• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trend perkembangan industri kerajinan wayang kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Trend perkembangan industri kerajinan wayang kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 - USD Repository"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Trend

Perkembangan Industri Kerajinan Wayang Kulit

di Kabupaten Bantul DIY Tahun 2005-2009

Skripsi

Disusun Oleh: Henricus Satriadi Gunawan

06 1324 013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Januari 2012

Penulis

(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Henricus Satriadi Gunawan

Nomor Mahasiswa : 061324013

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: TREND

PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN WAYANG KULIT DI KABUPATEN BANTUL DIY TAHUN 2005-2009

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalikan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal 9 Januari 2012 Yang menyatakan

(6)

ABSTRAK

TREND PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN WAYANG KULIT DI KABUPATEN BANTUL DIY TAHUN 2005-2009

Henricus Satriadi Gunawan 061324013

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend perkembangan jumlah

pengusaha, jumlah tenaga kerja, omset, dan laba industri kerajinan wayang kulit di

Kabupaten Bantul, DIY.

Penelitian ini menganalisis perkembangan Industri kerajinan wayang kulit di kabupaten Bantul DIY Tahun 2005-2009. Populasi dalam penelitian ini

sebanyak 25 perajin pada industri wayang kulit. Teknik sampling menggunakan

sampel jenuh. Data dianalisis dengan menggunakan analisis trend metode least

square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Trend perkembangan jumlah

pengusaha dari tahun ke tahun mengalami peningkatan; (2) Trend perkembangan

jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan dari tahun ke tahun; (3) Trend

perkembangan jumlah omset mengalami peningkatan; (4) Trend perkembangan

(7)

ABSTRACT

TREND OF INDUSTRIAL DEVELOPMENT OF LEATHER SHADOW PUPPETCRAFTS IN BANTUL DISTRICT YOGYAKARTA SPECIAL

PROVINCE IN 2005-2009

Henricus Satriadi Gunawan 061324013

Sanata Dharma University Yogyakarta 2012

The purpose of this research is to understand the trend of the development number of entrepreneurs, labors, turnover, and the profit of leather puppet craft industry in Bantul, Yogyakarta Special Province.

This research analyzes development of puppet craft industry in Bantul, Yogyakarta Special Province in 2005-2009. The population in this research are 25

craftsmen in puppet industry. The method of taking samples is satisfed sampling

.

The data is analyzed by using least square method analysis.

The result of this research shows that: (1) the development trend of number entrepreneurs is increasing year by year; (2) development trend of labor

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan

syukur

penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan

Maha Kasih atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.Skripsi ini berjudul “

Trend Perkembangan Industri

Kerajinan Wayang Kulit Di Kabupaten Bantul Diy Tahun 2005-2009

”.

Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi.

Penulisan Skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohadi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd.,M.Sc. selaku dosen pembimbing yang dengan

penuh pengertian dan ketulusan hati memberikan bimbingan, kritik, saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu staff sekretariat Pendidikan Ekonomi, Mbak Titin atas bantuan

dalam mengurusi kepentingan penulis.

6. Bapak Joko Wicoyo selaku dosen pembimbing yang telah memberi masukan

dan saran dalam penbuatan abstract.

7. Bupati Bantul cq Ka, BAPPEDA, Ka Dinas Perindagkop – UKM Prov. DIY,

Ka Desa Wukirsari Kec.Imogiri, Kab. Bantul DIY atas ijin kegiatan survey, penelitian, dan studi lapangan yang telah diberikan kepada penulis.

(9)

9. Pemilik dan perajin industri kerajinan wayang kulit: Sutri Craft, Sanggar Bimo, Maju Karya, Supermurah, PM Handicraft, Karya Kulit, Semar, CM Handicraft, Karya Margoyono, Adi Mulia Handicraft, Surono, Lestari, Agung Karya Sentosa, Sabar, Maju Rahayu, Bejo Bejan, Agung Mataram, atas kerjasama dan informasi yang kalian berikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kedua orang tuaku tercinta, Romanus Mulyanto dan Dwiyati Budi Retnani,

atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan dan motivasi yang diberikan dengan tulus selama ini.

11.Pak Susilo, Bu Emy, Pak Marno dan Bu Nanik atas perhatian dan motivasi

yang kalian berikan.

12.Magdalena Kusumawardani untuk doa, dukungan, perhatian, kasih sayang

dan cinta yang tulus selama ini.

13.Kakakku Raras Christian Martha, Adekku Monica Sindhy, Rida, dan Adi

Pamungkas.

14.Sahabatku yang “special edition n limited edition” Dab Ditya Surya

Kurniawan dan Dab Kus Ari Agung Prastowo, terima kasih kawan, untuk semua pengalaman baik suka maupun duka selama kuliah.

15.Rekan-rekan angkatan 2006 Program Studi Pendidikan Ekonomi Herry, Andi,

Jalu, Citra, Monik, Hana, atas bantuan, dukungan dan semangat yang telah kalian berikan, terimakasih untuk semua kenangan canda dan tawa selama kuliah di kampus tercinta.

16.Sahabat-sahabatku Kost Pugeran: Mas Agus Sentot, Mas Danank, Mas Rico,

Nana, Vicky, dan Roy Totti. terimakasih untuk semua dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan untukku.

17.Kawan-kawan dan sahabatku Kost Grinjink: Ary, Herry, Andy, Jiponk,

Endar, Wiyan, Wisnu, Petrus., terimakasih untuk semua kegiatan dan kebersamaan selama kita berada dikos yang merupakan pengalaman yang sangat berharga.

18.Brothers IMP_X Jogja, Kang Wawan, Kang Ari Susanto, Kang Whisnu,

(10)

19.Semua pihak yang tidak bisa sebutkan satu persatu atas dukungan yang telah diberikan untuk penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Dan semoga sekripsi ini bermanfaat sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 9 Januari 2012 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

B. Indikator Perkembangan Industri Kecil ... 16

(12)

D. Kerajinan Wayang Kulit ... 27

E. Analisis Trend ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 37

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D. Definisi Operasional dan Sumber Data ... 37

E. Populasi, Sampel, dan Tehnik Pengambilan Sampel ... 38

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 43

A. Gambaran Umum Desa Wukirsari ... 43

B. Sejarah Berkembangnya Industri Kerajinan Wayang Kulit di Desa Wukirsari ... 51

C. Deskripsi Responden ... 52

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Analisis Data ... 54

B. Pembahasan ... 72

BAB VI PENUTUP ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

(13)

DAFTAR TABEL

A. Tabel IV.1 Data Kependudukan Desa Wukirsari Tahun 2010 ... 45 B. Tabel IV.2 Data Kependudukan Desa Wukirsari berdasarkan

Agama Tahun 2010 ... 46

C. Tabel IV.3 Jumlah Penduduk Desa Wukirsari Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... 48

D. Tabel IV. 4 Sarana Perekonomian di Desa Wukirsari... 48 E. Tabel IV.5 Data Kependudukan Desa Wukirsari menurut Usia

Tahun 2010 ... 49 F. Tabel IV.6 Jenis Pekerjaan Penduduk Desa Wukirsari Tahun 2010 ... 50 G. Tabel IV.6 Data Perajin Wayang Kulit di Desa Wukirsari ... 52 H. Tabel V.1Trend Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Wayang

Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (unit) tanpa y1 ... 55

I. Tabel V.2Trend Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Wayang

Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (unit) dengan y1 ... 57

J. Tabel V.3Trend Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja industri Kerajinan

Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (orang) tanpa y1 ... 59

K. Tabel V.4Trend Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Kerajinan Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (orang) dengan y1 ... 61

L. Tabel V.5Trend Perkembangan Jumlah Omset Industri Kerajinan Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) tanpa y1 ... 64

(14)

Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) dengan y1 ... 66

N. Tabel V.7Trend Perkembangan Jumlah Laba Usaha Industri Kerajinan

Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 tanpa y1 ... 68

O. Tabel V.8Trend Perkembangan Jumlah Laba Usaha Kerajinan Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) dengan y1 ... 70

P. Tabel V.9 Trend Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Wayang

Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (unit) dengan y1 ... 72

Q. Tabel V.10 Trend Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Kerajinan Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (orang) dengan y1 ... 75 R. Tabel V.11 Trend Perkembangan Jumlah Omset Kerajinan Wayang

Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) dengan y1 ... 77

S. Tabel V.12 Trend Perkembangan Jumlah Laba Usaha Kerajinan Wayang

(15)

DAFTAR GRAFIK

A. Grafik V.1 Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Wayang

Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2012 (Unit) ... 58

B. Grafik V.2 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kerajinan

Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2012 (Orang) ... 62

C. Grafik V.3 Perkembangan Jumlah Omset Kerajinan Wayang

Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2012 (Rupiah) ... 67

D. Grafik V.4 Perkembangan Jumlah Laba Usaha Kerajinan Wayang

Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) ... 71 E. Grafik V.5 Perkembangan Jumlah Pengusaha Kerajinan Wayang

Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Unit) ... 72 F. Grafik V.6 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kerajinan

Wayang Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Orang) ... 75

G. Grafik V.7 Perkembangan Jumlah Omset Kerajinan Wayang Kulit

di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) ... 78

H. Grafik V.8 Perkembangan Jumlah Laba Usaha Kerajinan Wayang

Kulit di Kabupaten Bantul DIY tahun 2005-2009 (Rupiah) ... 81

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah industri kreatif mulai marak pada tahun 2006, utamanya sejak

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut pentingnya pengembangan

ekonomi kreatif bagi masa depan ekonomi Indonesia. Ajakan Presiden agar

kita mulai memperhatikan ekonomi kreatif yang memadukan ide, seni dan

teknologi memang cukup beralasan, mengingat ekonomi kreatif merupakan

tuntutan perkembangan dunia.

Di beberapa negara, ekonomi kreatif memainkan peran signifikan. Di

Inggris, yang pelopor pengembangan ekonomi kreatif, industri itu tumbuh

rata-rata 9% per tahun, dan jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi negara

itu yang 2%-3%. Sumbangannya terhadap pendapatan nasional mencapai

8,2% atau US$ 12,6 miliar dan merupakan sumber kedua terbesar setelah

sektor finansial. Ini melampaui pendapatan dari industri manufaktur serta

migas. Di Korea Selatan, industri kreatif sejak 2005 menyumbang lebih besar

daripada manufaktur. Di Singapura ekonomi kreatif menyumbang 5%

terhadap PDB atau US$ 5,2 miliar. Di Indonesia, industri kreatif cukup

berperan dalam pembangunan ekonomi nasional. Menurut data Departemen

Perdagangan, industri kreatif pada 2008 menyumbang Rp 104,4 triliun, jumlah

ini melebihi sumbangan sektor listrik, gas dan air bersih. Tiga subsektor yang

(17)

(23%) dan periklanan (18%). Selain itu, sektor ini mampu menyerap 4,5 juta

tenaga kerja dengan tingkat pertumbuhan sebesar 17,6% pada 2006, jauh

melebihi tingkat pertumbuhan tenaga kerja nasional yang hanya sebesar

0,54% (Warta Ekonomi, No.12/Tahun XX/9 Juni 2008)

Industri kreatif mencakup berbagai bidang atau sektor antara lain, yang

pertama adalah periklanan, yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi

dan produksi iklan, yang kedua yaitu arsitektur, yaitu kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan cetak biru bangunan dan informasi produksi, yang ketiga,

Pasar seni dan barang antik yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

kreasi dan perdagangan, pekerjaan, produk antik dan hiasan melalui lelang,

galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, yang keempat yaitu kerajinan, yaitu

kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan distribusi produk kerajinan,

yang kelima adalah sektor desain, yaitu kegiatan kreatif yang terkait dengan

kreasi desain grafis, interior, produk, industri, pengemasan, dan konsultasi

identitas perusahaan, keenan adalah sektor desain fashion, yaitu kegiatan

kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain

aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultan

silini produk fashion, serta distribusi produk fashion, ketujuh adalah sektor

video, film dan fotografi, yaitu kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi

produksi Video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video, film,

kedelapan adalah sektor permainan interaktif, yaitu kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan

(18)

sektor musik yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi,

distribusi, dan ritel rekaman suara, hak cipta rekaman, promosi musik, penulis

lirik, pencipta lagu atau musik, pertunjukan musik, penyanyi, dan komposisi

musik, sektor seni pertunjukan yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten, produksi pertunjukan,

kesebelas adalah sektor penerbitan dan percetakan yaitu kegiatan kreatif yang

terkait dengan dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran,

majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita, sektor layanan

komputer dan piranti lunak yaitu kegiatan kreatif yang terkait dengan

pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer,

pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem,

desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras,

serta desain portal, televisi dan radio yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan

dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan transmisi

televisi dan radio, sektor riset dan pengembangan yaitu kegiatan kreatif yang

terkati dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi

dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan

kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan

teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar

Pemerintah menetapkan beberapa kelompok industri prioritas, secara

khusus Presiden mengajak mengembangkan produk ekonomi yang berbasis

seni budaya dan kerajinan, berbasis pada warisan, benda-benda sejarah dan

(19)

kepada negara dalam era ekonomi kreatif. Pada tahun 2008 industri kreatif

menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kedua setelah

kelompok industri fashion adalah bidang industri kerajinan. Kelompok

industri kerajinan menyumbang sebesar 29 triliun rupiah (27,72%) dari total

PDB (Warta Ekonomi, No.12/Tahun XX/9 Juni 2008)

Namun di sisi lain, beberapa bidang industri kreatif mengalami

tantangan serta hambatan yang tentunya akan memberikan dampak bagi

keberadaan industri kreatif itu sendiri dalam menjaga eksistensi dan

keberadaannya. Bencana gempa bumi tahun 2006 Daerah Istimewa

Yogyakarta membawa dampak buruk bagi perekonomian DIY. World Bank

dalam laporannya memperkirakan kerugian yang terjadi akibat gempa di DIY

mencapai Rp 29 triliun, dan kerugian serta kerusakan yang utama dialami

oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang selama ini menjadi

tulang punggung perekonomian DIY.

Berdasarkan data BPS Yogyakarta tahun 2006 tercatat 97,93% pelaku

usaha di DIY adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) termasuk

di dalamnya merupakan bidang industri kerajinan. Bencana gempa bumi ini

membawa dampak sangat signifikan terhadap perekonomian Yogyakarta.

Sehingga besarnya nilai kerusakan yang dialami oleh sektor industri memaksa

sejumlah besar unit usaha terpaksa berkurang kapasitas produksinya dan

bahkan ada yang harus berhenti berproduksi karena mengalami kerusakan alat

produksi. Hal ini membawa konsekuensi terhadap pengurangan jumlah tenaga

(20)

Merujuk dari berbagai permasalahan di atas, peneliti akan melihat

perkembangan industri kreatif berbasis seni dan budaya, yaitu industri

kerajinan wayang kulit yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya oral

serta non bendawi manusia (World Master Piece of Oral and Intangible

Heritage of Humanity) UNESCO, pada 7 November 2003. Namun dalam

perkembangannya industri kerajinan wayang kulit yang berada di Yogyakarta

mengalami berbagai tantangan dan hambatan dari berbagai farktor, dan secara

langsung mengalami dampak gempa bumi 2006.

Penelitian ini mengambil lokasi di sentra kerajinan wayang kulit yang

berada di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,

Yogyakarta, Apakah industri wayang kulit mampu berkembang dengan baik

dan masih mampu melewati tantangan serta hambatan yang semakin berat di

era globalisasi sekarang ini. Alasan penelitian ini mengambil lokasi di sentra

kerajinan wayang kulit yang berada di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri,

Kabupaten Bantul, Yogyakarta, karena mayoritas penduduk Desa Wukirsari

adalah sebagai perajin wayang kulit, dan Wukirsari merupakan salah satu

sentra kerajinan kulit, khususnya kerajinan wayang kulit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana trend perkembangan jumlah pengusaha industri kerajinan

(21)

2. Bagaimana trend perkembangan jumlah tenaga kerja industri kerajinan

wayang kulit di Kabupaten Bantul, DIY tahun 2005-2009.

3. Bagaimana trend perkembangan omset industri kerajinan wayang kulit di

Kabupaten Bantul, DIY tahun 2005-2009.

4. Bagaimana trend perkembangan laba usaha industri kerajinan wayang

kulit di Kabupaten Bantul, DIY tahun 2005-2009.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti membatasi penelitian

dalam hal analisis trend perkembangan industri kerajinan wayang kulit di

Kabupaten Bantul, DIY tahun 2005-2009.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis trend perkembangan jumlah pengusaha industri

kerajinan wayang kulit di Kabupaten Bantul, DIY

2. Untuk menganalisis trend perkembangan jumlah tenaga kerja industri

kerajinan wayang kulit di Kabupaten Bantul, DIY

3. Untuk menganalisis trend perkembangan omset industri kerajinan wayang

kulit di Kabupaten Bantul, DIY

4. Untuk menganalisis trend perkembangan laba usaha industri kerajinan

(22)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

a. Menambah pengetahuan tentang perkembangan trend perkembangan

industri kerajinan wayang di Kabupaten Bantul, DIY tahun 2005-2009

b. Dapat mendeskripsikan tentang trend perkembangan industri kerajinan

wayang di Kabupaten Bantul, DIY tahun 2005-2009

c. Sebagai bahan informasi pembaca yang ingin mengetahui trend

perkembangan industri kerajinan wayang di Kabupaten Bantul, DIY

tahun 2005-2009

2. Bagi Pengusaha kerajinan wayang

Sebagai gambaran tentang perkembangan industri kerajinan

wayang sehingga dapat memotivasi para pengusaha khususnya pengusaha

kerajinan wayang kulit di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten

Bantul, Yogyakarta, untuk lebih mengembangkan usahanya.

3. Bagi masyarakat Indonesia

Masyarakat dapat menyadari pentingnya kebudayaan sehingga

mampu melestarikan agar tetap memberi daya saing terutama dalam

bidang budaya dan ekonomi.

4. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah

Pemerintah perlu mendukung dan melindungi UMKM, dengan

demikian UMKM pada umumnya, industri kerajinan wayang pada

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekonomi Kreatif 1. Industri Kreatif

Kemunculan Industri kreatif di negara berkembang khususnya bagi

Indonesia adalah jembatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Industri kreatif mampu memberikan kontribusi pada perekonomian

nasional secara signifikan. Istilah ekonomi kreatif dan industri kreatif

mulai marak diperbincangkan di Indonesia sejak tahun 2006. Kedua istilah

tersebut sebenarnya saling terkait, dimana industri kreatif merupakan

jantung dari ekonomi kreatif.

Ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan output

utamanya adalah gagasan atau ide. Gagasan merupakan esensi utama dari

kreativitas yang dapat menciptakan sebuah produk dan jasa yang memiliki

nilai ekonomi tinggi sehinga bisa mempengaruhi perekonomian agregat

suatu negara. Gagasan yang menjadi pendorong ekonomi kreatif adalah

gagasan yang orisinil dan dilindungi oleh Hak Kekayaan Intelektual

(HKI).Gagasan ini bisa berada di berbagai sektor.

Departemen Perdagangan mendefinisikan industri kretif

sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan,

(24)

dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta

individu tersebut.

Berdasarkan Departemen Perdagangan RI, terdapat 14 jenis

industri yang termasuk ke dalam kategori industri kreatif, yait sebagai

berikut:

1. Periklanan, yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa

periklanan yang meliputi proses kreasi, produksi, dan dan distribusi

dari iklan yang dihasilkan.

2. Arsitektur yaitu kegiatan kretif yang berkaitan dengan jasa desain

bangunan.

3. Pasar barang seni yaitu kegiatan kretif yang berkaitan dengan

perdagangan barang barang asli, unik, dan langka.

4. Kerajinan yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi,

produksi, dan distribusi produk kreatif yang dibuat oleh tenaga

pengrajin,mulai dari desain awal hingga produk akhir.

5. Desain yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain grafis,

desain inferior, desain grafis, desain inferior, desain produk, dsb.

6. Fashion yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain pakaian,

alas kaki, dan aksesori lainnya.

7. Film ,Video, dan Fotografi yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan

dengan produksi video, film dan jasa fotografi, termasuk penulisan

(25)

8. Musik yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan komposisi musik,

pertunjukkan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

9. Permainan Interaktif yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang

bersifat hiburan maupun uji ketangkasan.

10. Seni pertunjukkan yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

produksi pertunjukkan seperti pertunjukkan tarian dan opera.

11. Penerbitan dan percetakan yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan

dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah,

tabloid, dan konten digital, serta kegiatan kantor berita.

12. Layanan komputer dan piranti lunak yaitu kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa

layanan komputer, pengolahan data, dsb.

13. Televisi dan Radio yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

penyiaran dan transmisi konten acara televisi.

14. Penelitian dan Pengembangan yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan

dengan usaha inovatif yang menawarkan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta penerapan dan pengembangannya.

Industri Kreatif memberikan kontribusi terhadap PDB Nasional

secara signifikan dengan rata-rata kontribusi sebesar 6,28% selama tahun

2002-2006 atau setara dengan 104,6 triliun rupiah. Hingga 2008, industri

kreatif berkontribusi 7,28% dari total PDB. Pada tahun 2010, hasil

(26)

7,6% atau jumlah nominalnya mencapai Rp 151 triliun.Sumber:

Departemen Perdagangan RI.

Persentase kontribusi PDB subsektor industri kreatif terhadap

sektor industri kreatif pada tahun 2010 didominasi oleh subsektor fashion

(43%), kerajinan (25%), periklanan (8%), desain&musik (6%), dan

kontribusi sub sektor lainnya masih berada dibawah 10%.

Sedangkan jumlah penyerapan tenaga kerja Indonesia

mencapai 7,7 juta pekerja dengan tingkat partisipasi 7,53%. Dan, nilai

ekspor mencapai Rp 114,9 triliun dan kontribusinya sebesar 7,52%

terhadap total nilai ekspor nasional atau pertumbuhan minimal ekspor.

2. Pengertian dan Klasifikasi Industri Kecil di Indonesia

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah

atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki

nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau

assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri

tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang

Perindustrian, Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi

barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya. Sedangkan

pengertian industri yang dikaitkan dengan proses pengolahan dan

(27)

Perindustrian, yaitu: “Industri adalah rangkaian kegiatan dan ekonomi

yang meliputi pengolahan, pengerjaan, pengubahan, perbaikan bahan baku

atau barang setengah jadi menjadi barang yang berguna dan lebih

bermanfaat untuk pemakaian dan usaha jasa yang menunjang kegiatan

diatas”.

Jenis atau macam industri berdasarkan klasifikasi atau

penjenisannya, berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986.

a. Industri kimia dasar contohnya seperti industri semen, obat-obatan,

kertas, dan pupuk.

b. Industri mesin dan logam dasar misalnya seperti industri pesawat

terbang, kendaraan bermotor, dan tekstil.

c. Industri kecil, contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan

ringan, es, minyak goreng curah.

d. Aneka industri, misal seperti industri pakaian, industri kerajinan,

industri makanan dan minuman.

Kriteria Usaha Kecil menurut UU no 9 (pasal 5) Tahun 1995

adalah sebagai berikut :

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000 (dua ratus juta

rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp1.000.000.000

(satu milyar rupiah)

(28)

d. berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung

maupun tidak langsung dengan Usaha.

Sedangkan menurut Undang Undang Tahun 2008 lebih mendetail

dalam mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan

usaha besar, dimana orang dimudahkan dalam mengklasifikasikan

usahanya.

Jika dulu pemerintah hanya melindungi usaha kecil dari persaingan

usaha yang tidak sehat, saat ini pemerintah bertanggung jawab atas segala

kegiatan yang dilakukan usaha kecil mulai dari penyelenggara,

pemberdayaan, iklim usaha, pengembangan, pembiayaan, peminjaman, dan

kemitraannya.

Perbedaan kriteria usaha kecil menurut Undang Undang Th 1995

dengan Undang Undang Th 2008 antara lain adalah perbedaan kekayaan

bersih, dalam Undang Undang Th 1995 paling banyak Rp200.000.000

(Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Undang Undang Th 2008 menyebutkan kekayaan bersih lebih dari

Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha. Untuk hasil penjualan yang tadinya paling banyak

Rp1.000.000.000 (Satu Miliar Rupiah) saat ini memiliki hasil penjualan

tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan

(29)

Jenis atau macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja

a. Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan atau

tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.

b. Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja

berjumlah antara 5-19 orang.

c. Industri sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah

karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.

d. Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja

berjumlah antara 100 orang atau lebih.

Berdasarkan definisi atau klasifikasi Biro Pusat Statistik (BPS),

perbedaan antara industri kecil dan industri rumah tangga adalah pada

jumlah pekerja. Industri rumah tangga adalah unit usaha (establishment)

dengan jumlah pekerja 1 hingga 4 orang, yang kebanyakan adalah

anggota-anggota keluarga (family workers) yang tidak dibayar dari pemilik

usaha atau pengusaha itu sendiri.

Kegiatan industri tanpa tenaga kerja, yang disebut self employment,

juga termasuk dalam kelompok industri rumah tangga.Sedangkan, indutri

kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja antara 5 hingga 9 orang

yang sebagian besar adalah pekerja yang dibayar (wage labourers).

Perbedaan-perbedaan lainnya antara industri kecil dan industri rumah

tangga adalah terutama pada aspek-aspek seperti sistem manajemen, pola

(30)

teknologi yang digunakan atau metode produksi yang diterapkan dan jenis

produksi yang dibuat.

3. Tujuan Pembangunan Industri Kecil

Menurut UU no 9 (pasal 4) Tahun 1995 Pemberdayaan Usaha

Kecil bertujuan:

a. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan Usaha

Kecil menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat

berkembang menjadi Usaha Menengah

b. Meningkatkan peranan Usaha Kecil dalam pembentukan produk

nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan

ekspor, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan untuk

mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta memperkokoh

struktur perekonomian nasional.

c. Memperluas kesempatan kerja, dengan adanya pembangunan industri

kecil semakin bertambah pula jumlah industri kecil maka akan

semakin banyak tenaga kerja yang terserap oleh karena itu kesempatan

kerja akan semakin betambah.

d. Dengan adanya pembangunan industri kecil maka semakin besar pula

kesempatan bagi masyarakat untuk membuka usaha sesuai dengan

keahlian mereka masing-masing.

e. Dengan adanya pembangunan industri kecil maka dapat membantu

(31)

pendapatan masyarakat menjadi meningkat yang menyebabkan PDB

turut serta meningkat dimana hal ini dapat menyebabkan dana untuk

pembangunan daerah bertambah.

f. Dengan adanya pembangunan industri kecil maka SDA maupun

SDM yang ada dapat lebih memiliki nilai guna.

Menurut UU No 20 (pasal 3) Tahun 2008 tentang UMKM

menjelaskan bahwa tujuan usaha kecil adalah menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian

nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Selain itu dalam UU no 20 tahun 2008 juga dijelaskan tentang

tujuan pemberdayaan UMKM adalah sebagai berikut :

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan.

b. Mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

c. Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan

daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,

pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

B. Indikator Perkembangan Industri Kecil 1. Permodalan Pada Industri Kecil

Kegiatan usaha pada sektor informal tergolong kegiatan usaha

(32)

kecil. Peran permodalan pada sektor informal terlihat ketika dimulainya

rencana untuk merealisasikan jenis usaha yang diperdagangkan. Bentuk

permodalan terutama terletak pada modal untuk barang-barang yang

dibutuhkan termasuk peralatan bantu lainnya. Besarnya alokasi modal

yang dibutuhkan oleh pelaku usaha di sektor informal relatif bervariasi.

Untuk memperoleh modal yang dibutuhkan, biasanya

menggunakan dana pribadi atau dana yang dipinjamkan dari anggota

keluarga. Namun, ada sebagian pelaku usaha ini memperoleh modal

melalui jasa kredit informal, seperti tengkulak yang dapat memberikan

kredit tanpa melalui proses administrasi formal. Jasa kredit informal

tersebut akan mengenakan bunga pinjaman yang relatif tinggi daripada

lembaga keuangan formal.

Dalam jangka panjang, pihak pelaku usaha pada umumnya tidak

memikirkan rencana pengembangan usaha berdasarkan kebutuhan modal.

Pengembangan usaha lebih banyak dilakukan dalam bentuk menambah

variasi produk yang diperdagangkan atau menambah kuantitas yang

ditawarkan kepada pelanggan. Pengembangan tersebut biasanya dilakukan

secara spekulatif dan menyesuaikan dari tambahan omset usaha. Kendala

lain berasal dari faktor tekanan ekonomi terutama peningkatan biaya hidup

yang relatif tidak seimbang dengan peningkatan laba usaha. Upaya untuk

mencari tambahan modal sulit dilakukan karena tingkat resiko

(33)

2. Tenaga Kerja

Sektor informal juga memiliki kontribusi yang besar dalam

perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari peranan sektor informal dalam

penyerapan tenaga kerja, sehingga keberadaan sektor informal pun

merupakan wujud dari tersedianya lapangan kerja.

Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,

pengertian dari tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan suatu barang dan atau jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Berdasarkan dari

definisi tersebut berarti siapapun dan usia berapapun yang dapat bekerja

untuk menghasilkan sesuatu baik barang maupun jasa dapat disebut tenaga

kerja.

Tenaga kerja pada sektor informal adalah para pelaku yang

menciptakan kesempatan kerja bagi diri sendiri yang biasanya tidak

membutuhkan jumlah tenaga kerja yang banyak atau tidak berorientasi

untuk merekrut tenaga kerja. Biasanya para tenaga kerja pada sektor ini

tidak membutuhkan pendidikan dan ketrampilan yang khusus. Tenaga

kerja tambahan yang dibutuhkan pada sektor informal, biasanya direkrut

dari kalangan keluarga sendiri. Jika terdapat kesempatan untuk

memperluas usahanya, maka alternatif untuk merekrut tenaga kerja selain

dari kalangan keluarga biasanya tenaga kerja direkrut dari teman dekat

(34)

Kualitas SDM merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kondisi perekonomian suatu negara, sehingga peningkkatan kualitas SDM

sangat diperlukan. Strategi dalam jangka panjang yang dapat digunakan

untuk memperbaiki kualitas SDM adalah dengan peningkatan kualitas

pendidikan di Indonesia, sedangkan jangka pendeknya dapat dilakukan

dengan cara pelatihan ketrampilan. Pemerintah dapat meningkatkan

kualitas tenaga kerja melalui jalur formal dan informal. Melalui jalur

formal antara lain dengan menyediakan pendidikan yang berkualitas dari

jenjang SD sampai dengan jenjang Perguruan Tinggi. Sedangkan melalui

jalur informal antara lain dengan adanya kursus-kursus murah, dan

pelatihan lokakarya.

Dalam permasalahan peningkatan kualitas tenaga kerja tidak hanya

merupakan tanggung jawab pemerintah melainkan juga merupakan

tanggung jawab pihak perusahaan atau industri itu sendiri, hal ini berguna

untuk meningkatkan kemajuan dan juga untuk perkembangan perusahaan.

Meskipun tenaga kerja telah memiliki kecakapan dan juga

ketrampilan dasar yang dibutuhkan dalam bekerja namun pelatihan dan

pengembangan tetap dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana cara untuk

mengoperasikan mesin, cara untuk mengatasi masalah kerja, serta hal yang

menyangkut tekhnis. Selain itu pelatihan dan pengembangan juga dapat

(35)

3. Omset dan Laba Usaha

Omset merupakan keseluruhan penerimaan dari berbagai kegiatan

dalam sebuah usaha. Menurut ilmu ekonomi, omset adalah merupakan

nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu

periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode

seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total

kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan

kata lain, omset adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah

keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang

dikonsumsi. Secara garis besar omset adalah jumlah harta kekayaan awal

periode ditambah perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan

modal dan hutang.

Omset dalam arti luas menitikberatkan kepada keseluruhan

kegiatan perusahaan yang menghasilkan kenaikan aktiva atau

berkurangnya hutang dan dapat merubah modal pemiliknya. Pemfokusan

kegiatan perusahaan terhadap kegiatan utama yang berakibat kepada

kenaikan aktiva atau pengurangan hutang dan yang dapat merubah modal

tersebut merupakan arti sempit dari omset.

Omset umumnya digolongkan atas omset yang berasal dari

kegiatan normal perusahaan dan omset yang bukan berasal dari kegiatan

normal perusahaan. Omset dari kegiatan normal perusahaan biasanya

diperoleh dari hasil penjualan barang ataupun jasa yang berhubungan

(36)

kegiatan normal perusahaan adalah hasil di luar kegiatan utama

perusahaan yang sering disebut hasil nonoperasi.

Omset diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan dalam

memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk mempertahankan diri dan

pertumbuhan. Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan omset

secara keseluruhan menimbulkan pengaruh positif (omset) dan keuntungan

juga pengaruh negatif (beban / kerugian). Selisih dari keduanya akhirnya

menjadi laba atau rugi.

Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas

biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering

digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden,

pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi

(Harnanto, 2003: 444).

Dalam teori ekonomi dikenal adanya istilah laba, pengertian laba di

dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi.

Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu

kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba

adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi

pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada

periode tertentu (Harahap, 1997).

Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai

prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti

(37)

adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur

pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang

berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan

laba bersih. Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan

prestasi perusahaan tetapi juga penting sebagai informasi bagi pembagian

laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi

informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha,

analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya

(Harahap, 2001: 259).

C. Industri Kreatif Berbasis Budaya

1. Kondisi Umum UMKM Kerajinan Tradisional di Indonesia

Sebagian besar industri kerajinan di Indonesia merupakan industri

kerajinan tradisional. Industri kerajinan tradisional ini persentasenya jauh

lebih besar daripada industri kerajinan modern, disebut tradisional karena

bidang yang digeluti UMKM sudah menjadi tradisi keluarga secara turun

temurun oleh beberapa generasi, cara kerja usaha cenderung menganut

pola manajemen kekeluargaan dimana pekerja adalah anggota kelurga,

sebagian besar UMKM masih menggunakan peralatan yang tradisional

walaupun sebagian sudah menggunakan peralatan yang modern. Industri

kerajinan tradisional populasinya lebih banyak tersebar di daerah

pedesaan di mana lebih banyak mengandalkan keterampilan tangan

(38)

pentingnya dalam penyerapan tenaga kerja, utamanya pada saat krisis

ekonomi.

UMKM mempunyai peranan besar dalam perekonomian, bahkan

menjadi penyumbang terbesar kedua PDB industri kreatif, namun

perlahan kerajinan tradisional banyak mengalami hambatan dan

tantangan. Sebagai contoh, Hasil produksi kerajinan miniatur perahu

tradisional di Mojokerto Jawa Timur merosot tajam karena terdesak oleh

maraknya produk impor dari China. Penurunan tersebut rata-rata sudah

mencapai lebih dari 30% dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kondisi

yang sama juga terjadi pada pasar ekspor. Para perajin kuwalahan

dengan maraknya kerajinan miniatur perahu dari China, pasalnya dari

segi harga tidak memungkinkan perajin Mojokerto bisa bersaing dengan

produk bersangkutan. Selain dipasarkan di dalam negeri, produk miniatur

perahu Mojokerto diekspor ke Korea, Australia dan Jepang. Bahkan

sejumlah perajin juga sudah mulai menjajaki pasar Belanda, namun

dengan banyaknya produk China yang juga masuk ke negara tersebut

membuat produksi perajin Mojokerto tidak dapat bersaing. Kondisi itu

diperparah dengan cuaca buruk yang mengakibatkan terhambatnya

(39)

2. Hambatan dan Tantangan UMKM Kerajinan Tradisional a. Faktor Internal

1) Sumber Daya Manusia

Pada dasarnya UMKM memiliki hambatan yang bersifat

klasik, yakni hambatan yang berkaitan dengan rendahnya kualitas

sumberdaya manusia (SDM), lemahnya manajemen usaha,

rendahnya akses terhadap sumber pembiayaan dan pasar, serta

rendahnya informasi dan teknologi yang dimilikinya (Ensiklopedia

Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, 1997).

Kemampuan perajin tradisional sangat variatif, ada kelompok

perajin yang mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi, halus,

rapi dan bersih. Namun ada juga perajin yang menghasilkan produk

yang kurang berkualitas, desain produk sudah bagus namun teknik

pengerjaannya yang kurang maksimal menyebabkan kurang

memiliki harga jual tinggi padahal dari konsumen biasanya

menginginkan produk yang dibelinya adalah produk yang

berkualitas. Banyak perajin yang memproduksi dengan kualitas yang

rendah dan hanya mengutamakan kuantitas untuk memenuhi target

penjualan, sehingga kualitas produk kurang dapat bersaing di

pasaran.

2) Modal, Bahan Baku, dan Peralatan

Pada umumnya pengusaha industri kecil berasal dari

(40)

Banyak diantara mereka yang memilih menjadi wirausahawan kecil

karena sulit mencari pekerjaan di sektor formal dan karena memiliki

sedikit ketrampilan yang diwarisi dari orang tuanya. Keterbatasan

dana membuat usaha mereka sulit berkembang dan tidak mampu

melayani permintaan pasar. Bahkan tidak sedikit pengusaha yang

modalnya habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Keterbatasan kemampuan teknis.

Keterbatasan kemampuan teknis yang meliputi pengadaan

bahan baku dan peralatan standar, desain dan mutu produk.

Kurangnya pengetahuan tentang bahan baku yang diperlukan,

teknologi mutakhir serta pengembangan mode di pasar menyebabkan

penampilan produk-produk industri kecil umumnya kurang menarik,

kurang rapi dan kualitasnya tidak standar, sehingga kurang mampu

bersaing dengan produk pabrik besar yang dihasilkan dengan

peralatan otomatis dan bahan baku standar.

Banyak UMKM masih mengalami kesulitan dalam

memperoleh bahan baku yang memiliki kualitas yang bagus dan

variatif, banyak perajin yang harus mencari bahan baku sendiri

sampai daerah lain, hal ini menyebabkan tersita banyak waktu dan

tenaga.

3) Pemasaran

Dalam era perdagangan bebas menuntut setiap pelaku bisnis

(41)

saingnya.Akses terhadap pasar merupakan kunci keberhasilan namun

justru hal inilah yang merupakan titik lemah yang dimiliki UMKM

pada umumnya.

Pelaku bisnis dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang

sesuai dengan selera konsumen atau permintaan pasar, yang

memiliki kecenderungan cepat berubah, sehingga peredaran suatu

produk di pasar memiliki siklus yang relatif pendek. Hal ini akan

lebih memicu kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan daya saing

produk. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMKM

mengalami hambatan dalam menghasilkan produk dan kreativitas

untuk menghasilkan inovasi produk sesuai dengan selera konsumen. 

Peran ekspor UMKM relatif masih kecil, yang disebabkan

UMKM menghadapi berbagai hambatan.Oleh karena itu, produk

UMKM dalam kegiatan ekspor lebih banyak dilaksanakan oleh

pengusaha-pengusaha besar atau eksportir yang mampu mengatasi

hambatan-hambatan tersebut.

Keterbatasan Kemampuan Memasarkan. Keterbatasan

kemampuan memasarkan menyebabkan banyak produk industri kecil

yang meskipun mutunya tinggi tetapi tidak dikenal dan tidak mampu

menerobos pasar. Akibat lain yang banyak diderita pengusaha kecil

adalah dipermainkan para pedagang yang menguasai mata rantai

(42)

pembayaran tertunda (Ensiklopedia Ekonomi, Bisnis dan

Manajemen, 1997).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang menghambat perkembangan UMKM

tradisional antara lain adalah tingginya tingkat persaingan dengan

komoditi sejenis baik dari wilayah lain maupun dari negara lain, biaya

produksi yang semakin meningkat yang diakibatkan adanya kenaikan

bahan bakar dan juga biaya listrik, selain itu faktor alam seperti bencana

alam sangat mempengaruhi kegiatan produksi UMKM.

D. Kerajinan Wayang Kulit 1. Sejarah Wayang Kulit

Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia

yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya

wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra,

seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang

terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media

penerangan, pendidikan, pemahaman filsafat, serta hiburan.

Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang

merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan

wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa.

(43)

merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan

Mahabarata.

Ada dua pendapat mengenai asal-usul wayang. Pertama, pendapat

bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di

Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para

peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian

sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk

kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.Dengan

alasan yang kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih sangat erat

kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia,

khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan,

yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan

Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis

pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa, dan bukan bahasa lain.

Pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa

bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah

Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar

kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah

menjajah India. Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pewayangan

seolah sudah sepakat bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa,

dan sama sekali tidak diimpor dari negara lain. Budaya wayang

diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zaman

(44)

yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga

Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana

Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah

Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana

karangan pujangga India, Walmiki (budayawayangkulit.blogspot.com).

Kata wayang diduga berasal dari kata wewayangan, yang artinya

bayangan. Pergelaran wayang kulit menggunakan kelir, secarik kain,

sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton

di balik kelir itu. Penonton dapat menyaksikan gerakan-gerakan

tokoh-tokoh dalam wayang keseluruhannya berjumlah ratusan. wayang yang

sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di dekat

sang dalang. Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai

bayangan di layar putih yang ada di depan sang dalang. Bayangan itu bisa

tercipta karena setiap pertunjukan wayang memakai lampu minyak

sebagai pencahayaan yang membantu pemantulan orang-orangan yang

sedang dimainkan.

Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman

Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk

pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itulah cerita-cerita

Panji, yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai

diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji

ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber.

(45)

Islam, di antaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mulai mewayangkan

kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan. Masuknya

agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar

pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang

itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai

digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada

pergelaran Wayang Kulit. Sejak zaman Kartasura, penggubahan cerita

wayang yang berinduk pada Ramayana dan mahabarata makin jauh dari

aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal

silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi

Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau

Jawa, dan selanjutnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang

pakem.yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar

garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang

sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem. Memang, karena begitu

kuatnya seni wayang berakar dalam budaya bangsa Indonesia, sehingga

terjadilah beberapa kerancuan antara cerita wayang, legenda, dan sejarah.

Jika orang India beranggapan bahwa kisah Mahabarata serta Ramayana

benar-benar terjadi di negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah

pewayangan benar-benar pernah terjadi di pulau Jawa

(budayawayangkulit.blogspot.com)

Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh selama semalam suntuk,

(46)

merupakan orang-orangan berbahan kulit kerbau dengan dihias motif

hasil kerajinan tatah sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter

suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi.

Untuk menghidupkan suasana, dalang dibantu oleh musisi yang

memainkan gamelan dan para sinden yang menyanyikan lagu-lagu Jawa.

Setiap pagelaran wayang menghadirkan kisah atau lakon yang berbeda.

Ragam lakon terbagi menjadi 4 kategori yaitu lakon pakem, lakon

carangan, lakon gubahan dan lakon karangan. Lakon pakem memiliki

cerita yang seluruhnya bersumber pada perpustakaan wayang sedangkan

pada lakon carangan hanya garis besarnya saja yang bersumber pada

perpustakaan wayang. Lakon gubahan tidak bersumber pada cerita

pewayangan tetapi memakai tempat-tempat yang sesuai pada

perpustakaan wayang, sedangkan lakon karangan bersifat lepas. Cerita

wayang bersumber pada beberapa kitab tua misalnya Ramayana,

Mahabharata, Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda. Kini, juga terdapat

buku-buku yang memuat lakon gubahan dan karangan yang selama

ratusan tahun telah disukai masyarakat antara lain Abimanyu kerem,

Doraweca, Suryatmaja Maling dan sebagainya. Diantara semua kitab tua

yang dipakai, Kitab Purwakanda adalah yang paling sering digunakan

oleh dalang-dalang dari Kraton Yogyakarta. Pagelaran wayang kulit

dimulai ketika sang dalang telah mengeluarkan gunungan. Sebuah

pagelaran wayang semalam suntuk gaya Yogyakarta dibagi dalam 3

(47)

pertama, disebut pathet lasem, memiliki 3 jejeran dan 2 adegan perang

yang diiringi gending-gending pathet lasem. Pathet Sanga yang menjadi

babak kedua memiliki 2 jejeran dan 2 adegan perang, sementara Pathet

Manura yang menjadi babak ketiga mempunyai 2 jejeran dan 3 adegan

perang. Salah satu bagian yang paling dinanti banyak orang pada setiap

pagelaran wayang adalah gara-gara yang menyajikan guyonan-guyonan

khas Jawa (Sunarto. 2004. Wayang Kulit Gaya Yogyakata, Bentuk dan

Ceritanya. Sumber diambil dari: http//www.javawayang.com)

2. Perkembangan Industri Kerajinan Wayang Kulit di Daerah Istimewa Yogyakarta

Dalam perkembangannya industri kerajinan wayang kulit yang

berada di Yogyakarta mengalami fluktuasi kuantitas yang diakibatkan oleh

berbagai faktor yang mempengaruhinya. sebagai contoh adalah di Dusun

Gendeng, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul, perajin wayang

kulit yang tersisa sekitar 50 orang perajin. Puluhan perajin wayang lain

kini telah beralih profesi. Antara lain ada yang membuat gerabah di

Kasongan, berdagang, atau mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan.

Dahulu, mereka mengandalkan hidupnya dari membuat kerajinan wayang

kulit. Pada tahun 1990-an, ada 110 perajin yang aktif membuat wayang

dan puluhan anak muda yang belajar menatah di dusun yang berjarak

sekitar 15 kilometer dari Kota Yogyakarta itu. Jumlah perajin semakin

menyusut. Itu pun sebagian hanya sesekali membuat wayang ketika ada

(48)

Pucung, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Bantul. Kerajinan wayang

yang menjadi tradisi turun-temurun di dusun itu semakin kehilangan

peminat. Dari sekitar 250 perajin yang aktif puluhan tahun lalu, kini

semakin berkurang. Pada pertengahan tahun 1990-an. Saat itu banyak turis

mancanegara berkunjung dan memborong wayang kulit. sekitar 75 persen

pasar kerajinan itu adalah para turis asing, 25 persennya para kolektor

lokal. Namun seiring dengan meledaknya bom di Bali I,bom Bali II dan di

Hotel JW Marriott Jakarta tahun 2003. Sejak itu, turis-turis enggan

berkunjung lagi ke dusun-dusun tersebut, dan kerajinan wayang hanya

mengandalkan 25 persen pasar lokal. Selain itu karena adanya bencana

alam yang telah melanda Yogyakarta pada tahun 2006 sedikit banyak

berpengaruh terhadap produksi kerajinan wayang kulit di Yogyakarta.

(bantulbiz.com)

Generasi muda sekarang ini sudah tidak tertarik untuk belajar

menatah dan menyungging wayang dengan alasan karena terlalu rumit,

butuh ketelatenan, dan proses belajarnya memakan waktu bertahun-tahun.

Sebenarnya terdapat beberapa museum wayang di Daerah Istimewa

Yogyakarta, seperti Museum Wayang di Banguntapan, Museum

Sonobudoyo di Kota Yogyakarta, dan Museum Wayang Kekayon di

Gunung Kidul. Namun, museum-museum itu tidak diminati generasi

muda, hanya memajang berbagai bentuk wayang, dan tidak mengajarkan

(49)

Situasi itu sungguh memprihatinkan. Ketika UNESCO menetapkan

wayang Indonesia sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam

bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga

(Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Tanggal 7

November 2003, justru generasi muda indonesia meninggalkannya.

Sedangkan pemerintah sendiri belum memiliki program yang jelas dan

berkesinambungan untuk melestarikannya. Tradisi membuat wayang

Kedu, wayang Jawa Timur, dan wayang Cirebon telah punah. Jika tidak

diantisipasi, tradisi wayang Yogyakarta bisa dipastikan juga akan hilang

(Sunarto, Wayang Kulit Gaya Yogyakata, Bentuk dan Ceritanya. Sumber

diambil dari: http//www.javawayang.com)

E.

Analisis Trend

Merupakan suatu metode analisis statistika yang ditujukan untuk

melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk

melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai

macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu

yang relatif cukup panjang, sehingga hasil analisis tersebut dapat mengetahui

sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang

memengaruhi terhadap perubahan tersebut.

Secara teoristis, dalam analisis runtun waktu (time series) hal yang

paling menentukan adalah kualitas dan keakuratan dari data-data yang

(50)

data yang dikumpulkan tersebut semakin banyak maka semakin baik pula

estimasi atau peramalan yang diperoleh. Sebaliknya, jika data yang

dikumpulkan semakin sedikit maka hasil estimasi atau peramalannya akan

semakin jelek (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

Metode yang dapat digunakan untuk analisis time series ini adalah

• Metode Garis Linier Secara Bebas (Free Hand Method),

• Metode Setengah Rata-Rata (Semi Average Method),

• Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method) dan

• Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method).

Secara khusus, analisis time series dengan metode kuadrat

terkecil dapat dibagi dalam dua kasus, yaitu kasus data genap dan kasus data

ganjil. Persamaan garis linear dari analisis time series akan mengikuti:

Y = a + b X.

Keterangan : Y adalah variabel dependen (tak-bebas) yang dicari trend

nya dan X adalah variabel independen (bebas) dengan menggunakan waktu

(biasanya dalam tahun).

Sedangkan untuk mencari nilai konstanta (a) dan parameter (b) dapat

dipakai persamaan:

a = ΣY / N dan

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah

jenis penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan atau memberikan

gambaran terhadap objek atau subjek yang diteliti melalui data sampel

atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat

kesimpulan yang berlaku umum (Sugiono, 2007 : 21).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif, dan kualitatif, artinya semua informasi data diwujudkan

dengan angka dan analisisnya menggunakan analisis statistik. Sedangkan

data kualitatif dikumpulkan untuk memberikan informasi lainnya.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan

Juli 2011 Penelitian ini dilakukan di sentra kerajinan wayang kulit di Desa

Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Dengan

alasan bahwa Desa Wukirsari merupakan salah satu sentra terbesar

(52)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah tempat variabel penelitian melekat,

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah industri kerajinan

wayang di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,

Yogyakarta.

2. Objek penelitian

Objek dari penelitian ini adalah jumlah industri, jumlah tenaga

kerja, jumlah laba usaha, jumlah omset usaha wayang kulit di Desa

Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul tahun 2005-2009.

D. Definisi Operasional dan Sumber Data

1. Definisi Operasional

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, Data

yang dicari adalah jumlah pengusaha, yaitu jumlah pemilik usaha

kerajinan wayang kulit di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri,

Kabupaten Bantul antara tahun 2005-2009, dalam satuan orang.

Jumlah tenaga kerja yaitu jumlah seluruh tenaga kerja yang bekerja

pada industri kerajinan wayang kulit di Desa Wukirsari, Kecamatan

Imogiri, Kabupaten Bantul antara tahun 2005-2009, dalam satuan

orang. Jumlah omset adalah jumlah penerimaan total yang dihasilkan

oleh proses produksi setiap tahunnya pada industri kerajinan wayang

(53)

tahun 2005-2009, dalam satuan rupiah. Jumlah pendapatan, adalah

selisih antara penerimaan total dan biaya produksi untuk tenaga kerja,

bahan baku, dan penyusutan industri kerajinan wayang di Desa

Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta tahun

2005-2009, dalam satuan rupiah.

Variabel bebas (Independent variable) dalam penelitian ini

adalah jumlah pengusaha, jumlah tenaga kerja, jumlah omset, dan

jumlah laba usaha industri kerajinan wayang di Desa Wukirsari,

Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta tahun 2005-2009.

Sedangkan variabel terikat (Dependent variable) dalam penelitian ini

adalah jumlah unit tahun.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh antara lain dengan melakukan

wawancara secara langsung dengan para pengusaha wayang kulit.

Sedangkan data sekunder, yaitu data yang telah diolah menjadi suatu

informasi, sehingga diperoleh data yang diperlukan, antara lain adalah

jumlah omset penjualan, dan jumlah laba usaha perbulan.

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah sentra industri kerajinan

(54)

Yogyakarta. Jumlah populasi dalam penelitian adalah 25 industri

Wayang Kulit yang mendirikan usahanya sebelum tahun 2005.

2. Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah para

pengusaha kerajinan wayang kulit yang berada di Desa Wukirsari,

Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta,

yang mendirikan usahanya sebelum tahun 2005.

3. Teknik Pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel

jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel. Karena dalam penelitian ini semua

pengrajin wayang kulit di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri,

Kabupaten Bantul dijadikan sebagai sampel, sampel dalam penelitian

ini berjumlah sekitar 25 pengusaha.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan dan pengumpulan data penulis menggunakan

beberapa metode berikut:

1. Observasi

Observasi yaitu peneliti melakukan pengamatan secara

langsung pada industri wayang kulit di Desa Wukirsari, Kecamatan

(55)

mengenai keadaan fisik yang sesungguhnya, antara lain adalah untuk

mengetahui jumlah industri, dan jumlah karyawan pada sentra

kerajinan wayang kulit di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri,

Kabupaten Bantul, Yogyakarta, antara tahun 2005 sampai dengan

tahun 2009.

2. Metode Wawancara

Metode Wawancara dilakukan dengan cara melakukan tanya

jawab secara langsung dengan pemilik usaha kerajinan wayang kulit

di sentra kerajinan wayang kulit mengenai berbagai hal yang

berhubungan dengan yang akan diteliti. Sehingga diperoleh data dan

informasi mengenai jumlah industri, jumlah karyawan dari awal

berdiri sampai sekarang, jumlah omset setiap bulan, jumlah laba setiap

bulan, Melalui metode ini penulis memperoleh data dan informasi

mengenai trend perkembangan industri kerajinan wayang di Desa

Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

G. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan berupa data berkala (time series data),

yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk memberikan

gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan dari waktu ke waktu,

dalam penelitian ini yaitu perkembangn kerajinan wayang di Yogyakarta,

(56)

kerja, jumlah omset, dan jumlah laba usaha yang akan dilihat selama 5

tahun, yaitu antara tahun 2005-2009.

Data yang diperoleh akan memunculkan garis trend yang

menunjukkan kecenderungan arah perkembangan secara umum. Metode

yang digunakan dalam perhitungan trend adalah dengan menggunakan

metode least square. Metode least square menghendaki agar jumlah

kuadrat dari semua titik-titik vertikal (residu antara titik-titik koordinat dan

garis trend menjadi seminimal mungkin.

∑ di2 = ∑ (yi - yi') 2 = minimum

dimana di = deviasi (beda) = residu

Dalam penggambaran garis trend linear perumusan di atas menjadi

∑ (yi – a – bxi)2 = minimum

Bila jumlah observasi ganjil atau 2k + 1, maka rata-rata hitung xi adalah

observasi yang tertengah atau yang ke- k+1

Perumusannya adalah :

∑yi = na + ∑ui atau a = yi/n

dan ∑ yiui = a∑ui + b∑ui2

sehingga ∑ yiui = b∑ui2

(57)

bentuk tabel perhitungan sebagai berikut:

Skala periode asal dan skala periode arbiter

x u

Bila konstanta a dan b disubtitusikan ke dalam persamaan, maka

diperoleh persamaan tren yang memenuhi persyaratan least square sebagai

y' = a + bu

y : nilai variabel yang diobservasi, periode tertentu

a : nilai trend dari periode dasar

b : nilai kemiringan yaitu nilai Y’ pada saat X bertambah satu satuan

Gambar

Tabel IV.1
Tabel IV.2
Tabel IV. 4
Tabel IV.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sub Divisi Peragaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan operasional peragaan di lingkungan PP-IPTEK, peragaan ilmu

Selanjutnya untuk menjelaskan bagaimana melaksanakan keseluruhan use case dan hubungan serta keterkaitan antar use case tersebut, digunakan analisis Class

Guru harus berperan sebagai model akan pentingnya keterlibatan dalam sebuah pencarian kebenaran yang akan berlangsung seumur hidup sehingga dapat melakukan sesuatu yang

(1) Barangsiapa yang dengan melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, sengaja melepaskan atau membuang zat,energi dan/atau komponen lain yang berbahaya

Sistem Informasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Panji Sakti (UNIPAS) Singaraja berbasis web terdiri dari 4 aktor yang terlibat

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ pengaruh kepemilikan institusional, kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini ingin menguji faktor- faktor eksternal (time pressure) dan faktor internal (need for achievement, self esteem in relation

Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana Peran Publik Perempuan Wahdah Islamiyah ditinjau dari Hukum Islam dan Gender (Studi Kasus Wahdah Islamiyah Makassar)?