.. Dimana dari

PENGUKURAN KINERJA SUPPLIER DENGAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) - ANALYTICAL.. HIERARCHY