• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

5 2.1. Kajian Teori

2.1.1.Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Untuk membangkitkan minat siswa terhadap mata pelajaran Matematika yang akan diajarkan, sebagai langkah awal pembelajaran guru perlu memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya pembelajaran matematika. Dengan belajar matematika manusia dapat menyelesaikan persoalan yang ada di masyarakat yaitu dalam berkomunikasi sehari-hari (Roseffendi,1997: 69). Belajar melalui pengalaman menekankan pada hubungan yang harmonis antara belajar, bekerja, serta aktivitas kehidupan dengan penciptaan pengetahuan itu sendiri (Kolb, dalam Suciati. 2005 : 42)

Dalam mempelajari matematika, seorang anak perlu menggunakan bahan-bahan manipulatip yang merupakan benda konkret yang dirancang secara khusus dan dapat diotak atik oleh anak dalam usaha untuk memahami konsep matematika (Bruner, dalam Mochtar A Karim 1996 : 25). Tahap belajar matematika menurut Bruner adalah :

1. Tahap Enaktif yaitu belajar dengan menggunakan benda-benda konkret. 2. Tahap Ikonik yaitu belajar disajikan dalam bentuk gambar atau grafik. 3. Tahap Simbolik yaitu belajar dengan menggunakan kata-kata dan simbol.

Dalam belajar matematika di SD guru harus mampu mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Lebih dalam lagi “Kelas harus menjadi peristiwa perjumpaan antara personal atau pribadi yang saling mengasihi dan kemitraan yang saling memekarkan persaudaraa yang menggembirakan” (Mangun Wijaya, J.B,1998 : 7).

2.1.2.Metode dan Media dalam Pembelajaran Matematika 1. Metode dalam mata pelajaran Matematika.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai

(2)

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PPRI NO 19/2005): Standar Nasional Pendidikan, Bab IV Pasal 19 ayat 1)

Metode : cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang kita kehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan ( Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1985 : 649 ). Dengan demikian pentingnya pemilihan metode pengajaran yang tepat bagi seorang guru sehingga pembelajaran menyenangkan bagi siswa dan materi pelajaran dapat diterima secara optimal.

Dalam pembelajaran matematika, anak SD berada pada rentang usia 7-13 tahun. Pada usia ini anak berada pada tahap operasional konkret. Selama tahap ini, anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan dan model ide abstrak. Bahasa merupakan alat penting untuk menyatakan dan memahami konsep-konsep. Pada tahap ini kemampuan berfikir logis anak mulai nampak, anak telah mampu berfikir sistematis, namun permasalahan yang mampu dipecahkan / dihadapinya adalah permasalahan konkret, mereka akan frustasi/ kesulitan mencari sesuatu yang tersembunyi atau abstrak (Jean Piaget dalam Ervin Roosilowati, 2006 : 3). 2. Media dalam mata pelajaran Matematika

Media : alat (sarana) ; perantara ; penghubung (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1995 : 640).Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada siswa (Miarso, 1989 : 12).

Manfaat media pembelajaran (Paulus Lie, 2002 : 64) yaitu : a. Pembelajaran akan lebih menarik.

b. Mengarahkan perhatian siswa pada pembelajaran. c. Membantu untuk mengingat pelajaraan.

d. Pada siswa kelas rendah sangat perlu visualisasi.

e. Membantu menjelaskan materi pelajaran yang sangat efektif.

Ada tiga kelompok media pembelajaran (Paulus Lie, 2002 : 64, 65) yaitu :

a. Alat peraga berupa visual, yaitu alat peraga yang dapat dilihat oleh siswa sehingga membantu guru menjelaskan sesuatu kepada mereka, misalnya :

(3)

2) Papan planel dengan flash card. 3) Peta lokasi, peta kota, peta dunia. 4) Menggambar langsung di papan tulis. 5) Barang/ model (benda nyata). 6) gambar-gambar.

b. Alat peraga berupa audio, yaitu alat peraga yang dapat didengar, misalnya : radio, tape, bunyi-bunyian dari alat.

c. Alat peraga berupa audio visual, yaitu alat peraga yang dapat dilihat dan didengar, misalnya : film, vidio / VCD, sound slide.

Media pembelajaran dalam matematika menggunakan media visual, yaitu gambar-gambar, model, obyek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Media visual memiliki kelebihan, yaitu :

a. Umumnya murah harganya. b. Mudah didapat.

c. Mudah digunakanya.

d. Dapat memperjelas suatu masalah. e. Lebih realistis.

f. Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan. g. Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

Namun demikian media visual juga memiliki keterbatasan, antara lain : a. Semata-mata hanya medium visual.

b. Ukuran gambar seringkali kurang tepat untuk pengajaran dalam kelompok besar. c. Memerlukan ketersediaan sumber dan ketrampilan, dan kejelian guru untuk dapat

memanfaatkanya.

2.1.3.Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status,melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

(4)

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,kerjasama,persaingan sehat,dan keterlibatan belajar. Ada 5 komponen utama dalam TGT yaitu:

1.Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian,biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,diskusi yang dipimpin guru.Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru,karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2.Kelompok (team)

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik,jenis kelamin dan ras atau etnik.Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. 3.Game

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu.Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor.Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.

4.Turnamen

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setalah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.Turnamen pertama guru membagi siswa kedalam beberapa meja turnamen.Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompok pada meja I,tiga siswa selanjutnya pada meja II,dan seterusnya.

(5)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih,”Great Team”apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team”apabila rata-ratanya 30-40.

Kriteria Penghargaan Kelompok Kriteria

(Rerata Kelompok)

Predikat

30 sampai 39 Tim Kurang baik

40 sampai 44 Tim Baik

45 sampai 49 Tik Baik Sekali

50 keatas Tim Istimewa

Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran “TGT”. 1. Kelebihan Model Pembelajaran “TGT”

a. Melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. b. Melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya.

c. Mengandung unsur permainan dan reinforcement. d. Memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks.

e. Menumbuhkan tanggung jawab,kerjasama,persaingan sehat,dan keterli-batan keterlibatan belajar.

2. Kekurangan Model Pembelajaran “TGT” a. Membutuhkan waktu yang cukup lama. b. Didominasi siswa yang aktif dan berani

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Suntari dengan judul “ Penerapan metode TGT dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Bakaran Kulon 02 Kecamatan Juwana Tahun 2009 dengan hasil akhir pada siklus II dari 42 siswa yang mencapai KKM atau diatas nilai 75 ada 39 siswa atau 93 % dan 3 siswa belum tuntas atau

(6)

mendapat nilai dibawah 75 tetapi nilai rata-rata 88 sehingga tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya,

Penelitian yang dilakukan Sri Sumartini dengan judul Penerapan metode TGT dapat meningkatkan kreatifitas belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Sugihrejo 03 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati Tahun 2012 dengan hasil akhir pada siklus II dari 23 siswa yang mendapat nilai 75 di atas atau sudah mencapai KKM ada 22 siswa atau 95,6 % dan 1 siswa atau 4,4 % yang mendapat nilai di bawah 75 atau di bawah KKM dan nilai rata-rata 90 jadi penelitian tidak dilanjutkan karena rata-rata kelas sudah mencapai KKM. 2.3. Kerangka Berfikir

Dengan menerapkan metode demonstrasi dengan model pembelajaran TGTi pembelajaran aktif maka seorang siswa akan selalu terlibat secara langsung dalam pembelajaran , sehingga dengan keterlibatan ini materi yang dibahas akan selalu teringat dalam pemikirannya dan konsep yang harus dikuasai siswa akan mudah diterimanya hal ini sesuai dengan prinsip learning by doing yang menyatakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai siswa dengan siswa tersebut ikut aktif dalam pembelajaran.

Bertolak dari pemikiran bahwa membawa siswa aktif dalam pembelajaran akan memudahkan siswa menerima konsep yang harus dikuasainya maka secara otomatis langkah membawa siswa aktif dalam belajar ini merupakan suatu langkah yang efektif untuk menyampaiakan suatu materi ajar.

2.3. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas maka dapat ditarik simpulan sementara “ bahwa melalui metode demonstrasi dengan model pembelajaran Teams Games Tournament diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang kesetaraan antar satuan panjang pada siswa kelas 4 SD Negeri Jontro Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati.

Referensi

Dokumen terkait

IT Insan Mulia. Dokumentasi : Untuk mengetahui daerah penelitian dan memperoleh hasil. nilai tes hafalan/ kemampuan menghafal Al- Qur’an yang dilakukan ol

Benar – benar malas belajar dan tidak mau sekolah, sehingga kami selaku orang tua anak tersebut menyatakan mengundurkan diri dari SD Negeri Kupu 02. Demikian surat pernyataan ini

Jawab : iya betul, di LP kita tidak mencantumkan tujuan, namun sudah bisa dilhat dari indikator yang susunannya ABCD. Indikator harus menggambarkan secara lengkap. i) Apa

Pemberlakuan penerapan dasar pengenaan pajak berupa Nilai Lain untuk Freight Charges telah menjadi suatu “terobosan” yang smart terhadap prinsip-prinsip dasar dan

Semen Gresik (Persero) Tbk memiliki nilai EVA yang lebih baik dibandingkan dengan PT Indocement Tunggal Prakarsa.Dari hasil perhitungan dan analisis data yang

The results of the analysis show that linguistic modeling of variation in Islam applied through several ways, there are: (1) dialects and local religious practice (2) the

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor intelligence quotient dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di kelas X

Bapak dan Ibu dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang terimakasih atas ilmu dan pengalaman yang dibagikan selama ini dan