• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR PERANGKAT TUJUAN TERPANGGIL TELEPON SECARA OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TUGAS AKHIR PERANGKAT TUJUAN TERPANGGIL TELEPON SECARA OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

PERANGKAT TUJUAN TERPANGGIL TELEPON

SECARA OTOMATIS BERBASIS

MIKROKONTROLER AT89C51

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro

Disusun oleh:

DIAZ RIZKY YUDHANTO

NIM : 015114031

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(2)

PHONE DEVICE BASED ON

AT89C51 MICROCONTROLLER

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

To Obtain The Technical Engineering Degree

In Electrical Engineering

By:

DIAZ RIZKY YUDHANTO

Student ID Number : 015114031

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT

ENGINEERING FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2007

(3)
(4)
(5)
(6)

“Belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu,

belajar diwaktu besar bagai mengukir diatas air.”

Kupersembahkan karya ini untuk Orang-orang tercinta:

Ayahanda dan Ibunda yang telah banyak bersabar, berdoa dan

berkorban untuk keberhasilan aku. Maafkan jika Aku terlalu sering

main bola, jadi lupa deh kuliahnya.

Kakakku Indah Suryaning A + Hasta “Okie” Brata yang telah banyak

membantu dan mendukung untuk tidak cepat putus asa untuk

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Alm. eyang kakung + putri Jogja dan Semarang, ketauladananmu

dan keikhlasanmu menjadi semangatku dalam menjalani hidup.

Sahabat sekaligus teman hidupku Fitria Dyah Ayu P. yang menjadi

detak jantungku dalam perjuangan menuntut ilmu dan

menyelesaikan skripsi ini.

Maz Cello dan dek Cupid yang selalu menemani dan menghiburku

saat aku sedih dan terjatuh.

(7)

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, tiada kata yang lebih pantas dan bermakna,

kecuali mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan

banyak kemudahan, kelapangan jalan dan memberikan yang terbaik bagi penulis

selama proses penulisan skripsi hingga terselesaikannya karya tulis ini.

Sebagai sebuah karya tulis, penulis menyadari adanya banyak kekurangan.

Oleh sebab itu, banyak pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan,

perhatian serta doa yang tulus saat proses pengerjaan skripsi ini. Untuk itu pada

kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tak terhingga kepada:

1. Tuhan YME, yang membuat segalanya terjadi pada saya. Semua

kejadian-kejadian yang saya alami selama hampir 26 tahun ini, yang sedih sekalipun,

jadi great inspirator di kemudian hari… Walaupun kadang saya kurang bijak

menyikapinya...

2. Bp. Ir. Greg Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc. selaku Dekan Fakultas

Teknik Universitas Sanata Dharma.

3. Bp. Martanto, S.T., M.T. dan Ibu B. Wuri Harini, S.T., M.T. selaku Dosen

pembimbing I dan pembimbing II tugas akhir (skripsi) yang banyak

memberikan bimbingan, dorongan dan masukkan serta selalu membesarkan

hati penulis sehingga terlesaikannya skripsi ini, juga kepada Bp. Ir. Iswanjono,

(8)

meluangkan waktunya untuk memonitor Penulis dan seluruh dosen Teknik

Elektro yang telah membagikan ilmunya selama masa perkuliahan

5. Para Bapak dan Ibu yang bertugas di Sekretariat Fakultas Teknik ( Pak Djito,

Bu Titik dan rekan) yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan

semua persyaratan administrasi selama masa kuliah Penulis dan semoga terus

maju bersama dedikasinya.

6. Keluarga besar Ayahanda Danandjaya, Ibunda Ida Wiharharyani dan Kakanda

Indah Suryaning Astuti yang tak pernah lelah memberikan kasih dan cintanya.

7. Keluarga besar Bapak Gatot Triyanto dan Ibu Sri yang banyak memberikan

semangat dan doa tak terkecuali dek Tika, dek Miko, serta dek Vino.

8. Keluarga besar Eyang Soeratman dan Mas Sunu yang telah memberikan

semangat dan menemaniku selama di Jakarta.

9. Mas Ivan Ismail yang telah mengenalkan kepada mas Ajid untuk menjadi

inspirasi dan membantu dalam mengerjakan serta menjawab segala persoalan

tentang masalah yang dihadapi selama mengerjakan skripsi.

10.Mas Tri Yulizar, Toni “Parto” Pujianto dan Ardhi “Embek” yang terlalu baik

dan berlapang dada mengajariku tentang apa itu program mikrokontroler

hingga tak kenal waktu, baik itu siang ataupun malam.

11.Mas Sur dan Teman-teman Elektro angkatan 2000-2002, Joko, Bowo, Nico,

Hadi, Indra “Klowor”, Indra “Tatang”, Septa, Tomo, Heri “Preman”, Eling

(9)

12.Kos-kosan B-15 Community, Fifi, Fanty, Brahma, Tanto, Krisna yang selalu

menghibur dan memberi semangat agar cepat lulus kuliah.

13.Alm. R. NGT. Wasidah Mangkuwinoto sajadahmu selalu menjadi alas

sholatku untuk mengabdi, menyembah dan berdoa kepada Allah SWT agar

cepat lulus.

14.Teman-temanku yang nggak kesebut, bukan berarti nggak inget dan nggak

sayang loh serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

telah banyak membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini maupun

selama menjalani studi di Teknik Elektro Sanata Dharma.

Yogyakarta, 18 Juni 2007

Penulis

(10)

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... viv

DAFTAR TABEL ... xv

INTISARI ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Judul ... 1

I.2 Latar Belakang Masalah... 1

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 2

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Metodologi Penelitian ... 3

I.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

II.1 Pengertian Pesawat Telepon ... 5

II.1.1 Sistem Pesawat Telepon... 5

(11)

II.1.2.2 Saluran Telepon dengan Beban ... 8

II.2 Dekoder DTMF ... 8

II.3 Pendeteksi Nada Dering ... 12

II.3.1 Penyearah Satu Gelombang Penuh ... 13

II.4 Pengangkat Gagang Telepon... 14

II.4.1 Transistor sebagai Saklar ... 15

II.5 Mikrokontroler ... 16

II.5.1 Konfigurasi Pin ... 16

II.5.2 Organisasi Memori... 17

II.5.2.1 Memori Program ... 18

II.5.2.2 Memori Data ... 18

II.5.3 Register ... 19

II.5.3.1 Register A dan B ... 19

II.5.3.2 Register R... 20

II.5.3.3 DPTR, PC dan SP ... 20

II.5.4 Mode Pengalamatan ... 21

II.5.4.1 Pengalamatan Segera ... 21

II.5.4.2 Pengalamatan Langsung ... 21

II.5.4.3 Pengalamatan Tak Langsung ... 21

II.5.4.4 Pengalamatan Register ... 21

(12)

II.6 Optokopler ... 25

II.7 Multivibrator Astabil... 26

II.8 Relay ... 27

BAB III PERANCANGANPENELITIAN... 29

III.1 Perancangan Perangkat Keras ... 31

III.1.1 Rangkaian Penerima DTMF ... 31

III.1.2 Rangkaian Pendeteksi Nada Dering... 33

III.1.3 Rangkaian Pengangkat Gagang Telepon ... 35

III.1.4 Rangkaian Mikrokontroler AT89C51 ... 37

III.1.5 Rangkaian Nada Pemanggil ... 38

III.1.6 Rangkaian On-off Dering ... 40

III.1.7 Fasilitas Saluran Dering Pribadi ... 42

III.2 Perancangan Perangkat Lunak ... 43

III.2.1 Inisialisasi... 45

III.2.2 Deteksi Dering ... 46

III.2.3 Mengaktifkan Timer... 47

III.2.4 Deteksi Kode DTMF... 47

III.2.5 Deteksi Kode Tujuan... 48

III.2.6 Deteksi Kode Koreksi ... 49

III.2.7 Memilih Dering Tujuan ... 50

(13)

IV.3 Pengujian Rangkaian Penerima DTMF ... 54

IV.4 Pengujian Rangkaian Nada Pemanggil ... 55

IV.5 Pengujian Rangkaian On-off Dering ... 58

IV.6 Pengujian Perangkat secara Keseluruhan... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 62

V.1 Kesimpulan ... 62

V.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN

(14)

Gambar 2.3 Penempatan pin-pin MT8870………... 11

Gambar 2.4 Rangkaian pendeteksi nada dering………... 12

Gambar 2.5 Rangkaian penyearah satu gelombang penuh... 13

Gambar 2.6 Gelombang keluaran penyearah gelombang penuh……. 13

Gambar 2.7 Rangkaian pengangkat gagang telepon... 14

Gambar 2.8(a) Rangkaian saklar transistor………... 15

Gambar 2.8(b) Garis beban dc transistor………... 15

Gambar 2.9 Susunan pin AT89C51... 17

Gambar 2.10 Peta Memori Internal AT89C51…..………... 19

Gambar 2.11(a) Simbol optokopler ………..………. 26

Gambar 2.11(b) Kemasan optokopler ……… 26

Gambar 2.12 Rangkaian multivibrator astabil ……….. 27

Gambar 2.13(a) Relaynormally close…………... 28

Gambar 2.13(b) Relaynormally open……… 28

Gambar 2.13(c) Relay bipolar……… 28

Gambar 3.1 Diagram blok perancangan sistem... 29

Gambar 3.2 Rangkaian penerima nada DTMF... 31

Gambar 3.3 Rangkaian pendeteksi nada dering... 33

Gambar 3.4 Rangkaian pengangkat gagang telepon... 35

Gambar 3.5 Rangkaian mikrokontroler AT89C51... 37

Gambar 3.6 Rangkaian nada pemanggil……….. 39

Gambar 3.7 Rangkaian on-off dering... 41

Gambar 3.8 Rangkaian fasilitas saluran dering pribadi... 43

Gambar 3.9(a) Diagram alir program utama……….... 44

Gambar 3.9(b) Lanjutan diagram alir program utama... 45

Gambar 4.1 Pengujian rangkaian penerima DTMF... 54

Gambar 4.2 Bentuk gelombang nada DTMF angka 1... 55

(15)

Tabel 2.3 Register kontrol TCON………... 22

Tabel 2.3 Lanjutan register kontrol TCON……….. 23

Tabel 2.4 Register kontrol TMOD…………... 23

Tabel 2.5 Kombinasi mode operasi timer 0 dan 1……... 23

Tabel 2.6 Alamat vektor pelayanan interupsi………... 24

Tabel 2.7 Register IE………... 25

Tabel 3.1 Kode perintah pengendali... 30

Tabel 4.1 Hasil pengukuran tegangan pada pin 5 optokopler... 52

Tabel 4.2 Hasil pengujian rangkaian pengangkat gagang telepon... 53

Tabel 4.3 Hasil pengujian nada DTMF……… 55

Tabel 4.4 Perintah kode tujuan……… 56

Tabel 4.5 Perintah kode koreksi………... 57

Tabel 4.6 Hasil pengujian rangkaian on-off dering…………...…………... 58

Tabel 4.7 Perbandingan antara hasil pengujian dan hasil perancangan... 59

(16)

mempermudah penghuni atau pemilik telepon untuk mengetahui ditujukan untuk

siapa telepon yang berdering.

Perangkat ini terdiri dari tiga bagian. Pertama, mikrokontroler AT89C51

sebagai pengendali utama. Kedua, rangkaian interface yang terdiri dari rangkaian

pendeteksi nada dering, rangkaian pengangkat gagang telepon, rangkaian

penerima DTMF, rangkaian nada pemanggil, rangkaian on-off dering dan fasilitas

dering pribadi. Ketiga, keypad 4x3 sebagai piranti masukkan kode tujuan dan

kode koreksi.

Hasil dari perangkat tujuan terpanggil telepon secara otomatis ini adalah

perangkat dapat membunyikan dering sebanyak 8 jenis dering yang berbeda

sesuai dengan kode tujuan yang ditekan dan dapat menghentikan dering semula

dengan kode koreksi dari tombol telepon DTMF.

Kata kunci: Otomatis, kode DTMF, mikrokontroler AT89C51

(17)

owner to know to who the phone call is ringing.

This device comprise of three parts. First, microcontroller AT89C51 as

main controller. Second, interface circuit which consist of ring tone detector

circuit, phone receiver pick upper circuit, DTMF receiver circuit, calling tone

circuit ringer on-off circuit and personal ring tone facility. Third, 4x3 keypad as

recipient code input and correction code device.

Result from automatically called recipient phone device this is device can

sound ring tone as much 8 type of different ring tone as according to the pressed

destination code and can disconnected default ring tone with correction code from

keypad of DTMF phone.

Keyword: Automatic, DTMF code, microcontroller AT89C51

(18)

I.1 Judul

Perangkat Tujuan Terpanggil Telepon Secara Otomatis Berbasis

Mikrokontroler AT89C51.

I.2

Latar Belakang Masalah

Komunikasi melalui telepon saat ini merupakan hal yang sangat penting

karena informasi ini lebih cepat daripada informasi melalui pengiriman surat.

Sehingga telepon merupakan salah satu sarana komunikasi yang mutlak

diperlukan dan diusahakan tiap rumah untuk memilikinya. Sebagai contoh pada

suatu rumah kos yang banyak penghuni dan fasilitas yang tersedia sangat terbatas,

karena biasanya hanya terdapat satu pesawat telepon yang diletakkan di suatu

ruang yang dapat diakses oleh penghuni tersebut. Dengan fasilitas yang sangat

terbatas tersebut, akan menimbulkan masalah bagi penghuni tersebut. Masalah

yang timbul antara lain penghuni disibukkan dengan menerima telepon yang

bukan untuknya dan memanggilkan orang lain yang ingin dihubungi penelepon.

Dengan berkembangnya teknologi maka untuk mengatasi masalah seperti

diatas tidaklah sulit. Kehadiran PABX (Private Automatic Branch Exchange)

dapat mengatasi masalah tersebut. Tetapi pemasangan PABX memerlukan biaya

yang relatif mahal karena untuk tiap ekstensi diperlukan sebuah pesawat telepon.

(19)

Sehingga sistem tersebut tidak ekonomis bila disediakan sebagai fasilitas telepon

oleh pemilik rumah kos. Semua permasalahan di atas dapat diatasi dengan

perangkat tujuan terpanggil telepon secara otomatis. Perangkat yang bekerja

menggunakan pengendali mikrokontroler AT89C51 ini dipasangkan secara paralel

pada pesawat telepon penerima, jadi ketika menerima telepon dari luar, maka

perangkat ini akan berfungsi dan akan memberikan keluaran berupa bunyi dering

yang berbeda-beda, sesuai dengan kombinasi kode tujuan yang dikehendaki oleh

penelepon.

Cara melakukan panggilan ini juga sangat mudah, karena setelah 2 nada

panggil secara otomatis gagang telepon terangkat dan penelepon mulai untuk

memasukkan kode tujuan. Jadi untuk memanggil diperlukan kombinasi angka

(angka 1-8) dengan tanda ‘#’ sedangkan untuk memutuskan atau berganti tujuan

diperlukan kombinasi angka (angka 1-8) dengan tanda ‘*’, baru kemudian

penelepon dapat melakukan panggilan ke tujuan lain dengan cara seperti semula.

I.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah merancang dan

merealisasikan sebuah perangkat keras (hardware) yaitu Perangkat Tujuan

Terpanggil Telepon Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89C51.

Manfaat penelitian ini adalah membuat perangkat tujuan terpanggil

telepon secara otomatis yang digunakan untuk:

a. Mempermudah penghuni/pemilik telepon untuk mengetahui ditujukan

(20)

b. Proteksi telepon karena hanya orang yang mengetahui kode tujuan saja

yang dapat melakukan panggilan sesuai dengan yang dituju.

I.4 Batasan

Masalah

Agar permasalahan yang dibahas dalam laporan skripsi ini tidak

menyimpang dari judul yang telah ditetapkan maka perlu ditetapkan pokok-pokok

permasalahan yang akan dibahas, maka penulisan dibatasi pada masalah:

a. Perangkat ini hanya bekerja pada pesawat telepon penerima.

b. Perangkat dilengkapi dengan kode tujuan dan kode koreksi.

c. Perangkat ini hanya dapat melakukan panggilan maksimum 8 jenis

tujuan dengan dering yang berbeda.

d. Perangkat ini juga terdapat fasilitas saluran dering pribadi.

e. Khusus rangkaian nada pemanggil dirancang sesuai dengan gambar

skema dan digunakan hanya sebagai indikator nada panggil.

I.5 Metodologi

Penelitian

Penulis melakukan penelitian dengan melakukan metodologi sebagai

berikut:

a. Mengumpulkan referensi dan literatur dari perpustakaan dan internet.

b. Menyusun referensi dan literatur yang tersedia.

c. Perancangan dan pembuatan alat yang terencana.

d. Pengujian dan pembuatan alat.

(21)

I.6 Sistematika

Penulisan

Sistem pembahasan tidak jauh berbeda dengan metodologi yang

digunakan dan penulis membagi pembahasan menurut metodologinya sebagai

berikut:

Bab I. Membahas tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang,

batasan masalah, metodologi penelitian, tujuan dan manfaat

penelitian.

Bab II. Membahas tentang dasar teori mengenai aplikasi dasar komponen

atau piranti yang digunakan dalam sistem.

BabIII. Membahas tentang perancangan sistem yang digunakan, cara

mengimplementasikan tentang perancangan rangkaian.

BabIV. Membahas keseluruhan data hasil perancangan dan analisa yang

diperoleh dari data penelitian hasil rancangan.

(22)

II.1 Pengertian Pesawat Telepon

Dalam pengertian masa kini, telepon meliputi konversi dari sinyal-sinyal

suara menjadi sinyal-sinyal listrik frekuensi audio yang kemudian dapat

dipancarkan melalui suatu sistem transmisi listrik dan akhirnya dikonversikan

kembali menjadi sinyal-sinyal tekanan suara pada ujung penerima. Fungsi dari

pesawat telepon yaitu:

a. Memanggil sentral telepon.

b. Menerima berbagai sinyal.

c. Menerima dan mengirim pembicaraan antar pelanggan.

d. Memutus hubungan telepon.

II.1.1 Sistem Pesawat Telepon

Bagian utama dari sebuah pesawat telepon terdiri dari:

a. Gagang telepon (handset)

Gagang pada pesawat telepon terdiri atas dari penerima (receiver)

untuk mendengarkan informasi lawan bicara, serta dari pengirim

(transmitter) berupa mikrofon untuk mengirimkan sinyal bicara. Selain

itu handset juga berfungsi untuk menekan saklar buka-tutup agar tetap

pada kedudukannya.

(23)

b. Saklar buka-tutup (switch hook)

Saklar buka-tutup merupakan saklar pemisah antara pesawat

telepon dengan saluran telepon. Pada saat gagang telepon (handset)

tertutup disebut keadaan on-hook dan pada saat terbuka disebut

keadaan off-hook. Dalam keadaan off-hook arus DC mengalir melalui

saluran telepon ke pesawat telepon untuk mencatu rangkaian

dialernya.

c. Pemilih nomor (dialer)

Pemilih nomor (dialer) merupakan alat yang berfungsi untuk

mengirimkan nomor telepon yang dipanggil kepada sentral telepon

(switching central). Dalam sistem telepon terdapat dua dialer yang

dipakai, yaitu sistem piringan pilih (rotary dial) dan sistem DTMF

(Dual Tone Multiple Frequency).

d. Bel (ringer)

Bel (ringer) dipakai untuk menunjukkan adanya panggilan

terhadap pesawat telepon. Untuk membunyikan bel dipergunakan

sinyal dering berupa sebuah sinyal bolak-balik (AC) dengan periode 1

detik berbunyi dan 4 detik mati. Amplitudo sinyal dering ini bisa

mencapai 135 V.

II.1.1.1 Telepon dengan Sistem DTMF

Setelah beralih ke teknologi digital, cara meminta nomor sambungan

(24)

tombol-tombol angka. Cara ini dikenal sebagai Touch Tone Dialing, sering juga

disebut sebagai DTMF (Dual Tone Multiple Frequency).

Dual Tone Multiple Frequency (DTMF) adalah teknik pengiriman

angka-angka pembentuk nomor telepon yang dikodekan dengan dua nada yang dipilih

dari 8 buah frekuensi yang sudah ditentukan. Frekuensi-frekuensi tersebut adalah

697 Hz, 770 Hz, 852 Hz, 941 Hz, 1209 Hz, 1336 Hz, 1447 Hz, dan 1633 Hz.

Kombinasi dari 8 frekuensi tersebut bisa untuk mengkodekan 16 tanda, tapi pada

pesawat telepon biasanya tombol ‘A’ ‘B’ ‘C’ dan ‘D’ tidak dipakai. Kombinasi

nada DTMF dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kombinasi nada DTMF

II.1.2 Kondisi Tegangan Saluran Telepon

II.1.2.1 Saluran Telepon Tanpa Beban (

on-hook

)

Pesawat telepon pada saat gagang tidak diangkat, maka saluran telepon

(25)

II.1.2.2 Saluran Telepon dengan Beban (

off-hook

)

Pada saat gagang telepon diangkat, saluran dalam keadaan dengan beban

memiliki tegangan 7 VDC.

II.2 Dekoder

DTMF

Rangkaian penerima nada DTMF menggunakan IC MT8870 yang

dihubungkan ke saluran telepon. IC MT8870 merupakan dekoder DTMF, yang

dapat mengartikan sepasang nada pensinyalan dan memberikan data keluaran

sesuai dengan sinyal DTMF yang diterima. Rangkaian terintegrasi penerima

DTMF tipe MT8870 ini mempunyai kemampuan mendeteksi dan mengkodekan

16 pasangan nada DTMF ke dalam bentuk kode biner 4 bit menggunakan teknik

penghitung digital. Pada rangkaian filter memanfaatkan teknik switching kapasitor

untuk memfilter sinyal frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah. Rangkaian

clock internalnya dilengkapi dengan tambahan osilator kristal. Gambar 2.2

menunjukkan diagram kotak fungsional IC MT8870.

(26)

Sinyal-sinyal DTMF dari generator DTMF yang melewati transmisii

diterima oleh dekoder DTMF melalui saluran masukan inverting (IN-) op-amp

internal. Faktor penguatan op-amp internal yang ditentukan melalui umpan balik

R3 pada keluaran op-amp internal (GS), dapat diketahui dengan persamaan 2.1.

2 3 V

R R

A = ...2.1

Untuk mendapatkan kesatuan penguatan (AV = 1), kaki masukkan non

inverting (IN+) dihubungkan dengan Vref dan Vref bias masukkan non inverting

(IN+) pada ½ VDD.

Sebelum registrasi atas suatu pasangan nada yang sesuai, penerima akan

mengecek terlebih dahulu durasi sinyalnya. Pengecekan ini dilakukan oleh suatu

konstanta waktu RC eksternal yamg dikendalikan Early Steering (ESt).

Pengaturan-pengaturan steering yang berbeda dapat digunakan untuk memilih

secara bebas Guard Time (GT) bagi Tone Present (tGTP) dan Tone Absent

(tGTA). Bila nilai dari waktu deteksi nada present (tDP) dan durasi sinyal yang

dapat diterima (tREC) diketahui sesuai dengan data sheet, maka dapat dicari nilai

dari tone present (tGTP) dengan persamaan 2.2 dan 2.3.

GTP DP REC t t

t = + ...2.2

(

) (

)

⎦ ⎤ ⎢

⎣ ⎡

− ⋅

=

TSt DD

DD 2

1 GTP

V V

V ln

C R

t ...2.3

Sebuah logika tinggi pada early steering menyebabkan Vc (tegangan

kapasitor) meningkat bersamaan dengan pelepasan yang dilakukan oleh kapasitor.

Apabila kondisi sinyal dipertahankan (ESt tetap tinggi) untuk mencapai periode

(27)

logic) untuk meregistrasi pasangan nada, memasukkan kode 4 bit yang terkait

dengannya ke dalam latch keluaran. Pada keadaan ini output GT (Guard Time)

akan diaktifkan dan dikendalikan Vc ke VDD. GT akan tetap tinggi selama EST

juga tinggi. Setelah penundaan pada latch keluaran, keluaran delay steering (StD)

akan menjadi tinggi dan sebagai tanda bahwa pasangan nada telah diterima. Isi

dari keluaran lacth ditempatkan pada pin output 4 bit (Q1,Q2,Q3,Q4) dengan cara

meninggikan masukan kontrol Tristate Output Enable (TOE) menjadi logika

tinggi. Osilator kristal eksternal sebesar 3,579545 MHz berfungsi sebagai

masukan clock internal dekoder DTMF pada pin OSC1 dan OSC2. Keluaran yang

muncul pada pin 11 sampai 14 (Q1,Q2,Q3,Q4) berupa tampilan isyarat BCD

(Binary Coded Decimal) dapat dilihat pada tabel 2.1.

(28)

Penempatan dan fungsi pin-pin dari IC MT8870 dapat dilihat pada gambar

2.3 dan tabel 2.2.

Gambar 2.3 Penempatan pin-pin MT8870

(29)

II.3 Pendeteksi nada dering

Rangkaian pendeteksi nada dering berfungsi untuk memantau tegangan

bolak-balik di saluran telepon. Rangkaian ini dihubungkan langsung ke saluran

telepon lewat kapasitor (C7) yang berfungsi sebagai filter untuk menahan

tegangan searah dan hanya meneruskan sinyal dering saja. Rangkaian pendeteksi

nada dering dibentuk dari diode bridge, dioda zener 12 Volt dan optokopler

seperti terlihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Rangkaian pendeteksi nada dering

Untuk menentukan nilai hambatan (R) minimum yang dibutuhkan pada

rangkaian, dapat menggunakan rumus dari persamaan 2.4.

...2.4 R

D Z

DC V V V

V = + +

dimana:

R I VR = ⋅ maka:

I V V V R

R I V V V

D Z DC

D Z DC

− − =

(30)

II.3.1 Penyearah Satu Gelombang Penuh

Penyearah ini mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC, dengan

menggunakan empat buah dioda penyearah, seperti ditunjukkan pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Rangkaian penyearah satu gelombang penuh

Dioda ini disusun pada setiap setengah gelombang keluaran yang berbeda

dan akan bekerja masing-masing dua buah dioda secara berderet. Pada saat titik A

positif, titik B negatif sehingga dioda D1 dan D3 bekerja. Pada saat ini akan

menghasilkan tegangan keluaran setengah gelombang yang pertama. Pada

setengah gelombang berikutnya, titik A menjadi negatif dan titik B menjadi positif

maka dioda yang akan bekerja adalah D2 dan D4 yang akan menghasilkan putaran

pada beban untuk setengah gelombang kedua. Gelombang tegangan keluaran

diperlihatkan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Gelombang keluaran penyearah gelombang penuh

Tegangan DC yang dihasilkan, ditunjukkan pada persamaan 2.5 dan 2.6.

V 1,4 V

(31)

π V 2

V P

DC = ………...2.6

II.4 Pengangkat gagang telepon

Saluran telepon hanya terdri dari dua utas kabel, meskipun demikian pada

saluran ini disalurkan suara pembicaraan secara dua arah, yaitu nada dering dan

juga sumber tegangan searah yang dikirim oleh kantor telepon agar pesawat

telepon bisa bekerja. Rangkaian pengangkat gagang telepon di kendalikan

AT89C51 lewat P1.7, seperti terlihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Rangkaian pengangkat gagang telepon

Rangkaian pengangkat gagang telepon ini dibentuk dari relay SPST, dioda

dan transistor.

Transistor pada rangkaian penggerak relay gambar 2.7 berfungsi sebagai

saklar, transistor “on” apabila memasuki daerah jenuh. Agar transistor dapat

memasuki daerah jenuh maka besarnya hambatan basis dapat dihitung

menggunakan persamaan 2.7.

B BE BB B

I V V

R = − ...2.7

Jika diketahui besarnya hambatan relay (RC) yang digunakan, maka

(32)

( )

C CC sat

C

R V

I = ...2.8

Setelah diketahui besarnya nilai arus basis dan kolektor pada daerah

saturasi, maka besar penguatannya (β) dapat diketahui dengan rumus pada

persamaan 2.9.

B C I I

β= ...2.9

II.4.1 Transistor sebagai saklar (

switch

)

Memanfaatkan transistor sebagai saklar (switch) adalah cara termudah

untuk menggunakan transistor. Yaitu dengan mengoperasikan transistor pada titik

sumbat (cut off) untuk saklar terbuka dan pada titik jenuh (saturasi) untuk saklar

tertutup (close switch), tetapi tidak pada daerah aktif. Untuk mengetahui operasi

transistor ini, perhatikan gambar 2.8 (a) dan 2.8 (b).

(33)

II.5 Mikrokontroler

Mikrokontroler adalah suatu rangkaian terintegrasi (IC) yang bekerja

untuk aplikasi pengendalian.

Untuk mendukung fungsi pengendaliannya, maka suatu mikrokontroler

memiliki bagian-bagian sebagai berikut:

a. Central Processing unit (CPU).

b. Read Only Memory (ROM).

c. Random Access Memory (RAM).

d. Pewaktu atau pencacah.

Keunggulan dari mikrokontroler AT89C51 adalah:

a. Kompatibel dengan semua produk MCS-51

b. Kapasitas memori internal 4 kB (EEROM)

c. 128 x 8 bit RAM internal

d. 32 I/O Line yang dapat diprogram

e. 2 buah 16 bit pewaktu/pencacah

f. 6 sumber interupsi

II.5.1 Konfigurasi Pin

Gambar susunan pin-pin dari mikrokontroler AT89C51 ditunjukkan pada

(34)

Gambar 2.9 Susunan pin AT89C51

Konfigurasi pin AT89C51 terdiri atas:

1. Port 0, port I/O dan bus alamat rendah (AD0…AD7)

2. Port 1, port I/O

3. port 2, port I/O dan bus alamat tinggi (A8…A15)

4. Port 3, port I/O dan sinyal kendali

5. ALE/PROG, enable alamat byte rendah bila digunakan EPROM diluar,

tetapi bila digunakan EPROM internal maka kaki ini berfungsi untuk

menerima pulsa program selama proses pemrograman.

6. PSEN, sinyal keluaran yang mengaktifkan EPROM luar

7. EA/Vpp, HIGH, mikrokontroler menjalankan perintah dari EPROM

internal. LOW, mikrokontroler menjalankan perintah EPROM

eksternal.

8. XTAL1, input ke penguat osilator

9. XTAL2, output dari penguat osilator

II.5.2 Organisasi Memori

Semua produk mikrokontroler AT89C51 dari Atmel memiliki ruang

(35)

tersebut membolehkan memori data diakses dengan alamat 8 bit, sehingga dapat

dengan cepat dan mudah disimpan dan dimanipulasi oleh CPU 8 bit. Namun

demikian, alamat memori data 16 bit bisa juga dihasilkan melalui register DPTR.

Memori program hanya bisa dibaca saja. Terdapat memori program yang

bisa diakses langsung hingga 64 Kbyte. Sedangkan strobe (tanda) untuk

mengakses program memori eksternal melalui sinyal Program Strobe Enable.

Memori data menempati suatu ruang alamat yang terpisah dari memori

program. Memori eksternal dapat diakses secara langsung hingga 64 Kbyte dalam

ruang memori data eksternal. CPU akan memberikan sinyal baca dan tulis, RD

dan WR.

II.5.2.1 Memori Program

Memori program adalah memori yang digunakan untuk menyimpan

program aktual mikrokontroler. Panjang memori maksimal mencapai 64 Kbyte

dengan memori internal sebesar 4 Kbyte. Dimungkinkan untuk memiliki 4 Kbyte

memori dalam chip dan 64 Kbyte diluar chip.

II.5.2.2 Memori Data

AT89C51 memiliki memori data internal sebanyak 128 byte. Memori

internal dari AT89C51 terbagi dua yaitu: internal RAM dan Special Function

(36)

Gambar 2.10 Peta Memori Internal AT89C51

Keunggulan dari AT89C51 adalah IC ini memiliki prosesor yang mampu

bekerja dalam bit (Boolean Processor) sehingga memungkinkan pemrogram

memanipulasi data baik dalam bit maupun byte dan juga melalui register khusus

(Special Function Register/SFR).

II.5.3 Register

II.5.3.1 Register A dan B

Register A atau akumulator merupakan register umum untuk

mengakumulasikan hasil dan instruksi-intruksi. Akumulator memiliki lebar 8 bit

dan register yang sering dipakai. Register B merupakan register penampung 8 bit

tapi terbatas hanya untuk intruksi perkalian (MUL) dan perintah pembagian

(37)

II.5.3.2 Register R

AT89C51 memiliki 8 buah register R (R0…R7) yang tersimpan dalam 4

buah bank. Jadi total ada 32 buah register R. Penggunaan register R pada bank

yang mana diatur oleh register PSW.

II.5.3.3 DPTR, PC dan SP

DPTR (Data Pointer) merupakan register 16 bit untuk menyimpan alamat

pointer. DPTR digunakan untuk perintah-perintah pengaksesan memori eksternal

yang mempunyai lebar alamat 16 bit.

PC (Program Counter) adalah register 2 byte yang memberitahukan

dimana instruksi selanjutnya akan dilaksanakan. Regiter PC tidak dapat diubah

nilainya secara langsung dengan perintah MOV. Nilai PC akan berubah oleh

perintah-perintah yang berhubungan dengan lompatan.

SP (Stack Pointer) merupakan register 8 bit yang akan menunjukkan

dimana harga berikutnya yang akan diambil dari stack. Jika suatu nilai

dimasukkan dalam stack, 89C51 pertama-tama akan menambah nilai nilai SP

kemudian menyimpan nilai tersebut pada alamat memori yang bersesuaian.

Kemudian jika suatu harga diambil dari stack, maka 89C51 akan mengambil

(38)

II.5.4 Mode Pengalamatan

II.5.4.1 Pengalamatan

segera

Pengalamatan segera adalah pengalamatan dengan memberikan

nilai/konstanta yang akan disimpan kedalam memori secara langsung. Contoh:

mov a,#20h.

II.5.4.2 Pengalamatan

langsung

Pengalamatan langsung merupakan pengalamatan untuk menunjuk data

yang berada di suatu lokasi memori dengan cara menyebut lokasi (alamat) memori

tempat data tersebut berada. Contoh: mov a,30h.

II.5.4.3 Pengalamatan tak langsung

Pengalamatan tidak langsung digunakan untuk mengakses 128 byte RAM

internal. Pengalamatan ini memanfaatkan register-register penunjuk seperti r0-r7

dan dptr serta menggunakan simbol @ untuk menunjuk isi dari alamat lokasi

memori yang ditunjukkan oleh suatu register penunjuk. Contoh: mov a,@r0.

II.5.4.4 Pengalamatan register

Instruksi ini menjadikan register r0-r7 dapat digunakan sebagai tempat

penyimpan data. Data-data yang disebut dalam pembahasan tersebut semuanya

(39)

II.5.4.5 Pengalamatan kode tak langsung

Untuk keperluan tersebut, MCS51 mempunyai cara penyebutan data dalam

memori program yang dilakukan secara tidak langsung. Contoh: movc a,@a+dptr.

Instruksi movc digunakan untuk memori program.

II.5.5 Pewaktu

Mikrokontroler AT89C51 mempunyai dua buah pewaktu 16 bit,

masing-masing timer 0 dan timer 1. kedua pewaktu ini dapat difungsikan sebagai

pewaktu, pencacah dan sebagai pembangkit boundrate untuk komunikasi serial.

Konfigurasi kedua pewaktu ini digunakan register kendali TMOD dan

TCON. Register kendali TCON merupakan register yang dapat diakses per bit

yang digunakan untuk menraktifkan dan mematikan pewaktu, menentukan jenis

interupsi eksternal pewaktu dan untuk menandakan adanya overflow flag. Kedua

register ini digunakan untuk menentukan mode operasi dari timer 0 dan timer 1.

kedua register TCON dan TMOD dapat dilihat pada tabel 2.3 dan 2.4.

Tabel 2.3 Register kontrol TCON

Nama Bit Fungsi

TF1 TCON.7 Timer 1 overflow flag

TR1 TCON.6 Mengaktifkan timer 0

TF0 TCON.5 Timer 0 overflow flag

(40)

Lanjutan tabel 2.3 Register control TCON

IE1 TCON.3 Interupsi 1 edge flag eksternal

IT1 TCON.2 Tipe interupsi 1 bit kendali

IE0 TCON.1 Interupsi 0 edge flag eksternal

IT0 TCON.0 Tipe interupsi 0 bit kendali

Tabel 2.4 Register kontrol TMOD

TIMER 1 TIMER 0

GATE C/T M1 M0 C/T C/T M1 M0

GATE, jika di set, pewaktuhanya akan bekerja jika INT1 (P3.3) berlogika 1. Jika

bit ini dinolkan, pewaktu hanya akan bekerja jika TR1 =1.

C/T, Pemilih fungsi pewaktu/pencacah (1 = pencacah).

Untuk kombinasi mode operasi timer 0 dan 1 dapat dilihat pada tabel 2.5.

Tabel 2.5 Kombinasi mode operasi timer 0 dan 1

M1 M0 Mode Operasi

0 0 0 Pewaktu 13 bit

0 1 1 Pewaktu/pencacah 16 bit

1 0 2 Pewaktu auto reload 8 bit (pengisian otomatis)

(41)

II.5.6 Interupsi

Interupsi adalah suatu kejadian yang akan menghentikan sementara

jalannya program yang sedang berjalan untuk menjalankan suatu subrutin

interupsi tertentu. Setelah selesai dikerjakan maka program yang dihentikan tadi

akan dilanjutkan lagi secara normal.

Setiap interupsi memiliki alamat vektor pelayanan interupsi yang tetap

seperti diperlihatkan pada tabel 2.6. Setelah layanan interupsi pada alamat vektor

tertentu selesai dikerjakan, untuk kembali ke program semula digunakan program

RETI.

Tabel 2.6 Alamat vektor pelayanan interupsi

Interupsi Flag Alamat Vektor

Eksternal 0 IE0 0003H

Timer 0 TF0 000BH

Eksternal 1 IE1 0013H

Timer 1 TF1 001BH

Serial RI/TI 0023H

Konfigurasi interupsi dilakukan dengan menggunakan register IE (Interupt

(42)

Tabel 2.7 Register IE

Bit Nama Alamat Keterangan

7 EA AFH Global interrupt

6 - AEH Tidak ada

5 - ADH Tidak ada

4 ES ACH Mengaktifkan interupsi serial

3 ET1 ABH Mengaktifkan interupsi timer 1

2 EX1 AAH Mengaktifkan interupsi eksternal 1

1 ET0 A9H Mengaktifkan interupsi timer 0

0 EX0 A8H Mengaktifkan interupsi eksternal 0

II.6 Optokopler

Optokopler adalah saklar fotoelektrik yang terdiri dari sebuah GaAs LED

yang memancarkan cahaya infra merah dan sebuah foto transistor NPN yang

terbuat dari silikon. Pada saat logika tinggi diumpankan ke masukkan (input),

LED akan menghantar dan memancarkan sinar infra merah yang akan

menghidupkan transistor untuk menghasilkan arus keluaran. Supaya tersedia arus

yang cukup untuk menggerakkan LED, digunakan sebuah transistor.

Optokopler merupakan komponen yang digunakan sebagai komponen

kontrol I/O untuk peralatan yang beroperasi dengan tegangan DC atau AC.

optokopler merupakan paket elektronik murni. Jalur cahaya didalamnya yang

biasanya inframerah, sungguh-sungguh tertutup dalam paket. Ini menyebabkan

(43)

mempertahankan isolasi listrik diantara kedua sirkit. Simbol dari optokopler

ditunjukkan pada gambar 2.11(a) sedangkan 2.11(b) menunjukkan kemasan dari

optokopler.

(a) (b)

Gambar 2.11 (a) Simbol optokopler (b) Kemasan optokopler

Bagian dari kaki-kaki komponen optokopler, yaitu:

1. Kaki 1, yaitu anoda LED

2. Kaki 2, yaitu katoda LED

3. Kaki 3, yaitu NC (No Connection)

4. Kaki 4, yaitu emitor transistor

5. Kaki 5, yaitu kolektor transistor

6. Kaki 6, yaitu basis transistor

II.7 Multivibrator

Astabil

Multivibrator astabil disebut juga dengan multivibrator bergerak bebas.

Multivibrator astabil menghasilkan aliran kontinyu. Pada gambar 2.12 merupakan

(44)

Gambar 2.12 Rangkaian multivibrator astabil

Rangkaian ini bekerja bebas pada frekuensi yang ditentukan oleh R1, R2

dan C. Untuk menentukan selang waktu pada saat keadaan tinggi dapat dicari

dengan rumus pada persamaan 2.10.

(

R R C

0,693

TH = 1+ 2

)

)

...2.10

Sedangkan untuk menentukan selang waktu pada saat keadaan rendah ditunjukkan

pada persamaan 2.11.

C R 0,693

TL = ⋅ 2⋅ ...2.11 Oleh karena itu, periode keluaran segi empatnya dapat diketahui dengan

persamaan 2.12.

(

R 2R C

0,693

T= 1 + 2 ...2.12

II.8 Relay

Pada relay biasanya terdapat nilai tegangan yang harus diberikan pada

terminal kumparan supaya relay dapat bekerja dengan arus dan tegangan

maksimal yang dapat melalui terminal saklar di dalam relay. Prinsip kerja relay

secara umum adalah jika ada arus listrik yang mengalir dalam kuimparan maka

(45)

buatan dan mampu menarik pelat logam, sehingga pelat kontak yang dalam

kondisi menutup di jalur lain menjadi tertarik dan berpindah posisi menutup pada

jalur yang satunya (relay kontak tukar).

Berdasar hubungan kontak, relay dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Relay normally close, merupakan relay yang kontaknya akan terbuka

(open) bila relay dilewati arus listrik.

2. Relay normally open, merupakan relay yang kontaknya akan menutup

(close) bila relay dilewati arus listrik.

3. Relay bipolar, merupakan relay yang memiliki dua kumparan dan dua

kondisi kerja.

Gambar macam-macam keadaan pada relay ditunjukkan pada gambar 2.13.

(a) (b) (c)

(46)

Perancangan perangkat tujuan terpanggil telepon secara otomatis berbasis

mikrokontroler ini menggunakan rangkaian utama yang terbagi dalam beberapa

bagian. Rangkaian yang digunakan antara lain: pendeteksi nada dering,

pengangkat gagang telepon, penerima DTMF, mikrokontroler, nada pemanggil,

on-off dering, fasilitas dering pribadi dan catu daya. Gambar diagram bloknya

ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram blok perancangan sistem

Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan cara kerja dari diagram blok perancangan

sistemnya. Perangkat tujuan terpanggil telepon secara otomatis berbasis

mikrokontroler ini merupakan suatu alat yang memanfaatkan nada DTMF untuk

membunyikan nada dering sesuai dengan kode tujuan yang dikehendaki oleh

penelepon.

(47)

Bila dering berbunyi maka rangkaian pendeteksi nada dering akan

mengisyaratkan ke mikrokontroler bahwa ada bunyi dering yang masuk. Setelah

terdeteksi 2 nada panggil maka mikrokontroler akan memerintahkan rangkaian

pengangkat gagang dari keadaan on-hook menjadi keadaan off-hook, dan bagi

penelepon mulai untuk menekan kode tujuan yang dikehendaki. Kode tujuan yang

ditekan merupakan sinyal DTMF yang akan diterima oleh rangkaian penerima

DTMF untuk diubah ke dalam bentuk kode biner 4 bit yang akan mengaktifkan

bunyi dering sesuai dengan kode tujuan yang dikehendaki. Agar suara seperti

bunyi dering pada telepon yang sebenarnya, maka ditambahkan rangkaian

multivibrator astabil yang berfungsi sebagai jeda waktu bunyi dering.

Kode DTMF yang ditekan merupakan data yang digunakan untuk

membunyikan dering tujuan yang sesuai. Kode untuk memilih dering tujuan yang

ditelepon dan memutuskan dering tujuan, agar dapat berganti dering tujuan yang

lain, terlihat pada tabel 3.1.

(48)

III.1 Perancangan Perangkat Keras

III.1.1 Rangkaian Penerima DTMF

Rangkaian penerima DTMF ini menggunakan IC MT8870, yang memang

di rancang khusus untuk keperluan DTMF. Rangkaian inilah yang akan

mendeteksi dan menerjemahkan isyarat-isyarat nada yang berasal dari telepon.

MT8870 dilengkapi dengan osilator kristal eksternal (Y1) 3.579545 MHz

yang berfungsi sebagai masukkan clock internal dekoder DTMF pada saluran

OSC1 dan OSC2. Nilai-nilai komponen tersebut langsung diambil dari lembaran

datasheet MT8870 yang sudah disesuaikan dengan karakteristik sinyal DTMF.

Rangkaian penerima DTMF (MT8870) dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Rangkaian penerima nada DTMF

Faktor penguatan op-amp ditentukan melalui umpan balik R3. Faktor

penguatan Av yang diinginkan adalah 1, dengan nilai R2 sebesar 100 KΩ, maka

dapat dicari nilai R3 dengan persamaan 2.1.

2 V 3 A .R

(49)

Berdasarkan pada data sheet ditentukan waktu deteksi nada present (tDP)

sebesar 14 ms dan durasi sinyal yang dapat diterima oleh penerima (tREC) adalah

40 ms, maka besarnya tone present (tGTP) dapat dicari dengan persamaan 2.2.

DP REC GTP t t

t = −

ms 14 ms 40

tGTP = − =26ms

Ditentukan C1 sebesar 100nF, maka besarnya R1 dapat ditentukan dengan

persamaan 2.3.

(

) (

)

(

)

(

(

)

)

(

)

Ω = ⋅ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − ⋅ = ⋅ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − ⋅ = − − − K 390 10 0,1 0,039 R 2,4 5 5 ln 10 0,1 R 10 26 V V V ln C R t 6 1 6 1 3 TSt DD DD 1 1 GTP

Rangkaian MT8870 dihubungkan ke saluran telepon lewat kapasitor (C2)

sebesar 100 nF. Hal ini untuk membendung arus searah dan hanya arus

bolak-balik saja yang bisa masuk ke MT8870. Kapasitor ini setidaknya harus mampu

menahan tegangan 135 V. Karena pada saat nada dering aktif, amplitudo tegangan

AC yang dilewatkan mencapai 135 V.

Setiap kali MT8870 menerima nada DTMF baru, kaki STD (Delayed

steering, kaki 15 MT8870) akan menjadi ‘1’. Keadaan kaki ini dipantau AT89C51

lewat P1.4 (kaki 5 AT89C51). Kode angka DTMF yang diterima MT8870

diterima AT89C51 lewat port P1.0 sampai P1.3 (kaki 1 sampai 4 AT89C51).

Keluaran dari MT8870 dari kaki 11 sampai 14 (Q1,Q2,Q3,Q4) berupa

(50)

dan diprogram oleh AT89C51 untuk membunyikan dering telepon sesuai dengan

orang yang dituju.

III.1.2 Rangkaian Pendeteksi Nada Dering

Rangkaian pendeteksi nada dering yang dihubungkan langsung ke saluran

telepon lewat kapasitor (C5) sebesar 100nF. Kapasitor ini berfungsi untuk

menahan tegangan searah dan hanya meneruskan sinyal dering saja. Rangkaian

pendeteksi nada dering ditunjukkan pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Rangkaian pendeteksi nada dering

Untuk membedakan nada dering dengan suara pembicaraan yang ada

dalam saluran telepon, pada rangkaian ini dipasang dioda zener (DZ), dengan

demikian hanya tegangan yang amplitudonya lebih dari 12 Volt yang bisa lewat.

Sehingga suara pembicaraan yang amplitudonya hanya beberapa volt saja tidak

akan bisa diteruskan ke optokopler 4N35. Karena tegangan masukkannya berupa

tegangan AC, maka harus diubah dahulu menjadi tegangan DC. Untuk

menghitung tegangan DC dapat menggunakan persamaan 2.5 dan 2.6.

V 1,4 V

VP(out) = P(in) − =135V−1,4V=133,6Volt

π

P(out) DC

2V

V = 85,052V 85V

π V

267,2 =

(51)

Didalam rangkaian pendeteksi nada dering, resistor R6 membatasi arus

yang mengalir pada dioda optokopler 4N35, karena amplitudo nada dering cukup

tinggi, maka resistor ini nilainya cukup besar. Agar pembebanan terhadap telepon

tidak terlalu besar maka dipilih IF = 10 mA. Sehingga nilai resistor R6 dihitung

dengan rumus pada persamaan 2.4. Dari data sheet 4N35 (dalam lampiran)

didapat:

Arus maju dioda (IF(max)) = 60 mA

Tegangan dadal dioda (VD) = 1,5 V

Arus maksimum dioda zener (IZ(max)) = 30 mA

(

)

F Z D DC 6

I V V V

R = − +

(

)

m 10

12 5 , 1 85− +

= =7150Ω

Ditentukan resistor yang ada dipasaran = 6,8 KOhm

Sinyal dering akan mengakibatkan denyut arus pada LED (Light Emitting

Diode) dalam optokopler 4N35, sehingga akan mengakibatkan opto transistor

dalam optokopler 4N35 on/off seirama dengan arus yang mengalir pada LED

tersebut.

Kolektor dari opto transistor didalam optokopler 4N35 dihubungkan ke

kaki INT0 (kaki nomor 12 AT89C51). Keadaan on/off dari opto transistor akan

mengakibatkan kaki INT0 menjadi ‘0’/’1’. Saat tidak ada nada dering, INT0

dalam keadaan ‘1’, dan saat bel berbunyi kaki INT0 akan berubah ‘0’, sebanyak

10 sampai 20 kali, tergantung pada frekuensi nada dering.

Sinyal pada kaki INT0 ini diterima AT89C51 sebagai sinyal permintaan

(52)

maka hanya perubahan ‘1’ ke ‘0’ yang pertama saja yang boleh dianggap sebagai

sinyal interupsi.

III.1.3 Rangkaian Pengangkat Gagang Telepon

Saluran telepon hanya terdiri dari dua utas kabel, meskipun demikian pada

saluran ini disalurkan suara pembicaraan secara dua arah, nada dering dan juga

sumber tegangan searah yang dikirim kantor telepon agar pesawat telepon bisa

bekerja.

Saat pesawat telepon bekerja, pesawat telepon akan mengambil arus listrik

dari saluran telepon setelah gagang telepon diangkat. Impedansi pesawat telepon

sebesar lebih kurang 600 Ω, dengan demikian pengangkatan gagang telepon bisa

disimulasikan dengan menghubungkan resistor dengan nilai sekitar 600 Ω pada

saluran telepon. Pada piranti ini memakai resistor dengan nilai 560 Ω. Rangkaian

pengangkat gagang telepon ditunjukkan pada gambar 3.4.

Gambar 3.4 Rangkaian pengangkat gagang telepon

Simulasi pengangkatan gagang telepon dilakukan dengan menghubungkan

resistor R4 ke saluran telepon dengan bantuan relay K1. pada saat kaki P1.7 (kaki

(53)

K1 akan menghubungkan R4 ke ground, sehingga R4 terpasang paralel pada

saluran telepon, akibatnya rangkaian di kantor telepon akan merasakan gagang

pesawat telepon diangkat.

Agar port mikrokontroler dapat menggerakan relay, diperlukan driver

yang menggunakan transistor NPN BC 547. Transistor ini bekerja sebagai saklar

(switch), transistor akan “on” apabila memasuki daerah jenuh (saturasi). Agar

transistor dapat bekerja pada daerah saturasi maka arus kolektor jenuh (Ic(sat))

dapat dihitung sesuai pada persamaan 2.8, sesuai dengan hasil perhitungan,

hambatan dalam relay adalah 100 Ω.

( ) C CC sat C R V I = Ω = 100 V 5 A 0,05 =

Dengan persamaan 2.9 dapat diketahui besarnya arus basis agar transistor

BC 547 yang mempunyai hfe (β) sebesar 116 (berdasarkan hasil pengukuran)

menjadi jenuh adalah:

βC B I I = 116 05 , 0 A

= =0,431mA

Dengan menggunakan persamaan 2.7, maka besarnya hambatan basis

adalah: B(sat) BE BB 5 I V V

R = −

mA ,431 0 V 0,7 V 5 −

= =9,976KΩ

(54)

III.1.4 Rangkaian Mikrokontroler AT89C51

Mikrokontroler dipakai sebagai perangkat pengendali utama pada skripsi

ini. Karena mikrokontroler AT89C51 memiliki 4 buah port yang dapat

difungsikan sebagai port-port alternatif. Maka perangkat-perangkat yang akan

dikendalikan dapat langsung dihubungkan dengan port-port pada mikrokontroler.

Hubungan antara perangkat yang dikendalikan dengan mikrokontroler

terlihat seperti gambar 3.5.

AT89C51 9 18 19 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 21 22 23 24 25 26 27 28 10 11 12 13 14 15 16 17 39 38 37 36 35 34 33 32 RST XTAL2 XTAL1 PSEN ALE/PROG EA/VPP P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P2.0/A8 P2.1/A9 P2.2/A10 P2.3/A11 P2.4/A12 P2.5/A13 P2.6/A14 P2.7/A15 P3.0/RXD P3.1/TXD P3.2/INTO P3.3/INT1 P3.4/TO P3.5/T1 P3.6/WR P3.7/RD P0.0/AD0 P0.1/AD1 P0.2/AD2 P0.3/AD3 P0.4/AD4 P0.5/AD5 P0.6/AD6 P0.7/AD7

Ke rangkaian suara tujuan 4

Kaki 11 (Q1) MT8870 Ke rangkaian suara tujuan 5

X-TAL 2

Kaki 15 (STD) MT8870 Ke rangkaian suara tujuan 7

Ke rangkaian suara tujuan 3

Vcc

Kaki 14 (Q4) MT8870

X-TAL 1

Kaki 13 (Q3) MT8870 Ke rangkaian suara tujuan 2

Ke rangkaian suara tujuan 6

Ke rangkaian suara tujuan 8

Pendeteksi nada dering Ke rangkaian suara tujuan 1

40

Kaki 12 (Q2) MT8870

On - Off hook

Vcc

20

Gambar 3.5 Rangkaian mikrokontroler AT89C51

Dari gambar diatas dapat dijelaskan kegunaan dari kaki-kaki yang

terhubung dengan rangkaian lain, antara lain:

1. Kaki 18 dan 19 digunakan sebagai rangkaian penyedia detak atau clock

(55)

2. Port 2 terhubung pada rangkaian suara, untuk mengaktifkan transistor

port 2 harus diberikan logika rendah dan untuk mematikan diberi

logika tinggi.

3. Kaki P3.2 digunakan sebagai pendeteksi nada dering. Kaki ini

mendeteksi transisi dari logika tinggi ke logika rendah sebagai sumber

interupsi eksternal mikrokontroler.

4. Kaki P1.0 sampai P1.3 terhubung dengan keluaran MT8870 sebagai

port data masukkan untuk mikrokontroler. Bersama dengan kaki P1.4

yang terhubung dengan kaki Std MT8870 mendeteksi kode data yang

sesuai dengan nada DTMF.

5. Kaki P1.7 terhubung dengan on-off hook, untuk simulasi pengangkatan

gagang telepon.

6. Kaki 31 (EA/Vpp) terhubung dengan Vcc karena pada skripsi ini

hanya menggunakan memori program internal dan memori data

internal AT89C51.

7. Kaki 20 terhubung dengan ground.

8. Kaki 40 terhubung dengan Vcc (5 Volt).

III.1.5 Rangkaian Nada Pemanggil

Untuk memberitahukan panggilan telepon kepada orang yang dituju, maka

keluaran dari mikrokontroler yaitu P2.0 sampai P2.7 perlu ditambahkan rangkaian

(56)

KS5401 (SATURN type : S-128) yang sudah dimodifikasi, yang terlihat pada

gambar 3.6.

Gambar 3.6 Rangkaian nada pemanggil

Rangkaian yang dibentuk oleh IC KS5401 tersebut mempunyai 8 buah

keluaran suara yang berbeda-beda. Cara penyambungan dengan mikrokontroler,

yaitu keluaran mikrokontroler dari P2.0 sampai P2.7 dihubungkan ke kaki 6

sampai kaki 13 pada IC KS5401. Karena keluaran dari mikrokontroler

mempunyai logika rendah ‘0’, untuk itu keluaran dari mikrokontroler perlu

ditambahkan rangkaian transistor yang berfungsi sebagai saklar. Rangkaian

transistor sebagai saklar dibentuk dari transistor PNP 2N2907 dengan

penambahan resistor yang dihubungkan ke basis transistor untuk menahan arus

(57)

Berdasarkan data sheet arus keluaran logika rendah dari mikrokontroler

(IOL) = 1,6 mA dan tegangan keluaran pada saat aktif rendah (VOL) = 0,45 V,

maka besar hambatan basisnya (RB) adalah:

Ω 281,25 mA

1,6 V 0,45 I

V R

(OL) (OL)

B = = =

Ditentukan resistor yang terdapat dipasaran = 330 Ω.

Ketika ada panggilan masuk, maka dengan penekanan kode tujuan

panggilan oleh penelepon akan mengakibatkan salah satu keluaran dari P2

mikrokontroler mempunyai logika rendah ‘0’. Sehingga akan memicu transistor

2N2907 untuk memberikan keluaran polaritas negatif. Jika salah satu kaki

masukan dari IC KS5401 (pin 6 sampai pin 13) memperoleh logika rendah, maka

keluaran IC pada pin 4 akan memberikan keluaran logika tinggi. Untuk

membunyikan speaker perlu ditambahkan transistor sebagai saklar pada keluaran

IC pin 4 tersebut.

Keluaran yang dihasilkan oleh IC KS5401 sudah berbentuk suara yang

dapat di dengar, hanya saja tidak ada jeda waktu on-off dari bunyi dering. Agar

seperti dering pada telepon yang sebenarnya, maka ditambahkan rangkaian

multivibrator astabil yang berfungsi sebagai jeda waktu bunyi dering.

III.1.6 Rangkaian

on-off

dering

Untuk memberikan jeda on-off bunyi dering yang menyerupai bunyi

(58)

astabil. Rangkaian multivibrator astabil dibentuk oleh komponen utama IC NE555

yang biasa digunakan sebagai timer sederhana. Rangkaian on-off dering dapat

dilihat pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 Rangkaian on-off dering

Rangkaian multivibrator astabil menurut data sheet, untuk bekerja pada

tegangan 5 volt, maka penjumlahan dari R7 dan R8 tidak boleh lebih dari 6,7 MΩ.

dalam perancangan ini, jika waktu yang diinginkan adalah 3 detik (TH) saat on

dan 1 detik (TL) saat off serta ditentukan nilai kapasitor (C7) yang ada di pasaran

adalah 1 uF, maka untuk mencari besarnya resistor R8 dapat menggunakan rumus

dari persamaan 2.11.

C R 0,693 TL = × 8×

(

×

)

= Ω

=

× × =

M 4 , 1 1μ 0,693

1s R

1μ R 0,693 1s

8

8

Ditentukan resistor yang terdapat dipasaran = 1,5 MOhm, maka waktu

(59)

detik 1,0395 1 1,5M 0,693 C R 0,693

TL 8

= × × = × × = μ

Jika besarnya R8 sudah diketahui, maka dengan persamaan 2.10 dapat

diketahui besarnya R7, yaitu:

(

)

(

)

Ω = = × + × = × + × = M 9 , 2 0,693 2,03M R 1μ M 4 , 1 R 0,693 3s C R R 0,693 T 7 7 8 7 H

Ditentukan resistor yang terdapat dipasaran = 3 MOhm, maka waktu dering yang

berbunyi sesungguhnya adalah:

(

)

(

)

ik det 1185 , 3 1μ M 5 , 1 3M 0,693 C R R 0,693

TH 7 8

= × + × = × + × =

On-off dering dari rangkaian ini mempunyai jeda waktu selama 3,1185

detik on dan 1,0395 detik off. Sehingga penjumlahan dari T1 dan T2 tersebut

mempunyai nilai 4,158 detik. Jadi tiap 1 pulsa dering mempunyai periode 4,158

detik.

III.1.7 Fasilitas Saluran Dering Pribadi

Fasilitas saluran dering pribadi adalah fasilitas yang dibuat supaya

perangkat tujuan terpanggil telepon secara otomatis dapat bekerja lebih efektif

untuk memberikan dering agar lebih jelas didengar oleh penghuni kos, karena

setiap speaker memberikan deringnya sendiri-sendiri sesuai dengan kode tujuan.

(60)

Gambar 3.8 Rangkaian fasilitas saluran dering pribadi

III.2 Perancangan Perangkat Lunak

Di samping rangkaian utama, kerja alat ini sepenuhnya ditangani dengan

perangkat lunak, gambar 3.9 memperlihatkan diagram alir sistem yang

(61)

(a)

(62)

(b)

Gambar 3.9 (b) Lanjutan diagram alir program utama

III.2.1 Inisialisasi

Saat mikrokontroler dijalankan, program harus mengatur semua fungsi

yang digunakan dalam mikrokontroler sesuai dengan kebutuhan. Proses

inisialisasi pada perancangan ini dengan memberikan penjelasan lokasi

penyimpanan data, pemakaian port ataupun konstanta yang dipakai dalam

pengalamatan data, terlihat pada sintak berikut:

tujuan equ 30h

std bit p1.4

angkat bit p1.7

(63)

org 0000h ljmp mulai

org 000bh sjmp timer

III.2.2 Deteksi Dering

Untuk mendeteksi dering yang masuk dan menghentikan berapa jumlah

yang diinginkan, setiap ada dering masuk, P3.2 berlogika rendah dan saat tidak

ada dering, P3.2 berlogika tinggi. Perubahan logika tersebut, akan mengakibatkan

port pada P1.7 berlogika tinggi dan mengaktifkan timer interupsi.

org 00a0h

mulai:

setb dering mov tmod,#01h

clr a

clr angkat

clr std

mov r1,#00h mov r6,#00h mov r7,#00h dering1:

jb dering,dering1 ;ambil dering 1 dering2:

jnb dering,dering2 dering3:

jb dering,dering3 ;ambil dering 2 dering4:

jnb dering,dering4

setb angkat ;simulasi angkat gagang

mov th0,#03ch mov tl0,#0b0h

setb tr0

setb ea

(64)

III.2.3 Mengaktifkan

Timer

Timer interupsi diaktifkan setelah nada dering berhenti sesuai dengan

jumlah yang diinginkan, yaitu dua kali dering. Timer interupsi diaktifkan dengan

tujuan agar perangkat tidak terus menerus aktif, dengan lama timer yang

diinginkan selama 30 detik. Program untuk membangkitkan interupsi timer

terlihat pada sintak berikut ini:

timer: clr tf0 clr tr0 inc r6

cjne r6,#28h,detik

mov r6,#00h

inc r7

detik:

mov th0,#03ch

mov tl0,#0b0h

setb tr0

reti

tunggu:

cjne r7,#0fh,dtmf clr tr0

clr ea

clr et0

mov p2,#0ffh

sjmp mulai

III.2.4 Deteksi Kode DTMF

Setelah dering kedua dan simulasi angkat gagang, jika port P1.4 berlogika

tinggi maka ada kode DTMF yang akan diterima oleh port P1.0 - P1.3. Bila tidak

(65)

menunggu dering. Adapun program untuk mendeteksi kode DTMF dari IC

MT8870 adalah sebagai berikut:

dtmf:

jnb std,tunggu acall mt8870

mt8870:

clr a

mov a,p1

anl a,#0fh ret

III.2.5 Deteksi Kode Tujuan

Untuk mendeteksi kode tujuan, kode DTMF yang ditekan akan

dibandingkan tujuan yang sudah ditentukan, lalu di ikuti tanda ‘#’ (pagar) yang

digunakan untuk mengaktifkan dering pada port P2. Program untuk mendeteksi

kode tujuannya sebagai berikut:

dtmf:

jnb std,tunggu acall mt8870 cjne a,#01h,lihat2 sjmp pager

lihat2:

cjne a,#02h,lihat3 sjmp pager

lihat3:

cjne a,#03h,lihat4 sjmp pager

lihat4:

cjne a,#04h,lihat5 sjmp pager

lihat5:

cjne a,#05h,lihat6 sjmp pager

lihat6:

(66)

lihat7:

cjne a,#07h,lihat8 sjmp pager

lihat8:

cjne a,#08h,tunggu pager:

mov r1,a

dtmf1:

jnb std,tunggu3 acall mt8870

cjne a,#0ch,dtmf1 ;deteksi pager sjmp bunyi

III.2.6 Deteksi Kode Koreksi

Untuk mengoreksi kode tujuan dan menghentikan dering yang berbunyi,

maka penelepon memasukkan kode koreksi, dimana kode koreksi harus sama

dengan kode tujuannya dan diikuti oleh tanda bintang untuk menghentikan dering.

Adapun program untuk mendeteksi kode koreksi sebagai berikut:

tunggu1:

cjne r7,#0fh,koreksi

clr tr0

clr ea

clr et0

mov p2,#0ffh

ljmp mulai

koreksi:

jnb std,tunggu1

acall mt8870 ;ambil dtmf cjne a,tujuan,tunggu1

clr a

bintang:

jnb std,tunggu2 acall mt8870

cjne a,#0bh,tunggu2 ;deteksi bintang mov p2,#0ffh ;matikan dering

(67)

mov r1,a ljmp dtmf

III.2.7 Memilih Dering Tujuan

Apabila seluruh syarat telah terpenuhi mikrokontroler siap diberi perintah,

dari data/kode DTMF yang diperoleh, digunakan untuk mengaktifkan port 2

saklar transistor untuk membunyikan dering tujuan yang sesuai dengan kode

DTMF. Program untuk memilih dering tujuan dapat dilihat pada sintak berikut:

bunyi:

mov dptr,#bunyi_dering mov a,r1

movc a,@a+dptr ;pilih dering mov p2,a ;aktifkan dering bunyidering:

(68)

Setelah perancangan perangkat tujuan terpanggil telepon secara otomatis

berbasis mikrokontroler AT89C51 terealisasikan, maka perlu diadakan pengujian

alat untuk mengetahui kesesuaian alat yang dibuat dengan alat yang telah

dirancang. Pengujian sistem dilakukan secara bertahap pada masing-masing

diagram blok, dengan memanfaatkan alat bantu berupa multimeter digital dan

stopwatch.

Pengamatan dan pengujian pada bab ini dilakukan pada beberapa tingkat

sebagai berikut:

1. Rangkaian pendeteksi nada dering

2. Rangkaian pengangkat gagang telepon

3. Rangkaian penerima DTMF

4. Rangkaian nada pemanggil

5. Rangkaian on-off dering

6. Perangkat secara keseluruhan

IV.1 Pengujian

Rangkaian

Pendeteksi Nada Dering

Rangkaian pendeteksi nada dering ini menggunakan komponen utama IC

4N35 (optokopler). Pengujian rangkaian ini dilakukan dengan cara

menghubungkan saluran telepon dengan rangkaian pendeteksi nada dering melalui

(69)

kapasitor C5 dan kaki kolektor (pin 5) pada optokopler dihubungkan ke

mikrokontroler pada port P1.7, seperti yang terlihat pada gambar 3.3.

Pada pengujian rangkaian pendeteksi nada dering, akan diamati perubahan

tegangan yang terjadi pada keluaran optokopler. Hasil pengukuran tegangan pada

keluaran optokopler dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pengukuran tegangan pada pin 5 optokopler

Keadaan Tegangan pada pin 5 optokopler

Tidak ada dering 5 VDC

Ada dering 0,7 VDC

Berdasarkan pengukuran dengan multimeter, pada saat tidak ada dering,

tegangan keluaran pada kaki kolektor optokopler bertegangan 5 VDC dan ketika

saat ada sinyal dering, maka tegangan keluaran pada kaki kolektor optokopler

akan berubah tegangan menjadi 0,7 VDC. Karena sesuai dengan data sheet

tegangan 5 VDC dianggap oleh mikrokontroler sebagai masukan logika ‘1’ dan

tegangan 0,7 VDC sebagai masukan logika ‘0’, maka perubahan logika tersebut

dianggap oleh mikrokontroler sebagai external interrupt.

IV.2 Pengujian

Rangkaian

Pengangkat Gagang Telepon

Relay pada rangkaian ini merupakan simulasi pengangkatan gagang

telepon (off-hook). Berdasarkan dari hasil pengukuran dengan multimeter,

rangkaian simulasi gagang telepon ini akan bekerja ketika ada masukan tegangan

(70)

‘1’ sehingga mampu mengaktifkan transistor NPN C547 sebagai penggerak

(driver) relay.

Pada saat pengangkatan gagang telepon, telepon akan mengambil arus

saluran telepon, keadaan ini sekaligus memberi tahu pada sentral telepon bahwa

sudah terjadi hubungan antar telepon. Dengan demikian pengangkatan gagang

telepon pada piranti ini disimulasikan dengan menghubungkan resistor 560 Ohm

pada saluran telepon. Pada saat relay terhubung (off-hook) rangkaian sentral

telepon akan merasakan gagang telepon diangkat. Hasil pengujian rangkaian

pengangkat gagang telepon dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil pengujian rangkaian pengangkat gagang telepon

Pengujian ke Relay off-hook pada dering ke-n

1 2

2 2

3 2

4 2

5 2

Pada pengujian rangkaian pengangkat gagang telepon, relay akan aktif

pada dering ke 2. Sedangkan relay off-hook perancangan yang diinginkan adalah

sebanyak 2 dering, dengan periode 1 detik berbunyi dan 4 detik mati, jadi relay

akan off-hook setelah 6 detik.

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.2, dapat disimpulkan bahwa

(71)

untuk mengaktifkan interrupt timer yang dibangkitkan oleh mikrokontroler dan

alat bekerja dengan baik yaitu perangkat sudah dapat mendeteksi dering sebanyak

2 dering.

IV.3 Pengujian

Rangkaian Penerima DTMF

Untuk pengujian rangkaian penerima DTMF (MT8870), rangkaian

dihubungkan dengan catu daya 5 Volt. Masukan MT8870 pada kaki 2 dan 3

dihubungkan langsung dengan saluran telepon. Untuk melihat keluaran dari

MT8870, dapat disimulasikan dengan memasang LED (Light Emitting Diode)

pada keluaran MT8870 (kaki 11 sampai 14). Pengujian rangkaian penerima

DTMF dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Pengujian rangkaian penerima DTMF

Keluaran rangkaian ini merupakan kode BCD (Binary Coded Decimal)

dan logika ‘1’ yang ditampilkan pada tabel 4.3 ditandai dengan LED Q1-Q4 yang

(72)

Tabel 4.3 Hasil pengujian nada DTMF

Berdasarkan tabel 4.3, penekanan tombol telepon akan menghasilkan

keluaran biner yang sesuai dengan datasheet yang ditampilkan pada tabel 2.1.

Sehingga kehandalan dan keakuratan data yang dihasilkan rangkaian ini dapat

dibaca oleh mikrokontroler sebagai data. Salah satu contoh gambar bentuk

gelombang kombinasi nada DTMF dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Bentuk gelombang nada DTMF angka 1

IV.4 Pengujian Rangkaian Nada Pemanggil

Rangkaian nada pemanggil ini menggunakan komponen utama IC

(73)

saklar yang digunakan untuk mengaktifkan bunyi yang tersedia pada IC KS5401.

Untuk mengaktifkan transistor, penelepon harus memasukan kode tujuan berupa

kombinasi angka (angka 1-8) diikuti tanda ‘#’ (pagar). Perintah kode tujuan dapat

dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Perintah kode tujuan

Kode tujuan Port mikrokontoler yang aktif Pin IC KS5401 yang aktif

1# P2.7 13

2# P2.6 12

3# P2.5 11

4# P2.4 10

5# P2.3 9

6# P2.2 8

7# P2.1 7

8# P2.0 6

Ketika penelepon memberikan perintah untuk memanggil salah satu

tujuan, misalnya dengan penekanan 1#, maka berdasarkan pengukuran dengan

menggunakan multimeter, port P2.7 pada mikrokontroler akan terjadi perubahan

tegangan dari 5 VDC (logika ‘1’) menjadi 0 VDC (logika ‘0’) dan mengaktifkan

transistor PNP yang berfungsi sebagai saklar untuk memicu pin 13 pada IC

KS5401 sehingga bunyi dering dapat terdengar. Begitu juga sampai tujuan ke-8

(74)

Untuk membatalkan kode tujuan yang telah ditekan dan menghentikan

bunyi dering, maka penelepon membe

Gambar

Gambar 2.1 Kombinasi nada DTMF
Tabel 2.1 Keluaran pada pin 11 sampai 14 dari IC MT8870
Tabel 2.2 Fungsi pin-pin MT8870
Gambar  2.6 Gelombang keluaran penyearah gelombang penuh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lakukan hal yang sama pada bagian lain apabila ingin dijadikan sebagai latar belakang agar kita dapat memasukkan objek berupa teks, animasi, maupun gambar...

Pada kelompok status ekonomi rendah dengan kondisi rumah sehat yang sama, terlihat persentase ISPA dan Diare lebih tinggi dibandingkan kelompok ekonomi tinggi.. Peran status

Selanjutnya, Pasal 6 memberikan pengecualian berkenaan dengan wewenang Pengadilan HAM, sebagai berikut: “Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara

Berdasarkan hasil penelitian dan setelah dilakukan tabulasi data maka diperoleh nilai indeks kepuasan masyarakat per unsur pelayanan pada Puskesmas Kalicacing Kota

Prinsip dasar sistem PLH PV-Diesel ini adalah dengan mengoperasikan sumber energi dari tenaga surya untuk memenuhi kebutuhan beban dasar melalui penggunaan sistem

setelah kami pelajari dengan saksama Dokumen PRAKUALIFIKASI tersebut, dengan ini kami mengajukan Dokumen Administrasi Kualifikasi dan Dokumen Teknis Kualifikasi untuk pengadaan

Dalam hal Pelaksanaan Kerja Praktek penulis di berikan Intruksi atau arahan terlebih dahulu sebelum melaksanakan Tugas – Tugas yang akan di berikan penulis adalah sistem

133 pendapatan akan meningkatkan daya beli riii masyarakat sehingga permintaan terhadap barang dan jasa juga akan mengalami peningkatan. Peningkatan permintaan barang