• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Khromium (Cr) Air Reservoir Secara Colorimetri Di Laboratorium PDAM (Perusahaan daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Khromium (Cr) Air Reservoir Secara Colorimetri Di Laboratorium PDAM (Perusahaan daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR KHROMIUM (Cr) AIR RESERVOIR

SECARA COLORIMETRI DI LABORATORIUM

PDAM TIRTANADI INSTALASI SUNGGAL

TUGAS AKHIR

Oleh :

MEUTIA ULFAH 072410038

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN

MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR KHROMIUM (Cr) AIR RESERVOIR SECARA COLORIMETRI DI LABORATORIUM PDAM TIRTANADI

INSTALASI SUNGGAL

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh :

MEUTIA ULFAH 072410038

Medan, Mei 2010 Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing,

Dra. Saleha Salbi, M.Si, Apt. NIP 194909061980032001

Disahkan Oleh : Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah wasyukurillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang

Maha Agung yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Penetapan

Kadar Khromium (Cr) Air Reservoir Secara Colorimetri Di Laboratorium PDAM

(Perusahaan daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan” sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada program Diploma III Analis

Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini ternyata tidaklah semudah yang

dibayangkan. Namun berkat dorongan, semangat dan dukungan dari berbagai

pihak merupakan kekuatan yang sangat besar hingga terselesaikan Tugas Akhir

ini. Khususnya, dorongan dari kedua orang tua penulis baik moril maupun materil

serta do’a. Mereka adalah ayahanda H. Zainal Arifin Hasan dan ibunda Hj. Ummi

Kalsum. Dan kedua saudara laki-laki penulis Zulliza Adha S. Ked. Dan Fadhil

Mudasyah yang merupakan inspirator dan pemacu semangat penulis agar terus

menggapai cita-cita yang diharapkan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

(4)

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Koordinator Program

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara Medan.

4. Ibu Dra. Saleha Salbi, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan nasehat dan bimbingan hingga

selesainya tugas akhir ini.

5. Seluruh Dosen / Staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Medan.

6. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal

yang telah membimbing penulis saat PKL di PDAM Tirtanadi Instalasi

Sunggal.

7. Teman-teman sependeritaan Milva, Vanny, Nia, an Adiz teruskan perjuangan

kalian.

8. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih sangat jauh dari sempurna

sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun, oleh

karena itu penulis sangat membuka luas bagi yang ingin menyumbangkan

(5)

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat

bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.

Medan, Mei 2010

Penulis,

Meutia Ulfah

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ………... iii

BAB I PENDAHULUAN ………..1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ………. 2

1.2.1 Tujuan ……… 2

1.2.2 Manfaat ……….. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 3

2.1 Air ……… 3

2.2 Sumber-sumber Air ………. 3

2.3 Sifat-sifat Air……….5

2.4. Peranan Air Bagi Tubuh..………. 8

2.5. Pemanfaatan Air ……….. 9

2.6. Standar Air Minum ………. 13

2.7. Kualitas Air Minum……… 16

2.8. Khromium……….……….. 18

2.9. Keracunan Cr……….. 15

2.10 Metabolisme Cr Dalam Tubuh ……….. 15

2.11 Mekanisme Cr Dalam Tubuh ………. 15

BAB III METODOLOGI ………... 18

(7)

3.1.1 Peralatan ………. 18

3.1.2 Bahan ……….. 18

3.2 Langkah-langkah Pengujian atau Cara Pengujian ……….. 18

3.3 Hasil………. 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 20

4.1 Hasil ……… 20

4.2 Pembahasan ……… 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 22

5.1 Kesimpulan ………. 22

5.2 Saran ……… 22

DAFTAR PUSTAKA ………. 23

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup. Bila manusia, hewan,

dan tumbuhan kekurangan air, maka akan mati. Permasalahan saat ini adalah

kualitas air terutama untuk kebutuhan (mandi, mencuci, minum, dan sebagainya)

di kota-kota besar di Indonesia masih memprihatinkan.

Salah satu mineral yang terdapat dalam air adalah kandungan Cr, kromium

sendiri sebetulnya tidak toxik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif.

Apabila kadar Cr tersebut terdapat dalam jumlah yang besar, maka akan

menimbulkan efek toksik.

Sebagian besar keperluan air di Indonesia berasal dari sumber air tanah,

sungai dan air yang diolah di PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Air minum

yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air

itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan

distribusinya. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman patogen,

segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Air minum harus

memenuhi persyaratan yang dijadikan standard kualitas air minum. Salah satu

parameter yang dijadikan persyaratan adalah kromium (Cr). Dalam Tugas Akhir

ini akan dilakukan penetapan kadar kromium (Cr) dalam air reservoir secara

(9)

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Untuk mengetahui kadar kromium (Cr) yang terkandung dalam sampel air

baku secara kolorimetri di Laboratorium PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum)

Tirtanadi Instalasi Sungga l.

1.2.2 Manfaat

Agar masyarakat Indonesia dapat mengetahui informasi mengenai kadar

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan juga manusia selama

hidupnya selalu memerlukan air. Walaupun air merupakan sumber daya alam

yang dapat diperbarui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh

aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang

bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar (Darmono, 2001).

Air reservoir adalah air yang telah melalui filter dan sudah dapat dipakai

untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteri dan ditampung

pada bak reservoir untuk diteruskan kepada konsumen.

2.2 Sumber-sumber Air

1) Air permukaan yang merupakan air sungai dan danau, 2) Air tanah yang

tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam, 3)

Air angkasa, yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju. Kualitas

berbagai sumber air tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi alam serta

aktivitas manusia yang ada disekitarnya.

Air tanah dangkal dan air permukaan dapat berkualitas baik andaikata

tanah sekitarnya tidak tercemar, oleh karenanya air permukaan dan air tanah

dangkal sangat bervariasi kualitasnya. Banyak zat yang terlarut ataupun

tersuspensi di dalamnya selama perjalanannya menuju ke laut. Namun selama

(11)

violet dari matahari, aliran, serta kemungkinan-kemungkinan terjadinya

reaksi-reaksi antar zat kimia yang terlarut dan terjadinya pengendapan-pengendapan. Air

permukaan yang tertampung di danau-danau atau reservoir buatan manusia dapat

ditumbuhi berbagai macam algae, tumbuhan air seperti enceng gondok, dan

berbagai ikan, terutama apabila air tersebut mengandung banyak nutrien bagi

pertumbuhannya. Air permukaan dapat mengandung banyak zat organik yang

mudah terurai yang merupakan makanan bagi bakteri. Kesemuanya ini sangat

mempengaruhi kualitas air tersebut. Kualitas air di dalam danau juga

terpengaruh oleh cuaca, dan tergantung kedalamannya, air tersebut dapat

terstratifikasi temperaturnya, sehingga spesies-spesies kimia yang ada dalam

setiap lapis akan berubah. Stratifikasi dapat hilang karena perubahan cuaca yang

drastis, dan dengan sendirinya terjadi perubahan kualitas air tersebut.

Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi

mikrobiologis, karena sewaktu proses pengaliran ia mengalami penyaringan

alamiah dan dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di

dalamnya. Namun demikian, kadar kimia air tanah dalam ataupun yang artetis

tergantung sekali dari formasi litosfir yang dilaluinya. Pada proses ini

mineral-mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air

tersebut.

2.3 Sifat-sifat Air

(12)

Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis, kimiawi, dan

biologis.

1. Sifat fisis

Air di dunia ini didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni bentuk padat

sebagai es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana

yang akan didapatkan tergantung keadaan cuaca yang ada setempat.

Kepadatan (density) air, seperti halnya wujud, juga tergantung dari

temperatur, dan tekanan barometris (P). Pada umumnya, densitas meningkat

dengan menurunnya temperatur, sampai tercatat maksimum pada 40 Celcius. Apabila temperatur turun lagi, maka densitas akan turun pula.

Sekalipun demikian, temperatur air tidak mudah berubah. Hal ini tampak

pada specific heat air, yakni angka yang menunjukkan jumlah kalori yang

diperlukan untuk menaikkan suhu satu gram air satu derajat Celcius. Specific heat

bagi air adalah 1/gram/0C, suatu angka yang sangat tinggi dibandingkan dengan specific heat lain-lain elemen di alam. Dengan demikian, transfer

panas dari dan ke air tidak banyak menimbulkan perubahan temperatur. Kapasitas

panas yang besar ini menyebabkan efek stabilisasi badan air terhadap keadaan

udara sekitarnya. Hal ini sangat penting untuk melindungi kehidupan aquatik yang

sangat sensitif terhadap gejolak suhu.

Selain itu temperatur meningkatkan jumlah tekanan uap (VP). Pada

tekanan satu atmosfir, air mendidih 1000 Celcius. Karena tekanan uap di daerah tinggi lebih rendah dari satu atmosfir, maka air mendidih pada temperatur yang

(13)

air minum yang seringkali dianjurkan agar air dimasak terlebih dahulu sebelum

dikonsumsi, padahal air dapat mendidih pada temperatur yang berbeda tergantung

pada ketinggian di atas permukaan laut.

2. Sifat kimiawi

Air yang bersih mempunyai pH = 7, dan oxigen terlarut (= DO) jenuh pada

9 mg/l. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut

di dalam air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni, didapat di dalam tubuh

semua organisme. Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada di dalam air

berjumlah sangat besar.

3. Sifat biologis

Kehidupan itu dikatakan berasal dari air (laut). Di dalam perairan selalu

didapat kehidupan, fauna dan flora. Benda hidup ini berpengaruh timbal balik

terhadap kualitas air. Di dalam suatu lingkuingan air, terdapat berbagai benda

hidup yang khas bagi lingkungan tersebut. Benda hidup di perairan karenanya

dibagi ke dalam organisme yang native dan yang tidak native bagi

lingkungan tersebut. Organisme native dalam badan air biasanya merupakan

organisme yang tidak patogen terhadap manusia. Organisme yang tidak native

dapat berasalkan air limbah, air hujan, debu dan lain-lain pengotoran. Organisme

ini dapat hidup di perairan yang mengandung zat hara/makanan baginya.

Sebagaimana halnya semua organisme, setiap jenis organisme di dalam perairan

(14)

Setiap perubahan kualitas air akan mengubah ekosistem yang ada. Oleh

karenanya penelitian pencemaran dengan parameter biologis biasanya dilakukan

dengan melakukan identifikasi spesies yang ada dan melihat apakah ada

perubahan terhadap spesies-spesies yang native dan apakah ada spesies yang tidak

native bagi lingkungan tersebut. Selain itu seringkali dinilai pula diversitas

spesies-spesie yang didapat. Pada hakekatnya, diversitas adalah perbandingan

antara jumlah spesies dengan jumlah individu sebagai berikut :

Jumlah spesies Diversitas =

Jumlah individu (organisme)

Diversitas ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti temperatur,

pH, deras aliran, musim dan lain-lainnya. Oleh karena itu pula, didapat berbagai

populasi di dalam berbagai lingkungan perairan. Misalnya, kedalaman air yang

menyebabkan terjadinya stratifikasi temperatur air, oxigen terlarut, zat organik,

dan lain sebagainya, akan menentukan jenis spesies yang didapat dalam berbagai

strata air. Jadi, di samping native tidaknya spesies yang didapat di

suatu perairan, diversitas merupakan ukuran yang penting dalam menilai kualitas

air/meneliti dampak berbagai kegiatan terhadap lingkungan air.

2.4 Peranan Air Bagi Tubuh

Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50-70% dari seluruh berat

badan. Air terdapat di seluruh badan; ditulang terdapat air sebanyak 22% berat

tulang, di darah dan ginjal sebanyak 83%. Pentingnya air bagi kesehatan

dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, seperti 80% dari darah

(15)

hati, dan 75% dari otot adalah air. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan

dapat mengakibatkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum minimum

1,5 – 2 liter air sehari. Kekurangan air ini menyebabkan banyaknya didapat

penyakit batu ginjal dan kandung kemih di daerah tropis seperti

Indonesia, karena terjadinya kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan

tubuh.

Air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh.

Sebagai contoh, oxigen perlu dilarutkan dahulu, sebelum dapat memasuki

pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar alveoli. Demikian pula halnya

dengan segala zat makanan yang hanya dapat diserap apabila dapat larut di dalam

cairan yang meliputi selaput lendir usus. Segala reaksi biokimia di dalam tubuh

manusia/hewan terlaksana di dalam lingkungan air. Air sebagai bahan pelarut,

membawa segala jenis makanan ke seluruh tubuh dan mengambil kembali segala

buangan untuk dikeluarkan dari tubuh. Air juga ikut serta mempertahankan suhu

badan, karena dengan penguapannya suhu dapat menurun. Air juga dipakai untuk

membersihkan permukaan mata serta melicinkannya, sehingga gerak kelopak

mata menjadi lancar. Ringkasnya, dalam segala fungsi kehidupan seperti bereaksi

terhadap segala stimulus, tumbuh, bermetabolisme, bereproduksi, air selalu

memegang peranan penting.

2.5 Pemanfaatan Air

(16)

sangat sedikit. Misalnya saja, orang hanya minum 2 liter/or/hari, demikian pula

jumlah air yang dikonsumsi hewan atau tumbuhan, hanya sedikit saja. Sebagian

besar hanya digunakan sebagai media. Misalnya, penyediaan air bersih ini

sebagian besar akan kembali ke alam sebagai air bekas cucian, bekas

membersihkan rumah, bekas menggelontor kotoran, bekas mandi, dan

lain-lainnya.

2.6 Standar Air Minum

Menurut berbagai pihak yang berwenang, masih banyak penyediaan air

minum yang tidak dapat memenuhi standar tersebut, baik karena keterbatasan

pengetahuan, teknologi, sosial, ekonomi, ataupun budaya. Dengan sendirinya,

dapat diharapkan bahwa penyakit bawaan air di Indonesia masih terdapat banyak

dan tergolong salah satu dari 10 penyakit utama. Penyakit bawaan air ini tidak

saja disebabkan oleh air minum yang tidak memenuhi standar, tetapi dipengaruhi

pula oleh berbagai faktor sebagai berikut :

1. Air buangan yang lebih berbahaya, tetapi tidak dikelola, sehingga meskipun

air minum memenuhi standar, tetapi penyakit bawaan air masih akan tetap

banyak.

2. Air minum yang bersih seringkali perlu ditampung dirumah ataupun diangkut

dari keran umum ke rumah. Maka apabila wadah air ini tidak bersih atau

mudah terkontaminasi, maka air yang telah aman atau sehat akan menjadi

(17)

2.7 Kualitas Air Minum

Air minum yang ideal yang seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak

berasa, dan tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman

patogen dan segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak

mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima

secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak

korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada

hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit

bawaan air (water-borne diseases).

Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu

peraturan yang memberi petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang

sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minum agar tujuan PAB dapat tercapai.

Standar sedemikian akan berlainan dari negara ke negara, tergantung pada

keadaan sosio-kultural termasuk kemajuan teknologi suatu negara. Negara dengan

keadaan ekonomi lebih rendah dan teknologi juga rendah, maka biasanya

kesehatannyapun rendah. Di negara sedemikian biasanya standar air

minumpun tidak ketat, karena kemampuan mengolah air (teknologi) masih belum

canggih dan masyarakat belum mampu membeli air yang harus diolah secara

canggih yang tentunya juga mahal. Standar di setiap negara memang harus layak

bagi keadaan sosial-ekonomi-budaya setempat. Untuk negara berkembang seperti

di Indonesia, perlu didapatkan cara-cara pengolahan ataupun pengelolaan air yang

(18)

terjangkau oleh masyarakat. Hal ini penting, karena syarat air minum ini

merupakan salah satu syarat dasar untuk dapat menarik wisatawan dari manca

negara. Akan tetapi, dari manapun asalnya, suatu standar, parameternya selalu

dibagi ke dalam beberapa bagian antara lain sebagai berikut :

1. Parameter fisis

2. Parameter kimiawi

3. Parameter biologis

4. Parameter radiologis

Daftar kadar maksimum yang diperbolehkan dalam air minum menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal 3

September 1990 tentang syarat-syarat air minum, dapat dilihat dalam tabel

dibawah ini :

Tabel 2.7.1. Syarat-syarat air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 Tanggal 3 September 1990.

No Parameter Satuan Kadar maksimum yang

Jumlah zat padat

(19)

2.

No Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan

Nitrat, sebagai N

Nitrit, sebagai N

Perak khusus air hujan, pH minimum 5,5

(20)

23.

b. Kimia Organik

Detergen

Sumber : Wardhana, 2001

2.8 Khromium

Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Cr didapatkan pada

industri gelas, metal, fotografi, dan elektroplating.

Logam Cr murni tidak pernah ditemukan di alam. Logam ini di alam

ditemukan dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur

lain. Sebagai bahan mineral, Cr paling banyak ditemukan dalam bentuk

“Chromite” (FeOCr2O3).

2.9 Keracunan Cr

Sebagai logam berat, Cr termasuk logam yang mempunyai daya racun

tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh logam Cr ditentukan oleh valensi ion-nya.

Ion Cr6+ merupakan bentuk logam Cr yang paling banyak dipelajari sifat

(21)

dibawa oleh logam ini juga dapat mengakibatkan terjadinya keracunan akut dan

keracunan kronis.

2.10 Metabolisme Cr Dalam Tubuh

Studi atau penelitian tentang metabolisme tubuh terhadap Cr pernah

dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan Na2CrO4 (natriumkhromat-Cr6+) dan

K2Cr2O7 (Kaliumdikhromat-Cr6+) serta CrCl3 (Khromiumkhlorida-Cr3+) terhadap

marmut. Pada penelitian tersebut, larutan-larutan Cr diinjeksikan ke dalam batang

tenggorokan marmut sebanyak 200 µg. Melalui studi atau penelitian tersebut

diketahui bahwa senyawa-senyawa Cr6+ dapat dihilangkan dengan cepat dari

paru-paru. Pengamatan yang dilaksanakan 15 menit setelah waktu injeksi dilakukan

diketahui distribusi Cr dalam organ-organ tubuh sebagai berikut :

- 15% terakumulasi dalam paru-paru

- 20% terdapat dalam darah

- 5% terakumulasi dalam hati, ginjal dan limpa

Setelah 24 jam masa injeksi dilakukan, 13% dari dosis yang masuk

dibuang lewat urine, 11% tertinggal di paru-paru, 8% dalam darah, 1% dalam

plasma darah dan 3-4% tertinggal dalam hati dan ginjal. Setelah selang waktu 90

hari sejak diinjeksikan ke dalam tubuh, sebagian kecil dari Cr masih akan

ditemukan dalam otot, kelenjar adrenalin dan kulit, tetapi tidak ditemukan pada

tulang. Selang waktu 140 hari sejak injeksi dilakukan, semua Cr yang berasal dari

(22)

Untuk senyawa CrCl3 yang mewakili ion Cr3+, proses metabolismenya

dalam tubuh akan berbeda dengan proses metabolisme ion Cr6+. Ion Cr3+ setelah 15 menit sejak diinjeksikan ke dalam tubuh, 69% masih akan tertinggal di

paru-paru, dan hanya 45% dari jumlah yang masuk ditemukan dalam darah dan

jaringan-jaringan tubuh lainnya yang turut dianalisis. Selang waktu 24 jam sejak

injeksi dilakukan, jumlah Cr dalam paru-paru tinggal 45%, dimana 6% akan

dibuang dari tubuh lewat urine dan sangat sedikit yang dapat ditemukan dalam

jaringan-jaringan lain. Limpa menjadi jaringan yang paling banyak tertumpuk

oleh ion Cr3+ setelah selang waktu 48 jam sejak injeksi dilakukan. Setelah mencapai waktu 30 hari sejak injeksi dilakukan, masih ditemukan 30% Cr dalam

paru-paru, dan masih tersisa 12% dalam paru-paru setelah selang waktu 60 hari.

(Sumber : A.M. Baetjer, Arch. Ind. Health, 20, 136, 1959).

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan perbedaan proses

metabolisme tubuh terhadap ion Cr6+ dan ion Cr3+. Perbedaan ini semakin terlihat jelas dengan berbedanya jenis atau spesies yang kemasukan logam ini.

Berdasarkan pada data-data tentang metabolisme yang dikumpulkan, dapat

dipastikan bahwa tingkat atau jumlah kandungan Cr dalam urine ataupun dalam

darah tidak dapat dijadikan sebagai indikator biologis untuk tingkatan

keterpaparan oleh Cr maupun jumlah Cr yang masuk di seluruh tubuh.

2.11 Mekanisme Cr Dalam Tubuh

Logam atau persenyawaan Cr yang masuk ke dalam tubuh akan ikut dalam

proses fisiologis atau metabolisme tubuh. Logam atau persenyawaan Cr akan

berinteraksi dengan bermacam-macam unsur biologis yang terdapat dalam tubuh.

(23)

menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi tertentu yang bekerja dalam proses

metabolisme tubuh.

Senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul rendah, seperti yang

terdapat dalam sel darah rendah, dapat melarutkan Cr dan seterusnya ikut terbawa

ke seluruh tubuh bersama peredaran darah. Senyawa-senyawa ligan penting yang

terdapat dalam tubuh juga dapat mengubah Cr menjadi bentuk yang mudah

terdifusi sehingga dapat masuk ke dalam jaringan. Di antara ligan-ligan tersebut

(24)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Peralatan dan Bahan 3.1.1 Peralatan

- Colorimeter Dr / 890

- Kuvet

- Pipet volume 10 ml

- Beaker glass

- Botol semprot

3.1.2 Bahan

- Chroma Ver 3 reagent powder pillow

- Sampel air

- Aquades

3.2 Langkah-langkah Pengujian atau Cara Pengujian : 1. Pastikan analis memakai sarung tangan dan masker

2. Tekan PRGM dan 13 untuk analisa kromium

3. Tekan Enter, layar akan menunjukkan mg/l Cr6+

4. Isi botol sampel pertama (sebagai blanko) dan kedua (sebagai sampel)

dengan 10 ml sampel air.

5. Tambahkan 1 bungkus chroma Ver 3 ke dalam botol kedua, aduk hingga

(25)

6. Tekan Timer dan Enter, tunggu selama 5 menit.

7. Setelah waktunya tercapai letakkan blanko pada dudukan kuvet dan tutup.

8. Tekan zero kemudian layar akan menunjukkan 0,00 mg/l Cr6+. 9. Letakkan kuvet kedua (sampel) pada dudukan kuvet dan tutup.

10.Tekan Read, catat hasil analisa khromium yang ditunjukan layar.

11.Tampung sisa sampel yang telah tercemar bahan kimia dan sisa kemasan

(26)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pemeriksaan sampel air reservoir, air logam, air baku yang

dilaksanakan di laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal Medan pada

tanggal 25 Februari 2010. Dapat dilihat sebagai berikut :

No Jenis Sampel Hasil Kadar Maksimum

1

2

3

4

Air reservoir I

Air reservoir II

Air baku

Dari sekian banyak manfaat air, jumlah air yang betul-betul dikonsumsi

hanya merupakan sebagian kecil saja, yakni yang tergolong penyediaan air

minum/bersih.

Air minum yang bersih seringkali perlu ditampung dirumah ataupun

diangkut dari keran umum kerumah. Maka apabila wadah air ini tidak bersih atau

mudah terkontaminasi, maka air yang telah aman atau sehat akan menjadi

berbahaya kembali.

Untuk penyediaan air bersih, selain kualitas dan kuantitasnya juga harus

(27)

Sampel yang mengandung khromium, jika ditambahkan dengan Chroma

Ver 3 reagent powder pillow tidak terjadi perubahan warna. Persyaratan kromium

menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI sebesar 0,05 mg/l.

Khromium sendiri sebetulnya tidak toxic, tetapi senyawanya sangat iritan

dan korosif, menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit dan selaput lendir. Inhalasi

Cr dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, Cr ini

dapat menimbulkan kanker (Juli Soemirat, 1994).

Dari hasil pemeriksaan pada sampel air baku didapatkan hasil yakni

0,03 mg/l. Kadar maksimum yang diperbolehkan pada air baku adalah 0,05 mg/l.

Hasil yang diperoleh pada air reservoir memenuhi syarat kadar (Cr) untuk

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Dari hasil yang diperoleh pada pemeriksaan air reservoir PDAM (Perusahaan

Daerah Air Minum) Tirtanadi Instalasi Sunggal memenuhi persyaratan

menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kadar maksimum khromium yang

diijinkan adalah 0,05 mg/l.

- Dari pemeriksaan kadar khromium pada air reservoir dari sungai Belawan

tanggal 25 Februari 2010 didapatkan hasil yaitu :

Air Reservoir I = 0,04 mg/l

Air Reservoir II = 0,03 mg/l

Air Baku = 0,04 mg/l

Air Lagoon = 0,03 mg/l

5.2. Saran

- Kepada pihak PDAM Tirtanadi Instalasi Sunggal diharapkan untuk selalu

meningkatkan pelayanan terhadap konsumen atau pelanggan.

- Dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas air minum yang akan

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 416/MENKES/PER/IX/1990, Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.

Lamb, James C. Water Quality and Its Control. N.Y : John Wiley & Sons, 1985.

B.G. Oliver, Environ. Sei. Tech. 7, 135, 1973.

Soemirat, J. dkk. Kesehatan Lingkungan, Bandung, 1994.

J.E. Wahlberg, Arch. Environ. Health, II, 201, 1965.

Palar, Heryando. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, 2008, Jakarta.

A.M. Baetjer, Arch. Ind. Health, 20, 136, 1959.

Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Jakarta, 2001.

Gambar

Tabel 2.7.1. Syarat-syarat air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan arahan mahasiswa untuk mempresentasikan proses asesmen dengan teori yang ada di kuliah minggu depan2. Diskusi proses yang terjadi

Bagi yang membawa media dalam bentuk PowerPoint, panitia tidak memfasilitasi LCD projector untuk presentasi laporan pembekalan.. Waktu presentasi yang disediakan untuk setiap

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W2, 2013 XXIV International CIPA Symposium, 2 – 6 September 2013,

Rincian Perubahan Anggaran Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kode

Untuk grafik distribusi tekanan minyak pelumas arah aksial pada bantalan luncur yang menggunakan minyak pelumas oli Enduro SAE 20W/50 dan minyak pelumas oli Federal SAE 20W/50

pendidikan atau lamanya masa kerja atau pengalaman kerja.. Mariam Lubis : Pengendalian Intern Gaji Dan Upah Pada PT. Asuransi Indo Trisaka, 2010. pokok yang diterima oleh setiap

Dengan kegiatan membaca teks, siswa mampu mengolah informasi menjadi bentuk pertanyaan tentang manfaat bendungan dalam bahasa Indonesia lisan dan tulisan menggunakan kosakata

Untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan melalui penerapan media e-learning berbasis weblog dengan model pembelajaran kooperatif