ABSTRAK
Teknologi komunikasi GSM dan CDMA saat ini tidak hanya dimanfaatkan untuk melakukan panggilan telepon atau pengiriman SMS tetapi juga untuk
mengakses layanan data. Dalam menentukan pilihan GSM atau CDMA, para pengguna layanan data ini biasanya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut, yaitu
biaya yang dikeluarkan, waktu yang digunakan untuk mengakses data, dan cakupan
area. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi pengguna
sistem layanan data dengan cara menguji usability sistem tersebut.
Usability dari sebuah sistem adalah ukuran atau tingkat keberhasilan di mana pengguna dapat memperoleh hasil yang sesuai dalam memanfaatkan sebuah sistem.
Pengujian usability sebuah sistem layanan data melalui studi statistika
deskriptif akan memberikan gambaran kepada pengguna mengenai sistem layanan
ABSTRACT
Communication technology in GSM and CDMA are not only used to make a phone call or to send a message (SMS) but also to provide data service. The users of the data service usually choose this media because of its low cost, quick access, and wide coverage area. This research is aimed at exploring the users’ perception about data service system by observing its usability.
Usability of a data service system is a measure of to what extent users can obtain appropriate data from using the provided service. The evaluation of the data service system will be used to develop the system according to the users’ need.
SKRIPSI
PERBANDINGAN LAYANAN DATA PADA SISTEM GSM DAN CDMA
Oleh :
RIJAL FADILAH NIM : 013124006
PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERBANDINGAN LAYANAN DATA PADA SISTEM GSM DAN CDMA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memenuhi Gelar Sarjana Sains
Oleh :
Rijal Fadilah
NIM : 013124006
PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Karya kecil dan sederhana ini kupersembahkan untuk :
Pengorbanan dan kasih sayang yang teramat besar dan tak ternilai dari orangtuaku
Bapak H. Rusdiansyah A & Mama Hj. Hamidah AK,
Kakak-kakakku, Kak Iwan & Mbak Ika, Kak Ino & Mbak Ningrum, Kak Laila & Bang Kaswadi
PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Mei 2007
Penulis
ABSTRAK
Teknologi komunikasi GSM dan CDMA saat ini tidak hanya dimanfaatkan untuk melakukan panggilan telepon atau pengiriman SMS tetapi juga untuk
mengakses layanan data. Dalam menentukan pilihan GSM atau CDMA, para pengguna layanan data ini biasanya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut, yaitu
biaya yang dikeluarkan, waktu yang digunakan untuk mengakses data, dan cakupan
area. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi pengguna
sistem layanan data dengan cara menguji usability sistem tersebut.
Usability dari sebuah sistem adalah ukuran atau tingkat keberhasilan di mana pengguna dapat memperoleh hasil yang sesuai dalam memanfaatkan sebuah sistem.
Pengujian usability sebuah sistem layanan data melalui studi statistika
deskriptif akan memberikan gambaran kepada pengguna mengenai sistem layanan
ABSTRACT
Communication technology in GSM and CDMA are not only used to make a phone call or to send a message (SMS) but also to provide data service. The users of the data service usually choose this media because of its low cost, quick access, and wide coverage area. This research is aimed at exploring the users’ perception about data service system by observing its usability.
Usability of a data service system is a measure of to what extent users can obtain appropriate data from using the provided service. The evaluation of the data service system will be used to develop the system according to the users’ need.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah penguasa alam beserta isinya, sumber dari segala
sumber ilmu pengetahuan, Dia lah yang Maha Sempurna dari segala kesempurnaan.
Dengan curahan anugerahNya pulalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Perbandingan Layanan Data Sistem GSM dan CDMA ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar Sarjana
Sains dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama proses penulisan skripsi
ini banyak hal yang penulis alami, semoga hal itu dapat memperkaya wawasan hidup
dan bekal untuk mengembangkan pribadi yang lebih baik dan utuh.
Keterlibatan berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini sungguh-sungguh
merupakan sumbangsih yang sangat besar kepada penulis. Oleh sebab itu,
perkenankan penulis mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Ir. Ign. Aris Dwiatmoko M.Sc, selaku Dekan Fakultas MIPA
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu P.H. Prima Rosa S.Si, M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komputer
Fakultas MIPA Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang dengan setia
selalu menanyakan “kapan ujian?, kapan lulus?, keburu Ikom ditutup lho…”
3. Bapak Eko Hari Parmadi selaku dosen pembimbing akademik Ilmu Komputer
4. Bapak Drs. J. Eka Priyatma M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi dengan
segala kesabaran, ketekunan dan kerjasamanya masih bersedia membimbing
skripsi ditengah-tengah kesibukan beliau sejak menjabat sebagai PR I hingga
melanjutkan studi S3, “semoga sukses Pak untuk studi lanjutnya...”
5. Terima kasih atas dorongan semangat dan motivasi membangun dari
rekan-rekan kerja di Humas USD; Pak Tatang, Mbak Atiek yang terlibat langsung
dan berperan sangat besar dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini,
Mas Cahyo, Budhe Yanti, rekan-rekan di BAA USD; Pak Bambang dkk.,
serta rekan-rekan tim promosi USD.
6. Para responden yang dengan segala kesediaannya untuk meluangkan waktu
mengisi kuesioner untuk skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang berperan penting
dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.
“Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu pengetahuan hingga beberapa derajat”, semoga dengan segala perhatian, bantuan dukungan semangat dari semua pihak menuai janji Allah tersebut.
Tak ada gading yang tak retak, akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik, saran dan masukan untuk
perbaikan dan pengembangan di masa datang sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini bermanfaat untuk kekayaan wacana ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Persembahan ... iv
Pernyataan Keaslian Karya ... v
Abstrak ... vi
Abstract... vii
Kata Pengantar ... viii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar... xv
Bab I Pendahuluan ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Batasan Masalah ... 3
1.4. Tujuan ... 3
1.5. Metode Penelitian ... 3
1.6. Sistematika ... 4
Bab II Landasan Teori... 6
2.1. Konsep Usability... 6
2.2. Definisi Usability pada Interaksi Manusia dan Komputer... 13
2.4. Metode Pengukuran Usability... 17
2.5. Teknologi GSM... 18
2.5.1. GPRS (General Packet Radio Service)... 21
2.5.2. Pengiriman dan Penerimaan Data Mobile Station GPRS... 22
2.5.3. Pemanfaatan Teknologi GPRS... 27
2.5.4. Tarif GPRS... 28
2.6. Teknologi CDMA... 28
2.6.1. Layanan Data pada CDMA... 32
2.7. Layanan Data ... 33
2.8. Kecepatan Transfer ... 36
2.9. Biaya ... 36
2.10. Cakupan Area / Jangkauan / Coverage... 37
2.10.1. Sistem Konvensional (Large Zone)... 38
2.10.2. Sistem Seluler (Multi Zone)... 38
Bab III Metodologi Penelitian... 40
3.1. Rancangan Penelitian ... 40
3.2. Populasi Penelitian ... 40
3.3. Metode Penarikan Sampel ... 41
3.4. Sampel Penelitian... 41
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 42
3.6. Instrumen Penelitian ... 43
3.7. Tata Cara Pengolahan Data... 46
4.1. Sifat User... 48
4.1. Kemampuan Memilih ... 48
4.1.2. Motivasi ... 52
4.1.3. Pengetahuan ... 54
4.2. Fungsi Sistem ... 55
4.2.1. Kemudahan Dipelajari ... 55
4.2.2. Kemudahan Memakai ... 57
4.2.3. Kecocokan Kerja... 59
4.3. Sifat Pekerjaan ... 60
4.3.1. Frekuensi ... 60
4.3.2. Keterbukaan ... 62
4.4. Reaksi User... 66
4.4.1. Analisis Biaya ... 66
4.4.2. Analisis Keuntungan ... 69
Bab V Penutup ... 76
5.1. Kesimpulan ... 76
5.2. Saran... 77
Daftar Pustaka ... 79
Lampiran ... 80
Kuesioner ... 80
Pengolahan Data GSM dan CDMA... 84
Pengolahan Data GSM... 85
DAFTAR TABEL
Tabel I. Tarif GPRS... 28
Tabel II. Biaya Layanan Data GPRS... 37
Tabel III. Biaya Layanan Data CDMA... 37
Tabel IV. Pengetahuan responden tentang sistem GSM dan CDMA... 48
Tabel V. Layanan data GSM yang sering digunakan... 49
Tabel VI. Layanan data CDMA yang sering digunakan ... 50
Tabel VII. Operator yang digunakan untuk layanan data ... 51
Tabel VIII. Alasan memilih operator untuk layanan data... 51
Tabel IX. Alasan menggunakan layanan data GSM... 52
Tabel X. Alasan menggunakan layanan data CDMA... 52
Tabel XI. Kesesuaian layanan data sistem GSM... 54
Tabel XII. Kesesuaian layanan data sistem CDMA... 55
Tabel XIII. Kemudahan mempelajari sistem GSM... 56
Tabel XIV. Kemudahan mempelajari sistem CDMA... 56
Tabel XV. Kemudahan memakai sistem GSM... 57
Tabel XVI. Kemudahan memakai sistem CDMA... 58
Tabel XVII. Kesesuaian fungsi dan layanan sistem GSM... 59
Tabel XVIII. Kesesuaian fungsi dan layanan sistem CDMA... 59
Tabel XIX. Usia penggunaan operator GSM... 61
Tabel XX. Usia penggunaan operator CDMA... 61
Tabel XXI. Menu sistem GSM... 62
Tabel XXIII. Kebebasan mengubah sistem GSM... 64
Tabel XXIV. Kebebasan mengubah sistem CDMA... 65
Tabel XXV. Biaya layanan data sistem GSM... 66
Tabel XXVI. Biaya layanan data sistem CDMA... 67
Tabel XXVII. Penggunaan pulsa sekali akses sistem GSM... 67
Tabel XXVIII. Penggunaan pulsa sekali akses sistem CDMA... 68
Tabel XXIX. Tarif layanan data sistem GSM... 68
Tabel XXX. Tarif layanan data sistem CDMA... 69
Tabel XXXI. Blank spot sistem GSM... 69
Tabel XXXII. Blank spot sistem CDMA... 70
Tabel XXXIII. Rata-rata waktu akses sistem GSM... 70
Tabel XXXIV. Rata-rata waktu akses sistem CDMA... 71
Tabel XXXV. Kecepatan sistem GSM... 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Komponen Penyusun Usability Gould... 7
Gambar 2. Kerangka Usability Eason... 8
Gambar 3. Skema Interaksi Pekerjaan, Sistem dan User... 12
Gambar 4. Arsitektur GPRS mobile station... 23
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak sistem telegrafi jarak jauh pertama diluncurkan oleh Samuel FB
Morse di tahun 1844, maka mulai berkembanglah jaringan sistem ini ke seluruh
dunia. Pengguna yang makin banyak pada dasarnya secara bergantian atau harus
antri dalam mendapatkan layanan telegrafi karena kendala jumlah jalur yang
terpasang.
Kemudian setelah sistem telefoni diperkenalkan pada tahun 1877 oleh
Alexander Graham Bell, peminat sistem ini ternyata meningkat lebih cepat dari
sistem telegrafi karena tidak memerlukan keahlian khusus dalam
menggunakannya. Maka instalasi jalur-jalur telefoni tampak dalam bentuk
kawat-kawat “paralel” yang direntang dengan isolator antar masing-masing jalur.
Kini revolusi besar-besaran terjadi, sistem telepon kabel mulai
ditinggalkan baik dari sistem maupun infrastrukturnya berubah, penggantinya
tidak lain telepon seluler atau lebih awam disebut telepon genggam. Bila
membaca sejarahnya 30 tahun yang lalu, sebenarnya perkembangan pesat dari
teknologi telepon genggam ini sudah di luar perkiraan.
Teknologi handphone pertama kali diperkenalkan 3 April 1973. Komunitas bisnis telefon bergerak mengingatnya sebagai hari lahir HP. Saat itu untuk pertama kalinya pembicaraan jarak jauh dengan perangkat telefon bergerak
Saat ini, komunikasi bergerak atau mobile communication menjadi tren dan gaya hidup yang semakin digemari. Bahkan di banyak negera seperti
Indonesia, Jepang dan Finlandia, pelanggan handphone jauh lebih banyak dari pelanggan telepon rumah (fixed telephone).
Apakah hanya sebatas untuk komunikasi suara dua arah layaknya
telepon kabel? Tentu saja tidak, kini masing-masing teknologi seluler sebut saja
dua raksasanya yakni GSM dan CDMA mulai melakukan perang kecanggihan dalam memberikan layanan pengiriman data.
Kini teknologi komunikasi telepon genggam berbasis GSM dan CDMA sudah sangat mudah ditemukan. Salah satu aspek yang diperhatikan dalam
pemilihan minat teknologi komunikasi yang digunakan adalah berkaitan dengan
sejauh mana keandalan teknologi yang digunakan dalam pengiriman data.
Pada teknologi GSM, pengiriman data dapat dilakukan dengan menggunakan GPRS. Teknologi GPRS ini masih cukup popular di masyarakat karena menjanjikan biaya yang cukup murah dalam pengiriman data. Saat ini
1.2. Rumusan Masalah
Diantara dua teknologi seluler yang berkembang pesat yakni GSM dan CDMA, manakah diantara keduanya yang lebih unggul dalam layanan pengiriman data ?
1.3. Batasan Masalah
Karena banyaknya teknologi pengiriman data pada sistem GSM maupun CDMA maka dipandang perlu untuk membatasi pembahasan. Untuk GSM pembahasan dibatasi hanya pada teknologi GPRS. Sedangkan untuk CDMA pembahasan dibatasi hanya pada teknologi CDMA 2000.
1.4. Tujuan
Tujuan dari studi ini adalah mengetahui persepsi user tentang usability atau kedayagunaan sistem GSM dan CDMA untuk mengakses layanan data, kemudian data tersebut dibandingkan. Dari hasil perbandingan, diputuskan
teknologi mana yang lebih unggul dalam aspek pengiriman data. Hal- hal yang
dibandingkan untuk menentukan sistem mana yang lebih unggul menurut persepsi
user adalah :
a. Waktu / Kecepatan transfer
b. Biaya
1.5. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini
adalah :
a. Studi pustaka ; yang dibutuhkan untuk membahas secara menyeluruh tentang
perkembangan teknologi komunikasi bergerak, teknologi pengiriman data
melalui teknologi seluler.
b. Studi lapangan ; untuk memperoleh data tentang berbagai kebutuhan
telekomunikasi yang berkembang di masyarakat dan teknologi apa yang
mereka pilih untuk pengiriman data. Studi ini juga dipergunakan untuk
memperoleh data tentang perkembangan pangsa pasar layanan telekomunkasi
pengiriman data di Indonesia, dengan cara melakukan kunjungan langsung ke
information centre berbagai penyedia layanan telekomunikasi bergerak.
c. Studi kasus dan wawancara ; untuk mengidentifikasi berbagai masalah dan
tanggapan responden di lapangan, dilakukan studi kasus dan wawancara ke
berbagai penyedia layanan komunikasi seluler dan pengguna layanan tersebut,
dengan harapan didapatkan informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan
penelitian ini.
1.6. Sistematika
Penyusunan tugas akhir ini secara sistematis diatur dan disusun dalam 5
(lima) bab. Secara singkat uraian materi masing-masing bab adalah sebagai
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan, metodologi serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Menguraikan landasan teori yang berkaitan dengan studi ini antara lain,
teknologi komunikasi bergerak yang terdiri dari teknologi teknologi GSM, teknologi CDMA serta layanan data.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang rancangan penelitian, populasi penelitian, metode
penarikan sampel, sampel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen
penelitian, tata cara pengolahan data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang hasil kuesioner yang diperoleh serta dibahas lebih lanjut
dengan menggunakan dasar-dasar teori dan pengetahuan yang sesuai dengan
maksud dan tujuan penelitian ini dibuat.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan yang dapat diambil dari hasil yang diperoleh pada
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Usability
Suatu langkah awal yang sangat berguna untuk mengungkapkan konsep
usability coba diungkapkan oleh Gould yang memberikan komponen penyusun usability. Gould tidak hanya memfokuskan pada end user dari suatu sistem, tapi juga mencakup seluruh komponen termasuk programmer, system engineer, installation engineer, dan orang-orang lain yang mendukung user. Komponen penyusun usability menurut Gould sebagai berikut :
i. Unjuk kerja sistem 1. Reabilitas 2. Daya tanggap ii. Fungsi sistem iii. Fasilitas antar muka
1. Pengorganisasian
2. Perangkat input dan output 3. Untuk user
4. Untuk grup lain iv. Bahan bacaan
1. Untuk user awam 2. Untuk grup pendukung v. Penerjemah bahasa
1. Bahan bacaan 2. Fasilitas antar muka vi. Program jarak jauh
1. Pelatihan user awam 2. Sistem bantuan online 3. Hotlines
vii. Kemampuan pelanggan untuk memodifikasi dan memperluas viii. Instalasi
x. Periklanan
1. Memotivasi pelanggan untuk membeli 2. Memotivasi user untuk memakai xi. Kelompok pemakai (user) pendukung
1. Bagian pemasaran 2. Pelatih
3. Operator
4. Bagian perawatan
Gambar 1. Komponen penyusun Usability menurut Gould
Namun demikian, komponen yang dikemukakan oleh Gould tidak
sepenuhnya membantu, ia tidak memberikan konsep yang mendukung yang dapat
memberikan kontribusi untuk lebih memahami usability. Semisal konsep yang mungkin dibutuhkan oleh kita tentang apa yang membuat sebuah sistem tersebut
berdayaguna, mudah untuk dipahami dan mudah untuk dioperasikan. Alasan ini
mengemuka karena usability suatu sistem tidak ditentukan oleh hanya satu atau dua orang responden, tapi juga banyak factor yang mempengaruhinya (Barnard &
Hammond, 1982). Faktor tersebut tidak secara sederhana dan secara langsung
Eason (1984) memberikan konsep usability sebagai berikut : User terus belajar
Dipakai Terbatas
Gambar 2. Kerangka Usability Eason
Pertama kali kita akan mempertimbangkan dua variabel karakteristik
pekerjaan yang diidentifikasi oleh Eason, yakni frekuensi dan keterbukaan. Kata
frekuensi yang dimaksud adalah jumlah waktu dari suatu tugas tertentu yang
melakukan tugas yang frekuensinya kurang lalu mereka akan mengharapkan
sebuah perintah yang dapat membimbing mereka dalam melaksanakan tugas itu.
Di sisi lain, perintah semacam itu kurang sesuai dalam sebuah tugas yang rutin
dilakukan. Pengguna tugas yang rutin mengharapkan sebuah perintah yang hemat
dan padat. Hal ini dikarenakan mereka dapat dengan mudah mengingat
langkah-langkah yang diperlukan dalam tugas dan biasanya tidak membutuhkan bantuan
dan saran.
Kata kedua, keterbukaan, dimaksudkan pada ruang lingkup di mana
sebuah tugas dapat dimodifikasi. Sebuah tugas yang terbuka adalah di mana
kebutuhan informasi pengguna bervariasi. Dengan demikian, tugas tersebut harus
disusun sedemikian rupa sehingga pengguna mendapatkan informasi
seluas-luasnya. Cara lainnya adalah informasi dari pengguna harus diperbaiki. Jika hal
itu merupakan masalahnya maka tugas itu tidak perlu terbuka dan fleksibel, saat
informasi yang sama dibutuhkan setiap kali tugas itu dilakukan.
Tiga variabel utama dari fungsi sistem adalah kemudahan dipelajari,
kemudahan digunakan dan kesesuaian tugas. Pengertian kemudahan dipelajari
adalah usaha yang dibutuhkan untuk memahami dan mengoperasikan sistem yang
kurang dikenal. Jelasnya, hal ini sangat tergantung pada pengetahuan yang
dimiliki pengguna dan bagaimana pengetahuan tersebut dapat diterapkan dengan
mudah dalam sistem yang kurang dikenal. Kata kunci yang kedua, kemudahan
digunakan, maksudnya adalah usaha yang dibutuhkan untuk mengoperasikan
sebuah sistem saat sistem tersebut telah dapat dipahami dan dikuasai dengan baik
Awalnya, kemudahan digunakan dan kemudahan dipelajari tampak
sebagai dua konsep yang berbeda. Akan tetapi, kemungkinan sebuah sistem
mudah dipelajari tapi sulit digunakan juga dapat terjadi. Sebagai contoh sebuah
sistem yang mudah dipelajari, sistem tersebut dijelaskan secara jelas dan
perintahnya dapat membimbing pengguna dengan mudah dalam menjalankan
tugas yang bervariasi. Akan tetapi, saat pengguna telah mengetahui sistem dengan
baik, perintah yang ada pada awalnya sangat membantu dapat menjadi penghalang
dan menghabiskan waktu. Dengan kata lain, jika pengguna tidak diberi jalan
pintas / shortcut dalam menjalankan tugas, dan jika semuanya terus menerus dijelaskan kembali kepada pengguna, sistem itu menghalangi pengguna, walaupun
pada awalnya mudah dipelajari.
Di sisi lain, sebuah sistem yang memiliki banyak perintah yang disingkat
dan sedikit penjelasan akan sulit dipelajari tapi mudah digunakan. Contohnya,
sistem operasi UNIX mengharuskan seorang pengguna mengetik “cd” untuk berpindah dari suatu direktori file ke yang lain. Semua perintah utama dalam
UNIX ada dalam jenis ini, singkatan-singkatan yang sulit diingat tapi mudah digunakan saat sudah dapat diingat. Sistem semacam ini sering membingungkan
dan sulit dipelajari pengguna, tetapi relative mudah serta padat dan jelas saat
pengguna telah menguasai sistemnya walaupun beberapa pendapat menyatakan
UNIX sangat sulit digunakan. Perintah dari sistem semacam itu hanya memberi sedikit penjelasan mengenai bagaimana sistem itu bekerja bagi pengguna yang
pengguna yang sudah berpengalaman. Singkatnya, konsep mudah dipelajari dan
mudah digunakan berbeda satu sama lain dan berdiri sendiri.
Konsep fungsi sistem yang ketiga adalah kecocokan tugas. Maksudnya
adalah ruang lingkup dari informasi dan fungsi-fungsi yang disediakan oleh
sebuah sistem sesuai dengan kebutuhan pengguna. Singkatnya, sebuah sistem
dapat menjadi mudah dipelajari dan digunakan akan tetapi apakah sistem itu
bekerja dengan baik? Pertanyaan ini mempertanyakan apakah sistem mempunyai
fungsi-fungsi yang dibutuhkan, ssperti halnya informasi yang dibutuhkan
pengguna.
Variabel-variabel terakhir adalah variabel yang dimiliki oleh pengguna.
Yaitu pengetahuan, motivasi dan kemampuan memilih. Pengetahuan yang dipilih
pengguna untuk diterapkan dalam sebuah kerja, baik pengetahuan tersebut sesuai
ataupun tidak, dapat dipertimbangkan sebagai sebuah variabel yang berperan
dalam kedayagunaan sebuah sistem.
Variabel kedua adalah motivasi, maksudnya merujuk pada motivasi
pengguna dalam menggunakan sistem. Jika pengguna mempunyai motivasi tinggi
maka lebih banyak usaha yang dikeluarkan untuk mengatasi masalah dan
kesalahpahaman. Atau, jika pengguna tidak bermotivasi untuk menyelesaikan
sebuah tugas dalam sistem maka komitmen pengguna dapat berkurang, dan akan
terjadi keengganan untuk mempelajari atau menggunakan bagian-bagian sistem
yang rumit.
Variabel ketiga, kemampuan memilih merujuk pada kemampuan
keseluruhan sistem seorang pengguna memiliki kebijakan setiap kali berhadapan
dengan pilihan. Akan tetapi dalam beberapa situasi pilihan ini terbatas, contohnya
banyak kasir di supermarket menggunakan sistem-sistem yang mengenali bar code dari barang yang mereka jual. Mereka memiliki sedikit kebijaksanaan dalam memutuskan apakah akan menggunakan dan bagaimana mereka menggunakan
sistem tersebut. Di sisi lain, seorang ahli statistik akan memiliki lebih banyak
kebijakan selain banyak jenis teknik statistik yang ditawarkan oleh paket software statistik, ahli statistik juga akan memiliki pilihan yang luas untuk tidak
menggunakan sistem itu sama sekali, selama informasi yang dibutuhkan tetap
diproduksi.
Inti dari pendapat Eason adalah bahwa usability sebuah sistem akan tergantung, tidak hanya pada sifat pengguna, namun juga karakteristik tugas dan
sistemnya. Yaitu bahwa variabel-variabel pekerjaan, sistem dan pengguna semua
digabungkan untuk menentukan kedayagunaan suatu sistem. (Lihat gambar 3).
Gambar 3. Skema interaksi pekerjaan, sistem dan user Keterbukaan
dengan kerja Pilihan
USER
Pemikiran Eason ini menentukan usability dari pandangan bagaimana sistem-sistem ini digunakan dalam lingkungan kerja. Pandangan semacam itu
amat berguna dari sudut pandang global meski paling komprehensif, namun
pandangan Eason tersebut bukan satu-satunya pandangan terhadap usability.
2.2. Definisi Usability pada Interaksi Manusia dan Komputer
Definisi secara global mengenai usability dikemukakan oleh Eason (1984), dan ditunjukkan pada bagian terakhir, yaitu bahwa : “…indikator utama
kedayagunaan adalah apakah sebuah sistem atau fasilitas digunakan…”.
Selanjutnya ia menyampaikan bahwa, “pilihan pengguna merupakan inti dari
kedayagunaan karena hal itu menunjukkan bahwa ukuran paling menentukan
dalam kedayagunaan merupakan pola respon-respon pengguna terhadap berbagai
pilihan dan cara… respon ini membangun strategi pembelajaran ataupun strategi
tanpa pembelajaran suatu sistem. Pendapat yang setuju dengan pandangan ini dan
yang bertentangan mencoba mengukur usability dalam laboraturium, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : jika kita memaksa seorang individu
untuk menggunakan sebuah sistem dengan tujuan agar kita dapat menilai
kedayagunaannya, maka kita akan merusak ukuran terbaik dari kedayagunaan
yang kita punyai, baik bila sistem digunakan maupun tidak.
Akan tetapi, definisi usability kadang terikat pada pertanyaan mengenai bagaimana menilai kedayagunaan sebuah sistem. Contohnya : “semua orang tahu
untuk menunjukkan penilaian, yang membutuhkan pengukuran dan definisi
operasional”. (Shackel, 1981.)
Shackel mendefinisikan usability sebagai criteria sejauh mana sistem
(produk) mencapai efektifitas, fleksibilitas, kemudahan dipelajari (learnability) dan kesesuaian dengan penerimaan user(user attitude).
Saat definisi yang dibuat Eason dipandang dalam segi ini masalah-masalah
tertentu muncul. Kesulitan dalam pendekatan yang paling ideal ini adalah ketika
dibawa pada keadaan paling ekstrim, yaitu definisi tersebut menyarankan bahwa
kita harus membangun dan melaksanakan sebuah sistem, lalu menunggu untuk
melihat apa yang terjadi jika berkeinginan untuk menilai kedayagunaannya.
Walaupun dari data sistem yang telah berjalan dapat terbukti sebagai data yang
paling berguna, namun bukan merupakan pendekatan yang dapat
direkomendasikan kepada tim perancang sistem yang memahami tentang
keterbatasan biaya. Maka dibutuhkan definisi usability yang mampu menilai sistem sejak awal proses perancangannya, juga selama dan setelah impelementasi
sebuah sistem.
Sebuah definisi yang menunjukkan cara penilaian selama pengembangan
proses telah dikemukakan dalam ISO (International Standards Organization), dan menyatakan : “Kedayagunaan sebuah produk adalah derajat ketercapaian
pengguna tertentu dapat mencapai tujuannya dalam suatu lingkup tertentu secara
efektif, efisien, nyaman, dan dengan cara yang wajar”.
Akan tetapi definisi ini tidak secara jelas menentukan kriteria operasional
Shackel (1986) yang mencoba mengemukakan definisi operasional dari
kedayagunaan, sebuah sistem harus mencapai criteria kedayagunaan yaitu efektif,
kemampuan untuk dipelajari, fleksibilitas dan sikap pengguna.
Sebuah sistem harus efektif, yaitu target pengguna dalam ukuran tertentu
harus mampu menggunakan sistem tersebut dalam sejumlah lingkungan, dalam
waktu tertentu dan tanpa terlalu banyak kesalahan. Sebuah sistem harus dapat
dipelajari, yaitu pengguna harus mampu mempelajari sistem tersebut setelah
beberapa kali berlatih. Lebih lanjut, pengguna yang kurang rutin menggunakan
sistem tersebut harus mampu mempelajari sistem itu kembali dalam suatu kurun
waktu tertentu. Sebuah sistem harus fleksibel, yaitu hasil yang diperoleh
pengguna tidak dapat diperburuk dari pengaruh hasil presentasi tertentu yang
melampaui tugas dan lingkungan sistem. Yang terakhir, sebuah sistem harus
mampu mempengaruhi rating sikap pengguna, yaitu pengguna dalam persentase
tertentu bersikap positif terhadap sistem.
2.3. Pengukuran Usability
Kegunaan definisi usability seperti yang dikemukakan di atas adalah bahwa definisi itu dapat dijadikan alat untuk menyusun tujuan usability. Sebagai contoh dalam skema yang dikemukakan Eason kita membutuhkan berbagai
variabel terikat sifat user, fungsi system, sifat pekerjaan. Berbagai variabel itu bisa
memberi cara di mana tujuan-tujuan dapat diidentifikasi. Tetapi bagaimana kita
Hewwet (1986) membedakan dua bentuk penilaian ; formatif dan sumatif. Perbedaan antara dua tipe ini adalah pada tujuannya. Penilaian formatif
membantu perancang sistem untuk memperhalus dan membentuk rancangannya.
Oleh karena itu pandangan ini, ukuran penilaiannya dari beberapa tipe tertentu
mungkin tidak sesuai untuk penilaian jenis ini. Sebagai contoh, keseluruhan angka
tidak dapat digunakan untuk memberi tahu perancang apa yang harus dilakukan
untuk memperbaiki rancangannya. Penilaian formatif lebih dapat memberi
informasi kualitatif yang dapat digunakan untuk membantu perancang menunjuk
dengan tepat bagian-bagian sistem yang harus diubah.
Sedangkan penilaian sumatif lebih dapat memberi informasi kuantitatif
daripada data kualitatif. Seperti yang dijelaskan Hewett : “Penilaian sumatif
meliputi penaksiran pengaruh, kedayagunaan dan keefektifan sistem serta
keseluruhan hasil yang ditunjukkan pengguna dan sistem”.(Hewett, 1986)
Hewwet juga menyampaikan bahwa jenis penilaian yang berbeda dapat
dicocokkan dengan tahap-tahap yang berbeda dalam proses rancangan. Sebagai
contoh, data kualitatif dibutuhkan saat sebuah rancangan diperhalus. Perancang
akan perlu tahu lebih banyak mengapa kesalahan atau kesalahpahaman tejadi
tidak hanya sekedar jumlahnya. Pada tahap rancangan berikutnya informasi
kuantitatif juga dibutuhkan. Informasi kuantitatif membantu perancang
menganalisa kegunaan perubahan dalam rancangannya. Jika dalam tahap ini
terdapat masalah dalam sebuah rancangan maka diperlukan lebih banyak lagi data
Perbedaan antara bentuk penilaian formatif dan sumatif juga memberi
sorotan pada satu masalah dari definisi Shackel. Tidak jelas dimana penilaian
yang ditawarkan oleh Shackel ditempatkan. Jika ada pada tahap awal rancangan
maka dengan mudah memperoleh angka sikap pengguna dan penghitungan
kesalahan tidak sesuai untuk menginformasikan pada perancang mengenai
jenis-jenis perubahan yang dibutuhkan. Intinya, pendapat operasional Shackel
mengenai kedayagunaan tampaknya ditujukan hanya pada penilaian sumatif
sebuah sistem.
Ukuran yang biasa dipakai dalam pengukuran usability adalah : a. Waktu
b. Error
c. Protokol verbal
d. Protokol visual
e. Pola pembacaan visual
f. Pola pemakaian sistem
g. Tingkah laku
2.4. Metode Pengukuran Usability
Hewett (1986) mengatakan bahwa tidak hanya sebuah sistem dan
rancangan dari sistem tersebut yang mempunyai tujuan, tetapi semua penilaian
juga membutuhkan tujuan. Dengan memperinci tujuan dari sebuah penilaian, juga
memberi kemungkinan untuk dapat mengidentifikasi ukuran-ukuran apa dan
Metode pengukuran usability yang sering digunakan ialah : a. Uji konsep
b. User sahabat c. User musuh d. User simulator e. Evaluasi sistematis
f. Pandangan pakar
g. Simulasi uji coba
h. Percobaan laboratorium
i. Audit
j. Kunjungan lapangan
k. Studi tindak lanjut
2.5. Teknologi GSM
Kelahiran GSM diawali dengan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan bersama terhadap satu sistem jaringan baru yang dapat menjadi standar jaringan
yang berlaku dan dapat diterapkan di seluruh kawasan Eropa. Dalam sistem baru
itu juga harus terdapat kemampuan yang dapat mengantisipasi mobilitas pengguna
serta kemampuan melayani lebih banyak pengguna untuk menampung
penambahan jumlah pengguna atau pelanggan baru. Karena hal ini tidak dapat
dilakukan dengan mempertahankan sistem analog, maka kemudian diputuskan
untuk merombak sistem dan menggantinya dengan sistem digital. Standar baru
GSM pada awalnya adalah kepanjangan dari Groupe Speciale Mobile, sebuah badan gabungan dari para ahli yang melakukan studi bersama untuk menciptakan
standar GSM tersebut.
Teknologi GSM memiliki karakteristik yang dapat menangani suara secara efisien namun memiliki keterbatasan dalam kemampuan transfer data aplikasi
internet. Komunikasi data pada GSM dijalin melalui mekanisme circuit-switched connection yang berarti hubungan diawali dengan dial dari pengguna dan diakhiri dengan pemutusan hubungan. Apabila pengguna ingin mengakses data lagi maka
mereka harus melakukan dial lagi. Hal inilah yang menjadikan keterbatasan GSM dimana pengguna akan selalu dibebani biaya koneksi selama waktu mereka
membuka mengakses data. Untuk memecahkan masalah tersebut maka
dibutuhkan teknologi paket data untuk GSM menggunakan packet-switched connection.
GSM sangat digandrungi oleh masyarakat karena berbagai keunggulannya. GSM menggunakan kartu Subscriber Identification Module (SIM) yang amat praktis dan mudah dipindahkan dari satu telepon seluler ke telepon seluler lain.
SIM ini digunakan untuk menyimpan PIN (Personal Identifiaction Number) dari si pemakai telepon seluler GSM tersebut, kartu ini berukuran dua macam : awalnya berukuran ISO(Fullsize) dan bila sudah dipotong menjadi ukuran plug-in (mini).
GSM merupakan sistem telepon seluler ketiga yang masuk ke Indonesia. Meski di awalnya sempat ada anekdot yang mengatakan bahwa GSM singkatan dari “Geser Sedikit Mati”, namun zaman kemudian membuktikan bahwa hal
tersebut tidak menggoyahkan kepopuleran GSM ini karena jangkauannya yang pertama kali dapat mencapai seluruh propinsi di Indonesia. Dari sisi kuantitas
selanjutnya, GSM telah benar-benar menjadi “primadona” telepon seluler di Indonesia, karena di awal tahun 2004 sudah tercatat sekitar 18 juta pelanggan
telepon seluler dan 95% lebih diantaranya adalah menggunakan sistem GSM ini. Hal utama harus diperhatikan dalam pemilihan penyedia layanan GSM ini yakni teliti dahulu jangkauan dan fasilitas yang ditawarkan oleh tiap provider tersebut,
karena berbeda-beda antar satu daerah dengan daerah lainnya.
Menilik sistemnya, oleh karena suara dipancarkan secara digital atau
2.5.1 GPRS (General Packet Radio Service)
General Packet Radio Service atau lebih dikenal dengan istilah GPRS merupakan layanan penerimaan data berbasis paket data pada jaringan GSM. Dengan adanya teknologi GPRS maka membuat pengiriman data mobile pada jaringan GSM menjadi lebih cepat, murah dan user-friendly dari sebelumnya. GPRS juga memperkenalkan adanya paket switching dan internet protokol pada jaringan mobile sehingga memberikan layanan kecepatan transfer data dan layanan pengaksesan jaringan internet melalui perangkat/jaringan mobile kepada para penggunanya.
Teknologi GPRS dikembangkan dengan tujuan untuk memungkinkan operator GSM memenuhi kebutuhan akan layanan paket data wireless yang merupakan dampak dari meledaknya pertumbahan internet dan intranet korporat.
Dengan teknologi GPRS yang memiliki keunggulan paket-switched untuk pengiriman data yang bersifat bursty, maka tidak memerlukan setup koneksi terlebih dahulu dan memungkinkan penggunaan koneksi secara bersama utnuk
memaksimalkan efisiensi penggunaan sumber daya.
Tujuan dikembangkannya teknologi GPRS bagi operator jaringan GSM adalah untuk menyediakan layanan pengiriman data dan pengaksesan jaringan
internet yang lebih cepat dan murah.
a. Paket switching pada GPRS mengandung arti bahwa sumberdaya radio GPRS hanya akan digunakan ketika pengguna melakukan pengiriman atau
atau lebih pengguna secara konkruen. Dengan demikian mode paket switching ini memungkinkan optimasi yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya
jaringan radio pada GPRS untuk aplikasi data.
GPRS telah banyak digunakan untuk mendukung aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan layanan komunikasi data. Beberapa contoh aplikasi yang
menggunakan teknologi GPRS diantaranya adalah chat, pengiriman data/informasi berbasis teks dan visual, pengiriman data gambar/image, web browsing, transfer file diantaranya MMS (Multimedia Message Service), aplikasi E-mail korporat dan internet, SMS, dan lain-lain. GPRS dapat melakukan transmisi data untuk aplikasi-aplikasi di atas hingga mencapai 0,22 bps hingga
111 Kbps.
2.5.2 Pengiriman dan penerimaan data pada mobile station GPRS
Area geografis yang dilingkupi oleh jaringan GPRS dibagi ke dalam area yang lebih kecil yang disebut dengan cells dan area routing. Sebuah cell adalah area yang dilayani oleh set/himpunan radio base stations. Ketika sebuah GPRS mobile station ingin melakukan pengiriman data atau penerimaan data, maka mobile station tersebut akab mencari sinyal radio yang terkuat yang dapat ditemukan diantara base station-base station yang ada. Setelah menemukan sinyal radio terkuat dari suatu base station, maka mobile station tersebut akan mengirimkan notifikasi ke jaringan dari cell untuk memilih base station yang mengirimkan sinyal radio terkuat dan menggunakannya untuk melayani layanan
mendengarkan sinyal radio dari himpunan base station tersebut, dan jika ditemukan bahwa ada base station lain yang memiliki sinyal radio lebih kuat dari base station saat ini, maka mobile station tersebut akan mengganti base station dengan base station yang baru yang memiliki sinyal radio yang lebih kuat. Proses ini disebut dengan reselect. Routing area adalah himpunan atau sekelompok cell -cell area yang berdekatan. Routing area ini akan berguna dalam proses location-updating traffic dan paging traffic. Untuk mobile station yang secara aktif sedang melakukan proses pengiriman atau penerimaan paket data, maka proses
penelusuran lokasi dilakukan melalui tingkat cell (jaringan akan menjaga track dari cell yang saat ini sedang digunakan). Sedangkan untuk kondisi mobile station yang dalam keadaan tidak aktif atau idle, maka penulusuran dilakukan berdasarkan routing area (jaringan akan menjaga track dari Routing area).
Gambar 4. Arsitektur GPRSmobile station pada aplikasi GPRS
server mode. GPRS mobile station pada umumnya berperan sebagai client, contohnya adalah ketika GPRSmobile station digunakan untuk melakukan akses internet, intranet, atau database dengan melakukan inisialisasi komunikasi GPRS. GPRS mobile station juga dapat berperan sebagai server sebagai contoh ketika digunakan untuk aplikasi monitoring telemetry dimana GPRS mobile station dihubungkan dengan device/perangkat lain seperti kamera untuk melakukan monitoring atau mengambil data telemetry.
Gambar 5. Arsitektur Komunikasi pada GPRS (tunneling)
Pada gambar 5, tergambar bahwa ketika sebuah mobile station GPRS akan menggunakan jaringan paket data wireless, terlebih dahulu mobile station tersebut melakukan attach ke Service GPRS Support Node (SGSN). Ketika sebuah SGSN menerima request dari sebuah mobile station , maka SGSN akan memastikan apakah akan memberikan layanan request tersebut. Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
b. Proses pengecekan (verifikasi) informasi tentang identitas dari mobile station. Hal ini disebut dengan istilah authentication.
c. Pengecekkan terhadap level QoS (Quality of Service) dari request service yang diminta oleh mobile station . Hal yang dilakukan diantaranya proses verifikasi terhadap kemampuan jaringan untuk memberikan layanan sesuai yang diminta
(saat bersamaan jaringan sedang melayani service terhadap pengguna yang
lain).
Setelah memutuskan untuk menerima request, maka SGSN akan menyimpan data track dari mobile station sehingga mengetahui lokasi dimana data paket harus dikirimkan/diroutekan ke mobile station (proses penerimaan paket data).
Proses attachment ke SGSN tidak menjadi jaminan bahwa proses pengiriman paket data dapat dilakukan. Agar mobile station dapat melakukan proses pengiriman paket data, maka mobile subscriber harus terlebih dahulu mengaktifkan sebuah PDP address (semisal IP address).
membangun sebuah asosiasi antara SGSN dengan GGSN yang informasinya disimpan dalam PDP context. Sebuah mobile station hanya melakukan attach ke satu SGSN, tetapi dapat mengaktifkan beberapa alamat PDP yang mungkin di-anchored oleh GGSN yang berbeda.
Ketika mobile station telah melakukan attach ke SGSN dan mengaktifkan sebuah alamat PDP, maka mobile station tersebut telah siap untuk melakukan komunikasi dengan perangkat yang lain. Sebagai contoh GPRS mobile dapat berkomunikasi dengan sistem komputer yang terhubung ke jaringan X.25 atau
jaringan IP. Dengan demikian proses pengiriman data (data transfer) dan
penerimaan data (data receiving) dengan menggunakan GPRS dilakukan melalui proses berikut :
1. Setup koneksi ke jaringan GPRS (dilakukan terpisah dengan jaringan GSM) 2. Mobile station melakukan prosedur GPRS attach.
Hal-hal yang dilakukan antara lain :
a. Mobile station melakukan request attachment ke SGSN.
b. SGSN melakukan authorization dan autentication terhadap requirement dari mobile station .
c. SGSN melakukan verifikasi terhadap level QoS service yang diminta oleh mobile station .
3. Untuk dapat melakukan pengiriman data, maka mobile station akan mengaktifkan alamat PDP. Informasi yang dibutuhkan untuk mengaktifkan
alamat PDP ini disimpan dalam PDP context.
2.5.3. Pemanfaatan Teknologi GPRS
Tujuan utama dari pengembangan teknologi GPRS adalah untuk memfasilitasi interkoneksi antara sebuah perangkat mobile dengan jaringan paket-switch data yang lain dengan melalui akses ke jaringan internet. Dengan adanya
pengenalan mode paket pada GPRS, maka memungkinkan integrasi antara teknologi mobile telephony dan internet menjadi teknologi internet bergerak (mobile internet technology). Teknologi ini memungkinkan pengguna telepon seluler (mobile phone) mendapat layanan baru atau layanan tambahan sebagai berikut :
a. Client-Server Services yang memungkinkan pengaksesan data yang tersimpan dalam suatu basis data. Contoh penerapan aplikasi ini adalah pengaksesan
WEB melalui browser.
c. Real-time Conversational Service yang memberikan layanan komunikasi dua arah kepada pengguna secara real-time. Beberapa contoh penerapannya adalah pada aplikasi internet dan multimedia semisal Voice Over IP dan Video Conference.
2.5.4. Tarif GPRS
Tarif GPRS berbeda-beda tergantung pada provider jaringan telekomunikasi GSM. Di Indonesia tarif GPRS yang disediakan oleh Telkomsel (HALO), IM3 (Smart dan Bright), Telkomsel (Simpati), XL Bebas, dan Matrix
(Satelindo) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Tarif GPRS
Provider Biaya Akses VIA WAP Biaya Akses VIA WEB
Telkomsel (HALO) Rp. 25 / Kb p. 25 / Kb
IM3 (Smart dan Bright) Rp. 10 / Kb Rp. 10 / Kb
Telkomsel (Simpati) Rp. 30 / Kb Rp. 30 / Kb
XL Bebas Rp. 25 / Kb Rp. 25 / Kb
Matrix (Satelindo) Rp. 10 / Kb Rp. 10 / Kb
2.6. Teknologi CDMA
Ide dasar tentang teknologi CDMA pertama kali berawal pada tahun 1949 yang diperkenalkan oleh Claude Shannon dan Robert Pierce. CDMA pertama kali digunakan oleh pasukan militer Amerika Serikat dalam melawan tentara Jerman
kembali pada perang Teluk I. Tahun 1995, CDMA mulai digunakan secara komersil melalui perusahaan telekomunikasi Qualcomm di negara Amerika pada
pertengahan tahun 90-an.
Teknik CDMA (Code Division Multiple Access) adalah temuan yang lebih baru dibandingkan dengan FDMA (Frequency Divison Multiple Access) dan TDMA (Time Division Multiple Access). Teknik CDMA ini merupakan temuan yang brilian karena kanal yang satu dengan lainnya tidak dibedakan dari
frekuensi/FDMA atau waktu/TDMA yang secara awam lebih mudah dipahami, melainkan dengan perbedaan kode. Jadi pada CDMA, seluruh pelanggan menggunakan frekuensi yang sama pada waktu yang sama.
Perbedaan mendasar dari teknologi CDMA adalah modulasinya. Modulasi merupakan kombinasi FDMA (Frequency Division Multiple Access) dan TDMA (Time Division Multiple Access). Pada teknologi FDMA, 1 kanal frekuensi melayani 1 sirkuit pada 1 waktu, sedangkan pada TDMA 1 kanal frekuensi dapat dipakai oleh beberapa pengguna dengan cara slot waktu yang berbeda.
Selanjutnya pada CDMA beberapa pengguna bisa dilayani pada waktu bersamaan dan frekuensi yang sama, letak pembedaan satu dengan lainnya pada
sistem codingnya, sehingga penggunaan spektrum frekuensinya dengan
dipecah-pecah dan harus dilakukan manajemen penggunaan kembali (reuse) frekuensi agar
banyak pelanggan bisa terlayani.
Dengan memancarkan sekaligus frekuensi 1,25 Mhz, dibanding 20-30Khz
kemungkinan telepon seluler mengalami drop call atau sambungan terputus ketika
bergerak, hampir sama sekali tak terjadi di CDMA dan reuse frekuensi di CDMA tetap dilakukan tanpa memecah-mecah frekuensinya.
Untuk kawasan Asia yang kini dikenal dengan kawasan yang memiliki
perkembangan teknis CDMA yang paling maju, berawal dari tahun 1995 dikembangkan oleh Hutchison Telecom di Hongkong. Kemudian pada awal
Januari 1996 masuk ke Korea Selatan dan langsung dijadikan standard
komunikasi nasional. Perkembangan berikutnya merebak ke daratan negeri
matahari terbit, di negara ini tercatat mulai Mei 1998 CDMA secara resmi digelar oleh perusahaan IDO di Tokyo dan DDI di Osaka. Indonesia sebagai negara
pengembang berikutnya baru mengaplikasikan teknologi selular CDMA pada awal tahun 2001 dengan mengusung perusahaan Komselindo, namun pada fase ini
hanya bertahan beberapa bulan karena tidak didirikan pada dasar teknologi yang
kuat sehingga pelanggan kurang tertarik mengaplikasikannya. Baru sejak tahun
2002 mulai bermunculan beberapa perusahaan yang akhirnya merajai CDMA di tanah air. Sebut saja PT. Telkom dengan TelkomFlexi, PT. Indosat dan Ratelindo
dengan Esia, PT. Mobile-8 dengan Fren selain itu juga ada PT. Batam Bintan
Telkomunikasi.
Di Indonesia semenjak diperkenalkan teknologi CDMA oleh PT. Telkom dengan TelkomFlexi-nya, kehadiran CDMA cukup mendapat tempat tersendiri di masyrakat. Meski sampai sekarang masih ada anggapan yang “salah kaprah” yang
pertama yang berhak mengoperasikannya (PT. Telkom dan PT. Ratelindo)
memang memiliki izin penyelenggaraan telepon berpulsa rumah, sehingga karena
kebetulan sistem yang digunakan sekarang adalah CDMA, maka tarifnyapun sama dengan telepon rumah.
Dengan demikian, sebenarnya CDMA bisa dikatakan dioperasikan oleh dua jenis operator yang berbeda di Indonesia, yakni PT.Telkom (TelkomFlexi),
PT. Indosat dan PT. Ratelindo (Esia) yang memungkinkan berpulsa rumah karena
memang memiliki izin penyelenggaraan FWA (Fixed Wireless Access) dan juga CDMA diberikan oleh PT. Mobile-8 (Fren) dan PT. WIN (Wireless Network Indonesia), yang keduanya harus seperti operator selular GSM lainnya di atas, masih dikenakan pembayaran BHP (Biaya Hak Penggunaan) Frekuensi yang
ditagihkan ke pelanggan dalam bentuk airtime. Inilah yang sering membuat rancu
dimasyarakat karena kebetulan kedua-duanya bersistem CDMA, hanya alokasi frekuensinya saja yang diberdakan : 800, 900 & 1900 Mhz, demikian juga dengan
sistem CDMA-nya : CDMA-One, CDMA 2000-1x, CDMA EV-DO (Evolution Data Only) dan CDMA EVDV (Evolution Data and Video). CDMA sejarahnya mula-mula digunakan secara terbatas, seperti telah dikemukakan sebelumnya,
CDMA hanya dipergunakan oleh militer Amerika Serikat, sejak tahun 1994 mulai dikembangkan untuk layanan publik oleh penemunya, Qualcomm. CDMA digunakan oleh militer karena suaranya yang jernih dan antisadap karena
sinyalnya diacak dan dikodekan. CDMA yang digunakan saat itu adalah CDMA -One, kemampuannya sama dengan selular generasi kedua (2G), yang antara lain
yang dikembangkan di Jepang. GSM pada perkembangannya akan menuju ke 3G dengan teknologi berbasis WCDMA (Wideband CDMA) yang meski namanya sama, namun tidak ada jalur migrasi lembut dari CDMA ke WCDMA. Pada CDMA-1x EVDO kemampuannya sampai 2,4 Mbps atau 2.400Kbps. Pada fase selanjutnya, CDMA 2000-1x EVDV kemampuan transmisi datanya sampai 3,1 Mbps.
2.6.1. Layanan Data pada CDMA
Tujuan CDMA2000 adalah menyediakan layanan 2.5G dan 3G menggunakan TIA/EIA-41 yang terdiri dari sistem IS-95A, B, dan CDMAOne. Ada beberapa tipe CDMA2000 yaitu :
a. CDMA2000 1xRTT
Spesifikasi 1xRTT dikembangkan oleh Third Generation Partnership
Project 2 (3GPP2), sebuah kerjasama yang terdiri dari lima badan standar
telekomunikasi : CWTS di China, ARIB dan TTC di Jepang, TTA di Korea dan
TIA di Amerika Utara. CDMA2000 1xRTT menawarkan layanan dengan kecepatan hingga 153 Kbps dalam rentang spektrum yang kecil (1,25 MHz per
carrier).
b. CDMA2000 1xEV-DO
1xEVDO, juga dikenal dengan 1xEV Phase One, adalah sebuah peningkatan dengan meletakkan suara dan data pada kanal yang terpisah guna
c. CDMA2000 1xEV-DV
EV-DV, atau 1x-EV Phase Two menjanjikan kecepatan data berkisar dari 3 Mbps hingga 5 Mbps. Hingga kini telah ada 8 proposal yang dikirim ke komite
standar 3GPP2 untuk rancangan EV-DV. d. CDMA2000 3xRTT
3xRTT adalah sebuah standar IMT-2000 (3G) yang disetujui ITU. Ia
adalah bagian dari apa yang disebut ITU sebagai IMT-2000 CDMA MC. Ia menggunakan spektrum 5 MHz untuk memberikan kecepatan data berkisar antara
2 hingga 4 Mbps.
Saat ini di Indonesia telah ada setidaknya empat operator CDMA. Telkom dengan Flexi-nya, Mobile-8 dengan Fren-nya, Bakrie Telecommunication dengan
Esia-nya, dan Indosat dengan StarOne-nya. Teknologi yang digunakan oleh para
operator CDMA kebanyakan masih terbatas pada CDMA 1xRTT. Walaupun ada operator, yaitu Mobile-8, yang menawarkan CDMA 1xEV-DO untuk daerah-daerah tertentu. Kecepatan transfer data yang terjadi masih jauh dari kapasitas
CDMA sebenarnya. Misalnya saja Telkom Flexi yang menggunakan CDMA 1xRTT, yang seharusnya mampu mencapai kecepatan 153 kbps, saat ini baru dibuka pada kecepatan efektif 30 hingga 70 kbps. Untuk biaya akses data, tarif
yang diberlakukan masing-masing operator cenderung sama yaitu Rp 5 / Kb.
2.7. Layanan Data
Teknologi telepon seluler dimulai dari 0G, 1G, 2G, 3G dan tahun 2006 ini
teknologi 2G. Teknologi 0G diluncurkan pada tahun 1971 di Finlandia, yang
menjadi negara pertama menjual teknologi telepon mobil (berasal dari kata mobile
yang artinya ‘bergerak’. Telepon mobil bentuknya seperti pesawat komunikasi
yang digunakan para tentara di medan perang. Ada kotak sebesar kopor dan
pesawat telepon seperti handset untuk telepon rumah.
Hampir 10 tahun kemudian, teknologi 1G (First Generation atau Generasi
Pertama) yang mulai tanpa kabel atau nirkabel (dan sudah disebut seluler) mulai
diproduksi dan dijual dibeberapa negara Eropa, misalnya negara-negara
Skandinavia, Rusia, Perancis, Italia dan Jerman. Teknologi ini sering disebut
teknologi NMT (Nordic Mobile Telephone), karena memang dirancang oleh negara-negara Eropa sebelah utara. Pada teknologi 1G ini, juga mulai dikenalkan
sistem AMPS di Amerika Serikat.
Menjelang tahun 1900an, muncullah teknologi 2G (Second Generation
atau Generasi Kedua). Perbedaan utama dengan teknologi 1G adalah teknologi 2G
sudah menggunakan sistem digital sedang 1G masih analog. Dengan sistem
analog, pembicaraan seseorang dapat disadap dengan mudah. Pada waktu telepon
AMPS mulai dipasarkan di Indonesia dulu, pembicaraan dengan telepon AMPS dapat disadap dengan pesawat radio komunikasi (rig). Dengan teknologi 2G yang
sudah digital, penyadapan seperti ini tidak dimungkinkan lagi.
Kanada. Kemampuan mencolok teknologi 2G adalah tidak hanya dapat digunakan
untuk telepon, tetapi juga untuk SMS.
Teknologi 2G ada perbaikan cukup signifikan, sehingga muncullah
variannya, yaitu 2.5G dan 2.75G. Varian ini tidak dibuat oleh konsorsium, tetapi
sebagai strategi pemasaran oleh beberapa pabrik telepon seluler. Ciri khas
teknologi 2.5G adalah teknologi GPRS (General Packet Radio Service) yang dapat digunakan untuk berkirim data dalam jumlah besar, tidak seperti SMS yang
hanya dapat mengirim dan menerima alfanumerik saja.
Generasi 2.5G ini ada juga yang menamakannya dengan generasi 2.75G,
karena lebih dekat dengan teknologi 3G. Teknologi 2.5G (atau 2.75G) ini,
disistem GSM disebut sistem EDGE (Enhanced Data Rates for GSM Evolution) sedang pada sistem CDMA disebut denghan CDMA 2000 1x. Keduanya memiliki kecepatan transfer data mendekati 144KB/detik.
Teknologi 2G inilah yang hari ini banyak kita gunakan, meskipun kita
sudah sesekali mendengar kalau operator telepon seluler di Indonesia sudah
menguji coba sistem 3G. Kemampuan yang dimiliki oleh generasi 3G adalah
kecepatan transfer datanya yang sangat tinggi dan dalam jumlah banyak, sehingga
bahkan dapat digunakan untuk aplikasi telepon video. Beberapa merek telepon
seluler juga sudah mengeluarkan telepon seluler yang diberi label “3G ready”.
Saat ini, teknologi ini masih terhitung mahal, sehingga belum begitu mendapat
sambutan dari pasar. Meskipun di berbagai belahan dunia teknologi 3G belum
berhasil, lain halnya di Korea Selatan dan Jepang, yang telah sedemikian maju
kartu kredit yang juga dapat digunakan untuk melihat televisi satelit. Gambarnya
sudah barang tentu sangat jernih dan suaranya yahud, tidak seperti video
streaming yang sering kita lihat di televisi kita untuk memantau arus lalu lintas di
beberapa kota besar dan gambarnya terlihat tidak halus dan terputus-putus. Di
Jepang, saat ini pengguna teknologi 2G sudah menyusut sebesar 40% dan
diperkirakan akan semakin habis.
Teknologi 4G saat ini sudah mulai dikembangkan di beberapa negara
pioner telepon seluler. Mereka menjanjikan kapasitas transfer data hingga sebesar
100MB/detik. Jika janji para pembuatnya terpenuhi, kita dapat mengirim data atau
film DVD hanya dalam waktu 40 detik saja.
2.8. Kecepatan Transfer
CDMA menawarkan kecepatan transfer data yang lebih dibanding GSM. Dengan teknologi CDMA2000 1xRTT secara teoritis kita dapat menyampaikan data hingga 153 kbps. Sedangkan GPRS hanya mencapai 111 kbps.
2.9. Biaya
Pada prinsipnya perhitungan biaya dalam layanan data seluler
Daftar biaya layanan data yang ditawarkan operator telepon seluler di
Indonesia dapat dilihat pada tabel 2 dan table 3 di bawah ini. Untuk operator
CDMA biaya layanan data cenderung sama yaitu Rp 5/Kb. Variasi yang lebih besar terlihat pada operator GSM, tarif layanan data berkisar antara Rp 10/Kb sampai dengan Rp 30/Kb. Bila kita perhatikan biaya layanan untuk setiap kilobyte
data pada kartu seluler CDMA lebih murah sekitar 2 sampai 10 kali kartu GSM. Tabel 2. Biaya Layanan Data GPRS
Biaya Layanan Data GPRS
Produk Biaya / Kb
Kartu Halo Rp. 25
Simpati Rp. 30
IM3 Smart Rp. 10 (belum termasuk PPN) IM3 Bright Rp. 10 (belum termasuk PPN) XL Bebas Rp. 25
Matrix Rp. 10
Tabel 3. Biaya Layanan Data CDMA Biaya Layanan Data CDMA
Produk Biaya / Kb Esia Prabayar Rp. 5 Esia Pascabayar Rp. 5 Fren Prabayar Rp. 5 Fren Pascabayar Rp. 5 StarOne Prabayar Rp. 5,5 StarOne Pascabayar Rp. 5 Flexi Prabayar Rp. 3 Flexi Pascabayar Rp. 5
2.10.Cakupan Area / Jangkauan / Coverage
2.10.1.Sistem Konvensional (Large Zone)
Pada sistem ini base station melayani wilayah yang sangat luas dengan radius 40 km. Keuntungan dari sistem ini adalah relatif mudah dalam hal
switching, charging dan transmisi. Sedangkan kekurangannya :
a. Kesanggupan pelayanan terbatas
Daya yang dipancarkan harus besar dan antena harus tinggi. Selaint itu area
pelayanan dibatasi oleh kelengkungan bumi. Ketika pelanggan sedang
melakukan pembicaraan dan keluar dari suatu wilayah pelayanan, maka
pembicaraan terputus karena tidak memiliki fasilitas handoff dan harus dilakukan inisialisasi ulang.
b. Unjuk kerja pelayanan kurang baik
Sistem konvensional ini hanya memiliki jumlah kanal yang sedikit, sehingga
blocking menjadi sangat besar.
c. Tidak efisien dalam penggunaan bandwidth
Tidak menggunakan pengulangan frekuensi sehingga jumlah kanal yang
dialokasikan pada setiap sel akan sangat kecil.
2.10.2.Sistem Seluler (Multi Zone)
Dalam sistem ini pelayanan dibagi menjadi daerah-daerah yang lebih kecil
b. Menggunakan prinsip penggunaan kembali frekuensi (Frequency Reuse) c. Pemecah sel (Cell Spliting) pada sel yang telah jenuh dengan pelanggan.
Sistem ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan sistem
konvensional, yaitu :
a. Kapasitas pelanggan lebih besar
b. Efisien dalam penggunaan pita frekuensi karena memakai prinsip pengulangan
frekuensi
c. Kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kepadatan lalu lintas atau trafik
karena sel dapat dipecah
d. Kualitas pembicaraan baik karena tidak sering terputus
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini penilaian yang digunakan adalah penilaian yang
bersifat sumatif, dengan memakai ukuran dari tingkah laku user. Adapun
wawancara dan kuesioner diberikan kepada user sahabat yakni user yang memiliki
pengetahuan secara teknis tentang sistem yang telah mereka gunakan untuk
membuat perubahan yang memungkinkan dibuat dan ditambahkan ke sistem
tersebut. Rancangan penelitian ini mengacu pada metode dan konsep pengukuran
usability yang telah dijelaskan pada landasan teori.
3.2.Populasi Penelitian
Populasi adalah himpunan yang mencakup semua elemen dengan sifat
tertentu yang sedang dipelajari. Sifat dari populasi tersebut dinamakan parameter.
Dengan kata lain parameter adalah ukuran-ukuran atau nilai-nilai ringkasan yang
menggambarkan sifat-sifat populasi.
Populasi pada penelitian ini adalah pengguna sistem GSM dan CDMA,
parameternya ialah populasi tersebut memanfaatkan sistem seluler untuk
3.3.Metode Penarikan Sampel
Metode penarikan atau pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan metode judgement sampling atau penarikan sampel judgement merupakan sebuah metode di mana dalam memilih anggota sampel peneliti
menggunakan pengalamannya sebagai dasar penilaian. Dengan penilaian
berdasarkan pengalaman tersebut diharapkan sampel sedapat mungkin mewakili
populasi.
3.4.Sampel Penelitian
Sampel adalah sebuah himpunan bagian dari populasi yang berisi sebagian
dari elemen-elemen populasi. Sampel representatif adalah sampel yang dianggap
telah mewakili sifat-sifat populasi sedekat mungkin.
Dalam penelitian ini sampel diambil dari beberapa ukuran-ukuran atau
nilai-nilai berikut :
a. Sampel menggunakan perangkat modem telepon genggam Sony Ericsson K608i dan K610 untuk pengguna sistem GSM serta Nokia 3105 dan Nokia 6225 untuk pengguna sistem CDMA. Dengan asumsi bahwa jenis telepon genggam tersebut memiliki kemampuan dan fitur yang hampir sama untuk
mengakses layanan data.
b. Pengguna yang dijadikan sampel untuk penelitian ini mengakses layanan data
berada di radius 1-3 kilometer dari BTS (Base Transceiver Station). Dengan ukuran ini diharapkan pengguna sistem tidak memiliki kendala saat
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 100 orang,
yang terdiri dari 50 orang sampel untuk sistem GSM dan 50 orang sampel untuk sistem CDMA. Sampel yang diambil dalam penilitian ini adalah sampel yang memanfaatkan sistem seluler baik GSM maupun CDMA untuk mengakses layanan data.
3.5.Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah
metode survei dengan uraian sebagai berikut :
a. Wawancara Personal atau Langsung
Wawancara personal dipilih karena menurut pandangan peneliti merupakan
metode yang paling baik untuk mendapatkan tingkat respon yang tinggi dari
sumber yang ditanyai. Respon yang tinggi berarti jawaban yang sangat dekat
dengan jawaban yang diinginkan. Sehingga jika responden mempunyai
penafsiran yang tidak tepat atas pertanyaan yang dilontarkan pewawancara,
kesalahan tersebut dapat segera diklarifikasikan.
b. Wawancara Lewat Telepon
Metode wawancara lewat telepon digunakan sebagai pengganti wawancara
personal untuk mengurangi biaya dari pertemuan langsung. Seperti juga
wawancara personal, tingkat respon atau tanggapan yang tinggi juga dapat
c. Penggunaan Kuesioner Tertulis
Penggunaan kuesioner tertulis mempunyai biaya paling ringan dari berbagai
metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi lewat metode survei,
dan hal ini merupakan alasan mengapa metode ini digunakan. Keuntungan
lain yang diperoleh adalah bahwa dengan metode ini bisa dikumpulkan
jawaban dari banyak responden dalam waktu yang relatif singkat karena
peneliti bisa mengirimkan kuesioner pada banyak responden dalam waktu
yang bersamaan.
3.6.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan
bentuk pertanyaan-pertanyaan tertutup maupun terbuka. Tujuan pembuatan
kuesioner ini adalah untuk menjaring informasi yang benar dan mempunyai arti,
yang akan digunakan dalam proses analisis dan pembuatan keputusan. Data yang
dikumpulkan akan tepat dan benar hanya jika kuesionernya lengkap dan jelas.
Dalam survei untuk pengumpulan data, hal yang paling penting dalam prosedur
ini adalah konstruksi atau susunan dari kuesioner atau daftar wawancara yang
hendak dipakai.
Konstruksi atau susunan dari langkah dasar dalam pembuatan instrumen
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Memilih topik yang bisa merefleksikan tema penelitian
Sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini yakni perbandingan
mengarah pada hal tersebut dan mempunyai cakupan luas meliputi
keseluruhan tema yang hendak ditanyakan dalam kuesioner, dan ditentukan
sebelum membuat daftar pertanyaan. Namun juga perlu menjaga banyaknya
pertanyaan yang akan diajukan dengan tingkat respon (tanggapan) dari
responden penelitian. Maka setiap pertanyaan harus efektif, yaitu harus
mencapai sasaran yang dituju, dan juga efisien, yaitu menggunakan pilihan
kata yang benar-benar diperlukan. Dengan kata lain, pertanyaan sependek
mungkin tanpa meninggalkan kejelasan sasaran dari pertanyaan tersebut dan
tidak tumpang tindih dengan pertanyaan lainnya.
b. Menentukan tingkat respon atau tanggapan yang akan diperoleh dari
kuesioner.
Selain ditentukan oleh panjang-pendeknya kuesioner, respon dari responden
juga ditentukan oleh cara yang digunakan dalam menyampaikan kuesioner
atau daftar pertanyaan. Dalam penelitian ini ditempuh tiga cara penyampaian
seperti dikemukakan dalam metode pengumpulan data yakni : wawancara
langsung, wawancara melalui telepon dan melalui kuesioner yang disebarkan
atau dikirimkan.
c. Merumuskan pertanyaan yang hendak diajukan
Sebelum merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada
responden, langkah pertama yang dilakukan adalah mengenali atau
mengidentifikasi informasi yang diperlukan dan menentukan bentuk data-data