• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Labelisasi Halal Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk Milagros Di Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo - Electronic theses of IAIN Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Labelisasi Halal Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk Milagros Di Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo - Electronic theses of IAIN Ponorogo"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana program strata satu (S-1) pada Fakultas Syariah

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Oleh:

NURUL ISTINING UMAYAH NIM 210214144

Pembimbing:

Dr. MOH MUKHLAS, M. Pd. NIP. 196701152005011003

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

(2)
(3)
(4)

iv

Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. Moh. Mukhlas, M.Pd.

Kata Kunci : Labelisasi Halal, Citra Merek, dan Keputusan Pembelian

Pengambilan keputusan pembelian merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan produk yang ditawarkan. Dalam memenuhi kebutuhan hidup, seorang konsumen harus memilih barang dan jasa yang akan dikonsumsinya. Namun, Keputusan konsumen bisa tertunda atau seorang konsumen bisa menghindari keputusan pembelian yang dipengaruhi oleh resiko yang dipikirkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan pembelian di antaranya labelisasi halal dan citra merek. Hal ini kemudian menjadikan indikasi bahwa berdasarkan latar belakang tersebut dapat dikatakan bahwa citra merek maupun labelisasi halal yang diberikan perusahaan masih belum maksimal dalam mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Adakah pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan konsumen pada pembelian produk Milagros? (2) Adakah pengaruh citra merek terhadap keputusan konsumen pada pembelian produk Milagros? (3)Adakah pengaruh labelisasi halal dan citra merek terhadap keputusan konsumen pada pembelian produk Milagros?

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian expost facto. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil angket yang telah di isi oleh konsumen Milagros yang ada di Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo, dengan populasi konsumen Milagros di Kecamatan Pudak 154 dengan sampel 60 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana dan analisis regresi berganda.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada pengaruh yang signifikan antara labelisasi halal terhadap keputusan pembelian sebesar 34,2% dan sisanya 65,8% dipengaruhi oleh faktor yang tidak diteliti. (2) Ada pengaruh yang signifikan antara citra merek terhadap keputusan pembelian sebesar 50,5% dan sisanya 49,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak ditelti. (3) Ada pengaruh yang signifikan antara labelisasi halal dan citra merek terhadap keputusan pembelian sebesar 50,9% dan sisanya 49,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seorang konsumen harus

memilih barang dan jasa yang akan dikonsumsinya. Banyaknya pilihan yang

tersedia, kondisi yang dihadapi, serta pertimbangan-pertimbangan yang

mendasari yang kemudian membuat pengambilan keputusan satu individu

berbeda dengan individu yang lain.

Keputusan merupakan sebagai suatu pemilihan tindakan dari dua atau

lebih pilihan alternatif. Dengan kata lain, orang yang mengambil keputusan

harus mempunyai satu pilihan dari beberapa alternatif yang tersedia. Bila

seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli dan tidak membeli,

dan kemudian dia memilih membeli, maka dia dalam posisi membuat

keputusan.1

Keputusan pembelian merupakan proses dalam pembelian yang nyata,

apakah membeli atau tidak. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi

konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, pengambilan

keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses pemilihan salah satu

dari beberapa alternatif penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang

1

Sudaryono, Manajemen Pemasaran Teori Dan Implementasi (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2016), 99-102.

(6)

nyata. Setelah itu konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan kemudian

dapat menentukan sikap yang akan diambil selanjutnya.2

Dalam tahap evaluasi, para konsumen akan membentuk preferensi atas

merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan, meskipun konsumen

membentuk evalusi merek ada dua faktor yang yang berada di antara niat

pembelian dan keputusan pembelian, faktor pertama adalah sikap orang lain,

sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang

akan bergantung pada dua hal: (1) intensitas sikap negatif orang terhadap

alternatif yang disukai konsumen dan (2) motivasi konsumen untuk menuruti

keinginan orang lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin

dekat orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin

mengubah niat pembeliannya, keadaan sebaliknya juga berlaku. Preferensi

pembeli terhadap merek tertentu akan meningkat jika orang lain juga sangat

menyukai merek yang sama. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak

terantisipasi, situasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.

Keputusan konsumen untuk menunda atau menghindari keputusan pembelian

sangat dipengaruhi oleh resiko yang dipikirkan, ada beberapa macam resiko

yang bisa dirasakan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sebuah

produk diantaranya: produk tidak berkinerja sesuai harapan, produk

menimbulkan ancaman terhadap kesejahteraan atau kesehatan fisik dari

2

(7)

pengguna atau orang lain, produk tidak bernilai sesuai harga yang dibayar dan

lain sebagainya.3

Pada umumnya, keputusan pembelian (purchase decision) konsumen

adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berada antara

niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang

lain. Jika seseorang memiliki arti penting bagi anda maka apa yang

dikatakannya akan menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan

pembelian. Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan.

Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor

seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun,

kejadian tak terduga bisa mengubah niat pembelian. Seperti contoh, ekonomi

mungkin memburuk, pesaing dekat mungkin menurunkan harga, atau

seseorang yang memberitahu kekecewaanya akan suatu produk. Oleh karena

itu, preferensi dan niat pembelian tidak selalu menghasilakan pilihan yang

aktual.4

Keputusan pembelian konsumen ini terutama pada umat muslim salah

satunya dipengaruhi oleh label halal. Label halal ini berfungsi sebagai kontrol

munculnya keputusan untuk membeli dalam diri konsumen. Label halal ini

memicu kontrol perilaku dalam diri konsumen yang dipengaruhi oleh faktor

pendukung dan penghambat untuk mengambil keputusan. Faktor pendukung

didasarkan pada keamanan yang dijamin dengan label halal oleh LP POM MUI

3

Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi kedua belas jilid 1, Terj. Benyamin Molan Dan Jenni Purba, et. al. (Yogyakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2009), 240-243.

4

(8)

dan pengalaman serta informasi yang di dapat konsumen. Informasi diperoleh

dari pengetahuan di dalam diri individu dan orang lain disekitarnya. Label halal

termasuk pengetahuan individu dari informasi yang menjadi faktor pendukung

kuatnya kontrol perilaku yang dirasakan individu ditambahnya kepercayaan

konsumen dengan keamanan yang terjamin dengan label halal tersebut. Kontrol

yang kuat akan membuat konsumen untuk mengambil keputusan pembelian.

Jadi, dengan label halal akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.5

Pengambilan keputusan pembelian merupakan suatu kegiatan individu

yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan produk

yang ditawarkan. Suatu proses keputusan membeli bukan sekedar mengetahui

beberapa faktor yang mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan peranan

dalam pembelian dan keputusan untuk membeli. Proses ini merupakan proses

penyelesaian masalah dalam membeli produk dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan konsumen.6

Citra merek adalah presepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh

konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori

konsumen. Citra merek yang baik akan membentuk suatu keputusan pembelian

pada produk dan jasa, dengan citra merek yang baik akan memberikan dampak

kepada presepsi konsumen, di mana konsumen akan memiliki kesan positif

terhadap merek tersebut. Jika, suatu merek mampu memenuhi harapan

konsumen dan memberikan jaminan kualitas produk pada setiap kesempatan

5

Yuli Mutiah Rambe dan Syaad Afifudin, "Pengaruh Pencantuman Label Halal pada Kemasan Mie Insta terhadap Minat Pembelian Masyarakat Muslim", dalam Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.1 No.1 (Medan: Universitas Washiliyah,2013), 39.

6

(9)

penggunanya maka konsumen akan semakin yakin dengan pilihannya dan

konsumen akan memiliki kepercayaan pada merek, menyukai merek, serta

menganggap merek tersebut sebagai bagian dari dirinya. Merek yang

berkualitas dapat dengan mudah untuk menciptakan konsumen dalam

keputusan pembelian produk yang ditawarkan. Jadi, dengan begitu merek akan

mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.7

Sejalan dengan agama Islam, umat Islam menghendaki agar

produk-produk yang akan dikonsumsi tersebut dijamin kehalalannya dan kesuciannya.

Menurut ajaran Islam mengkonsumsi yang halal, suci dan baik merupakan

perintah agama dan hukumnya wajib.8

Konsep kehalalan di kehidupan masyarakat Indonesia sudah diterapkan

dalam kehidupan bermasyarakat. Halal diperuntukkan bagi sesuatu yang baik

dan bersih untuk di makan atau untuk di konsumsi oleh manusia menurut

syariat Islam. Lawan halal adalah haram yaitu tidak dibenarkan atau dilarang

menurut ajaran Islam.9

Label adalah bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal

tentang produk atau tentang penjualnya, sebab label bisa merupakan bagian

dari kemasan atau tanda pengenal yang dicantumkan pada produk. Kehalalan

merupakan sebagai parameter utama dalam proses pemilihan produk

7

Susanto, Value Marketing Paradigma Baru Pemasaran. Quantum Bisnis& Manajemen

(Jakarta: Kencana Prenada, 2004), 24.

8

Kusnandar, Imam Suroso Dan Ado Prasodjo "Pengaruh Citra Merek Dan Kesadaran Label Halal Produk Kosmetik La Tulipe Terhadap Minat Konsumen Untuk Membeli Ulang Di Kota Banyuwangi, dalam Artikel Ilmiah Mahasiswa", Fakultas Ekonomi Universitas Jember (Jember: 2015), 2.

9

Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen. Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran

(10)

khususnya untuk konsumen muslim maka dapat dilihat dari label halal yang

tercantum pada produk tersebut. Memproduksi produk halal adalah bagian dari

tanggung jawab perusahaan pada konsumen muslim. Di Indonesia, untuk

memberikan keyakinan kepada konsumen bahwa produk yang dikonsumsi

adalah halal, maka perusahaan perlu memiliki sertifikasi halal MUI.10

Label halal yang dikeluarkan lembaga dan institusi tertentu harus disikapi

dengan bijak, lembaga tersebut pasti bertujuan melindungi umat Islam dari

mengkonsumsi produk yang diharamkan. Dengan adanya pelabelan produk

halal, masyarakat menjadi terbantu untuk lebih berhati-hati dalam

mengkonsumsi produk dan tidak ada lagi keraguan di dalamnya karena sudah

ada lembaga yang menjamin kehalalannya.11

Dalam upaya pemenuhan kebutuhannya, seseorang akan memilih produk

yang dapat memberikan kepuasan dan kualitas tertinggi. Secara khusus,

faktor-faktor yang menciptakan kepuasan tertinggi bagi setiap orang akan berbeda,

tetapi secara umum faktor seperti produk itu sendiri, harga dari produk dan

cara untuk mendapatkan produk seringkai menjadi pertimbangan. Seorang

konsumen yang rasional akan memilih produk dengan mutu baik, harga

terjangkau dan produk yang mudah didapat. Mutu produk yang diinginkan oleh

konsumen menyangkut manfaatnya bagi pemenuhan kebutuahan dan

keamanannya bagi diri konsumen, sehingga konsumen merasa tenang lahir dan

batin dalam menggunakan produk tersebut.

10

Stanton J, William, Walker B.J, dan Etzel M.J., Marketing Edisi 11 Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2004), 282.

11

(11)

Brand suatu produk menjadi salah satu perhatian dalam pertimbagan

konsumen dalam memutuskan membeli produk perusahaan. Pemilihan suatu

brand produk tergantung pada image yang melekat pada produk tersebut.

Perusahaan harus mampu memberikan yang terbaik yang sesuai kebutuhan dan

keinginan konsumen. Konsumen memandang brand image sebagai bagian

yang terpenting dari suatu produk. Dengan kata lain, brand image merupakan

salah satu unsur terpenting yang dapat mendorong kosumen untuk membeli

produk. Semakin baik brand image yang melekat pada produk maka

komsumen akan semakin tertarik untuk membeli produk tersebut.12 Dari uraian

tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa label halal dan citra merek sangat

diperhatikan terlebih umat Islam karena keduanya mempengaruhi konsumen

dalam pengambilan keputusan pembelian suatu produk.

Dalam teori labelisasi halal dan citra merek terhadap keputusan

pembelian itu berhubungan sebagaimana telah dijelaskan di latar belakang di

atas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait

dengan labelisasi halal dan citra merek terhadap keputusan pembelian

konsumen pada produk Milagros yang berada di Kecamatan Pudak Kabupaten

Ponorogo. Milagros merupakan air yang bersifat alkali yang memiliki banyak

manfaat khususnya untuk kesehatan tubuh manusia. Penelitian ini akan

meneliti terkait keputusan pembelian konsumen pada produk Milagros

tersebut, karena banyaknya konsumen yang membeli produk Milagros di

daerah Kecamatan Pudak. Para konsumen tertarik membeli produk Milagros

12

(12)

dikarenakan banyaknya manfaat yang diberikan produk Milagros sangat

beragam khususnya untuk kesehatan tubuh, baik untuk pemulihan maupun

untuk mencegah berbagai macam penyakit. Selain itu penelitian ini dilakukan

di Kecamatan Pudak karena Kecamatan Pudak merupakan kecamatan yang

berada di bagian ujung Timur Kota Ponorogo yang jauh dari pusat keramaian

kota Ponorogo, yang mana pendistribusian ataupun penjualan produk Milagros

ini juga sampai di daerah-daerah pedesaan seperti yang ada di Kecamatan

Pudak tidak hanya di daerah perkotaan saja, tidak kalah dengan yang ada di

daerah perkotaan produk Milagros ini juga banyak mendapatkan respon yang

positif dari masyarakat Kecamatan Pudak, hal tersebut dibuktikan dengan

banyaknya minat konsumen terhadap pembelian pada produk Milagros di

daereah tersebut. Hal inilah yang menarik perhatian peneliti terhadap minat

pembelian konsumen khususnya masyarakat di daerah Kecamatan Pudak yang

memiliki letak geografis yang cukup jauh dari pusat kota Ponorogo akan tetapi

masih banyak masyarakat yang tertarik untuk melakukan pembelian pada

produk Milagros, produk yang dikenal sebagai produk kesehatan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

(13)

A.Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan konsumen pada

pembelian produk Milagros?

2. Adakah pengaruh citra merek terhadap keputusan konsumen pada

pembelian produk Milagros?

3. Adakah pengaruh labelisasi halal dan citra merek terhadap keputusan

konsumen pada pembelian produk Milagros?

B.Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan konsumen

pada pembelian produk Milagros.

2. Untuk menjelaskan pengaruh citra merek terhadap keputusan konsumen

pada pembelian produk Milagros.

3. Untuk menjelaskan pengaruh labelisasi halal dan citra merek terhadap

keputusan konsumen pada pembelian produk Milagros.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih

keilmuwan serta memperluas wawasan khususnya di bidang ilmu

(14)

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

kepada perusahaan untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi seseorang untuk melakukan pembelian sebuah produk

b. Bagi akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengangkat

kepermukaan tentang labelisasi halal pada zaman global ini, serta hasil

penelitian ini juga diharapkan bisa bermanfaat sebagai referensi dan

tambahan literatur kepustakaan, khususnya untuk jenis penelitian yang

membahas mengenai keputusan masyarakat untuk membeli sebuah

produk.

c. Bagi peneliti yang akan datang

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman

atau panduan bagi peneliti yang akan datang dalam melakukan suatu

penelitian.

D.Sistematika Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membagi pembahasan ke dalam

lima bab, yaitu masing-masing bab terdapat sub bab. Sistematika pembahasan

dalam skripsi ini adalah berikut ini:

Bab I, Pendahuluan, Bab ini menjelaskan hal umum terkait fenomena

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

(15)

Bab II, Kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis, bab ini

menjelaskan tentang landasan teori yang berkaitan dengan analisis labelisasi

halal, citra merek dan keputusan membeli produk air Milagros. Selain itu juga

berisi penelitian terdahulu yang mempunyai kesamaan variabel, juga ada

kerangka pemikiran, dan juga hipotesis penelitian (jawaban sementara dari

penelitian).

Bab III, Metode penelitian, Bab ini berisi rancangan penelitian, variabel

penelitian dan definisi operasional, populasi & sampel dengan dijelaskan

teknik sampling yang digunakan. Jenis dan sumber data yang digunakan,

metode pengumpulan data, dan juga teknik pengolahan dan pengumpulan data,

dan juga metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini.

Bab IV, Paparan dan analisis data, Bab ini menguraikan data-data yang

diperoleh dari penelitian di lapangan yang mana data tersebut dikelompokkan

ke dalam beberapa sub bab berupa gambaran umum responden, dan hasil

temuan atas variabel penelitian. Selanjutnya, dalam bab ini data yang diperoleh

tersebut dianalisis dengan metode analisis yang telah dijabarkan dalam bab III

untuk kemudian diteliti lebih lanjut dan diambil kesimpulannya pada subbab

pembahasan dan intrepretasi data.

Bab V, Penutup, Bab terakhir ini menguraikan kesimpulan dari hasil

penelitian ini, dan rekomendasi yang peneliti utarakan sebagai wujud tindak

(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A.Landasan Teori 1. Labelisasi Halal

a) Pergertian Label

Label mempunyai hubungan erat dengan pemasaran. Label

merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi

tentang apa yang ada dalam penjual produk itu sendiri. Pemberian label

(labeling) merupakan elemen produk yang sangat penting yang patut

memperoleh perhatian seksama dengan tujuan untuk menarik para

konsumen.12

Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merek

produk, bahan baku, bahan tambahan komposisi, informasi gizi, tanggal

kadaluwarsa, isi produk, dan keterangan legalitas. Sebuah lebel bisa

merupakan bagian dari kemasan atau bisa sebagai tanda pengenal yang

melekat dalam kemasan. Secara garis besar terdapat tiga macam lebel

yaitu:

a. Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau

dicantumkan pada kemasan.

b. Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif

mengenai penggunaan, konstruksi/pembuatan, perhatian/perawatan

12

Danang Sunyoto, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran (Yogyakarta: CAPS, 2013), 124.

(17)

dan kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang

berhubungan dengan produk.

c. Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasi penilaian kualitas

produk (product's judged quality) dengan satu huruf, angka, atau

kata.

Label mempunyai fungsi sebagi berikut:

1) Identifies (Identifikasi): label mengenalkan sebagai produk

2) Grade (Nilai): label dapat menunjukkan nilai atau kelas suatu

produk

3) Discribe (memberikan keterangan): label akan menunjukkan

keterangan mengenai siapa produsen dari suatu produk, dimana

produk dibuat, kapan produk dibuat, apa komposisi produk

tersebut, bagaimana penggunaan produk secara aman

4) Promote (mempromosikan): label akan mempromosikan lewat

gambar dan produk menarik.13

b) Pengertian Halal

Pengertian halal adalah kehalalan suatu produk yang akan

dikonsumsi merupakan hal yang sangat penting diperhatiakn bagi umat

Islam. Dalam agama Islam dijelaskan batapa pentingnya kehalalan,

bahwa Allah telah menentukan kaidah kehalalan sebelum manusia

diturunkan ke bumi. Allah tidak menetukan kehalalan pada udara, akan

13

(18)

tetapi untuk makanan dan minuman, seperti halnya kosmetik,

obat-obatan, dan sejenisnya.14

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia menimbang bahwa

makanan, minuman, obat-obatan, kosmetika, dan lain-lain yang akan

dikonsumsi atau dipergunakan oleh umat Islam wajib diperhatikan dan

diyakini kehalalan dan kesuciannya. Produk-produk tersebut yang

merupakan hasil olahan sering diragukan kehalalan dan kesuciannya,

produk-produk olahan tersebut perlu dilakukannya pemeriksaan,

penelitian dan pembahasan. Komisi Fatwa memandang perlu untuk

menetapkan kehalalan dan kesuciannya untuk dijadikan pedoman oleh

umat Islam.15

Firman Allah SWT yang menjelaskan tentang keharusan

mengkonsumsi yang halal adalah berikut ini:































































Artinya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu". (QS. Al-Baqarah:186).16

14

Ghina Kamilah, "Pengaruh Labelisasi Halal dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli," Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Volume 6, Nomor 2 (Februari 2017), 4.

15

Ma'ruf Amin, M. Ichwan Sam, Zainut Tauhid Sa'adi, Dkk, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Bidang Pom Dan Iptek (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2015), 95-96.

16

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2000), 48.

(19)

Dari ayat di atas maka jelaslah bahwa makanan yang dimakan

oleh seorang muslim hendaknya memenuhi 2 syarat, yaitu:

a. Halal, artinya untuk dimakan dan tidak dilarang oleh hukum syara'.

b. Baik atau thayyib, artinya makanan itu bergizi dan bermanfaat untuk

kesehatan.

Pertama: makanan dan minuman harus halal. Halalnya suatu makanan harus meliputi tiga hal, yaitu:

1) Halal karena cara memperolehnya. Artinya sesuatu yang halal itu

harus diperbolehkan dengan cara yang halal pula. Sesuatu yang halal

tetapi cara mendapatkannya tidak sesuai dengan hukum syara' maka

menjadi haramlah ia, Seperti mencuri, menipu, dan lain-lain.

2) Halal karena proses/cara pengolahannya. Artinya, selain suatu yang

halal itu diperoleh dengan cara yang halal pula. Cara atau proses

pengolahannya juga harus benar. Hewan, seperti kambing, ayam,

sapi, jika disembelih dengan cara yang tidak sesuai dengan hukum

Islam maka dagingnya menjadi haram.

3) Halal karena dzatnya. Artinya, makanan itu terbuat dari bahanyang

halal, tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan menurut

syariat, seperti nasi, susu, telor, dan lain-lain. Makanan yang haram

tercantum dalam ayat berikut ini.17

17

(20)

























































































Artinya: "Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Q.S. Al-Baqarah: 173).18

Kedua: makanan dan minuman harus thayyib artinya baik bagi tubuh dan kesehatan. Makanan yang membahayakan kesehatan

misanya mengandung formalin, mengandungpewarna tekstil,

makanan berlemak yang berlebihan, dan lain-lain dikatakan

tidak thayyib.19

c) Pengertian Labelisasi Halal

Labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan label

pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang

dimaksud berstatus sebagai produk halal. Label halal sebuah produk

dapat dicantumkan pada sebuah kemasan apabila produk tersebut telah

mendapatkan sertifikat halal oleh BPOM MUI. Sertifikasi dan labelisasi

halal bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan

terhadap konsumen, serta meningkatkan daya saing produk dalam

negeri dalam rangka meningkatkan pendapatan Nasional.

18

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2000), 41.

19

(21)

Labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal

pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang

dimaksud berstatus sebagai produk halal. Adapun indikator labelisasi

halal yaitu sebagai berikut:

1. Gambar

2. Tulisan

3. Kombinasi gambar dan tulisan

4. Menempel pada kemasan.20

2) Citra Merek

a) Pengertian Citra Merek

Merek, mark (Belanda), brand (Inggris) adalah bagian dari hak

atas kekayaan intelektual.21 Merek (brand) sebagai "nama, istilah,

tanda, symbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasikaannya dari barang atau jasa

penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari

produk atau jasa pesaing".22 Pada hakikatnya, merek

mengidentifikasikan penjual atau pembuat. Merek dapat berupa nama,

merek dagang, logo, atau symbol lain. Berdasarkan UU merek dagang,

penjual diberikan hak eksklusif untuk menggunakan mereknya untuk

20

Ghina Kamilah, "Pengaruh Labelisasi Halal dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli", Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Volume 6, Nomor 2, Februari 2017, 6.

21

Djoko Imbawani Atmadjaja, Hukum Dagang Indonesia (Malang: Setara Press, 2012), 237.

22

(22)

selamanya. Jadi, merek berbeda dengan aktiva lain seperti hak paten

dan hak cipta yang mempunyai batas waktu.23

Dengan demikian, sebuah merek adalah produk atau jasa

penambah dimensi yang dengan cara tertentu kemudian

mendiferensiasikannya dari produk atau jasa lain yang dirancang untuk

memuaskan kebutuhan yang sama.24

b) Penentuan Merek (Branding)

Keberhasilan sebuah produk atau sebuah produk konsumen

sebagian bergantung pada kemampuan pasar tujuan (target market)

dalam membedakan satu produk dengan produk lainnya. Penentuan

merek (branding) adalah alat utama yang digunakan pemasar untuk

membedakan produknya dengan produk pesaing. Sebuah merek adalah

sebuah nama, istilah, simbol, desain, atau huruf kombinasi semua itu

yang mengidentifikasikan produk dari pihak penjual dan

membedakannya dengan produk pesaing. sebuah nama merek adalah

bagian dari merek yang dapat diucapkan, termasuk huruf, kata-kata,

serta angka. Elemen sebuah merek yang tidak dapat diucapkan disebut

tanda merek (brand mark), misalnya simbol Garuda Airways atau

mobil Toyota.

Adapun ekuitas merek (brand equity) mengacu pada nilai

perusahaan dan nama sebuah merek. Sebuah merek yang mempunyai

23

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, jilid 2, Terj. Hendra Teguh dan Benjamin Molan (Jakarta, PT. Ikrar Mandiriabadi, 2002), 460.

24

(23)

kesadaran (awareness), kualitas yang dirasakan, dan loyalitas merek

yang tinggi di antara para pelanggan mempunyai ekuitas yang tinggi,

sebuah merek dengan ekuitas merek yang kuat mempunyai asset yang

berharga.25

Sebuah merek akan meyederhanakan dan mengefisienkan proses

belanja seorang konsumen. Loyalitas merek (brand loyality) adalah

preferensi yang konsisten terhadap merek tertentu dibandingkan dengan

merek lain. Loyaitas merek dapat sangat tinggi untuk barang-barang

tertentu, identitas merek penting untuk mengembangkan loyaitas merek.

Tujuan lain dari branding adalah mempermudah penjual produk

baru. Dengan merek, produk yang sudah dikenal atau sudah popular

akan lebih mudah digunakan untuk memperkenalkan produk baru bagi

perusahaan dibandingkan perusahaan yang sama sekali belum dikenal

konsumen. Branding biasanya merujuk pada kualitas yang konsisten

dan merupakan indikator yang lebih baik tentang kualitas daripada

harga sebuah produk.26

c) Tahap Membangun Merek

Ada tiga langkah mudah yang saing berurutan yang disebut

brand steps, untuk membengun merek. Ketiga tahap tersebut adalah: (1)

Fondasi (2) Komunikasi dan (3) Evaluasi.

25

Ari Setiyaningrum, Jusuf Udaya & Efendi, Prinsip-Prinsip Pemasaran- Pengenalan Plus Tren Terkini Tentang Pemasaran Global, Pemasaran Jasa, Green Marketing, Entrepreneurial Marketing Dan E-Marketing (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2015),115-116.

26

(24)

1) Tahap Fondasi

Tahap fondasi adalah kerangka internal dalam membangun

merek, umumnya fondasi lebih banyak berhubungan ke dalam.

Fondasi merupakan panduan dan tujuan utama membangun sebuah

merek, hal ini merupakan sebuah langkah awal yang sederhana

namun sangat strategis, khususnya ketika organisasi akan

berkembang dan berjalan dengan lebih banyak perbedaan, maka

tahap inilah yang kemudian akan menyatukan dan menyelamatkan.

Fondasi terdiri dari delapan kalimat kunci yang harus dilakukan,

yaitu:

(a) Menemukan impian

Membangun merek yang kuat harus dimulai dengan

impian yang kuat pula. Semangat, cita-cita, pengorbanan, dan

ketekunan adalah kata yang akan selalu dikatakan dan semua itu

harus dimulai dengan awal yang kokoh.

(b) Mengali keunikan dan mengembangkan

Memahami apa yang menarik dari sebuah produk dan jasa,

baik resep rahasia, kualitas produk yang tinggi, harga yang lebih

ekonomis dan lain-lain. Jika tidak memiliki suatu hal yang

harus dilakukan yaitu mengembangkan produk.27

27

Arto Soebiantoro, Merek Indonesia Harus Bisa (Jakarta: Elek Media Komputindo, tt), 84-85.

(25)

(c) Menentukan konsumen

Memetakan siapa saja konsumen dan siapa saja yang paling

potensial tertarik pada produk yang diciptakan.

(d) Menciptakan Presepsi

Presepsi yang kuat akan memudakan konsumen untuk

mengenal sebuah produk dan menanamkan slot memori presepsi

pada produk dalam benak mereka.

(e) Menyiapkan karakter dan nilai

Banyaknya merek lokal (khususnya yang masih pemula)

yang tidak peduli pada nilai-nilai merek. Oleh karenanya, nilai

merek harus diciptakan , karena nilai-nilai inilah yang akan

menyaring dan mengarah konsumen kepada sebuah merek

produk.

(f) Membuat aturan internal

Dalam bahasa teknis sering kali disebut dengan istilah SOP

(Standard Operating Procedure), SOP adalah nilai-nilai yang

diturunkan dalam tata kerja, SOP dapat dimulai dengan cara

yang sederahana dari hal yang di anggap sepele, dari apa yang

dilakukan bisa dijadikan sebuah aturan. Sop bertujuan

menciptakan konsistensi, dan konstensi menciptakan presepsi

konsumen.28

28

(26)

(g) Memahami organisasi

Membangun merek adalah suatu kerja tim, tanpa struktur

dan tugas yang jelas proses pembagunan merek akan sulit

berjalan. Maka diperlukannya sebuah organisasi untuk membuat

kerja dan tugas menjadi efisien.

(h) Mengurus legalitas

Ketika dibagun sebuah perusahaan atau bisnis (yang tentu

punya merek) maka mulailah dengan benar. Dalam bisnis hanya

ada 3 fungsi utama: Legal, Operation, dan Finance. Namun

aspek legaitas seringkai di anaktirikan, maka ketika membangun

sebuah merek harus dimulai dengan sebuah sejarah yang bisa

menentukan masa depan di ke udian hari, oleh karena itu, sisi

legal haruslah benar.29 2) Komunikasi

Fase komunikasi adalah fase penyampaian fondasi yang telah

dibuat. Fungsi komunikasi adalah membangun presepsi konsumen ,

fase komunikasi merupakan pintu gerbang pengenalan merek kepada

dunia luar. Di fase komunikasi ini cenderung mengeluarkan biaya

(meskipun ada yang gratis) agar merek lebih menarik. Oleh

karenanya, apa yang dikomunikasikan harus sesuai dengan fondasi

merek yang telah disusun. Dalam fase komunikasi terdapat enam hal

yang penting untung dilakukan, yaitu:

29

(27)

(a) Menciptakan logo

Logo adalah salah satu identitas terpenting dari sebuah

merek, logo merupakan garda terdepan pengenalan merek.

Maka logo harus bisa mempresentasikan jati dirinya, dengan

melihat logo orang akan lebih mudah mengasosisikan merek.

logo adalah awal pengenalan sebuah merek, logo harus

dikembangkan ke berbagai media secara seragam dan

berkesinambungan. Semakin paham dan mendalam pengertian

seseorang akan merek , semakin jauh pula sebuah identitas dapat

diciptakan, semua itu merupakan bagian dalam proses

mengomunikasikan merek untuk membangun presepsi.

(b) Memahami media komunikasi

Di zaman modern seperti ini dunia semakin kreatif dalam

megembangkan media komunikasi , kini komunikasi tidak

hanya dilihat dalam bentuk-bentuk konvensional seperti iklan

surat kabar maupun social media saja. Oleh karena itu, harus

memahami berbagai media komunikasi yang dapat diciptakan

dalam membengun presepsi merek. Teorinya adalah semakin

banyak media komunikasi, baik konvensional dan

non-konvesional yang digunakan, maka akan semakin cepat sebuah

presepsi terbangun.30

30

(28)

(c) Membangun hubungan dengan media

Dalam proses membangun merek, kemampuan untuk

mempengaruhi dan jangkauan pengaruh amatlah penting. Media

massa adalah salah satu yang strategis dalam proses itu, maka

harus berhubungan dengan media. Dengan begitu tingginya

biaya beriklan, harus dapat memanfaatkan sumber komunikasi

massa yang massif dan memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi, dan hanya media massa yang cepat untuk

melakukannya.

(d) Berkomunikasi dengan pelanggan

Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai dorongan

untuk berinteraksi, interaksi adalah faktor penting dalam

membangun merek.Merek adalah produk emosional, konsumen

mau dan rela membeli produk-produk bermerek, meskipun ada

banyak produk sejenis tapi tanpa merek, dengan adanya merek

konsumen akan lebih akrab dan nyaman. Beberapa produk

ternama menggunakan customer service bahkan sampai 24 jam,

hal tersebut dapat membangun hubungan yang baik antara

produsen dengan konsumen.31

(e) Melakukan edukasi (Tidak hanya promosi)

Salah satu karakter merek lokal yang ada adalah seringnya

berpromosi tanpa membangun edukasi. Hard sell atau gaya

31

(29)

berjualan yang terang-terangan kadang menjadi lebih penting

bagi sebagian kalangan. Misalnya, menawarkan sebuah produk

yang murah dengan diskon setengah harga dengan rasa yang

enak, lebih menarik daripada menjelaskan mengapa produk

tersebut memiliki cita rasa ayang enak.

(f) Membuat komunikasi internal

Selain berbicara pada konsumen, berkomunikas secara

internal dengan karyawan dan anggota perusahaan juga penting.

Karena merekalah yang akan menjadi tombak dalam

membangun sebuah merek.32 3) Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian terakhir dalam proses

pembangunan merek. evaluasi bukan hanya membuat merek

semakin tajam tapi juga membuat merek semakin bermakna,

evaluasi menyadarkan dan memberi ruang bagi konsumen untuk

mengkritik dan memberikan pujian layaknya seorang sahabat yang

sesungguhnya. Dengan adanya evaluasi merek bisa memperbaiki

bila perlu adanya perbaikan.33

d) Ekuitas Merek

Ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk

dan jasa. Nilai bisa dicerminkan dalam cara konsumen berfikir, merasa,

dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas

32 Ibid,

119-123.

33 Ibid¸

(30)

yang dimiliki perusahaaan. Ekuitas merek merupakan asset tak

berwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan

bagi perusahaan. Pemasar dan periset menggunakan berbagai

presepektif untuk mempelajari ekuitas merek. Pendekatan berbasiskan

pelanggan memandang ekuitas merek dari sudut konsumen entah

individu atau organisasi. Dasar pemikiran model ekuitas merek berbasis

pelanggan menetapkan kekuatan merek terletak pada apa yang dilihat,

dibaca, didengar, dipelajari, dipikirkan, dan dirasakan konsumen

tentang merek selama ini. Dengan kata lain, kekuatan merek terletak

pada pikiran pelanggan yang ada atau calon pelanggan dan apa yang

mereka alami secara langsung dan tidak langsung tentang merek.34

Ekuitas merek berbasis pelanggan dapat didefinisikan perbedaan

dampak dari pengetahuan merek pada tanggapan konsumen terhadap

pemasaran merek itu. Merek tertentu dikatakan memiliki ekuitas merek

berbasis pelanggan yang positif bila konsumen bereaksi lebih

menyenangkan terhadap produk tertentu, dan cara produk itu

dipasarkan dan didefinisikan kalau dibandingkan dengan ketika merek

itu belum didefinisikan. Merek tertentu dikatakan memiliki ekuitas

merek berbasis pelanggan yang negative jika konsumen bereaksi secara

kurang menyenangkan terhadap aktivitas pemasaran merek dalam

situasi yang sama.35

34

Philip Kotler and Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi kedua belas jilid 1, Terj. Benyamin Molan Dan Jenni Purba, et. al, 334-335.

35

(31)

Ada tiga unsur penting dalam definisi ini. Pertama, ekuitas merek

muncul dari perbedaan-perbedaan tanggapan konsumen.Jika tidak ada

perbedaan yang terjadi, maka produk bernama merek itu pada

hakikatnya dapat diklasifikasikan sebagai komoditas atau produk versi

generic. Dengan demikian persaingan barangkali didasarkan pada

harga.36

Kedua, perbedaan tanggapan ini merupakan hasil dari pengenalan

konsumen terhadap citra merek. Pengenal merek mencangkup semua

pemikiran, perasaan, cita, pengalaman, keyakinan, dan lain-lain yang

bisa diasosiasikan dengan merek, khususnya merek harus menciptakan

kesukaan besar dan asosiasi merek yang unik dengan pelanggan. ketiga,

tanggapan berbeda oleh monsumen yang membentuk ekuitas merek

tercermin dalam persepsi, pilihan, dan perilaku yang terkait dengan

semua aspek pemasaran merek.

Oleh karena itu, tantangan bagi pemasar dalam membangun

merek yang kuat adalah memastikan bahwa pelanggan memiliki jenis

pengalaman yang tepat dengan produk, jasa, serta program pemasaran

merek untuk menciptakan struktur pengenalan yang diinginkan merek

tersebut. Pengenalan konsumen itulah yang mendorong perbedaan yang

memanifestasikan dirinya dalam ekuitas merek, dalam arti abstrak,

36

(32)

ekuitas merek dapat dilihat sebagai memberikan pemasar satu jembatan

strategis penting dari masa lampau ke masa depan.37

Merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya

di pasar. Pada satu sisi ada merek yang tidak dikenal oleh sebagian

besar pembeli dipasar. Kemudian, ada merek yang terhadapnya pembeli

memiliki kesadaran merek (brand awareness) yang tinggi. Diatas itu

terdapat merek yang memiliki tingkat penerimaan merek (brand

acceptability) yang tinggi. Kemudian, ada merek yang menikmati

tingkat preferensi merek (brand preference) yang tinggi. Akhirnya, ada

merek yang memiliki tingkat kesetiaan merek (brand loyalty) yang

tinggi. Hanya sedikit pelanggan yang begitu setia terhadap merek. lima

level sikap pelanggan terhadap merek, dari yang terendah hingga

tertinggi yaitu:

1) Pelanggan akan mengganti merek, terutama untuk alasan harga,

tidak ada kesetiaan merek.

2) Pelanggan puas, tidak ada alasan untuk berganti merek.

3) Pelanggan puas dan merasa rugi bila berganti merek.

4) Pelanggan menghargai merek itu dan menganggapnya sebagai

teman.

5) Pelanggan terikat kepada merek itu.

Ekuitas merek (brand equity) sangat berkaitan dengan seberapa

banyak pelanggan suatu merek berada dalam kelas 3, 4, dan 5. Ekuitas

37

(33)

merek juga berkaitan dengan tingkat pengakuan merek, mutu merek

yang diyakini, asosiasi mental dan emosional yang kuat, serta aktiva

lain seperti hak paten, merek dagang, dan hubungan saluran distribusi.38

e) Peranan Merek

Merek mengidentifikasikan sumber atau pembuat produk dan

memungkinkan konsumen baik individu atau organisasi untuk

menetapkan tanggung jawab pada pembuat atau distributor tertentu.

Konsumen bisa mengevaluasi produk identik secara berbeda tergantung

pada bagaimana produk diberi merek.Konsumen belajar merek melaui

pengalaman masa lampau dengan produk dan program pemasarannya.

Mereka menemukan merek mana yang memuaskan kebutuhan mereka

mana yang tidak. Merek juga juga mnunjukkan fungsi-fungsi yang

bernilai bagi perusahaan. Merek menyederhanakan penanganan atau

penulusuran produk, sebuah merek juga menawarkan perlindungan

hukum yang kuat untuk fitur atau aspek produk yang unik.

Merek dapat menandakan satu tungkat mutu tertentu, sehingga

pembeli yang puas dapat lebih mudah memilih produk. Kesetiaan

merek memberikan kemampuan untuk diramal dan keamanan

permintaan bagi perusahaan sekaigus menciptakan hambatan

perusahaan lain untuk memasuki pasar. Loyaitas juga dapat berubah

38

(34)

menjadi keinginan untuk membayar harga lebih tinggi, sering 20

sampai 25 persen lebih banyak.39

Secara garis besar merek mempunyai dua peran, yaitu: (1)

masalah pilihan pelanggan dan (2) merek sebagai keyakinan dalam

atribut dan pengalaman.

1) Masalah pilihan pelanggan.

Merek menciptakan nilai bagi pelanggan dengan membantu

mereka melalui proses pemilihan. Saat ini, pelanggan dihadapkan

pada semakin banyaknya pemasok dan produk yang bersaing untuk

memenuhi kebutuhan mereka. Menentukan pilihan yang tepat

seringkali beresiko karena produk-produk yang baru dan kompleks,

atau karena belum pernah membuat keputusan seperti sebelumnya.

Bahkan, bila pembeli bersedia meluangkan waktu mengevaluasi

pilihan-pilihan yang ada, menilai produk tetap merupakan hal yang

sulit. Barang dan jasa yang sukar dievaluasi sebelum dilakukan

pembelian disebut rendah dalam "kualitas pencarian" (search

quaties).

2) Merek sebagai keyakinan dalam atribut dan pengalaman

Merek yang sukses menciptakan suatu relasi kepercayaan

dengan pelanggan. Merek mengurangi resiko yang dirasakan,

menyederhankan proses pemilihan, dan menghemat waktu. Relasi ini

didasarkan pada citra tentang merek yang melekat dibenak

39

(35)

pelanggan. Suatu citra merek adalah sejumlah keyakinan tentang

atribut dan asosiasi merek. Citra seorang pelanggan tentang sebuah

merek terbentuk dari empat jenis sumber yaitu pengalaman,

personal, publik, dan komersial.

Terdapat tiga jenis utama citra merek:

(a) Merek atribut, merek atribut memiliki citra yang memberikan

kepercayaan dalam atribut fungsi produk karena sering kali

sukar bagi para pelanggan untuk menilai secara obyektif kualitas

dan fitur-fitur berbagai jenis merek yangditawarkan.

(b) Merek aspirasional, merek aspirasional memberikan suatu citra

tentang jenis orang yang membeli merek. Citra disini tidak

terlau menonjolkan produk tetapi lebih pada gaya hidup yang

diinginkan. Keyakinan yang dibangun adalah kepemilikan

merek-merek ini mencitrakan pembeli dengan kekayaan dan

ketenaran.

(c) Merek pengalaman, merek engalaman menyampaikan citra

berbagai asosiasi dan emosi. Merek ini melebihi aspirasi dan

lebih kepada filosofi antara merek dan pelanggan individu.

Merek pengalaman yang sukses mencerminkan individuaitas,

kemapanan personal, dan gagasan-gagasan untuk menjalani

hidup.40

40

(36)

f) Manfaat Merek

Belakangan ini, hampir semua produk diberi brand, bahkan

produk-produk yang sebelumnya tidak memerlukan brand Brand sangat

diperlukan oleh suatu produk, karena selain brand memiliki nilai yang

kuat, brand juga bermanfaat bagi brand mudah dikenal masyarakat,

maka penciptaan brand harus mempertimbangkan faktor-faktor, antara

lain:

1) Bagi Konsumen

a. Brand dapat menceritakan suatu kepada pembeli tentang mutu

b. Brand membentu menerik perhatian pembeli terhadap produkbaru

yang mungkin bermanfaat bagi merek.

2) Bagi Produsen

a. Brand memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusiri

masalah-masalah yang timbul

b. Brand memungkinkan menarik sekelompok pembeli yang setia

dan menguntungkan

c. Brand memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau

ciri khas produk

d. Brand membantu penjual melakukan sigmentasi pasar.41

3) Bagi publik, brand bermanfaat dalam hal:

a. Pemberian brand meningkatkan mutu produk lebih terjamin dan

lebih konsisten

41

(37)

b. Brand meningkatkan efisiensi pembeli karena brand dapat

menyebabkan informasi tentang produk di mana membelinya

c. Meningkatkan inovasi produk baru, karena produsen terdorong

untuk menciptakan keunikan baru guna mencegah peniruan dan

pesaing.42

Brand image merupakan hasil dari [andangan atau [penelitian

konsumen terhadap suatu brand baik atau buruk. Hal ini berdasarkan

pertimbangan atau menyeleksi dengan membandingkan perbedaan yang

terdapat pada beberapa brand, sehingga brand yang penawarannya

sesuai dengan kebutuhan akan terpilih.

Adapun indikator citra merek yaitu sebagai berikut:

a) Produk menjadi mudah diingat

b) Terkesan hebat dan modern

c) Memiliki arti (dalam arti positif)

d) Menarik perhatian.43

3) Keputusan Pembelian

a) Pengertian keputusan pembelian

Keputusan pembelian merupakan proses dalam pembelian yang

nyata, apakah membeli atau tidak. Dari berbagai faktor yang

mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk

atau jasa, biasanya konsumen melalui beberapa tahap terlebih dahulu

42

Ibid, 153.

43

(38)

yaitu, pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,

keputusan pembelian atau tidak, dan perilaku pasca pembelian.

Oleh karena itu, pengambilan keputusan pembelian konsumen

merupakan suatu proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif

penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang nyata. Setelah itu

konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan kemudian dapat

menentukan sikap yang akan diambil selanjutnya.44

Keputusan merupakan sebagai suatu pemilihan tindakan dari dua

atau lebih pilihan alternatif. Dengan kata lain, orang yang mengambil

keputusan harus mempunyai satu pilihan dari beberapa alternatif yang

tersedia. Bila seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli

dan tidak membeli, dan kemudian dia memilih membeli, maka dia

dalam posisi membuat keputusan. Ditinjau dari alternatif yang harus

dicari, sebetulnya dalam proses pengambilan keputusan, konsumen

harus melakukan pemecahan masalah. Masalah itu timbul dari

kebutuhan yang dirasakan dan diinginkan untuk memenuhi kebutuhan

itu dengan konsumsi produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan.

Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seorang konsumen harus

memilih produk dan jasa yang akan dikonsumsinya. Banyaknya pilihan

tersedia, kondisi yang dihadapi, serta pertimbangan-pertimbangan yang

mendasari yang kemudian membuat pengambilan keputusan satu

individu berbeda dengan individu yang lain. Proses pengambilan

44

(39)

keputusan diawali oleh adanya kebutuhan yang berusaha untuk

dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan beberapa alternatif

sehingga perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk memperoleh

alternatif terbaik dari presepsi konsumen.45

b) Jenis-jenis Perilaku Pembelian

Pembelian keputusan konsumen bervariasi dengan jenis

keputusan pembelian, jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan

derajat keterlibatan pembeli dan derajat pembedaan antara berbagai

merek, hal tersebut dibedakan menjadi dua jenis perilaku, yaitu sebagai

berikut:

1) Perilaku Pembelian Kompleks

Konsumen mempunyai perilaku pembelian kompleks ketika

sangat terlibat dalam suatu pembelian dan menyadari adanya

perbedaan nyata antara berbagai merek. Konsumen akan sangat

terlibat bila suatu produk mahal, jarang dibeli, berisiko, dan

mempunyai ekspetasi pribadi yang tinggi. Biasanya konsumen tidak

memiliki banyak pengetahuan mengenai kategori produk dan harus

banyak belajar. Pembeli akan melalui suatu proses belajar yang

pertama ditandai dengan mengembangkan kepercayaan mengenai

produk tersebut, kemudian pendirian dan membuat pilihan

pembelian dengan bijaksana.46

45

Sudaryono, Manajemen Pemasaran Teori Dan Implementasi, 99-102. 46

(40)

2) Perilaku Pembelian Mengurangi Ketidaksesuaian

Terkadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian tetapi

tidak melihat banyak perbedaan dalam merek. Keterlibatan yang

tinggi ini sekali lagi berdasarkan kenyataan bahwa pembelian

tersebut bersifat mahal, jarang, dan berisiko. Dalam kasus ini

pembeli akan keliling untuk mempelajari apa yang tersedia tetapi

akan membeli dengan cukup cepat karena perbedaan merek tidak

nyata. Setelah pembelian tersebut, konsumen mungkin akan

mengalami ketidaksesuaian yang disebabkan oleh adanya suatu hal

yang menggangu dari suatu yang dibeli atau mendengar hal-hal yang

menyenangkan mengenai produk lain. Dengan demikian konsumen

akan bersikap waspada terhadap informasi yang dapat membenarkan

keputuannya.47

c) Perilaku Pembelian Menurut Kebiasaan

Banyak produk yang dibeli dengan keterlibatan konsumen yang

rendah dan tidak ada perbedaan merek yang signifikan. Konsumen

tidak secara ekstensif mencari informasi mengenai merek,

mengevaluasi karakteristiknya, dan membuat keputusan penuh

pertimbangan mengenai merek apa yang dibeli. Mereka merupakan

penerima informasi pasif ketika mereka melihat iklan televisi atau

iklan di media cetak. Pengulangan iklan menciptakan keakraban

merek, bukan keyakinan merek. Konsumen tidak membentuk

47 Ibid

(41)

pendirian yang kuat atas suatu merek tetapi memilihnya karena

merek itu terasa akrab. Jadi proses pembelian tersebut merupakan

kepercayaan merek yang dibentuk melaui pengetahuan pasif, diikuti

dengan perilaku pembelian, yang mungkin diikuti dengan evalusi.

Beberapa situasi pembelian ditandai dengan keteribatan

konsumen yang rendah tetapi perbedaan merek bersifat nyata. Di sini

konsumen dilihat banyak melakukan peraihan merek. Peralihan

merek ini terjadi karena alasan untuk variasi dan bukan karena

ketidakpuasan.48

d) Tahapan Proses Keputusan Pembelian

Konsumen sebelum mengalami keputusan pembelian biasanya

melalui lima tahapan: pengenalan masalah, pencarian informasi,

evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah

pembelian. Kelima tahapan tersebut secara lengkap diuraikan sebagai

berikut:

1) Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu

masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan

antara keadaan dia yang nyata dengan keadaan yang diinginkan.

Kebutuhan seseorang timbul sampai pada suatu tingkat tertentu dan

menjadi sebuah dorongan. Dari pengalaman sebelumya seseorang

telah mempelajari bagaimana menghadapi dorongan itu dan

48 Ibid

(42)

termotivasi menuju suatu objek yang memuaskan dorongan itu.

Semua itu akan memicu sebuah permasalahan atau kebutuhan.

2) Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang tergerak oleh stimulasi akan berusaha

untuk mencari lebih banyak informasi. Seberapa banyak pencarian

yang dilakukan seseorang bergantung kekuatan dorongannya, jumlah

informasi yang telah dimiliki, kemudaahan dalam memperoleh

informasi tambahan, nilai yang dia berikan pada informasi

tambahan, dan kepuasan yang dia peroleh dari pencarian.

3) Evaluasi Alternatif

Para pembeli berupaya untuk mengurangi perasaan tidak pasti,

mereka mungkin akan membaca berbagai iklan. Pencarian informasi

dapat bersifat internal maupun eksternal. Pencarian internal

merupakan aktivitas kognitif yang berkaitan dengan upaya

mengeluarkan informasi yang tersimpan di dalam ingatan,

sedangkan pencarian eksternal adalah pengumpulan informasi dari

sumber-sumberdi luar ingatan, yang mungkin memerlukan waktu,

upaya dan uang.49 4) Keputusan pembelian

Seorang calon pembeli harus mengambil keputusan pembelian.

Keputusan tersebut mungkin dapat berupa tidak memilih salah satu

alternatif yang tersedia. Meski begitu, dalam kebanyakan kasus,

49 Ibid,

(43)

problemlah yang merangsang seseorang untuk memulai proses

pengambilan keputusan, kecuali apabila problem tersebut

menghilang, hal mana dapat saja terjadi pada setiap tahapan proses

yang ada, maka orang yang mengambil keputusan atau tidak

membeli harus memulai proses itu kembali atau ia terpaksa hidup

dengan problem tersebut.

5) Konsumsi pascapembelian dan evaluasi

Dengan asumsi bahwa pengambilan keputusan juga sekaligus

merupakan pemakai maka persoalan keputusan pembelian atau

ketidakpuasan pembelian tetap akan ada. Sikap puas atau tidak

hanya terjadi setelah produk yang dibeli konsumen. Perasaan tidak

pasti tentang konsumsi pascapembeliandapat dianalisis dengan

bantuan teori tentang disonansi kognitif. Disonansi kognitif

merupakan sebuah perasaan pascapembelian yang timbul dalam diri

seorang pembeli setelah keputusan pembelian dibuat olehnya.

Tidakan evaluasi pasca pembelian tentang alternatif-alternatif yang

ada, guna mendukung pilihan kita, merupakan sebuah proses

psikologis guna mengurangi perasaan disonansi.50

e) Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik

budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Adapun penjabarannya sebagai

berikut:

50 Ibid

(44)

(1) Faktor Budaya

Faktor budaya mempunyai pengaruh yang luas dan mendalam

pada perilaku konsumen. Budaya (Culture) adalah penyebab

keinginan dan perilaku seorang yang paling dasar. Pemasar selau

berusaha menemukan perubahan budaya untuk menemukan produk

baru yang mungkin diinginkan oleh konsumen.

(2) Faktor Sosial

Hampir semua masyarakat mempunyai beberapa bentuk

struktur kelas sosial. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat

yang relatif permanen dan berjenjang di mana anggotanya berbagi

nilai, minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak hanya

ditentukan oleh satu faktor seperti, pendapatan, tetapi diukur

sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan,

kekayaan, dan variabel lain. Pemasar tertarik pada kelas sosial

karena orang di dalam kelas social tertentu cenderung

memperlihatkan perilaku pembelian yang sama. Perilaku konsumen

juga di pengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti, kelompok kecil,

keluarga, serta peran dan status sosial konsumen.51 (3) Faktor pribadi

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi

seperti usia dan tahap siklus hidup pembeli, pekerjaan, situasi

ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri.

51

(45)

Kepribadian setiap orang yang berbeda-beda mempengaruhi

perilaku pembeliannya kepribadian juga dapat digunakan untuk

menganalisis perilaku konsumen untuk produk atau pilihan merek

tertentu.

(4) Faktor Psikoligis

Selanjutnya pilihan pembelian konsumen dipengaruhi juga

oleh faktor psikologis seperti, motivasi, presepsi, pembelajaran

serta keyakinan dan sikap. Seseorang senantiasa mempunyai

banyak kebutuhan. Salah satunya adalah kebutuhan biologis,

timbul dari dorongan tertentu seperti lapar, haus dan

ketidaknyamanan. Kebutuhan lainnya adalah kebutuhan psikoligis,

timbul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaam atau rasa

memiliki. Kebanyakan orang tidak sadar akan kebutuhan psikoligis

sejati yang membentuk perilaku mereka, keputusan pembelian

seseorang dipengaruhi oleh motif bawah sadar yang tidak dipahami

sepenuhnya oleh pembeli.52

4) Air Milagros

a) Pengertian Air Milagros

Milagros adalah Air "Three in One", yakni air dengan pH > 8

yang kadar ke-Alkalian-nya sangat stabil (Super Stable Alkaline);

memiliki-kandungan Anti-Oksidan yang tinggi hingga -350 mV

52

(46)

(Strength Anti-Oxidant); dan memiliki Energi Skalar yang cukup kuat

(Power full Scalar Energy).

Istilah Alkaline atau Alkali berasal dari bahasa Arab, yakni

"Al-Qoli", yaitu unsur ion garam yang terkandung dalam elemen logam

basa. Air Alkali atau Air Basa berfungsi sebagai penyeimbang

kelebihan asam pada tubuh yang jika dikonsumsi secara teratur akan

mendatangkan efek penyembuhan bagi berbagai macam penyakit.

Penelitian menunjukkan bahwa tubuh manusia jauh lebih sering

mengalami dan berpatensi menderita kelebihan asam (acidosis)

dibandingkan kelebihan basa (alkalidosis). Perlu diketahui bahwa

banyak penyakit disebabkan karena limbah asam tidak terbuang keluar

dari tubuh dan mengendap dalam sebagian organ tubuh manusia.Ini

adalah awal di mana sel di sekitarnya mulai mengalami penurunan

fungsi. Itulah sebabnya Air Alkali sering dianggap sebagai penyembuh

atas berbagai penyakit.53

Anti-Oksidan merupakan sebutan untuk zat yang berfungsi

melindungi tubuh dari serangan Radikal Bebas.Secara alami, zat ini

Secara alami, zat ini sangat besar peranannya pada manusia untuk

mencegah terjadinya penyakit. Anti-Oksidan rnelakukan semua itu

dengan cara menekan kerusakan sel yang terjadi akibat proses oksidasi

Radikal Bebas. Anti-Oksidan membantu menghentikan proses

perusakan sel dengan cara memberikan elektron kepada Radikal Bebas.

53

(47)

Anti-Oksidan akan menetralisir Radikal Bebas sehingga tidak

mempunyai kemampuan lagi mencuri elektron dari sel dan DNA.

Scalar Energy adalah gelombang elektron magnetik yang

menyebar ke semua arah (longitudinal). Energi ini berbeda dari

energi-energi pada umumnya, karena gelombang Energi Skalar ini mampu

melewati benda padat tanpa kehilangan intensitasnya. Energi ini juga

dapat menyelaraskan elektron-elektron di dalam tubuh, sehingga dapat

meningkatkan power hingga 100%. Beberapa saat belakangan ini para

ilmuwan mulai menemukan metode pemanfaatan Energi Skalar bagi

kesehatan. Energi skalar dapat menambah energi bahkan

mempertahankannya di dalam tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh

terhadap penyakit dengan menstimulasi kelenjar-kelenjar endokrin di

dalam tubuh, energi scalar juga dapat meningkatkan kernampuan selsel

darah putih atau lymphosite dalam membunuh penyakit hingga 75%".54

b) Kelayakan Milagros

Sebagai Air Alkali, Milagros memiliki kadar pH yang baik (> 8)

dan kadar ke-Alkalian-nyapun sangat stabil. Adapun karakteristik lain

yang mendukung keutamaan Milagros adalah molekul air-nya yang

kecil (5 molekul), sehingga mudah terserap tubuh. Selain itu, mineral

yang ada pada Milagros adalah mineral-mineral organik sehingga

memiliki daya-guna yang baik bagi tubuh.

54 Ibid

(48)

Sebagai Anti-Oksidan, Milagros memiliki kadar Anti-Oksidan

yang sangat tinggi (-350 mV), sehingga Milagros dapat berfungsi

secara maksimal sebagai Anti-Body untuk melindungi tubuh dari

serangan Radikal Bebas. Selain itu, Milagros juga memiliki tingkat

keterserapan yang baik bagi tubuh (Oxidation Reductional

Product/ORP). Tingkat keterserapan (ORP) ini menjadi penting karena

produk-produk dengan ORP yang buruk akan mendatangkan efek

samping yang tidak baik, seperti pengapuran dsb.

Energi Skalar yang ditanamkan dalam Milagros menjadikannya

sebagai benteng pertahanan tubuh dari ancaman frekuensi berbahaya.

Milagros adalah sebuah produk organik, sehingga Energi Skalar yang

ditanamkan di dalamnya akan membantu penyerapan segala manfaat

(Alkali dan Anti-Oksidan) secara lebih cepat, bekerja lebih cepat, dan

mendatangkan hasil yang kuat. Milagros akan bekerja untuk mengisi

setiap sel tubuh dengan mempromosikan seluruh manfaatnya melalui

Gelombang Skalar ke setiap sel yang ada di dalam tubuh.55

Dewasa ini para ahli kesehatan mengumandangkan arti penting

sehat dengan "Back to Nature". Satu hal yang perlu disadari adalah

Milagros bukanlah suplemen.Milagros adalah air dengan kandungan

mineral yang organik. Mengingat air adalah kebutuhan dasar manusia,

maka dapatlah dikatakan bahwa Milagros adalah kebutuhan dan

bukanlah suplemen (pelengkap). Terlebih lagi dengan kadar oksigen

55 Ibid

(49)

yang baik, maka Milagros akan mendatangkan sensasi kesegaran bagi

para pengkonsumsinya.

c) Manfaat Mengkonsumsi Milagros

Secara garis besar, berikut adalah 10 manfaat/kebaikan

Milagros:

1. Memperlancar sistem pencernaan dan menyeimbangkan kadar gula

darah;

2. Mencegah Kanker, Tumor, Osteoporosis, serta Menjaga Ginjal dan

Hati;

3. Berdayaguna bagi Kecantikan;

4. Meningkatkan Kesuburan;

5. Menyehatkan Jantung dan Menstabilkan Tekanan Darah;

6. Sebagai media terapi untuk Stroke dan Asam Urat;

7. Melarutkan Lemak Jenuh dan Kolesterol;

8. Mengatasi Penyakit Kulit dan Mata;

9. Memberikan efek Relaksasi dan Mengurangi Stress;

10. Menyeimbangkan dan Meningkatkan Kebugaran Tubuh.56

5) Keterkaitan antara labelisasi halal, citra merek dan keputusan pembelian

Menurut Departemen Agama yang dimuat dalam KE

Gambar

Gambar 1. Saya
gambar "Label Halal"
Tabel 3.2 Instrumen Pengumpulan Data
 Tabel 4.1    Jenis Kelamin Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Antara persepsi Konsumen Muslim Terhadap Labelisasi Halal Makanan Kaleng Dengan Pengambilan Keputusan Pembelian Pada Konsumen Muslim Di Surabaya. Ulama Indonesia

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN PRODUK ORIFLAME. Wiyadi , MM , Ph.d

ipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : “ Labelisasi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk makanan restoran Solaria.. di

Hasil uji F menunjukkan bahwa labelisasi halal dan harga menpunyai hubungan dan secara serentak (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal pada produk makanan dalam kemasan terhadap keputusan pembelian konsumen dalam mengkonsumsi produk makanan

Hipotesis dalam penelitian ini, dengan judul Pengaruh Label Halal, Citra Merek, Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian kosmetik wardah pada mahasiswi manajemen

Suatu produk yang memiliki citra merek yang baik dimata konsumen dapat mempengaruhi keputusan pembelian, akan tetapi di sisi lain keputusan pembelian dipengaruhi

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai R Square mendekati satu artinya variabel yang diukur dengan labelisasi halal, pengetahuan konsumen, gaya hidup dan citra merek