• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN LAYANAN DATA PADA SISTEM GSM DAN CDMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBANDINGAN LAYANAN DATA PADA SISTEM GSM DAN CDMA"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERBANDINGAN LAYANAN DATA PADA SISTEM GSM DAN CDMA

Oleh : RIJAL FADILAH NIM : 013124006

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PERBANDINGAN LAYANAN DATA PADA SISTEM GSM DAN CDMA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memenuhi Gelar Sarjana Sains

Oleh :

Rijal Fadilah NIM : 013124006

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Karya kecil dan sederhana ini kupersembahkan untuk :

Pengorbanan dan kasih sayang yang teramat besar dan tak ternilai dari orangtuaku

Bapak H. Rusdiansyah A & Mama Hj. Hamidah AK,

Kakak-kakakku, Kak Iwan & Mbak Ika, Kak Ino & Mbak Ningrum, Kak Laila & Bang Kaswadi

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Mei 2007 Penulis

(7)

ABSTRAK

Teknologi komunikasi GSM dan CDMA saat ini tidak hanya dimanfaatkan untuk melakukan panggilan telepon atau pengiriman SMS tetapi juga untuk mengakses layanan data. Dalam menentukan pilihan GSM atau CDMA, para pengguna layanan data ini biasanya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut, yaitu biaya yang dikeluarkan, waktu yang digunakan untuk mengakses data, dan cakupan area. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi pengguna sistem layanan data dengan cara menguji usability sistem tersebut.

Usability dari sebuah sistem adalah ukuran atau tingkat keberhasilan di mana

(8)

ABSTRACT

Communication technology in GSM and CDMA are not only used to make a

phone call or to send a message (SMS) but also to provide data service. The users of

the data service usually choose this media because of its low cost, quick access, and

wide coverage area. This research is aimed at exploring the users’ perception about

data service system by observing its usability.

Usability of a data service system is a measure of to what extent users can

obtain appropriate data from using the provided service. The evaluation of the data

service system will be used to develop the system according to the users’ need.

An evaluation of usability in a system by descriptive statistics study will

inform the users’ perception about which product is better, GSM or CDMA. This

evaluation can be used as consideration in using data service system. Besides, this

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah penguasa alam beserta isinya, sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan, Dia lah yang Maha Sempurna dari segala kesempurnaan. Dengan curahan anugerahNya pulalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Perbandingan Layanan Data Sistem GSM dan CDMA ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar Sarjana Sains dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama proses penulisan skripsi ini banyak hal yang penulis alami, semoga hal itu dapat memperkaya wawasan hidup dan bekal untuk mengembangkan pribadi yang lebih baik dan utuh.

Keterlibatan berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini sungguh-sungguh merupakan sumbangsih yang sangat besar kepada penulis. Oleh sebab itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Ir. Ign. Aris Dwiatmoko M.Sc, selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu P.H. Prima Rosa S.Si, M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komputer Fakultas MIPA Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang dengan setia selalu menanyakan “kapan ujian?, kapan lulus?, keburu Ikom ditutup lho…” 3. Bapak Eko Hari Parmadi selaku dosen pembimbing akademik Ilmu Komputer

(10)

4. Bapak Drs. J. Eka Priyatma M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi dengan

segala kesabaran, ketekunan dan kerjasamanya masih bersedia membimbing skripsi ditengah-tengah kesibukan beliau sejak menjabat sebagai PR I hingga melanjutkan studi S3, “semoga sukses Pak untuk studi lanjutnya...”

5. Terima kasih atas dorongan semangat dan motivasi membangun dari rekan-rekan kerja di Humas USD; Pak Tatang, Mbak Atiek yang terlibat langsung dan berperan sangat besar dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, Mas Cahyo, Budhe Yanti, rekan-rekan di BAA USD; Pak Bambang dkk., serta rekan-rekan tim promosi USD.

6. Para responden yang dengan segala kesediaannya untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner untuk skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang berperan penting dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

“Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu pengetahuan hingga

beberapa derajat”, semoga dengan segala perhatian, bantuan dukungan semangat dari

semua pihak menuai janji Allah tersebut.

Tak ada gading yang tak retak, akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan pengembangan di masa datang sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kekayaan wacana ilmu pengetahuan.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persembahan ... iv

Pernyataan Keaslian Karya ... v

Abstrak ... vi

Abstract... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar... xv

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Tujuan ... 3

1.5. Metode Penelitian ... 3

1.6. Sistematika ... 4

Bab II Landasan Teori... 6

2.1. Konsep Usability... 6

2.2. Definisi Usability pada Interaksi Manusia dan Komputer... 13

(12)

2.4. Metode Pengukuran Usability... 17

2.5. Teknologi GSM... 18

2.5.1. GPRS (General Packet Radio Service)... 21

2.5.2. Pengiriman dan Penerimaan Data Mobile Station GPRS... 22

2.5.3. Pemanfaatan Teknologi GPRS... 27

2.5.4. Tarif GPRS... 28

2.6. Teknologi CDMA... 28

2.6.1. Layanan Data pada CDMA... 32

2.7. Layanan Data ... 33

2.8. Kecepatan Transfer ... 36

2.9. Biaya ... 36

2.10. Cakupan Area / Jangkauan / Coverage... 37

2.10.1. Sistem Konvensional (Large Zone)... 38

2.10.2. Sistem Seluler (Multi Zone)... 38

Bab III Metodologi Penelitian... 40

3.1. Rancangan Penelitian ... 40

3.2. Populasi Penelitian ... 40

3.3. Metode Penarikan Sampel ... 41

3.4. Sampel Penelitian... 41

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 42

3.6. Instrumen Penelitian ... 43

3.7. Tata Cara Pengolahan Data... 46

(13)

4.1. Sifat User... 48

4.1. Kemampuan Memilih ... 48

4.1.2. Motivasi ... 52

4.1.3. Pengetahuan ... 54

4.2. Fungsi Sistem ... 55

4.2.1. Kemudahan Dipelajari ... 55

4.2.2. Kemudahan Memakai ... 57

4.2.3. Kecocokan Kerja... 59

4.3. Sifat Pekerjaan ... 60

4.3.1. Frekuensi ... 60

4.3.2. Keterbukaan ... 62

4.4. Reaksi User... 66

4.4.1. Analisis Biaya ... 66

4.4.2. Analisis Keuntungan ... 69

Bab V Penutup ... 76

5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Saran... 77

Daftar Pustaka ... 79

Lampiran ... 80

Kuesioner ... 80

Pengolahan Data GSM dan CDMA... 84

Pengolahan Data GSM... 85

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Tarif GPRS... 28

Tabel II. Biaya Layanan Data GPRS... 37

Tabel III. Biaya Layanan Data CDMA... 37

Tabel IV. Pengetahuan responden tentang sistem GSM dan CDMA... 48

Tabel V. Layanan data GSM yang sering digunakan... 49

Tabel VI. Layanan data CDMA yang sering digunakan ... 50

Tabel VII. Operator yang digunakan untuk layanan data ... 51

Tabel VIII. Alasan memilih operator untuk layanan data... 51

Tabel IX. Alasan menggunakan layanan data GSM... 52

Tabel X. Alasan menggunakan layanan data CDMA... 52

Tabel XI. Kesesuaian layanan data sistem GSM... 54

Tabel XII. Kesesuaian layanan data sistem CDMA... 55

Tabel XIII. Kemudahan mempelajari sistem GSM... 56

Tabel XIV. Kemudahan mempelajari sistem CDMA... 56

Tabel XV. Kemudahan memakai sistem GSM... 57

Tabel XVI. Kemudahan memakai sistem CDMA... 58

Tabel XVII. Kesesuaian fungsi dan layanan sistem GSM... 59

Tabel XVIII. Kesesuaian fungsi dan layanan sistem CDMA... 59

Tabel XIX. Usia penggunaan operator GSM... 61

Tabel XX. Usia penggunaan operator CDMA... 61

Tabel XXI. Menu sistem GSM... 62

(15)

Tabel XXIII. Kebebasan mengubah sistem GSM... 64

Tabel XXIV. Kebebasan mengubah sistem CDMA... 65

Tabel XXV. Biaya layanan data sistem GSM... 66

Tabel XXVI. Biaya layanan data sistem CDMA... 67

Tabel XXVII. Penggunaan pulsa sekali akses sistem GSM... 67

Tabel XXVIII. Penggunaan pulsa sekali akses sistem CDMA... 68

Tabel XXIX. Tarif layanan data sistem GSM... 68

Tabel XXX. Tarif layanan data sistem CDMA... 69

Tabel XXXI. Blank spot sistem GSM... 69

Tabel XXXII. Blank spot sistem CDMA... 70

Tabel XXXIII. Rata-rata waktu akses sistem GSM... 70

Tabel XXXIV. Rata-rata waktu akses sistem CDMA... 71

Tabel XXXV. Kecepatan sistem GSM... 71

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Komponen Penyusun Usability Gould... 7

Gambar 2. Kerangka Usability Eason... 8

Gambar 3. Skema Interaksi Pekerjaan, Sistem dan User... 12

Gambar 4. Arsitektur GPRS mobile station... 23

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak sistem telegrafi jarak jauh pertama diluncurkan oleh Samuel FB Morse di tahun 1844, maka mulai berkembanglah jaringan sistem ini ke seluruh dunia. Pengguna yang makin banyak pada dasarnya secara bergantian atau harus antri dalam mendapatkan layanan telegrafi karena kendala jumlah jalur yang terpasang.

Kemudian setelah sistem telefoni diperkenalkan pada tahun 1877 oleh Alexander Graham Bell, peminat sistem ini ternyata meningkat lebih cepat dari sistem telegrafi karena tidak memerlukan keahlian khusus dalam menggunakannya. Maka instalasi jalur-jalur telefoni tampak dalam bentuk kawat-kawat “paralel” yang direntang dengan isolator antar masing-masing jalur.

Kini revolusi besar-besaran terjadi, sistem telepon kabel mulai ditinggalkan baik dari sistem maupun infrastrukturnya berubah, penggantinya tidak lain telepon seluler atau lebih awam disebut telepon genggam. Bila membaca sejarahnya 30 tahun yang lalu, sebenarnya perkembangan pesat dari teknologi telepon genggam ini sudah di luar perkiraan.

(18)

Saat ini, komunikasi bergerak atau mobile communication menjadi tren dan gaya hidup yang semakin digemari. Bahkan di banyak negera seperti Indonesia, Jepang dan Finlandia, pelanggan handphone jauh lebih banyak dari pelanggan telepon rumah (fixed telephone).

Apakah hanya sebatas untuk komunikasi suara dua arah layaknya telepon kabel? Tentu saja tidak, kini masing-masing teknologi seluler sebut saja dua raksasanya yakni GSM dan CDMA mulai melakukan perang kecanggihan dalam memberikan layanan pengiriman data.

Kini teknologi komunikasi telepon genggam berbasis GSM dan CDMA sudah sangat mudah ditemukan. Salah satu aspek yang diperhatikan dalam pemilihan minat teknologi komunikasi yang digunakan adalah berkaitan dengan sejauh mana keandalan teknologi yang digunakan dalam pengiriman data.

(19)

1.2. Rumusan Masalah

Diantara dua teknologi seluler yang berkembang pesat yakni GSM dan CDMA, manakah diantara keduanya yang lebih unggul dalam layanan pengiriman

data ?

1.3. Batasan Masalah

Karena banyaknya teknologi pengiriman data pada sistem GSM maupun CDMA maka dipandang perlu untuk membatasi pembahasan. Untuk GSM

pembahasan dibatasi hanya pada teknologi GPRS. Sedangkan untuk CDMA pembahasan dibatasi hanya pada teknologi CDMA 2000.

1.4. Tujuan

Tujuan dari studi ini adalah mengetahui persepsi user tentang usability atau kedayagunaan sistem GSM dan CDMA untuk mengakses layanan data, kemudian data tersebut dibandingkan. Dari hasil perbandingan, diputuskan teknologi mana yang lebih unggul dalam aspek pengiriman data. Hal- hal yang dibandingkan untuk menentukan sistem mana yang lebih unggul menurut persepsi user adalah :

a. Waktu / Kecepatan transfer b. Biaya

(20)

1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :

a. Studi pustaka ; yang dibutuhkan untuk membahas secara menyeluruh tentang perkembangan teknologi komunikasi bergerak, teknologi pengiriman data melalui teknologi seluler.

b. Studi lapangan ; untuk memperoleh data tentang berbagai kebutuhan telekomunikasi yang berkembang di masyarakat dan teknologi apa yang mereka pilih untuk pengiriman data. Studi ini juga dipergunakan untuk memperoleh data tentang perkembangan pangsa pasar layanan telekomunkasi pengiriman data di Indonesia, dengan cara melakukan kunjungan langsung ke information centre berbagai penyedia layanan telekomunikasi bergerak.

c. Studi kasus dan wawancara ; untuk mengidentifikasi berbagai masalah dan tanggapan responden di lapangan, dilakukan studi kasus dan wawancara ke berbagai penyedia layanan komunikasi seluler dan pengguna layanan tersebut, dengan harapan didapatkan informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini.

1.6. Sistematika

(21)

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, metodologi serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Menguraikan landasan teori yang berkaitan dengan studi ini antara lain, teknologi komunikasi bergerak yang terdiri dari teknologi teknologi GSM, teknologi CDMA serta layanan data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang rancangan penelitian, populasi penelitian, metode penarikan sampel, sampel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, tata cara pengolahan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil kuesioner yang diperoleh serta dibahas lebih lanjut dengan menggunakan dasar-dasar teori dan pengetahuan yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini dibuat.

BAB V PENUTUP

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Usability

Suatu langkah awal yang sangat berguna untuk mengungkapkan konsep usability coba diungkapkan oleh Gould yang memberikan komponen penyusun

usability. Gould tidak hanya memfokuskan pada end user dari suatu sistem, tapi

juga mencakup seluruh komponen termasuk programmer, system engineer, installation engineer, dan orang-orang lain yang mendukung user. Komponen

penyusun usability menurut Gould sebagai berikut :

i. Unjuk kerja sistem 1. Reabilitas 2. Daya tanggap ii. Fungsi sistem iii. Fasilitas antar muka

1. Pengorganisasian

2. Perangkat input dan output 3. Untuk user

4. Untuk grup lain iv. Bahan bacaan

1. Untuk user awam 2. Untuk grup pendukung v. Penerjemah bahasa

1. Bahan bacaan 2. Fasilitas antar muka vi. Program jarak jauh

1. Pelatihan user awam 2. Sistem bantuan online 3. Hotlines

vii. Kemampuan pelanggan untuk memodifikasi dan memperluas viii. Instalasi

1. Pembungkusan dan pembongkaran 2. Pemasangan

(23)

x. Periklanan

1. Memotivasi pelanggan untuk membeli 2. Memotivasi user untuk memakai xi. Kelompok pemakai (user) pendukung

1. Bagian pemasaran 2. Pelatih

3. Operator

4. Bagian perawatan

Gambar 1. Komponen penyusun Usability menurut Gould

(24)

Eason (1984) memberikan konsep usability sebagai berikut : - Kemudahan dipelajari

Sifat Pekerjaan - Frekuensi - Keterbukaan Sifat User

- Pengetahuan

- Kemampuan memilih - Motivasi

Reaksi User - Analisis Biaya - Analisis Keuntungan

Cocok dipakai

Gambar 2. Kerangka Usability Eason

(25)

melakukan tugas yang frekuensinya kurang lalu mereka akan mengharapkan sebuah perintah yang dapat membimbing mereka dalam melaksanakan tugas itu. Di sisi lain, perintah semacam itu kurang sesuai dalam sebuah tugas yang rutin dilakukan. Pengguna tugas yang rutin mengharapkan sebuah perintah yang hemat dan padat. Hal ini dikarenakan mereka dapat dengan mudah mengingat langkah-langkah yang diperlukan dalam tugas dan biasanya tidak membutuhkan bantuan dan saran.

Kata kedua, keterbukaan, dimaksudkan pada ruang lingkup di mana sebuah tugas dapat dimodifikasi. Sebuah tugas yang terbuka adalah di mana kebutuhan informasi pengguna bervariasi. Dengan demikian, tugas tersebut harus disusun sedemikian rupa sehingga pengguna mendapatkan informasi seluas-luasnya. Cara lainnya adalah informasi dari pengguna harus diperbaiki. Jika hal itu merupakan masalahnya maka tugas itu tidak perlu terbuka dan fleksibel, saat informasi yang sama dibutuhkan setiap kali tugas itu dilakukan.

(26)

Awalnya, kemudahan digunakan dan kemudahan dipelajari tampak sebagai dua konsep yang berbeda. Akan tetapi, kemungkinan sebuah sistem mudah dipelajari tapi sulit digunakan juga dapat terjadi. Sebagai contoh sebuah sistem yang mudah dipelajari, sistem tersebut dijelaskan secara jelas dan perintahnya dapat membimbing pengguna dengan mudah dalam menjalankan tugas yang bervariasi. Akan tetapi, saat pengguna telah mengetahui sistem dengan baik, perintah yang ada pada awalnya sangat membantu dapat menjadi penghalang dan menghabiskan waktu. Dengan kata lain, jika pengguna tidak diberi jalan pintas / shortcut dalam menjalankan tugas, dan jika semuanya terus menerus dijelaskan kembali kepada pengguna, sistem itu menghalangi pengguna, walaupun pada awalnya mudah dipelajari.

Di sisi lain, sebuah sistem yang memiliki banyak perintah yang disingkat dan sedikit penjelasan akan sulit dipelajari tapi mudah digunakan. Contohnya, sistem operasi UNIX mengharuskan seorang pengguna mengetik “cd” untuk berpindah dari suatu direktori file ke yang lain. Semua perintah utama dalam UNIX ada dalam jenis ini, singkatan-singkatan yang sulit diingat tapi mudah

digunakan saat sudah dapat diingat. Sistem semacam ini sering membingungkan dan sulit dipelajari pengguna, tetapi relative mudah serta padat dan jelas saat pengguna telah menguasai sistemnya walaupun beberapa pendapat menyatakan UNIX sangat sulit digunakan. Perintah dari sistem semacam itu hanya memberi

(27)

pengguna yang sudah berpengalaman. Singkatnya, konsep mudah dipelajari dan mudah digunakan berbeda satu sama lain dan berdiri sendiri.

Konsep fungsi sistem yang ketiga adalah kecocokan tugas. Maksudnya adalah ruang lingkup dari informasi dan fungsi-fungsi yang disediakan oleh sebuah sistem sesuai dengan kebutuhan pengguna. Singkatnya, sebuah sistem dapat menjadi mudah dipelajari dan digunakan akan tetapi apakah sistem itu bekerja dengan baik? Pertanyaan ini mempertanyakan apakah sistem mempunyai fungsi-fungsi yang dibutuhkan, ssperti halnya informasi yang dibutuhkan pengguna.

Variabel-variabel terakhir adalah variabel yang dimiliki oleh pengguna. Yaitu pengetahuan, motivasi dan kemampuan memilih. Pengetahuan yang dipilih pengguna untuk diterapkan dalam sebuah kerja, baik pengetahuan tersebut sesuai ataupun tidak, dapat dipertimbangkan sebagai sebuah variabel yang berperan dalam kedayagunaan sebuah sistem.

Variabel kedua adalah motivasi, maksudnya merujuk pada motivasi pengguna dalam menggunakan sistem. Jika pengguna mempunyai motivasi tinggi maka lebih banyak usaha yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah dan kesalahpahaman. Atau, jika pengguna tidak bermotivasi untuk menyelesaikan sebuah tugas dalam sistem maka komitmen pengguna dapat berkurang, dan akan terjadi keengganan untuk mempelajari atau menggunakan bagian-bagian sistem yang rumit.

(28)

keseluruhan sistem seorang pengguna memiliki kebijakan setiap kali berhadapan dengan pilihan. Akan tetapi dalam beberapa situasi pilihan ini terbatas, contohnya banyak kasir di supermarket menggunakan sistem-sistem yang mengenali bar code dari barang yang mereka jual. Mereka memiliki sedikit kebijaksanaan dalam

memutuskan apakah akan menggunakan dan bagaimana mereka menggunakan sistem tersebut. Di sisi lain, seorang ahli statistik akan memiliki lebih banyak kebijakan selain banyak jenis teknik statistik yang ditawarkan oleh paket software statistik, ahli statistik juga akan memiliki pilihan yang luas untuk tidak menggunakan sistem itu sama sekali, selama informasi yang dibutuhkan tetap diproduksi.

Inti dari pendapat Eason adalah bahwa usability sebuah sistem akan tergantung, tidak hanya pada sifat pengguna, namun juga karakteristik tugas dan sistemnya. Yaitu bahwa variabel-variabel pekerjaan, sistem dan pengguna semua digabungkan untuk menentukan kedayagunaan suatu sistem. (Lihat gambar 3).

Gambar 3. Skema interaksi pekerjaan, sistem dan user Keterbukaan

dengan kerja Pilihan

USER

(29)

Pemikiran Eason ini menentukan usability dari pandangan bagaimana sistem-sistem ini digunakan dalam lingkungan kerja. Pandangan semacam itu amat berguna dari sudut pandang global meski paling komprehensif, namun pandangan Eason tersebut bukan satu-satunya pandangan terhadap usability.

2.2. Definisi Usability pada Interaksi Manusia dan Komputer

Definisi secara global mengenai usability dikemukakan oleh Eason (1984), dan ditunjukkan pada bagian terakhir, yaitu bahwa : “…indikator utama kedayagunaan adalah apakah sebuah sistem atau fasilitas digunakan…”. Selanjutnya ia menyampaikan bahwa, “pilihan pengguna merupakan inti dari kedayagunaan karena hal itu menunjukkan bahwa ukuran paling menentukan dalam kedayagunaan merupakan pola respon-respon pengguna terhadap berbagai pilihan dan cara… respon ini membangun strategi pembelajaran ataupun strategi tanpa pembelajaran suatu sistem. Pendapat yang setuju dengan pandangan ini dan yang bertentangan mencoba mengukur usability dalam laboraturium, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : jika kita memaksa seorang individu untuk menggunakan sebuah sistem dengan tujuan agar kita dapat menilai kedayagunaannya, maka kita akan merusak ukuran terbaik dari kedayagunaan yang kita punyai, baik bila sistem digunakan maupun tidak.

(30)

untuk menunjukkan penilaian, yang membutuhkan pengukuran dan definisi operasional”. (Shackel, 1981.)

Shackel mendefinisikan usability sebagai criteria sejauh mana sistem (produk) mencapai efektifitas, fleksibilitas, kemudahan dipelajari (learnability) dan kesesuaian dengan penerimaan user (user attitude).

Saat definisi yang dibuat Eason dipandang dalam segi ini masalah-masalah tertentu muncul. Kesulitan dalam pendekatan yang paling ideal ini adalah ketika dibawa pada keadaan paling ekstrim, yaitu definisi tersebut menyarankan bahwa kita harus membangun dan melaksanakan sebuah sistem, lalu menunggu untuk melihat apa yang terjadi jika berkeinginan untuk menilai kedayagunaannya. Walaupun dari data sistem yang telah berjalan dapat terbukti sebagai data yang paling berguna, namun bukan merupakan pendekatan yang dapat direkomendasikan kepada tim perancang sistem yang memahami tentang keterbatasan biaya. Maka dibutuhkan definisi usability yang mampu menilai sistem sejak awal proses perancangannya, juga selama dan setelah impelementasi sebuah sistem.

Sebuah definisi yang menunjukkan cara penilaian selama pengembangan proses telah dikemukakan dalam ISO (International Standards Organization), dan menyatakan : “Kedayagunaan sebuah produk adalah derajat ketercapaian pengguna tertentu dapat mencapai tujuannya dalam suatu lingkup tertentu secara efektif, efisien, nyaman, dan dengan cara yang wajar”.

(31)

Shackel (1986) yang mencoba mengemukakan definisi operasional dari kedayagunaan, sebuah sistem harus mencapai criteria kedayagunaan yaitu efektif, kemampuan untuk dipelajari, fleksibilitas dan sikap pengguna.

Sebuah sistem harus efektif, yaitu target pengguna dalam ukuran tertentu harus mampu menggunakan sistem tersebut dalam sejumlah lingkungan, dalam waktu tertentu dan tanpa terlalu banyak kesalahan. Sebuah sistem harus dapat dipelajari, yaitu pengguna harus mampu mempelajari sistem tersebut setelah beberapa kali berlatih. Lebih lanjut, pengguna yang kurang rutin menggunakan sistem tersebut harus mampu mempelajari sistem itu kembali dalam suatu kurun waktu tertentu. Sebuah sistem harus fleksibel, yaitu hasil yang diperoleh pengguna tidak dapat diperburuk dari pengaruh hasil presentasi tertentu yang melampaui tugas dan lingkungan sistem. Yang terakhir, sebuah sistem harus mampu mempengaruhi rating sikap pengguna, yaitu pengguna dalam persentase tertentu bersikap positif terhadap sistem.

2.3. Pengukuran Usability

(32)

Hewwet (1986) membedakan dua bentuk penilaian ; formatif dan sumatif. Perbedaan antara dua tipe ini adalah pada tujuannya. Penilaian formatif membantu perancang sistem untuk memperhalus dan membentuk rancangannya. Oleh karena itu pandangan ini, ukuran penilaiannya dari beberapa tipe tertentu mungkin tidak sesuai untuk penilaian jenis ini. Sebagai contoh, keseluruhan angka tidak dapat digunakan untuk memberi tahu perancang apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki rancangannya. Penilaian formatif lebih dapat memberi informasi kualitatif yang dapat digunakan untuk membantu perancang menunjuk dengan tepat bagian-bagian sistem yang harus diubah.

Sedangkan penilaian sumatif lebih dapat memberi informasi kuantitatif daripada data kualitatif. Seperti yang dijelaskan Hewett : “Penilaian sumatif meliputi penaksiran pengaruh, kedayagunaan dan keefektifan sistem serta keseluruhan hasil yang ditunjukkan pengguna dan sistem”.(Hewett, 1986)

(33)

Perbedaan antara bentuk penilaian formatif dan sumatif juga memberi sorotan pada satu masalah dari definisi Shackel. Tidak jelas dimana penilaian yang ditawarkan oleh Shackel ditempatkan. Jika ada pada tahap awal rancangan maka dengan mudah memperoleh angka sikap pengguna dan penghitungan kesalahan tidak sesuai untuk menginformasikan pada perancang mengenai jenis-jenis perubahan yang dibutuhkan. Intinya, pendapat operasional Shackel mengenai kedayagunaan tampaknya ditujukan hanya pada penilaian sumatif sebuah sistem.

Ukuran yang biasa dipakai dalam pengukuran usability adalah : a. Waktu

b. Error

c. Protokol verbal d. Protokol visual

e. Pola pembacaan visual f. Pola pemakaian sistem g. Tingkah laku

2.4. Metode Pengukuran Usability

(34)

Metode pengukuran usability yang sering digunakan ialah : a. Uji konsep

b. User sahabat c. User musuh d. User simulator e. Evaluasi sistematis f. Pandangan pakar g. Simulasi uji coba h. Percobaan laboratorium i. Audit

j. Kunjungan lapangan k. Studi tindak lanjut

2.5. Teknologi GSM

(35)

GSM pada awalnya adalah kepanjangan dari Groupe Speciale Mobile, sebuah

badan gabungan dari para ahli yang melakukan studi bersama untuk menciptakan standar GSM tersebut.

Teknologi GSM memiliki karakteristik yang dapat menangani suara secara efisien namun memiliki keterbatasan dalam kemampuan transfer data aplikasi internet. Komunikasi data pada GSM dijalin melalui mekanisme circuit-switched connection yang berarti hubungan diawali dengan dial dari pengguna dan diakhiri

dengan pemutusan hubungan. Apabila pengguna ingin mengakses data lagi maka mereka harus melakukan dial lagi. Hal inilah yang menjadikan keterbatasan GSM dimana pengguna akan selalu dibebani biaya koneksi selama waktu mereka membuka mengakses data. Untuk memecahkan masalah tersebut maka dibutuhkan teknologi paket data untuk GSM menggunakan packet-switched connection.

Paket data untuk GSM diperkenalkan pertama kali dengan diluncurkannya General Packet Radio Service (GPRS). GPRS merupakan teknologi yang

(36)

GSM sangat digandrungi oleh masyarakat karena berbagai keunggulannya.

GSM menggunakan kartu Subscriber Identification Module (SIM) yang amat

praktis dan mudah dipindahkan dari satu telepon seluler ke telepon seluler lain. SIM ini digunakan untuk menyimpan PIN (Personal Identifiaction Number) dari

si pemakai telepon seluler GSM tersebut, kartu ini berukuran dua macam : awalnya berukuran ISO (Fullsize) dan bila sudah dipotong menjadi ukuran plug-in (mini).

GSM merupakan sistem telepon seluler ketiga yang masuk ke Indonesia.

Meski di awalnya sempat ada anekdot yang mengatakan bahwa GSM singkatan dari “Geser Sedikit Mati”, namun zaman kemudian membuktikan bahwa hal tersebut tidak menggoyahkan kepopuleran GSM ini karena jangkauannya yang pertama kali dapat mencapai seluruh propinsi di Indonesia. Dari sisi kuantitas selanjutnya, GSM telah benar-benar menjadi “primadona” telepon seluler di Indonesia, karena di awal tahun 2004 sudah tercatat sekitar 18 juta pelanggan telepon seluler dan 95% lebih diantaranya adalah menggunakan sistem GSM ini. Hal utama harus diperhatikan dalam pemilihan penyedia layanan GSM ini yakni teliti dahulu jangkauan dan fasilitas yang ditawarkan oleh tiap provider tersebut, karena berbeda-beda antar satu daerah dengan daerah lainnya.

(37)

2.5.1 GPRS (General Packet Radio Service)

General Packet Radio Service atau lebih dikenal dengan istilah GPRS

merupakan layanan penerimaan data berbasis paket data pada jaringan GSM. Dengan adanya teknologi GPRS maka membuat pengiriman data mobile pada jaringan GSM menjadi lebih cepat, murah dan user-friendly dari sebelumnya. GPRS juga memperkenalkan adanya paket switching dan internet protokol pada

jaringan mobile sehingga memberikan layanan kecepatan transfer data dan layanan pengaksesan jaringan internet melalui perangkat/jaringan mobile kepada para penggunanya.

Teknologi GPRS dikembangkan dengan tujuan untuk memungkinkan operator GSM memenuhi kebutuhan akan layanan paket data wireless yang merupakan dampak dari meledaknya pertumbahan internet dan intranet korporat. Dengan teknologi GPRS yang memiliki keunggulan paket-switched untuk pengiriman data yang bersifat bursty, maka tidak memerlukan setup koneksi terlebih dahulu dan memungkinkan penggunaan koneksi secara bersama utnuk memaksimalkan efisiensi penggunaan sumber daya.

Tujuan dikembangkannya teknologi GPRS bagi operator jaringan GSM adalah untuk menyediakan layanan pengiriman data dan pengaksesan jaringan internet yang lebih cepat dan murah.

(38)

atau lebih pengguna secara konkruen. Dengan demikian mode paket switching ini memungkinkan optimasi yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya jaringan radio pada GPRS untuk aplikasi data.

GPRS telah banyak digunakan untuk mendukung aplikasi-aplikasi yang

berkaitan dengan layanan komunikasi data. Beberapa contoh aplikasi yang menggunakan teknologi GPRS diantaranya adalah chat, pengiriman data/informasi berbasis teks dan visual, pengiriman data gambar/image, web browsing, transfer file diantaranya MMS (Multimedia Message Service), aplikasi

E-mail korporat dan internet, SMS, dan lain-lain. GPRS dapat melakukan

transmisi data untuk aplikasi-aplikasi di atas hingga mencapai 0,22 bps hingga 111 Kbps.

2.5.2 Pengiriman dan penerimaan data pada mobile station GPRS

Area geografis yang dilingkupi oleh jaringan GPRS dibagi ke dalam area yang lebih kecil yang disebut dengan cells dan area routing. Sebuah cell adalah area yang dilayani oleh set/himpunan radio base stations. Ketika sebuah GPRS mobile station ingin melakukan pengiriman data atau penerimaan data, maka

mobile station tersebut akab mencari sinyal radio yang terkuat yang dapat

(39)

mendengarkan sinyal radio dari himpunan base station tersebut, dan jika ditemukan bahwa ada base station lain yang memiliki sinyal radio lebih kuat dari base station saat ini, maka mobile station tersebut akan mengganti base station

dengan base station yang baru yang memiliki sinyal radio yang lebih kuat. Proses ini disebut dengan reselect. Routing area adalah himpunan atau sekelompok cell-cell area yang berdekatan. Routing area ini akan berguna dalam proses

location-updating traffic dan paging traffic. Untuk mobile station yang secara aktif sedang

melakukan proses pengiriman atau penerimaan paket data, maka proses penelusuran lokasi dilakukan melalui tingkat cell (jaringan akan menjaga track dari cell yang saat ini sedang digunakan). Sedangkan untuk kondisi mobile station yang dalam keadaan tidak aktif atau idle, maka penulusuran dilakukan berdasarkan routing area (jaringan akan menjaga track dari Routing area).

Gambar 4. Arsitektur GPRSmobile station pada aplikasi GPRS

Pemanfaatan GPRS mobile station pada aplikasi yang pengiriman data dengan menggunakan GPRS pada umumnya dibuat dengan arsitektur client/server. Pada prinsipnya client adalah agen yang mengirimkan request ke

server untuk kemudian diproses oleh server dan hasilnya dikirimkan kembali ke

(40)

server mode. GPRS mobile station pada umumnya berperan sebagai client,

contohnya adalah ketika GPRS mobile station digunakan untuk melakukan akses internet, intranet, atau database dengan melakukan inisialisasi komunikasi GPRS. GPRS mobile station juga dapat berperan sebagai server sebagai contoh ketika

digunakan untuk aplikasi monitoring telemetry dimana GPRS mobile station dihubungkan dengan device/perangkat lain seperti kamera untuk melakukan monitoring atau mengambil data telemetry.

Gambar 5. Arsitektur Komunikasi pada GPRS (tunneling)

Pada gambar 5, tergambar bahwa ketika sebuah mobile station GPRS akan menggunakan jaringan paket data wireless, terlebih dahulu mobile station tersebut melakukan attach ke Service GPRS Support Node (SGSN). Ketika sebuah SGSN menerima request dari sebuah mobile station , maka SGSN akan

memastikan apakah akan memberikan layanan request tersebut. Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Apakah pengguna mobile station tersebut merupakan subscriber dari GPRS services atau tidak. Proses pengecekan (verifikasi) informasi subscription dari

(41)

b. Proses pengecekan (verifikasi) informasi tentang identitas dari mobile station.

Hal ini disebut dengan istilah authentication.

c. Pengecekkan terhadap level QoS (Quality of Service) dari request service yang diminta oleh mobile station . Hal yang dilakukan diantaranya proses verifikasi terhadap kemampuan jaringan untuk memberikan layanan sesuai yang diminta (saat bersamaan jaringan sedang melayani service terhadap pengguna yang lain).

Setelah memutuskan untuk menerima request, maka SGSN akan menyimpan data track dari mobile station sehingga mengetahui lokasi dimana data paket harus dikirimkan/diroutekan ke mobile station (proses penerimaan paket data).

Proses attachment ke SGSN tidak menjadi jaminan bahwa proses pengiriman paket data dapat dilakukan. Agar mobile station dapat melakukan proses pengiriman paket data, maka mobile subscriber harus terlebih dahulu mengaktifkan sebuah PDP address (semisal IP address).

PDP address merupakan network layer addresess (OSI model layer 3).

Sistem GPRS mendukung baik layer protokol jaringan X.25 maupun IP. Karena itu alamat PDP dapat berupa X.25, IP, atau kedua-duanya. Masing-masing PDP address disimpan dan dikenali (anchored) pada sebuah Gateway GPRS Support

Node (GGSN). Semua lalu lintas paket data yang dikirimkan dari jaringan paket

(42)

membangun sebuah asosiasi antara SGSN dengan GGSN yang informasinya disimpan dalam PDP context. Sebuah mobile station hanya melakukan attach ke satu SGSN, tetapi dapat mengaktifkan beberapa alamat PDP yang mungkin di-anchored oleh GGSN yang berbeda.

Ketika mobile station telah melakukan attach ke SGSN dan mengaktifkan sebuah alamat PDP, maka mobile station tersebut telah siap untuk melakukan komunikasi dengan perangkat yang lain. Sebagai contoh GPRS mobile dapat berkomunikasi dengan sistem komputer yang terhubung ke jaringan X.25 atau jaringan IP. Dengan demikian proses pengiriman data (data transfer) dan penerimaan data (data receiving) dengan menggunakan GPRS dilakukan melalui proses berikut :

1. Setup koneksi ke jaringan GPRS (dilakukan terpisah dengan jaringan GSM) 2. Mobile station melakukan prosedur GPRS attach.

Hal-hal yang dilakukan antara lain :

a. Mobile station melakukan request attachment ke SGSN.

b. SGSN melakukan authorization dan autentication terhadap requirement

dari mobile station .

c. SGSN melakukan verifikasi terhadap level QoS service yang diminta oleh mobile station .

(43)

3. Untuk dapat melakukan pengiriman data, maka mobile station akan

mengaktifkan alamat PDP. Informasi yang dibutuhkan untuk mengaktifkan alamat PDP ini disimpan dalam PDP context.

2.5.3. Pemanfaatan Teknologi GPRS

Tujuan utama dari pengembangan teknologi GPRS adalah untuk memfasilitasi interkoneksi antara sebuah perangkat mobile dengan jaringan paket-switch data yang lain dengan melalui akses ke jaringan internet. Dengan adanya pengenalan mode paket pada GPRS, maka memungkinkan integrasi antara teknologi mobile telephony dan internet menjadi teknologi internet bergerak (mobile internet technology). Teknologi ini memungkinkan pengguna telepon

seluler (mobile phone) mendapat layanan baru atau layanan tambahan sebagai berikut :

a. Client-Server Services yang memungkinkan pengaksesan data yang tersimpan

dalam suatu basis data. Contoh penerapan aplikasi ini adalah pengaksesan WEB melalui browser.

b. Messaging Services yang ditujukan untuk komunikasi antar individu pengguna dengan memanfaatkan storage server untuk penanganan pesan sebagai tempat penyimpanan pesan sementara / intermediate sebelum diterima oleh pengguna. Contoh hasil layanannya yaitu aplikasi Multimedia Message Service (MMS) yang digunakan untuk pengiriman data pesan multimedia

(44)

c. Real-time Conversational Service yang memberikan layanan komunikasi dua

arah kepada pengguna secara real-time. Beberapa contoh penerapannya adalah pada aplikasi internet dan multimedia semisal Voice Over IP dan Video Conference.

2.5.4. Tarif GPRS

Tarif GPRS berbeda-beda tergantung pada provider jaringan telekomunikasi GSM. Di Indonesia tarif GPRS yang disediakan oleh Telkomsel (HALO), IM3 (Smart dan Bright), Telkomsel (Simpati), XL Bebas, dan Matrix (Satelindo) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Tarif GPRS

Provider Biaya Akses VIA WAP Biaya Akses VIA WEB Telkomsel (HALO) Rp. 25 / Kb p. 25 / Kb

IM3 (Smart dan Bright) Rp. 10 / Kb Rp. 10 / Kb Telkomsel (Simpati) Rp. 30 / Kb Rp. 30 / Kb

XL Bebas Rp. 25 / Kb Rp. 25 / Kb

Matrix (Satelindo) Rp. 10 / Kb Rp. 10 / Kb

2.6. Teknologi CDMA

(45)

kembali pada perang Teluk I. Tahun 1995, CDMA mulai digunakan secara komersil melalui perusahaan telekomunikasi Qualcomm di negara Amerika pada pertengahan tahun 90-an.

Teknik CDMA (Code Division Multiple Access) adalah temuan yang lebih baru dibandingkan dengan FDMA (Frequency Divison Multiple Access) dan TDMA (Time Division Multiple Access). Teknik CDMA ini merupakan temuan yang brilian karena kanal yang satu dengan lainnya tidak dibedakan dari frekuensi/FDMA atau waktu/TDMA yang secara awam lebih mudah dipahami, melainkan dengan perbedaan kode. Jadi pada CDMA, seluruh pelanggan menggunakan frekuensi yang sama pada waktu yang sama.

Perbedaan mendasar dari teknologi CDMA adalah modulasinya. Modulasi merupakan kombinasi FDMA (Frequency Division Multiple Access) dan TDMA (Time Division Multiple Access). Pada teknologi FDMA, 1 kanal frekuensi

melayani 1 sirkuit pada 1 waktu, sedangkan pada TDMA 1 kanal frekuensi dapat dipakai oleh beberapa pengguna dengan cara slot waktu yang berbeda.

Selanjutnya pada CDMA beberapa pengguna bisa dilayani pada waktu bersamaan dan frekuensi yang sama, letak pembedaan satu dengan lainnya pada sistem codingnya, sehingga penggunaan spektrum frekuensinya dengan dipecah-pecah dan harus dilakukan manajemen penggunaan kembali (reuse) frekuensi agar banyak pelanggan bisa terlayani.

(46)

kemungkinan telepon seluler mengalami drop call atau sambungan terputus ketika bergerak, hampir sama sekali tak terjadi di CDMA dan reuse frekuensi di CDMA tetap dilakukan tanpa memecah-mecah frekuensinya.

Untuk kawasan Asia yang kini dikenal dengan kawasan yang memiliki perkembangan teknis CDMA yang paling maju, berawal dari tahun 1995 dikembangkan oleh Hutchison Telecom di Hongkong. Kemudian pada awal Januari 1996 masuk ke Korea Selatan dan langsung dijadikan standard komunikasi nasional. Perkembangan berikutnya merebak ke daratan negeri matahari terbit, di negara ini tercatat mulai Mei 1998 CDMA secara resmi digelar oleh perusahaan IDO di Tokyo dan DDI di Osaka. Indonesia sebagai negara pengembang berikutnya baru mengaplikasikan teknologi selular CDMA pada awal tahun 2001 dengan mengusung perusahaan Komselindo, namun pada fase ini hanya bertahan beberapa bulan karena tidak didirikan pada dasar teknologi yang kuat sehingga pelanggan kurang tertarik mengaplikasikannya. Baru sejak tahun 2002 mulai bermunculan beberapa perusahaan yang akhirnya merajai CDMA di tanah air. Sebut saja PT. Telkom dengan TelkomFlexi, PT. Indosat dan Ratelindo dengan Esia, PT. Mobile-8 dengan Fren selain itu juga ada PT. Batam Bintan Telkomunikasi.

(47)

pertama yang berhak mengoperasikannya (PT. Telkom dan PT. Ratelindo) memang memiliki izin penyelenggaraan telepon berpulsa rumah, sehingga karena kebetulan sistem yang digunakan sekarang adalah CDMA, maka tarifnyapun sama dengan telepon rumah.

Dengan demikian, sebenarnya CDMA bisa dikatakan dioperasikan oleh dua jenis operator yang berbeda di Indonesia, yakni PT.Telkom (TelkomFlexi), PT. Indosat dan PT. Ratelindo (Esia) yang memungkinkan berpulsa rumah karena memang memiliki izin penyelenggaraan FWA (Fixed Wireless Access) dan juga CDMA diberikan oleh PT. Mobile-8 (Fren) dan PT. WIN (Wireless Network

Indonesia), yang keduanya harus seperti operator selular GSM lainnya di atas, masih dikenakan pembayaran BHP (Biaya Hak Penggunaan) Frekuensi yang ditagihkan ke pelanggan dalam bentuk airtime. Inilah yang sering membuat rancu dimasyarakat karena kebetulan kedua-duanya bersistem CDMA, hanya alokasi frekuensinya saja yang diberdakan : 800, 900 & 1900 Mhz, demikian juga dengan sistem CDMA-nya : CDMA-One, CDMA 2000-1x, CDMA EV-DO (Evolution Data Only) dan CDMA EVDV (Evolution Data and Video). CDMA sejarahnya

mula-mula digunakan secara terbatas, seperti telah dikemukakan sebelumnya, CDMA hanya dipergunakan oleh militer Amerika Serikat, sejak tahun 1994 mulai

(48)

yang dikembangkan di Jepang. GSM pada perkembangannya akan menuju ke 3G dengan teknologi berbasis WCDMA (Wideband CDMA) yang meski namanya sama, namun tidak ada jalur migrasi lembut dari CDMA ke WCDMA. Pada CDMA-1x EVDO kemampuannya sampai 2,4 Mbps atau 2.400Kbps. Pada fase

selanjutnya, CDMA 2000-1x EVDV kemampuan transmisi datanya sampai 3,1 Mbps.

2.6.1. Layanan Data pada CDMA

Tujuan CDMA2000 adalah menyediakan layanan 2.5G dan 3G menggunakan TIA/EIA-41 yang terdiri dari sistem IS-95A, B, dan CDMAOne. Ada beberapa tipe CDMA2000 yaitu :

a. CDMA2000 1xRTT

Spesifikasi 1xRTT dikembangkan oleh Third Generation Partnership Project 2 (3GPP2), sebuah kerjasama yang terdiri dari lima badan standar telekomunikasi : CWTS di China, ARIB dan TTC di Jepang, TTA di Korea dan TIA di Amerika Utara. CDMA2000 1xRTT menawarkan layanan dengan kecepatan hingga 153 Kbps dalam rentang spektrum yang kecil (1,25 MHz per carrier).

b. CDMA2000 1xEV-DO

1xEVDO, juga dikenal dengan 1xEV Phase One, adalah sebuah

(49)

c. CDMA2000 1xEV-DV

EV-DV, atau 1x-EV Phase Two menjanjikan kecepatan data berkisar dari 3

Mbps hingga 5 Mbps. Hingga kini telah ada 8 proposal yang dikirim ke komite standar 3GPP2 untuk rancangan EV-DV.

d. CDMA2000 3xRTT

3xRTT adalah sebuah standar IMT-2000 (3G) yang disetujui ITU. Ia adalah bagian dari apa yang disebut ITU sebagai IMT-2000 CDMA MC. Ia menggunakan spektrum 5 MHz untuk memberikan kecepatan data berkisar antara 2 hingga 4 Mbps.

Saat ini di Indonesia telah ada setidaknya empat operator CDMA. Telkom dengan Flexi-nya, Mobile-8 dengan Fren-nya, Bakrie Telecommunication dengan Esia-nya, dan Indosat dengan StarOne-nya. Teknologi yang digunakan oleh para operator CDMA kebanyakan masih terbatas pada CDMA 1xRTT. Walaupun ada operator, yaitu Mobile-8, yang menawarkan CDMA 1xEV-DO untuk daerah-daerah tertentu. Kecepatan transfer data yang terjadi masih jauh dari kapasitas CDMA sebenarnya. Misalnya saja Telkom Flexi yang menggunakan CDMA

1xRTT, yang seharusnya mampu mencapai kecepatan 153 kbps, saat ini baru

dibuka pada kecepatan efektif 30 hingga 70 kbps. Untuk biaya akses data, tarif yang diberlakukan masing-masing operator cenderung sama yaitu Rp 5 / Kb.

2.7. Layanan Data

(50)

teknologi 2G. Teknologi 0G diluncurkan pada tahun 1971 di Finlandia, yang menjadi negara pertama menjual teknologi telepon mobil (berasal dari kata mobile yang artinya ‘bergerak’. Telepon mobil bentuknya seperti pesawat komunikasi yang digunakan para tentara di medan perang. Ada kotak sebesar kopor dan pesawat telepon seperti handset untuk telepon rumah.

Hampir 10 tahun kemudian, teknologi 1G (First Generation atau Generasi Pertama) yang mulai tanpa kabel atau nirkabel (dan sudah disebut seluler) mulai diproduksi dan dijual dibeberapa negara Eropa, misalnya negara-negara Skandinavia, Rusia, Perancis, Italia dan Jerman. Teknologi ini sering disebut teknologi NMT (Nordic Mobile Telephone), karena memang dirancang oleh negara-negara Eropa sebelah utara. Pada teknologi 1G ini, juga mulai dikenalkan sistem AMPS di Amerika Serikat.

Menjelang tahun 1900an, muncullah teknologi 2G (Second Generation atau Generasi Kedua). Perbedaan utama dengan teknologi 1G adalah teknologi 2G sudah menggunakan sistem digital sedang 1G masih analog. Dengan sistem analog, pembicaraan seseorang dapat disadap dengan mudah. Pada waktu telepon AMPS mulai dipasarkan di Indonesia dulu, pembicaraan dengan telepon AMPS

dapat disadap dengan pesawat radio komunikasi (rig). Dengan teknologi 2G yang sudah digital, penyadapan seperti ini tidak dimungkinkan lagi.

Teknologi 2G dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu TDMA (Time Division Multiple Access) dan CDMA (Code Division Multiple Access). TDMA sendiri berkembang ke dalam beberapa versi, yaitu GSM di Eropa, IDEN

(51)

Kanada. Kemampuan mencolok teknologi 2G adalah tidak hanya dapat digunakan untuk telepon, tetapi juga untuk SMS.

Teknologi 2G ada perbaikan cukup signifikan, sehingga muncullah variannya, yaitu 2.5G dan 2.75G. Varian ini tidak dibuat oleh konsorsium, tetapi sebagai strategi pemasaran oleh beberapa pabrik telepon seluler. Ciri khas teknologi 2.5G adalah teknologi GPRS (General Packet Radio Service) yang dapat digunakan untuk berkirim data dalam jumlah besar, tidak seperti SMS yang hanya dapat mengirim dan menerima alfanumerik saja.

Generasi 2.5G ini ada juga yang menamakannya dengan generasi 2.75G, karena lebih dekat dengan teknologi 3G. Teknologi 2.5G (atau 2.75G) ini, disistem GSM disebut sistem EDGE (Enhanced Data Rates for GSM Evolution) sedang pada sistem CDMA disebut denghan CDMA 2000 1x. Keduanya memiliki kecepatan transfer data mendekati 144KB/detik.

(52)

kartu kredit yang juga dapat digunakan untuk melihat televisi satelit. Gambarnya sudah barang tentu sangat jernih dan suaranya yahud, tidak seperti video streaming yang sering kita lihat di televisi kita untuk memantau arus lalu lintas di beberapa kota besar dan gambarnya terlihat tidak halus dan terputus-putus. Di Jepang, saat ini pengguna teknologi 2G sudah menyusut sebesar 40% dan diperkirakan akan semakin habis.

Teknologi 4G saat ini sudah mulai dikembangkan di beberapa negara pioner telepon seluler. Mereka menjanjikan kapasitas transfer data hingga sebesar 100MB/detik. Jika janji para pembuatnya terpenuhi, kita dapat mengirim data atau film DVD hanya dalam waktu 40 detik saja.

2.8. Kecepatan Transfer

CDMA menawarkan kecepatan transfer data yang lebih dibanding GSM.

Dengan teknologi CDMA2000 1xRTT secara teoritis kita dapat menyampaikan data hingga 153 kbps. Sedangkan GPRS hanya mencapai 111 kbps.

2.9. Biaya

Pada prinsipnya perhitungan biaya dalam layanan data seluler menggunakan 2 model perhitungan yaitu volume based charging yang perhitungan biayanya berdasarkan jumlah kilobyte layanan yang diakses dan time based charging yang berdasarkan lama waktu yang digunakan untuk mengakses

(53)

Daftar biaya layanan data yang ditawarkan operator telepon seluler di Indonesia dapat dilihat pada tabel 2 dan table 3 di bawah ini. Untuk operator CDMA biaya layanan data cenderung sama yaitu Rp 5/Kb. Variasi yang lebih

besar terlihat pada operator GSM, tarif layanan data berkisar antara Rp 10/Kb sampai dengan Rp 30/Kb. Bila kita perhatikan biaya layanan untuk setiap kilobyte data pada kartu seluler CDMA lebih murah sekitar 2 sampai 10 kali kartu GSM.

Tabel 2. Biaya Layanan Data GPRS Biaya Layanan Data GPRS Produk Biaya / Kb Kartu Halo Rp. 25

Simpati Rp. 30

IM3 Smart Rp. 10 (belum termasuk PPN) IM3 Bright Rp. 10 (belum termasuk PPN) XL Bebas Rp. 25

Matrix Rp. 10

Tabel 3. Biaya Layanan Data CDMA Biaya Layanan Data CDMA

Produk Biaya / Kb Esia Prabayar Rp. 5 Esia Pascabayar Rp. 5 Fren Prabayar Rp. 5 Fren Pascabayar Rp. 5 StarOne Prabayar Rp. 5,5 StarOne Pascabayar Rp. 5 Flexi Prabayar Rp. 3 Flexi Pascabayar Rp. 5

2.10.Cakupan Area / Jangkauan / Coverage

(54)

2.10.1.Sistem Konvensional (Large Zone)

Pada sistem ini base station melayani wilayah yang sangat luas dengan radius 40 km. Keuntungan dari sistem ini adalah relatif mudah dalam hal switching, charging dan transmisi. Sedangkan kekurangannya :

a. Kesanggupan pelayanan terbatas

Daya yang dipancarkan harus besar dan antena harus tinggi. Selaint itu area pelayanan dibatasi oleh kelengkungan bumi. Ketika pelanggan sedang melakukan pembicaraan dan keluar dari suatu wilayah pelayanan, maka pembicaraan terputus karena tidak memiliki fasilitas handoff dan harus dilakukan inisialisasi ulang.

b. Unjuk kerja pelayanan kurang baik

Sistem konvensional ini hanya memiliki jumlah kanal yang sedikit, sehingga blocking menjadi sangat besar.

c. Tidak efisien dalam penggunaan bandwidth

Tidak menggunakan pengulangan frekuensi sehingga jumlah kanal yang dialokasikan pada setiap sel akan sangat kecil.

2.10.2.Sistem Seluler (Multi Zone)

Dalam sistem ini pelayanan dibagi menjadi daerah-daerah yang lebih kecil disebut sebagai sel dan setiap sel dilayani oleh sebuah RBS (Radio Base station). Antara RBS masing-masing sel saling terintegrasi dan dikendalikan oleh MSC (Mobile Switching Centre). Prinsip dasar dari arsitektur sistem seluler adalah :

(55)

b. Menggunakan prinsip penggunaan kembali frekuensi (Frequency Reuse) c. Pemecah sel (Cell Spliting) pada sel yang telah jenuh dengan pelanggan.

Sistem ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan sistem konvensional, yaitu :

a. Kapasitas pelanggan lebih besar

b. Efisien dalam penggunaan pita frekuensi karena memakai prinsip pengulangan

frekuensi

c. Kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kepadatan lalu lintas atau trafik karena sel dapat dipecah

(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah penilaian yang bersifat sumatif, dengan memakai ukuran dari tingkah laku user. Adapun wawancara dan kuesioner diberikan kepada user sahabat yakni user yang memiliki pengetahuan secara teknis tentang sistem yang telah mereka gunakan untuk membuat perubahan yang memungkinkan dibuat dan ditambahkan ke sistem tersebut. Rancangan penelitian ini mengacu pada metode dan konsep pengukuran usability yang telah dijelaskan pada landasan teori.

3.2.Populasi Penelitian

Populasi adalah himpunan yang mencakup semua elemen dengan sifat tertentu yang sedang dipelajari. Sifat dari populasi tersebut dinamakan parameter. Dengan kata lain parameter adalah ukuran-ukuran atau nilai-nilai ringkasan yang menggambarkan sifat-sifat populasi.

(57)

3.3.Metode Penarikan Sampel

Metode penarikan atau pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode judgement sampling atau penarikan sampel judgement merupakan sebuah metode di mana dalam memilih anggota sampel peneliti menggunakan pengalamannya sebagai dasar penilaian. Dengan penilaian berdasarkan pengalaman tersebut diharapkan sampel sedapat mungkin mewakili populasi.

3.4.Sampel Penelitian

Sampel adalah sebuah himpunan bagian dari populasi yang berisi sebagian dari elemen-elemen populasi. Sampel representatif adalah sampel yang dianggap telah mewakili sifat-sifat populasi sedekat mungkin.

Dalam penelitian ini sampel diambil dari beberapa ukuran-ukuran atau nilai-nilai berikut :

a. Sampel menggunakan perangkat modem telepon genggam Sony Ericsson K608i dan K610 untuk pengguna sistem GSM serta Nokia 3105 dan Nokia 6225 untuk pengguna sistem CDMA. Dengan asumsi bahwa jenis telepon

genggam tersebut memiliki kemampuan dan fitur yang hampir sama untuk mengakses layanan data.

(58)

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 100 orang, yang terdiri dari 50 orang sampel untuk sistem GSM dan 50 orang sampel untuk sistem CDMA. Sampel yang diambil dalam penilitian ini adalah sampel yang memanfaatkan sistem seluler baik GSM maupun CDMA untuk mengakses layanan data.

3.5.Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei dengan uraian sebagai berikut :

a. Wawancara Personal atau Langsung

Wawancara personal dipilih karena menurut pandangan peneliti merupakan metode yang paling baik untuk mendapatkan tingkat respon yang tinggi dari sumber yang ditanyai. Respon yang tinggi berarti jawaban yang sangat dekat dengan jawaban yang diinginkan. Sehingga jika responden mempunyai penafsiran yang tidak tepat atas pertanyaan yang dilontarkan pewawancara, kesalahan tersebut dapat segera diklarifikasikan.

b. Wawancara Lewat Telepon

(59)

c. Penggunaan Kuesioner Tertulis

Penggunaan kuesioner tertulis mempunyai biaya paling ringan dari berbagai metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi lewat metode survei, dan hal ini merupakan alasan mengapa metode ini digunakan. Keuntungan lain yang diperoleh adalah bahwa dengan metode ini bisa dikumpulkan jawaban dari banyak responden dalam waktu yang relatif singkat karena peneliti bisa mengirimkan kuesioner pada banyak responden dalam waktu yang bersamaan.

3.6.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan bentuk pertanyaan-pertanyaan tertutup maupun terbuka. Tujuan pembuatan kuesioner ini adalah untuk menjaring informasi yang benar dan mempunyai arti, yang akan digunakan dalam proses analisis dan pembuatan keputusan. Data yang dikumpulkan akan tepat dan benar hanya jika kuesionernya lengkap dan jelas. Dalam survei untuk pengumpulan data, hal yang paling penting dalam prosedur ini adalah konstruksi atau susunan dari kuesioner atau daftar wawancara yang hendak dipakai.

Konstruksi atau susunan dari langkah dasar dalam pembuatan instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Memilih topik yang bisa merefleksikan tema penelitian

(60)

mengarah pada hal tersebut dan mempunyai cakupan luas meliputi keseluruhan tema yang hendak ditanyakan dalam kuesioner, dan ditentukan sebelum membuat daftar pertanyaan. Namun juga perlu menjaga banyaknya pertanyaan yang akan diajukan dengan tingkat respon (tanggapan) dari responden penelitian. Maka setiap pertanyaan harus efektif, yaitu harus mencapai sasaran yang dituju, dan juga efisien, yaitu menggunakan pilihan kata yang benar-benar diperlukan. Dengan kata lain, pertanyaan sependek mungkin tanpa meninggalkan kejelasan sasaran dari pertanyaan tersebut dan tidak tumpang tindih dengan pertanyaan lainnya.

b. Menentukan tingkat respon atau tanggapan yang akan diperoleh dari kuesioner.

Selain ditentukan oleh panjang-pendeknya kuesioner, respon dari responden juga ditentukan oleh cara yang digunakan dalam menyampaikan kuesioner atau daftar pertanyaan. Dalam penelitian ini ditempuh tiga cara penyampaian seperti dikemukakan dalam metode pengumpulan data yakni : wawancara langsung, wawancara melalui telepon dan melalui kuesioner yang disebarkan atau dikirimkan.

c. Merumuskan pertanyaan yang hendak diajukan

(61)

dibuat berhubungan dengan jenis dan bentuk data yang informasi yang ingin dihasilkan. Tiga bentuk umum dari pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

• Pertanyaan dikotomi, adalah suatu bentuk pertanyaan yang

menghendaki jawaban ya atau tidak.

• Pertanyaan pilihan ganda, akan meminta responden untuk menjawab

dari berbagai rentang pilihan jawaban yang telah disediakan.

• Pertanyaan terbuka, digunakan dalam penjaringan pertanyaan yang

jawabannya berupa uraian.

Untuk merumuskan pertanyaan kuesioner dalam penelitian ini peneliti memetakan kerangka usability yang dikemukakan oleh Eason menjadi pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan maksud dan tujuan dan penelitian. d. Menguji kuesioner (pre-test)

(62)

e. Editing

Langkah terakhir yang dilakukan dalam penyusunan kuesioner adalah mengedit hasil. Langkah ini merupakan langkah yang penting sebelum hasil (jawaban atas) kuesioner tersebut masuk dalam proses analisis. Dalam langkah ini, jawaban yang diterima dari responden diperiksa konsistensinya atau reliabiliti-nya serta kesahihan atau validitasnya.

3.7.Tata Cara Pengolahan Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistika deskriptif berisi metode pengumpulan dan penyajian data, kemudian interpretasi dan analisis data populasi tersebut secara langsung. Kalaupun dalam analisis deskriptif dipelajari sifat data sampel, penekanannya terletak pada cara mencari berbagai nilai besaran-besaran membahas penggunaan data sampel tersebut.

Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi adalah tabel ringkasan di mana data asli diringkas atau dikelompokkan untuk memudahkan analasis data. Untuk lebih mempermudah analasis, dapat dibuat dua hal, yaitu distribusi frekuensi atau distribusi persentase, dua besaran yang bisa mengindikasikan hal yang sama.

(63)

observasi-observasi di dalam sebuah distribusi. Setiap frekuensi relatif dengan demikian merupakan suatu proporsi.

(64)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini kerangka usability yang dikemukakan oleh Eason dipergunakan untuk melakukan analisa terhadap data-data kuesioner yang terkumpul dan berasal dari responden. Hasil pengolahan data-data tersebut adalah sebagai berikut :

4.1. Sifat User

4.1.1. Kemampuan memilih

Yang dimaksud dengan kemampuan memilih adalah kemampuan user untuk melakukan pilihan terhadap layanan yang diberikan oleh suatu sistem. Termasuk dalam hal ini adalah kemampuannya untuk memilih antar memakai sistem atau tidak.

Kemampuan memilih juga menunjuk pada kemampuan pengguna dalam memilih untuk tidak menggunakan beberapa bagian, atau bahkan keseluruhan sistem. Disini seorang pengguna memiliki kebijakan setiap kali berhadapan dengan pilihan.

Dalam penelitian ini yang tergolong dalam kemampuan responden untuk memilih adalah sebagai berikut :

Tabel IV. Responden yang tahu tentang layanan data sistem GSM (GPRS), pada penelitian perbandingan layanan data pada sistem GSM dan CDMA.

(65)

Semua responden baik responden untuk sistem GSM (GPRS) maupun sistem CDMA tahu tentang apa yang dimaksud dengan layanan data, hal ini terlihat pada tabel IV, sehingga dengan mengetahui maksud dari layanan data diharapkan responden sudah memahami dengan pasti apa saja yang terkait dengan layanan data tersebut.

Dalam T&T edisi Januari 2004, dijelaskan bahwa layanan data adalah value added service yang disediakan oleh operator telepon seluler baik berbasis

GSM maupun CDMA, sehingga pengguna telepon seluler tidak hanya

mendapatkan layanan komunikasi suara namun juga dapat melakukan komunikasi data, video dan bahkan gabungan dari ketiganya.

Layanan data sistem GSM yang banyak digunakan oleh responden berdasarkan urutannya dari jumlah yang besar ke jumlah yang kecil adalah download fitur tambahan (ringtone, wallpaper) 38,6%, berita, informasi dan

horoskop 20,5%, MMS 15,9%, video call 11,4%, send email 9,1%, mobile banking 4,5%, kemudian layanan lainnya dari jawaban responden belum ada yang

menggunakan, dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Layanan data operator GSM yang sering digunakan oleh responden pada penelitian perbandingan layanan data pada sistem GSM dan CDMA

Layanan data yang sering digunakan

Frekuensi Observasi

Persentase Download fitur (ringtone, wallpaper) 34 38,6% Berita, informasi & horoskop 18 20,5%

MMS 14 15,9%

Video Call, Video streaming 10 11,4%

Send email 8 9,1%

Mobile banking 4 4,5%

(66)

Tabel VI. Layanan data operator CDMA yang sering digunakan oleh responden pada penelitian perbandingan layanan data pada sistem

GSM dan CDMA Layanan data yang

sering digunakan

Frekuensi Observasi

Persentase Berita, informasi & horoskop 28 25,9% Download fitur (ringtone, wallpaper) 25 23,1%

Send email 19 17,6%

Berdasarkan tabel VI diatas, layanan data sistem CDMA yang banyak digunakan oleh responden berdasarkan urutannya dari jumlah yang besar ke jumlah yang kecil adalah berita, informasi dan horoskop 25,9%, download fitur tambahan (ringtone, wallpaper) 23,1%, send email 17,6%, mobile banking

14,8%, pengguna MMS dan layanan lainnya masing-masing 6,5%, sedangkan yang memanfaatkan untuk video streaming 5,6% dari pengguna layanan CDMA.

(67)

Tabel VII. Operator yang digunakan untuk mengakses layanan data oleh responden pada penelitian perbandingan layanan data pada sistem

GSM dan CDMA. Operator yang digunakan untuk

Mengakses layanan data

Exelcomindo (Xplore, Bebas, Jempol) 17 17% Indosat (Matrix, Mentari, IM3) 7 7%

Lainnya 0 0%

Total 100 100 %

Yang menjadi pertimbangan awal saat responden menentukan operator yang digunakan untuk mengakses layanan data dapat dipetakan sebagai berikut : 34% karena tarifnya lebih murah, 28,2% paket perdananya murah, 26,8% jaringannya luas, 25,2% fitur-fitur layanan lebih lengkap, serta alasan lain sebanyak 7,4%, dapat dilihat pada tabel VIII.

Tabel VIII. Alasan responden memilih operator untuk layanan data pada penelitian perbandingan layanan data pada sistem GSM dan CDMA

Alasan memilih operator seluler untuk layanan data

Frekuensi Observasi

Persentase

Tarif lebih murah 51 34%

Paket perdananya murah 53 28,2%

Jaringan luas 41 26,8%

Fitur-fitur layanan lebih lengkap 35 25,2%

Lainnya 8 7,4%

Total 188 100%

(68)

User memiliki hak untuk menentukan pilihan yang sesuai dari berbagai pilihan yang ditawarkan. Namun demikian dalam suatu keadaan tertentu pilihan itu sangat terbatas. Dalam studi ini dapat dilihat bahwa dari berbagai pilihan layanan data seluler baik GSM maupun CDMA tentu saja tidak secara merata layanan tersebut digunakan oleh user, tentu saja dengan berbagai alasan dan pertimbangan.

4.1.2. Motivasi

Besar kecilnya motivasi yang dimiliki user sangat berpengaruh dalam mengatasi berbagai persoalan yang mungkin muncul dalam pemakaian suatu sistem. Yang tergolong motivasi responden menggunakan layanan data dalam penelitian ini adalah :

Tabel IX. Alasan responden menggunakan layanan data dari sistem GSM pada penelitian perbandingan layanan data pada sistem GSM dan CDMA

Alasan responden menggunakan layanan data Frekuensi Observasi

Persentase

Sarana informasi dan hiburan 31 47,7%

Kebutuhan komunikasi 26 40%

Membantu tugas dan pekerjaan 8 12,3%

Lainnya 0 0,00%

Total 65 100 %

Tabel X. Alasan responden menggunakan layanan data dari sistem CDMA pada penelitian perbandingan layanan data pada sistem GSM dan CDMA

Alasan responden menggunakan layanan data Frekuensi Observasi

Persentase

Kebutuhan komunikasi 37 34,6%

Sarana informasi dan hiburan 37 34,6%

Membantu tugas dan pekerjaan 33 30,8%

Lainnya 0 0,00%

(69)

Dari tabel IX, diketahui bahwa alasan responden sistem GSM menggunakan layanan data untuk sarana informasi dan hiburan sebanyak 47,7%, kebutuhan komunikasi sebanyak 40%, untuk membantu tugas dan pekerjaan sebanyak 12,3% serta tidak ada responden yang menjawab untuk keperluan lainnya.

Untuk responden dari sistem CDMA yang terlihat pada tabel X dapat dilihat bahwa 34,6% responden menggunakan layanan data untuk kebutuhan komunikasi serta sarana informasi dan hiburan. Sebanyak 30,8% responden menggunakannya untuk membantu tugas dan pekerjaan. Sama seperti dengan responden sistem GSM, tidak ada responden yang menjawab untuk keperluan lainnya.

Dari hasil ini jelas terlihat yang menjadi motivasi utama responden menggunakan layanan data adalah untuk pemenuhan kebutuhan komunikasi serta sebagai sarana informasi dan hiburan, kemudian motivasi lain yang mendasari adalah sebagai alat untuk membantu tugas dan pekerjaan responden.

(70)

4.1.3. Pengetahuan

Kesesuaian antara keinginan dan pengetahuan yang dimiliki pengguna sistem juga mempengaruhi kebergunaan dari suatu sistem. Tabel XI mengungkapkan bahwa responden dari sistem GSM menyatakan bahwa sistem sesuai dengan keinginan dan pengetahuan yang dimikili 50%, sistem kurang sesuai dengan keinginan dan pengetahuan 26%, sistem jauh dari yang diharapkan 14%, serta 10% dari responden untuk sistem GSM menyatakan bahwa sistem sangat sesuai dengan keinginan dan pengetahuan yang dimiliki.

Tabel XI. Kesesuaian antara pengetahuan dan keinginan responden dengan layanan data sistem GSM pada penelitian perbandingan layanan data pada

sistem GSM dan CDMA Sistem sesuai dengan keinginan dan

pengetahuan yang dimiliki

25 50% Sistem kurang sesuai dengan keinginan

dan pengetahuan yang dimiliki.

13 26% Sistem jauh dari yang diharapkan 7 14%

Sistem sangat sesuai dengan keinginan dan pengetahuan yang dimiliki

5 10%

Total 50 100 %

Sedangkan tabel XII mengungkapkan bahwa responden dari sistem CDMA menyatakan bahwa sistem sesuai dengan keinginan dan pengetahuan yang

Gambar

Gambar 1. Komponen Penyusun Usability Gould..........................................
Gambar 1. Komponen penyusun Usability menurut Gould
Gambar 2. Kerangka Usability Eason
Gambar 3. Skema interaksi pekerjaan, sistem dan user
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berilah tanda (X) pada kolom skor yang sesuai untuk penilaian kriteria pengukuran kinerja sustainable supply chain management.. Skor yang digunakan terdiri dari 1-9 dengan

Adapun data dalam penelitian ini adalah data-data kualitatif berupa kata, frase, klausa, atau kalimat dalam bentuk kohesi leksikal dan gramatikal dalam cerpen Buku

Game level sangat sulit memiliki jumlah poin maksimal 150 poin, dan jika user berhasil memilih dua gambar dengan benar sesuai waktu yang telah ditentukan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi dosis infusa serbuk kulitbatang kayu manis (Cinamomun Burmanii) sebagai penurunan kadar gula darah

Database adalah kumpulan data yang saling terkait yang diorganisasi untuk memenuhi kebutuhan dan struktur sebuah organisasi dan dapat digunakan oleh lebih dari

(Kiviniemi 2010, 70.) Tutkimusprosessin aikana tehdyt ratkaisut tulee perustella ja avata tutkielmassa. Siten myös lukija voi arvioida valintojen osuvuutta. Kohderyhmänä olivat

Untuk pertanyaan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan K3 nilai yang paling tinggi adalah tindakan perbaikan kedisiplinan para pekerja dengan skor nilai 3.83,