PERANGKAT TUJUAN TERPANGGIL TELEPON
SECARA OTOMATIS BERBASIS
MIKROKONTROLER AT89C51
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Elektro
Disusun oleh:
DIAZ RIZKY YUDHANTO
NIM : 015114031
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PHONE DEVICE BASED ON
AT89C51 MICROCONTROLLER
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements
To Obtain The Technical Engineering Degree
In Electrical Engineering
By:
DIAZ RIZKY YUDHANTO
Student ID Number : 015114031
ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT
ENGINEERING FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2007
“Belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu,
belajar diwaktu besar bagai mengukir diatas air.”
Kupersembahkan karya ini untuk Orang-orang tercinta:
Ayahanda dan Ibunda yang telah banyak bersabar, berdoa dan
berkorban untuk keberhasilan aku. Maafkan jika Aku terlalu sering
main bola, jadi lupa deh kuliahnya.
Kakakku Indah Suryaning A + Hasta “Okie” Brata yang telah banyak
membantu dan mendukung untuk tidak cepat putus asa untuk
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Alm. eyang kakung + putri Jogja dan Semarang, ketauladananmu
dan keikhlasanmu menjadi semangatku dalam menjalani hidup.
Sahabat sekaligus teman hidupku Fitria Dyah Ayu P. yang menjadi
detak jantungku dalam perjuangan menuntut ilmu dan
menyelesaikan skripsi ini.
Maz Cello dan dek Cupid yang selalu menemani dan menghiburku
saat aku sedih dan terjatuh.
Alhamdulillahi Rabbil’alamin, tiada kata yang lebih pantas dan bermakna,
kecuali mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
banyak kemudahan, kelapangan jalan dan memberikan yang terbaik bagi penulis
selama proses penulisan skripsi hingga terselesaikannya karya tulis ini.
Sebagai sebuah karya tulis, penulis menyadari adanya banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, banyak pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan,
perhatian serta doa yang tulus saat proses pengerjaan skripsi ini. Untuk itu pada
kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada:
1. Tuhan YME, yang membuat segalanya terjadi pada saya. Semua
kejadian-kejadian yang saya alami selama hampir 26 tahun ini, yang sedih sekalipun,
jadi great inspirator di kemudian hari… Walaupun kadang saya kurang bijak
menyikapinya...
2. Bp. Ir. Greg Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc. selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Sanata Dharma.
3. Bp. Martanto, S.T., M.T. dan Ibu B. Wuri Harini, S.T., M.T. selaku Dosen
pembimbing I dan pembimbing II tugas akhir (skripsi) yang banyak
memberikan bimbingan, dorongan dan masukkan serta selalu membesarkan
hati penulis sehingga terlesaikannya skripsi ini, juga kepada Bp. Ir. Iswanjono,
meluangkan waktunya untuk memonitor Penulis dan seluruh dosen Teknik
Elektro yang telah membagikan ilmunya selama masa perkuliahan
5. Para Bapak dan Ibu yang bertugas di Sekretariat Fakultas Teknik ( Pak Djito,
Bu Titik dan rekan) yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan
semua persyaratan administrasi selama masa kuliah Penulis dan semoga terus
maju bersama dedikasinya.
6. Keluarga besar Ayahanda Danandjaya, Ibunda Ida Wiharharyani dan Kakanda
Indah Suryaning Astuti yang tak pernah lelah memberikan kasih dan cintanya.
7. Keluarga besar Bapak Gatot Triyanto dan Ibu Sri yang banyak memberikan
semangat dan doa tak terkecuali dek Tika, dek Miko, serta dek Vino.
8. Keluarga besar Eyang Soeratman dan Mas Sunu yang telah memberikan
semangat dan menemaniku selama di Jakarta.
9. Mas Ivan Ismail yang telah mengenalkan kepada mas Ajid untuk menjadi
inspirasi dan membantu dalam mengerjakan serta menjawab segala persoalan
tentang masalah yang dihadapi selama mengerjakan skripsi.
10.Mas Tri Yulizar, Toni “Parto” Pujianto dan Ardhi “Embek” yang terlalu baik
dan berlapang dada mengajariku tentang apa itu program mikrokontroler
hingga tak kenal waktu, baik itu siang ataupun malam.
11.Mas Sur dan Teman-teman Elektro angkatan 2000-2002, Joko, Bowo, Nico,
Hadi, Indra “Klowor”, Indra “Tatang”, Septa, Tomo, Heri “Preman”, Eling
12.Kos-kosan B-15 Community, Fifi, Fanty, Brahma, Tanto, Krisna yang selalu
menghibur dan memberi semangat agar cepat lulus kuliah.
13.Alm. R. NGT. Wasidah Mangkuwinoto sajadahmu selalu menjadi alas
sholatku untuk mengabdi, menyembah dan berdoa kepada Allah SWT agar
cepat lulus.
14.Teman-temanku yang nggak kesebut, bukan berarti nggak inget dan nggak
sayang loh serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini maupun
selama menjalani studi di Teknik Elektro Sanata Dharma.
Yogyakarta, 18 Juni 2007
Penulis
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... viv
DAFTAR TABEL ... xv
INTISARI ... xvi
ABSTRACT ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Judul ... 1
I.2 Latar Belakang Masalah... 1
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 2
I.4 Batasan Masalah ... 3
I.5 Metodologi Penelitian ... 3
I.6 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 5
II.1 Pengertian Pesawat Telepon ... 5
II.1.1 Sistem Pesawat Telepon... 5
II.1.2.2 Saluran Telepon dengan Beban ... 8
II.2 Dekoder DTMF ... 8
II.3 Pendeteksi Nada Dering ... 12
II.3.1 Penyearah Satu Gelombang Penuh ... 13
II.4 Pengangkat Gagang Telepon... 14
II.4.1 Transistor sebagai Saklar ... 15
II.5 Mikrokontroler ... 16
II.5.1 Konfigurasi Pin ... 16
II.5.2 Organisasi Memori... 17
II.5.2.1 Memori Program ... 18
II.5.2.2 Memori Data ... 18
II.5.3 Register ... 19
II.5.3.1 Register A dan B ... 19
II.5.3.2 Register R... 20
II.5.3.3 DPTR, PC dan SP ... 20
II.5.4 Mode Pengalamatan ... 21
II.5.4.1 Pengalamatan Segera ... 21
II.5.4.2 Pengalamatan Langsung ... 21
II.5.4.3 Pengalamatan Tak Langsung ... 21
II.5.4.4 Pengalamatan Register ... 21
II.6 Optokopler ... 25
II.7 Multivibrator Astabil... 26
II.8 Relay ... 27
BAB III PERANCANGANPENELITIAN... 29
III.1 Perancangan Perangkat Keras ... 31
III.1.1 Rangkaian Penerima DTMF ... 31
III.1.2 Rangkaian Pendeteksi Nada Dering... 33
III.1.3 Rangkaian Pengangkat Gagang Telepon ... 35
III.1.4 Rangkaian Mikrokontroler AT89C51 ... 37
III.1.5 Rangkaian Nada Pemanggil ... 38
III.1.6 Rangkaian On-off Dering ... 40
III.1.7 Fasilitas Saluran Dering Pribadi ... 42
III.2 Perancangan Perangkat Lunak ... 43
III.2.1 Inisialisasi... 45
III.2.2 Deteksi Dering ... 46
III.2.3 Mengaktifkan Timer... 47
III.2.4 Deteksi Kode DTMF... 47
III.2.5 Deteksi Kode Tujuan... 48
III.2.6 Deteksi Kode Koreksi ... 49
III.2.7 Memilih Dering Tujuan ... 50
IV.3 Pengujian Rangkaian Penerima DTMF ... 54
IV.4 Pengujian Rangkaian Nada Pemanggil ... 55
IV.5 Pengujian Rangkaian On-off Dering ... 58
IV.6 Pengujian Perangkat secara Keseluruhan... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 62
V.1 Kesimpulan ... 62
V.2 Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
LAMPIRAN
Gambar 2.3 Penempatan pin-pin MT8870………... 11
Gambar 2.4 Rangkaian pendeteksi nada dering………... 12
Gambar 2.5 Rangkaian penyearah satu gelombang penuh... 13
Gambar 2.6 Gelombang keluaran penyearah gelombang penuh……. 13
Gambar 2.7 Rangkaian pengangkat gagang telepon... 14
Gambar 2.8(a) Rangkaian saklar transistor………... 15
Gambar 2.8(b) Garis beban dc transistor………... 15
Gambar 2.9 Susunan pin AT89C51... 17
Gambar 2.10 Peta Memori Internal AT89C51…..………... 19
Gambar 2.11(a) Simbol optokopler ………..………. 26
Gambar 2.11(b) Kemasan optokopler ……… 26
Gambar 2.12 Rangkaian multivibrator astabil ……….. 27
Gambar 2.13(a) Relaynormally close…………... 28
Gambar 2.13(b) Relaynormally open……… 28
Gambar 2.13(c) Relay bipolar……… 28
Gambar 3.1 Diagram blok perancangan sistem... 29
Gambar 3.2 Rangkaian penerima nada DTMF... 31
Gambar 3.3 Rangkaian pendeteksi nada dering... 33
Gambar 3.4 Rangkaian pengangkat gagang telepon... 35
Gambar 3.5 Rangkaian mikrokontroler AT89C51... 37
Gambar 3.6 Rangkaian nada pemanggil……….. 39
Gambar 3.7 Rangkaian on-off dering... 41
Gambar 3.8 Rangkaian fasilitas saluran dering pribadi... 43
Gambar 3.9(a) Diagram alir program utama……….... 44
Gambar 3.9(b) Lanjutan diagram alir program utama... 45
Gambar 4.1 Pengujian rangkaian penerima DTMF... 54
Gambar 4.2 Bentuk gelombang nada DTMF angka 1... 55
Tabel 2.3 Register kontrol TCON………... 22
Tabel 2.3 Lanjutan register kontrol TCON……….. 23
Tabel 2.4 Register kontrol TMOD…………... 23
Tabel 2.5 Kombinasi mode operasi timer 0 dan 1……... 23
Tabel 2.6 Alamat vektor pelayanan interupsi………... 24
Tabel 2.7 Register IE………... 25
Tabel 3.1 Kode perintah pengendali... 30
Tabel 4.1 Hasil pengukuran tegangan pada pin 5 optokopler... 52
Tabel 4.2 Hasil pengujian rangkaian pengangkat gagang telepon... 53
Tabel 4.3 Hasil pengujian nada DTMF……… 55
Tabel 4.4 Perintah kode tujuan……… 56
Tabel 4.5 Perintah kode koreksi………... 57
Tabel 4.6 Hasil pengujian rangkaian on-off dering…………...…………... 58
Tabel 4.7 Perbandingan antara hasil pengujian dan hasil perancangan... 59
mempermudah penghuni atau pemilik telepon untuk mengetahui ditujukan untuk
siapa telepon yang berdering.
Perangkat ini terdiri dari tiga bagian. Pertama, mikrokontroler AT89C51
sebagai pengendali utama. Kedua, rangkaian interface yang terdiri dari rangkaian
pendeteksi nada dering, rangkaian pengangkat gagang telepon, rangkaian
penerima DTMF, rangkaian nada pemanggil, rangkaian on-off dering dan fasilitas
dering pribadi. Ketiga, keypad 4x3 sebagai piranti masukkan kode tujuan dan
kode koreksi.
Hasil dari perangkat tujuan terpanggil telepon secara otomatis ini adalah
perangkat dapat membunyikan dering sebanyak 8 jenis dering yang berbeda
sesuai dengan kode tujuan yang ditekan dan dapat menghentikan dering semula
dengan kode koreksi dari tombol telepon DTMF.
Kata kunci: Otomatis, kode DTMF, mikrokontroler AT89C51
owner to know to who the phone call is ringing.
This device comprise of three parts. First, microcontroller AT89C51 as
main controller. Second, interface circuit which consist of ring tone detector
circuit, phone receiver pick upper circuit, DTMF receiver circuit, calling tone
circuit ringer on-off circuit and personal ring tone facility. Third, 4x3 keypad as
recipient code input and correction code device.
Result from automatically called recipient phone device this is device can
sound ring tone as much 8 type of different ring tone as according to the pressed
destination code and can disconnected default ring tone with correction code from
keypad of DTMF phone.
Keyword: Automatic, DTMF code, microcontroller AT89C51
I.1 Judul
Perangkat Tujuan Terpanggil Telepon Secara Otomatis Berbasis
Mikrokontroler AT89C51.
I.2
Latar Belakang Masalah
Komunikasi melalui telepon saat ini merupakan hal yang sangat penting
karena informasi ini lebih cepat daripada informasi melalui pengiriman surat.
Sehingga telepon merupakan salah satu sarana komunikasi yang mutlak
diperlukan dan diusahakan tiap rumah untuk memilikinya. Sebagai contoh pada
suatu rumah kos yang banyak penghuni dan fasilitas yang tersedia sangat terbatas,
karena biasanya hanya terdapat satu pesawat telepon yang diletakkan di suatu
ruang yang dapat diakses oleh penghuni tersebut. Dengan fasilitas yang sangat
terbatas tersebut, akan menimbulkan masalah bagi penghuni tersebut. Masalah
yang timbul antara lain penghuni disibukkan dengan menerima telepon yang
bukan untuknya dan memanggilkan orang lain yang ingin dihubungi penelepon.
Dengan berkembangnya teknologi maka untuk mengatasi masalah seperti
diatas tidaklah sulit. Kehadiran PABX (Private Automatic Branch Exchange)
dapat mengatasi masalah tersebut. Tetapi pemasangan PABX memerlukan biaya
yang relatif mahal karena untuk tiap ekstensi diperlukan sebuah pesawat telepon.
Sehingga sistem tersebut tidak ekonomis bila disediakan sebagai fasilitas telepon
oleh pemilik rumah kos. Semua permasalahan di atas dapat diatasi dengan
perangkat tujuan terpanggil telepon secara otomatis. Perangkat yang bekerja
menggunakan pengendali mikrokontroler AT89C51 ini dipasangkan secara paralel
pada pesawat telepon penerima, jadi ketika menerima telepon dari luar, maka
perangkat ini akan berfungsi dan akan memberikan keluaran berupa bunyi dering
yang berbeda-beda, sesuai dengan kombinasi kode tujuan yang dikehendaki oleh
penelepon.
Cara melakukan panggilan ini juga sangat mudah, karena setelah 2 nada
panggil secara otomatis gagang telepon terangkat dan penelepon mulai untuk
memasukkan kode tujuan. Jadi untuk memanggil diperlukan kombinasi angka
(angka 1-8) dengan tanda ‘#’ sedangkan untuk memutuskan atau berganti tujuan
diperlukan kombinasi angka (angka 1-8) dengan tanda ‘*’, baru kemudian
penelepon dapat melakukan panggilan ke tujuan lain dengan cara seperti semula.
I.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah merancang dan
merealisasikan sebuah perangkat keras (hardware) yaitu Perangkat Tujuan
Terpanggil Telepon Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler AT89C51.
Manfaat penelitian ini adalah membuat perangkat tujuan terpanggil
telepon secara otomatis yang digunakan untuk:
a. Mempermudah penghuni/pemilik telepon untuk mengetahui ditujukan
b. Proteksi telepon karena hanya orang yang mengetahui kode tujuan saja
yang dapat melakukan panggilan sesuai dengan yang dituju.
I.4 Batasan
Masalah
Agar permasalahan yang dibahas dalam laporan skripsi ini tidak
menyimpang dari judul yang telah ditetapkan maka perlu ditetapkan pokok-pokok
permasalahan yang akan dibahas, maka penulisan dibatasi pada masalah:
a. Perangkat ini hanya bekerja pada pesawat telepon penerima.
b. Perangkat dilengkapi dengan kode tujuan dan kode koreksi.
c. Perangkat ini hanya dapat melakukan panggilan maksimum 8 jenis
tujuan dengan dering yang berbeda.
d. Perangkat ini juga terdapat fasilitas saluran dering pribadi.
e. Khusus rangkaian nada pemanggil dirancang sesuai dengan gambar
skema dan digunakan hanya sebagai indikator nada panggil.
I.5 Metodologi
Penelitian
Penulis melakukan penelitian dengan melakukan metodologi sebagai
berikut:
a. Mengumpulkan referensi dan literatur dari perpustakaan dan internet.
b. Menyusun referensi dan literatur yang tersedia.
c. Perancangan dan pembuatan alat yang terencana.
d. Pengujian dan pembuatan alat.
I.6 Sistematika
Penulisan
Sistem pembahasan tidak jauh berbeda dengan metodologi yang
digunakan dan penulis membagi pembahasan menurut metodologinya sebagai
berikut:
Bab I. Membahas tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang,
batasan masalah, metodologi penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian.
Bab II. Membahas tentang dasar teori mengenai aplikasi dasar komponen
atau piranti yang digunakan dalam sistem.
BabIII. Membahas tentang perancangan sistem yang digunakan, cara
mengimplementasikan tentang perancangan rangkaian.
BabIV. Membahas keseluruhan data hasil perancangan dan analisa yang
diperoleh dari data penelitian hasil rancangan.
II.1 Pengertian Pesawat Telepon
Dalam pengertian masa kini, telepon meliputi konversi dari sinyal-sinyal
suara menjadi sinyal-sinyal listrik frekuensi audio yang kemudian dapat
dipancarkan melalui suatu sistem transmisi listrik dan akhirnya dikonversikan
kembali menjadi sinyal-sinyal tekanan suara pada ujung penerima. Fungsi dari
pesawat telepon yaitu:
a. Memanggil sentral telepon.
b. Menerima berbagai sinyal.
c. Menerima dan mengirim pembicaraan antar pelanggan.
d. Memutus hubungan telepon.
II.1.1 Sistem Pesawat Telepon
Bagian utama dari sebuah pesawat telepon terdiri dari:
a. Gagang telepon (handset)
Gagang pada pesawat telepon terdiri atas dari penerima (receiver)
untuk mendengarkan informasi lawan bicara, serta dari pengirim
(transmitter) berupa mikrofon untuk mengirimkan sinyal bicara. Selain
itu handset juga berfungsi untuk menekan saklar buka-tutup agar tetap
pada kedudukannya.
b. Saklar buka-tutup (switch hook)
Saklar buka-tutup merupakan saklar pemisah antara pesawat
telepon dengan saluran telepon. Pada saat gagang telepon (handset)
tertutup disebut keadaan on-hook dan pada saat terbuka disebut
keadaan off-hook. Dalam keadaan off-hook arus DC mengalir melalui
saluran telepon ke pesawat telepon untuk mencatu rangkaian
dialernya.
c. Pemilih nomor (dialer)
Pemilih nomor (dialer) merupakan alat yang berfungsi untuk
mengirimkan nomor telepon yang dipanggil kepada sentral telepon
(switching central). Dalam sistem telepon terdapat dua dialer yang
dipakai, yaitu sistem piringan pilih (rotary dial) dan sistem DTMF
(Dual Tone Multiple Frequency).
d. Bel (ringer)
Bel (ringer) dipakai untuk menunjukkan adanya panggilan
terhadap pesawat telepon. Untuk membunyikan bel dipergunakan
sinyal dering berupa sebuah sinyal bolak-balik (AC) dengan periode 1
detik berbunyi dan 4 detik mati. Amplitudo sinyal dering ini bisa
mencapai 135 V.
II.1.1.1 Telepon dengan Sistem DTMF
Setelah beralih ke teknologi digital, cara meminta nomor sambungan
tombol-tombol angka. Cara ini dikenal sebagai Touch Tone Dialing, sering juga
disebut sebagai DTMF (Dual Tone Multiple Frequency).
Dual Tone Multiple Frequency (DTMF) adalah teknik pengiriman
angka-angka pembentuk nomor telepon yang dikodekan dengan dua nada yang dipilih
dari 8 buah frekuensi yang sudah ditentukan. Frekuensi-frekuensi tersebut adalah
697 Hz, 770 Hz, 852 Hz, 941 Hz, 1209 Hz, 1336 Hz, 1447 Hz, dan 1633 Hz.
Kombinasi dari 8 frekuensi tersebut bisa untuk mengkodekan 16 tanda, tapi pada
pesawat telepon biasanya tombol ‘A’ ‘B’ ‘C’ dan ‘D’ tidak dipakai. Kombinasi
nada DTMF dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kombinasi nada DTMF
II.1.2 Kondisi Tegangan Saluran Telepon
II.1.2.1 Saluran Telepon Tanpa Beban (
on-hook
)
Pesawat telepon pada saat gagang tidak diangkat, maka saluran telepon
II.1.2.2 Saluran Telepon dengan Beban (
off-hook
)
Pada saat gagang telepon diangkat, saluran dalam keadaan dengan beban
memiliki tegangan 7 VDC.
II.2 Dekoder
DTMF
Rangkaian penerima nada DTMF menggunakan IC MT8870 yang
dihubungkan ke saluran telepon. IC MT8870 merupakan dekoder DTMF, yang
dapat mengartikan sepasang nada pensinyalan dan memberikan data keluaran
sesuai dengan sinyal DTMF yang diterima. Rangkaian terintegrasi penerima
DTMF tipe MT8870 ini mempunyai kemampuan mendeteksi dan mengkodekan
16 pasangan nada DTMF ke dalam bentuk kode biner 4 bit menggunakan teknik
penghitung digital. Pada rangkaian filter memanfaatkan teknik switching kapasitor
untuk memfilter sinyal frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah. Rangkaian
clock internalnya dilengkapi dengan tambahan osilator kristal. Gambar 2.2
menunjukkan diagram kotak fungsional IC MT8870.
Sinyal-sinyal DTMF dari generator DTMF yang melewati transmisii
diterima oleh dekoder DTMF melalui saluran masukan inverting (IN-) op-amp
internal. Faktor penguatan op-amp internal yang ditentukan melalui umpan balik
R3 pada keluaran op-amp internal (GS), dapat diketahui dengan persamaan 2.1.
2 3 V
R R
A = ...2.1
Untuk mendapatkan kesatuan penguatan (AV = 1), kaki masukkan non
inverting (IN+) dihubungkan dengan Vref dan Vref bias masukkan non inverting
(IN+) pada ½ VDD.
Sebelum registrasi atas suatu pasangan nada yang sesuai, penerima akan
mengecek terlebih dahulu durasi sinyalnya. Pengecekan ini dilakukan oleh suatu
konstanta waktu RC eksternal yamg dikendalikan Early Steering (ESt).
Pengaturan-pengaturan steering yang berbeda dapat digunakan untuk memilih
secara bebas Guard Time (GT) bagi Tone Present (tGTP) dan Tone Absent
(tGTA). Bila nilai dari waktu deteksi nada present (tDP) dan durasi sinyal yang
dapat diterima (tREC) diketahui sesuai dengan data sheet, maka dapat dicari nilai
dari tone present (tGTP) dengan persamaan 2.2 dan 2.3.
GTP DP REC t t
t = + ...2.2
(
) (
)
⎥⎦ ⎤ ⎢
⎣ ⎡
− ⋅
=
TSt DD
DD 2
1 GTP
V V
V ln
C R
t ...2.3
Sebuah logika tinggi pada early steering menyebabkan Vc (tegangan
kapasitor) meningkat bersamaan dengan pelepasan yang dilakukan oleh kapasitor.
Apabila kondisi sinyal dipertahankan (ESt tetap tinggi) untuk mencapai periode
logic) untuk meregistrasi pasangan nada, memasukkan kode 4 bit yang terkait
dengannya ke dalam latch keluaran. Pada keadaan ini output GT (Guard Time)
akan diaktifkan dan dikendalikan Vc ke VDD. GT akan tetap tinggi selama EST
juga tinggi. Setelah penundaan pada latch keluaran, keluaran delay steering (StD)
akan menjadi tinggi dan sebagai tanda bahwa pasangan nada telah diterima. Isi
dari keluaran lacth ditempatkan pada pin output 4 bit (Q1,Q2,Q3,Q4) dengan cara
meninggikan masukan kontrol Tristate Output Enable (TOE) menjadi logika
tinggi. Osilator kristal eksternal sebesar 3,579545 MHz berfungsi sebagai
masukan clock internal dekoder DTMF pada pin OSC1 dan OSC2. Keluaran yang
muncul pada pin 11 sampai 14 (Q1,Q2,Q3,Q4) berupa tampilan isyarat BCD
(Binary Coded Decimal) dapat dilihat pada tabel 2.1.
Penempatan dan fungsi pin-pin dari IC MT8870 dapat dilihat pada gambar
2.3 dan tabel 2.2.
Gambar 2.3 Penempatan pin-pin MT8870
II.3 Pendeteksi nada dering
Rangkaian pendeteksi nada dering berfungsi untuk memantau tegangan
bolak-balik di saluran telepon. Rangkaian ini dihubungkan langsung ke saluran
telepon lewat kapasitor (C7) yang berfungsi sebagai filter untuk menahan
tegangan searah dan hanya meneruskan sinyal dering saja. Rangkaian pendeteksi
nada dering dibentuk dari diode bridge, dioda zener 12 Volt dan optokopler
seperti terlihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Rangkaian pendeteksi nada dering
Untuk menentukan nilai hambatan (R) minimum yang dibutuhkan pada
rangkaian, dapat menggunakan rumus dari persamaan 2.4.
...2.4 R
D Z
DC V V V
V = + +
dimana:
R I VR = ⋅ maka:
I V V V R
R I V V V
D Z DC
D Z DC
− − =
II.3.1 Penyearah Satu Gelombang Penuh
Penyearah ini mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC, dengan
menggunakan empat buah dioda penyearah, seperti ditunjukkan pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Rangkaian penyearah satu gelombang penuh
Dioda ini disusun pada setiap setengah gelombang keluaran yang berbeda
dan akan bekerja masing-masing dua buah dioda secara berderet. Pada saat titik A
positif, titik B negatif sehingga dioda D1 dan D3 bekerja. Pada saat ini akan
menghasilkan tegangan keluaran setengah gelombang yang pertama. Pada
setengah gelombang berikutnya, titik A menjadi negatif dan titik B menjadi positif
maka dioda yang akan bekerja adalah D2 dan D4 yang akan menghasilkan putaran
pada beban untuk setengah gelombang kedua. Gelombang tegangan keluaran
diperlihatkan pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Gelombang keluaran penyearah gelombang penuh
Tegangan DC yang dihasilkan, ditunjukkan pada persamaan 2.5 dan 2.6.
V 1,4 V
π V 2
V P
DC = ………...2.6
II.4 Pengangkat gagang telepon
Saluran telepon hanya terdri dari dua utas kabel, meskipun demikian pada
saluran ini disalurkan suara pembicaraan secara dua arah, yaitu nada dering dan
juga sumber tegangan searah yang dikirim oleh kantor telepon agar pesawat
telepon bisa bekerja. Rangkaian pengangkat gagang telepon di kendalikan
AT89C51 lewat P1.7, seperti terlihat pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Rangkaian pengangkat gagang telepon
Rangkaian pengangkat gagang telepon ini dibentuk dari relay SPST, dioda
dan transistor.
Transistor pada rangkaian penggerak relay gambar 2.7 berfungsi sebagai
saklar, transistor “on” apabila memasuki daerah jenuh. Agar transistor dapat
memasuki daerah jenuh maka besarnya hambatan basis dapat dihitung
menggunakan persamaan 2.7.
B BE BB B
I V V
R = − ...2.7
Jika diketahui besarnya hambatan relay (RC) yang digunakan, maka
( )
C CC sat
C
R V
I = ...2.8
Setelah diketahui besarnya nilai arus basis dan kolektor pada daerah
saturasi, maka besar penguatannya (β) dapat diketahui dengan rumus pada
persamaan 2.9.
B C I I
β= ...2.9
II.4.1 Transistor sebagai saklar (
switch
)
Memanfaatkan transistor sebagai saklar (switch) adalah cara termudah
untuk menggunakan transistor. Yaitu dengan mengoperasikan transistor pada titik
sumbat (cut off) untuk saklar terbuka dan pada titik jenuh (saturasi) untuk saklar
tertutup (close switch), tetapi tidak pada daerah aktif. Untuk mengetahui operasi
transistor ini, perhatikan gambar 2.8 (a) dan 2.8 (b).
II.5 Mikrokontroler
Mikrokontroler adalah suatu rangkaian terintegrasi (IC) yang bekerja
untuk aplikasi pengendalian.
Untuk mendukung fungsi pengendaliannya, maka suatu mikrokontroler
memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
a. Central Processing unit (CPU).
b. Read Only Memory (ROM).
c. Random Access Memory (RAM).
d. Pewaktu atau pencacah.
Keunggulan dari mikrokontroler AT89C51 adalah:
a. Kompatibel dengan semua produk MCS-51
b. Kapasitas memori internal 4 kB (EEROM)
c. 128 x 8 bit RAM internal
d. 32 I/O Line yang dapat diprogram
e. 2 buah 16 bit pewaktu/pencacah
f. 6 sumber interupsi
II.5.1 Konfigurasi Pin
Gambar susunan pin-pin dari mikrokontroler AT89C51 ditunjukkan pada
Gambar 2.9 Susunan pin AT89C51
Konfigurasi pin AT89C51 terdiri atas:
1. Port 0, port I/O dan bus alamat rendah (AD0…AD7)
2. Port 1, port I/O
3. port 2, port I/O dan bus alamat tinggi (A8…A15)
4. Port 3, port I/O dan sinyal kendali
5. ALE/PROG, enable alamat byte rendah bila digunakan EPROM diluar,
tetapi bila digunakan EPROM internal maka kaki ini berfungsi untuk
menerima pulsa program selama proses pemrograman.
6. PSEN, sinyal keluaran yang mengaktifkan EPROM luar
7. EA/Vpp, HIGH, mikrokontroler menjalankan perintah dari EPROM
internal. LOW, mikrokontroler menjalankan perintah EPROM
eksternal.
8. XTAL1, input ke penguat osilator
9. XTAL2, output dari penguat osilator
II.5.2 Organisasi Memori
Semua produk mikrokontroler AT89C51 dari Atmel memiliki ruang
tersebut membolehkan memori data diakses dengan alamat 8 bit, sehingga dapat
dengan cepat dan mudah disimpan dan dimanipulasi oleh CPU 8 bit. Namun
demikian, alamat memori data 16 bit bisa juga dihasilkan melalui register DPTR.
Memori program hanya bisa dibaca saja. Terdapat memori program yang
bisa diakses langsung hingga 64 Kbyte. Sedangkan strobe (tanda) untuk
mengakses program memori eksternal melalui sinyal Program Strobe Enable.
Memori data menempati suatu ruang alamat yang terpisah dari memori
program. Memori eksternal dapat diakses secara langsung hingga 64 Kbyte dalam
ruang memori data eksternal. CPU akan memberikan sinyal baca dan tulis, RD
dan WR.
II.5.2.1 Memori Program
Memori program adalah memori yang digunakan untuk menyimpan
program aktual mikrokontroler. Panjang memori maksimal mencapai 64 Kbyte
dengan memori internal sebesar 4 Kbyte. Dimungkinkan untuk memiliki 4 Kbyte
memori dalam chip dan 64 Kbyte diluar chip.
II.5.2.2 Memori Data
AT89C51 memiliki memori data internal sebanyak 128 byte. Memori
internal dari AT89C51 terbagi dua yaitu: internal RAM dan Special Function
Gambar 2.10 Peta Memori Internal AT89C51
Keunggulan dari AT89C51 adalah IC ini memiliki prosesor yang mampu
bekerja dalam bit (Boolean Processor) sehingga memungkinkan pemrogram
memanipulasi data baik dalam bit maupun byte dan juga melalui register khusus
(Special Function Register/SFR).
II.5.3 Register
II.5.3.1 Register A dan B
Register A atau akumulator merupakan register umum untuk
mengakumulasikan hasil dan instruksi-intruksi. Akumulator memiliki lebar 8 bit
dan register yang sering dipakai. Register B merupakan register penampung 8 bit
tapi terbatas hanya untuk intruksi perkalian (MUL) dan perintah pembagian
II.5.3.2 Register R
AT89C51 memiliki 8 buah register R (R0…R7) yang tersimpan dalam 4
buah bank. Jadi total ada 32 buah register R. Penggunaan register R pada bank
yang mana diatur oleh register PSW.
II.5.3.3 DPTR, PC dan SP
DPTR (Data Pointer) merupakan register 16 bit untuk menyimpan alamat
pointer. DPTR digunakan untuk perintah-perintah pengaksesan memori eksternal
yang mempunyai lebar alamat 16 bit.
PC (Program Counter) adalah register 2 byte yang memberitahukan
dimana instruksi selanjutnya akan dilaksanakan. Regiter PC tidak dapat diubah
nilainya secara langsung dengan perintah MOV. Nilai PC akan berubah oleh
perintah-perintah yang berhubungan dengan lompatan.
SP (Stack Pointer) merupakan register 8 bit yang akan menunjukkan
dimana harga berikutnya yang akan diambil dari stack. Jika suatu nilai
dimasukkan dalam stack, 89C51 pertama-tama akan menambah nilai nilai SP
kemudian menyimpan nilai tersebut pada alamat memori yang bersesuaian.
Kemudian jika suatu harga diambil dari stack, maka 89C51 akan mengambil
II.5.4 Mode Pengalamatan
II.5.4.1 Pengalamatan
segera
Pengalamatan segera adalah pengalamatan dengan memberikan
nilai/konstanta yang akan disimpan kedalam memori secara langsung. Contoh:
mov a,#20h.
II.5.4.2 Pengalamatan
langsung
Pengalamatan langsung merupakan pengalamatan untuk menunjuk data
yang berada di suatu lokasi memori dengan cara menyebut lokasi (alamat) memori
tempat data tersebut berada. Contoh: mov a,30h.
II.5.4.3 Pengalamatan tak langsung
Pengalamatan tidak langsung digunakan untuk mengakses 128 byte RAM
internal. Pengalamatan ini memanfaatkan register-register penunjuk seperti r0-r7
dan dptr serta menggunakan simbol @ untuk menunjuk isi dari alamat lokasi
memori yang ditunjukkan oleh suatu register penunjuk. Contoh: mov a,@r0.
II.5.4.4 Pengalamatan register
Instruksi ini menjadikan register r0-r7 dapat digunakan sebagai tempat
penyimpan data. Data-data yang disebut dalam pembahasan tersebut semuanya
II.5.4.5 Pengalamatan kode tak langsung
Untuk keperluan tersebut, MCS51 mempunyai cara penyebutan data dalam
memori program yang dilakukan secara tidak langsung. Contoh: movc a,@a+dptr.
Instruksi movc digunakan untuk memori program.
II.5.5 Pewaktu
Mikrokontroler AT89C51 mempunyai dua buah pewaktu 16 bit,
masing-masing timer 0 dan timer 1. kedua pewaktu ini dapat difungsikan sebagai
pewaktu, pencacah dan sebagai pembangkit boundrate untuk komunikasi serial.
Konfigurasi kedua pewaktu ini digunakan register kendali TMOD dan
TCON. Register kendali TCON merupakan register yang dapat diakses per bit
yang digunakan untuk menraktifkan dan mematikan pewaktu, menentukan jenis
interupsi eksternal pewaktu dan untuk menandakan adanya overflow flag. Kedua
register ini digunakan untuk menentukan mode operasi dari timer 0 dan timer 1.
kedua register TCON dan TMOD dapat dilihat pada tabel 2.3 dan 2.4.
Tabel 2.3 Register kontrol TCON
Nama Bit Fungsi
TF1 TCON.7 Timer 1 overflow flag
TR1 TCON.6 Mengaktifkan timer 0
TF0 TCON.5 Timer 0 overflow flag
Lanjutan tabel 2.3 Register control TCON
IE1 TCON.3 Interupsi 1 edge flag eksternal
IT1 TCON.2 Tipe interupsi 1 bit kendali
IE0 TCON.1 Interupsi 0 edge flag eksternal
IT0 TCON.0 Tipe interupsi 0 bit kendali
Tabel 2.4 Register kontrol TMOD
TIMER 1 TIMER 0
GATE C/T M1 M0 C/T C/T M1 M0
GATE, jika di set, pewaktuhanya akan bekerja jika INT1 (P3.3) berlogika 1. Jika
bit ini dinolkan, pewaktu hanya akan bekerja jika TR1 =1.
C/T, Pemilih fungsi pewaktu/pencacah (1 = pencacah).
Untuk kombinasi mode operasi timer 0 dan 1 dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Kombinasi mode operasi timer 0 dan 1
M1 M0 Mode Operasi
0 0 0 Pewaktu 13 bit
0 1 1 Pewaktu/pencacah 16 bit
1 0 2 Pewaktu auto reload 8 bit (pengisian otomatis)
II.5.6 Interupsi
Interupsi adalah suatu kejadian yang akan menghentikan sementara
jalannya program yang sedang berjalan untuk menjalankan suatu subrutin
interupsi tertentu. Setelah selesai dikerjakan maka program yang dihentikan tadi
akan dilanjutkan lagi secara normal.
Setiap interupsi memiliki alamat vektor pelayanan interupsi yang tetap
seperti diperlihatkan pada tabel 2.6. Setelah layanan interupsi pada alamat vektor
tertentu selesai dikerjakan, untuk kembali ke program semula digunakan program
RETI.
Tabel 2.6 Alamat vektor pelayanan interupsi
Interupsi Flag Alamat Vektor
Eksternal 0 IE0 0003H
Timer 0 TF0 000BH
Eksternal 1 IE1 0013H
Timer 1 TF1 001BH
Serial RI/TI 0023H
Konfigurasi interupsi dilakukan dengan menggunakan register IE (Interupt
Tabel 2.7 Register IE
Bit Nama Alamat Keterangan
7 EA AFH Global interrupt
6 - AEH Tidak ada
5 - ADH Tidak ada
4 ES ACH Mengaktifkan interupsi serial
3 ET1 ABH Mengaktifkan interupsi timer 1
2 EX1 AAH Mengaktifkan interupsi eksternal 1
1 ET0 A9H Mengaktifkan interupsi timer 0
0 EX0 A8H Mengaktifkan interupsi eksternal 0
II.6 Optokopler
Optokopler adalah saklar fotoelektrik yang terdiri dari sebuah GaAs LED
yang memancarkan cahaya infra merah dan sebuah foto transistor NPN yang
terbuat dari silikon. Pada saat logika tinggi diumpankan ke masukkan (input),
LED akan menghantar dan memancarkan sinar infra merah yang akan
menghidupkan transistor untuk menghasilkan arus keluaran. Supaya tersedia arus
yang cukup untuk menggerakkan LED, digunakan sebuah transistor.
Optokopler merupakan komponen yang digunakan sebagai komponen
kontrol I/O untuk peralatan yang beroperasi dengan tegangan DC atau AC.
optokopler merupakan paket elektronik murni. Jalur cahaya didalamnya yang
biasanya inframerah, sungguh-sungguh tertutup dalam paket. Ini menyebabkan
mempertahankan isolasi listrik diantara kedua sirkit. Simbol dari optokopler
ditunjukkan pada gambar 2.11(a) sedangkan 2.11(b) menunjukkan kemasan dari
optokopler.
(a) (b)
Gambar 2.11 (a) Simbol optokopler (b) Kemasan optokopler
Bagian dari kaki-kaki komponen optokopler, yaitu:
1. Kaki 1, yaitu anoda LED
2. Kaki 2, yaitu katoda LED
3. Kaki 3, yaitu NC (No Connection)
4. Kaki 4, yaitu emitor transistor
5. Kaki 5, yaitu kolektor transistor
6. Kaki 6, yaitu basis transistor
II.7 Multivibrator
Astabil
Multivibrator astabil disebut juga dengan multivibrator bergerak bebas.
Multivibrator astabil menghasilkan aliran kontinyu. Pada gambar 2.12 merupakan
Gambar 2.12 Rangkaian multivibrator astabil
Rangkaian ini bekerja bebas pada frekuensi yang ditentukan oleh R1, R2
dan C. Untuk menentukan selang waktu pada saat keadaan tinggi dapat dicari
dengan rumus pada persamaan 2.10.
(
R R C0,693
TH = 1+ 2
)
)
...2.10
Sedangkan untuk menentukan selang waktu pada saat keadaan rendah ditunjukkan
pada persamaan 2.11.
C R 0,693
TL = ⋅ 2⋅ ...2.11 Oleh karena itu, periode keluaran segi empatnya dapat diketahui dengan
persamaan 2.12.
(
R 2R C0,693
T= 1 + 2 ...2.12
II.8 Relay
Pada relay biasanya terdapat nilai tegangan yang harus diberikan pada
terminal kumparan supaya relay dapat bekerja dengan arus dan tegangan
maksimal yang dapat melalui terminal saklar di dalam relay. Prinsip kerja relay
secara umum adalah jika ada arus listrik yang mengalir dalam kuimparan maka
buatan dan mampu menarik pelat logam, sehingga pelat kontak yang dalam
kondisi menutup di jalur lain menjadi tertarik dan berpindah posisi menutup pada
jalur yang satunya (relay kontak tukar).
Berdasar hubungan kontak, relay dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Relay normally close, merupakan relay yang kontaknya akan terbuka
(open) bila relay dilewati arus listrik.
2. Relay normally open, merupakan relay yang kontaknya akan menutup
(close) bila relay dilewati arus listrik.
3. Relay bipolar, merupakan relay yang memiliki dua kumparan dan dua
kondisi kerja.
Gambar macam-macam keadaan pada relay ditunjukkan pada gambar 2.13.
(a) (b) (c)
Perancangan perangkat tujuan terpanggil telepon secara otomatis berbasis
mikrokontroler ini menggunakan rangkaian utama yang terbagi dalam beberapa
bagian. Rangkaian yang digunakan antara lain: pendeteksi nada dering,
pengangkat gagang telepon, penerima DTMF, mikrokontroler, nada pemanggil,
on-off dering, fasilitas dering pribadi dan catu daya. Gambar diagram bloknya
ditunjukkan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram blok perancangan sistem
Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan cara kerja dari diagram blok perancangan
sistemnya. Perangkat tujuan terpanggil telepon secara otomatis berbasis
mikrokontroler ini merupakan suatu alat yang memanfaatkan nada DTMF untuk
membunyikan nada dering sesuai dengan kode tujuan yang dikehendaki oleh
penelepon.
Bila dering berbunyi maka rangkaian pendeteksi nada dering akan
mengisyaratkan ke mikrokontroler bahwa ada bunyi dering yang masuk. Setelah
terdeteksi 2 nada panggil maka mikrokontroler akan memerintahkan rangkaian
pengangkat gagang dari keadaan on-hook menjadi keadaan off-hook, dan bagi
penelepon mulai untuk menekan kode tujuan yang dikehendaki. Kode tujuan yang
ditekan merupakan sinyal DTMF yang akan diterima oleh rangkaian penerima
DTMF untuk diubah ke dalam bentuk kode biner 4 bit yang akan mengaktifkan
bunyi dering sesuai dengan kode tujuan yang dikehendaki. Agar suara seperti
bunyi dering pada telepon yang sebenarnya, maka ditambahkan rangkaian
multivibrator astabil yang berfungsi sebagai jeda waktu bunyi dering.
Kode DTMF yang ditekan merupakan data yang digunakan untuk
membunyikan dering tujuan yang sesuai. Kode untuk memilih dering tujuan yang
ditelepon dan memutuskan dering tujuan, agar dapat berganti dering tujuan yang
lain, terlihat pada tabel 3.1.
III.1 Perancangan Perangkat Keras
III.1.1 Rangkaian Penerima DTMF
Rangkaian penerima DTMF ini menggunakan IC MT8870, yang memang
di rancang khusus untuk keperluan DTMF. Rangkaian inilah yang akan
mendeteksi dan menerjemahkan isyarat-isyarat nada yang berasal dari telepon.
MT8870 dilengkapi dengan osilator kristal eksternal (Y1) 3.579545 MHz
yang berfungsi sebagai masukkan clock internal dekoder DTMF pada saluran
OSC1 dan OSC2. Nilai-nilai komponen tersebut langsung diambil dari lembaran
datasheet MT8870 yang sudah disesuaikan dengan karakteristik sinyal DTMF.
Rangkaian penerima DTMF (MT8870) dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Rangkaian penerima nada DTMF
Faktor penguatan op-amp ditentukan melalui umpan balik R3. Faktor
penguatan Av yang diinginkan adalah 1, dengan nilai R2 sebesar 100 KΩ, maka
dapat dicari nilai R3 dengan persamaan 2.1.
2 V 3 A .R
Berdasarkan pada data sheet ditentukan waktu deteksi nada present (tDP)
sebesar 14 ms dan durasi sinyal yang dapat diterima oleh penerima (tREC) adalah
40 ms, maka besarnya tone present (tGTP) dapat dicari dengan persamaan 2.2.
DP REC GTP t t
t = −
ms 14 ms 40
tGTP = − =26ms
Ditentukan C1 sebesar 100nF, maka besarnya R1 dapat ditentukan dengan
persamaan 2.3.
(
) (
)
(
)
(
(
)
)
(
)
Ω = ⋅ = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − ⋅ = ⋅ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − ⋅ = − − − K 390 10 0,1 0,039 R 2,4 5 5 ln 10 0,1 R 10 26 V V V ln C R t 6 1 6 1 3 TSt DD DD 1 1 GTPRangkaian MT8870 dihubungkan ke saluran telepon lewat kapasitor (C2)
sebesar 100 nF. Hal ini untuk membendung arus searah dan hanya arus
bolak-balik saja yang bisa masuk ke MT8870. Kapasitor ini setidaknya harus mampu
menahan tegangan 135 V. Karena pada saat nada dering aktif, amplitudo tegangan
AC yang dilewatkan mencapai 135 V.
Setiap kali MT8870 menerima nada DTMF baru, kaki STD (Delayed
steering, kaki 15 MT8870) akan menjadi ‘1’. Keadaan kaki ini dipantau AT89C51
lewat P1.4 (kaki 5 AT89C51). Kode angka DTMF yang diterima MT8870
diterima AT89C51 lewat port P1.0 sampai P1.3 (kaki 1 sampai 4 AT89C51).
Keluaran dari MT8870 dari kaki 11 sampai 14 (Q1,Q2,Q3,Q4) berupa
dan diprogram oleh AT89C51 untuk membunyikan dering telepon sesuai dengan
orang yang dituju.
III.1.2 Rangkaian Pendeteksi Nada Dering
Rangkaian pendeteksi nada dering yang dihubungkan langsung ke saluran
telepon lewat kapasitor (C5) sebesar 100nF. Kapasitor ini berfungsi untuk
menahan tegangan searah dan hanya meneruskan sinyal dering saja. Rangkaian
pendeteksi nada dering ditunjukkan pada gambar 3.3.
Gambar 3.3 Rangkaian pendeteksi nada dering
Untuk membedakan nada dering dengan suara pembicaraan yang ada
dalam saluran telepon, pada rangkaian ini dipasang dioda zener (DZ), dengan
demikian hanya tegangan yang amplitudonya lebih dari 12 Volt yang bisa lewat.
Sehingga suara pembicaraan yang amplitudonya hanya beberapa volt saja tidak
akan bisa diteruskan ke optokopler 4N35. Karena tegangan masukkannya berupa
tegangan AC, maka harus diubah dahulu menjadi tegangan DC. Untuk
menghitung tegangan DC dapat menggunakan persamaan 2.5 dan 2.6.
V 1,4 V
VP(out) = P(in) − =135V−1,4V=133,6Volt
π
P(out) DC
2V
V = 85,052V 85V
π V
267,2 = ≈
Didalam rangkaian pendeteksi nada dering, resistor R6 membatasi arus
yang mengalir pada dioda optokopler 4N35, karena amplitudo nada dering cukup
tinggi, maka resistor ini nilainya cukup besar. Agar pembebanan terhadap telepon
tidak terlalu besar maka dipilih IF = 10 mA. Sehingga nilai resistor R6 dihitung
dengan rumus pada persamaan 2.4. Dari data sheet 4N35 (dalam lampiran)
didapat:
Arus maju dioda (IF(max)) = 60 mA
Tegangan dadal dioda (VD) = 1,5 V
Arus maksimum dioda zener (IZ(max)) = 30 mA
(
)
F Z D DC 6
I V V V
R = − +
(
)
m 10
12 5 , 1 85− +
= =7150Ω
Ditentukan resistor yang ada dipasaran = 6,8 KOhm
Sinyal dering akan mengakibatkan denyut arus pada LED (Light Emitting
Diode) dalam optokopler 4N35, sehingga akan mengakibatkan opto transistor
dalam optokopler 4N35 on/off seirama dengan arus yang mengalir pada LED
tersebut.
Kolektor dari opto transistor didalam optokopler 4N35 dihubungkan ke
kaki INT0 (kaki nomor 12 AT89C51). Keadaan on/off dari opto transistor akan
mengakibatkan kaki INT0 menjadi ‘0’/’1’. Saat tidak ada nada dering, INT0
dalam keadaan ‘1’, dan saat bel berbunyi kaki INT0 akan berubah ‘0’, sebanyak
10 sampai 20 kali, tergantung pada frekuensi nada dering.
Sinyal pada kaki INT0 ini diterima AT89C51 sebagai sinyal permintaan
maka hanya perubahan ‘1’ ke ‘0’ yang pertama saja yang boleh dianggap sebagai
sinyal interupsi.
III.1.3 Rangkaian Pengangkat Gagang Telepon
Saluran telepon hanya terdiri dari dua utas kabel, meskipun demikian pada
saluran ini disalurkan suara pembicaraan secara dua arah, nada dering dan juga
sumber tegangan searah yang dikirim kantor telepon agar pesawat telepon bisa
bekerja.
Saat pesawat telepon bekerja, pesawat telepon akan mengambil arus listrik
dari saluran telepon setelah gagang telepon diangkat. Impedansi pesawat telepon
sebesar lebih kurang 600 Ω, dengan demikian pengangkatan gagang telepon bisa
disimulasikan dengan menghubungkan resistor dengan nilai sekitar 600 Ω pada
saluran telepon. Pada piranti ini memakai resistor dengan nilai 560 Ω. Rangkaian
pengangkat gagang telepon ditunjukkan pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Rangkaian pengangkat gagang telepon
Simulasi pengangkatan gagang telepon dilakukan dengan menghubungkan
resistor R4 ke saluran telepon dengan bantuan relay K1. pada saat kaki P1.7 (kaki
K1 akan menghubungkan R4 ke ground, sehingga R4 terpasang paralel pada
saluran telepon, akibatnya rangkaian di kantor telepon akan merasakan gagang
pesawat telepon diangkat.
Agar port mikrokontroler dapat menggerakan relay, diperlukan driver
yang menggunakan transistor NPN BC 547. Transistor ini bekerja sebagai saklar
(switch), transistor akan “on” apabila memasuki daerah jenuh (saturasi). Agar
transistor dapat bekerja pada daerah saturasi maka arus kolektor jenuh (Ic(sat))
dapat dihitung sesuai pada persamaan 2.8, sesuai dengan hasil perhitungan,
hambatan dalam relay adalah 100 Ω.
( ) C CC sat C R V I = Ω = 100 V 5 A 0,05 =
Dengan persamaan 2.9 dapat diketahui besarnya arus basis agar transistor
BC 547 yang mempunyai hfe (β) sebesar 116 (berdasarkan hasil pengukuran)
menjadi jenuh adalah:
βC B I I = 116 05 , 0 A
= =0,431mA
Dengan menggunakan persamaan 2.7, maka besarnya hambatan basis
adalah: B(sat) BE BB 5 I V V
R = −
mA ,431 0 V 0,7 V 5 −
= =9,976KΩ
III.1.4 Rangkaian Mikrokontroler AT89C51
Mikrokontroler dipakai sebagai perangkat pengendali utama pada skripsi
ini. Karena mikrokontroler AT89C51 memiliki 4 buah port yang dapat
difungsikan sebagai port-port alternatif. Maka perangkat-perangkat yang akan
dikendalikan dapat langsung dihubungkan dengan port-port pada mikrokontroler.
Hubungan antara perangkat yang dikendalikan dengan mikrokontroler
terlihat seperti gambar 3.5.
AT89C51 9 18 19 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 21 22 23 24 25 26 27 28 10 11 12 13 14 15 16 17 39 38 37 36 35 34 33 32 RST XTAL2 XTAL1 PSEN ALE/PROG EA/VPP P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P2.0/A8 P2.1/A9 P2.2/A10 P2.3/A11 P2.4/A12 P2.5/A13 P2.6/A14 P2.7/A15 P3.0/RXD P3.1/TXD P3.2/INTO P3.3/INT1 P3.4/TO P3.5/T1 P3.6/WR P3.7/RD P0.0/AD0 P0.1/AD1 P0.2/AD2 P0.3/AD3 P0.4/AD4 P0.5/AD5 P0.6/AD6 P0.7/AD7
Ke rangkaian suara tujuan 4
Kaki 11 (Q1) MT8870 Ke rangkaian suara tujuan 5
X-TAL 2
Kaki 15 (STD) MT8870 Ke rangkaian suara tujuan 7
Ke rangkaian suara tujuan 3
Vcc
Kaki 14 (Q4) MT8870
X-TAL 1
Kaki 13 (Q3) MT8870 Ke rangkaian suara tujuan 2
Ke rangkaian suara tujuan 6
Ke rangkaian suara tujuan 8
Pendeteksi nada dering Ke rangkaian suara tujuan 1
40
Kaki 12 (Q2) MT8870
On - Off hook
Vcc
20
Gambar 3.5 Rangkaian mikrokontroler AT89C51
Dari gambar diatas dapat dijelaskan kegunaan dari kaki-kaki yang
terhubung dengan rangkaian lain, antara lain:
1. Kaki 18 dan 19 digunakan sebagai rangkaian penyedia detak atau clock
2. Port 2 terhubung pada rangkaian suara, untuk mengaktifkan transistor
port 2 harus diberikan logika rendah dan untuk mematikan diberi
logika tinggi.
3. Kaki P3.2 digunakan sebagai pendeteksi nada dering. Kaki ini
mendeteksi transisi dari logika tinggi ke logika rendah sebagai sumber
interupsi eksternal mikrokontroler.
4. Kaki P1.0 sampai P1.3 terhubung dengan keluaran MT8870 sebagai
port data masukkan untuk mikrokontroler. Bersama dengan kaki P1.4
yang terhubung dengan kaki Std MT8870 mendeteksi kode data yang
sesuai dengan nada DTMF.
5. Kaki P1.7 terhubung dengan on-off hook, untuk simulasi pengangkatan
gagang telepon.
6. Kaki 31 (EA/Vpp) terhubung dengan Vcc karena pada skripsi ini
hanya menggunakan memori program internal dan memori data
internal AT89C51.
7. Kaki 20 terhubung dengan ground.
8. Kaki 40 terhubung dengan Vcc (5 Volt).
III.1.5 Rangkaian Nada Pemanggil
Untuk memberitahukan panggilan telepon kepada orang yang dituju, maka
keluaran dari mikrokontroler yaitu P2.0 sampai P2.7 perlu ditambahkan rangkaian
KS5401 (SATURN type : S-128) yang sudah dimodifikasi, yang terlihat pada
gambar 3.6.
Gambar 3.6 Rangkaian nada pemanggil
Rangkaian yang dibentuk oleh IC KS5401 tersebut mempunyai 8 buah
keluaran suara yang berbeda-beda. Cara penyambungan dengan mikrokontroler,
yaitu keluaran mikrokontroler dari P2.0 sampai P2.7 dihubungkan ke kaki 6
sampai kaki 13 pada IC KS5401. Karena keluaran dari mikrokontroler
mempunyai logika rendah ‘0’, untuk itu keluaran dari mikrokontroler perlu
ditambahkan rangkaian transistor yang berfungsi sebagai saklar. Rangkaian
transistor sebagai saklar dibentuk dari transistor PNP 2N2907 dengan
penambahan resistor yang dihubungkan ke basis transistor untuk menahan arus
Berdasarkan data sheet arus keluaran logika rendah dari mikrokontroler
(IOL) = 1,6 mA dan tegangan keluaran pada saat aktif rendah (VOL) = 0,45 V,
maka besar hambatan basisnya (RB) adalah:
Ω 281,25 mA
1,6 V 0,45 I
V R
(OL) (OL)
B = = =
Ditentukan resistor yang terdapat dipasaran = 330 Ω.
Ketika ada panggilan masuk, maka dengan penekanan kode tujuan
panggilan oleh penelepon akan mengakibatkan salah satu keluaran dari P2
mikrokontroler mempunyai logika rendah ‘0’. Sehingga akan memicu transistor
2N2907 untuk memberikan keluaran polaritas negatif. Jika salah satu kaki
masukan dari IC KS5401 (pin 6 sampai pin 13) memperoleh logika rendah, maka
keluaran IC pada pin 4 akan memberikan keluaran logika tinggi. Untuk
membunyikan speaker perlu ditambahkan transistor sebagai saklar pada keluaran
IC pin 4 tersebut.
Keluaran yang dihasilkan oleh IC KS5401 sudah berbentuk suara yang
dapat di dengar, hanya saja tidak ada jeda waktu on-off dari bunyi dering. Agar
seperti dering pada telepon yang sebenarnya, maka ditambahkan rangkaian
multivibrator astabil yang berfungsi sebagai jeda waktu bunyi dering.
III.1.6 Rangkaian
on-off
dering
Untuk memberikan jeda on-off bunyi dering yang menyerupai bunyi
astabil. Rangkaian multivibrator astabil dibentuk oleh komponen utama IC NE555
yang biasa digunakan sebagai timer sederhana. Rangkaian on-off dering dapat
dilihat pada gambar 3.7.
Gambar 3.7 Rangkaian on-off dering
Rangkaian multivibrator astabil menurut data sheet, untuk bekerja pada
tegangan 5 volt, maka penjumlahan dari R7 dan R8 tidak boleh lebih dari 6,7 MΩ.
dalam perancangan ini, jika waktu yang diinginkan adalah 3 detik (TH) saat on
dan 1 detik (TL) saat off serta ditentukan nilai kapasitor (C7) yang ada di pasaran
adalah 1 uF, maka untuk mencari besarnya resistor R8 dapat menggunakan rumus
dari persamaan 2.11.
C R 0,693 TL = × 8×
(
×)
= Ω=
× × =
M 4 , 1 1μ 0,693
1s R
1μ R 0,693 1s
8
8
Ditentukan resistor yang terdapat dipasaran = 1,5 MOhm, maka waktu
detik 1,0395 1 1,5M 0,693 C R 0,693
TL 8
= × × = × × = μ
Jika besarnya R8 sudah diketahui, maka dengan persamaan 2.10 dapat
diketahui besarnya R7, yaitu:
(
)
(
)
Ω = = × + × = × + × = M 9 , 2 0,693 2,03M R 1μ M 4 , 1 R 0,693 3s C R R 0,693 T 7 7 8 7 HDitentukan resistor yang terdapat dipasaran = 3 MOhm, maka waktu dering yang
berbunyi sesungguhnya adalah:
(
)
(
)
ik det 1185 , 3 1μ M 5 , 1 3M 0,693 C R R 0,693TH 7 8
= × + × = × + × =
On-off dering dari rangkaian ini mempunyai jeda waktu selama 3,1185
detik on dan 1,0395 detik off. Sehingga penjumlahan dari T1 dan T2 tersebut
mempunyai nilai 4,158 detik. Jadi tiap 1 pulsa dering mempunyai periode 4,158
detik.
III.1.7 Fasilitas Saluran Dering Pribadi
Fasilitas saluran dering pribadi adalah fasilitas yang dibuat supaya
perangkat tujuan terpanggil telepon secara otomatis dapat bekerja lebih efektif
untuk memberikan dering agar lebih jelas didengar oleh penghuni kos, karena
setiap speaker memberikan deringnya sendiri-sendiri sesuai dengan kode tujuan.
Gambar 3.8 Rangkaian fasilitas saluran dering pribadi
III.2 Perancangan Perangkat Lunak
Di samping rangkaian utama, kerja alat ini sepenuhnya ditangani dengan
perangkat lunak, gambar 3.9 memperlihatkan diagram alir sistem yang
(a)
(b)
Gambar 3.9 (b) Lanjutan diagram alir program utama
III.2.1 Inisialisasi
Saat mikrokontroler dijalankan, program harus mengatur semua fungsi
yang digunakan dalam mikrokontroler sesuai dengan kebutuhan. Proses
inisialisasi pada perancangan ini dengan memberikan penjelasan lokasi
penyimpanan data, pemakaian port ataupun konstanta yang dipakai dalam
pengalamatan data, terlihat pada sintak berikut:
tujuan equ 30h
std bit p1.4
angkat bit p1.7
org 0000h ljmp mulai
org 000bh sjmp timer
III.2.2 Deteksi Dering
Untuk mendeteksi dering yang masuk dan menghentikan berapa jumlah
yang diinginkan, setiap ada dering masuk, P3.2 berlogika rendah dan saat tidak
ada dering, P3.2 berlogika tinggi. Perubahan logika tersebut, akan mengakibatkan
port pada P1.7 berlogika tinggi dan mengaktifkan timer interupsi.
org 00a0h
mulai:
setb dering mov tmod,#01h
clr a
clr angkat
clr std
mov r1,#00h mov r6,#00h mov r7,#00h dering1:
jb dering,dering1 ;ambil dering 1 dering2:
jnb dering,dering2 dering3:
jb dering,dering3 ;ambil dering 2 dering4:
jnb dering,dering4
setb angkat ;simulasi angkat gagang
mov th0,#03ch mov tl0,#0b0h
setb tr0
setb ea
III.2.3 Mengaktifkan
Timer
Timer interupsi diaktifkan setelah nada dering berhenti sesuai dengan
jumlah yang diinginkan, yaitu dua kali dering. Timer interupsi diaktifkan dengan
tujuan agar perangkat tidak terus menerus aktif, dengan lama timer yang
diinginkan selama 30 detik. Program untuk membangkitkan interupsi timer
terlihat pada sintak berikut ini:
timer: clr tf0 clr tr0 inc r6
cjne r6,#28h,detik
mov r6,#00h
inc r7
detik:
mov th0,#03ch
mov tl0,#0b0h
setb tr0
reti
tunggu:
cjne r7,#0fh,dtmf clr tr0
clr ea
clr et0
mov p2,#0ffh
sjmp mulai
III.2.4 Deteksi Kode DTMF
Setelah dering kedua dan simulasi angkat gagang, jika port P1.4 berlogika
tinggi maka ada kode DTMF yang akan diterima oleh port P1.0 - P1.3. Bila tidak
menunggu dering. Adapun program untuk mendeteksi kode DTMF dari IC
MT8870 adalah sebagai berikut:
dtmf:
jnb std,tunggu acall mt8870
mt8870:
clr a
mov a,p1
anl a,#0fh ret
III.2.5 Deteksi Kode Tujuan
Untuk mendeteksi kode tujuan, kode DTMF yang ditekan akan
dibandingkan tujuan yang sudah ditentukan, lalu di ikuti tanda ‘#’ (pagar) yang
digunakan untuk mengaktifkan dering pada port P2. Program untuk mendeteksi
kode tujuannya sebagai berikut:
dtmf:
jnb std,tunggu acall mt8870 cjne a,#01h,lihat2 sjmp pager
lihat2:
cjne a,#02h,lihat3 sjmp pager
lihat3:
cjne a,#03h,lihat4 sjmp pager
lihat4:
cjne a,#04h,lihat5 sjmp pager
lihat5:
cjne a,#05h,lihat6 sjmp pager
lihat6:
lihat7:
cjne a,#07h,lihat8 sjmp pager
lihat8:
cjne a,#08h,tunggu pager:
mov r1,a
dtmf1:
jnb std,tunggu3 acall mt8870
cjne a,#0ch,dtmf1 ;deteksi pager sjmp bunyi
III.2.6 Deteksi Kode Koreksi
Untuk mengoreksi kode tujuan dan menghentikan dering yang berbunyi,
maka penelepon memasukkan kode koreksi, dimana kode koreksi harus sama
dengan kode tujuannya dan diikuti oleh tanda bintang untuk menghentikan dering.
Adapun program untuk mendeteksi kode koreksi sebagai berikut:
tunggu1:
cjne r7,#0fh,koreksi
clr tr0
clr ea
clr et0
mov p2,#0ffh
ljmp mulai
koreksi:
jnb std,tunggu1
acall mt8870 ;ambil dtmf cjne a,tujuan,tunggu1
clr a
bintang:
jnb std,tunggu2 acall mt8870
cjne a,#0bh,tunggu2 ;deteksi bintang mov p2,#0ffh ;matikan dering
mov r1,a ljmp dtmf
III.2.7 Memilih Dering Tujuan
Apabila seluruh syarat telah terpenuhi mikrokontroler siap diberi perintah,
dari data/kode DTMF yang diperoleh, digunakan untuk mengaktifkan port 2
saklar transistor untuk membunyikan dering tujuan yang sesuai dengan kode
DTMF. Program untuk memilih dering tujuan dapat dilihat pada sintak berikut:
bunyi:
mov dptr,#bunyi_dering mov a,r1
movc a,@a+dptr ;pilih dering mov p2,a ;aktifkan dering bunyidering:
Setelah perancangan perangkat tujuan terpanggil telepon secara otomatis
berbasis mikrokontroler AT89C51 terealisasikan, maka perlu diadakan pengujian
alat untuk mengetahui kesesuaian alat yang dibuat dengan alat yang telah
dirancang. Pengujian sistem dilakukan secara bertahap pada masing-masing
diagram blok, dengan memanfaatkan alat bantu berupa multimeter digital dan
stopwatch.
Pengamatan dan pengujian pada bab ini dilakukan pada beberapa tingkat
sebagai berikut:
1. Rangkaian pendeteksi nada dering
2. Rangkaian pengangkat gagang telepon
3. Rangkaian penerima DTMF
4. Rangkaian nada pemanggil
5. Rangkaian on-off dering
6. Perangkat secara keseluruhan
IV.1 Pengujian
Rangkaian
Pendeteksi Nada Dering
Rangkaian pendeteksi nada dering ini menggunakan komponen utama IC
4N35 (optokopler). Pengujian rangkaian ini dilakukan dengan cara
menghubungkan saluran telepon dengan rangkaian pendeteksi nada dering melalui
kapasitor C5 dan kaki kolektor (pin 5) pada optokopler dihubungkan ke
mikrokontroler pada port P1.7, seperti yang terlihat pada gambar 3.3.
Pada pengujian rangkaian pendeteksi nada dering, akan diamati perubahan
tegangan yang terjadi pada keluaran optokopler. Hasil pengukuran tegangan pada
keluaran optokopler dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil pengukuran tegangan pada pin 5 optokopler
Keadaan Tegangan pada pin 5 optokopler
Tidak ada dering 5 VDC
Ada dering 0,7 VDC
Berdasarkan pengukuran dengan multimeter, pada saat tidak ada dering,
tegangan keluaran pada kaki kolektor optokopler bertegangan 5 VDC dan ketika
saat ada sinyal dering, maka tegangan keluaran pada kaki kolektor optokopler
akan berubah tegangan menjadi 0,7 VDC. Karena sesuai dengan data sheet
tegangan 5 VDC dianggap oleh mikrokontroler sebagai masukan logika ‘1’ dan
tegangan 0,7 VDC sebagai masukan logika ‘0’, maka perubahan logika tersebut
dianggap oleh mikrokontroler sebagai external interrupt.
IV.2 Pengujian
Rangkaian
Pengangkat Gagang Telepon
Relay pada rangkaian ini merupakan simulasi pengangkatan gagang
telepon (off-hook). Berdasarkan dari hasil pengukuran dengan multimeter,
rangkaian simulasi gagang telepon ini akan bekerja ketika ada masukan tegangan
‘1’ sehingga mampu mengaktifkan transistor NPN C547 sebagai penggerak
(driver) relay.
Pada saat pengangkatan gagang telepon, telepon akan mengambil arus
saluran telepon, keadaan ini sekaligus memberi tahu pada sentral telepon bahwa
sudah terjadi hubungan antar telepon. Dengan demikian pengangkatan gagang
telepon pada piranti ini disimulasikan dengan menghubungkan resistor 560 Ohm
pada saluran telepon. Pada saat relay terhubung (off-hook) rangkaian sentral
telepon akan merasakan gagang telepon diangkat. Hasil pengujian rangkaian
pengangkat gagang telepon dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil pengujian rangkaian pengangkat gagang telepon
Pengujian ke Relay off-hook pada dering ke-n
1 2
2 2
3 2
4 2
5 2
Pada pengujian rangkaian pengangkat gagang telepon, relay akan aktif
pada dering ke 2. Sedangkan relay off-hook perancangan yang diinginkan adalah
sebanyak 2 dering, dengan periode 1 detik berbunyi dan 4 detik mati, jadi relay
akan off-hook setelah 6 detik.
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.2, dapat disimpulkan bahwa
untuk mengaktifkan interrupt timer yang dibangkitkan oleh mikrokontroler dan
alat bekerja dengan baik yaitu perangkat sudah dapat mendeteksi dering sebanyak
2 dering.
IV.3 Pengujian
Rangkaian Penerima DTMF
Untuk pengujian rangkaian penerima DTMF (MT8870), rangkaian
dihubungkan dengan catu daya 5 Volt. Masukan MT8870 pada kaki 2 dan 3
dihubungkan langsung dengan saluran telepon. Untuk melihat keluaran dari
MT8870, dapat disimulasikan dengan memasang LED (Light Emitting Diode)
pada keluaran MT8870 (kaki 11 sampai 14). Pengujian rangkaian penerima
DTMF dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Pengujian rangkaian penerima DTMF
Keluaran rangkaian ini merupakan kode BCD (Binary Coded Decimal)
dan logika ‘1’ yang ditampilkan pada tabel 4.3 ditandai dengan LED Q1-Q4 yang
Tabel 4.3 Hasil pengujian nada DTMF
Berdasarkan tabel 4.3, penekanan tombol telepon akan menghasilkan
keluaran biner yang sesuai dengan datasheet yang ditampilkan pada tabel 2.1.
Sehingga kehandalan dan keakuratan data yang dihasilkan rangkaian ini dapat
dibaca oleh mikrokontroler sebagai data. Salah satu contoh gambar bentuk
gelombang kombinasi nada DTMF dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Bentuk gelombang nada DTMF angka 1
IV.4 Pengujian Rangkaian Nada Pemanggil
Rangkaian nada pemanggil ini menggunakan komponen utama IC
saklar yang digunakan untuk mengaktifkan bunyi yang tersedia pada IC KS5401.
Untuk mengaktifkan transistor, penelepon harus memasukan kode tujuan berupa
kombinasi angka (angka 1-8) diikuti tanda ‘#’ (pagar). Perintah kode tujuan dapat
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Perintah kode tujuan
Kode tujuan Port mikrokontoler yang aktif Pin IC KS5401 yang aktif
1# P2.7 13
2# P2.6 12
3# P2.5 11
4# P2.4 10
5# P2.3 9
6# P2.2 8
7# P2.1 7
8# P2.0 6
Ketika penelepon memberikan perintah untuk memanggil salah satu
tujuan, misalnya dengan penekanan 1#, maka berdasarkan pengukuran dengan
menggunakan multimeter, port P2.7 pada mikrokontroler akan terjadi perubahan
tegangan dari 5 VDC (logika ‘1’) menjadi 0 VDC (logika ‘0’) dan mengaktifkan
transistor PNP yang berfungsi sebagai saklar untuk memicu pin 13 pada IC
KS5401 sehingga bunyi dering dapat terdengar. Begitu juga sampai tujuan ke-8
Untuk membatalkan kode tujuan yang telah ditekan dan menghentikan
bunyi dering, maka penelepon membe