• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan layanan data pada sistem GSM dan CDMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan layanan data pada sistem GSM dan CDMA."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Teknologi komunikasi GSM dan CDMA saat ini tidak hanya dimanfaatkan untuk melakukan panggilan telepon atau pengiriman SMS tetapi juga untuk

mengakses layanan data. Dalam menentukan pilihan GSM atau CDMA, para pengguna layanan data ini biasanya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut, yaitu

biaya yang dikeluarkan, waktu yang digunakan untuk mengakses data, dan cakupan

area. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi pengguna

sistem layanan data dengan cara menguji usability sistem tersebut.

Usability dari sebuah sistem adalah ukuran atau tingkat keberhasilan di mana pengguna dapat memperoleh hasil yang sesuai dalam memanfaatkan sebuah sistem.

Pengujian usability sebuah sistem layanan data melalui studi statistika

deskriptif akan memberikan gambaran kepada pengguna mengenai sistem layanan

(2)

ABSTRACT

Communication technology in GSM and CDMA are not only used to make a phone call or to send a message (SMS) but also to provide data service. The users of the data service usually choose this media because of its low cost, quick access, and wide coverage area. This research is aimed at exploring the users’ perception about data service system by observing its usability.

Usability of a data service system is a measure of to what extent users can obtain appropriate data from using the provided service. The evaluation of the data service system will be used to develop the system according to the users’ need.

(3)

SKRIPSI

PERBANDINGAN LAYANAN DATA PADA SISTEM GSM DAN CDMA

Oleh :

RIJAL FADILAH NIM : 013124006

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

PERBANDINGAN LAYANAN DATA PADA SISTEM GSM DAN CDMA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memenuhi Gelar Sarjana Sains

Oleh :

Rijal Fadilah

NIM : 013124006

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

Karya kecil dan sederhana ini kupersembahkan untuk :

Pengorbanan dan kasih sayang yang teramat besar dan tak ternilai dari orangtuaku

Bapak H. Rusdiansyah A & Mama Hj. Hamidah AK,

Kakak-kakakku, Kak Iwan & Mbak Ika, Kak Ino & Mbak Ningrum, Kak Laila & Bang Kaswadi

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Mei 2007

Penulis

(9)

ABSTRAK

Teknologi komunikasi GSM dan CDMA saat ini tidak hanya dimanfaatkan untuk melakukan panggilan telepon atau pengiriman SMS tetapi juga untuk

mengakses layanan data. Dalam menentukan pilihan GSM atau CDMA, para pengguna layanan data ini biasanya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut, yaitu

biaya yang dikeluarkan, waktu yang digunakan untuk mengakses data, dan cakupan

area. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi pengguna

sistem layanan data dengan cara menguji usability sistem tersebut.

Usability dari sebuah sistem adalah ukuran atau tingkat keberhasilan di mana pengguna dapat memperoleh hasil yang sesuai dalam memanfaatkan sebuah sistem.

Pengujian usability sebuah sistem layanan data melalui studi statistika

deskriptif akan memberikan gambaran kepada pengguna mengenai sistem layanan

(10)

ABSTRACT

Communication technology in GSM and CDMA are not only used to make a phone call or to send a message (SMS) but also to provide data service. The users of the data service usually choose this media because of its low cost, quick access, and wide coverage area. This research is aimed at exploring the users’ perception about data service system by observing its usability.

Usability of a data service system is a measure of to what extent users can obtain appropriate data from using the provided service. The evaluation of the data service system will be used to develop the system according to the users’ need.

(11)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah penguasa alam beserta isinya, sumber dari segala

sumber ilmu pengetahuan, Dia lah yang Maha Sempurna dari segala kesempurnaan.

Dengan curahan anugerahNya pulalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Perbandingan Layanan Data Sistem GSM dan CDMA ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar Sarjana

Sains dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama proses penulisan skripsi

ini banyak hal yang penulis alami, semoga hal itu dapat memperkaya wawasan hidup

dan bekal untuk mengembangkan pribadi yang lebih baik dan utuh.

Keterlibatan berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini sungguh-sungguh

merupakan sumbangsih yang sangat besar kepada penulis. Oleh sebab itu,

perkenankan penulis mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Ir. Ign. Aris Dwiatmoko M.Sc, selaku Dekan Fakultas MIPA

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu P.H. Prima Rosa S.Si, M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komputer

Fakultas MIPA Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang dengan setia

selalu menanyakan “kapan ujian?, kapan lulus?, keburu Ikom ditutup lho…”

3. Bapak Eko Hari Parmadi selaku dosen pembimbing akademik Ilmu Komputer

(12)

4. Bapak Drs. J. Eka Priyatma M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi dengan

segala kesabaran, ketekunan dan kerjasamanya masih bersedia membimbing

skripsi ditengah-tengah kesibukan beliau sejak menjabat sebagai PR I hingga

melanjutkan studi S3, “semoga sukses Pak untuk studi lanjutnya...”

5. Terima kasih atas dorongan semangat dan motivasi membangun dari

rekan-rekan kerja di Humas USD; Pak Tatang, Mbak Atiek yang terlibat langsung

dan berperan sangat besar dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini,

Mas Cahyo, Budhe Yanti, rekan-rekan di BAA USD; Pak Bambang dkk.,

serta rekan-rekan tim promosi USD.

6. Para responden yang dengan segala kesediaannya untuk meluangkan waktu

mengisi kuesioner untuk skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang berperan penting

dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.

“Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu pengetahuan hingga beberapa derajat”, semoga dengan segala perhatian, bantuan dukungan semangat dari semua pihak menuai janji Allah tersebut.

Tak ada gading yang tak retak, akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi

ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik, saran dan masukan untuk

perbaikan dan pengembangan di masa datang sangat penulis harapkan. Semoga

skripsi ini bermanfaat untuk kekayaan wacana ilmu pengetahuan.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persembahan ... iv

Pernyataan Keaslian Karya ... v

Abstrak ... vi

Abstract... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar... xv

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Tujuan ... 3

1.5. Metode Penelitian ... 3

1.6. Sistematika ... 4

Bab II Landasan Teori... 6

2.1. Konsep Usability... 6

2.2. Definisi Usability pada Interaksi Manusia dan Komputer... 13

(14)

2.4. Metode Pengukuran Usability... 17

2.5. Teknologi GSM... 18

2.5.1. GPRS (General Packet Radio Service)... 21

2.5.2. Pengiriman dan Penerimaan Data Mobile Station GPRS... 22

2.5.3. Pemanfaatan Teknologi GPRS... 27

2.5.4. Tarif GPRS... 28

2.6. Teknologi CDMA... 28

2.6.1. Layanan Data pada CDMA... 32

2.7. Layanan Data ... 33

2.8. Kecepatan Transfer ... 36

2.9. Biaya ... 36

2.10. Cakupan Area / Jangkauan / Coverage... 37

2.10.1. Sistem Konvensional (Large Zone)... 38

2.10.2. Sistem Seluler (Multi Zone)... 38

Bab III Metodologi Penelitian... 40

3.1. Rancangan Penelitian ... 40

3.2. Populasi Penelitian ... 40

3.3. Metode Penarikan Sampel ... 41

3.4. Sampel Penelitian... 41

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 42

3.6. Instrumen Penelitian ... 43

3.7. Tata Cara Pengolahan Data... 46

(15)

4.1. Sifat User... 48

4.1. Kemampuan Memilih ... 48

4.1.2. Motivasi ... 52

4.1.3. Pengetahuan ... 54

4.2. Fungsi Sistem ... 55

4.2.1. Kemudahan Dipelajari ... 55

4.2.2. Kemudahan Memakai ... 57

4.2.3. Kecocokan Kerja... 59

4.3. Sifat Pekerjaan ... 60

4.3.1. Frekuensi ... 60

4.3.2. Keterbukaan ... 62

4.4. Reaksi User... 66

4.4.1. Analisis Biaya ... 66

4.4.2. Analisis Keuntungan ... 69

Bab V Penutup ... 76

5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Saran... 77

Daftar Pustaka ... 79

Lampiran ... 80

Kuesioner ... 80

Pengolahan Data GSM dan CDMA... 84

Pengolahan Data GSM... 85

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Tarif GPRS... 28

Tabel II. Biaya Layanan Data GPRS... 37

Tabel III. Biaya Layanan Data CDMA... 37

Tabel IV. Pengetahuan responden tentang sistem GSM dan CDMA... 48

Tabel V. Layanan data GSM yang sering digunakan... 49

Tabel VI. Layanan data CDMA yang sering digunakan ... 50

Tabel VII. Operator yang digunakan untuk layanan data ... 51

Tabel VIII. Alasan memilih operator untuk layanan data... 51

Tabel IX. Alasan menggunakan layanan data GSM... 52

Tabel X. Alasan menggunakan layanan data CDMA... 52

Tabel XI. Kesesuaian layanan data sistem GSM... 54

Tabel XII. Kesesuaian layanan data sistem CDMA... 55

Tabel XIII. Kemudahan mempelajari sistem GSM... 56

Tabel XIV. Kemudahan mempelajari sistem CDMA... 56

Tabel XV. Kemudahan memakai sistem GSM... 57

Tabel XVI. Kemudahan memakai sistem CDMA... 58

Tabel XVII. Kesesuaian fungsi dan layanan sistem GSM... 59

Tabel XVIII. Kesesuaian fungsi dan layanan sistem CDMA... 59

Tabel XIX. Usia penggunaan operator GSM... 61

Tabel XX. Usia penggunaan operator CDMA... 61

Tabel XXI. Menu sistem GSM... 62

(17)

Tabel XXIII. Kebebasan mengubah sistem GSM... 64

Tabel XXIV. Kebebasan mengubah sistem CDMA... 65

Tabel XXV. Biaya layanan data sistem GSM... 66

Tabel XXVI. Biaya layanan data sistem CDMA... 67

Tabel XXVII. Penggunaan pulsa sekali akses sistem GSM... 67

Tabel XXVIII. Penggunaan pulsa sekali akses sistem CDMA... 68

Tabel XXIX. Tarif layanan data sistem GSM... 68

Tabel XXX. Tarif layanan data sistem CDMA... 69

Tabel XXXI. Blank spot sistem GSM... 69

Tabel XXXII. Blank spot sistem CDMA... 70

Tabel XXXIII. Rata-rata waktu akses sistem GSM... 70

Tabel XXXIV. Rata-rata waktu akses sistem CDMA... 71

Tabel XXXV. Kecepatan sistem GSM... 71

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Komponen Penyusun Usability Gould... 7

Gambar 2. Kerangka Usability Eason... 8

Gambar 3. Skema Interaksi Pekerjaan, Sistem dan User... 12

Gambar 4. Arsitektur GPRS mobile station... 23

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak sistem telegrafi jarak jauh pertama diluncurkan oleh Samuel FB

Morse di tahun 1844, maka mulai berkembanglah jaringan sistem ini ke seluruh

dunia. Pengguna yang makin banyak pada dasarnya secara bergantian atau harus

antri dalam mendapatkan layanan telegrafi karena kendala jumlah jalur yang

terpasang.

Kemudian setelah sistem telefoni diperkenalkan pada tahun 1877 oleh

Alexander Graham Bell, peminat sistem ini ternyata meningkat lebih cepat dari

sistem telegrafi karena tidak memerlukan keahlian khusus dalam

menggunakannya. Maka instalasi jalur-jalur telefoni tampak dalam bentuk

kawat-kawat “paralel” yang direntang dengan isolator antar masing-masing jalur.

Kini revolusi besar-besaran terjadi, sistem telepon kabel mulai

ditinggalkan baik dari sistem maupun infrastrukturnya berubah, penggantinya

tidak lain telepon seluler atau lebih awam disebut telepon genggam. Bila

membaca sejarahnya 30 tahun yang lalu, sebenarnya perkembangan pesat dari

teknologi telepon genggam ini sudah di luar perkiraan.

Teknologi handphone pertama kali diperkenalkan 3 April 1973. Komunitas bisnis telefon bergerak mengingatnya sebagai hari lahir HP. Saat itu untuk pertama kalinya pembicaraan jarak jauh dengan perangkat telefon bergerak

(20)

Saat ini, komunikasi bergerak atau mobile communication menjadi tren dan gaya hidup yang semakin digemari. Bahkan di banyak negera seperti

Indonesia, Jepang dan Finlandia, pelanggan handphone jauh lebih banyak dari pelanggan telepon rumah (fixed telephone).

Apakah hanya sebatas untuk komunikasi suara dua arah layaknya

telepon kabel? Tentu saja tidak, kini masing-masing teknologi seluler sebut saja

dua raksasanya yakni GSM dan CDMA mulai melakukan perang kecanggihan dalam memberikan layanan pengiriman data.

Kini teknologi komunikasi telepon genggam berbasis GSM dan CDMA sudah sangat mudah ditemukan. Salah satu aspek yang diperhatikan dalam

pemilihan minat teknologi komunikasi yang digunakan adalah berkaitan dengan

sejauh mana keandalan teknologi yang digunakan dalam pengiriman data.

Pada teknologi GSM, pengiriman data dapat dilakukan dengan menggunakan GPRS. Teknologi GPRS ini masih cukup popular di masyarakat karena menjanjikan biaya yang cukup murah dalam pengiriman data. Saat ini

(21)

1.2. Rumusan Masalah

Diantara dua teknologi seluler yang berkembang pesat yakni GSM dan CDMA, manakah diantara keduanya yang lebih unggul dalam layanan pengiriman data ?

1.3. Batasan Masalah

Karena banyaknya teknologi pengiriman data pada sistem GSM maupun CDMA maka dipandang perlu untuk membatasi pembahasan. Untuk GSM pembahasan dibatasi hanya pada teknologi GPRS. Sedangkan untuk CDMA pembahasan dibatasi hanya pada teknologi CDMA 2000.

1.4. Tujuan

Tujuan dari studi ini adalah mengetahui persepsi user tentang usability atau kedayagunaan sistem GSM dan CDMA untuk mengakses layanan data, kemudian data tersebut dibandingkan. Dari hasil perbandingan, diputuskan

teknologi mana yang lebih unggul dalam aspek pengiriman data. Hal- hal yang

dibandingkan untuk menentukan sistem mana yang lebih unggul menurut persepsi

user adalah :

a. Waktu / Kecepatan transfer

b. Biaya

(22)

1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini

adalah :

a. Studi pustaka ; yang dibutuhkan untuk membahas secara menyeluruh tentang

perkembangan teknologi komunikasi bergerak, teknologi pengiriman data

melalui teknologi seluler.

b. Studi lapangan ; untuk memperoleh data tentang berbagai kebutuhan

telekomunikasi yang berkembang di masyarakat dan teknologi apa yang

mereka pilih untuk pengiriman data. Studi ini juga dipergunakan untuk

memperoleh data tentang perkembangan pangsa pasar layanan telekomunkasi

pengiriman data di Indonesia, dengan cara melakukan kunjungan langsung ke

information centre berbagai penyedia layanan telekomunikasi bergerak.

c. Studi kasus dan wawancara ; untuk mengidentifikasi berbagai masalah dan

tanggapan responden di lapangan, dilakukan studi kasus dan wawancara ke

berbagai penyedia layanan komunikasi seluler dan pengguna layanan tersebut,

dengan harapan didapatkan informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan

penelitian ini.

1.6. Sistematika

Penyusunan tugas akhir ini secara sistematis diatur dan disusun dalam 5

(lima) bab. Secara singkat uraian materi masing-masing bab adalah sebagai

(23)

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,

tujuan, metodologi serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Menguraikan landasan teori yang berkaitan dengan studi ini antara lain,

teknologi komunikasi bergerak yang terdiri dari teknologi teknologi GSM, teknologi CDMA serta layanan data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang rancangan penelitian, populasi penelitian, metode

penarikan sampel, sampel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen

penelitian, tata cara pengolahan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil kuesioner yang diperoleh serta dibahas lebih lanjut

dengan menggunakan dasar-dasar teori dan pengetahuan yang sesuai dengan

maksud dan tujuan penelitian ini dibuat.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan yang dapat diambil dari hasil yang diperoleh pada

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Usability

Suatu langkah awal yang sangat berguna untuk mengungkapkan konsep

usability coba diungkapkan oleh Gould yang memberikan komponen penyusun usability. Gould tidak hanya memfokuskan pada end user dari suatu sistem, tapi juga mencakup seluruh komponen termasuk programmer, system engineer, installation engineer, dan orang-orang lain yang mendukung user. Komponen penyusun usability menurut Gould sebagai berikut :

i. Unjuk kerja sistem 1. Reabilitas 2. Daya tanggap ii. Fungsi sistem iii. Fasilitas antar muka

1. Pengorganisasian

2. Perangkat input dan output 3. Untuk user

4. Untuk grup lain iv. Bahan bacaan

1. Untuk user awam 2. Untuk grup pendukung v. Penerjemah bahasa

1. Bahan bacaan 2. Fasilitas antar muka vi. Program jarak jauh

1. Pelatihan user awam 2. Sistem bantuan online 3. Hotlines

vii. Kemampuan pelanggan untuk memodifikasi dan memperluas viii. Instalasi

(25)

x. Periklanan

1. Memotivasi pelanggan untuk membeli 2. Memotivasi user untuk memakai xi. Kelompok pemakai (user) pendukung

1. Bagian pemasaran 2. Pelatih

3. Operator

4. Bagian perawatan

Gambar 1. Komponen penyusun Usability menurut Gould

Namun demikian, komponen yang dikemukakan oleh Gould tidak

sepenuhnya membantu, ia tidak memberikan konsep yang mendukung yang dapat

memberikan kontribusi untuk lebih memahami usability. Semisal konsep yang mungkin dibutuhkan oleh kita tentang apa yang membuat sebuah sistem tersebut

berdayaguna, mudah untuk dipahami dan mudah untuk dioperasikan. Alasan ini

mengemuka karena usability suatu sistem tidak ditentukan oleh hanya satu atau dua orang responden, tapi juga banyak factor yang mempengaruhinya (Barnard &

Hammond, 1982). Faktor tersebut tidak secara sederhana dan secara langsung

(26)

Eason (1984) memberikan konsep usability sebagai berikut : User terus belajar

Dipakai Terbatas

Gambar 2. Kerangka Usability Eason

Pertama kali kita akan mempertimbangkan dua variabel karakteristik

pekerjaan yang diidentifikasi oleh Eason, yakni frekuensi dan keterbukaan. Kata

frekuensi yang dimaksud adalah jumlah waktu dari suatu tugas tertentu yang

(27)

melakukan tugas yang frekuensinya kurang lalu mereka akan mengharapkan

sebuah perintah yang dapat membimbing mereka dalam melaksanakan tugas itu.

Di sisi lain, perintah semacam itu kurang sesuai dalam sebuah tugas yang rutin

dilakukan. Pengguna tugas yang rutin mengharapkan sebuah perintah yang hemat

dan padat. Hal ini dikarenakan mereka dapat dengan mudah mengingat

langkah-langkah yang diperlukan dalam tugas dan biasanya tidak membutuhkan bantuan

dan saran.

Kata kedua, keterbukaan, dimaksudkan pada ruang lingkup di mana

sebuah tugas dapat dimodifikasi. Sebuah tugas yang terbuka adalah di mana

kebutuhan informasi pengguna bervariasi. Dengan demikian, tugas tersebut harus

disusun sedemikian rupa sehingga pengguna mendapatkan informasi

seluas-luasnya. Cara lainnya adalah informasi dari pengguna harus diperbaiki. Jika hal

itu merupakan masalahnya maka tugas itu tidak perlu terbuka dan fleksibel, saat

informasi yang sama dibutuhkan setiap kali tugas itu dilakukan.

Tiga variabel utama dari fungsi sistem adalah kemudahan dipelajari,

kemudahan digunakan dan kesesuaian tugas. Pengertian kemudahan dipelajari

adalah usaha yang dibutuhkan untuk memahami dan mengoperasikan sistem yang

kurang dikenal. Jelasnya, hal ini sangat tergantung pada pengetahuan yang

dimiliki pengguna dan bagaimana pengetahuan tersebut dapat diterapkan dengan

mudah dalam sistem yang kurang dikenal. Kata kunci yang kedua, kemudahan

digunakan, maksudnya adalah usaha yang dibutuhkan untuk mengoperasikan

sebuah sistem saat sistem tersebut telah dapat dipahami dan dikuasai dengan baik

(28)

Awalnya, kemudahan digunakan dan kemudahan dipelajari tampak

sebagai dua konsep yang berbeda. Akan tetapi, kemungkinan sebuah sistem

mudah dipelajari tapi sulit digunakan juga dapat terjadi. Sebagai contoh sebuah

sistem yang mudah dipelajari, sistem tersebut dijelaskan secara jelas dan

perintahnya dapat membimbing pengguna dengan mudah dalam menjalankan

tugas yang bervariasi. Akan tetapi, saat pengguna telah mengetahui sistem dengan

baik, perintah yang ada pada awalnya sangat membantu dapat menjadi penghalang

dan menghabiskan waktu. Dengan kata lain, jika pengguna tidak diberi jalan

pintas / shortcut dalam menjalankan tugas, dan jika semuanya terus menerus dijelaskan kembali kepada pengguna, sistem itu menghalangi pengguna, walaupun

pada awalnya mudah dipelajari.

Di sisi lain, sebuah sistem yang memiliki banyak perintah yang disingkat

dan sedikit penjelasan akan sulit dipelajari tapi mudah digunakan. Contohnya,

sistem operasi UNIX mengharuskan seorang pengguna mengetik “cd” untuk berpindah dari suatu direktori file ke yang lain. Semua perintah utama dalam

UNIX ada dalam jenis ini, singkatan-singkatan yang sulit diingat tapi mudah digunakan saat sudah dapat diingat. Sistem semacam ini sering membingungkan

dan sulit dipelajari pengguna, tetapi relative mudah serta padat dan jelas saat

pengguna telah menguasai sistemnya walaupun beberapa pendapat menyatakan

UNIX sangat sulit digunakan. Perintah dari sistem semacam itu hanya memberi sedikit penjelasan mengenai bagaimana sistem itu bekerja bagi pengguna yang

(29)

pengguna yang sudah berpengalaman. Singkatnya, konsep mudah dipelajari dan

mudah digunakan berbeda satu sama lain dan berdiri sendiri.

Konsep fungsi sistem yang ketiga adalah kecocokan tugas. Maksudnya

adalah ruang lingkup dari informasi dan fungsi-fungsi yang disediakan oleh

sebuah sistem sesuai dengan kebutuhan pengguna. Singkatnya, sebuah sistem

dapat menjadi mudah dipelajari dan digunakan akan tetapi apakah sistem itu

bekerja dengan baik? Pertanyaan ini mempertanyakan apakah sistem mempunyai

fungsi-fungsi yang dibutuhkan, ssperti halnya informasi yang dibutuhkan

pengguna.

Variabel-variabel terakhir adalah variabel yang dimiliki oleh pengguna.

Yaitu pengetahuan, motivasi dan kemampuan memilih. Pengetahuan yang dipilih

pengguna untuk diterapkan dalam sebuah kerja, baik pengetahuan tersebut sesuai

ataupun tidak, dapat dipertimbangkan sebagai sebuah variabel yang berperan

dalam kedayagunaan sebuah sistem.

Variabel kedua adalah motivasi, maksudnya merujuk pada motivasi

pengguna dalam menggunakan sistem. Jika pengguna mempunyai motivasi tinggi

maka lebih banyak usaha yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah dan

kesalahpahaman. Atau, jika pengguna tidak bermotivasi untuk menyelesaikan

sebuah tugas dalam sistem maka komitmen pengguna dapat berkurang, dan akan

terjadi keengganan untuk mempelajari atau menggunakan bagian-bagian sistem

yang rumit.

Variabel ketiga, kemampuan memilih merujuk pada kemampuan

(30)

keseluruhan sistem seorang pengguna memiliki kebijakan setiap kali berhadapan

dengan pilihan. Akan tetapi dalam beberapa situasi pilihan ini terbatas, contohnya

banyak kasir di supermarket menggunakan sistem-sistem yang mengenali bar code dari barang yang mereka jual. Mereka memiliki sedikit kebijaksanaan dalam memutuskan apakah akan menggunakan dan bagaimana mereka menggunakan

sistem tersebut. Di sisi lain, seorang ahli statistik akan memiliki lebih banyak

kebijakan selain banyak jenis teknik statistik yang ditawarkan oleh paket software statistik, ahli statistik juga akan memiliki pilihan yang luas untuk tidak

menggunakan sistem itu sama sekali, selama informasi yang dibutuhkan tetap

diproduksi.

Inti dari pendapat Eason adalah bahwa usability sebuah sistem akan tergantung, tidak hanya pada sifat pengguna, namun juga karakteristik tugas dan

sistemnya. Yaitu bahwa variabel-variabel pekerjaan, sistem dan pengguna semua

digabungkan untuk menentukan kedayagunaan suatu sistem. (Lihat gambar 3).

Gambar 3. Skema interaksi pekerjaan, sistem dan user Keterbukaan

dengan kerja Pilihan

USER

(31)

Pemikiran Eason ini menentukan usability dari pandangan bagaimana sistem-sistem ini digunakan dalam lingkungan kerja. Pandangan semacam itu

amat berguna dari sudut pandang global meski paling komprehensif, namun

pandangan Eason tersebut bukan satu-satunya pandangan terhadap usability.

2.2. Definisi Usability pada Interaksi Manusia dan Komputer

Definisi secara global mengenai usability dikemukakan oleh Eason (1984), dan ditunjukkan pada bagian terakhir, yaitu bahwa : “…indikator utama

kedayagunaan adalah apakah sebuah sistem atau fasilitas digunakan…”.

Selanjutnya ia menyampaikan bahwa, “pilihan pengguna merupakan inti dari

kedayagunaan karena hal itu menunjukkan bahwa ukuran paling menentukan

dalam kedayagunaan merupakan pola respon-respon pengguna terhadap berbagai

pilihan dan cara… respon ini membangun strategi pembelajaran ataupun strategi

tanpa pembelajaran suatu sistem. Pendapat yang setuju dengan pandangan ini dan

yang bertentangan mencoba mengukur usability dalam laboraturium, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : jika kita memaksa seorang individu

untuk menggunakan sebuah sistem dengan tujuan agar kita dapat menilai

kedayagunaannya, maka kita akan merusak ukuran terbaik dari kedayagunaan

yang kita punyai, baik bila sistem digunakan maupun tidak.

Akan tetapi, definisi usability kadang terikat pada pertanyaan mengenai bagaimana menilai kedayagunaan sebuah sistem. Contohnya : “semua orang tahu

(32)

untuk menunjukkan penilaian, yang membutuhkan pengukuran dan definisi

operasional”. (Shackel, 1981.)

Shackel mendefinisikan usability sebagai criteria sejauh mana sistem

(produk) mencapai efektifitas, fleksibilitas, kemudahan dipelajari (learnability) dan kesesuaian dengan penerimaan user(user attitude).

Saat definisi yang dibuat Eason dipandang dalam segi ini masalah-masalah

tertentu muncul. Kesulitan dalam pendekatan yang paling ideal ini adalah ketika

dibawa pada keadaan paling ekstrim, yaitu definisi tersebut menyarankan bahwa

kita harus membangun dan melaksanakan sebuah sistem, lalu menunggu untuk

melihat apa yang terjadi jika berkeinginan untuk menilai kedayagunaannya.

Walaupun dari data sistem yang telah berjalan dapat terbukti sebagai data yang

paling berguna, namun bukan merupakan pendekatan yang dapat

direkomendasikan kepada tim perancang sistem yang memahami tentang

keterbatasan biaya. Maka dibutuhkan definisi usability yang mampu menilai sistem sejak awal proses perancangannya, juga selama dan setelah impelementasi

sebuah sistem.

Sebuah definisi yang menunjukkan cara penilaian selama pengembangan

proses telah dikemukakan dalam ISO (International Standards Organization), dan menyatakan : “Kedayagunaan sebuah produk adalah derajat ketercapaian

pengguna tertentu dapat mencapai tujuannya dalam suatu lingkup tertentu secara

efektif, efisien, nyaman, dan dengan cara yang wajar”.

Akan tetapi definisi ini tidak secara jelas menentukan kriteria operasional

(33)

Shackel (1986) yang mencoba mengemukakan definisi operasional dari

kedayagunaan, sebuah sistem harus mencapai criteria kedayagunaan yaitu efektif,

kemampuan untuk dipelajari, fleksibilitas dan sikap pengguna.

Sebuah sistem harus efektif, yaitu target pengguna dalam ukuran tertentu

harus mampu menggunakan sistem tersebut dalam sejumlah lingkungan, dalam

waktu tertentu dan tanpa terlalu banyak kesalahan. Sebuah sistem harus dapat

dipelajari, yaitu pengguna harus mampu mempelajari sistem tersebut setelah

beberapa kali berlatih. Lebih lanjut, pengguna yang kurang rutin menggunakan

sistem tersebut harus mampu mempelajari sistem itu kembali dalam suatu kurun

waktu tertentu. Sebuah sistem harus fleksibel, yaitu hasil yang diperoleh

pengguna tidak dapat diperburuk dari pengaruh hasil presentasi tertentu yang

melampaui tugas dan lingkungan sistem. Yang terakhir, sebuah sistem harus

mampu mempengaruhi rating sikap pengguna, yaitu pengguna dalam persentase

tertentu bersikap positif terhadap sistem.

2.3. Pengukuran Usability

Kegunaan definisi usability seperti yang dikemukakan di atas adalah bahwa definisi itu dapat dijadikan alat untuk menyusun tujuan usability. Sebagai contoh dalam skema yang dikemukakan Eason kita membutuhkan berbagai

variabel terikat sifat user, fungsi system, sifat pekerjaan. Berbagai variabel itu bisa

memberi cara di mana tujuan-tujuan dapat diidentifikasi. Tetapi bagaimana kita

(34)

Hewwet (1986) membedakan dua bentuk penilaian ; formatif dan sumatif. Perbedaan antara dua tipe ini adalah pada tujuannya. Penilaian formatif

membantu perancang sistem untuk memperhalus dan membentuk rancangannya.

Oleh karena itu pandangan ini, ukuran penilaiannya dari beberapa tipe tertentu

mungkin tidak sesuai untuk penilaian jenis ini. Sebagai contoh, keseluruhan angka

tidak dapat digunakan untuk memberi tahu perancang apa yang harus dilakukan

untuk memperbaiki rancangannya. Penilaian formatif lebih dapat memberi

informasi kualitatif yang dapat digunakan untuk membantu perancang menunjuk

dengan tepat bagian-bagian sistem yang harus diubah.

Sedangkan penilaian sumatif lebih dapat memberi informasi kuantitatif

daripada data kualitatif. Seperti yang dijelaskan Hewett : “Penilaian sumatif

meliputi penaksiran pengaruh, kedayagunaan dan keefektifan sistem serta

keseluruhan hasil yang ditunjukkan pengguna dan sistem”.(Hewett, 1986)

Hewwet juga menyampaikan bahwa jenis penilaian yang berbeda dapat

dicocokkan dengan tahap-tahap yang berbeda dalam proses rancangan. Sebagai

contoh, data kualitatif dibutuhkan saat sebuah rancangan diperhalus. Perancang

akan perlu tahu lebih banyak mengapa kesalahan atau kesalahpahaman tejadi

tidak hanya sekedar jumlahnya. Pada tahap rancangan berikutnya informasi

kuantitatif juga dibutuhkan. Informasi kuantitatif membantu perancang

menganalisa kegunaan perubahan dalam rancangannya. Jika dalam tahap ini

terdapat masalah dalam sebuah rancangan maka diperlukan lebih banyak lagi data

(35)

Perbedaan antara bentuk penilaian formatif dan sumatif juga memberi

sorotan pada satu masalah dari definisi Shackel. Tidak jelas dimana penilaian

yang ditawarkan oleh Shackel ditempatkan. Jika ada pada tahap awal rancangan

maka dengan mudah memperoleh angka sikap pengguna dan penghitungan

kesalahan tidak sesuai untuk menginformasikan pada perancang mengenai

jenis-jenis perubahan yang dibutuhkan. Intinya, pendapat operasional Shackel

mengenai kedayagunaan tampaknya ditujukan hanya pada penilaian sumatif

sebuah sistem.

Ukuran yang biasa dipakai dalam pengukuran usability adalah : a. Waktu

b. Error

c. Protokol verbal

d. Protokol visual

e. Pola pembacaan visual

f. Pola pemakaian sistem

g. Tingkah laku

2.4. Metode Pengukuran Usability

Hewett (1986) mengatakan bahwa tidak hanya sebuah sistem dan

rancangan dari sistem tersebut yang mempunyai tujuan, tetapi semua penilaian

juga membutuhkan tujuan. Dengan memperinci tujuan dari sebuah penilaian, juga

memberi kemungkinan untuk dapat mengidentifikasi ukuran-ukuran apa dan

(36)

Metode pengukuran usability yang sering digunakan ialah : a. Uji konsep

b. User sahabat c. User musuh d. User simulator e. Evaluasi sistematis

f. Pandangan pakar

g. Simulasi uji coba

h. Percobaan laboratorium

i. Audit

j. Kunjungan lapangan

k. Studi tindak lanjut

2.5. Teknologi GSM

Kelahiran GSM diawali dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan bersama terhadap satu sistem jaringan baru yang dapat menjadi standar jaringan

yang berlaku dan dapat diterapkan di seluruh kawasan Eropa. Dalam sistem baru

itu juga harus terdapat kemampuan yang dapat mengantisipasi mobilitas pengguna

serta kemampuan melayani lebih banyak pengguna untuk menampung

penambahan jumlah pengguna atau pelanggan baru. Karena hal ini tidak dapat

dilakukan dengan mempertahankan sistem analog, maka kemudian diputuskan

untuk merombak sistem dan menggantinya dengan sistem digital. Standar baru

(37)

GSM pada awalnya adalah kepanjangan dari Groupe Speciale Mobile, sebuah badan gabungan dari para ahli yang melakukan studi bersama untuk menciptakan

standar GSM tersebut.

Teknologi GSM memiliki karakteristik yang dapat menangani suara secara efisien namun memiliki keterbatasan dalam kemampuan transfer data aplikasi

internet. Komunikasi data pada GSM dijalin melalui mekanisme circuit-switched connection yang berarti hubungan diawali dengan dial dari pengguna dan diakhiri dengan pemutusan hubungan. Apabila pengguna ingin mengakses data lagi maka

mereka harus melakukan dial lagi. Hal inilah yang menjadikan keterbatasan GSM dimana pengguna akan selalu dibebani biaya koneksi selama waktu mereka

membuka mengakses data. Untuk memecahkan masalah tersebut maka

dibutuhkan teknologi paket data untuk GSM menggunakan packet-switched connection.

(38)

GSM sangat digandrungi oleh masyarakat karena berbagai keunggulannya. GSM menggunakan kartu Subscriber Identification Module (SIM) yang amat praktis dan mudah dipindahkan dari satu telepon seluler ke telepon seluler lain.

SIM ini digunakan untuk menyimpan PIN (Personal Identifiaction Number) dari si pemakai telepon seluler GSM tersebut, kartu ini berukuran dua macam : awalnya berukuran ISO(Fullsize) dan bila sudah dipotong menjadi ukuran plug-in (mini).

GSM merupakan sistem telepon seluler ketiga yang masuk ke Indonesia. Meski di awalnya sempat ada anekdot yang mengatakan bahwa GSM singkatan dari “Geser Sedikit Mati”, namun zaman kemudian membuktikan bahwa hal

tersebut tidak menggoyahkan kepopuleran GSM ini karena jangkauannya yang pertama kali dapat mencapai seluruh propinsi di Indonesia. Dari sisi kuantitas

selanjutnya, GSM telah benar-benar menjadi “primadona” telepon seluler di Indonesia, karena di awal tahun 2004 sudah tercatat sekitar 18 juta pelanggan

telepon seluler dan 95% lebih diantaranya adalah menggunakan sistem GSM ini. Hal utama harus diperhatikan dalam pemilihan penyedia layanan GSM ini yakni teliti dahulu jangkauan dan fasilitas yang ditawarkan oleh tiap provider tersebut,

karena berbeda-beda antar satu daerah dengan daerah lainnya.

Menilik sistemnya, oleh karena suara dipancarkan secara digital atau

(39)

2.5.1 GPRS (General Packet Radio Service)

General Packet Radio Service atau lebih dikenal dengan istilah GPRS merupakan layanan penerimaan data berbasis paket data pada jaringan GSM. Dengan adanya teknologi GPRS maka membuat pengiriman data mobile pada jaringan GSM menjadi lebih cepat, murah dan user-friendly dari sebelumnya. GPRS juga memperkenalkan adanya paket switching dan internet protokol pada jaringan mobile sehingga memberikan layanan kecepatan transfer data dan layanan pengaksesan jaringan internet melalui perangkat/jaringan mobile kepada para penggunanya.

Teknologi GPRS dikembangkan dengan tujuan untuk memungkinkan operator GSM memenuhi kebutuhan akan layanan paket data wireless yang merupakan dampak dari meledaknya pertumbahan internet dan intranet korporat.

Dengan teknologi GPRS yang memiliki keunggulan paket-switched untuk pengiriman data yang bersifat bursty, maka tidak memerlukan setup koneksi terlebih dahulu dan memungkinkan penggunaan koneksi secara bersama utnuk

memaksimalkan efisiensi penggunaan sumber daya.

Tujuan dikembangkannya teknologi GPRS bagi operator jaringan GSM adalah untuk menyediakan layanan pengiriman data dan pengaksesan jaringan

internet yang lebih cepat dan murah.

a. Paket switching pada GPRS mengandung arti bahwa sumberdaya radio GPRS hanya akan digunakan ketika pengguna melakukan pengiriman atau

(40)

atau lebih pengguna secara konkruen. Dengan demikian mode paket switching ini memungkinkan optimasi yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya

jaringan radio pada GPRS untuk aplikasi data.

GPRS telah banyak digunakan untuk mendukung aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan layanan komunikasi data. Beberapa contoh aplikasi yang

menggunakan teknologi GPRS diantaranya adalah chat, pengiriman data/informasi berbasis teks dan visual, pengiriman data gambar/image, web browsing, transfer file diantaranya MMS (Multimedia Message Service), aplikasi E-mail korporat dan internet, SMS, dan lain-lain. GPRS dapat melakukan transmisi data untuk aplikasi-aplikasi di atas hingga mencapai 0,22 bps hingga

111 Kbps.

2.5.2 Pengiriman dan penerimaan data pada mobile station GPRS

Area geografis yang dilingkupi oleh jaringan GPRS dibagi ke dalam area yang lebih kecil yang disebut dengan cells dan area routing. Sebuah cell adalah area yang dilayani oleh set/himpunan radio base stations. Ketika sebuah GPRS mobile station ingin melakukan pengiriman data atau penerimaan data, maka mobile station tersebut akab mencari sinyal radio yang terkuat yang dapat ditemukan diantara base station-base station yang ada. Setelah menemukan sinyal radio terkuat dari suatu base station, maka mobile station tersebut akan mengirimkan notifikasi ke jaringan dari cell untuk memilih base station yang mengirimkan sinyal radio terkuat dan menggunakannya untuk melayani layanan

(41)

mendengarkan sinyal radio dari himpunan base station tersebut, dan jika ditemukan bahwa ada base station lain yang memiliki sinyal radio lebih kuat dari base station saat ini, maka mobile station tersebut akan mengganti base station dengan base station yang baru yang memiliki sinyal radio yang lebih kuat. Proses ini disebut dengan reselect. Routing area adalah himpunan atau sekelompok cell -cell area yang berdekatan. Routing area ini akan berguna dalam proses location-updating traffic dan paging traffic. Untuk mobile station yang secara aktif sedang melakukan proses pengiriman atau penerimaan paket data, maka proses

penelusuran lokasi dilakukan melalui tingkat cell (jaringan akan menjaga track dari cell yang saat ini sedang digunakan). Sedangkan untuk kondisi mobile station yang dalam keadaan tidak aktif atau idle, maka penulusuran dilakukan berdasarkan routing area (jaringan akan menjaga track dari Routing area).

Gambar 4. Arsitektur GPRSmobile station pada aplikasi GPRS

(42)

server mode. GPRS mobile station pada umumnya berperan sebagai client, contohnya adalah ketika GPRSmobile station digunakan untuk melakukan akses internet, intranet, atau database dengan melakukan inisialisasi komunikasi GPRS. GPRS mobile station juga dapat berperan sebagai server sebagai contoh ketika digunakan untuk aplikasi monitoring telemetry dimana GPRS mobile station dihubungkan dengan device/perangkat lain seperti kamera untuk melakukan monitoring atau mengambil data telemetry.

Gambar 5. Arsitektur Komunikasi pada GPRS (tunneling)

Pada gambar 5, tergambar bahwa ketika sebuah mobile station GPRS akan menggunakan jaringan paket data wireless, terlebih dahulu mobile station tersebut melakukan attach ke Service GPRS Support Node (SGSN). Ketika sebuah SGSN menerima request dari sebuah mobile station , maka SGSN akan memastikan apakah akan memberikan layanan request tersebut. Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

(43)

b. Proses pengecekan (verifikasi) informasi tentang identitas dari mobile station. Hal ini disebut dengan istilah authentication.

c. Pengecekkan terhadap level QoS (Quality of Service) dari request service yang diminta oleh mobile station . Hal yang dilakukan diantaranya proses verifikasi terhadap kemampuan jaringan untuk memberikan layanan sesuai yang diminta

(saat bersamaan jaringan sedang melayani service terhadap pengguna yang

lain).

Setelah memutuskan untuk menerima request, maka SGSN akan menyimpan data track dari mobile station sehingga mengetahui lokasi dimana data paket harus dikirimkan/diroutekan ke mobile station (proses penerimaan paket data).

Proses attachment ke SGSN tidak menjadi jaminan bahwa proses pengiriman paket data dapat dilakukan. Agar mobile station dapat melakukan proses pengiriman paket data, maka mobile subscriber harus terlebih dahulu mengaktifkan sebuah PDP address (semisal IP address).

(44)

membangun sebuah asosiasi antara SGSN dengan GGSN yang informasinya disimpan dalam PDP context. Sebuah mobile station hanya melakukan attach ke satu SGSN, tetapi dapat mengaktifkan beberapa alamat PDP yang mungkin di-anchored oleh GGSN yang berbeda.

Ketika mobile station telah melakukan attach ke SGSN dan mengaktifkan sebuah alamat PDP, maka mobile station tersebut telah siap untuk melakukan komunikasi dengan perangkat yang lain. Sebagai contoh GPRS mobile dapat berkomunikasi dengan sistem komputer yang terhubung ke jaringan X.25 atau

jaringan IP. Dengan demikian proses pengiriman data (data transfer) dan

penerimaan data (data receiving) dengan menggunakan GPRS dilakukan melalui proses berikut :

1. Setup koneksi ke jaringan GPRS (dilakukan terpisah dengan jaringan GSM) 2. Mobile station melakukan prosedur GPRS attach.

Hal-hal yang dilakukan antara lain :

a. Mobile station melakukan request attachment ke SGSN.

b. SGSN melakukan authorization dan autentication terhadap requirement dari mobile station .

c. SGSN melakukan verifikasi terhadap level QoS service yang diminta oleh mobile station .

(45)

3. Untuk dapat melakukan pengiriman data, maka mobile station akan mengaktifkan alamat PDP. Informasi yang dibutuhkan untuk mengaktifkan

alamat PDP ini disimpan dalam PDP context.

2.5.3. Pemanfaatan Teknologi GPRS

Tujuan utama dari pengembangan teknologi GPRS adalah untuk memfasilitasi interkoneksi antara sebuah perangkat mobile dengan jaringan paket-switch data yang lain dengan melalui akses ke jaringan internet. Dengan adanya

pengenalan mode paket pada GPRS, maka memungkinkan integrasi antara teknologi mobile telephony dan internet menjadi teknologi internet bergerak (mobile internet technology). Teknologi ini memungkinkan pengguna telepon seluler (mobile phone) mendapat layanan baru atau layanan tambahan sebagai berikut :

a. Client-Server Services yang memungkinkan pengaksesan data yang tersimpan dalam suatu basis data. Contoh penerapan aplikasi ini adalah pengaksesan

WEB melalui browser.

(46)

c. Real-time Conversational Service yang memberikan layanan komunikasi dua arah kepada pengguna secara real-time. Beberapa contoh penerapannya adalah pada aplikasi internet dan multimedia semisal Voice Over IP dan Video Conference.

2.5.4. Tarif GPRS

Tarif GPRS berbeda-beda tergantung pada provider jaringan telekomunikasi GSM. Di Indonesia tarif GPRS yang disediakan oleh Telkomsel (HALO), IM3 (Smart dan Bright), Telkomsel (Simpati), XL Bebas, dan Matrix

(Satelindo) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Tarif GPRS

Provider Biaya Akses VIA WAP Biaya Akses VIA WEB

Telkomsel (HALO) Rp. 25 / Kb p. 25 / Kb

IM3 (Smart dan Bright) Rp. 10 / Kb Rp. 10 / Kb

Telkomsel (Simpati) Rp. 30 / Kb Rp. 30 / Kb

XL Bebas Rp. 25 / Kb Rp. 25 / Kb

Matrix (Satelindo) Rp. 10 / Kb Rp. 10 / Kb

2.6. Teknologi CDMA

Ide dasar tentang teknologi CDMA pertama kali berawal pada tahun 1949 yang diperkenalkan oleh Claude Shannon dan Robert Pierce. CDMA pertama kali digunakan oleh pasukan militer Amerika Serikat dalam melawan tentara Jerman

(47)

kembali pada perang Teluk I. Tahun 1995, CDMA mulai digunakan secara komersil melalui perusahaan telekomunikasi Qualcomm di negara Amerika pada

pertengahan tahun 90-an.

Teknik CDMA (Code Division Multiple Access) adalah temuan yang lebih baru dibandingkan dengan FDMA (Frequency Divison Multiple Access) dan TDMA (Time Division Multiple Access). Teknik CDMA ini merupakan temuan yang brilian karena kanal yang satu dengan lainnya tidak dibedakan dari

frekuensi/FDMA atau waktu/TDMA yang secara awam lebih mudah dipahami, melainkan dengan perbedaan kode. Jadi pada CDMA, seluruh pelanggan menggunakan frekuensi yang sama pada waktu yang sama.

Perbedaan mendasar dari teknologi CDMA adalah modulasinya. Modulasi merupakan kombinasi FDMA (Frequency Division Multiple Access) dan TDMA (Time Division Multiple Access). Pada teknologi FDMA, 1 kanal frekuensi melayani 1 sirkuit pada 1 waktu, sedangkan pada TDMA 1 kanal frekuensi dapat dipakai oleh beberapa pengguna dengan cara slot waktu yang berbeda.

Selanjutnya pada CDMA beberapa pengguna bisa dilayani pada waktu bersamaan dan frekuensi yang sama, letak pembedaan satu dengan lainnya pada

sistem codingnya, sehingga penggunaan spektrum frekuensinya dengan

dipecah-pecah dan harus dilakukan manajemen penggunaan kembali (reuse) frekuensi agar

banyak pelanggan bisa terlayani.

Dengan memancarkan sekaligus frekuensi 1,25 Mhz, dibanding 20-30Khz

(48)

kemungkinan telepon seluler mengalami drop call atau sambungan terputus ketika

bergerak, hampir sama sekali tak terjadi di CDMA dan reuse frekuensi di CDMA tetap dilakukan tanpa memecah-mecah frekuensinya.

Untuk kawasan Asia yang kini dikenal dengan kawasan yang memiliki

perkembangan teknis CDMA yang paling maju, berawal dari tahun 1995 dikembangkan oleh Hutchison Telecom di Hongkong. Kemudian pada awal

Januari 1996 masuk ke Korea Selatan dan langsung dijadikan standard

komunikasi nasional. Perkembangan berikutnya merebak ke daratan negeri

matahari terbit, di negara ini tercatat mulai Mei 1998 CDMA secara resmi digelar oleh perusahaan IDO di Tokyo dan DDI di Osaka. Indonesia sebagai negara

pengembang berikutnya baru mengaplikasikan teknologi selular CDMA pada awal tahun 2001 dengan mengusung perusahaan Komselindo, namun pada fase ini

hanya bertahan beberapa bulan karena tidak didirikan pada dasar teknologi yang

kuat sehingga pelanggan kurang tertarik mengaplikasikannya. Baru sejak tahun

2002 mulai bermunculan beberapa perusahaan yang akhirnya merajai CDMA di tanah air. Sebut saja PT. Telkom dengan TelkomFlexi, PT. Indosat dan Ratelindo

dengan Esia, PT. Mobile-8 dengan Fren selain itu juga ada PT. Batam Bintan

Telkomunikasi.

Di Indonesia semenjak diperkenalkan teknologi CDMA oleh PT. Telkom dengan TelkomFlexi-nya, kehadiran CDMA cukup mendapat tempat tersendiri di masyrakat. Meski sampai sekarang masih ada anggapan yang “salah kaprah” yang

(49)

pertama yang berhak mengoperasikannya (PT. Telkom dan PT. Ratelindo)

memang memiliki izin penyelenggaraan telepon berpulsa rumah, sehingga karena

kebetulan sistem yang digunakan sekarang adalah CDMA, maka tarifnyapun sama dengan telepon rumah.

Dengan demikian, sebenarnya CDMA bisa dikatakan dioperasikan oleh dua jenis operator yang berbeda di Indonesia, yakni PT.Telkom (TelkomFlexi),

PT. Indosat dan PT. Ratelindo (Esia) yang memungkinkan berpulsa rumah karena

memang memiliki izin penyelenggaraan FWA (Fixed Wireless Access) dan juga CDMA diberikan oleh PT. Mobile-8 (Fren) dan PT. WIN (Wireless Network Indonesia), yang keduanya harus seperti operator selular GSM lainnya di atas, masih dikenakan pembayaran BHP (Biaya Hak Penggunaan) Frekuensi yang

ditagihkan ke pelanggan dalam bentuk airtime. Inilah yang sering membuat rancu

dimasyarakat karena kebetulan kedua-duanya bersistem CDMA, hanya alokasi frekuensinya saja yang diberdakan : 800, 900 & 1900 Mhz, demikian juga dengan

sistem CDMA-nya : CDMA-One, CDMA 2000-1x, CDMA EV-DO (Evolution Data Only) dan CDMA EVDV (Evolution Data and Video). CDMA sejarahnya mula-mula digunakan secara terbatas, seperti telah dikemukakan sebelumnya,

CDMA hanya dipergunakan oleh militer Amerika Serikat, sejak tahun 1994 mulai dikembangkan untuk layanan publik oleh penemunya, Qualcomm. CDMA digunakan oleh militer karena suaranya yang jernih dan antisadap karena

sinyalnya diacak dan dikodekan. CDMA yang digunakan saat itu adalah CDMA -One, kemampuannya sama dengan selular generasi kedua (2G), yang antara lain

(50)

yang dikembangkan di Jepang. GSM pada perkembangannya akan menuju ke 3G dengan teknologi berbasis WCDMA (Wideband CDMA) yang meski namanya sama, namun tidak ada jalur migrasi lembut dari CDMA ke WCDMA. Pada CDMA-1x EVDO kemampuannya sampai 2,4 Mbps atau 2.400Kbps. Pada fase selanjutnya, CDMA 2000-1x EVDV kemampuan transmisi datanya sampai 3,1 Mbps.

2.6.1. Layanan Data pada CDMA

Tujuan CDMA2000 adalah menyediakan layanan 2.5G dan 3G menggunakan TIA/EIA-41 yang terdiri dari sistem IS-95A, B, dan CDMAOne. Ada beberapa tipe CDMA2000 yaitu :

a. CDMA2000 1xRTT

Spesifikasi 1xRTT dikembangkan oleh Third Generation Partnership

Project 2 (3GPP2), sebuah kerjasama yang terdiri dari lima badan standar

telekomunikasi : CWTS di China, ARIB dan TTC di Jepang, TTA di Korea dan

TIA di Amerika Utara. CDMA2000 1xRTT menawarkan layanan dengan kecepatan hingga 153 Kbps dalam rentang spektrum yang kecil (1,25 MHz per

carrier).

b. CDMA2000 1xEV-DO

1xEVDO, juga dikenal dengan 1xEV Phase One, adalah sebuah peningkatan dengan meletakkan suara dan data pada kanal yang terpisah guna

(51)

c. CDMA2000 1xEV-DV

EV-DV, atau 1x-EV Phase Two menjanjikan kecepatan data berkisar dari 3 Mbps hingga 5 Mbps. Hingga kini telah ada 8 proposal yang dikirim ke komite

standar 3GPP2 untuk rancangan EV-DV. d. CDMA2000 3xRTT

3xRTT adalah sebuah standar IMT-2000 (3G) yang disetujui ITU. Ia

adalah bagian dari apa yang disebut ITU sebagai IMT-2000 CDMA MC. Ia menggunakan spektrum 5 MHz untuk memberikan kecepatan data berkisar antara

2 hingga 4 Mbps.

Saat ini di Indonesia telah ada setidaknya empat operator CDMA. Telkom dengan Flexi-nya, Mobile-8 dengan Fren-nya, Bakrie Telecommunication dengan

Esia-nya, dan Indosat dengan StarOne-nya. Teknologi yang digunakan oleh para

operator CDMA kebanyakan masih terbatas pada CDMA 1xRTT. Walaupun ada operator, yaitu Mobile-8, yang menawarkan CDMA 1xEV-DO untuk daerah-daerah tertentu. Kecepatan transfer data yang terjadi masih jauh dari kapasitas

CDMA sebenarnya. Misalnya saja Telkom Flexi yang menggunakan CDMA 1xRTT, yang seharusnya mampu mencapai kecepatan 153 kbps, saat ini baru dibuka pada kecepatan efektif 30 hingga 70 kbps. Untuk biaya akses data, tarif

yang diberlakukan masing-masing operator cenderung sama yaitu Rp 5 / Kb.

2.7. Layanan Data

Teknologi telepon seluler dimulai dari 0G, 1G, 2G, 3G dan tahun 2006 ini

(52)

teknologi 2G. Teknologi 0G diluncurkan pada tahun 1971 di Finlandia, yang

menjadi negara pertama menjual teknologi telepon mobil (berasal dari kata mobile

yang artinya ‘bergerak’. Telepon mobil bentuknya seperti pesawat komunikasi

yang digunakan para tentara di medan perang. Ada kotak sebesar kopor dan

pesawat telepon seperti handset untuk telepon rumah.

Hampir 10 tahun kemudian, teknologi 1G (First Generation atau Generasi

Pertama) yang mulai tanpa kabel atau nirkabel (dan sudah disebut seluler) mulai

diproduksi dan dijual dibeberapa negara Eropa, misalnya negara-negara

Skandinavia, Rusia, Perancis, Italia dan Jerman. Teknologi ini sering disebut

teknologi NMT (Nordic Mobile Telephone), karena memang dirancang oleh negara-negara Eropa sebelah utara. Pada teknologi 1G ini, juga mulai dikenalkan

sistem AMPS di Amerika Serikat.

Menjelang tahun 1900an, muncullah teknologi 2G (Second Generation

atau Generasi Kedua). Perbedaan utama dengan teknologi 1G adalah teknologi 2G

sudah menggunakan sistem digital sedang 1G masih analog. Dengan sistem

analog, pembicaraan seseorang dapat disadap dengan mudah. Pada waktu telepon

AMPS mulai dipasarkan di Indonesia dulu, pembicaraan dengan telepon AMPS dapat disadap dengan pesawat radio komunikasi (rig). Dengan teknologi 2G yang

sudah digital, penyadapan seperti ini tidak dimungkinkan lagi.

(53)

Kanada. Kemampuan mencolok teknologi 2G adalah tidak hanya dapat digunakan

untuk telepon, tetapi juga untuk SMS.

Teknologi 2G ada perbaikan cukup signifikan, sehingga muncullah

variannya, yaitu 2.5G dan 2.75G. Varian ini tidak dibuat oleh konsorsium, tetapi

sebagai strategi pemasaran oleh beberapa pabrik telepon seluler. Ciri khas

teknologi 2.5G adalah teknologi GPRS (General Packet Radio Service) yang dapat digunakan untuk berkirim data dalam jumlah besar, tidak seperti SMS yang

hanya dapat mengirim dan menerima alfanumerik saja.

Generasi 2.5G ini ada juga yang menamakannya dengan generasi 2.75G,

karena lebih dekat dengan teknologi 3G. Teknologi 2.5G (atau 2.75G) ini,

disistem GSM disebut sistem EDGE (Enhanced Data Rates for GSM Evolution) sedang pada sistem CDMA disebut denghan CDMA 2000 1x. Keduanya memiliki kecepatan transfer data mendekati 144KB/detik.

Teknologi 2G inilah yang hari ini banyak kita gunakan, meskipun kita

sudah sesekali mendengar kalau operator telepon seluler di Indonesia sudah

menguji coba sistem 3G. Kemampuan yang dimiliki oleh generasi 3G adalah

kecepatan transfer datanya yang sangat tinggi dan dalam jumlah banyak, sehingga

bahkan dapat digunakan untuk aplikasi telepon video. Beberapa merek telepon

seluler juga sudah mengeluarkan telepon seluler yang diberi label “3G ready”.

Saat ini, teknologi ini masih terhitung mahal, sehingga belum begitu mendapat

sambutan dari pasar. Meskipun di berbagai belahan dunia teknologi 3G belum

berhasil, lain halnya di Korea Selatan dan Jepang, yang telah sedemikian maju

(54)

kartu kredit yang juga dapat digunakan untuk melihat televisi satelit. Gambarnya

sudah barang tentu sangat jernih dan suaranya yahud, tidak seperti video

streaming yang sering kita lihat di televisi kita untuk memantau arus lalu lintas di

beberapa kota besar dan gambarnya terlihat tidak halus dan terputus-putus. Di

Jepang, saat ini pengguna teknologi 2G sudah menyusut sebesar 40% dan

diperkirakan akan semakin habis.

Teknologi 4G saat ini sudah mulai dikembangkan di beberapa negara

pioner telepon seluler. Mereka menjanjikan kapasitas transfer data hingga sebesar

100MB/detik. Jika janji para pembuatnya terpenuhi, kita dapat mengirim data atau

film DVD hanya dalam waktu 40 detik saja.

2.8. Kecepatan Transfer

CDMA menawarkan kecepatan transfer data yang lebih dibanding GSM. Dengan teknologi CDMA2000 1xRTT secara teoritis kita dapat menyampaikan data hingga 153 kbps. Sedangkan GPRS hanya mencapai 111 kbps.

2.9. Biaya

Pada prinsipnya perhitungan biaya dalam layanan data seluler

(55)

Daftar biaya layanan data yang ditawarkan operator telepon seluler di

Indonesia dapat dilihat pada tabel 2 dan table 3 di bawah ini. Untuk operator

CDMA biaya layanan data cenderung sama yaitu Rp 5/Kb. Variasi yang lebih besar terlihat pada operator GSM, tarif layanan data berkisar antara Rp 10/Kb sampai dengan Rp 30/Kb. Bila kita perhatikan biaya layanan untuk setiap kilobyte

data pada kartu seluler CDMA lebih murah sekitar 2 sampai 10 kali kartu GSM. Tabel 2. Biaya Layanan Data GPRS

Biaya Layanan Data GPRS

Produk Biaya / Kb

Kartu Halo Rp. 25

Simpati Rp. 30

IM3 Smart Rp. 10 (belum termasuk PPN) IM3 Bright Rp. 10 (belum termasuk PPN) XL Bebas Rp. 25

Matrix Rp. 10

Tabel 3. Biaya Layanan Data CDMA Biaya Layanan Data CDMA

Produk Biaya / Kb Esia Prabayar Rp. 5 Esia Pascabayar Rp. 5 Fren Prabayar Rp. 5 Fren Pascabayar Rp. 5 StarOne Prabayar Rp. 5,5 StarOne Pascabayar Rp. 5 Flexi Prabayar Rp. 3 Flexi Pascabayar Rp. 5

2.10.Cakupan Area / Jangkauan / Coverage

(56)

2.10.1.Sistem Konvensional (Large Zone)

Pada sistem ini base station melayani wilayah yang sangat luas dengan radius 40 km. Keuntungan dari sistem ini adalah relatif mudah dalam hal

switching, charging dan transmisi. Sedangkan kekurangannya :

a. Kesanggupan pelayanan terbatas

Daya yang dipancarkan harus besar dan antena harus tinggi. Selaint itu area

pelayanan dibatasi oleh kelengkungan bumi. Ketika pelanggan sedang

melakukan pembicaraan dan keluar dari suatu wilayah pelayanan, maka

pembicaraan terputus karena tidak memiliki fasilitas handoff dan harus dilakukan inisialisasi ulang.

b. Unjuk kerja pelayanan kurang baik

Sistem konvensional ini hanya memiliki jumlah kanal yang sedikit, sehingga

blocking menjadi sangat besar.

c. Tidak efisien dalam penggunaan bandwidth

Tidak menggunakan pengulangan frekuensi sehingga jumlah kanal yang

dialokasikan pada setiap sel akan sangat kecil.

2.10.2.Sistem Seluler (Multi Zone)

Dalam sistem ini pelayanan dibagi menjadi daerah-daerah yang lebih kecil

(57)

b. Menggunakan prinsip penggunaan kembali frekuensi (Frequency Reuse) c. Pemecah sel (Cell Spliting) pada sel yang telah jenuh dengan pelanggan.

Sistem ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan sistem

konvensional, yaitu :

a. Kapasitas pelanggan lebih besar

b. Efisien dalam penggunaan pita frekuensi karena memakai prinsip pengulangan

frekuensi

c. Kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kepadatan lalu lintas atau trafik

karena sel dapat dipecah

d. Kualitas pembicaraan baik karena tidak sering terputus

(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah penilaian yang

bersifat sumatif, dengan memakai ukuran dari tingkah laku user. Adapun

wawancara dan kuesioner diberikan kepada user sahabat yakni user yang memiliki

pengetahuan secara teknis tentang sistem yang telah mereka gunakan untuk

membuat perubahan yang memungkinkan dibuat dan ditambahkan ke sistem

tersebut. Rancangan penelitian ini mengacu pada metode dan konsep pengukuran

usability yang telah dijelaskan pada landasan teori.

3.2.Populasi Penelitian

Populasi adalah himpunan yang mencakup semua elemen dengan sifat

tertentu yang sedang dipelajari. Sifat dari populasi tersebut dinamakan parameter.

Dengan kata lain parameter adalah ukuran-ukuran atau nilai-nilai ringkasan yang

menggambarkan sifat-sifat populasi.

Populasi pada penelitian ini adalah pengguna sistem GSM dan CDMA,

parameternya ialah populasi tersebut memanfaatkan sistem seluler untuk

(59)

3.3.Metode Penarikan Sampel

Metode penarikan atau pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan metode judgement sampling atau penarikan sampel judgement merupakan sebuah metode di mana dalam memilih anggota sampel peneliti

menggunakan pengalamannya sebagai dasar penilaian. Dengan penilaian

berdasarkan pengalaman tersebut diharapkan sampel sedapat mungkin mewakili

populasi.

3.4.Sampel Penelitian

Sampel adalah sebuah himpunan bagian dari populasi yang berisi sebagian

dari elemen-elemen populasi. Sampel representatif adalah sampel yang dianggap

telah mewakili sifat-sifat populasi sedekat mungkin.

Dalam penelitian ini sampel diambil dari beberapa ukuran-ukuran atau

nilai-nilai berikut :

a. Sampel menggunakan perangkat modem telepon genggam Sony Ericsson K608i dan K610 untuk pengguna sistem GSM serta Nokia 3105 dan Nokia 6225 untuk pengguna sistem CDMA. Dengan asumsi bahwa jenis telepon genggam tersebut memiliki kemampuan dan fitur yang hampir sama untuk

mengakses layanan data.

b. Pengguna yang dijadikan sampel untuk penelitian ini mengakses layanan data

berada di radius 1-3 kilometer dari BTS (Base Transceiver Station). Dengan ukuran ini diharapkan pengguna sistem tidak memiliki kendala saat

(60)

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 100 orang,

yang terdiri dari 50 orang sampel untuk sistem GSM dan 50 orang sampel untuk sistem CDMA. Sampel yang diambil dalam penilitian ini adalah sampel yang memanfaatkan sistem seluler baik GSM maupun CDMA untuk mengakses layanan data.

3.5.Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah

metode survei dengan uraian sebagai berikut :

a. Wawancara Personal atau Langsung

Wawancara personal dipilih karena menurut pandangan peneliti merupakan

metode yang paling baik untuk mendapatkan tingkat respon yang tinggi dari

sumber yang ditanyai. Respon yang tinggi berarti jawaban yang sangat dekat

dengan jawaban yang diinginkan. Sehingga jika responden mempunyai

penafsiran yang tidak tepat atas pertanyaan yang dilontarkan pewawancara,

kesalahan tersebut dapat segera diklarifikasikan.

b. Wawancara Lewat Telepon

Metode wawancara lewat telepon digunakan sebagai pengganti wawancara

personal untuk mengurangi biaya dari pertemuan langsung. Seperti juga

wawancara personal, tingkat respon atau tanggapan yang tinggi juga dapat

(61)

c. Penggunaan Kuesioner Tertulis

Penggunaan kuesioner tertulis mempunyai biaya paling ringan dari berbagai

metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi lewat metode survei,

dan hal ini merupakan alasan mengapa metode ini digunakan. Keuntungan

lain yang diperoleh adalah bahwa dengan metode ini bisa dikumpulkan

jawaban dari banyak responden dalam waktu yang relatif singkat karena

peneliti bisa mengirimkan kuesioner pada banyak responden dalam waktu

yang bersamaan.

3.6.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan

bentuk pertanyaan-pertanyaan tertutup maupun terbuka. Tujuan pembuatan

kuesioner ini adalah untuk menjaring informasi yang benar dan mempunyai arti,

yang akan digunakan dalam proses analisis dan pembuatan keputusan. Data yang

dikumpulkan akan tepat dan benar hanya jika kuesionernya lengkap dan jelas.

Dalam survei untuk pengumpulan data, hal yang paling penting dalam prosedur

ini adalah konstruksi atau susunan dari kuesioner atau daftar wawancara yang

hendak dipakai.

Konstruksi atau susunan dari langkah dasar dalam pembuatan instrumen

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Memilih topik yang bisa merefleksikan tema penelitian

Sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini yakni perbandingan

(62)

mengarah pada hal tersebut dan mempunyai cakupan luas meliputi

keseluruhan tema yang hendak ditanyakan dalam kuesioner, dan ditentukan

sebelum membuat daftar pertanyaan. Namun juga perlu menjaga banyaknya

pertanyaan yang akan diajukan dengan tingkat respon (tanggapan) dari

responden penelitian. Maka setiap pertanyaan harus efektif, yaitu harus

mencapai sasaran yang dituju, dan juga efisien, yaitu menggunakan pilihan

kata yang benar-benar diperlukan. Dengan kata lain, pertanyaan sependek

mungkin tanpa meninggalkan kejelasan sasaran dari pertanyaan tersebut dan

tidak tumpang tindih dengan pertanyaan lainnya.

b. Menentukan tingkat respon atau tanggapan yang akan diperoleh dari

kuesioner.

Selain ditentukan oleh panjang-pendeknya kuesioner, respon dari responden

juga ditentukan oleh cara yang digunakan dalam menyampaikan kuesioner

atau daftar pertanyaan. Dalam penelitian ini ditempuh tiga cara penyampaian

seperti dikemukakan dalam metode pengumpulan data yakni : wawancara

langsung, wawancara melalui telepon dan melalui kuesioner yang disebarkan

atau dikirimkan.

c. Merumuskan pertanyaan yang hendak diajukan

Sebelum merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada

responden, langkah pertama yang dilakukan adalah mengenali atau

mengidentifikasi informasi yang diperlukan dan menentukan bentuk data-data

Gambar

Gambar 1. Komponen Penyusun Usability Gould..........................................
Gambar 1. Komponen penyusun Usability menurut Gould
Gambar 2. Kerangka Usability Eason
Gambar 3. Skema interaksi pekerjaan, sistem dan user
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila nilai portofolio >_ 850, guru dapat dinyatakan lulus uji serti.fikasi, dan apabila nilai portofolio < 850 guru harus Masuk Diklat (MD) Diharapkan dengan

berumah tangga, sebagaimana yang dikonsepsikan dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah 1 Tangga selanjutnya disebut

Melalui kegiatan/program CSR, kami berkomitmen untuk menunjukkan bahwa sebagai perusahaan yang baik (good corporate citizen) dapat menjalankan pendekatan yang lebih

Dimensi metrik suatu graf yang diperoleh dari denah ruang suatu gedung dapat direpresentasikan sebagai minimal banyaknya sensor api kebakaran yang harus dipasang

membimbing penulis selama proses penyelesaiantugas akhirdi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.. Selaku ketua di Sekolah

benda tersebut. Dua pesawat luar angkasa bergerak maju menuju satu sama lain, yang satu bergerak dengan kelajuan c/6 dan yang lainnya bergerak dengan kelajuan c/3 relatif

Penulisan skripsi ini berjudul “Analisis dan Perancangan Sistem Penjualan Secara Terkomputerisasi Pada Perusahaan Dagang Bahan Bangunan (Studi Kasus Pada UD. Rehobot)” sebagai

Kesimpulan penelitian adalah bahwa nada awal, nada terendah dan nada final perempuan ketika berbicara lebih tinggi daripada tuturan laki-laki, tetapi tidak ditemukan