PENETAPAN KADAR KHROMIUM (Cr) AIR RESERVOIR
SECARA COLORIMETRI DI LABORATORIUM
PDAM TIRTANADI INSTALASI SUNGGAL
TUGAS AKHIR
Oleh :
MEUTIA ULFAH 072410038
PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN
MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR KHROMIUM (Cr) AIR RESERVOIR SECARA COLORIMETRI DI LABORATORIUM PDAM TIRTANADI
INSTALASI SUNGGAL
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh :
MEUTIA ULFAH 072410038
Medan, Mei 2010 Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing,
Dra. Saleha Salbi, M.Si, Apt. NIP 194909061980032001
Disahkan Oleh : Dekan,
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah wasyukurillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang
Maha Agung yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Penetapan
Kadar Khromium (Cr) Air Reservoir Secara Colorimetri Di Laboratorium PDAM
(Perusahaan daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan” sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program Diploma III Analis
Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini ternyata tidaklah semudah yang
dibayangkan. Namun berkat dorongan, semangat dan dukungan dari berbagai
pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga terselesaikan Tugas Akhir
ini. Khususnya, dorongan dari kedua orang tua penulis baik moril maupun materil
serta do’a. Mereka adalah ayahanda H. Zainal Arifin Hasan dan ibunda Hj. Ummi
Kalsum. Dan kedua saudara laki-laki penulis Zulliza Adha S. Ked. Dan Fadhil
Mudasyah yang merupakan inspirator dan pemacu semangat penulis agar terus
menggapai cita-cita yang diharapkan.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Koordinator Program
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara Medan.
4. Ibu Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan nasehat dan bimbingan hingga
selesainya tugas akhir ini.
5. Seluruh Dosen / Staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Medan.
6. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal
yang telah membimbing penulis saat PKL di PDAM Tirtanadi Instalasi
Sunggal.
7. Teman-teman sependeritaan Milva, Vanny, Nia, an Adiz teruskan perjuangan
kalian.
8. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari sempurna
sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun, oleh
karena itu penulis sangat membuka luas bagi yang ingin menyumbangkan
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.
Medan, Mei 2010
Penulis,
Meutia Ulfah
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……… i
DAFTAR ISI ………... iii
BAB I PENDAHULUAN ………..1
1.1 Latar Belakang ………... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ………. 2
1.2.1 Tujuan ……… 2
1.2.2 Manfaat ……….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 3
2.1 Air ……… 3
2.2 Sumber-sumber Air ………. 3
2.3 Sifat-sifat Air……….5
2.4. Peranan Air Bagi Tubuh..………. 8
2.5. Pemanfaatan Air ……….. 9
2.6. Standar Air Minum ………. 13
2.7. Kualitas Air Minum……… 16
2.8. Khromium……….……….. 18
2.9. Keracunan Cr……….. 15
2.10 Metabolisme Cr Dalam Tubuh ……….. 15
2.11 Mekanisme Cr Dalam Tubuh ………. 15
BAB III METODOLOGI ………... 18
3.1.1 Peralatan ………. 18
3.1.2 Bahan ……….. 18
3.2 Langkah-langkah Pengujian atau Cara Pengujian ……….. 18
3.3 Hasil………. 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 20
4.1 Hasil ……… 20
4.2 Pembahasan ……… 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 22
5.1 Kesimpulan ………. 22
5.2 Saran ……… 22
DAFTAR PUSTAKA ………. 23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup. Bila manusia, hewan,
dan tumbuhan kekurangan air, maka akan mati. Permasalahan saat ini adalah
kualitas air terutama untuk kebutuhan (mandi, mencuci, minum, dan sebagainya)
di kota-kota besar di Indonesia masih memprihatinkan.
Salah satu mineral yang terdapat dalam air adalah kandungan Cr, kromium
sendiri sebetulnya tidak toxik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif.
Apabila kadar Cr tersebut terdapat dalam jumlah yang besar, maka akan
menimbulkan efek toksik.
Sebagian besar keperluan air di Indonesia berasal dari sumber air tanah,
sungai dan air yang diolah di PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Air minum
yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air
itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan
distribusinya. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman patogen,
segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Air minum harus
memenuhi persyaratan yang dijadikan standard kualitas air minum. Salah satu
parameter yang dijadikan persyaratan adalah kromium (Cr). Dalam Tugas Akhir
ini akan dilakukan penetapan kadar kromium (Cr) dalam air reservoir secara
1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan
Untuk mengetahui kadar kromium (Cr) yang terkandung dalam sampel air
baku secara kolorimetri di Laboratorium PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)
Tirtanadi Instalasi Sungga l.
1.2.2 Manfaat
Agar masyarakat Indonesia dapat mengetahui informasi mengenai kadar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan juga manusia selama
hidupnya selalu memerlukan air. Walaupun air merupakan sumber daya alam
yang dapat diperbarui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh
aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang
bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar (Darmono, 2001).
Air reservoir adalah air yang telah melalui filter dan sudah dapat dipakai
untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri dan ditampung
pada bak reservoir untuk diteruskan kepada konsumen.
2.2 Sumber-sumber Air
1) Air permukaan yang merupakan air sungai dan danau, 2) Air tanah yang
tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam, 3)
Air angkasa, yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju. Kualitas
berbagai sumber air tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi alam serta
aktivitas manusia yang ada disekitarnya.
Air tanah dangkal dan air permukaan dapat berkualitas baik andaikata
tanah sekitarnya tidak tercemar, oleh karenanya air permukaan dan air tanah
dangkal sangat bervariasi kualitasnya. Banyak zat yang terlarut ataupun
tersuspensi di dalamnya selama perjalanannya menuju ke laut. Namun selama
violet dari matahari, aliran, serta kemungkinan-kemungkinan terjadinya
reaksi-reaksi antar zat kimia yang terlarut dan terjadinya pengendapan-pengendapan. Air
permukaan yang tertampung di danau-danau atau reservoir buatan manusia dapat
ditumbuhi berbagai macam algae, tumbuhan air seperti enceng gondok, dan
berbagai ikan, terutama apabila air tersebut mengandung banyak nutrien bagi
pertumbuhannya. Air permukaan dapat mengandung banyak zat organik yang
mudah terurai yang merupakan makanan bagi bakteri. Kesemuanya ini sangat
mempengaruhi kualitas air tersebut. Kualitas air di dalam danau juga
terpengaruh oleh cuaca, dan tergantung kedalamannya, air tersebut dapat
terstratifikasi temperaturnya, sehingga spesies-spesies kimia yang ada dalam
setiap lapis akan berubah. Stratifikasi dapat hilang karena perubahan cuaca yang
drastis, dan dengan sendirinya terjadi perubahan kualitas air tersebut.
Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi
mikrobiologis, karena sewaktu proses pengaliran ia mengalami penyaringan
alamiah dan dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di
dalamnya. Namun demikian, kadar kimia air tanah dalam ataupun yang artetis
tergantung sekali dari formasi litosfir yang dilaluinya. Pada proses ini
mineral-mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air
tersebut.
2.3 Sifat-sifat Air
Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis, kimiawi, dan
biologis.
1. Sifat fisis
Air di dunia ini didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni bentuk padat
sebagai es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana
yang akan didapatkan tergantung keadaan cuaca yang ada setempat.
Kepadatan (density) air, seperti halnya wujud, juga tergantung dari
temperatur, dan tekanan barometris (P). Pada umumnya, densitas meningkat
dengan menurunnya temperatur, sampai tercatat maksimum pada 40 Celcius. Apabila temperatur turun lagi, maka densitas akan turun pula.
Sekalipun demikian, temperatur air tidak mudah berubah. Hal ini tampak
pada specific heat air, yakni angka yang menunjukkan jumlah kalori yang
diperlukan untuk menaikkan suhu satu gram air satu derajat Celcius. Specific heat
bagi air adalah 1/gram/0C, suatu angka yang sangat tinggi dibandingkan dengan specific heat lain-lain elemen di alam. Dengan demikian, transfer
panas dari dan ke air tidak banyak menimbulkan perubahan temperatur. Kapasitas
panas yang besar ini menyebabkan efek stabilisasi badan air terhadap keadaan
udara sekitarnya. Hal ini sangat penting untuk melindungi kehidupan aquatik yang
sangat sensitif terhadap gejolak suhu.
Selain itu temperatur meningkatkan jumlah tekanan uap (VP). Pada
tekanan satu atmosfir, air mendidih 1000 Celcius. Karena tekanan uap di daerah tinggi lebih rendah dari satu atmosfir, maka air mendidih pada temperatur yang
air minum yang seringkali dianjurkan agar air dimasak terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi, padahal air dapat mendidih pada temperatur yang berbeda tergantung
pada ketinggian di atas permukaan laut.
2. Sifat kimiawi
Air yang bersih mempunyai pH = 7, dan oxigen terlarut (= DO) jenuh pada
9 mg/l. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut
di dalam air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni, didapat di dalam tubuh
semua organisme. Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada di dalam air
berjumlah sangat besar.
3. Sifat biologis
Kehidupan itu dikatakan berasal dari air (laut). Di dalam perairan selalu
didapat kehidupan, fauna dan flora. Benda hidup ini berpengaruh timbal balik
terhadap kualitas air. Di dalam suatu lingkuingan air, terdapat berbagai benda
hidup yang khas bagi lingkungan tersebut. Benda hidup di perairan karenanya
dibagi ke dalam organisme yang native dan yang tidak native bagi
lingkungan tersebut. Organisme native dalam badan air biasanya merupakan
organisme yang tidak patogen terhadap manusia. Organisme yang tidak native
dapat berasalkan air limbah, air hujan, debu dan lain-lain pengotoran. Organisme
ini dapat hidup di perairan yang mengandung zat hara/makanan baginya.
Sebagaimana halnya semua organisme, setiap jenis organisme di dalam perairan
Setiap perubahan kualitas air akan mengubah ekosistem yang ada. Oleh
karenanya penelitian pencemaran dengan parameter biologis biasanya dilakukan
dengan melakukan identifikasi spesies yang ada dan melihat apakah ada
perubahan terhadap spesies-spesies yang native dan apakah ada spesies yang tidak
native bagi lingkungan tersebut. Selain itu seringkali dinilai pula diversitas
spesies-spesie yang didapat. Pada hakekatnya, diversitas adalah perbandingan
antara jumlah spesies dengan jumlah individu sebagai berikut :
Jumlah spesies Diversitas =
Jumlah individu (organisme)
Diversitas ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti temperatur,
pH, deras aliran, musim dan lain-lainnya. Oleh karena itu pula, didapat berbagai
populasi di dalam berbagai lingkungan perairan. Misalnya, kedalaman air yang
menyebabkan terjadinya stratifikasi temperatur air, oxigen terlarut, zat organik,
dan lain sebagainya, akan menentukan jenis spesies yang didapat dalam berbagai
strata air. Jadi, di samping native tidaknya spesies yang didapat di
suatu perairan, diversitas merupakan ukuran yang penting dalam menilai kualitas
air/meneliti dampak berbagai kegiatan terhadap lingkungan air.
2.4 Peranan Air Bagi Tubuh
Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50-70% dari seluruh berat
badan. Air terdapat di seluruh badan; ditulang terdapat air sebanyak 22% berat
tulang, di darah dan ginjal sebanyak 83%. Pentingnya air bagi kesehatan
dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, seperti 80% dari darah
hati, dan 75% dari otot adalah air. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan
dapat mengakibatkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum minimum
1,5 – 2 liter air sehari. Kekurangan air ini menyebabkan banyaknya didapat
penyakit batu ginjal dan kandung kemih di daerah tropis seperti
Indonesia, karena terjadinya kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan
tubuh.
Air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh.
Sebagai contoh, oxigen perlu dilarutkan dahulu, sebelum dapat memasuki
pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar alveoli. Demikian pula halnya
dengan segala zat makanan yang hanya dapat diserap apabila dapat larut di dalam
cairan yang meliputi selaput lendir usus. Segala reaksi biokimia di dalam tubuh
manusia/hewan terlaksana di dalam lingkungan air. Air sebagai bahan pelarut,
membawa segala jenis makanan ke seluruh tubuh dan mengambil kembali segala
buangan untuk dikeluarkan dari tubuh. Air juga ikut serta mempertahankan suhu
badan, karena dengan penguapannya suhu dapat menurun. Air juga dipakai untuk
membersihkan permukaan mata serta melicinkannya, sehingga gerak kelopak
mata menjadi lancar. Ringkasnya, dalam segala fungsi kehidupan seperti bereaksi
terhadap segala stimulus, tumbuh, bermetabolisme, bereproduksi, air selalu
memegang peranan penting.
2.5 Pemanfaatan Air
sangat sedikit. Misalnya saja, orang hanya minum 2 liter/or/hari, demikian pula
jumlah air yang dikonsumsi hewan atau tumbuhan, hanya sedikit saja. Sebagian
besar hanya digunakan sebagai media. Misalnya, penyediaan air bersih ini
sebagian besar akan kembali ke alam sebagai air bekas cucian, bekas
membersihkan rumah, bekas menggelontor kotoran, bekas mandi, dan
lain-lainnya.
2.6 Standar Air Minum
Menurut berbagai pihak yang berwenang, masih banyak penyediaan air
minum yang tidak dapat memenuhi standar tersebut, baik karena keterbatasan
pengetahuan, teknologi, sosial, ekonomi, ataupun budaya. Dengan sendirinya,
dapat diharapkan bahwa penyakit bawaan air di Indonesia masih terdapat banyak
dan tergolong salah satu dari 10 penyakit utama. Penyakit bawaan air ini tidak
saja disebabkan oleh air minum yang tidak memenuhi standar, tetapi dipengaruhi
pula oleh berbagai faktor sebagai berikut :
1. Air buangan yang lebih berbahaya, tetapi tidak dikelola, sehingga meskipun
air minum memenuhi standar, tetapi penyakit bawaan air masih akan tetap
banyak.
2. Air minum yang bersih seringkali perlu ditampung dirumah ataupun diangkut
dari keran umum ke rumah. Maka apabila wadah air ini tidak bersih atau
mudah terkontaminasi, maka air yang telah aman atau sehat akan menjadi
2.7 Kualitas Air Minum
Air minum yang ideal yang seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman
patogen dan segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak
mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima
secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak
korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada
hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit
bawaan air (water-borne diseases).
Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu
peraturan yang memberi petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang
sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minum agar tujuan PAB dapat tercapai.
Standar sedemikian akan berlainan dari negara ke negara, tergantung pada
keadaan sosio-kultural termasuk kemajuan teknologi suatu negara. Negara dengan
keadaan ekonomi lebih rendah dan teknologi juga rendah, maka biasanya
kesehatannyapun rendah. Di negara sedemikian biasanya standar air
minumpun tidak ketat, karena kemampuan mengolah air (teknologi) masih belum
canggih dan masyarakat belum mampu membeli air yang harus diolah secara
canggih yang tentunya juga mahal. Standar di setiap negara memang harus layak
bagi keadaan sosial-ekonomi-budaya setempat. Untuk negara berkembang seperti
di Indonesia, perlu didapatkan cara-cara pengolahan ataupun pengelolaan air yang
terjangkau oleh masyarakat. Hal ini penting, karena syarat air minum ini
merupakan salah satu syarat dasar untuk dapat menarik wisatawan dari manca
negara. Akan tetapi, dari manapun asalnya, suatu standar, parameternya selalu
dibagi ke dalam beberapa bagian antara lain sebagai berikut :
1. Parameter fisis
2. Parameter kimiawi
3. Parameter biologis
4. Parameter radiologis
Daftar kadar maksimum yang diperbolehkan dalam air minum menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal 3
September 1990 tentang syarat-syarat air minum, dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini :
Tabel 2.7.1. Syarat-syarat air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal 3 September 1990.
No Parameter Satuan Kadar maksimum yang
Jumlah zat padat
2.
No Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan
Nitrat, sebagai N
Nitrit, sebagai N
Perak khusus air hujan, pH minimum 5,5
23.
b. Kimia Organik
Detergen
Sumber : Wardhana, 2001
2.8 Khromium
Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Cr didapatkan pada
industri gelas, metal, fotografi, dan elektroplating.
Logam Cr murni tidak pernah ditemukan di alam. Logam ini di alam
ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur
lain. Sebagai bahan mineral, Cr paling banyak ditemukan dalam bentuk
“Chromite” (FeOCr2O3).
2.9 Keracunan Cr
Sebagai logam berat, Cr termasuk logam yang mempunyai daya racun
tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh logam Cr ditentukan oleh valensi ion-nya.
Ion Cr6+ merupakan bentuk logam Cr yang paling banyak dipelajari sifat
dibawa oleh logam ini juga dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan
keracunan kronis.
2.10 Metabolisme Cr Dalam Tubuh
Studi atau penelitian tentang metabolisme tubuh terhadap Cr pernah
dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan Na2CrO4 (natriumkhromat-Cr6+) dan
K2Cr2O7 (Kaliumdikhromat-Cr6+) serta CrCl3 (Khromiumkhlorida-Cr3+) terhadap
marmut. Pada penelitian tersebut, larutan-larutan Cr diinjeksikan ke dalam batang
tenggorokan marmut sebanyak 200 µg. Melalui studi atau penelitian tersebut
diketahui bahwa senyawa-senyawa Cr6+ dapat dihilangkan dengan cepat dari
paru-paru. Pengamatan yang dilaksanakan 15 menit setelah waktu injeksi dilakukan
diketahui distribusi Cr dalam organ-organ tubuh sebagai berikut :
- 15% terakumulasi dalam paru-paru
- 20% terdapat dalam darah
- 5% terakumulasi dalam hati, ginjal dan limpa
Setelah 24 jam masa injeksi dilakukan, 13% dari dosis yang masuk
dibuang lewat urine, 11% tertinggal di paru-paru, 8% dalam darah, 1% dalam
plasma darah dan 3-4% tertinggal dalam hati dan ginjal. Setelah selang waktu 90
hari sejak diinjeksikan ke dalam tubuh, sebagian kecil dari Cr masih akan
ditemukan dalam otot, kelenjar adrenalin dan kulit, tetapi tidak ditemukan pada
tulang. Selang waktu 140 hari sejak injeksi dilakukan, semua Cr yang berasal dari
Untuk senyawa CrCl3 yang mewakili ion Cr3+, proses metabolismenya
dalam tubuh akan berbeda dengan proses metabolisme ion Cr6+. Ion Cr3+ setelah 15 menit sejak diinjeksikan ke dalam tubuh, 69% masih akan tertinggal di
paru-paru, dan hanya 45% dari jumlah yang masuk ditemukan dalam darah dan
jaringan-jaringan tubuh lainnya yang turut dianalisis. Selang waktu 24 jam sejak
injeksi dilakukan, jumlah Cr dalam paru-paru tinggal 45%, dimana 6% akan
dibuang dari tubuh lewat urine dan sangat sedikit yang dapat ditemukan dalam
jaringan-jaringan lain. Limpa menjadi jaringan yang paling banyak tertumpuk
oleh ion Cr3+ setelah selang waktu 48 jam sejak injeksi dilakukan. Setelah mencapai waktu 30 hari sejak injeksi dilakukan, masih ditemukan 30% Cr dalam
paru-paru, dan masih tersisa 12% dalam paru-paru setelah selang waktu 60 hari.
(Sumber : A.M. Baetjer, Arch. Ind. Health, 20, 136, 1959).
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan perbedaan proses
metabolisme tubuh terhadap ion Cr6+ dan ion Cr3+. Perbedaan ini semakin terlihat jelas dengan berbedanya jenis atau spesies yang kemasukan logam ini.
Berdasarkan pada data-data tentang metabolisme yang dikumpulkan, dapat
dipastikan bahwa tingkat atau jumlah kandungan Cr dalam urine ataupun dalam
darah tidak dapat dijadikan sebagai indikator biologis untuk tingkatan
keterpaparan oleh Cr maupun jumlah Cr yang masuk di seluruh tubuh.
2.11 Mekanisme Cr Dalam Tubuh
Logam atau persenyawaan Cr yang masuk ke dalam tubuh akan ikut dalam
proses fisiologis atau metabolisme tubuh. Logam atau persenyawaan Cr akan
berinteraksi dengan bermacam-macam unsur biologis yang terdapat dalam tubuh.
menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi tertentu yang bekerja dalam proses
metabolisme tubuh.
Senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul rendah, seperti yang
terdapat dalam sel darah rendah, dapat melarutkan Cr dan seterusnya ikut terbawa
ke seluruh tubuh bersama peredaran darah. Senyawa-senyawa ligan penting yang
terdapat dalam tubuh juga dapat mengubah Cr menjadi bentuk yang mudah
terdifusi sehingga dapat masuk ke dalam jaringan. Di antara ligan-ligan tersebut
BAB III
METODOLOGI
3.1 Peralatan dan Bahan 3.1.1 Peralatan
- Colorimeter Dr / 890
- Kuvet
- Pipet volume 10 ml
- Beaker glass
- Botol semprot
3.1.2 Bahan
- Chroma Ver 3 reagent powder pillow
- Sampel air
- Aquades
3.2 Langkah-langkah Pengujian atau Cara Pengujian : 1. Pastikan analis memakai sarung tangan dan masker
2. Tekan PRGM dan 13 untuk analisa kromium
3. Tekan Enter, layar akan menunjukkan mg/l Cr6+
4. Isi botol sampel pertama (sebagai blanko) dan kedua (sebagai sampel)
dengan 10 ml sampel air.
5. Tambahkan 1 bungkus chroma Ver 3 ke dalam botol kedua, aduk hingga
6. Tekan Timer dan Enter, tunggu selama 5 menit.
7. Setelah waktunya tercapai letakkan blanko pada dudukan kuvet dan tutup.
8. Tekan zero kemudian layar akan menunjukkan 0,00 mg/l Cr6+. 9. Letakkan kuvet kedua (sampel) pada dudukan kuvet dan tutup.
10.Tekan Read, catat hasil analisa khromium yang ditunjukan layar.
11.Tampung sisa sampel yang telah tercemar bahan kimia dan sisa kemasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pemeriksaan sampel air reservoir, air logam, air baku yang
dilaksanakan di laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan pada
tanggal 25 Februari 2010. Dapat dilihat sebagai berikut :
No Jenis Sampel Hasil Kadar Maksimum
1
2
3
4
Air reservoir I
Air reservoir II
Air baku
Dari sekian banyak manfaat air, jumlah air yang betul-betul dikonsumsi
hanya merupakan sebagian kecil saja, yakni yang tergolong penyediaan air
minum/bersih.
Air minum yang bersih seringkali perlu ditampung dirumah ataupun
diangkut dari keran umum kerumah. Maka apabila wadah air ini tidak bersih atau
mudah terkontaminasi, maka air yang telah aman atau sehat akan menjadi
berbahaya kembali.
Untuk penyediaan air bersih, selain kualitas dan kuantitasnya juga harus
Sampel yang mengandung khromium, jika ditambahkan dengan Chroma
Ver 3 reagent powder pillow tidak terjadi perubahan warna. Persyaratan kromium
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI sebesar 0,05 mg/l.
Khromium sendiri sebetulnya tidak toxic, tetapi senyawanya sangat iritan
dan korosif, menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit dan selaput lendir. Inhalasi
Cr dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, Cr ini
dapat menimbulkan kanker (Juli Soemirat, 1994).
Dari hasil pemeriksaan pada sampel air baku didapatkan hasil yakni
0,03 mg/l. Kadar maksimum yang diperbolehkan pada air baku adalah 0,05 mg/l.
Hasil yang diperoleh pada air reservoir memenuhi syarat kadar (Cr) untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
- Dari hasil yang diperoleh pada pemeriksaan air reservoir PDAM (Perusahaan
Daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Sunggal memenuhi persyaratan
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kadar maksimum khromium yang
diijinkan adalah 0,05 mg/l.
- Dari pemeriksaan kadar khromium pada air reservoir dari sungai Belawan
tanggal 25 Februari 2010 didapatkan hasil yaitu :
Air Reservoir I = 0,04 mg/l
Air Reservoir II = 0,03 mg/l
Air Baku = 0,04 mg/l
Air Lagoon = 0,03 mg/l
5.2. Saran
- Kepada pihak PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal diharapkan untuk selalu
meningkatkan pelayanan terhadap konsumen atau pelanggan.
- Dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas air minum yang akan
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 416/MENKES/PER/IX/1990, Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Lamb, James C. Water Quality and Its Control. N.Y : John Wiley & Sons, 1985.
B.G. Oliver, Environ. Sei. Tech. 7, 135, 1973.
Soemirat, J. dkk. Kesehatan Lingkungan, Bandung, 1994.
J.E. Wahlberg, Arch. Environ. Health, II, 201, 1965.
Palar, Heryando. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, 2008, Jakarta.
A.M. Baetjer, Arch. Ind. Health, 20, 136, 1959.
Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Jakarta, 2001.