Trend
Perkembangan Industri Kerajinan Wayang Kulit
di Kabupaten Bantul DIY Tahun 2005-2009
Skripsi
Disusun Oleh: Henricus Satriadi Gunawan
06 1324 013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 9 Januari 2012
Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Henricus Satriadi Gunawan
Nomor Mahasiswa : 061324013
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: TREND
PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN WAYANG KULIT DI KABUPATEN BANTUL DIY TAHUN 2005-2009
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalikan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal 9 Januari 2012 Yang menyatakan
ABSTRAK
TREND PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN WAYANG KULIT DI KABUPATEN BANTUL DIY TAHUN 2005-2009
Henricus Satriadi Gunawan 061324013
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend perkembangan jumlah
pengusaha, jumlah tenaga kerja, omset, dan laba industri kerajinan wayang kulit di
Kabupaten Bantul, DIY.
Penelitian ini menganalisis perkembangan Industri kerajinan wayang kulit di kabupaten Bantul DIY Tahun 2005-2009. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 25 perajin pada industri wayang kulit. Teknik sampling menggunakan
sampel jenuh. Data dianalisis dengan menggunakan analisis trend metode least
square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Trend perkembangan jumlah
pengusaha dari tahun ke tahun mengalami peningkatan; (2) Trend perkembangan
jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan dari tahun ke tahun; (3) Trend
perkembangan jumlah omset mengalami peningkatan; (4) Trend perkembangan
ABSTRACT
TREND OF INDUSTRIAL DEVELOPMENT OF LEATHER SHADOW PUPPETCRAFTS IN BANTUL DISTRICT YOGYAKARTA SPECIAL
PROVINCE IN 2005-2009
Henricus Satriadi Gunawan 061324013
Sanata Dharma University Yogyakarta 2012
The purpose of this research is to understand the trend of the development number of entrepreneurs, labors, turnover, and the profit of leather puppet craft industry in Bantul, Yogyakarta Special Province.
This research analyzes development of puppet craft industry in Bantul, Yogyakarta Special Province in 2005-2009. The population in this research are 25
craftsmen in puppet industry. The method of taking samples is satisfed sampling
.
The data is analyzed by using least square method analysis.
The result of this research shows that: (1) the development trend of number entrepreneurs is increasing year by year; (2) development trend of labor
KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur
penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa danMaha Kasih atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.Skripsi ini berjudul “
Trend Perkembangan Industri
Kerajinan Wayang Kulit Di Kabupaten Bantul Diy Tahun 2005-2009
”.Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi.
Penulisan Skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohadi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd.,M.Sc. selaku dosen pembimbing yang dengan
penuh pengertian dan ketulusan hati memberikan bimbingan, kritik, saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu staff sekretariat Pendidikan Ekonomi, Mbak Titin atas bantuan
dalam mengurusi kepentingan penulis.
6. Bapak Joko Wicoyo selaku dosen pembimbing yang telah memberi masukan
dan saran dalam penbuatan abstract.
7. Bupati Bantul cq Ka, BAPPEDA, Ka Dinas Perindagkop – UKM Prov. DIY,
Ka Desa Wukirsari Kec.Imogiri, Kab. Bantul DIY atas ijin kegiatan survey, penelitian, dan studi lapangan yang telah diberikan kepada penulis.
9. Pemilik dan perajin industri kerajinan wayang kulit: Sutri Craft, Sanggar Bimo, Maju Karya, Supermurah, PM Handicraft, Karya Kulit, Semar, CM Handicraft, Karya Margoyono, Adi Mulia Handicraft, Surono, Lestari, Agung Karya Sentosa, Sabar, Maju Rahayu, Bejo Bejan, Agung Mataram, atas kerjasama dan informasi yang kalian berikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Kedua orang tuaku tercinta, Romanus Mulyanto dan Dwiyati Budi Retnani,
atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan dan motivasi yang diberikan dengan tulus selama ini.
11.Pak Susilo, Bu Emy, Pak Marno dan Bu Nanik atas perhatian dan motivasi
yang kalian berikan.
12.Magdalena Kusumawardani untuk doa, dukungan, perhatian, kasih sayang
dan cinta yang tulus selama ini.
13.Kakakku Raras Christian Martha, Adekku Monica Sindhy, Rida, dan Adi
Pamungkas.
14.Sahabatku yang “special edition n limited edition” Dab Ditya Surya
Kurniawan dan Dab Kus Ari Agung Prastowo, terima kasih kawan, untuk semua pengalaman baik suka maupun duka selama kuliah.
15.Rekan-rekan angkatan 2006 Program Studi Pendidikan Ekonomi Herry, Andi,
Jalu, Citra, Monik, Hana, atas bantuan, dukungan dan semangat yang telah kalian berikan, terimakasih untuk semua kenangan canda dan tawa selama kuliah di kampus tercinta.
16.Sahabat-sahabatku Kost Pugeran: Mas Agus Sentot, Mas Danank, Mas Rico,
Nana, Vicky, dan Roy Totti. terimakasih untuk semua dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan untukku.
17.Kawan-kawan dan sahabatku Kost Grinjink: Ary, Herry, Andy, Jiponk,
Endar, Wiyan, Wisnu, Petrus., terimakasih untuk semua kegiatan dan kebersamaan selama kita berada dikos yang merupakan pengalaman yang sangat berharga.
18.Brothers IMP_X Jogja, Kang Wawan, Kang Ari Susanto, Kang Whisnu,
19.Semua pihak yang tidak bisa sebutkan satu persatu atas dukungan yang telah diberikan untuk penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Dan semoga sekripsi ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 9 Januari 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
B. Indikator Perkembangan Industri Kecil ... 16
D. Kerajinan Wayang Kulit ... 27
E. Analisis Trend ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. Jenis Penelitian ... 36
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37
D. Definisi Operasional dan Sumber Data ... 37
E. Populasi, Sampel, dan Tehnik Pengambilan Sampel ... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 39
G. Teknik Analisis Data ... 40
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 43
A. Gambaran Umum Desa Wukirsari ... 43
B. Sejarah Berkembangnya Industri Kerajinan Wayang Kulit di Desa Wukirsari ... 51
C. Deskripsi Responden ... 52
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Analisis Data ... 54
B. Pembahasan ... 72
BAB VI PENUTUP ... 84
A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 85
DAFTAR TABEL
A. Tabel IV.1 Data Kependudukan Desa Wukirsari Tahun 2010 ... 45 B. Tabel IV.2 Data Kependudukan Desa Wukirsari berdasarkan
Agama Tahun 2010 ... 46
C. Tabel IV.3 Jumlah Penduduk Desa Wukirsari Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ... 48
D. Tabel IV. 4 Sarana Perekonomian di Desa Wukirsari... 48 E. Tabel IV.5 Data Kependudukan Desa Wukirsari menurut Usia
Tahun 2010 ... 49 F. Tabel IV.6 Jenis Pekerjaan Penduduk Desa Wukirsari Tahun 2010 ... 50 G. Tabel IV.6 Data Perajin Wayang Kulit di Desa Wukirsari ... 52 H. Tabel V.1Trend Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Wayang
Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (unit) tanpa y1 ... 55
I. Tabel V.2Trend Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Wayang
Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (unit) dengan y1 ... 57
J. Tabel V.3Trend Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja industri Kerajinan
Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (orang) tanpa y1 ... 59
K. Tabel V.4Trend Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Kerajinan Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (orang) dengan y1 ... 61
L. Tabel V.5Trend Perkembangan Jumlah Omset Industri Kerajinan Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) tanpa y1 ... 64
Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) dengan y1 ... 66
N. Tabel V.7Trend Perkembangan Jumlah Laba Usaha Industri Kerajinan
Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 tanpa y1 ... 68
O. Tabel V.8Trend Perkembangan Jumlah Laba Usaha Kerajinan Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) dengan y1 ... 70
P. Tabel V.9 Trend Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Wayang
Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (unit) dengan y1 ... 72
Q. Tabel V.10 Trend Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Kerajinan Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (orang) dengan y1 ... 75 R. Tabel V.11 Trend Perkembangan Jumlah Omset Kerajinan Wayang
Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) dengan y1 ... 77
S. Tabel V.12 Trend Perkembangan Jumlah Laba Usaha Kerajinan Wayang
DAFTAR GRAFIK
A. Grafik V.1 Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Wayang
Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2012 (Unit) ... 58
B. Grafik V.2 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kerajinan
Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2012 (Orang) ... 62
C. Grafik V.3 Perkembangan Jumlah Omset Kerajinan Wayang
Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2012 (Rupiah) ... 67
D. Grafik V.4 Perkembangan Jumlah Laba Usaha Kerajinan Wayang
Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) ... 71 E. Grafik V.5 Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Wayang
Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Unit) ... 72 F. Grafik V.6 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kerajinan
Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Orang) ... 75
G. Grafik V.7 Perkembangan Jumlah Omset Kerajinan Wayang Kulit
di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) ... 78
H. Grafik V.8 Perkembangan Jumlah Laba Usaha Kerajinan Wayang
Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) ... 81
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah industri kreatif mulai marak pada tahun 2006, utamanya sejak
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut pentingnya pengembangan
ekonomi kreatif bagi masa depan ekonomi Indonesia. Ajakan Presiden agar
kita mulai memperhatikan ekonomi kreatif yang memadukan ide, seni dan
teknologi memang cukup beralasan, mengingat ekonomi kreatif merupakan
tuntutan perkembangan dunia.
Di beberapa negara, ekonomi kreatif memainkan peran signifikan. Di
Inggris, yang pelopor pengembangan ekonomi kreatif, industri itu tumbuh
rata-rata 9% per tahun, dan jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi negara
itu yang 2%-3%. Sumbangannya terhadap pendapatan nasional mencapai
8,2% atau US$ 12,6 miliar dan merupakan sumber kedua terbesar setelah
sektor finansial. Ini melampaui pendapatan dari industri manufaktur serta
migas. Di Korea Selatan, industri kreatif sejak 2005 menyumbang lebih besar
daripada manufaktur. Di Singapura ekonomi kreatif menyumbang 5%
terhadap PDB atau US$ 5,2 miliar. Di Indonesia, industri kreatif cukup
berperan dalam pembangunan ekonomi nasional. Menurut data Departemen
Perdagangan, industri kreatif pada 2008 menyumbang Rp 104,4 triliun, jumlah
ini melebihi sumbangan sektor listrik, gas dan air bersih. Tiga subsektor yang
(23%) dan periklanan (18%). Selain itu, sektor ini mampu menyerap 4,5 juta
tenaga kerja dengan tingkat pertumbuhan sebesar 17,6% pada 2006, jauh
melebihi tingkat pertumbuhan tenaga kerja nasional yang hanya sebesar
0,54% (Warta Ekonomi, No.12/Tahun XX/9 Juni 2008)
Industri kreatif mencakup berbagai bidang atau sektor antara lain, yang
pertama adalah periklanan, yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi
dan produksi iklan, yang kedua yaitu arsitektur, yaitu kegiatan kreatif yang
berkaitan dengan cetak biru bangunan dan informasi produksi, yang ketiga,
Pasar seni dan barang antik yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
kreasi dan perdagangan, pekerjaan, produk antik dan hiasan melalui lelang,
galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, yang keempat yaitu kerajinan, yaitu
kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan distribusi produk kerajinan,
yang kelima adalah sektor desain, yaitu kegiatan kreatif yang terkait dengan
kreasi desain grafis, interior, produk, industri, pengemasan, dan konsultasi
identitas perusahaan, keenan adalah sektor desain fashion, yaitu kegiatan
kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain
aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultan
silini produk fashion, serta distribusi produk fashion, ketujuh adalah sektor
video, film dan fotografi, yaitu kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi
produksi Video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video, film,
kedelapan adalah sektor permainan interaktif, yaitu kegiatan kreatif yang
berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan
sektor musik yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi,
distribusi, dan ritel rekaman suara, hak cipta rekaman, promosi musik, penulis
lirik, pencipta lagu atau musik, pertunjukan musik, penyanyi, dan komposisi
musik, sektor seni pertunjukan yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan,
kesebelas adalah sektor penerbitan dan percetakan yaitu kegiatan kreatif yang
terkait dengan dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran,
majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita, sektor layanan
komputer dan piranti lunak yaitu kegiatan kreatif yang terkait dengan
pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer,
pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem,
desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras,
serta desain portal, televisi dan radio yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan
dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan transmisi
televisi dan radio, sektor riset dan pengembangan yaitu kegiatan kreatif yang
terkati dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi
dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan
kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan
teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar
Pemerintah menetapkan beberapa kelompok industri prioritas, secara
khusus Presiden mengajak mengembangkan produk ekonomi yang berbasis
seni budaya dan kerajinan, berbasis pada warisan, benda-benda sejarah dan
kepada negara dalam era ekonomi kreatif. Pada tahun 2008 industri kreatif
menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kedua setelah
kelompok industri fashion adalah bidang industri kerajinan. Kelompok
industri kerajinan menyumbang sebesar 29 triliun rupiah (27,72%) dari total
PDB (Warta Ekonomi, No.12/Tahun XX/9 Juni 2008)
Namun di sisi lain, beberapa bidang industri kreatif mengalami
tantangan serta hambatan yang tentunya akan memberikan dampak bagi
keberadaan industri kreatif itu sendiri dalam menjaga eksistensi dan
keberadaannya. Bencana gempa bumi tahun 2006 Daerah Istimewa
Yogyakarta membawa dampak buruk bagi perekonomian DIY. World Bank
dalam laporannya memperkirakan kerugian yang terjadi akibat gempa di DIY
mencapai Rp 29 triliun, dan kerugian serta kerusakan yang utama dialami
oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang selama ini menjadi
tulang punggung perekonomian DIY.
Berdasarkan data BPS Yogyakarta tahun 2006 tercatat 97,93% pelaku
usaha di DIY adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) termasuk
di dalamnya merupakan bidang industri kerajinan. Bencana gempa bumi ini
membawa dampak sangat signifikan terhadap perekonomian Yogyakarta.
Sehingga besarnya nilai kerusakan yang dialami oleh sektor industri memaksa
sejumlah besar unit usaha terpaksa berkurang kapasitas produksinya dan
bahkan ada yang harus berhenti berproduksi karena mengalami kerusakan alat
produksi. Hal ini membawa konsekuensi terhadap pengurangan jumlah tenaga
Merujuk dari berbagai permasalahan di atas, peneliti akan melihat
perkembangan industri kreatif berbasis seni dan budaya, yaitu industri
kerajinan wayang kulit yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya oral
serta non bendawi manusia (World Master Piece of Oral and Intangible
Heritage of Humanity) UNESCO, pada 7 November 2003. Namun dalam
perkembangannya industri kerajinan wayang kulit yang berada di Yogyakarta
mengalami berbagai tantangan dan hambatan dari berbagai farktor, dan secara
langsung mengalami dampak gempa bumi 2006.
Penelitian ini mengambil lokasi di sentra kerajinan wayang kulit yang
berada di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,
Yogyakarta, Apakah industri wayang kulit mampu berkembang dengan baik
dan masih mampu melewati tantangan serta hambatan yang semakin berat di
era globalisasi sekarang ini. Alasan penelitian ini mengambil lokasi di sentra
kerajinan wayang kulit yang berada di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri,
Kabupaten Bantul, Yogyakarta, karena mayoritas penduduk Desa Wukirsari
adalah sebagai perajin wayang kulit, dan Wukirsari merupakan salah satu
sentra kerajinan kulit, khususnya kerajinan wayang kulit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana trend perkembangan jumlah pengusaha industri kerajinan
2. Bagaimana trend perkembangan jumlah tenaga kerja industri kerajinan
wayang kulit di Kabupaten Bantul, DIY tahun 2005-2009.
3. Bagaimana trend perkembangan omset industri kerajinan wayang kulit di
Kabupaten Bantul, DIY tahun 2005-2009.
4. Bagaimana trend perkembangan laba usaha industri kerajinan wayang
kulit di Kabupaten Bantul, DIY tahun 2005-2009.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti membatasi penelitian
dalam hal analisis trend perkembangan industri kerajinan wayang kulit di
Kabupaten Bantul, DIY tahun 2005-2009.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis trend perkembangan jumlah pengusaha industri
kerajinan wayang kulit di Kabupaten Bantul, DIY
2. Untuk menganalisis trend perkembangan jumlah tenaga kerja industri
kerajinan wayang kulit di Kabupaten Bantul, DIY
3. Untuk menganalisis trend perkembangan omset industri kerajinan wayang
kulit di Kabupaten Bantul, DIY
4. Untuk menganalisis trend perkembangan laba usaha industri kerajinan
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan tentang perkembangan trend perkembangan
industri kerajinan wayang di Kabupaten Bantul, DIY tahun 2005-2009
b. Dapat mendeskripsikan tentang trend perkembangan industri kerajinan
wayang di Kabupaten Bantul, DIY tahun 2005-2009
c. Sebagai bahan informasi pembaca yang ingin mengetahui trend
perkembangan industri kerajinan wayang di Kabupaten Bantul, DIY
tahun 2005-2009
2. Bagi Pengusaha kerajinan wayang
Sebagai gambaran tentang perkembangan industri kerajinan
wayang sehingga dapat memotivasi para pengusaha khususnya pengusaha
kerajinan wayang kulit di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten
Bantul, Yogyakarta, untuk lebih mengembangkan usahanya.
3. Bagi masyarakat Indonesia
Masyarakat dapat menyadari pentingnya kebudayaan sehingga
mampu melestarikan agar tetap memberi daya saing terutama dalam
bidang budaya dan ekonomi.
4. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah
Pemerintah perlu mendukung dan melindungi UMKM, dengan
demikian UMKM pada umumnya, industri kerajinan wayang pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekonomi Kreatif 1. Industri Kreatif
Kemunculan Industri kreatif di negara berkembang khususnya bagi
Indonesia adalah jembatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Industri kreatif mampu memberikan kontribusi pada perekonomian
nasional secara signifikan. Istilah ekonomi kreatif dan industri kreatif
mulai marak diperbincangkan di Indonesia sejak tahun 2006. Kedua istilah
tersebut sebenarnya saling terkait, dimana industri kreatif merupakan
jantung dari ekonomi kreatif.
Ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan output
utamanya adalah gagasan atau ide. Gagasan merupakan esensi utama dari
kreativitas yang dapat menciptakan sebuah produk dan jasa yang memiliki
nilai ekonomi tinggi sehinga bisa mempengaruhi perekonomian agregat
suatu negara. Gagasan yang menjadi pendorong ekonomi kreatif adalah
gagasan yang orisinil dan dilindungi oleh Hak Kekayaan Intelektual
(HKI).Gagasan ini bisa berada di berbagai sektor.
Departemen Perdagangan mendefinisikan industri kretif
sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan,
dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta
individu tersebut.
Berdasarkan Departemen Perdagangan RI, terdapat 14 jenis
industri yang termasuk ke dalam kategori industri kreatif, yait sebagai
berikut:
1. Periklanan, yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa
periklanan yang meliputi proses kreasi, produksi, dan dan distribusi
dari iklan yang dihasilkan.
2. Arsitektur yaitu kegiatan kretif yang berkaitan dengan jasa desain
bangunan.
3. Pasar barang seni yaitu kegiatan kretif yang berkaitan dengan
perdagangan barang barang asli, unik, dan langka.
4. Kerajinan yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi,
produksi, dan distribusi produk kreatif yang dibuat oleh tenaga
pengrajin,mulai dari desain awal hingga produk akhir.
5. Desain yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain grafis,
desain inferior, desain grafis, desain inferior, desain produk, dsb.
6. Fashion yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain pakaian,
alas kaki, dan aksesori lainnya.
7. Film ,Video, dan Fotografi yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan
dengan produksi video, film dan jasa fotografi, termasuk penulisan
8. Musik yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan komposisi musik,
pertunjukkan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
9. Permainan Interaktif yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang
bersifat hiburan maupun uji ketangkasan.
10. Seni pertunjukkan yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
produksi pertunjukkan seperti pertunjukkan tarian dan opera.
11. Penerbitan dan percetakan yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan
dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah,
tabloid, dan konten digital, serta kegiatan kantor berita.
12. Layanan komputer dan piranti lunak yaitu kegiatan kreatif yang
berkaitan dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa
layanan komputer, pengolahan data, dsb.
13. Televisi dan Radio yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
penyiaran dan transmisi konten acara televisi.
14. Penelitian dan Pengembangan yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan
dengan usaha inovatif yang menawarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta penerapan dan pengembangannya.
Industri Kreatif memberikan kontribusi terhadap PDB Nasional
secara signifikan dengan rata-rata kontribusi sebesar 6,28% selama tahun
2002-2006 atau setara dengan 104,6 triliun rupiah. Hingga 2008, industri
kreatif berkontribusi 7,28% dari total PDB. Pada tahun 2010, hasil
7,6% atau jumlah nominalnya mencapai Rp 151 triliun.Sumber:
Departemen Perdagangan RI.
Persentase kontribusi PDB subsektor industri kreatif terhadap
sektor industri kreatif pada tahun 2010 didominasi oleh subsektor fashion
(43%), kerajinan (25%), periklanan (8%), desain&musik (6%), dan
kontribusi sub sektor lainnya masih berada dibawah 10%.
Sedangkan jumlah penyerapan tenaga kerja Indonesia
mencapai 7,7 juta pekerja dengan tingkat partisipasi 7,53%. Dan, nilai
ekspor mencapai Rp 114,9 triliun dan kontribusinya sebesar 7,52%
terhadap total nilai ekspor nasional atau pertumbuhan minimal ekspor.
2. Pengertian dan Klasifikasi Industri Kecil di Indonesia
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki
nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau
assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri
tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian, Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya. Sedangkan
pengertian industri yang dikaitkan dengan proses pengolahan dan
Perindustrian, yaitu: “Industri adalah rangkaian kegiatan dan ekonomi
yang meliputi pengolahan, pengerjaan, pengubahan, perbaikan bahan baku
atau barang setengah jadi menjadi barang yang berguna dan lebih
bermanfaat untuk pemakaian dan usaha jasa yang menunjang kegiatan
diatas”.
Jenis atau macam industri berdasarkan klasifikasi atau
penjenisannya, berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986.
a. Industri kimia dasar contohnya seperti industri semen, obat-obatan,
kertas, dan pupuk.
b. Industri mesin dan logam dasar misalnya seperti industri pesawat
terbang, kendaraan bermotor, dan tekstil.
c. Industri kecil, contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan
ringan, es, minyak goreng curah.
d. Aneka industri, misal seperti industri pakaian, industri kerajinan,
industri makanan dan minuman.
Kriteria Usaha Kecil menurut UU no 9 (pasal 5) Tahun 1995
adalah sebagai berikut :
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000 (dua ratus juta
rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp1.000.000.000
(satu milyar rupiah)
d. berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan Usaha.
Sedangkan menurut Undang Undang Tahun 2008 lebih mendetail
dalam mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan
usaha besar, dimana orang dimudahkan dalam mengklasifikasikan
usahanya.
Jika dulu pemerintah hanya melindungi usaha kecil dari persaingan
usaha yang tidak sehat, saat ini pemerintah bertanggung jawab atas segala
kegiatan yang dilakukan usaha kecil mulai dari penyelenggara,
pemberdayaan, iklim usaha, pengembangan, pembiayaan, peminjaman, dan
kemitraannya.
Perbedaan kriteria usaha kecil menurut Undang Undang Th 1995
dengan Undang Undang Th 2008 antara lain adalah perbedaan kekayaan
bersih, dalam Undang Undang Th 1995 paling banyak Rp200.000.000
(Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Undang Undang Th 2008 menyebutkan kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha. Untuk hasil penjualan yang tadinya paling banyak
Rp1.000.000.000 (Satu Miliar Rupiah) saat ini memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
Jenis atau macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
a. Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan atau
tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
b. Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja
berjumlah antara 5-19 orang.
c. Industri sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah
karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
d. Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja
berjumlah antara 100 orang atau lebih.
Berdasarkan definisi atau klasifikasi Biro Pusat Statistik (BPS),
perbedaan antara industri kecil dan industri rumah tangga adalah pada
jumlah pekerja. Industri rumah tangga adalah unit usaha (establishment)
dengan jumlah pekerja 1 hingga 4 orang, yang kebanyakan adalah
anggota-anggota keluarga (family workers) yang tidak dibayar dari pemilik
usaha atau pengusaha itu sendiri.
Kegiatan industri tanpa tenaga kerja, yang disebut self employment,
juga termasuk dalam kelompok industri rumah tangga.Sedangkan, indutri
kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja antara 5 hingga 9 orang
yang sebagian besar adalah pekerja yang dibayar (wage labourers).
Perbedaan-perbedaan lainnya antara industri kecil dan industri rumah
tangga adalah terutama pada aspek-aspek seperti sistem manajemen, pola
teknologi yang digunakan atau metode produksi yang diterapkan dan jenis
produksi yang dibuat.
3. Tujuan Pembangunan Industri Kecil
Menurut UU no 9 (pasal 4) Tahun 1995 Pemberdayaan Usaha
Kecil bertujuan:
a. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan Usaha
Kecil menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat
berkembang menjadi Usaha Menengah
b. Meningkatkan peranan Usaha Kecil dalam pembentukan produk
nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan
ekspor, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan untuk
mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta memperkokoh
struktur perekonomian nasional.
c. Memperluas kesempatan kerja, dengan adanya pembangunan industri
kecil semakin bertambah pula jumlah industri kecil maka akan
semakin banyak tenaga kerja yang terserap oleh karena itu kesempatan
kerja akan semakin betambah.
d. Dengan adanya pembangunan industri kecil maka semakin besar pula
kesempatan bagi masyarakat untuk membuka usaha sesuai dengan
keahlian mereka masing-masing.
e. Dengan adanya pembangunan industri kecil maka dapat membantu
pendapatan masyarakat menjadi meningkat yang menyebabkan PDB
turut serta meningkat dimana hal ini dapat menyebabkan dana untuk
pembangunan daerah bertambah.
f. Dengan adanya pembangunan industri kecil maka SDA maupun
SDM yang ada dapat lebih memiliki nilai guna.
Menurut UU No 20 (pasal 3) Tahun 2008 tentang UMKM
menjelaskan bahwa tujuan usaha kecil adalah menumbuhkan dan
mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian
nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
Selain itu dalam UU no 20 tahun 2008 juga dijelaskan tentang
tujuan pemberdayaan UMKM adalah sebagai berikut :
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan.
b. Mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
c. Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan
daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
B. Indikator Perkembangan Industri Kecil 1. Permodalan Pada Industri Kecil
Kegiatan usaha pada sektor informal tergolong kegiatan usaha
kecil. Peran permodalan pada sektor informal terlihat ketika dimulainya
rencana untuk merealisasikan jenis usaha yang diperdagangkan. Bentuk
permodalan terutama terletak pada modal untuk barang-barang yang
dibutuhkan termasuk peralatan bantu lainnya. Besarnya alokasi modal
yang dibutuhkan oleh pelaku usaha di sektor informal relatif bervariasi.
Untuk memperoleh modal yang dibutuhkan, biasanya
menggunakan dana pribadi atau dana yang dipinjamkan dari anggota
keluarga. Namun, ada sebagian pelaku usaha ini memperoleh modal
melalui jasa kredit informal, seperti tengkulak yang dapat memberikan
kredit tanpa melalui proses administrasi formal. Jasa kredit informal
tersebut akan mengenakan bunga pinjaman yang relatif tinggi daripada
lembaga keuangan formal.
Dalam jangka panjang, pihak pelaku usaha pada umumnya tidak
memikirkan rencana pengembangan usaha berdasarkan kebutuhan modal.
Pengembangan usaha lebih banyak dilakukan dalam bentuk menambah
variasi produk yang diperdagangkan atau menambah kuantitas yang
ditawarkan kepada pelanggan. Pengembangan tersebut biasanya dilakukan
secara spekulatif dan menyesuaikan dari tambahan omset usaha. Kendala
lain berasal dari faktor tekanan ekonomi terutama peningkatan biaya hidup
yang relatif tidak seimbang dengan peningkatan laba usaha. Upaya untuk
mencari tambahan modal sulit dilakukan karena tingkat resiko
2. Tenaga Kerja
Sektor informal juga memiliki kontribusi yang besar dalam
perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari peranan sektor informal dalam
penyerapan tenaga kerja, sehingga keberadaan sektor informal pun
merupakan wujud dari tersedianya lapangan kerja.
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
pengertian dari tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan suatu barang dan atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Berdasarkan dari
definisi tersebut berarti siapapun dan usia berapapun yang dapat bekerja
untuk menghasilkan sesuatu baik barang maupun jasa dapat disebut tenaga
kerja.
Tenaga kerja pada sektor informal adalah para pelaku yang
menciptakan kesempatan kerja bagi diri sendiri yang biasanya tidak
membutuhkan jumlah tenaga kerja yang banyak atau tidak berorientasi
untuk merekrut tenaga kerja. Biasanya para tenaga kerja pada sektor ini
tidak membutuhkan pendidikan dan ketrampilan yang khusus. Tenaga
kerja tambahan yang dibutuhkan pada sektor informal, biasanya direkrut
dari kalangan keluarga sendiri. Jika terdapat kesempatan untuk
memperluas usahanya, maka alternatif untuk merekrut tenaga kerja selain
dari kalangan keluarga biasanya tenaga kerja direkrut dari teman dekat
Kualitas SDM merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kondisi perekonomian suatu negara, sehingga peningkkatan kualitas SDM
sangat diperlukan. Strategi dalam jangka panjang yang dapat digunakan
untuk memperbaiki kualitas SDM adalah dengan peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia, sedangkan jangka pendeknya dapat dilakukan
dengan cara pelatihan ketrampilan. Pemerintah dapat meningkatkan
kualitas tenaga kerja melalui jalur formal dan informal. Melalui jalur
formal antara lain dengan menyediakan pendidikan yang berkualitas dari
jenjang SD sampai dengan jenjang Perguruan Tinggi. Sedangkan melalui
jalur informal antara lain dengan adanya kursus-kursus murah, dan
pelatihan lokakarya.
Dalam permasalahan peningkatan kualitas tenaga kerja tidak hanya
merupakan tanggung jawab pemerintah melainkan juga merupakan
tanggung jawab pihak perusahaan atau industri itu sendiri, hal ini berguna
untuk meningkatkan kemajuan dan juga untuk perkembangan perusahaan.
Meskipun tenaga kerja telah memiliki kecakapan dan juga
ketrampilan dasar yang dibutuhkan dalam bekerja namun pelatihan dan
pengembangan tetap dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana cara untuk
mengoperasikan mesin, cara untuk mengatasi masalah kerja, serta hal yang
menyangkut tekhnis. Selain itu pelatihan dan pengembangan juga dapat
3. Omset dan Laba Usaha
Omset merupakan keseluruhan penerimaan dari berbagai kegiatan
dalam sebuah usaha. Menurut ilmu ekonomi, omset adalah merupakan
nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu
periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode
seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total
kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan
kata lain, omset adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah
keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang
dikonsumsi. Secara garis besar omset adalah jumlah harta kekayaan awal
periode ditambah perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan
modal dan hutang.
Omset dalam arti luas menitikberatkan kepada keseluruhan
kegiatan perusahaan yang menghasilkan kenaikan aktiva atau
berkurangnya hutang dan dapat merubah modal pemiliknya. Pemfokusan
kegiatan perusahaan terhadap kegiatan utama yang berakibat kepada
kenaikan aktiva atau pengurangan hutang dan yang dapat merubah modal
tersebut merupakan arti sempit dari omset.
Omset umumnya digolongkan atas omset yang berasal dari
kegiatan normal perusahaan dan omset yang bukan berasal dari kegiatan
normal perusahaan. Omset dari kegiatan normal perusahaan biasanya
diperoleh dari hasil penjualan barang ataupun jasa yang berhubungan
kegiatan normal perusahaan adalah hasil di luar kegiatan utama
perusahaan yang sering disebut hasil nonoperasi.
Omset diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan dalam
memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk mempertahankan diri dan
pertumbuhan. Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan omset
secara keseluruhan menimbulkan pengaruh positif (omset) dan keuntungan
juga pengaruh negatif (beban / kerugian). Selisih dari keduanya akhirnya
menjadi laba atau rugi.
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas
biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering
digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden,
pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi
(Harnanto, 2003: 444).
Dalam teori ekonomi dikenal adanya istilah laba, pengertian laba di
dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi.
Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu
kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba
adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi
pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada
periode tertentu (Harahap, 1997).
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai
prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti
adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur
pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang
berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan
laba bersih. Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan
prestasi perusahaan tetapi juga penting sebagai informasi bagi pembagian
laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi
informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha,
analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya
(Harahap, 2001: 259).
C. Industri Kreatif Berbasis Budaya
1. Kondisi Umum UMKM Kerajinan Tradisional di Indonesia
Sebagian besar industri kerajinan di Indonesia merupakan industri
kerajinan tradisional. Industri kerajinan tradisional ini persentasenya jauh
lebih besar daripada industri kerajinan modern, disebut tradisional karena
bidang yang digeluti UMKM sudah menjadi tradisi keluarga secara turun
temurun oleh beberapa generasi, cara kerja usaha cenderung menganut
pola manajemen kekeluargaan dimana pekerja adalah anggota kelurga,
sebagian besar UMKM masih menggunakan peralatan yang tradisional
walaupun sebagian sudah menggunakan peralatan yang modern. Industri
kerajinan tradisional populasinya lebih banyak tersebar di daerah
pedesaan di mana lebih banyak mengandalkan keterampilan tangan
pentingnya dalam penyerapan tenaga kerja, utamanya pada saat krisis
ekonomi.
UMKM mempunyai peranan besar dalam perekonomian, bahkan
menjadi penyumbang terbesar kedua PDB industri kreatif, namun
perlahan kerajinan tradisional banyak mengalami hambatan dan
tantangan. Sebagai contoh, Hasil produksi kerajinan miniatur perahu
tradisional di Mojokerto Jawa Timur merosot tajam karena terdesak oleh
maraknya produk impor dari China. Penurunan tersebut rata-rata sudah
mencapai lebih dari 30% dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kondisi
yang sama juga terjadi pada pasar ekspor. Para perajin kuwalahan
dengan maraknya kerajinan miniatur perahu dari China, pasalnya dari
segi harga tidak memungkinkan perajin Mojokerto bisa bersaing dengan
produk bersangkutan. Selain dipasarkan di dalam negeri, produk miniatur
perahu Mojokerto diekspor ke Korea, Australia dan Jepang. Bahkan
sejumlah perajin juga sudah mulai menjajaki pasar Belanda, namun
dengan banyaknya produk China yang juga masuk ke negara tersebut
membuat produksi perajin Mojokerto tidak dapat bersaing. Kondisi itu
diperparah dengan cuaca buruk yang mengakibatkan terhambatnya
2. Hambatan dan Tantangan UMKM Kerajinan Tradisional a. Faktor Internal
1) Sumber Daya Manusia
Pada dasarnya UMKM memiliki hambatan yang bersifat
klasik, yakni hambatan yang berkaitan dengan rendahnya kualitas
sumberdaya manusia (SDM), lemahnya manajemen usaha,
rendahnya akses terhadap sumber pembiayaan dan pasar, serta
rendahnya informasi dan teknologi yang dimilikinya (Ensiklopedia
Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, 1997).
Kemampuan perajin tradisional sangat variatif, ada kelompok
perajin yang mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi, halus,
rapi dan bersih. Namun ada juga perajin yang menghasilkan produk
yang kurang berkualitas, desain produk sudah bagus namun teknik
pengerjaannya yang kurang maksimal menyebabkan kurang
memiliki harga jual tinggi padahal dari konsumen biasanya
menginginkan produk yang dibelinya adalah produk yang
berkualitas. Banyak perajin yang memproduksi dengan kualitas yang
rendah dan hanya mengutamakan kuantitas untuk memenuhi target
penjualan, sehingga kualitas produk kurang dapat bersaing di
pasaran.
2) Modal, Bahan Baku, dan Peralatan
Pada umumnya pengusaha industri kecil berasal dari
Banyak diantara mereka yang memilih menjadi wirausahawan kecil
karena sulit mencari pekerjaan di sektor formal dan karena memiliki
sedikit ketrampilan yang diwarisi dari orang tuanya. Keterbatasan
dana membuat usaha mereka sulit berkembang dan tidak mampu
melayani permintaan pasar. Bahkan tidak sedikit pengusaha yang
modalnya habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keterbatasan kemampuan teknis.
Keterbatasan kemampuan teknis yang meliputi pengadaan
bahan baku dan peralatan standar, desain dan mutu produk.
Kurangnya pengetahuan tentang bahan baku yang diperlukan,
teknologi mutakhir serta pengembangan mode di pasar menyebabkan
penampilan produk-produk industri kecil umumnya kurang menarik,
kurang rapi dan kualitasnya tidak standar, sehingga kurang mampu
bersaing dengan produk pabrik besar yang dihasilkan dengan
peralatan otomatis dan bahan baku standar.
Banyak UMKM masih mengalami kesulitan dalam
memperoleh bahan baku yang memiliki kualitas yang bagus dan
variatif, banyak perajin yang harus mencari bahan baku sendiri
sampai daerah lain, hal ini menyebabkan tersita banyak waktu dan
tenaga.
3) Pemasaran
Dalam era perdagangan bebas menuntut setiap pelaku bisnis
saingnya.Akses terhadap pasar merupakan kunci keberhasilan namun
justru hal inilah yang merupakan titik lemah yang dimiliki UMKM
pada umumnya.
Pelaku bisnis dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang
sesuai dengan selera konsumen atau permintaan pasar, yang
memiliki kecenderungan cepat berubah, sehingga peredaran suatu
produk di pasar memiliki siklus yang relatif pendek. Hal ini akan
lebih memicu kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan daya saing
produk. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMKM
mengalami hambatan dalam menghasilkan produk dan kreativitas
untuk menghasilkan inovasi produk sesuai dengan selera konsumen.
Peran ekspor UMKM relatif masih kecil, yang disebabkan
UMKM menghadapi berbagai hambatan.Oleh karena itu, produk
UMKM dalam kegiatan ekspor lebih banyak dilaksanakan oleh
pengusaha-pengusaha besar atau eksportir yang mampu mengatasi
hambatan-hambatan tersebut.
Keterbatasan Kemampuan Memasarkan. Keterbatasan
kemampuan memasarkan menyebabkan banyak produk industri kecil
yang meskipun mutunya tinggi tetapi tidak dikenal dan tidak mampu
menerobos pasar. Akibat lain yang banyak diderita pengusaha kecil
adalah dipermainkan para pedagang yang menguasai mata rantai
pembayaran tertunda (Ensiklopedia Ekonomi, Bisnis dan
Manajemen, 1997).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang menghambat perkembangan UMKM
tradisional antara lain adalah tingginya tingkat persaingan dengan
komoditi sejenis baik dari wilayah lain maupun dari negara lain, biaya
produksi yang semakin meningkat yang diakibatkan adanya kenaikan
bahan bakar dan juga biaya listrik, selain itu faktor alam seperti bencana
alam sangat mempengaruhi kegiatan produksi UMKM.
D. Kerajinan Wayang Kulit 1. Sejarah Wayang Kulit
Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia
yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya
wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra,
seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang
terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media
penerangan, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan.
Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang
merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan
wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa.
merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan
Mahabarata.
Ada dua pendapat mengenai asal-usul wayang. Pertama, pendapat
bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di
Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para
peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian
sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk
kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.Dengan
alasan yang kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih sangat erat
kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia,
khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan,
yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan
Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis
pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa, dan bukan bahasa lain.
Pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa
bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah
Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar
kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah
menjajah India. Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pewayangan
seolah sudah sepakat bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa,
dan sama sekali tidak diimpor dari negara lain. Budaya wayang
diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zaman
yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga
Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana
Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah
Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana
karangan pujangga India, Walmiki (budayawayangkulit.blogspot.com).
Kata wayang diduga berasal dari kata wewayangan, yang artinya
bayangan. Pergelaran wayang kulit menggunakan kelir, secarik kain,
sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton
di balik kelir itu. Penonton dapat menyaksikan gerakan-gerakan
tokoh-tokoh dalam wayang keseluruhannya berjumlah ratusan. wayang yang
sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di dekat
sang dalang. Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai
bayangan di layar putih yang ada di depan sang dalang. Bayangan itu bisa
tercipta karena setiap pertunjukan wayang memakai lampu minyak
sebagai pencahayaan yang membantu pemantulan orang-orangan yang
sedang dimainkan.
Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman
Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk
pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itulah cerita-cerita
Panji, yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai
diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji
ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber.
Islam, di antaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mulai mewayangkan
kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan. Masuknya
agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar
pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang
itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai
digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada
pergelaran Wayang Kulit. Sejak zaman Kartasura, penggubahan cerita
wayang yang berinduk pada Ramayana dan mahabarata makin jauh dari
aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal
silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi
Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau
Jawa, dan selanjutnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang
pakem.yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar
garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang
sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem. Memang, karena begitu
kuatnya seni wayang berakar dalam budaya bangsa Indonesia, sehingga
terjadilah beberapa kerancuan antara cerita wayang, legenda, dan sejarah.
Jika orang India beranggapan bahwa kisah Mahabarata serta Ramayana
benar-benar terjadi di negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah
pewayangan benar-benar pernah terjadi di pulau Jawa
(budayawayangkulit.blogspot.com)
Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh selama semalam suntuk,
merupakan orang-orangan berbahan kulit kerbau dengan dihias motif
hasil kerajinan tatah sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter
suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi.
Untuk menghidupkan suasana, dalang dibantu oleh musisi yang
memainkan gamelan dan para sinden yang menyanyikan lagu-lagu Jawa.
Setiap pagelaran wayang menghadirkan kisah atau lakon yang berbeda.
Ragam lakon terbagi menjadi 4 kategori yaitu lakon pakem, lakon
carangan, lakon gubahan dan lakon karangan. Lakon pakem memiliki
cerita yang seluruhnya bersumber pada perpustakaan wayang sedangkan
pada lakon carangan hanya garis besarnya saja yang bersumber pada
perpustakaan wayang. Lakon gubahan tidak bersumber pada cerita
pewayangan tetapi memakai tempat-tempat yang sesuai pada
perpustakaan wayang, sedangkan lakon karangan bersifat lepas. Cerita
wayang bersumber pada beberapa kitab tua misalnya Ramayana,
Mahabharata, Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda. Kini, juga terdapat
buku-buku yang memuat lakon gubahan dan karangan yang selama
ratusan tahun telah disukai masyarakat antara lain Abimanyu kerem,
Doraweca, Suryatmaja Maling dan sebagainya. Diantara semua kitab tua
yang dipakai, Kitab Purwakanda adalah yang paling sering digunakan
oleh dalang-dalang dari Kraton Yogyakarta. Pagelaran wayang kulit
dimulai ketika sang dalang telah mengeluarkan gunungan. Sebuah
pagelaran wayang semalam suntuk gaya Yogyakarta dibagi dalam 3
pertama, disebut pathet lasem, memiliki 3 jejeran dan 2 adegan perang
yang diiringi gending-gending pathet lasem. Pathet Sanga yang menjadi
babak kedua memiliki 2 jejeran dan 2 adegan perang, sementara Pathet
Manura yang menjadi babak ketiga mempunyai 2 jejeran dan 3 adegan
perang. Salah satu bagian yang paling dinanti banyak orang pada setiap
pagelaran wayang adalah gara-gara yang menyajikan guyonan-guyonan
khas Jawa (Sunarto. 2004. Wayang Kulit Gaya Yogyakata, Bentuk dan
Ceritanya. Sumber diambil dari: http//www.javawayang.com)
2. Perkembangan Industri Kerajinan Wayang Kulit di Daerah Istimewa Yogyakarta
Dalam perkembangannya industri kerajinan wayang kulit yang
berada di Yogyakarta mengalami fluktuasi kuantitas yang diakibatkan oleh
berbagai faktor yang mempengaruhinya. sebagai contoh adalah di Dusun
Gendeng, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul, perajin wayang
kulit yang tersisa sekitar 50 orang perajin. Puluhan perajin wayang lain
kini telah beralih profesi. Antara lain ada yang membuat gerabah di
Kasongan, berdagang, atau mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan.
Dahulu, mereka mengandalkan hidupnya dari membuat kerajinan wayang
kulit. Pada tahun 1990-an, ada 110 perajin yang aktif membuat wayang
dan puluhan anak muda yang belajar menatah di dusun yang berjarak
sekitar 15 kilometer dari Kota Yogyakarta itu. Jumlah perajin semakin
menyusut. Itu pun sebagian hanya sesekali membuat wayang ketika ada
Pucung, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Bantul. Kerajinan wayang
yang menjadi tradisi turun-temurun di dusun itu semakin kehilangan
peminat. Dari sekitar 250 perajin yang aktif puluhan tahun lalu, kini
semakin berkurang. Pada pertengahan tahun 1990-an. Saat itu banyak turis
mancanegara berkunjung dan memborong wayang kulit. sekitar 75 persen
pasar kerajinan itu adalah para turis asing, 25 persennya para kolektor
lokal. Namun seiring dengan meledaknya bom di Bali I,bom Bali II dan di
Hotel JW Marriott Jakarta tahun 2003. Sejak itu, turis-turis enggan
berkunjung lagi ke dusun-dusun tersebut, dan kerajinan wayang hanya
mengandalkan 25 persen pasar lokal. Selain itu karena adanya bencana
alam yang telah melanda Yogyakarta pada tahun 2006 sedikit banyak
berpengaruh terhadap produksi kerajinan wayang kulit di Yogyakarta.
(bantulbiz.com)
Generasi muda sekarang ini sudah tidak tertarik untuk belajar
menatah dan menyungging wayang dengan alasan karena terlalu rumit,
butuh ketelatenan, dan proses belajarnya memakan waktu bertahun-tahun.
Sebenarnya terdapat beberapa museum wayang di Daerah Istimewa
Yogyakarta, seperti Museum Wayang di Banguntapan, Museum
Sonobudoyo di Kota Yogyakarta, dan Museum Wayang Kekayon di
Gunung Kidul. Namun, museum-museum itu tidak diminati generasi
muda, hanya memajang berbagai bentuk wayang, dan tidak mengajarkan
Situasi itu sungguh memprihatinkan. Ketika UNESCO menetapkan
wayang Indonesia sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam
bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga
(Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Tanggal 7
November 2003, justru generasi muda indonesia meninggalkannya.
Sedangkan pemerintah sendiri belum memiliki program yang jelas dan
berkesinambungan untuk melestarikannya. Tradisi membuat wayang
Kedu, wayang Jawa Timur, dan wayang Cirebon telah punah. Jika tidak
diantisipasi, tradisi wayang Yogyakarta bisa dipastikan juga akan hilang
(Sunarto, Wayang Kulit Gaya Yogyakata, Bentuk dan Ceritanya. Sumber
diambil dari: http//www.javawayang.com)
E.
Analisis TrendMerupakan suatu metode analisis statistika yang ditujukan untuk
melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk
melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai
macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu
yang relatif cukup panjang, sehingga hasil analisis tersebut dapat mengetahui
sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang
memengaruhi terhadap perubahan tersebut.
Secara teoristis, dalam analisis runtun waktu (time series) hal yang
paling menentukan adalah kualitas dan keakuratan dari data-data yang
data yang dikumpulkan tersebut semakin banyak maka semakin baik pula
estimasi atau peramalan yang diperoleh. Sebaliknya, jika data yang
dikumpulkan semakin sedikit maka hasil estimasi atau peramalannya akan
semakin jelek (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Metode yang dapat digunakan untuk analisis time series ini adalah
• Metode Garis Linier Secara Bebas (Free Hand Method),
• Metode Setengah Rata-Rata (Semi Average Method),
• Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method) dan
• Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method).
Secara khusus, analisis time series dengan metode kuadrat
terkecil dapat dibagi dalam dua kasus, yaitu kasus data genap dan kasus data
ganjil. Persamaan garis linear dari analisis time series akan mengikuti:
Y = a + b X.
Keterangan : Y adalah variabel dependen (tak-bebas) yang dicari trend
nya dan X adalah variabel independen (bebas) dengan menggunakan waktu
(biasanya dalam tahun).
Sedangkan untuk mencari nilai konstanta (a) dan parameter (b) dapat
dipakai persamaan:
a = ΣY / N dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah
jenis penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan atau memberikan
gambaran terhadap objek atau subjek yang diteliti melalui data sampel
atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku umum (Sugiono, 2007 : 21).
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, dan kualitatif, artinya semua informasi data diwujudkan
dengan angka dan analisisnya menggunakan analisis statistik. Sedangkan
data kualitatif dikumpulkan untuk memberikan informasi lainnya.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan
Juli 2011 Penelitian ini dilakukan di sentra kerajinan wayang kulit di Desa
Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Dengan
alasan bahwa Desa Wukirsari merupakan salah satu sentra terbesar
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah tempat variabel penelitian melekat,
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah industri kerajinan
wayang di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,
Yogyakarta.
2. Objek penelitian
Objek dari penelitian ini adalah jumlah industri, jumlah tenaga
kerja, jumlah laba usaha, jumlah omset usaha wayang kulit di Desa
Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul tahun 2005-2009.
D. Definisi Operasional dan Sumber Data
1. Definisi Operasional
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, Data
yang dicari adalah jumlah pengusaha, yaitu jumlah pemilik usaha
kerajinan wayang kulit di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri,
Kabupaten Bantul antara tahun 2005-2009, dalam satuan orang.
Jumlah tenaga kerja yaitu jumlah seluruh tenaga kerja yang bekerja
pada industri kerajinan wayang kulit di Desa Wukirsari, Kecamatan
Imogiri, Kabupaten Bantul antara tahun 2005-2009, dalam satuan
orang. Jumlah omset adalah jumlah penerimaan total yang dihasilkan
oleh proses produksi setiap tahunnya pada industri kerajinan wayang
tahun 2005-2009, dalam satuan rupiah. Jumlah pendapatan, adalah
selisih antara penerimaan total dan biaya produksi untuk tenaga kerja,
bahan baku, dan penyusutan industri kerajinan wayang di Desa
Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta tahun
2005-2009, dalam satuan rupiah.
Variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini
adalah jumlah pengusaha, jumlah tenaga kerja, jumlah omset, dan
jumlah laba usaha industri kerajinan wayang di Desa Wukirsari,
Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta tahun 2005-2009.
Sedangkan variabel terikat (Dependent variable) dalam penelitian ini
adalah jumlah unit tahun.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh antara lain dengan melakukan
wawancara secara langsung dengan para pengusaha wayang kulit.
Sedangkan data sekunder, yaitu data yang telah diolah menjadi suatu
informasi, sehingga diperoleh data yang diperlukan, antara lain adalah
jumlah omset penjualan, dan jumlah laba usaha perbulan.
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sentra industri kerajinan
Yogyakarta. Jumlah populasi dalam penelitian adalah 25 industri
Wayang Kulit yang mendirikan usahanya sebelum tahun 2005.
2. Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah para
pengusaha kerajinan wayang kulit yang berada di Desa Wukirsari,
Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta,
yang mendirikan usahanya sebelum tahun 2005.
3. Teknik Pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel
jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Karena dalam penelitian ini semua
pengrajin wayang kulit di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri,
Kabupaten Bantul dijadikan sebagai sampel, sampel dalam penelitian
ini berjumlah sekitar 25 pengusaha.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan dan pengumpulan data penulis menggunakan
beberapa metode berikut:
1. Observasi
Observasi yaitu peneliti melakukan pengamatan secara
langsung pada industri wayang kulit di Desa Wukirsari, Kecamatan
mengenai keadaan fisik yang sesungguhnya, antara lain adalah untuk
mengetahui jumlah industri, dan jumlah karyawan pada sentra
kerajinan wayang kulit di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri,
Kabupaten Bantul, Yogyakarta, antara tahun 2005 sampai dengan
tahun 2009.
2. Metode Wawancara
Metode Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya
jawab secara langsung dengan pemilik usaha kerajinan wayang kulit
di sentra kerajinan wayang kulit mengenai berbagai hal yang
berhubungan dengan yang akan diteliti. Sehingga diperoleh data dan
informasi mengenai jumlah industri, jumlah karyawan dari awal
berdiri sampai sekarang, jumlah omset setiap bulan, jumlah laba setiap
bulan, Melalui metode ini penulis memperoleh data dan informasi
mengenai trend perkembangan industri kerajinan wayang di Desa
Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
G. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan berupa data berkala (time series data),
yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk memberikan
gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan dari waktu ke waktu,
dalam penelitian ini yaitu perkembangn kerajinan wayang di Yogyakarta,
kerja, jumlah omset, dan jumlah laba usaha yang akan dilihat selama 5
tahun, yaitu antara tahun 2005-2009.
Data yang diperoleh akan memunculkan garis trend yang
menunjukkan kecenderungan arah perkembangan secara umum. Metode
yang digunakan dalam perhitungan trend adalah dengan menggunakan
metode least square. Metode least square menghendaki agar jumlah
kuadrat dari semua titik-titik vertikal (residu antara titik-titik koordinat dan
garis trend menjadi seminimal mungkin.
∑ di2 = ∑ (yi - yi') 2 = minimum
dimana di = deviasi (beda) = residu
Dalam penggambaran garis trend linear perumusan di atas menjadi
∑ (yi – a – bxi)2 = minimum
Bila jumlah observasi ganjil atau 2k + 1, maka rata-rata hitung xi adalah
observasi yang tertengah atau yang ke- k+1
Perumusannya adalah :
∑yi = na + ∑ui atau a = yi/n
dan ∑ yiui = a∑ui + b∑ui2
sehingga ∑ yiui = b∑ui2
bentuk tabel perhitungan sebagai berikut:
Skala periode asal dan skala periode arbiter
x u
Bila konstanta a dan b disubtitusikan ke dalam persamaan, maka
diperoleh persamaan tren yang memenuhi persyaratan least square sebagai
y' = a + bu
y : nilai variabel yang diobservasi, periode tertentu
a : nilai trend dari periode dasar
b : nilai kemiringan yaitu nilai Y’ pada saat X bertambah satu satuan