• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Gambaran Umum Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat adalah perwakilan dari cabang

pelabuhan Malahayati di lingkungan PT Pelabuhan Indonesia I (Persero). Status Pelabuhan Jetty adalah pelabuhan yang diusahakan, terbuka untuk perdagangan dalam dan luar negeri dengan status tidak wajib pandu (pandu luar biasa).

Pelabuhan Jetty Meulaboh terletak di Pantai Barat Aceh pada posisi 04 - 07’ - 07” LU dan 96 - 08’ - 04” BT. Secara adminitratif pelabuhan ini berada di Kabupaten

Aceh Barat berjarak 241.5 km dari Banda Aceh Ibu Kota Provinsi Aceh. Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat memiliki batasan lokasi sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan samudera hindia

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Gampong Suak Indrapuri 3. Sebelah barat berbatasan dengan Gampong Suak Indrapuri

4. Sebelah timur berbatasan dengan Gampong Padang Seurahet

Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat merupakan pelabuhan umum baru menggantikan pelabuhan umum lama bernama Pelabuhan Ferry. Pelabuhan Jetty

Meulaboh dibangun pada tahun 2006 didonori oleh Pemerintah Singapura, Singapura Red Cross Society (SRCS) dan Temasek Holdings Pte,Ltd. Hal ini dikarenakan pelabuhan umum lama sebelumnya terjadi kerusakan berat pada saat terjadinya gempa dan tsunami pada 26 Desember 2014, sehingga kegiatan di pelabuhan umum lama (Ferry) Meulaboh mengalami kendala dengan fasilitasnya.

(2)

Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat memiliki kedalaman minimum 6 m Lws dan kedalaman maksimum 9 m Lws, fisik dermaga 95 m, Kap. Sandar 3.000 DWT, daya tampung 30 Ton/m, trestle 27.5 x 12 m, kemampuan 3 Ton Causeway

12 x 145 m, bolder 5 buah, mouring bouy 2 buah, dan luas gudang 575 m2 serta luas tanah area pelabuhan 3.513 m2.

Lintas sektor terkait atau stakeholder yang selama ini ada Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat yaitu institusi KP3 (Kesatuan Polisi Penjaga Pelabuhan), Dinav, (Distrik Navigasi), Imigrasi, Karantina, TKBM (Tenaga Kerja Bongkat

Muat), Perusahaan Perbaikan Kapal, Perusahaan Bunker, Tally Comp, Bank, PBM (Pekerja Bongkar Muat), Pelayaran, ADPEL (Admistrator Pelabuhan), KKP

(Kantor Kesehatan Pelabuhan) dan Bea Cukai.

Proses pelayaran kapal dan barang yang ada di Pelabuhan Jetty Meulaboh terkait dengan bongkar muat (TKBM) dilaksanakan oleh PT. TKBM Arong

Samudera Berjaya dan PT. Bahtera Adhi Guna. Secara keseluruhan ke dua perusahaan tersebut memiliki 115 orang pekerja yang dibagi menjadi 88 orang

bekerja sebagai tenaga bongkar muat pada PT. TKBM Arong Samudera Berjaya dan 27 orang bekerja sebagai tenaga kerja bongkar muat pada PT. Bahtera Adhi Guna, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Nama Perusahaaan Pelayaran Kapal dan Jumlah Tenaga Bongkar Buat Muat di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat N

o

Nama Perusahaan Frekuensi %

1 PT. TKBM Arong Samudera Berjaya 88 Orang 76.5

2 PT. Bahtera Adhi Guna 27 Orang 23.5

Jumlah 115 Orang 100.0

(3)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat diketahui tenaga bongkar muat lebih banyak bekerja pada PT TKBM Arong Samudera Berjaya dengan jumlah 88 orang (76.5 %) dibandingkan tenaga

bongkar muat yang bekerja pada PT. Bahtera Adhi Guna 27 orang (23.5 %).

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Data Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang peneliti lakukan mulai tanggal 17 sampai dengan 23 Mei 2016 di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat terhadap 53 responden penelitian diperoleh data karakteristik responden berdasarkan umur,

pendidikan dan lama bekerja sebagai berikut sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Distribusi Karekteristik Berdasarkan Umur Responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

No Umur Frekuensi %

1 32 - 34 Tahun 19 35.8

2 35 - 37 Tahun 15 28.3

3 38 - 40 Tahun 10 18.9

4 41 - 43 Tahun 6 11.3

5 44 - 46 Tahun 1 1.9

6 47 - 49 Tahun 2 3.8

Total 53 100.0

Data Sekunder (Diolah Tahun 2016)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat berdasarkan usianya maka responden dengan usia

32-34 tahun berjumlah 19 orang (35.8 %), usia 35-37 tahun berjumlah 15 orang (28.3 %), usia 38-40 tahun berjumlah 10 orang (18,9 %), usia 41-43 tahun berjumlah 6

(4)

Tabel 4.3 Data Distribusi Karekteristik Berdasarkan Pendidikan Responden

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 53 responden di Pelabuhan

Jetty Meulaboh Aceh Barat berdasarkan pendidikannya maka responden dengan pendidikan SD berjumlah 9 orang (17.0 %), pendidikan SMP 14 orang (26.4 %),

pendidikan SMA berjumlah 23 orang (43.4 %) dan pendidikan SMK berjumlah 7 orang (13.2 %).

Tabel 4.4 Data Distribusi Karekteristik Berdasarkan Lama Kerja Responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari 53 responden di Pelabuhan

Jetty Meulaboh Aceh Barat berdasarkan lama kerja responden, maka responden yang telah bekerja selama 8 tahun berjumlah 19 orang (35.8 %), responden yang

(5)

4.2.2. Data Univariat

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang peneliti lakukan mulai tanggal 17 sampai dengan 23 Mei 2016 di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat terhadap

53 responden penelitian diperoleh data distribusi pengetahuan, sikap, pelatihan, ketersediaan APD, pengawasan dan penggunaan APD sebagai berikut:

Tabel 4.5 Data Distribusi Pengetahuan Responden yang Berhubungan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh

Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 53 responden di Pelabuhan Jetty

Meulaboh Aceh Barat bahwa responden yang dinyatakan memiliki pengetahuan baik sebanyak 22 responden (41.5 %) dan responden yang dinyatakan memiliki pengetahuan kurang sebanyak 31 responden (58.5 %).

Tabel 4.6 Data Distribusi Sikap Responden yang Berhubungan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

No Sikap Frekuensi %

1 Positif 20 37.7

2 Negatif 33 62.3

53 100.0

Data Primer (Diolah Tahun 2016)

Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa responden yang dinyatakan memiliki sikap positif

(6)

Tabel 4.7 Data Distribusi Pelatihan Responden yang Berhubungan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

No Pelatihan Frekuensi %

1 Pernah 21 39.6

2 Tidak Pernah 32 60.4

53 100.0

Data Primer (Diolah Tahun 2016)

Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa responden yang dinyatakan pernah mengikuti pelatihan APD sebanyak 21 responden (39.6 %) dan responden yang dinyatakan

tidak pernah mengikuti pelatihan APD sebanyak 32 responden (60.4 %).

Tabel 4.8 Data Distribusi Ketersediaan APD yang Berhubungan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

No Ketersediaan APD Frekuensi %

1 Ada 22 41.5

2 Tidak Ada 31 58.5

53 100.0

Data Primer (Diolah Tahun 2016)

Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 53 responden di Pelabuhan Jetty

Meulaboh Aceh Barat bahwa responden yang menyatakan ada ketersediaan APD sebanyak 22 responden (41.5 %) dan responden yang menyatakan tidak ada ketersediaan APD sebanyak 31 responden (58.5 %).

Tabel 4.9 Data Distribusi Pengawasan APD yang Berhubungan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

No Pengawasan Frekuensi %

1 Baik 19 35.8

2 Kurang 34 64.2

53 100.0

(7)

Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa responden yang menyatakan pengawasan baik sebanyak 19 responden (35.8 %) dan responden yang menyatakan pengawasan

kurang sebanyak 34 responden (64.2 %).

Tabel 4.10 Data Distribusi Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 53 responden di Pelabuhan Jetty

Meulaboh Aceh Barat bahwa responden yang dinyatakan lengkap menggunakan APD sebanyak 20 responden (37.7 %) dan responden yang dinyatakan tidak lengkap menggunakan APD sebanyak 33 responden (62.3 %).

4.2.3. Data Bivariat

Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

Dari tabel di atas menunjukkan distibusi tabel silang antara pengetahuan

(8)

responden yang dinyatakan memiliki pengetahuan baik terdapat 14 responden (63.6.6 %) lengkap menggunakan APD dan 8 responden (36.4 %) tidak lengkap menggunakan APD. Sedangkan dari 31 responden yang dinyatakan memiliki

pengetahuan kurang terdapat 6 responden (19.4 %) lengkap menggunakan APD dan 25 responden (80.6 %) tidak lengkap menggunakan APD.

Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square pada derajat kemaknaan 95 % (α = 0.05) antara pengetahuan dengan penggunaan APD menunjukkan nilai P.Value = 0.003 atau P < 0.05 maka dapat disimpulkan ada

hubungan pengetahuan dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat di mana diperoleh nilai OR = 7.2 dan 95 % CI (2.1-25.3) artinya

pengetahuan merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden dengan pengetahuan kurang akan beresiko 7.2 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik.

Tabel 4.12 Hubungan Sikap dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

Positif 13 65.0 7 35.0 20 100

0.004 6.8

(1.9-23.8)

Negatif 7 21.2 26 78.8 33 100

20 37.7 33 62.3 53 100 Data Primer (Diolah Tahun 2016)

Dari tabel di atas menunjukkan distribusi tabel silang antara sikap dengan

penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa dari 20 responden yang dinyatakan memiliki sikap positif terdapat 13 responden (65.0 %) lengkap menggunakan APD dan 7 responden (35.0 %) tidak lengkap

(9)

sikap negatif terdapat 7 responden (21.2 %) lengkap menggunakan APD dan 26 responden (78.8 %) tidak lengkap menggunakan APD.

Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square pada derajat

kemaknaan 95 % (α = 0.05) antara sikap dengan penggunaan APD menunjukkan nilai P.Value = 0.004 atau P < 0.05 maka dapat disimpulkan ada hubungan sikap

dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat di mana diperoleh nilai OR = 6.8 dan 95 % CI (1.9-23.8) artinya sikap merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden yang memiliki sikap negatif akan beresiko

6.8 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang Tidak Pernah 6 18.8 26 81.3 32 100

20 37.7 33 62.3 53 100 Data Primer (Diolah Tahun 2016)

Dari tabel di atas menunjukkan distribusi tabel silang antara pelatihan dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa dari 21

responden yang dinyatakan pernah mengikuti pelatihan APD terdapat 14 responden (66.7 %) lengkap menggunakan APD dan 7 responden (33.3 %) tidak

(10)

Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square pada derajat kemaknaan 95 % (α = 0.05) antara pelatihan dengan penggunaan APD menunjukkan nilai P.Value = 0.001 atau P < 0.05 maka dapat disimpulkan ada

hubungan pelatihan dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat di mana diperoleh nilai OR = 8.6 dan 95 % CI (2.4-30.8) artinya pelatihan

APD merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan APD akan beresiko 8.6 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang pernah mengikuti pelatihan APD.

Tabel 4.14 Hubungan Ketersediaan APD dengan Penggunaan APD di

Dari tabel di atas menunjukkan distribusi tabel silang antara ketersediaan

APD dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa dari 22 responden yang menyatakan ada ketersediaan APD terdapat 14 responden (63.6%) lengkap menggunakan APD dan 8 responden (36.4 %) tidak lengkap

menggunkan APD. Sedangkan dari 31 responden yang menyatakan tidak ada ketersediaan APD terdapat 6 responden (19.4 %) lengkap menggunakan APD dan

25 responden (80.6 %) tidak lengkap menggunakan APD.

Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square pada derajat kemaknaan 95 % (α = 0.05) antara ketersediaan dengan penggunaan APD

(11)

hubungan ketersediaan APD dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat di mana diperoleh nilai OR = 7.2 dan 95 % CI (2.1-25.3) artinya ketersediaan APD merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden

yang tidak ada ketersediaan APD akan beresiko 7.2 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang ada ketersediaan APD.

Tabel 4.15 Hubungan Pengawasan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

Dari tabel di atas menunjukkan distribusi tabel silang antara pengawasan dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat bahwa dari 19

responden yang menyatakan pengawasan baik terdapat 13 responden (68.4 %) lengkap menggunakan APD dan 6 responden (31.6 %) tidak lengkap

menggunakan APD. Sedangkan dari 34 responden yang menyatakan pengawasan kurang terdapat 7 responden (20.6 %) lengkap menggunakan APD dan 27 responden (79.4 %) tidak lengkap menggunakan APD.

Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-square pada derajat kemaknaan 95 % (α = 0.05) antara pengawasan dengan penggunaan APD

menunjukkan nilai P.Value = 0.002 atau P < 0.05 maka dapat disimpulkan ada hubungan pengawasan dengan penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat di mana diperoleh nilai OR = 8.3 dan 95 % CI (2.3-29.9) artinya

(12)

tidak ada pengawasan APD akan beresiko 8.3 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang ada pengawasan APD.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 53 responden di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat menunjukkan ketidaklengkapan penggunaan APD lebih tinggi terjadi pada responden yang memiliki pengetahuan kurang yaitu

sebanyak 25 responden (80.6 %) dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 8 responden (36.4 %).

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square diperoleh nilai P.Value = 0.003 atau P < 0.05 menunjukkan ada hubungan pengetahuan dengan penggunaan APD di mana diperoleh nilai OR = 7.2 dan 95 % CI (2.1-25.3) maka

pengetahuan merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden dengan pengetahuan kurang akan beresiko 7.2 kali tidak akan menggunakan APD

dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat.

Asumsi peneliti dalam penelitian ini bahwa aktifitas bongkar muat di

pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat memiliki risiko tinggi terhadap terjadinya

kecelakaan kerja pada pekerja yang memiliki pengetahuan kurang. Padahal semua

akitifitas pekerja mulai dari aktifitas pejalan kaki, aktifitas peralatan bergerak,

aktifitas penanganan bongkar muat, aktifitas bekerja pada ketinggian, aktifitas

keselamatan kapal, aktifitas teknik dan aktifitas isolasi di restricted area pelabuhan

(13)

disediakan oleh perusahaan dengan jumlah yang cukup untuk pekerja berupa sepatu boat, masker, sarung tangan, baju processing, dan pelampung yang digunakan oleh karyawan pada saat mereka bekerja.

Kurangnya pengetahuan dalam penggunaan APD pada saat bekerja

merupakan salah satu faktor rendahnya penggunaan APD oleh tenaga kerja

bongkar muat di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat. Oleh karena itu, menurut peneliti untuk meningkatkan pengetahuan pekerja tentang penggunaan APD, perlu adanya penyuluhan-penyuluhan atau pelatihan APD secara rutin, agar

pengetahuan pekerja meningkat lebih baik, sehingga dengan adanya pelatihan tersebut, maka pekerja dapat terhindar dari penyakit kerja. Selanjutnya dengan

pengetahuan tentang APD, akan menimbulkan kesadaran pekerja untuk menggunakan APD.

Menurut Suma’mur (2006) bahwa penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

merupakan salah satu metode pencegahan kecelakaan kerja, yang digunakan pada saat bekerja, dimana terdapat dalam waktu singkat dan pada jarak dekat dengan

bahan pencemar dalam konsentrasi yang membahayakan. Selanjutnya menurut H.W. Heinrich (1980) yang dikutip oleh Haryono (2007) mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan kerja disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman, sehingga

pengendaliannya harus bertitik tolak dari perbuatan yang tidak aman dalam hal ini adalah perilaku tenaga kerja terhadap penggunaan APD.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rawan Ahmad (2012) bahwa terdapat hubungan pengetahuan pekerja dengan praktik penggunaan APD dimana nilai P.Value = 0.004 atau P < 0.05. Data menunjukkan

(14)

APD secara lengkap. Sedangkan pekerja yang berpengetahuan kurang, cenderung mempraktikkan penggunaan APD tidak lengkap. Hal ini terlihat pada data bahwa 53,4 % responden yang berpengetahuan baik, mempraktikkan penggunaaan APD

secara lengkap. Sedangkan pada responden berpengetahuan kurang, hanya 33,3 % yang melakukannya.

4.3.2. Hubungan Sikap dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 53 responden di Pelabuhan

Jetty Meulaboh Aceh Barat menunjukkan ketidaklengkapan penggunaan APD lebih tinggi terjadi pada responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 26

responden (78.8 %) dibandingan pada responden yang memiliki sikap positif sebanyak 7 responden (35.0 %).

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

P.Value = 0.004 atau P < 0.05 menunjukkan ada hubungan sikap dengan penggunaan APD di mana diperoleh nilai OR = 6.8 dan 95 % CI (1.9-23.8) maka

sikap merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden yang memiliki sikap negatif akan beresiko 6.8 kali tidak akan menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap positif di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat.

Asumsi peneliti dalam penelitian ini berkaitan sikap negatif pada sebagian besar tenaga kerja bongkar buat dalam penggunaan APD karena pekerja sudah

terbiasa tidak menggunakan APD. Selain itu, sikap negatif ini timbul karena disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti masih rendahnya pengetahuan tenaga kerja, sebab apabila pekerja tidak mengetahui tentang APD dapat berpengaruh

(15)

sudah cukup memadai untuk tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat.

Menurut Alport dalam Notoatmodjo (2012), dijelaskan bahwa sikap

mempunyai 3 komponen pokok yaitu kepercayaan, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen tersebut

bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap akan membawa pekerja untuk berusaha supaya tidak

terkena penyakit akibat kerja.

Sikap seseorang akan timbul karena dipengaruhi oleh bantuan fisik dan

bantuan mental. Bantuan mental seperti perintah harus berangsur-angsur dikurangi dan ditukar dengan pengarahan berarti atau dukungan. Sedangkan bantuan fisik dalam kerja harus bersifat terus-menerus. Pekerja yang bekerja di

tempat yang high risk memerlukan Alat Pelindung Diri untuk mengurangi terpaparnya suatu penyakit atau mencegah kecelakaan kerja yang mungkin terjadi

di tempat kerja, hal ini akan terus dilakukan karena merupakan suatu kebutuhan (Tarwaka, 2008).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rawan

Ahmad (2012) bahwa terdapat hubungan sikap pekerja dengan praktik penggunaan APD pada PT Harta Samudra Pelabuhan Perikanan Nusantara

Ambon di mana nilai P.Value = 0.002 atau P < 0.05. Penelitian tersebut menekankan data bahwa data menunjukkan yang pekerja memiliki sikap positif terhadap penggunaan APD, tidak menjamin akan mempraktikkan pengunaan APD

(16)

menggunakan APD secara lengkap saat bekerja pada PT Harta Samudra Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon.

4.3.3. Hubungan Pelatihan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 53 responden di Pelabuhan

Jetty Meulaboh Aceh Barat menunjukkan ketidaklengkapan penggunaan APD lebih tinggi terjadi pada responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan penggunaan APD sebanyak 26 responden (81.3 %) dibandingan dengan

responden yang pernah mengikuti pelatihan penggunaan APD sebanyak 7 responden (33.3 %).

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square diperoleh nilai P.Value = 0.001 atau P < 0.05 menunjukkan ada hubungan pelatihan dengan penggunaan APD di mana diperoleh nilai OR = 8.6 dan 95 % CI (2.4-30.8) maka

pelatihan APD merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan APD akan beresiko 8.6 kali tidak akan menggunakan

APD dibandingkan dengan responden yang pernah mengikuti pelatihan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat.

Asumsi peneliti berkaitan dengan pelatihan penggunaan APD, bahwa

kurangnya peran dari perusahaan dalam memberikan pelatihan merupakan penyebab dari rendahnya pengetahuan dan sikap sebagian besar tenaga kerja

(17)

Pelatihan tentang APD merupakan salah satu faktor yang mendorong terbentuknya perilaku penggunaan APD oleh karena itu pelatihan tentang APD sangat penting peranannya untuk meningkatkan penggunaan APD saat bekerja.

Media yang digunakan dalam pelatihan dapat berupa leaflet, poster, atau bisa dilakukan dengan suatu pelatihan khusus untuk karyawan di bagian produksi yang

memang sangat membutuhkan pengetahuan tersebut. Dengan diberikannya pelatihan, pekerja akan lebih memahami dan dapat berperilaku sehat, baik di dalam tempat kerja maupun di luar tempat kerja (Tarwaka, 2008).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Candra dan Ruhyandi (2008) di mana pemberian pelatihan atau pendidikan kesehatan tentang

APD berpengaruh terhadap kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD. Hasil penelitian Candra dan Ruhyandi didapatkan hasil P.Value 0,039 atau P < 0,05 maka ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan atau pelatihan tentang APD

terhadap kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD di PT. Almasindo II Kabupaten Bandung Barat.

4.3.4. Hubungan Ketersediaan APD dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 53 responden di Pelabuhan

Jetty Meulaboh Aceh Barat menunjukkan ketidaklengkapan penggunaan APD lebih tinggi terjadi pada responden yang tidak ada ketersediaan APD sebanyak 25

responden (80.6 %) dibandingkan dengan responden yang ada ketersediaan APD sebanyak 8 responden (36.4 %)

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

(18)

dengan penggunaan APD di mana diperoleh nilai OR = 7.2 dan 95 % CI (2.1-25.3) maka ketersediaan APD merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden yang tidak ada ketersediaan APD akan beresiko 7.2 kali tidak akan

menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang ada ketersediaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat.

Asumsi peneliti terhadap terkait dengan ketersediaan APD yang disediakan oleh perusahaan di Pelabuhan Jetty di tempat kerja yaitu sarung tangan, kacamata pelindung, masker, earplug, sepatu keselamatan (safety shoes)

dan yang lainnya. Dari penelitian ini jawaban responden yang terbanyak menjawab kelengkapan APD tidak ada, mempunyai arti bahwa tidak semua

tenaga kerja bongkar muat menggunakan fasilitas APD secara lengkap, mungkin terdapat tenaga kerja yang memakai hanya dua APD dari APD yang telah disediakan oleh perusahaan. Hal tersebut menurut peneliti karena tenaga pekerja

bongkat muat di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat masih belum memiliki pengetahuan yang baik dan sikap positif terkait dengan penggunaan APD dan

keselamatan dan kesehatan kerja dirinya.

Menurut Tarwaka (2008) pada dasarnya perusahaan telah menyediakan APD untuk pekerja namun APD yang disediakan tidak dipergunakan oleh pekerja

secara maksimal, misalnya saja di bagian penyediaan APD pekerja hanya menggunakan sarung tangan untuk melindungi diri dari kecelakaan. Perusahaan

menyediakan APD dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikasi. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat. Dari ketiga

(19)

harus (1) enak dan nyaman dipakai, (2) tidak mengganggu ketenangan pekerja dan tidak membatasi ruang gerak pekerja, (3) memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya atau potensi bahaya, (4) memenuhi syarat estetika,

(5) memperhatikan efek samping penggunaan APD dan (6) mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan harga terjangkau

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Faizah (2013) bahwa ada hubungan antara ketersediaan APD dengan penggunaan APD pada tenaga kerja Technical Services Department PT Inocement Tunggal Prakasa

Cirebon di mana diperoleh nilai P.Value = 0.005 atau P < 0.05. Penelitian ini menunjukkan bahwa di perusahaan tersebut kurang ketersediaan APD, sehingga

dalam praktiknya tenaga kerja tidak menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan.

4.3.5. Hubungan Pengawasan dengan Penggunaan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 53 responden di Pelabuhan

Jetty Meulaboh Aceh Barat menunjukkan ketidaklengkapan penggunaan APD lebih tinggi terjadi pada responden yang tidak ada pengawasan sebanyak 27 responden (79.4 %) dibandingkan dengan responden yang ada pengawasan

sebanyak 6 responden (31.6 %).

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji chi-square diperoleh nilai

P.Value = 0.002 atau P < 0.05 menunjukkan ada hubungan pengawasan dengan penggunaan APD di mana diperoleh nilai OR = 8.3 dan 95 % CI (2.3-29.9) maka pengawasan APD merupakan faktor resiko penggunaan APD. Responden yang

(20)

dibandingkan dengan responden yang ada pengawasan APD di Pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat.

Asumsi peneliti dalam penelitian ini pada pengawasan tenaga kerja dengan

penggunaan APD bahwa menurut peneliti sebagian besar pekerja belum menyadari akan pentingnya APD sebagai upaya untuk melindungi diri dari

potensi bahaya di tempat kerja. Dalam pelaksanaannya di lapangan sebagian besar tenaga kerja tidak memakai alat pelindung diri yang telah ditentukan dan disediakan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan belum maksimalnya pengawasan

yang dilakukan pengawas terhadap pekerja dalam pemakaian alat pelindung diri sehingga area pelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat yang wajib APD belum

benar-benar memberikan perlindungan yang efektif terhadap tenaga kerja.

Menurut Tarwaka (2008), pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif),

sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Begitu pula yang diharapkan dalam hal kepatuhan penggunaan APD, walaupun pengawasan telah

dilakukan namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pekerja. Dengan demikian keberadaan pengawasan diperusahaan tidak mempengaruhi pekerja dalam hal penggunaan APD.

Hasil penelitian ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeny (2007) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pengawasan dengan perilaku kepatuhan penggunaan APD di pada pekerja di Unit Stamping PT. IPPI di mana diperoleh nilai P.Value = 0,043 atau P < 0,05. Meskipun pengawasan sudah dilakukan setiap hari oleh tim pengawas, namun

(21)

rekan kerja (teman) sehingga kurang disegani. Pengawasan itu tidaklah perlu berupa kehadiran fisik tugas melainkan cukup rasa takut terhadap sanksi yang berlaku, kegiatan tersebut artinya bahwa tindakannya dilakukan selama masih ada

Gambar

Tabel 4.2 Data Distribusi Karekteristik Berdasarkan Umur Responden diPelabuhan Jetty Meulaboh Aceh Barat
Tabel 4.3Data Distribusi Karekteristik Berdasarkan Pendidikan Responden
Tabel 4.7 Data Distribusi Pelatihan Responden yang Berhubungan dengan
Tabel 4.11Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan APD di PelabuhanJetty Meulaboh Aceh Barat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Caregiver Self-efficacy dengan

Perbedaan dari ketiga video profile tersebut dengan Perancangan Video Profil sebagai Media Informasi Pada Lorin Solo Hotel adalah dilihat dari konsep video dengan

Dari hasil analisis data diperoleh hubungan atau pengaruh tekanan udara tiap bulan untuk periode 1980 – 2010 terhadap daya angkat menunjukan tingkat korelasi atau

Hasil Wawancara dengan Ibu Nur Azizah Selaku pembeli atau pelangan hasil budidaya ikan tambak, wawancara dilakukan tgl.. Indramanyu, Subang, Sumedang, Bandung, Sukabumi, Bogor

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

Sektor perikanan merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara, mengingat konsumsi ikan di merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara,

Pada Gambar 2.8 terlihat bahwa dari penyedia layanan hingga OLT didukung dengan media serat optik, namun untuk keluaran perangkat merupakan titik perbedaan antara

Menurut Gagne, Wager, Goal, &amp; Keller [6] menyatakan bahwa terdapat enam asusmsi dasar dalam desain instruksional. Keenam asumsi dasar tersebut dapat dijelaskan