• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN KULIT PASCA GEMPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN KULIT PASCA GEMPA"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN KULIT

PASCA GEMPA

Studi Kasus : Industri Kerajinan Kulit di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

MEYTA DIAH SUKMAWATI NIM : 031324002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(5)

MOTTO

“Jadilah padaku 

Menurut apa yang 

(6)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini penulis persembahkan kepada :

Allah Bapa di Surga

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Ayah dan Ibu

Agus Pramuharjadi dan V. Sri Yulaeni

Adik

(7)

ABSTRAK

PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN KULIT PASCA GEMPA

Studi Kasus : Industri Kerajinan Kulit di Kabupaten Bantul

Meyta Diah Sukmawati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan industri kerajinan kulit pasca gempa dari aspek jumlah perajin, jumlah tenaga kerja, jangkauan pemasaran, jalur distribusi, volume produksi dan keuntungan sebelum dan sesudah gempa.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yang mencoba menggambarkan perkembangan industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi langsung dan dokumentasi. Sampel yang diambil sebanyak 49 responden. Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling dimana setiap sentra diambil 15% dari populasi. Teknik analisis data menggunakan tabel dan t-test.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa :

1. tidak ada perbedaan jumlah perajin kulit sebelum dan sesudah gempa; 2. tidak ada perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah gempa;

3. a. tidak ada perbedaan jangkauan pemasaran industri tatah wayang sebelum dan sesudah gempa;

b. ada perbedaan jangkauan pemasaran tas dan sepatu kulit sebelum dan sesudah gempa;

4. tidak ada perbedaan jalur distribusi industri kerajinan kulit sebelum dan sesudah gempa;

5. tidak ada perbedaan volume produksi industri kerajinan kulit sebelum dan sesudah gempa;

(8)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF LEATHER HANDICRAFTS INDUSTRIES AFTER EARTHQUAKE

A Case Study in Leather Handicrafts Industries in Bantul Regency

Meyta Diah Sukmawati Sanata Dharma University

Yogyakarta

This research aims to know the development of leather handicrafts industries afther the earthquake viewed from the number of crafters, the number of workers, marketing, coverage, distribution channel, production volume and profit before and afther the earthquake.

This is a descriptive research which trying to describe the development of leather handicrafts industries afther the earthquake in Bantul Regency, Yogyakarta Special Territory Province. The techniques of data collection were interview, direct observation and documentation. Forty nine responden were taken as samples. Samples were taken by simple random sampling where in each centre taken 15% of population. The technique of data analysis was table and t-test.

(9)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan petunjuk sehingga atas karunia-Nya pula penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan tenaga yang diberikan oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku pembimbing I yang telah dengan sabar membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, selaku pembimbing II yang telah dengan sabar membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Indra Darmawan, SE, M.Si., yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam penulisan skripsi.

7. Bapak Binarjono, selaku Lurah Kelurahan Sabdodadi yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Ibu Hadiah, selaku Kepala Dusun Karangasem yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Segenap dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

(10)

11.Ayah, ibu dan adik, yang telah memberikan dorongan dan doa sampai selesai studiku.

12.Teman-teman penulis, Widyaningsih, Asti Vitaningrum, Eka Yulianti dan C. Yuyun K, atas bantuannya dan dorongannya.

13.Teman-teman Pendidikan Ekonomi Angkatan 2003.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan ada saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Yogyakarta, Agustus 2007

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Sumbangan Industri Kecil dalam Perekonomian Indonesia .... 6

B. Perkembangan Sektor “Off-Farm” dalam Perekonomian Pedesaan ... 8

C. Tipologi Industri Kecil... 12

D. Siklus Hidup Industri Kerajinan Kulit Pasca Gempa... 14

E. Peranan Pemerintah dalam Pengembangan Dunia Usaha Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat... 18

F. Penelitian yang Relevan... 23

(12)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 28

A. Jenis Penelitian... 28

B. Lokasi Penelitian... 28

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 29

D. Subjek dan Objek Penelitian ... 30

E. Variabel Penelitian ... 31

F. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Teknik Analisis Data... 35

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 38

A. Diskripsi Lokasi Penelitian ... 38

B. Deskripsi Industri Kerajinan ... 49

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Analisis Data ... 52

B. Pembahasan... 98

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Saran... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

(13)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Daftar Gambar

Gambar 1. Tahap-tahapan Siklus Bisnis ... 15

Daftar Tabel Tabel 4.1. Jumlah Gedung, Guru dan Murid di Desa Wukirsari ... 46

Tabel 4.2. Jumlah Gedung, Guru dan Murid di Desa Sabdodadi... 48

Tabel 5.1. Jumlah Perajin Tatah Wayang ... 52

Tabel 5.2. Jumlah Perajin Kulit... 53

Tabel 5.3. Jumlah Tenaga Kerja Kerajinan Tatah Wayang ... 54

Tabel 5.4. Jumlah Tenaga Kerja Pada Industri Tas dan Sepatu Kulit... 55

Tabel 5.5. Jangkauan Pemasaran Industri Tatah Wayang Sebelum Gempa 56 Tabel 5.6. Jangkauan Pemasaran Industri Tatah Wayang 4 Bulan Sesudah Gempa... 57

Tabel 5.7. Jangkauan Pemasaran Industri Tatah Wayang 8 Bulan Sesudah Gempa... 58

Tabel 5.8. Jangkauan Pemasaran Industri Tatah Wayang 12 Bulan Sesudah Gempa... 59

Tabel 5.9. Jangkauan Pemasaran Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit Sebelum Gempa ... 60

Tabel 5.10. Jangkauan Pemasaran Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit 4 Bulan Sesudah Gempa ... 61

Tabel 5.11. Jangkauan Pemasaran Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit 8 Bulan Sesudah Gempa ... 61

Tabel 5.12. Jangkauan Pemasaran Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit 12 Bulan Sesudah Gempa ... 62

(14)

Tabel 5.14. Jalur Distribusi Produk Kerajinan Tatah Wayang 4 Bulan

Sesudah Gempa... 65 Tabel 5.15. Jalur Distribusi Produk Kerajinan Tatah Wayang 8 Bulan

Sesudah Gempa... 66 Tabel 5.16. Jalur Distribusi Produk Kerajinan Tatah Wayang 12 Bulan

Sesudah Gempa... 66 Tabel 5.17. Nilai Produksi Industri Kerajinan Tatah Wayang Sebelum

Gempa, dan 4 Bulan, 8 Bulan dan 12 Bulan Sesudah Gempa

(dalam jutaan rupiah) ... 71 Tabel 5.18. Perkembangan Nilai Produksi Industri Kerajinan Tatah

Wayang Sebelum Gempa dan 4 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) ... 73 Tabel 5.19. Perkembangan Nilai Produksi Industri Kerajinan Tatah

Wayang Sebelum Gempa dan 8 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) ... 75 Tabel 5.20. Perkembangan Nilai Produksi Industri Kerajinan Tatah

Wayang Sebelum Gempa dan 12 Bulan Sesudah Gempa

(dalam jutaan rupiah) ... 77 Tabel 5.21. Nilai Produksi Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit

Sebelum Gempa, dan 4 Bulan, 8 Bulan dan 12 Bulan Sesudah

Gempa (dalam jutaan rupiah)... 79 Tabel 5.22. Perkembangan Nilai Produksi Industri Tas dan Sepatu Kulit

Sebelum Gempa dan 4 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan

rupiah) ... 80 Tabel 5.23. Perkembangan Nilai Produksi Industri Tas dan Sepatu Kulit

Sebelum Gempa dan 8 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan

rupiah) ... 81 Tabel 5.24. Perkembangan Nilai Produksi Industri Tas dan Sepatu Kulit

Sebelum Gempa dan 12 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan

rupiah) ... 83 Tabel 5.25. Keuntungan yang Diperoleh Industri Kerajinan Tata Wayang

Sebelum Gempa, dan 4 Bulan, 8 Bulan dan 12 Bulan Sesudah

Gempa (dalam jutaan rupiah)... 85 Tabel 5.26. Perkembangan Keuntungan Industri Kerajinan Tatah Wayang

Sebelum Gempa dan 4 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan

(15)

Tabel 5.27. Perkembangan Keuntungan Industri Kerajinan Tatah Wayang Sebelum Gempa dan 8 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan

rupiah) ... 89 Tabel 5.28. Perkembangan Keuntungan Industri Kerajinan Tatah Wayang

Sebelum Gempa dan 12 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan

rupiah) ... 91 Tabel 5.29. Keuntungan yang Diperoleh Industri Kerajinan Tas dan

Sepatu Kulit Sebelum Gempa, dan 4 Bulan, 8 Bulan dan 12

Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah)... 93 Tabel 5.30. Perkembangan Keuntungan Industri Tas dan Sepatu Kulit

Sebelum Gempa dan 4 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan

rupiah) ... 94 Tabel 5.31. Perkembangan Keuntungan Industri Tas dan Sepatu Kulit

Sebelum Gempa dan 8 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan

rupiah) ... 95 Tabel 5.32. Perkembangan Keuntungan Industri Tas dan Sepatu Kulit

Sebelum Gempa dan 12 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi harus diarahkan pada peningkatan pendapatan masyarakat serta mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial. Dalam rangka itu perlu diberikan perhatian kepada usaha kecil dan tradisional serta golongan lemah pada umumnya.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi ada beberapa masalah pembangunan. Salah satu masalah pembangunan yang mendesak untuk dipecahkan oleh pemerintah adalah menciptakan lapangan kerja bagi rakyat khususnya yang hidup di daerah pedesaan yang merupakan tempat tinggal mayoritas penduduk Indonesia. Jumlah penduduk pedesaan yang terus meningkat, pemilikan tanah yang tidak merata, hal tersebut mengakibatkan timbulnya masalah pengangguran di masyarakat. Di antara mereka banyak yang lari ke kota untuk mencari pekerjaan. Akibatnya banyak di antara mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan dan akhirnya menganggur dan hal tersebut akan menjadikan timbulnya masalah pengangguran di kota dan jumlah orang miskin di kota akan bertambah (Soetrisno, 1993 : xix).

(18)

urbanisasi. Untuk mengembangkan industri kecil tersebut pemerintah telah memberikan berbagai fasilitas mulai dari perkreditan sampai pemasaran.

Industri kerajinan kulit merupakan industri kecil dan rumah tangga dimana industri tersebut diselenggarakan oleh rumah tangga. Industri kerajinan kulit cukup memberikan sumbangan yang besar terhadap pembangunan ekonomi. Industri kerajinan kulit mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak akibat dari kelebihan tenaga kerja dari sektor ekonomi. Perajin kulit tidak hanya orang dewasa saja karena juga industri kerajinan rumah tangga, tidak sedikit anak-anak usia sekolah yang sepulang sekolah membantu orang tua mereka menghasilkan kerajinan kulit. Industri kulit mampu menambah penghasilan keluarga. Misalnya untuk kerajinan wayang, per wayang dapat diciptakan sekitar tiga hari tergantung ukurannya dengan harga Rp10.000,- sampai Rp1.000.000,- tergantung bahan dengan luasnya, waktu pembuatan dan rumitnya penggarapan.

(19)

mendapat pesanan sehingga hanya memproduksi sedikit dan menyelesaikan sisa pesanan. Maka untuk tetap dapat bertahan para perajin lebih berkonsentrasi ke pasar domestik seperti pengirimam ke Solo, Semarang, Jakarta dan Surabaya. Untuk memproduksi lebih banyak lagi para perajin mengalami kesulitan modal dan pemasaran. Dari data yang ada 1.547 UKM di DIY dari sekitar 3.000 UKM mengalami kelumpuhan sehingga sekitar 8.280 orang terancam kehilangan pekerjaan, dan peralatan yang mengalami kerusakan yang cukup parah mencapai 800 unit UKM. (Minggu Pagi, 2006)

B. Rumusan Masalah

1. Rumusan Masalah Umum

Bagaimana perkembangan industri kerajinan kulit sebelum gempa dan sesudah gempa ?

2. Rumusan Masalah Khusus

a. Bagaimana perkembangan industri kerajinan tatah wayang sebelum gempa dan sesudah gempa ?

(20)

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini perlu diberikan batasan agar tidak meluas ke objek lain yaitu hanya meneliti masalah perkembangan jumlah perajin, jumlah tenaga kerja, jangkauan pemasaran, jalur distribusi, volume penjualan dan keuntungan sebelum dan sesudah gempa di wilayah Kabupaten Bantul.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah perajin sebelum dan sesudah gempa

2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah gempa

3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jangkauan pemasaran sebelum dan sesudah gempa

4. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jalur distribusi sebelum dan sesudah gempa

5. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan volume produksi sebelum dan sesudah gempa

(21)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberi masukan pemerintah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan yang diambil untuk memajukan industri kerajinan kulit.

2. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini, dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis terutama mengenai industri kecil serta meningkatkan kemampuan melakukan penulisan tentang kerajinan dan industri kecil dan rumah tangga.

3. Bagi Perajin

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan agar para perajin tersebut dapat mengetahui kekurangan dan kelebihannya sehingga dapat mengusahakan jalan keluar untuk mengatasi kekurangan yang terjadi dan agar dapat meningkatkan hasil yang lebih baik.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memberikan inspirasi tentang kerajinan dan industri kecil khususnya bagi adik-adik yang ada di Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dan penelitianini dapat dijadikan tambahan dokumen kepustakaan mengenai industri kecil.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sumbangan Industri Kecil dalam Perekonomian Indonesia

Sumbangan industri kecil dalam perekonomian Indonesia sangat besar, di antaranya dalam penciptaan kesempatan kerja sehingga mampu untuk mendorong kemajuan perekonomian pedesaan. Menurut Mubyarto, peran industri kecil dan kerajinan rumah tangga :

1. Memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk pedesaan yang pada umumnya tidak bekerja secara penuh.

2. Memberikan tambahan pendapatan bagi pekerja dan bagi anggota keluarga yang lain.

3. Dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efisien dan lebih murah dibanding industri besar.

Peran industri kecil dalam perekonomian Indonesia yang lain adalah :

1. Jembatan penghubung antara sektor tradisional dan proses modernisasi dalam tata perekonomian yang berlaku.

2. Sebagai lembaga pendidikan dan latihan dunia usaha, karena sektor ini berfungsi sebagai coba-coba.

3. Penunjang sektor ekonomi yang lain (pertanian).

(23)

dengan 1.000.000 tergantung bahan, tingkat kesulitan penatahannya dan ukuran wayang. Hal tersebut tentu saja dapat menambah penghasilan penduduk desa tersebut.

5. Meningkatkan ekspor. Nilai ekspor kerajinan di Kabupaten Bantul cukup tinggi, yaitu pada tahun 2005 mencapai $ 53,2 juta dan tahun 2006 mencapai $ 42,62 juta.

6. Memperkecil laju arus perpindahan penduduk ke kota. Perpindahan penduduk ke kota salah satunya disebabkan karena kurangnya pekerjaan di desa, dengan adanya industri kecil di pedesaan dapat mengurangi laju perpindahan penduduk ke kota, misalnya industri kecil keramik Kasongan Bantul saja pada tahun 2005 mampu menyerap 2.883 tenaga kerja dan untuk seluruh Kabupaten Bantul kurang lebih 8.280 perajin (Minggu Pagi, 2006).

Di samping hal-hal tersebut di atas, pengembangan industri kecil juga menitikberatkan pada pertimbangan-pertimbangan pemanfaatan, yaitu (Irsan Azhari, 1986) :

1. Menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah.

2. Industri kecil mempunyai kedudukan melengkapi industri besar dan sedang karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif mudah dan sederhana yang pada umumnya tidak dihasilkan oleh industri besar dan sedang.

(24)

B. Perkembangan Sektor “Off-Farm” dalam Perekonomian Pedesaan

Kegiatan off farm atau non pertanian di pedesaan yaitu kegiatan yang mengacu pada kegiatan non pertanian yang menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga dan anggota rumah tangga pedesaan tanpa memperhatikan apakah rumah tangga tersebut memiliki usaha tani atau tidak (Evers, 1988). Jadi kegiatan non pertanian tidak termasuk pekerjaan pertanian pada usaha tani atau perkebunan tetapi termasuk kegiatan lain yang berkenaan dengan produksi pertanian itu sendiri seperti produksi, suplai input pertanian, transport dan pengolahan hasil. Kegiatan yang menghasilkan pendapatan di luar desa dari anggota rumah tangga pedesaan yang bermigrasi secara musiman atau sirkuler ke daerah perkotaan termasuk juga kegiatan non pertanian atau off farm. Dengan demikian, kegiatan non pertanian atau off farm adalah semua kegiatan yang menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga dan anggota rumah tangga pedesaan, tidak termasuk pekerjaan pertanian pada usahatani baik di desa maupun di kota.

Perkembangan sektor off farm, berawal dari perubahan dari struktur agraris-tradisional menjadi industrial-modern. Perubahan struktur tersebut mempunyai tiga wajah :

1. Sumbangan sektor pertanian secara relatif akan merosot, sedangkan sektor lain semakin besar peranannya dalam produksi nasional.

(25)

3. Sifat produksi disemua bidang akan berubah sifatnya yaitu lebih bersifat industrial.

Di Indonesia juga terjadi pergesaran pekerja dari sektor pertania ke sektor non pertanian, walaupun sebagaian besar penduudk Indonesia masih tetap bekerja di sektor pertanian. Pergeseran proporsi angkatan kerja dari sektor pertanian ke luar pertanian di Indoensai disebabkan oleh:

1. Adanya tekanan dari sektor pertanian yaitu dengan meleusanya penggunaan tehnologi baru dan mekanisme di bidang pertanian.

2. Sektor tersier mengalami pertumbuhan pesat terutama di perkotaan seiring meningkatnya proyek-proyek pemerintahan dalam mengembangkan sarana dan fasilitas, kegiatan ini akan merangsang pertumbuhan kesempatan kerja terutama sektor pembangunan.

3. Adanya perubahan aspirasi generasi mudah pedesaan terutama yang berpendidikan, ada kecenderungan mereka enggan bekerja di sektor pertanian karena dianggap berstatus rendah.

(26)

1. Usaha pertanian memerlukan masa menunggu yang cukup lama, sedangkan dilain pihak pengeluaran keluarga berlangsung terus sehingga suatu pendapatan lain yang lebih kontinu dari sektor pertanian diperlukan untuk mencukupi pendapatan.

2. Mengurangi risiko ketidakpastian pendapatan dari pertanian karena kegagalan panen yang disebabkan oleh hama penyakit, kekeringan, banjir maupun kendala lain.

3. Pendapatan dari sektor pertanian kurang mencukupi.

Cara memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri biasanya dilakukan dengan menarik anggota keluarga pemilik usaha yang bersangkutan. Sering kali dijumpai dalam suatu industri kecil seluruh anggota keluarga adalah tenaga kerja dan mereka tidak diupah karena merupakan hasil usaha bersama keluarga dan hasilnya pun dinikmati oleh seluruh anggota keluarga. Biasanya dalam industri rumah tangga berlaku pola seperti itu, tetapi ada yang ambil tenaga kerja dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Dalam hal ini sistem kekerabatan pun tetap harus diutamakan sebagai ciri usaha rumah tangga.

Peluang kerja non pertanian (off farm) mempunyai fungsi-fungsi dalam pengembangan pedesaan, yaitu :

1. Mempunyai daya untuk menciptakan peluang kerja bagi pekerja pedesaan tanpa dukungan modal yang besar.

(27)

pertanian mempunyai efek jalinan yang kuat pada pengembangan pertanian dan industri.

3. Pengembangan pekerjaan non pertanian (off farm) di pedesaan diharapkan mampu menahan arus migrasi ke kota.

Masyarakat di Kabupaten Bantul sebagian besar bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 381.260 jiwa dan sebagian besar dari mereka memanfaatkan waktu senggang mereka, ketika menunggu waktu panen, dengan menghasilkan barang-barang kerajinan yang laku dijual untuk menambah penghasilan mereka. Kemampuan menghasilkan barang-barang kerajinan tersebut diperoleh secara turun-temurun: sebagai contoh kerajinan tatah wayang di Desa Pucung Imogiri Bantul sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai perajin tatah wayang. Kebanyakan perajinnya mempunyai kecakapan dan teknik yang diturunkan dari generasi tua ke generasi muda dalam lingkungan keluarga mereka, tidak jarang setiap pulang sekolah banyak anak kecil menatah wayang (Minggu Pagi, 23 April 2006).

(28)

C. Tipologi Industri Kecil

1. Pengertian Industri Kecil

Pembagian industri kecil bersumber dari BPS, berdasarkan skala perusahaan di Indonesia menghasilkan kelompok-kelompok industri (Purwanti, 1981 : 406-420) :

a. Industri besar : unit usaha yang menyerap tenaga kerja 100 orang atau lebih.

b. Industri sedang : unit usaha yang menyerap tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang

c. Industri kecil dan rumah tangga : unit usaha yang menyerap tenaga kerja 15 sampai dengan 19 orang

Menurut Heijrahman Ranupandoyo (1974), pengertian industri pedesaan adalah :

a. Industri yang diusahakan terutama oleh rakyat pedesaan.

b. Menjadi sumber penghidupan baik bersifat sampingan maupun pokok di luar kegiatan perekonomian.

Sedangkan menurut Mubyarto, industri kecil adalah industri berskala kecil dan industri rumah tangga yang diusahakan terutama untuk menambah pendapatan keluarga.

2. Ciri-ciri industri kecil

Ciri-ciri industri kecil menurut Mubyarto (1979) adalah : a. Menggunakan modal yang relatif kecil.

b. Bersifat padat karya.

(29)

d. Bahan dasarnya umumnya diperoleh dari desa setempat/desa.

e. Sebagian besar pekerjaannya sambilan untuk menambah pendapatan keluarga.

f. Tak mempunyai ijin usaha.

g. Tak menuntut tingkat keterampilan dan pendidikan khusus, sehingga secara luwes dapat menyerap bermacam-macam tingkat pendidikan tenaga kerja.

h. Sebagian pekerjaannya dikerjakan oleh tangan. i. Tak ada peraturan penggajian yang baik.

Industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul merupakan industri kecil dimana masing-masing sentra kerajinan kulit di Kabupaten Bantul para perajinnya adalah penduduk desa dan merupakan sumber penghasilan sampingan maupun pokok di luar kegiatan pertanian atau merupakan industri berskala kecil atau industri rumah tangga yang diusahakan terutama untuk menambah pendapatan keluarga.

(30)

D. Siklus Hidup Industri Kerajinan Kulit Pasca Gempa

Siklus bisnis terjadi apabila aktivitas perekonomian mengalami percepatan ataupun mengalami perlambatan. Fluktuasi-flusktuasi kegiatan ekonomi (pasang surut kegiatan ekonomi) dirasakan terutama di negara-negara industri tetapi Indonesia juga merasakannya, paling tidak ikut mengalami akibat-akibatnya misalnya melalui ekspor-ekspor. Gejala pasang surut kegiatan ekonomi sudah dikenal sejak masa revolusi industri dan menjadi salah satu alasan bagi Karl Marx untuk meramalkan hancurnya sistem ekonomi kapitalis. Pada jaman dulu orang menerima saja gejala pasang surutnya ekonomi sebagai hal yang tidak dapat dihindarkan. Tetapi terutama sejak krisis dunia pada tahun 1930-an yang dikenal dengan nama The Great Depresion, para ahli ekonomi mulai mempelajari gejala naik turunnya kegiatan ekonomi tersebut dan mencari jalan bagaimana mengatasi paling tidak meredakan kegoncangan tersebut.

(31)

Gambar 1

Tahap-tahapan Siklus Bisnis

Tahapan-tahapan siklus bisnis (Gilarso, 1991 : 396) :

ƒ Ekspansi (pertumbuhan cepat)

Karena dorongan “stater” kegiatan ekonomi meningkat. Stater yaitu suatu perubahan ekonomi yang cukup kuat untuk menimbulkan atau memancing suatu reaksi dari masyarakat khususnya dunia bisnis, yang dapat berfungsi sebagai stater ada bermacam-macam, misalnya penemuan-penemuan baru (kereta api, mobil, listrik, kapal terbang, komputer, chips, tenaga atom atau nuklir), perubahan teknologi pertanian, penemuan bahan tambang dan faktor-faktor eksternal seperti perang (perang Korea), revolusi, cuaca maupun faktor alam. Karena permintaan masyarakat kuat dan jumlah penjualan meningkat, para pengusaha atau perajin memperluas usahanya.

ƒ Resesi (kemunduran atau kelesuan)

Kegiatan ekonomi mulai mengalami kemunduran, setidak-tidaknya sudah tidak tumbuh. Ada perusahaan yang macet atau rugi terutama di sektor industri dasar. Reaksi bermula pada satu masa puncak dan berakhir pada satu titik lembah.

Persen

Ekspansi Puncak

Resesi Pemulihan Lembah

Waktu

(32)

ƒ Pemulihan

Kegiatan ekonomi sudah mulai normal kembali. Penjualan sudah mulai bertambah naik dan harga mulai naik sehingga ada dorongan untuk menghidupkan kembali kegiatan produksi.

Siklus bisnis merupakan ekspansi dan kontraksi dalam aktivitas ekonomi yang tidak teratur (Paul Samuelson, 1994 : 282). Tidak ada dua siklus bisnis mempunyai pola yang sama. Tak ada rumus yang pasti yang dapat digunakan untuk memperkirakan lama dan saat terjadinya suatu siklus bisnis. Meskipun siklus bisnis yang tidak kembar identik tetapi antara siklus-siklus tersebut terdapat juga beberapa persamaan sifat.

(33)

kontraksi akan menyebabkan pula pemulihan dan ekspansi ekonomi dalam satu rangkaian yang bersifat quasi-reguler dan berkurang.

Siklus bisnis kerajinan kulit sempat mengalami kemunduran yang disebabkan oleh gempa bumi yang melanda Kabupaten Bantul 27 Mei 2006 lalu. Hal tersebut dapat dimasukkan kesalah satu teori penyebab eksternal dalam taori siklus bisnis yaitu akar siklus bisnis terletak pada fluktuasi sesuatu hal yang berada di luar sistem ekonomi yang di sini adalah berakar dari alam yaitu gempa bumi. Gempa bumi 27 Mei 2006 lalu mengakibatkan rusaknya sarana prasarana produksi dan kegiatan produksipun sempat berhenti untuk sementara waktu sampai pulih atau diperbaikinya sarana prasarana yang rusak dan sampai adanya dana atau modal baru untuk melakukan kegiatan produksi karena para perajin harus mulai dari awal lagi untuk menjalankan usahanya.

(34)

seluruh kerajinan sebesar Rp. 47,33 milyar dan untuk kerajinan kulit sendiri mendapat dana sebesar 12,7 milyar. Dalam pengadaan dana perbankan pun membantu para perajin kecil dengan kemudahan-kemudahan dalam pemberian kredit dan penangguhan angsuran pinjaman bagi para korban gempa bumi 7 Mei 2006 lalu.

Industri kerajinan kulit sempat mengalami kemunduran karena gempa 27 Mei 2006 lalu yang melumpuhkan kegiatan produksi akibat rusaknya sarana prasarana pendukung yang dalam siklus bisnis digambarkan menurun dari titik puncak ke titik lembah dan sesudah beberapa saat mengalami kelumpuhan dan kegiatan produksi berhenti untuk sementara. Para perajin kembali berusaha mengembangkan usaha kembali dengan bantuan pemerintah dan swasta sehingga perekonomian kembali bangkit. Hal tersebut dalam siklus bisnis tergambar dalam tahap pemulihan yaitu dari titik lembah merangkak naik kembali ke titik puncak.

E. Peranan Pemerintah dalam Pengembangan Dunia Usaha Industri Kecil

dan Kerajinan Rakyat

(35)

Untuk mengembangkan dunia usaha, maka dalam Repelita direncanakan beberapa kebijaksanaan dan langkah-langkah untuk pengembangan dunia usaha. Kebijaksanaan dan langkah-langkah yang diambil pemerintah, antara lain :

1. Kebijaksanaan umum

a. Membantu para pengusaha untuk memperoleh dana atau modal

Mislanya dengan meningkatkan daya guna dan pelayanan sistem perbankan, pengembangan pasar modal dan mendorong lembaga keuangan non-bank agar membantu menyediakan dana untuk keperluan investasi.

Gempa bumi 27 Mei 2006 lalu berdampak parah terhadap sektor-sektor dalam perekonomian. Kerugian pada sektor-sektor produktif diperkirakan sebesar 30% dari jumlah seluruh kerugian karena gempa. Banyak UKM yang rusak sedangkan para pelaku kegiatan ekonomi tidak mampu membangun dan mengembangkan usahanya yang hancur karena gempa. Oleh karena itu, pemerintah dan perbankan DIY bekerja sama dalam pendanaan atau pengadaan modal di antaranya dengan penjadwalan ulang utang di bank, pinjaman baru untuk modal kerja dan tempat sementara untuk bekerja kembali.

b. Membantu para pengusaha meningkatkan mutu hasil produksi

(36)

dan pemasaran dan juga mengusahakan kemudahan ekspor barang non migas.

Beberapa saat setelah gempa bumi 27 Mei 2006 lalu pengurus Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Propinsi DIY dan Dinas Perdagangan dan Perindutrian Propinsi DIY pada tanggal 20 sampai dengan tanggal 24 Juni 2006 melakukan promosi dan mengikuti pameran Dagang Enterprise Asia di Malaysia dalamr angka mempromosikan dan membantu pemasaran industri kerajinan DIY dan juga membuktikan di mata dunia bahwa industri kerajinan di Jogja tetap eksis.

c. Menyediakan prasarana produksi yang membantu menekan biaya produksi untuk meningkatkan daya saing

Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah di antaranya dengan pengembangan sistem perhubungan, jalan raya, jalan lokal, rel kereta api, pelayanan perintis, listrik masuk desa dan juga pengembangan lembaga pemasaran seperti trading house.

Gempa bumi 27 Mei 2006 selain merusak sarana prasarana produksi juga rusaknya sarana perhubungan seperti jalan raya yang rusak, listrik yang rusak dan sentra-sentra industri yang roboh. Untuk itu pemerintah sesegera mungkin memperbaiki sarana perhubungan tersebut untuk memperlancar saluran distribusi.

(37)

e. Pendidikan kejuruan dan ketrampilan dengan kursus, penataran dan sebagainya

f. Memperbaiki sistem informasi pasar dan informasi lain yang perlu untuk dunia usaha, calon penanam modal dan pengusaha yang tengah membangun atau memperluas pasar

Langkah yang sudah diambil pemerintah di antaranya dengan mengikutkan UKM dan kerajinan rakyat pada pameran-pameran di luar negeri, sebagai contoh mengikutkan UKM DIY di pameran Dagang Enterprise Asia di Malaysia untuk mempromosikan UKM DIY dan membuktikan UKM DIY tetap eksis pasca gempa 27 Mei 2006 lalu.

2. Khusus untuk dunia usaha industri kecil dan kerajinan rakyat

Langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk mengembangkan industri kecil dan kerajinan rakyat, antara lain dengan :

a. Bantuan perangkat lunak dan perangkat keras

- Perangkat lunak meliputi : bantuan dalam hal manajerial, keusahawanan, ketrampilan teknis, konsultasi dan informasi.

- Perangkat keras meliputi : penyediaan bahan baku, bahan penolong, desain mesin atau peralatan untuk peningkatan mutu dan ragam produksi.

b. Peningkatan sarana pendidikan dan latihan industri

(38)

d. Didirikan pusat pelayanan industri kecil diberbagai propinsi dan diberbagai daerah tingkat II yang dilengkapi dengan unit pelayanan teknis. Dalam hal ini pemerintah membentuk Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah)

Industri kerajinan rakyat yang akan dikembangkan terutama industri dan kerajinan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Industri tersebut banyak menyerap tenaga kerja

b. Hasil produksinya dapat memenuhi kebutuhan rakyat banyak c. Berkaitan dengan pembangunan sektor ekonomi lainnya d. Hasilnya mempunyai prospek untuk diekspor

(39)

F. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian oleh Octavianus Dwi Cahyono

Penelitian yang relevan dengan karya tulis ini berjudul “DAMPAK RELOKASI KORBAN BENCANA ALAM GUNUNG MERAPI TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT” Studi Kasus : Relokasi Korban Bencana Alam Gunung Merapi Dusun Sudimoro, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman DIY Tahun 1998. Karya tulis tersebut disusun oleh Octavianus Dwi Cahyono dari Universitas Sanata Dharma, tahun penelitian 1992.

Penelitian ini berisi tentang dampak relokasi korban bencana alam gunung Merapi terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat dilihat dari kepemilikan tanah sebelum dan sesudah relokasi, pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah relokasi, distribusi pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah relokasi, kesempatan memperoleh pekerjaan sebelum dan sesudah relokasi, dan kesempatan untuk membuka usaha, sarana dan prasaran kesehatan dan transportasi serta tamat pendidikan.

(40)

distribusi pendapatan digunakan analisis gini rasio dan yang lain menggunakan bentuk pemaparan diskriptif.

Dari hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan, sesudah menempati daerah relokasi memberikan peningkatan terhadap luas kepemilikan lahan dibanding sebelum menempati daerah relokasi. Menempati daerah relokasi membawa dampak yang positif terhadap pendapatan masyarakat yaitu pendapatan masyarakat meningkat, membawa dampak positif juga terhadap distribusi pendapatan, kesempatan memperoleh pekerjaanpun semakin beragam, semakin luas membuka kesempatan berusaha, sarana dan prasarana kesehatan semakin baik, sarana dan prasarana transportasi semakin mudah dan pendidikanpun semakin meningkat.

2. Penelitian oleh Visia Dwianti Krisnani

Penelitian yang relevan dengan karya tulis ini berjudul “PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DAN KETERSEDIAANNYA FAKTOR-FAKTOR YANG DIDUGA IKUT BERPENGARUH” Studi Kasus : Dusun Kasongan, Desa Bangun Jiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1997-1999. Karya tulis tersebut disusun oleh Visia Dwianti Krisnani dari Universitas Sanata Dharma, tahun penelitian 1995.

(41)

Kasongan pada tahun 1997-1999 dan perkembangan industri kerajinan gerabah di Kasongan tahun 1997-1999.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus, expost facto dan diskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara berstruktur dan dokumentasi. Sampel menggunakan 25 pengusaha yang diperoleh dari 25% dari total populasi, yang meliputi pengusaha industri kecil dan kerajinan. Tekniknya menggunakan propotional random sampling. Analisis data menggunakan pendekatan tabel dan rata-rata geometrik atau rata-rata ukur.

(42)

G. Kerangka Pemikiran

Tujuan pembangunan nasional adalah menciptakan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sebagai negara berkembang Indonesia belum mampu menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja baik dari segi pendapatan maupun kesesuaian pekerjaan dengan keahlian. Sektor pertanian menimbulkan pengangguran, salah satunya disebabkan oleh adanya pembagian lahan pertanian yang semakin sempit dan lamanya menunggu waktu panen. Masalah tersebut tidak dapat diatasi oleh industri modern karena industri modern masih banyak tergantung oleh bahan baku dari luar negeri yang memerlukan biaya mahal untuk membelinya. Untuk itu diperlukan berbagai kebijakan pembangunan guna menunjang proses kearah yang lebih maju. Industri merupakan salah satu pemecahan masalah pembangunan, karena industri kecil mampu menyerap tenaga kerja produktif dan pada umumnya bahan baku produksi industri kecil diperoleh dari daerah setempat. Dengan demikian keberadaan industri kecil mengambil peran yang sangat penting dalam masalah kesempatan kerja dan ketergantungan di negara berkembang.

(43)
(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Deskriptif

Teknik analisa data yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya bersifat mengungkapkan fakta yang bertujuan melukiskan atau memanfaatkan peristiwa dari objek penelitian dengan tak menambah atau mengurangi hasil penelitian.

2. Studi Kasus

Penelitian ini mengambil suatu daerah tertentu yang telah ditentukan sebelumnya sebagai subjek penelitian dan hasil yang diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti, sehingga tidak bisa digeneralisasikan pada kasus lain di luar kasus tersebut.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

(45)

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat perajin kulit yang ada di Kabupaten Bantul.

2. Sampel Penelitian

(46)

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah

Simple Random Sampling. Simple Random Sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang diperoleh secara acak tanpa memperhatikan strata, anggota populasi diagram homogen.

Adapun cara penentuan sampelnya adalah :

a. Sentra industri kerajinan kulit Pucung terdapat 250 perajin diambil 15% dari total populasi.

Jadi sampel yang diambil : 15% x 250 perajin = 38 orang

b. Sentra industri kerajinan kulit Mading terdapat 70 perajin. Diambil 15% dari total populasi.

Jadi sampel yang diambil : 15% x 38 perajin = 11 orang Jadi total perajin = 38 orang + 11 orang

= 49 orang

D. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pemberi atau sumber informasi yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Subjek penelitiannya adalah perajin kulit yang ada di Kabupaten Bantul.

2. Objek Penelitian

(47)

E. Variabel Penelitian

1. Jumlah Perajin

Adalah banyaknya orang yang bekerja sebagai penghasil barang-barang kerajinan kulit di Bantul. Banyaknya perajin yang ada dihitung dalam jiwa.

Jumlah perajin termasuk data sekunder, dimana data sekunder diperoleh dari literatur-literatur dan sumber-sumber tertulis yang relevan. Untuk jumlah perajin dapat diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, selain itu pula data jumlah perajin diperoleh dari lapangan secara langsung atau observasi lapangan.

2. Jumlah Tenaga Kerja

Adalah banyaknya orang yang bekerja sebagai buruh atau tenaga kerja, pada industri kerajinan kulit di Bantul. Banyaknya tenaga kerja yang terserap dihitung dalam jiwa.

3. Volume Produksi

Adalah banyaknya barang-barang hasil produksi yang dihasilkan oleh industri kerajinan kulit. Dan besarnya volume produksi tersebut dihitung dalam rupiah per bulan.

4. Keuntungan

(48)

Sebelum mengetahui besar kecilnya keuntungan insudtri kerajinan kulit, terlebih dahulu diketahui besar kecilnya penerimaan total (TR) dan biaya total (TC). Perbandingan selisih antara penerimaan total (TR) dan biaya total (TC) akan menurunkan rugi atau laba industri kerajinan kulit.

a. Biaya produksi : seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang disebut biaya total (total cost = TC). Biaya total ini terdiri dari :

1) Biaya tetap (fived cost = FC), yaitu biaya yang jumlahnya tetap berapapun jumlah produksi. Misalnya sewa tanah, mesin, sewa bangunan dan lain-lain.

2) Biaya variabel (variable cost = VC), yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai (tergantung dari) besar kecilnya jumlah produksi. Misalnya bahan baku pembantu dan lain-lain. Jadi biaya total adalah biaya tetap (FC) ditambahn biaya variabel (VC).

b. Penerimaan total (total revenue = TR), yaitu jumlah seluruh penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan hasil produksi (jumlah produksi dikalikan harga).

c. Rugi atau laba

Rugi atau laba diperoleh dari perbandingan selisih antara penerimaan total (TR) dan biaya total (TC)

TR – TC

(49)

• Laba : total penerimaan lebih besar dari total pengeluaran (biaya total.

• Impas : total penerimaan sama besar dengan total pengeluaran (total biaya) atau dalam keadaan tidak rugi dan tidak untung (laba)

5. Jalur Distribusi

Adalah suatu jalur atau saluran yang dilalui dalam pemindahan penguasaan produk dari produsen sampai kepada konsumen. Jalur distribusi tersebut ada dua yaitu :

a. Jalur langsung, yaitu produsen langsung menjual barang-barang hasil produksinya kepada konsumen.

b. Jalur tidak langsung, yaitu produsen dalam menjual barang-barang hasil produksinya kepada konsumen melalui pedagang atau agen. Analisis untuk saluran distribusi tidak dapat dilakukan dengan uji beda. Jalur distribusi adalah jalur

6. Jangkauan Pemasaran

Adalah luasnya daerah pemasaran hasil produksi.

(50)

F. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data a. Data primer

Data yang diperoleh dari subjek penelitian. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dan observasi langsung.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh dari literatur dan sumber tertulis yang relevan, kemudian diolah sesuai keperluan.

2. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Dalam usaha mengumpulkan data-data yang dicari, penulis mengadakan wawancara secara langsung kepada masyarakat perajin dengan cara mengajukan pertanyaan secara tersetruktur, yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sebagai pedoman wawancara. Hal itu dimaksudkan agar setiap pertanyaan mendapatkan jawaban yang memuaskan.

b. Observasi langsung

(51)

c. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan dokumen-dokumen tertulis untuk melengkapi hasil observasi dan wawancara.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis sebelum dan sesudah ( before-after), yaitu membandingkan 2 peristiwa yang berbeda dalam kelompok yang sama. Dalam hal ini yang dibandingkan adalah perkembangan industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul sebelum dan 4 bulan, 8 bulan dan 12 bulan sesudah gempa bumi 27 Mei 2006.

1. Untuk perkembangan jumlah perajin, jumlah tenaga kerja dan jangkauan pemasaran industri kerajinan kulit sebelum dan 4 bulan, 8 bulan dan 12 bulan sesudah gempa digunakan teknik analisis dengan mengumpulkan data-data, dan data yang terkumpul akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel untuk melihat adanya kecenderungan-kecenderungan yang mungkin terjadi dan kemudian mencoba mengambil kesimpulan.

(52)

3. Untuk perkembangan volume produksi dan keuntungan industri kerajinan kulit sebelum dan 4 bulan, 8 bulan dan 12 bulan sesudah gempa bumi 27 Mei 2006 dapat menggunakan rumus t-test. Statistik parametris yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif rata-rata 2 sampel bila datanya berbentuk interval atau ratio adalah menggunakan t-test.

Rumus t-test (Sugiyono, 1999 : 119 – 122) :

t =

⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − +

2 2 1 1 2

2 2 1

2 1

2 1

n S n S r 2 n S n S

x -x

Keterangan :

1

x : Rata-rata sampel 1

2

x : Rata-rata sampel 2

S1 : Simpangan baku sampel 1 S2 : Simpangan baku sampel 2 S12 : Varians sampel 1

S22 : Varians sampel 2

r : Korelasi antara dua sampel

Ha : Ada perbedaan volume produksi industri kerajinan kulit sebelum gempa, 4 bulan sesudah gempa, 8 bulan sesudah gempa dan 12 bulan sesudah gempa.

(53)

Ho : Tidak ada perbedaan volume produksi industri kerajinan kulit sebelum gempa, 4 bulan sesudah gempa, 8 bulan sesudah gempa dan 12 bulan sesudah gempa.

Ho : Tidak ada perbedaan keuntungan industri kerajinan kulit sebelum gempa, 4 bulan sesudah gempa, 8 bulan sesudah gempa dan 12 bulan sesudah gempa.

Membandingkan t hitung dengan t tabel dengan tingkat kepercayaan 95% atau taraf signifikan 5%. Dengan kriteria :

(54)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Diskripsi Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan didua tempat, yaitu Dusun Karangasem Desa Wukirsari Imogiri dan di Dusun Manding Desa Sabdodadi Bantul. a. Desa Wukirsari

1) Luas desa : 15385505 Ha 2) Batas wilayah :

a) Sebelah utara : Kecamatan Jetis dan Pleret

b) Sebelah selatan : Desa Imogiri dan Kecamatan Dlingo c) Sebelah barat : Kecamatan Jetis

d) Sebelah timur : Kecamatan Dlingo 3) Kondisi geografis

a) Ketinggian tanah di permukaan laut : 50 M

b) Banyaknya curah hujan : 55 mm/tahun c) Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : pegunungan d) Suhu udara rata-rata : 27 oC b. Desa Sabdodadi

1) Luas desa : 232.900 Ha 2) Batas wilayah :

(55)

b) Sebelah selatan : Desa Patalan c) Sebelah barat : Desa Trirenggo d) Sebelah timur : Desa Sumberagung 3) Kondisi geografis

a) Ketinggian tanah di permukaan laut : 45 M b) Suhu udara rata-rata : 32 oC

2. Kependudukan

a. Desa Wukirsari

1) Jumlah penduduk menurut : a) Jenis kelamin

(1) Laki-laki : 7.330 orang (2) Perempuan : 7.520 orang

Jumlah : 14.850 orang

b) Kepala keluarga : 3.557 KK (1) WNI - Laki-laki : 7.330 orang - Perempuan : 7.520 orang Jumlah : 14.850 orang

2) Jumlah penduduk menurut agama atau penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

a) Islam : 14.647 orang

(56)

3) Jumlah penduduk menurut usia : a) Kelompok pendidikan :

(1) 00 – 03 tahun : 840 orang (2) 04 – 06 tahun : 767 orang (3) 07 – 12 tahun : 1.870 orang (4) 13 – 15 tahun : 1.544 orang (5) 16 – 18 tahun : 1.040 orang (6) 19 ke atas : 8.761 orang b) Kelompok tenaga kerja

(1) 10 – 14 tahun : 2.175 orang (2) 15 – 19 tahun : 2.149 orang (3) 20 – 26 tahun : 2.205 orang (4) 27 – 40 tahun : 3.325 orang (5) 41 – 56 tahun : 2.871 orang (6) 57 ke atas : 1.771 orang 4) Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan :

a) Lulusan pendidikan umum :

(57)

b) Lulusan pendidikan khusus :

(1) Pondok pesantren : 108 orang (2) Madrasah : 90 orang (3) Pendidikan keagamaan : 30 orang (4) Kursus keterampilan : 2.250 orang 5) Jumlah penduduk menurut mata pencaharian :

a) Karyawan :

(1) Pegawai Negeri Sipil : 475 orang (2) ABRI : 40 orang (3) Swasta : 3.510 orang b) Wiraswasta/pedagang : 3.170 orang

c) Tani : 3.970 orang

d) Pertukangan : 320 orang e) Buruh tani : 1.300 orang f) Pensiunan : 95 orang

g) Jasa : 65 orang

6) Jumlah penduduk menurut mobilitas atau mutasi penduduk : a) Lahir :

(1) Laki-laki : 60 orang (2) Perempuan : 47 orang

(58)

b) Mati :

(1) Laki-laki : 42 orang (2) Perempuan : 57 orang

Jumlah : 99 orang

c) Datang :

(1) Laki-laki : 21 orang (2) Perempuan : 35 orang

Jumlah : 56 orang

d) Pindah :

(1) Laki-laki : 14 orang (2) Perempuan : 24 orang

Jumlah : 38 orang

b. Desa Sabdodadi

1) Jumlah penduduk menurut : a) Jenis kelamin

(1) Laki-laki : 3.028 orang (2) Perempuan : 3.296 orang

Jumlah : 6.324 orang

(59)

(2) WNA - Laki-laki : 1 orang Jumlah : 1 orang

2) Jumlah penduduk menurut agama atau penghayatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

a) Islam : 6.132 orang

b) Kristen : 81 orang

c) Katolik : 107 orang

3) Jumlah penduduk menurut usia : a) Kelompok pendidikan :

(1) 00 – 03 tahun : 384 orang (2) 04 – 06 tahun : 286 orang (3) 07 – 12 tahun : 287 orang (4) 13 – 15 tahun : 287 orang (5) 16 – 18 tahun : 460 orang (6) 19 ke atas : 4.621 orang b) Kelompok tenaga kerja

(60)

4) Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan : a) Lulusan pendidikan umum :

(1) Taman Kanak-kanak : - orang (2) Sekolah Dasar : 2.132 orang (3) SMP/SLTP : 879 orang (4) SMA/SLTA : 1.556 orang (5) Akademi (DI – D3) : 197 orang (6) Sarjana (S1 – S3) : 332 orang b) Lulusan pendidikan khusus :

(1) Pondok pesantren : 2 orang (2) Madrasah : 20 orang (3) Pendidikan keagamaan : 7 orang (4) Sekolah Luar Biasa : 2 orang (5) Kursus keterampilan : 3 orang 5) Jumlah penduduk menurut mata pencaharian :

a) Karyawan :

(1) Pegawai Negeri Sipil : 296 orang (2) ABRI : 41 orang

(3) Swasta : 542 orang

b) Wirawasta/pedagang : 416 orang

c) Tani : 1.803 orang

(61)

f) Pemulung : 7 orang

g) Jasa : 11 orang

6) Jumlah penduduk menurut mobilitas atau mutasi penduduk : a) Lahir :

(1) Laki-laki : 10 orang (2) Perempuan : 12 orang

Jumlah : 22 orang

b) Mati :

(2) Laki-laki : 8 orang (3) Perempuan : 12 orang

Jumlah : 20 orang

c) Datang :

(1) Laki-laki : 10 orang (2) Perempuan : 12 orang

Jumlah : 22 orang

d) Pindah :

(1) Laki-laki : 5 orang (2) Perempuan : 6 orang

(62)

3. Pembangunan

a. Desa Wukirsari 1) Pendidikan

Tabel 4.1

Jumlah Gedung, Guru dan Murid di Desa Wukirsari

Negeri Swasta

No. Jenis pendidikan Gedung

(buah)

Guru (orang)

Murid (orang)

Gedung (buah)

Guru (orang)

Murid (orang) 1

2 3 4 5 6 7

Kelompok bermain TK

Sekolah Dasar SMTP

SMTA Akademi Institut/Sekolah Tinggi/Universitas

3 6 8 3 1 - -

6 - 2 1 - -

Jumlah 21 9

2) Prasarana perhubungan a) Jalan

(1) Dusun/lingkungan : 15,00 km

(2) Desa : 21,00 km

(3) Ekonomi : 7,50 km

(4) Protokol : 3,50 km

(5) Kabupaten : 1,50 km

(6) Propinsi : 6,00 km

b) Jembatan : 16 buah 0,6 km

(63)

e) Pelabuhan

(1) Udara : tidak ada

(2) Laut : tidak ada

(3) Sungai : tidak ada

3) Komunikasi

a) Kantor POSTEL : tidak ada b) Kantor Pos Pembantu : tidak ada c) Stasiun rellay TV : tidak ada

d) TV umum : 1 buah

e) Pemilikan pesawat telepon : 75 buah f) Pemilikan pesawat TV : 1.736 buah g) Pemilikan pesawat radio : 1.345 buah 4) Alat transportasi

a) Sepeda : 2.844 buah

b) Becak : 18 buah

c) Sepeda motor : 1.728 buah

d) Mobil pribadi : 86 buah

5) Industri

a) Kecil : 12 buah

(64)

b. Desa Sabdodadi 1) Pendidikan

Tabel 4.2

Jumlah Gedung, Guru dan Murid di Desa Sabdodadi

Negeri Swasta

No. Jenis pendidikan Gedung

(buah)

Guru (orang)

Murid (orang)

Gedung (buah)

Guru (orang)

Murid (orang) 1

2 3 4 5 6 7

Kelompok bermain TK

Sekolah Dasar SMTP

SMTA Akademi Institut/Sekolah Tinggi/Universitas

4 1 1 1 2 -

14 7 14 15 - -

104 71 30 179

Jumlah 9 50 384

2) Prasarana perhubungan a) Jalan

(1) Kabupaten : 3 km

(2) Propinsi : 3 km

b) Jembatan : 2 buah 0,05 km c) Stasiun kereta api : - buah 3) Alat transportasi

a) Sepeda : - buah

b) Dokar/delman : 3 buah

c) Gerobak : 1 buah

d) Becak : 30 buah

(65)

f) Taksi : 1 buah

g) Mobil pribadi : 50 buah

h) Bus kota : 4 buah

4) Industri

a) Kecil : 53 buah

B. Deskripsi Industri Kerajinan

1. Industri Kerajinan Tatah Wayang

Industri kerajinan tatah wayang Karangasem terletak di kawasan pegunungan selatan Yogyakarta, walaupun lokasinya cukup sulit namun Pucung sudah dikenal luas diberbagai penjuru tanah air dan luar negeri. Hal ini dikarenakan sentra kerajinan ukir kulit (tatah wayang) Pucung mendukung kraton Jogjakarta dalam melestarikan keberadaan wayang kulit, selain produk-produk lainnya membawa unsur-unsur seni dalam ukirannya. Pucung, dikenal luas sebagai penyimpan tenaga-tenaga ahli dalam bidang tatah wayang kulit. Dari 230 KK atau 800 orang yang menghuni Dusun Karangasem, hampir 80% sebagai perajin.

(66)

anak kecilpun ikut mengerjakan kerajinan tatah wayang sepulang dari sekolah.

Wisatawan maupun pembeli yang datang langsung ke Pucung akan melewati kawasan pedesaan yang asri sebelum menuju sentra ukir kulit. Di sana secara langsung bisa melihat proses pengerjaan ukir kulit yang masih tradisional (hand made) dan berbincang-bincang dengan perajin yang akan menjawab keingintahuan pelancong.

Industri tatah wayang yang tujuan utamanya untuk melestarikan keberadaan wayang kulit sudah mulai bergeser, hal tersebut disebabkan oleh kesadaran masyarakat masih kurang terhadap regenerasi perajin. Selain itu perajin sudah banyak yang keluar dari pakem-pakem kerajinan wayang dan lebih mengikuti permintaan pasar sehingga keaslian dan karakter wayang kurang dipertahankan.

2. Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Manding

(67)

Perkembangan industri kerajinan mengalami kendala utama pada saat memperoleh order, ditambah belakangan ini banyak pemesan yang tidak memberikan uang muka. Jadi sebagian besar perajin banyak yang tidak mampu memenuhi volume pesanan.

(68)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

Berdasarkan hasil temuan lapangan yang telah diperoleh, maka dalam bab ini penulis berusaha menganalisis data-data yang telah diperoleh tersebut dengan cara menyajikan tabel-tabel dan tes uji perbedaan rata-rata (t-test). Adapun yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :

1. Perkembangan jumlah perajin kulit sebelum gempa, dan 4 bulan, 8 bulan dan 12 bulan sesudah gempa bumi 27 Mei 2006

a. Perkembangan jumlah perajin tatah wayang

Menurut data yang ada, jumlah perajin yang ada di Dusun Karangasem Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri, adalah :

Tabel 5.1

Jumlah Perajin Tatah Wayang

Keterangan Jumlah perajin

Sebelum gempa

4 bulan sesudah gempa 8 bulan sesudah gempa 12 bulan sesudah gempa

250 250 250 250 Sumber : Kelurahan Wukirsari

(69)

b. Perkembangan jumlah perajin tas dan sepatu kulit

Menurut data yang ada, jumlah perajin yang ada di Manding, Sabdodadi Bantul, adalah :

Tabel 5.2 Jumlah Perajin Kulit

Keterangan Jumlah perajin

Sebelum gempa

4 bulan sesudah gempa 8 bulan sesudah gempa 12 bulan sesudah gempa

70 70 70 70 Sumber : Kelurahan Sabdodadi

Besarnya jumlah perajin kulit (tas dan sepatu) di Kabupaten Bantul, khususnya di Manding, Sabdodadi Bantul, tidak mengalami perubahan baik sebelum gempa dan 4 bulan sesudah gempa, 8 bulan sesudah gempa dan 12 sesudah gempa yaitu terdapat 70 perajin.

2. Perkembangan jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri kerajinan kulit sebelum gempa, dan 4 bulan, 8 bulan dan 12 bulan sesudah gempa bumi 27 Mei 2006

(70)

a. Perkembangan jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri tatah wayang

Menurut data yang ada, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri tatah wayang di Dusun Karangasem Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri, adalah :

Tabel 5.3

Jumlah Tenaga Kerja Kerajinan Tatah Wayang

Keterangan Jumlah perajin

Sebelum gempa

4 bulan sesudah gempa 8 bulan sesudah gempa 12 bulan sesudah gempa

250 250 250 250 Sumber : Kelurahan Wukirsari

Besarnya jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri kerajinan tatah wayang di Dusun Karangasem Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri tidak mengalami perubahan, baik sebelum gempa dan 4 bulan sesudah gempa, 8 bulan sesudah gempa dan 12 bulan sesudah gempa yaitu sebesar 250 tenaga kerja atau pekerja.

b. Perkembangan jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri tas dan sepatu kulit

(71)

Tabel 5.4

Jumlah Tenaga Kerja Pada Industri Tas dan Sepatu Kulit

Keterangan Jumlah perajin

Sebelum gempa

4 bulan sesudah gempa 8 bulan sesudah gempa 12 bulan sesudah gempa

70 70 70 70 Sumber : Kelurahan Sabdodadi

Besarnya jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri kerajinan tas dan sepatu kulit di di Manding, Sabdodadi Bantul, tidak mengalami perubahan baik sebelum gempa dan 4 bulan sesudah gempa, 8 bulan sesudah gempa dan 12 sesudah gempa yaitu sebesar 70 tenaga kerja atau pekerja.

3. Perkembangan jangkauan pemasaran industri kerajinan kulit sebelum, dan 4 bulan, 8 bulan dan 12 bulan sesudah gempa

Jangkauan pemasaran adalah luasnya daerah pemasaran hasil produksi. Jangkauan pemasaran diklasifikasikan dalam pasar lokal, pasar regional, pasar nasional dan pasar ekspor.

a. Perkembangan jangkauan pemasaran industri tatah wayang

1) Perkembangan jangkauan pemasaran industri tatah wayang sebelum gempa

(72)

Tabel 5.5

Jangkauan Pemasaran Industri Tatah Wayang Sebelum Gempa

Keterangan Jumlah perajin

Pasar lokal Pasar regional Pasar nasional Pasar ekspor

38 38 35 3

Jangkauan pemasaran industri kerajinan tatah wayang sebelum gempa di Dusun Karangasem Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri, sebagian besar sudah ke pasar nasional yaitu sebesar 35 industri yaitu ke Jogjakarta, Bali dan Jakarta; sedangkan untuk pasar ekspor ada 3 industri yang sudah mencapainya, yaitu ke Australia, Kairo dan Perancis; dan untuk pasar lokal dan regional terdapat 38 perajin atau seluruh perajin, mereka atau perajin hanya membuka toko-toko di depan rumah mereka sambil menunggu pelanggan para perajin menghasilkan hasil kerajinan (wayang). 2) Perkembangan jangkauan pemasaran industri tatah wayang 4 bulan

sesudah gempa

(73)

Tabel 5.6

Jangkauan Pemasaran Industri Tatah Wayang 4 Bulan Sesudah Gempa

Keterangan Jumlah perajin

Pasar lokal Pasar regional Pasar nasional Pasar ekspor

38 38 35 3

Jangkauan pemasaran industri kerajinan tatah wayang 4 bulan sesudah gempa di Dusun Karangasem Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri, sebagian besar sudah ke pasar nasional yaitu sebesar 35 industri yaitu ke Jogjakarta, Bali dan Jakarta; sedangkan untuk pasar ekspor ada 3 industri yang sudah mencapainya, yaitu ke Australia, Kairo dan Perancis; dan untuk pasar lokal dan regional terdapat 38 perajin atau seluruh perajin, mereka atau perajin hanya membuka toko-toko di depan rumah mereka sambil menunggu pelanggan para perajin menghasilkan hasil kerajinan (wayang).

3) Perkembangan jangkauan pemasaran industri tatah wayang 8 bulan sesudah gempa

(74)

Tabel 5.7

Jangkauan Pemasaran Industri Tatah Wayang 8 Bulan Sesudah Gempa

Keterangan Jumlah perajin

Pasar lokal Pasar regional Pasar nasional Pasar ekspor

38 38 35 3

Jangkauan pemasaran industri kerajinan tatah wayang 8 bulan sesudah gempa di Dusun Karangasem Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri, sebagian besar sudah ke pasar nasional yaitu sebesar 35 industri yaitu ke Jogjakarta, Bali dan Jakarta; sedangkan untuk pasar ekspor ada 3industri yang sudah mencapainya, yaitu ke Australia, Kairo dan Perancis; dan untuk pasar lokal dan regional terdapat 38 perajin atau seluruh perajin, mereka atau perajin hanya membuka toko-toko di depan rumah mereka sambil menunggu pelanggan para perajin menghasilkan hasil kerajinan (wayang).

4) Perkembangan jangkauan pemasaran industri tatah wayang 12 bulan sesudah gempa

(75)

Tabel 5.8

Jangkauan Pemasaran Industri Tatah Wayang 12 Bulan Sesudah Gempa

Keterangan Jumlah perajin

Pasar lokal Pasar regional Pasar nasional Pasar ekspor

38 38 35 3

Jangkauan pemasaran industri kerajinan tatah wayang 12 bulan sesudah gempa di Dusun Karangasem Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri, sebagian besar sudah ke pasar nasional yaitu sebesar 35 industri yaitu ke Jogjakarta, Bali dan Jakarta; sedangkan untuk pasar ekspor ada 3 industri yang sudah mencapainya, yaitu ke Australia, Kairo dan Perancis; dan untuk pasar lokal dan regional terdapat 38 perajin atau seluruh perajin, mereka atau perajin hanya membuka toko-toko di depan rumah mereka sambil menunggu pelanggan para perajin menghasilkan hasil kerajinan (wayang).

(76)

b. Perkembangan jangkauan pemasaran industri kerajinan tas dan sepatu kulit

1) Perkembangan jangkauan pemasaran industri kerajinan tas dan sepatu kulit sebelum gempa

Dari hasil wawancara, jangkauan pemasaran industri kerajinan tas dan sepatu kulit sebelum gempa di Dusun Manding, Sabdodadi Bantul, adalah :

Tabel 5.9

Jangkauan Pemasaran Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit Sebelum Gempa

Keterangan Jumlah perajin Pasar lokal

Pasar regional Pasar nasional Pasar ekspor

11 11 10 -

Jangkauan pemasaran industri kerajinan tas dan sepatu kulit sebelum gempa di Dusun Manding, Sabdodadi Bantul, tidak dapat mengekspor ke luar negeri, semua industri kerajinan tas dan sepatu kulit sebelum gempa menjangkau pasar nasional yaitu 10 perajin, untuk pasar lokal juga dijangkau 11 perajin dan pasar regional juga 11 perajin.

2) Perkembangan jangkauan pemasaran industri kerajinan tas dan sepatu kulit 4 bulan sesudah gempa

(77)

Tabel 5.10

Jangkauan Pemasaran Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit 4 Bulan Sesudah Gempa

Keterangan Jumlah perajin

Pasar lokal Pasar regional Pasar nasional Pasar ekspor

11 11 10 -

Jangkauan pemasaran industri kerajinan tas dan sepatu kulit 4 bulan sesudah gempa di Dusun Manding, Sabdodadi Bantul, tidak dapat mengekspor ke luar negeri, semua industri kerajinan tas dan sepatu kulit 4 bulan sesudah gempa menjangkau pasar nasional yaitu 10 perajin, untuk pasar lokal juga dijangkau 11 perajin dan pasar regional juga 11 perajin.

3) Perkembangan jangkauan pemasaran industri kerajinan tas dan sepatu kulit 8 bulan sesudah gempa

Dari hasil wawancara, jangkauan pemasaran industri kerajinan tas dan sepatu kulit 8 bulan sesudah gempa di Dusun Manding, Sabdodadi Bantul, adalah :

Tabel 5.11

Jangkauan Pemasaran Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit 8 Bulan Sesudah Gempa

Keterangan Jumlah perajin

Pasar lokal Pasar regional Pasar nasional Pasar ekspor

(78)

Jangkauan pemasaran industri kerajinan tas dan sepatu kulit 8 bulan sesudah gempa di Dusun Manding, Sabdodadi Bantul, ada 1 perajin yang mengekspor ke luar negeri, semua industri kerajinan tas dan sepatu kulit 8 bulan sesudah gempa menjangkau pasar nasional yaitu 10 perajin, untuk pasar lokal dijangkau 11 perajin dan pasar regional juga 11 perajin.

4) Perkembangan jangkauan pemasaran industri kerajinan tas dan sepatu kulit 12 bulan sesudah gempa

Dari hasil wawancara, jangkauan pemasaran industri kerajinan tas dan sepatu kulit 12 bulan sesudah gempa di Dusun Manding, Sabdodadi Bantul, adalah :

Tabel 5.12

Jangkauan Pemasaran Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit 12 Bulan Sesudah Gempa

Keterangan Jumlah perajin

Pasar lokal Pasar regional Pasar nasional Pasar ekspor

11 11 9 4

(79)

Jangkauan pemasaran industri kerajinan tas dan sepatu kulit di Manding, Sabdodadi Bantul sebelum gempa belum menjangkau pasar ekspor tetapi untuk pasar lokal 11 perajin, regional 11 dan nasional 10 perajin, tetapi setelah 8 bulan sesudah gempa terjadi perubahan jangkauan pemasaran yang sebelumnya belum sampai pasar ekspor sudah mampu mengekspor yaitu ada 1 perajin dan untuk lokal 11, regional 11, nasional 10 dan ekspor 1, dan setelah 12 bulan sesudah gempa perajin yang sudah mencapai ekspor bertambah menjadi 4 perajin dan untuk lokal 11, regional 11 dan nasional 10.

4. Perkembangan jalur distribusi industri kerajinan kulit sebelum, dan 4 bulan, 8 bulan dan 12 bulan sesudah gempa

Jalur distribusi dapat diartikan sebagai suatu jalur atau saluran yang dilalui dalam pemindahan penguasaan produk dari produsen agar sampai ke konsumen. Dalam usaha untuk menyalurkan barang-barang hasil kerajinannya, para perajin di Dusun Karangasem Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri, menggunakan 3 jalur distribusi :

ƒ Produsen – konsumen

Jalur ini adalah jalur langsung, artinya barang-barang yang dihasilkan langsung dijual kepada konsumen, hal ini terjadi bila ada pesanan dari teman.

ƒ Produsen – perantara – pedagang – konsumen

(80)

ƒ Campuran

Dalam jalur ini produsen menggunakan 2 jalur sekaligus yaitu jalur langsung dengan produsen membuka toko atau menerima pesanan langsung dari konsumen dan jalur tidak langsung dengan produsen menyalurkan hasil kerajinan melalui distributor dalam hal ini adalah APIKRI.

a. Perkembangan jalur distribusi kerajinan tatah wayang

1) Jalur distribusi produk kerajinan tatah wayang sebelum gempa Dari hasil wawancara, jalur distribusi kerajinan tatah wayang sebelum gempa di Dusun Karangasem Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri, adalah :

Tabel 5.13

Jalur Distribusi Produk Kerajinan Tatah Wayang Sebelum Gempa

Keterangan Jumlah perajin

Jalur distribusi langsung Jalur distribusi tidak langsung Jalur distribusi campuran

- 11 27

(81)

2) Jalur distribusi produk kerajinan tatah wayang 4 bulan sesudah gempa

Dari hasil wawancara, jalur distribusi kerajinan tatah wayang 4 bulan sesudah gempa di Dusun Karangasem Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri, adalah :

Tabel 5.14

Jalur Distribusi Produk Kerajinan Tatah Wayang 4 Bulan Sesudah Gempa

Keterangan Jumlah perajin

Jalur distribusi langsung Jalur distribusi tidak langsung Jalur distribusi campuran

- 11 27

Jalur distribusi yang digunakan oleh perajin tatah wayang tidak ada yang menggunakan jalur langsung, untuk jalur distribusi tidak langsung ada beberapa perajin yang menggunakan yaitu sebanyak 11 perajin (29%) dan sebagian besar menggunakan jalur distribusi campuran (yaitu langsung dan tidak langsung) yaitu sebesar 27 perajin (71%).

3) Jalur distribusi produk kerajinan tatah wayang 8 bulan sesudah gempa

(82)

Tabel 5.15

Jalur Distribusi Produk Kerajinan Tatah Wayang 8 Bulan Sesudah Gempa

Keterangan Jumlah perajin

Jalur distribusi langsung Jalur distribusi tidak langsung Jalur distribusi campuran

- 11 27

Jalur distribusi yang digunakan oleh perajin tatah wayang tidak ada yang menggunakan jalur langsung, untuk jalur distribusi tidak langsung ada beberapa perajin yang menggunakan yaitu sebanyak 11 perajin (29%) dan sebagian besar menggunakan jalur distribusi campuran (yaitu langsung dan tidak langsung) yaitu sebesar 27 perajin (71%).

4) Jalur distribusi produk kerajinan tatah wayang 12 bulan sesudah gempa

Dari hasil wawancara, jalur distribusi kerajinan tatah wayang 12 bulan sesudah gempa di Dusun Karangasem Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri, adalah :

Tabel 5.16

Jalur Distribusi Produk Kerajinan Tatah Wayang 12 Bulan Sesudah Gempa

Keterangan Jumlah perajin

Jalur distribusi langsung Jalur distribusi tidak langsung Jalur distribusi campuran

- 11 27

Gambar

Tabel 5.27.  Perkembangan Keuntungan Industri Kerajinan Tatah Wayang
Gambar 1 Tahap-tahapan Siklus Bisnis
tabel untuk
Tabel 4.1 Jumlah Gedung, Guru dan Murid di Desa Wukirsari
+7

Referensi

Dokumen terkait

a. Pemberian hadiah berupa layanan seks sebagai gratifikasi sesuai dengan tujuan dibuatnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Berdasarkan interprestasi historis pemberian

Suatu staf  pendukung yang kecil dapat membantu tim manajemen senior untuk mengartikan konsep mengenai mutu, membantu melalui network dengan manajer mutu di bagian lain

Dosis yang diberikan pada penelitian ini terdiri dari 0,15 g/bb/hari, 0,2 5g/bb/hari, 0,35 g/bb/hari dan kontrol negatif yang tidak menggunakan maserat daun jati

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Penelitian ini dilakukan untuk melihat keakuratan teknik CBIR dalam melakukan retrieval image berdasarkan fitur warna, bentuk, dan tekstur tersebut sehingga dari hasil

Pemda Jateng telah melakukan kerjasama tersebut dengan beberapa mitra di luar negeri,, antara lain: Propinsi Fujian (Cina), Propinsi Chungchoeng buk-do (Korea) dan

3. Tentang "Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Untuk Menurunkan Nyeri Pada Saat Inseri Intra Vena Pada Pasien Di Ruang IGD.. Di RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata

Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa biaya investasi dari proses pengolahan gas buang menggunakan teknik iradiasi berkas elektron adalah pada tingkat 190 –