SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana program strata satu (S-1) pada Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Oleh:
NURUL ISTINING UMAYAH NIM 210214144
Pembimbing:
Dr. MOH MUKHLAS, M. Pd. NIP. 196701152005011003
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
iv
Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. Moh. Mukhlas, M.Pd.
Kata Kunci : Labelisasi Halal, Citra Merek, dan Keputusan Pembelian
Pengambilan keputusan pembelian merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan produk yang ditawarkan. Dalam memenuhi kebutuhan hidup, seorang konsumen harus memilih barang dan jasa yang akan dikonsumsinya. Namun, Keputusan konsumen bisa tertunda atau seorang konsumen bisa menghindari keputusan pembelian yang dipengaruhi oleh resiko yang dipikirkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan pembelian di antaranya labelisasi halal dan citra merek. Hal ini kemudian menjadikan indikasi bahwa berdasarkan latar belakang tersebut dapat dikatakan bahwa citra merek maupun labelisasi halal yang diberikan perusahaan masih belum maksimal dalam mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Adakah pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan konsumen pada pembelian produk Milagros? (2) Adakah pengaruh citra merek terhadap keputusan konsumen pada pembelian produk Milagros? (3)Adakah pengaruh labelisasi halal dan citra merek terhadap keputusan konsumen pada pembelian produk Milagros?
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian expost facto. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil angket yang telah di isi oleh konsumen Milagros yang ada di Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo, dengan populasi konsumen Milagros di Kecamatan Pudak 154 dengan sampel 60 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana dan analisis regresi berganda.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada pengaruh yang signifikan antara labelisasi halal terhadap keputusan pembelian sebesar 34,2% dan sisanya 65,8% dipengaruhi oleh faktor yang tidak diteliti. (2) Ada pengaruh yang signifikan antara citra merek terhadap keputusan pembelian sebesar 50,5% dan sisanya 49,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak ditelti. (3) Ada pengaruh yang signifikan antara labelisasi halal dan citra merek terhadap keputusan pembelian sebesar 50,9% dan sisanya 49,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seorang konsumen harus
memilih barang dan jasa yang akan dikonsumsinya. Banyaknya pilihan yang
tersedia, kondisi yang dihadapi, serta pertimbangan-pertimbangan yang
mendasari yang kemudian membuat pengambilan keputusan satu individu
berbeda dengan individu yang lain.
Keputusan merupakan sebagai suatu pemilihan tindakan dari dua atau
lebih pilihan alternatif. Dengan kata lain, orang yang mengambil keputusan
harus mempunyai satu pilihan dari beberapa alternatif yang tersedia. Bila
seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli dan tidak membeli,
dan kemudian dia memilih membeli, maka dia dalam posisi membuat
keputusan.1
Keputusan pembelian merupakan proses dalam pembelian yang nyata,
apakah membeli atau tidak. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi
konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, pengambilan
keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses pemilihan salah satu
dari beberapa alternatif penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang
1
Sudaryono, Manajemen Pemasaran Teori Dan Implementasi (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2016), 99-102.
nyata. Setelah itu konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan kemudian
dapat menentukan sikap yang akan diambil selanjutnya.2
Dalam tahap evaluasi, para konsumen akan membentuk preferensi atas
merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan, meskipun konsumen
membentuk evalusi merek ada dua faktor yang yang berada di antara niat
pembelian dan keputusan pembelian, faktor pertama adalah sikap orang lain,
sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang
akan bergantung pada dua hal: (1) intensitas sikap negatif orang terhadap
alternatif yang disukai konsumen dan (2) motivasi konsumen untuk menuruti
keinginan orang lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin
dekat orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin
mengubah niat pembeliannya, keadaan sebaliknya juga berlaku. Preferensi
pembeli terhadap merek tertentu akan meningkat jika orang lain juga sangat
menyukai merek yang sama. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak
terantisipasi, situasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.
Keputusan konsumen untuk menunda atau menghindari keputusan pembelian
sangat dipengaruhi oleh resiko yang dipikirkan, ada beberapa macam resiko
yang bisa dirasakan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sebuah
produk diantaranya: produk tidak berkinerja sesuai harapan, produk
menimbulkan ancaman terhadap kesejahteraan atau kesehatan fisik dari
2
pengguna atau orang lain, produk tidak bernilai sesuai harga yang dibayar dan
lain sebagainya.3
Pada umumnya, keputusan pembelian (purchase decision) konsumen
adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara
niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang
lain. Jika seseorang memiliki arti penting bagi anda maka apa yang
dikatakannya akan menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan
pembelian. Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan.
Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor
seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun,
kejadian tak terduga bisa mengubah niat pembelian. Seperti contoh, ekonomi
mungkin memburuk, pesaing dekat mungkin menurunkan harga, atau
seseorang yang memberitahu kekecewaanya akan suatu produk. Oleh karena
itu, preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilakan pilihan yang
aktual.4
Keputusan pembelian konsumen ini terutama pada umat muslim salah
satunya dipengaruhi oleh label halal. Label halal ini berfungsi sebagai kontrol
munculnya keputusan untuk membeli dalam diri konsumen. Label halal ini
memicu kontrol perilaku dalam diri konsumen yang dipengaruhi oleh faktor
pendukung dan penghambat untuk mengambil keputusan. Faktor pendukung
didasarkan pada keamanan yang dijamin dengan label halal oleh LP POM MUI
3
Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi kedua belas jilid 1, Terj. Benyamin Molan Dan Jenni Purba, et. al. (Yogyakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 240-243.
4
dan pengalaman serta informasi yang di dapat konsumen. Informasi diperoleh
dari pengetahuan di dalam diri individu dan orang lain disekitarnya. Label halal
termasuk pengetahuan individu dari informasi yang menjadi faktor pendukung
kuatnya kontrol perilaku yang dirasakan individu ditambahnya kepercayaan
konsumen dengan keamanan yang terjamin dengan label halal tersebut. Kontrol
yang kuat akan membuat konsumen untuk mengambil keputusan pembelian.
Jadi, dengan label halal akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.5
Pengambilan keputusan pembelian merupakan suatu kegiatan individu
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan produk
yang ditawarkan. Suatu proses keputusan membeli bukan sekedar mengetahui
beberapa faktor yang mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan peranan
dalam pembelian dan keputusan untuk membeli. Proses ini merupakan proses
penyelesaian masalah dalam membeli produk dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan konsumen.6
Citra merek adalah presepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh
konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori
konsumen. Citra merek yang baik akan membentuk suatu keputusan pembelian
pada produk dan jasa, dengan citra merek yang baik akan memberikan dampak
kepada presepsi konsumen, di mana konsumen akan memiliki kesan positif
terhadap merek tersebut. Jika, suatu merek mampu memenuhi harapan
konsumen dan memberikan jaminan kualitas produk pada setiap kesempatan
5
Yuli Mutiah Rambe dan Syaad Afifudin, "Pengaruh Pencantuman Label Halal pada Kemasan Mie Insta terhadap Minat Pembelian Masyarakat Muslim", dalam Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.1 No.1 (Medan: Universitas Washiliyah,2013), 39.
6
penggunanya maka konsumen akan semakin yakin dengan pilihannya dan
konsumen akan memiliki kepercayaan pada merek, menyukai merek, serta
menganggap merek tersebut sebagai bagian dari dirinya. Merek yang
berkualitas dapat dengan mudah untuk menciptakan konsumen dalam
keputusan pembelian produk yang ditawarkan. Jadi, dengan begitu merek akan
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.7
Sejalan dengan agama Islam, umat Islam menghendaki agar
produk-produk yang akan dikonsumsi tersebut dijamin kehalalannya dan kesuciannya.
Menurut ajaran Islam mengkonsumsi yang halal, suci dan baik merupakan
perintah agama dan hukumnya wajib.8
Konsep kehalalan di kehidupan masyarakat Indonesia sudah diterapkan
dalam kehidupan bermasyarakat. Halal diperuntukkan bagi sesuatu yang baik
dan bersih untuk di makan atau untuk di konsumsi oleh manusia menurut
syariat Islam. Lawan halal adalah haram yaitu tidak dibenarkan atau dilarang
menurut ajaran Islam.9
Label adalah bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal
tentang produk atau tentang penjualnya, sebab label bisa merupakan bagian
dari kemasan atau tanda pengenal yang dicantumkan pada produk. Kehalalan
merupakan sebagai parameter utama dalam proses pemilihan produk
7
Susanto, Value Marketing Paradigma Baru Pemasaran. Quantum Bisnis& Manajemen
(Jakarta: Kencana Prenada, 2004), 24.
8
Kusnandar, Imam Suroso Dan Ado Prasodjo "Pengaruh Citra Merek Dan Kesadaran Label Halal Produk Kosmetik La Tulipe Terhadap Minat Konsumen Untuk Membeli Ulang Di Kota Banyuwangi, dalam Artikel Ilmiah Mahasiswa", Fakultas Ekonomi Universitas Jember (Jember: 2015), 2.
9
Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen. Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran
khususnya untuk konsumen muslim maka dapat dilihat dari label halal yang
tercantum pada produk tersebut. Memproduksi produk halal adalah bagian dari
tanggung jawab perusahaan pada konsumen muslim. Di Indonesia, untuk
memberikan keyakinan kepada konsumen bahwa produk yang dikonsumsi
adalah halal, maka perusahaan perlu memiliki sertifikasi halal MUI.10
Label halal yang dikeluarkan lembaga dan institusi tertentu harus disikapi
dengan bijak, lembaga tersebut pasti bertujuan melindungi umat Islam dari
mengkonsumsi produk yang diharamkan. Dengan adanya pelabelan produk
halal, masyarakat menjadi terbantu untuk lebih berhati-hati dalam
mengkonsumsi produk dan tidak ada lagi keraguan di dalamnya karena sudah
ada lembaga yang menjamin kehalalannya.11
Dalam upaya pemenuhan kebutuhannya, seseorang akan memilih produk
yang dapat memberikan kepuasan dan kualitas tertinggi. Secara khusus,
faktor-faktor yang menciptakan kepuasan tertinggi bagi setiap orang akan berbeda,
tetapi secara umum faktor seperti produk itu sendiri, harga dari produk dan
cara untuk mendapatkan produk seringkai menjadi pertimbangan. Seorang
konsumen yang rasional akan memilih produk dengan mutu baik, harga
terjangkau dan produk yang mudah didapat. Mutu produk yang diinginkan oleh
konsumen menyangkut manfaatnya bagi pemenuhan kebutuahan dan
keamanannya bagi diri konsumen, sehingga konsumen merasa tenang lahir dan
batin dalam menggunakan produk tersebut.
10
Stanton J, William, Walker B.J, dan Etzel M.J., Marketing Edisi 11 Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2004), 282.
11
Brand suatu produk menjadi salah satu perhatian dalam pertimbagan
konsumen dalam memutuskan membeli produk perusahaan. Pemilihan suatu
brand produk tergantung pada image yang melekat pada produk tersebut.
Perusahaan harus mampu memberikan yang terbaik yang sesuai kebutuhan dan
keinginan konsumen. Konsumen memandang brand image sebagai bagian
yang terpenting dari suatu produk. Dengan kata lain, brand image merupakan
salah satu unsur terpenting yang dapat mendorong kosumen untuk membeli
produk. Semakin baik brand image yang melekat pada produk maka
komsumen akan semakin tertarik untuk membeli produk tersebut.12 Dari uraian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa label halal dan citra merek sangat
diperhatikan terlebih umat Islam karena keduanya mempengaruhi konsumen
dalam pengambilan keputusan pembelian suatu produk.
Dalam teori labelisasi halal dan citra merek terhadap keputusan
pembelian itu berhubungan sebagaimana telah dijelaskan di latar belakang di
atas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait
dengan labelisasi halal dan citra merek terhadap keputusan pembelian
konsumen pada produk Milagros yang berada di Kecamatan Pudak Kabupaten
Ponorogo. Milagros merupakan air yang bersifat alkali yang memiliki banyak
manfaat khususnya untuk kesehatan tubuh manusia. Penelitian ini akan
meneliti terkait keputusan pembelian konsumen pada produk Milagros
tersebut, karena banyaknya konsumen yang membeli produk Milagros di
daerah Kecamatan Pudak. Para konsumen tertarik membeli produk Milagros
12
dikarenakan banyaknya manfaat yang diberikan produk Milagros sangat
beragam khususnya untuk kesehatan tubuh, baik untuk pemulihan maupun
untuk mencegah berbagai macam penyakit. Selain itu penelitian ini dilakukan
di Kecamatan Pudak karena Kecamatan Pudak merupakan kecamatan yang
berada di bagian ujung Timur Kota Ponorogo yang jauh dari pusat keramaian
kota Ponorogo, yang mana pendistribusian ataupun penjualan produk Milagros
ini juga sampai di daerah-daerah pedesaan seperti yang ada di Kecamatan
Pudak tidak hanya di daerah perkotaan saja, tidak kalah dengan yang ada di
daerah perkotaan produk Milagros ini juga banyak mendapatkan respon yang
positif dari masyarakat Kecamatan Pudak, hal tersebut dibuktikan dengan
banyaknya minat konsumen terhadap pembelian pada produk Milagros di
daereah tersebut. Hal inilah yang menarik perhatian peneliti terhadap minat
pembelian konsumen khususnya masyarakat di daerah Kecamatan Pudak yang
memiliki letak geografis yang cukup jauh dari pusat kota Ponorogo akan tetapi
masih banyak masyarakat yang tertarik untuk melakukan pembelian pada
produk Milagros, produk yang dikenal sebagai produk kesehatan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
A.Rumusan Masalah
1. Adakah pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan konsumen pada
pembelian produk Milagros?
2. Adakah pengaruh citra merek terhadap keputusan konsumen pada
pembelian produk Milagros?
3. Adakah pengaruh labelisasi halal dan citra merek terhadap keputusan
konsumen pada pembelian produk Milagros?
B.Tujuan Penelitian
1. Untuk menjelaskan pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan konsumen
pada pembelian produk Milagros.
2. Untuk menjelaskan pengaruh citra merek terhadap keputusan konsumen
pada pembelian produk Milagros.
3. Untuk menjelaskan pengaruh labelisasi halal dan citra merek terhadap
keputusan konsumen pada pembelian produk Milagros.
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
keilmuwan serta memperluas wawasan khususnya di bidang ilmu
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
kepada perusahaan untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi seseorang untuk melakukan pembelian sebuah produk
b. Bagi akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengangkat
kepermukaan tentang labelisasi halal pada zaman global ini, serta hasil
penelitian ini juga diharapkan bisa bermanfaat sebagai referensi dan
tambahan literatur kepustakaan, khususnya untuk jenis penelitian yang
membahas mengenai keputusan masyarakat untuk membeli sebuah
produk.
c. Bagi peneliti yang akan datang
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman
atau panduan bagi peneliti yang akan datang dalam melakukan suatu
penelitian.
D.Sistematika Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membagi pembahasan ke dalam
lima bab, yaitu masing-masing bab terdapat sub bab. Sistematika pembahasan
dalam skripsi ini adalah berikut ini:
Bab I, Pendahuluan, Bab ini menjelaskan hal umum terkait fenomena
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
Bab II, Kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis, bab ini
menjelaskan tentang landasan teori yang berkaitan dengan analisis labelisasi
halal, citra merek dan keputusan membeli produk air Milagros. Selain itu juga
berisi penelitian terdahulu yang mempunyai kesamaan variabel, juga ada
kerangka pemikiran, dan juga hipotesis penelitian (jawaban sementara dari
penelitian).
Bab III, Metode penelitian, Bab ini berisi rancangan penelitian, variabel
penelitian dan definisi operasional, populasi & sampel dengan dijelaskan
teknik sampling yang digunakan. Jenis dan sumber data yang digunakan,
metode pengumpulan data, dan juga teknik pengolahan dan pengumpulan data,
dan juga metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini.
Bab IV, Paparan dan analisis data, Bab ini menguraikan data-data yang
diperoleh dari penelitian di lapangan yang mana data tersebut dikelompokkan
ke dalam beberapa sub bab berupa gambaran umum responden, dan hasil
temuan atas variabel penelitian. Selanjutnya, dalam bab ini data yang diperoleh
tersebut dianalisis dengan metode analisis yang telah dijabarkan dalam bab III
untuk kemudian diteliti lebih lanjut dan diambil kesimpulannya pada subbab
pembahasan dan intrepretasi data.
Bab V, Penutup, Bab terakhir ini menguraikan kesimpulan dari hasil
penelitian ini, dan rekomendasi yang peneliti utarakan sebagai wujud tindak
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A.Landasan Teori 1. Labelisasi Halal
a) Pergertian Label
Label mempunyai hubungan erat dengan pemasaran. Label
merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi
tentang apa yang ada dalam penjual produk itu sendiri. Pemberian label
(labeling) merupakan elemen produk yang sangat penting yang patut
memperoleh perhatian seksama dengan tujuan untuk menarik para
konsumen.12
Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merek
produk, bahan baku, bahan tambahan komposisi, informasi gizi, tanggal
kadaluwarsa, isi produk, dan keterangan legalitas. Sebuah lebel bisa
merupakan bagian dari kemasan atau bisa sebagai tanda pengenal yang
melekat dalam kemasan. Secara garis besar terdapat tiga macam lebel
yaitu:
a. Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau
dicantumkan pada kemasan.
b. Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif
mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perhatian/perawatan
12
Danang Sunyoto, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran (Yogyakarta: CAPS, 2013), 124.
dan kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang
berhubungan dengan produk.
c. Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasi penilaian kualitas
produk (product's judged quality) dengan satu huruf, angka, atau
kata.
Label mempunyai fungsi sebagi berikut:
1) Identifies (Identifikasi): label mengenalkan sebagai produk
2) Grade (Nilai): label dapat menunjukkan nilai atau kelas suatu
produk
3) Discribe (memberikan keterangan): label akan menunjukkan
keterangan mengenai siapa produsen dari suatu produk, dimana
produk dibuat, kapan produk dibuat, apa komposisi produk
tersebut, bagaimana penggunaan produk secara aman
4) Promote (mempromosikan): label akan mempromosikan lewat
gambar dan produk menarik.13
b) Pengertian Halal
Pengertian halal adalah kehalalan suatu produk yang akan
dikonsumsi merupakan hal yang sangat penting diperhatiakn bagi umat
Islam. Dalam agama Islam dijelaskan batapa pentingnya kehalalan,
bahwa Allah telah menentukan kaidah kehalalan sebelum manusia
diturunkan ke bumi. Allah tidak menetukan kehalalan pada udara, akan
13
tetapi untuk makanan dan minuman, seperti halnya kosmetik,
obat-obatan, dan sejenisnya.14
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia menimbang bahwa
makanan, minuman, obat-obatan, kosmetika, dan lain-lain yang akan
dikonsumsi atau dipergunakan oleh umat Islam wajib diperhatikan dan
diyakini kehalalan dan kesuciannya. Produk-produk tersebut yang
merupakan hasil olahan sering diragukan kehalalan dan kesuciannya,
produk-produk olahan tersebut perlu dilakukannya pemeriksaan,
penelitian dan pembahasan. Komisi Fatwa memandang perlu untuk
menetapkan kehalalan dan kesuciannya untuk dijadikan pedoman oleh
umat Islam.15
Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang keharusan
mengkonsumsi yang halal adalah berikut ini:
Artinya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu". (QS. Al-Baqarah:186).16
14
Ghina Kamilah, "Pengaruh Labelisasi Halal dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli," Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Volume 6, Nomor 2 (Februari 2017), 4.
15
Ma'ruf Amin, M. Ichwan Sam, Zainut Tauhid Sa'adi, Dkk, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Bidang Pom Dan Iptek (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2015), 95-96.
16
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2000), 48.
Dari ayat di atas maka jelaslah bahwa makanan yang dimakan
oleh seorang muslim hendaknya memenuhi 2 syarat, yaitu:
a. Halal, artinya untuk dimakan dan tidak dilarang oleh hukum syara'.
b. Baik atau thayyib, artinya makanan itu bergizi dan bermanfaat untuk
kesehatan.
Pertama: makanan dan minuman harus halal. Halalnya suatu makanan harus meliputi tiga hal, yaitu:
1) Halal karena cara memperolehnya. Artinya sesuatu yang halal itu
harus diperbolehkan dengan cara yang halal pula. Sesuatu yang halal
tetapi cara mendapatkannya tidak sesuai dengan hukum syara' maka
menjadi haramlah ia, Seperti mencuri, menipu, dan lain-lain.
2) Halal karena proses/cara pengolahannya. Artinya, selain suatu yang
halal itu diperoleh dengan cara yang halal pula. Cara atau proses
pengolahannya juga harus benar. Hewan, seperti kambing, ayam,
sapi, jika disembelih dengan cara yang tidak sesuai dengan hukum
Islam maka dagingnya menjadi haram.
3) Halal karena dzatnya. Artinya, makanan itu terbuat dari bahanyang
halal, tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan menurut
syariat, seperti nasi, susu, telor, dan lain-lain. Makanan yang haram
tercantum dalam ayat berikut ini.17
17
Artinya: "Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Q.S. Al-Baqarah: 173).18
Kedua: makanan dan minuman harus thayyib artinya baik bagi tubuh dan kesehatan. Makanan yang membahayakan kesehatan
misanya mengandung formalin, mengandungpewarna tekstil,
makanan berlemak yang berlebihan, dan lain-lain dikatakan
tidak thayyib.19
c) Pengertian Labelisasi Halal
Labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan label
pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang
dimaksud berstatus sebagai produk halal. Label halal sebuah produk
dapat dicantumkan pada sebuah kemasan apabila produk tersebut telah
mendapatkan sertifikat halal oleh BPOM MUI. Sertifikasi dan labelisasi
halal bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan
terhadap konsumen, serta meningkatkan daya saing produk dalam
negeri dalam rangka meningkatkan pendapatan Nasional.
18
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2000), 41.
19
Labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal
pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang
dimaksud berstatus sebagai produk halal. Adapun indikator labelisasi
halal yaitu sebagai berikut:
1. Gambar
2. Tulisan
3. Kombinasi gambar dan tulisan
4. Menempel pada kemasan.20
2) Citra Merek
a) Pengertian Citra Merek
Merek, mark (Belanda), brand (Inggris) adalah bagian dari hak
atas kekayaan intelektual.21 Merek (brand) sebagai "nama, istilah,
tanda, symbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasikaannya dari barang atau jasa
penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari
produk atau jasa pesaing".22 Pada hakikatnya, merek
mengidentifikasikan penjual atau pembuat. Merek dapat berupa nama,
merek dagang, logo, atau symbol lain. Berdasarkan UU merek dagang,
penjual diberikan hak eksklusif untuk menggunakan mereknya untuk
20
Ghina Kamilah, "Pengaruh Labelisasi Halal dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli", Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Volume 6, Nomor 2, Februari 2017, 6.
21
Djoko Imbawani Atmadjaja, Hukum Dagang Indonesia (Malang: Setara Press, 2012), 237.
22
selamanya. Jadi, merek berbeda dengan aktiva lain seperti hak paten
dan hak cipta yang mempunyai batas waktu.23
Dengan demikian, sebuah merek adalah produk atau jasa
penambah dimensi yang dengan cara tertentu kemudian
mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk
memuaskan kebutuhan yang sama.24
b) Penentuan Merek (Branding)
Keberhasilan sebuah produk atau sebuah produk konsumen
sebagian bergantung pada kemampuan pasar tujuan (target market)
dalam membedakan satu produk dengan produk lainnya. Penentuan
merek (branding) adalah alat utama yang digunakan pemasar untuk
membedakan produknya dengan produk pesaing. Sebuah merek adalah
sebuah nama, istilah, simbol, desain, atau huruf kombinasi semua itu
yang mengidentifikasikan produk dari pihak penjual dan
membedakannya dengan produk pesaing. sebuah nama merek adalah
bagian dari merek yang dapat diucapkan, termasuk huruf, kata-kata,
serta angka. Elemen sebuah merek yang tidak dapat diucapkan disebut
tanda merek (brand mark), misalnya simbol Garuda Airways atau
mobil Toyota.
Adapun ekuitas merek (brand equity) mengacu pada nilai
perusahaan dan nama sebuah merek. Sebuah merek yang mempunyai
23
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, jilid 2, Terj. Hendra Teguh dan Benjamin Molan (Jakarta, PT. Ikrar Mandiriabadi, 2002), 460.
24
kesadaran (awareness), kualitas yang dirasakan, dan loyalitas merek
yang tinggi di antara para pelanggan mempunyai ekuitas yang tinggi,
sebuah merek dengan ekuitas merek yang kuat mempunyai asset yang
berharga.25
Sebuah merek akan meyederhanakan dan mengefisienkan proses
belanja seorang konsumen. Loyalitas merek (brand loyality) adalah
preferensi yang konsisten terhadap merek tertentu dibandingkan dengan
merek lain. Loyaitas merek dapat sangat tinggi untuk barang-barang
tertentu, identitas merek penting untuk mengembangkan loyaitas merek.
Tujuan lain dari branding adalah mempermudah penjual produk
baru. Dengan merek, produk yang sudah dikenal atau sudah popular
akan lebih mudah digunakan untuk memperkenalkan produk baru bagi
perusahaan dibandingkan perusahaan yang sama sekali belum dikenal
konsumen. Branding biasanya merujuk pada kualitas yang konsisten
dan merupakan indikator yang lebih baik tentang kualitas daripada
harga sebuah produk.26
c) Tahap Membangun Merek
Ada tiga langkah mudah yang saing berurutan yang disebut
brand steps, untuk membengun merek. Ketiga tahap tersebut adalah: (1)
Fondasi (2) Komunikasi dan (3) Evaluasi.
25
Ari Setiyaningrum, Jusuf Udaya & Efendi, Prinsip-Prinsip Pemasaran- Pengenalan Plus Tren Terkini Tentang Pemasaran Global, Pemasaran Jasa, Green Marketing, Entrepreneurial Marketing Dan E-Marketing (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2015),115-116.
26
1) Tahap Fondasi
Tahap fondasi adalah kerangka internal dalam membangun
merek, umumnya fondasi lebih banyak berhubungan ke dalam.
Fondasi merupakan panduan dan tujuan utama membangun sebuah
merek, hal ini merupakan sebuah langkah awal yang sederhana
namun sangat strategis, khususnya ketika organisasi akan
berkembang dan berjalan dengan lebih banyak perbedaan, maka
tahap inilah yang kemudian akan menyatukan dan menyelamatkan.
Fondasi terdiri dari delapan kalimat kunci yang harus dilakukan,
yaitu:
(a) Menemukan impian
Membangun merek yang kuat harus dimulai dengan
impian yang kuat pula. Semangat, cita-cita, pengorbanan, dan
ketekunan adalah kata yang akan selalu dikatakan dan semua itu
harus dimulai dengan awal yang kokoh.
(b) Mengali keunikan dan mengembangkan
Memahami apa yang menarik dari sebuah produk dan jasa,
baik resep rahasia, kualitas produk yang tinggi, harga yang lebih
ekonomis dan lain-lain. Jika tidak memiliki suatu hal yang
harus dilakukan yaitu mengembangkan produk.27
27
Arto Soebiantoro, Merek Indonesia Harus Bisa (Jakarta: Elek Media Komputindo, tt), 84-85.
(c) Menentukan konsumen
Memetakan siapa saja konsumen dan siapa saja yang paling
potensial tertarik pada produk yang diciptakan.
(d) Menciptakan Presepsi
Presepsi yang kuat akan memudakan konsumen untuk
mengenal sebuah produk dan menanamkan slot memori presepsi
pada produk dalam benak mereka.
(e) Menyiapkan karakter dan nilai
Banyaknya merek lokal (khususnya yang masih pemula)
yang tidak peduli pada nilai-nilai merek. Oleh karenanya, nilai
merek harus diciptakan , karena nilai-nilai inilah yang akan
menyaring dan mengarah konsumen kepada sebuah merek
produk.
(f) Membuat aturan internal
Dalam bahasa teknis sering kali disebut dengan istilah SOP
(Standard Operating Procedure), SOP adalah nilai-nilai yang
diturunkan dalam tata kerja, SOP dapat dimulai dengan cara
yang sederahana dari hal yang di anggap sepele, dari apa yang
dilakukan bisa dijadikan sebuah aturan. Sop bertujuan
menciptakan konsistensi, dan konstensi menciptakan presepsi
konsumen.28
28
(g) Memahami organisasi
Membangun merek adalah suatu kerja tim, tanpa struktur
dan tugas yang jelas proses pembagunan merek akan sulit
berjalan. Maka diperlukannya sebuah organisasi untuk membuat
kerja dan tugas menjadi efisien.
(h) Mengurus legalitas
Ketika dibagun sebuah perusahaan atau bisnis (yang tentu
punya merek) maka mulailah dengan benar. Dalam bisnis hanya
ada 3 fungsi utama: Legal, Operation, dan Finance. Namun
aspek legaitas seringkai di anaktirikan, maka ketika membangun
sebuah merek harus dimulai dengan sebuah sejarah yang bisa
menentukan masa depan di ke udian hari, oleh karena itu, sisi
legal haruslah benar.29 2) Komunikasi
Fase komunikasi adalah fase penyampaian fondasi yang telah
dibuat. Fungsi komunikasi adalah membangun presepsi konsumen ,
fase komunikasi merupakan pintu gerbang pengenalan merek kepada
dunia luar. Di fase komunikasi ini cenderung mengeluarkan biaya
(meskipun ada yang gratis) agar merek lebih menarik. Oleh
karenanya, apa yang dikomunikasikan harus sesuai dengan fondasi
merek yang telah disusun. Dalam fase komunikasi terdapat enam hal
yang penting untung dilakukan, yaitu:
29
(a) Menciptakan logo
Logo adalah salah satu identitas terpenting dari sebuah
merek, logo merupakan garda terdepan pengenalan merek.
Maka logo harus bisa mempresentasikan jati dirinya, dengan
melihat logo orang akan lebih mudah mengasosisikan merek.
logo adalah awal pengenalan sebuah merek, logo harus
dikembangkan ke berbagai media secara seragam dan
berkesinambungan. Semakin paham dan mendalam pengertian
seseorang akan merek , semakin jauh pula sebuah identitas dapat
diciptakan, semua itu merupakan bagian dalam proses
mengomunikasikan merek untuk membangun presepsi.
(b) Memahami media komunikasi
Di zaman modern seperti ini dunia semakin kreatif dalam
megembangkan media komunikasi , kini komunikasi tidak
hanya dilihat dalam bentuk-bentuk konvensional seperti iklan
surat kabar maupun social media saja. Oleh karena itu, harus
memahami berbagai media komunikasi yang dapat diciptakan
dalam membengun presepsi merek. Teorinya adalah semakin
banyak media komunikasi, baik konvensional dan
non-konvesional yang digunakan, maka akan semakin cepat sebuah
presepsi terbangun.30
30
(c) Membangun hubungan dengan media
Dalam proses membangun merek, kemampuan untuk
mempengaruhi dan jangkauan pengaruh amatlah penting. Media
massa adalah salah satu yang strategis dalam proses itu, maka
harus berhubungan dengan media. Dengan begitu tingginya
biaya beriklan, harus dapat memanfaatkan sumber komunikasi
massa yang massif dan memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi, dan hanya media massa yang cepat untuk
melakukannya.
(d) Berkomunikasi dengan pelanggan
Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai dorongan
untuk berinteraksi, interaksi adalah faktor penting dalam
membangun merek.Merek adalah produk emosional, konsumen
mau dan rela membeli produk-produk bermerek, meskipun ada
banyak produk sejenis tapi tanpa merek, dengan adanya merek
konsumen akan lebih akrab dan nyaman. Beberapa produk
ternama menggunakan customer service bahkan sampai 24 jam,
hal tersebut dapat membangun hubungan yang baik antara
produsen dengan konsumen.31
(e) Melakukan edukasi (Tidak hanya promosi)
Salah satu karakter merek lokal yang ada adalah seringnya
berpromosi tanpa membangun edukasi. Hard sell atau gaya
31
berjualan yang terang-terangan kadang menjadi lebih penting
bagi sebagian kalangan. Misalnya, menawarkan sebuah produk
yang murah dengan diskon setengah harga dengan rasa yang
enak, lebih menarik daripada menjelaskan mengapa produk
tersebut memiliki cita rasa ayang enak.
(f) Membuat komunikasi internal
Selain berbicara pada konsumen, berkomunikas secara
internal dengan karyawan dan anggota perusahaan juga penting.
Karena merekalah yang akan menjadi tombak dalam
membangun sebuah merek.32 3) Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian terakhir dalam proses
pembangunan merek. evaluasi bukan hanya membuat merek
semakin tajam tapi juga membuat merek semakin bermakna,
evaluasi menyadarkan dan memberi ruang bagi konsumen untuk
mengkritik dan memberikan pujian layaknya seorang sahabat yang
sesungguhnya. Dengan adanya evaluasi merek bisa memperbaiki
bila perlu adanya perbaikan.33
d) Ekuitas Merek
Ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk
dan jasa. Nilai bisa dicerminkan dalam cara konsumen berfikir, merasa,
dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas
32 Ibid,
119-123.
33 Ibid¸
yang dimiliki perusahaaan. Ekuitas merek merupakan asset tak
berwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan
bagi perusahaan. Pemasar dan periset menggunakan berbagai
presepektif untuk mempelajari ekuitas merek. Pendekatan berbasiskan
pelanggan memandang ekuitas merek dari sudut konsumen entah
individu atau organisasi. Dasar pemikiran model ekuitas merek berbasis
pelanggan menetapkan kekuatan merek terletak pada apa yang dilihat,
dibaca, didengar, dipelajari, dipikirkan, dan dirasakan konsumen
tentang merek selama ini. Dengan kata lain, kekuatan merek terletak
pada pikiran pelanggan yang ada atau calon pelanggan dan apa yang
mereka alami secara langsung dan tidak langsung tentang merek.34
Ekuitas merek berbasis pelanggan dapat didefinisikan perbedaan
dampak dari pengetahuan merek pada tanggapan konsumen terhadap
pemasaran merek itu. Merek tertentu dikatakan memiliki ekuitas merek
berbasis pelanggan yang positif bila konsumen bereaksi lebih
menyenangkan terhadap produk tertentu, dan cara produk itu
dipasarkan dan didefinisikan kalau dibandingkan dengan ketika merek
itu belum didefinisikan. Merek tertentu dikatakan memiliki ekuitas
merek berbasis pelanggan yang negative jika konsumen bereaksi secara
kurang menyenangkan terhadap aktivitas pemasaran merek dalam
situasi yang sama.35
34
Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi kedua belas jilid 1, Terj. Benyamin Molan Dan Jenni Purba, et. al, 334-335.
35
Ada tiga unsur penting dalam definisi ini. Pertama, ekuitas merek
muncul dari perbedaan-perbedaan tanggapan konsumen.Jika tidak ada
perbedaan yang terjadi, maka produk bernama merek itu pada
hakikatnya dapat diklasifikasikan sebagai komoditas atau produk versi
generic. Dengan demikian persaingan barangkali didasarkan pada
harga.36
Kedua, perbedaan tanggapan ini merupakan hasil dari pengenalan
konsumen terhadap citra merek. Pengenal merek mencangkup semua
pemikiran, perasaan, cita, pengalaman, keyakinan, dan lain-lain yang
bisa diasosiasikan dengan merek, khususnya merek harus menciptakan
kesukaan besar dan asosiasi merek yang unik dengan pelanggan. ketiga,
tanggapan berbeda oleh monsumen yang membentuk ekuitas merek
tercermin dalam persepsi, pilihan, dan perilaku yang terkait dengan
semua aspek pemasaran merek.
Oleh karena itu, tantangan bagi pemasar dalam membangun
merek yang kuat adalah memastikan bahwa pelanggan memiliki jenis
pengalaman yang tepat dengan produk, jasa, serta program pemasaran
merek untuk menciptakan struktur pengenalan yang diinginkan merek
tersebut. Pengenalan konsumen itulah yang mendorong perbedaan yang
memanifestasikan dirinya dalam ekuitas merek, dalam arti abstrak,
36
ekuitas merek dapat dilihat sebagai memberikan pemasar satu jembatan
strategis penting dari masa lampau ke masa depan.37
Merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya
di pasar. Pada satu sisi ada merek yang tidak dikenal oleh sebagian
besar pembeli dipasar. Kemudian, ada merek yang terhadapnya pembeli
memiliki kesadaran merek (brand awareness) yang tinggi. Diatas itu
terdapat merek yang memiliki tingkat penerimaan merek (brand
acceptability) yang tinggi. Kemudian, ada merek yang menikmati
tingkat preferensi merek (brand preference) yang tinggi. Akhirnya, ada
merek yang memiliki tingkat kesetiaan merek (brand loyalty) yang
tinggi. Hanya sedikit pelanggan yang begitu setia terhadap merek. lima
level sikap pelanggan terhadap merek, dari yang terendah hingga
tertinggi yaitu:
1) Pelanggan akan mengganti merek, terutama untuk alasan harga,
tidak ada kesetiaan merek.
2) Pelanggan puas, tidak ada alasan untuk berganti merek.
3) Pelanggan puas dan merasa rugi bila berganti merek.
4) Pelanggan menghargai merek itu dan menganggapnya sebagai
teman.
5) Pelanggan terikat kepada merek itu.
Ekuitas merek (brand equity) sangat berkaitan dengan seberapa
banyak pelanggan suatu merek berada dalam kelas 3, 4, dan 5. Ekuitas
37
merek juga berkaitan dengan tingkat pengakuan merek, mutu merek
yang diyakini, asosiasi mental dan emosional yang kuat, serta aktiva
lain seperti hak paten, merek dagang, dan hubungan saluran distribusi.38
e) Peranan Merek
Merek mengidentifikasikan sumber atau pembuat produk dan
memungkinkan konsumen baik individu atau organisasi untuk
menetapkan tanggung jawab pada pembuat atau distributor tertentu.
Konsumen bisa mengevaluasi produk identik secara berbeda tergantung
pada bagaimana produk diberi merek.Konsumen belajar merek melaui
pengalaman masa lampau dengan produk dan program pemasarannya.
Mereka menemukan merek mana yang memuaskan kebutuhan mereka
mana yang tidak. Merek juga juga mnunjukkan fungsi-fungsi yang
bernilai bagi perusahaan. Merek menyederhanakan penanganan atau
penulusuran produk, sebuah merek juga menawarkan perlindungan
hukum yang kuat untuk fitur atau aspek produk yang unik.
Merek dapat menandakan satu tungkat mutu tertentu, sehingga
pembeli yang puas dapat lebih mudah memilih produk. Kesetiaan
merek memberikan kemampuan untuk diramal dan keamanan
permintaan bagi perusahaan sekaigus menciptakan hambatan
perusahaan lain untuk memasuki pasar. Loyaitas juga dapat berubah
38
menjadi keinginan untuk membayar harga lebih tinggi, sering 20
sampai 25 persen lebih banyak.39
Secara garis besar merek mempunyai dua peran, yaitu: (1)
masalah pilihan pelanggan dan (2) merek sebagai keyakinan dalam
atribut dan pengalaman.
1) Masalah pilihan pelanggan.
Merek menciptakan nilai bagi pelanggan dengan membantu
mereka melalui proses pemilihan. Saat ini, pelanggan dihadapkan
pada semakin banyaknya pemasok dan produk yang bersaing untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Menentukan pilihan yang tepat
seringkali beresiko karena produk-produk yang baru dan kompleks,
atau karena belum pernah membuat keputusan seperti sebelumnya.
Bahkan, bila pembeli bersedia meluangkan waktu mengevaluasi
pilihan-pilihan yang ada, menilai produk tetap merupakan hal yang
sulit. Barang dan jasa yang sukar dievaluasi sebelum dilakukan
pembelian disebut rendah dalam "kualitas pencarian" (search
quaties).
2) Merek sebagai keyakinan dalam atribut dan pengalaman
Merek yang sukses menciptakan suatu relasi kepercayaan
dengan pelanggan. Merek mengurangi resiko yang dirasakan,
menyederhankan proses pemilihan, dan menghemat waktu. Relasi ini
didasarkan pada citra tentang merek yang melekat dibenak
39
pelanggan. Suatu citra merek adalah sejumlah keyakinan tentang
atribut dan asosiasi merek. Citra seorang pelanggan tentang sebuah
merek terbentuk dari empat jenis sumber yaitu pengalaman,
personal, publik, dan komersial.
Terdapat tiga jenis utama citra merek:
(a) Merek atribut, merek atribut memiliki citra yang memberikan
kepercayaan dalam atribut fungsi produk karena sering kali
sukar bagi para pelanggan untuk menilai secara obyektif kualitas
dan fitur-fitur berbagai jenis merek yangditawarkan.
(b) Merek aspirasional, merek aspirasional memberikan suatu citra
tentang jenis orang yang membeli merek. Citra disini tidak
terlau menonjolkan produk tetapi lebih pada gaya hidup yang
diinginkan. Keyakinan yang dibangun adalah kepemilikan
merek-merek ini mencitrakan pembeli dengan kekayaan dan
ketenaran.
(c) Merek pengalaman, merek engalaman menyampaikan citra
berbagai asosiasi dan emosi. Merek ini melebihi aspirasi dan
lebih kepada filosofi antara merek dan pelanggan individu.
Merek pengalaman yang sukses mencerminkan individuaitas,
kemapanan personal, dan gagasan-gagasan untuk menjalani
hidup.40
40
f) Manfaat Merek
Belakangan ini, hampir semua produk diberi brand, bahkan
produk-produk yang sebelumnya tidak memerlukan brand Brand sangat
diperlukan oleh suatu produk, karena selain brand memiliki nilai yang
kuat, brand juga bermanfaat bagi brand mudah dikenal masyarakat,
maka penciptaan brand harus mempertimbangkan faktor-faktor, antara
lain:
1) Bagi Konsumen
a. Brand dapat menceritakan suatu kepada pembeli tentang mutu
b. Brand membentu menerik perhatian pembeli terhadap produkbaru
yang mungkin bermanfaat bagi merek.
2) Bagi Produsen
a. Brand memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusiri
masalah-masalah yang timbul
b. Brand memungkinkan menarik sekelompok pembeli yang setia
dan menguntungkan
c. Brand memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau
ciri khas produk
d. Brand membantu penjual melakukan sigmentasi pasar.41
3) Bagi publik, brand bermanfaat dalam hal:
a. Pemberian brand meningkatkan mutu produk lebih terjamin dan
lebih konsisten
41
b. Brand meningkatkan efisiensi pembeli karena brand dapat
menyebabkan informasi tentang produk di mana membelinya
c. Meningkatkan inovasi produk baru, karena produsen terdorong
untuk menciptakan keunikan baru guna mencegah peniruan dan
pesaing.42
Brand image merupakan hasil dari [andangan atau [penelitian
konsumen terhadap suatu brand baik atau buruk. Hal ini berdasarkan
pertimbangan atau menyeleksi dengan membandingkan perbedaan yang
terdapat pada beberapa brand, sehingga brand yang penawarannya
sesuai dengan kebutuhan akan terpilih.
Adapun indikator citra merek yaitu sebagai berikut:
a) Produk menjadi mudah diingat
b) Terkesan hebat dan modern
c) Memiliki arti (dalam arti positif)
d) Menarik perhatian.43
3) Keputusan Pembelian
a) Pengertian keputusan pembelian
Keputusan pembelian merupakan proses dalam pembelian yang
nyata, apakah membeli atau tidak. Dari berbagai faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk
atau jasa, biasanya konsumen melalui beberapa tahap terlebih dahulu
42
Ibid, 153.
43
yaitu, pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian atau tidak, dan perilaku pasca pembelian.
Oleh karena itu, pengambilan keputusan pembelian konsumen
merupakan suatu proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif
penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang nyata. Setelah itu
konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan kemudian dapat
menentukan sikap yang akan diambil selanjutnya.44
Keputusan merupakan sebagai suatu pemilihan tindakan dari dua
atau lebih pilihan alternatif. Dengan kata lain, orang yang mengambil
keputusan harus mempunyai satu pilihan dari beberapa alternatif yang
tersedia. Bila seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli
dan tidak membeli, dan kemudian dia memilih membeli, maka dia
dalam posisi membuat keputusan. Ditinjau dari alternatif yang harus
dicari, sebetulnya dalam proses pengambilan keputusan, konsumen
harus melakukan pemecahan masalah. Masalah itu timbul dari
kebutuhan yang dirasakan dan diinginkan untuk memenuhi kebutuhan
itu dengan konsumsi produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seorang konsumen harus
memilih produk dan jasa yang akan dikonsumsinya. Banyaknya pilihan
tersedia, kondisi yang dihadapi, serta pertimbangan-pertimbangan yang
mendasari yang kemudian membuat pengambilan keputusan satu
individu berbeda dengan individu yang lain. Proses pengambilan
44
keputusan diawali oleh adanya kebutuhan yang berusaha untuk
dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan beberapa alternatif
sehingga perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk memperoleh
alternatif terbaik dari presepsi konsumen.45
b) Jenis-jenis Perilaku Pembelian
Pembelian keputusan konsumen bervariasi dengan jenis
keputusan pembelian, jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan
derajat keterlibatan pembeli dan derajat pembedaan antara berbagai
merek, hal tersebut dibedakan menjadi dua jenis perilaku, yaitu sebagai
berikut:
1) Perilaku Pembelian Kompleks
Konsumen mempunyai perilaku pembelian kompleks ketika
sangat terlibat dalam suatu pembelian dan menyadari adanya
perbedaan nyata antara berbagai merek. Konsumen akan sangat
terlibat bila suatu produk mahal, jarang dibeli, berisiko, dan
mempunyai ekspetasi pribadi yang tinggi. Biasanya konsumen tidak
memiliki banyak pengetahuan mengenai kategori produk dan harus
banyak belajar. Pembeli akan melalui suatu proses belajar yang
pertama ditandai dengan mengembangkan kepercayaan mengenai
produk tersebut, kemudian pendirian dan membuat pilihan
pembelian dengan bijaksana.46
45
Sudaryono, Manajemen Pemasaran Teori Dan Implementasi, 99-102. 46
2) Perilaku Pembelian Mengurangi Ketidaksesuaian
Terkadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian tetapi
tidak melihat banyak perbedaan dalam merek. Keterlibatan yang
tinggi ini sekali lagi berdasarkan kenyataan bahwa pembelian
tersebut bersifat mahal, jarang, dan berisiko. Dalam kasus ini
pembeli akan keliling untuk mempelajari apa yang tersedia tetapi
akan membeli dengan cukup cepat karena perbedaan merek tidak
nyata. Setelah pembelian tersebut, konsumen mungkin akan
mengalami ketidaksesuaian yang disebabkan oleh adanya suatu hal
yang menggangu dari suatu yang dibeli atau mendengar hal-hal yang
menyenangkan mengenai produk lain. Dengan demikian konsumen
akan bersikap waspada terhadap informasi yang dapat membenarkan
keputuannya.47
c) Perilaku Pembelian Menurut Kebiasaan
Banyak produk yang dibeli dengan keterlibatan konsumen yang
rendah dan tidak ada perbedaan merek yang signifikan. Konsumen
tidak secara ekstensif mencari informasi mengenai merek,
mengevaluasi karakteristiknya, dan membuat keputusan penuh
pertimbangan mengenai merek apa yang dibeli. Mereka merupakan
penerima informasi pasif ketika mereka melihat iklan televisi atau
iklan di media cetak. Pengulangan iklan menciptakan keakraban
merek, bukan keyakinan merek. Konsumen tidak membentuk
47 Ibid
pendirian yang kuat atas suatu merek tetapi memilihnya karena
merek itu terasa akrab. Jadi proses pembelian tersebut merupakan
kepercayaan merek yang dibentuk melaui pengetahuan pasif, diikuti
dengan perilaku pembelian, yang mungkin diikuti dengan evalusi.
Beberapa situasi pembelian ditandai dengan keteribatan
konsumen yang rendah tetapi perbedaan merek bersifat nyata. Di sini
konsumen dilihat banyak melakukan peraihan merek. Peralihan
merek ini terjadi karena alasan untuk variasi dan bukan karena
ketidakpuasan.48
d) Tahapan Proses Keputusan Pembelian
Konsumen sebelum mengalami keputusan pembelian biasanya
melalui lima tahapan: pengenalan masalah, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah
pembelian. Kelima tahapan tersebut secara lengkap diuraikan sebagai
berikut:
1) Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu
masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan
antara keadaan dia yang nyata dengan keadaan yang diinginkan.
Kebutuhan seseorang timbul sampai pada suatu tingkat tertentu dan
menjadi sebuah dorongan. Dari pengalaman sebelumya seseorang
telah mempelajari bagaimana menghadapi dorongan itu dan
48 Ibid
termotivasi menuju suatu objek yang memuaskan dorongan itu.
Semua itu akan memicu sebuah permasalahan atau kebutuhan.
2) Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang tergerak oleh stimulasi akan berusaha
untuk mencari lebih banyak informasi. Seberapa banyak pencarian
yang dilakukan seseorang bergantung kekuatan dorongannya, jumlah
informasi yang telah dimiliki, kemudaahan dalam memperoleh
informasi tambahan, nilai yang dia berikan pada informasi
tambahan, dan kepuasan yang dia peroleh dari pencarian.
3) Evaluasi Alternatif
Para pembeli berupaya untuk mengurangi perasaan tidak pasti,
mereka mungkin akan membaca berbagai iklan. Pencarian informasi
dapat bersifat internal maupun eksternal. Pencarian internal
merupakan aktivitas kognitif yang berkaitan dengan upaya
mengeluarkan informasi yang tersimpan di dalam ingatan,
sedangkan pencarian eksternal adalah pengumpulan informasi dari
sumber-sumberdi luar ingatan, yang mungkin memerlukan waktu,
upaya dan uang.49 4) Keputusan pembelian
Seorang calon pembeli harus mengambil keputusan pembelian.
Keputusan tersebut mungkin dapat berupa tidak memilih salah satu
alternatif yang tersedia. Meski begitu, dalam kebanyakan kasus,
49 Ibid,
problemlah yang merangsang seseorang untuk memulai proses
pengambilan keputusan, kecuali apabila problem tersebut
menghilang, hal mana dapat saja terjadi pada setiap tahapan proses
yang ada, maka orang yang mengambil keputusan atau tidak
membeli harus memulai proses itu kembali atau ia terpaksa hidup
dengan problem tersebut.
5) Konsumsi pascapembelian dan evaluasi
Dengan asumsi bahwa pengambilan keputusan juga sekaligus
merupakan pemakai maka persoalan keputusan pembelian atau
ketidakpuasan pembelian tetap akan ada. Sikap puas atau tidak
hanya terjadi setelah produk yang dibeli konsumen. Perasaan tidak
pasti tentang konsumsi pascapembeliandapat dianalisis dengan
bantuan teori tentang disonansi kognitif. Disonansi kognitif
merupakan sebuah perasaan pascapembelian yang timbul dalam diri
seorang pembeli setelah keputusan pembelian dibuat olehnya.
Tidakan evaluasi pasca pembelian tentang alternatif-alternatif yang
ada, guna mendukung pilihan kita, merupakan sebuah proses
psikologis guna mengurangi perasaan disonansi.50
e) Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik
budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Adapun penjabarannya sebagai
berikut:
50 Ibid
(1) Faktor Budaya
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam
pada perilaku konsumen. Budaya (Culture) adalah penyebab
keinginan dan perilaku seorang yang paling dasar. Pemasar selau
berusaha menemukan perubahan budaya untuk menemukan produk
baru yang mungkin diinginkan oleh konsumen.
(2) Faktor Sosial
Hampir semua masyarakat mempunyai beberapa bentuk
struktur kelas sosial. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat
yang relatif permanen dan berjenjang di mana anggotanya berbagi
nilai, minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak hanya
ditentukan oleh satu faktor seperti, pendapatan, tetapi diukur
sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan,
kekayaan, dan variabel lain. Pemasar tertarik pada kelas sosial
karena orang di dalam kelas social tertentu cenderung
memperlihatkan perilaku pembelian yang sama. Perilaku konsumen
juga di pengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti, kelompok kecil,
keluarga, serta peran dan status sosial konsumen.51 (3) Faktor pribadi
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
seperti usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi
ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri.
51
Kepribadian setiap orang yang berbeda-beda mempengaruhi
perilaku pembeliannya kepribadian juga dapat digunakan untuk
menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan merek
tertentu.
(4) Faktor Psikoligis
Selanjutnya pilihan pembelian konsumen dipengaruhi juga
oleh faktor psikologis seperti, motivasi, presepsi, pembelajaran
serta keyakinan dan sikap. Seseorang senantiasa mempunyai
banyak kebutuhan. Salah satunya adalah kebutuhan biologis,
timbul dari dorongan tertentu seperti lapar, haus dan
ketidaknyamanan. Kebutuhan lainnya adalah kebutuhan psikoligis,
timbul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaam atau rasa
memiliki. Kebanyakan orang tidak sadar akan kebutuhan psikoligis
sejati yang membentuk perilaku mereka, keputusan pembelian
seseorang dipengaruhi oleh motif bawah sadar yang tidak dipahami
sepenuhnya oleh pembeli.52
4) Air Milagros
a) Pengertian Air Milagros
Milagros adalah Air "Three in One", yakni air dengan pH > 8
yang kadar ke-Alkalian-nya sangat stabil (Super Stable Alkaline);
memiliki-kandungan Anti-Oksidan yang tinggi hingga -350 mV
52
(Strength Anti-Oxidant); dan memiliki Energi Skalar yang cukup kuat
(Power full Scalar Energy).
Istilah Alkaline atau Alkali berasal dari bahasa Arab, yakni
"Al-Qoli", yaitu unsur ion garam yang terkandung dalam elemen logam
basa. Air Alkali atau Air Basa berfungsi sebagai penyeimbang
kelebihan asam pada tubuh yang jika dikonsumsi secara teratur akan
mendatangkan efek penyembuhan bagi berbagai macam penyakit.
Penelitian menunjukkan bahwa tubuh manusia jauh lebih sering
mengalami dan berpatensi menderita kelebihan asam (acidosis)
dibandingkan kelebihan basa (alkalidosis). Perlu diketahui bahwa
banyak penyakit disebabkan karena limbah asam tidak terbuang keluar
dari tubuh dan mengendap dalam sebagian organ tubuh manusia.Ini
adalah awal di mana sel di sekitarnya mulai mengalami penurunan
fungsi. Itulah sebabnya Air Alkali sering dianggap sebagai penyembuh
atas berbagai penyakit.53
Anti-Oksidan merupakan sebutan untuk zat yang berfungsi
melindungi tubuh dari serangan Radikal Bebas.Secara alami, zat ini
Secara alami, zat ini sangat besar peranannya pada manusia untuk
mencegah terjadinya penyakit. Anti-Oksidan rnelakukan semua itu
dengan cara menekan kerusakan sel yang terjadi akibat proses oksidasi
Radikal Bebas. Anti-Oksidan membantu menghentikan proses
perusakan sel dengan cara memberikan elektron kepada Radikal Bebas.
53
Anti-Oksidan akan menetralisir Radikal Bebas sehingga tidak
mempunyai kemampuan lagi mencuri elektron dari sel dan DNA.
Scalar Energy adalah gelombang elektron magnetik yang
menyebar ke semua arah (longitudinal). Energi ini berbeda dari
energi-energi pada umumnya, karena gelombang Energi Skalar ini mampu
melewati benda padat tanpa kehilangan intensitasnya. Energi ini juga
dapat menyelaraskan elektron-elektron di dalam tubuh, sehingga dapat
meningkatkan power hingga 100%. Beberapa saat belakangan ini para
ilmuwan mulai menemukan metode pemanfaatan Energi Skalar bagi
kesehatan. Energi skalar dapat menambah energi bahkan
mempertahankannya di dalam tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit dengan menstimulasi kelenjar-kelenjar endokrin di
dalam tubuh, energi scalar juga dapat meningkatkan kernampuan selsel
darah putih atau lymphosite dalam membunuh penyakit hingga 75%".54
b) Kelayakan Milagros
Sebagai Air Alkali, Milagros memiliki kadar pH yang baik (> 8)
dan kadar ke-Alkalian-nyapun sangat stabil. Adapun karakteristik lain
yang mendukung keutamaan Milagros adalah molekul air-nya yang
kecil (5 molekul), sehingga mudah terserap tubuh. Selain itu, mineral
yang ada pada Milagros adalah mineral-mineral organik sehingga
memiliki daya-guna yang baik bagi tubuh.
54 Ibid
Sebagai Anti-Oksidan, Milagros memiliki kadar Anti-Oksidan
yang sangat tinggi (-350 mV), sehingga Milagros dapat berfungsi
secara maksimal sebagai Anti-Body untuk melindungi tubuh dari
serangan Radikal Bebas. Selain itu, Milagros juga memiliki tingkat
keterserapan yang baik bagi tubuh (Oxidation Reductional
Product/ORP). Tingkat keterserapan (ORP) ini menjadi penting karena
produk-produk dengan ORP yang buruk akan mendatangkan efek
samping yang tidak baik, seperti pengapuran dsb.
Energi Skalar yang ditanamkan dalam Milagros menjadikannya
sebagai benteng pertahanan tubuh dari ancaman frekuensi berbahaya.
Milagros adalah sebuah produk organik, sehingga Energi Skalar yang
ditanamkan di dalamnya akan membantu penyerapan segala manfaat
(Alkali dan Anti-Oksidan) secara lebih cepat, bekerja lebih cepat, dan
mendatangkan hasil yang kuat. Milagros akan bekerja untuk mengisi
setiap sel tubuh dengan mempromosikan seluruh manfaatnya melalui
Gelombang Skalar ke setiap sel yang ada di dalam tubuh.55
Dewasa ini para ahli kesehatan mengumandangkan arti penting
sehat dengan "Back to Nature". Satu hal yang perlu disadari adalah
Milagros bukanlah suplemen.Milagros adalah air dengan kandungan
mineral yang organik. Mengingat air adalah kebutuhan dasar manusia,
maka dapatlah dikatakan bahwa Milagros adalah kebutuhan dan
bukanlah suplemen (pelengkap). Terlebih lagi dengan kadar oksigen
55 Ibid
yang baik, maka Milagros akan mendatangkan sensasi kesegaran bagi
para pengkonsumsinya.
c) Manfaat Mengkonsumsi Milagros
Secara garis besar, berikut adalah 10 manfaat/kebaikan
Milagros:
1. Memperlancar sistem pencernaan dan menyeimbangkan kadar gula
darah;
2. Mencegah Kanker, Tumor, Osteoporosis, serta Menjaga Ginjal dan
Hati;
3. Berdayaguna bagi Kecantikan;
4. Meningkatkan Kesuburan;
5. Menyehatkan Jantung dan Menstabilkan Tekanan Darah;
6. Sebagai media terapi untuk Stroke dan Asam Urat;
7. Melarutkan Lemak Jenuh dan Kolesterol;
8. Mengatasi Penyakit Kulit dan Mata;
9. Memberikan efek Relaksasi dan Mengurangi Stress;
10. Menyeimbangkan dan Meningkatkan Kebugaran Tubuh.56
5) Keterkaitan antara labelisasi halal, citra merek dan keputusan pembelian
Menurut Departemen Agama yang dimuat dalam KE