i
TUGAS AKHIR
HALAMAN
JUDUL
Disusun dalam Memenuhi
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEMARANG
2020
ANALISA KUALITAS JARINGAN AKSES INDIHOME
BERDASARKAN TEKNOLOGI MSAN dan GPON DI STO
MAJAPAHIT
Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S1) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Semarang
BAYU ADI NUGROHO C.431.15.0114
iv
Kata Kunci: Jaringan akses, MSAN, GPON, kualitas transmisi, kinerja jaringan.
ABSTRAK
Internet merupakan teknologi informasi yang berkembang sangat pesat dan didukung dengan teknologi komunikasi yang handal. Untuk melayani kebutuhan ini, PT. Telkom Indonesia sebagai salah satu penyedia jasa layanan dan akses mempunyai produk yang biasa disebut Indihome. Layanan dapat digunakan untuk pengiriman suara, data, dan video. Namun, keluhan layanan merupakan hal yang sering terjadi. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap layanan tersebut berdasarkan teknologi MSAN dan GPON. Pengukuran kualitas jaringan dilakukan menggunakan Power Link Budget. Sehingga dapat diketahui penurunan kualitas jaringan yang disebabkan oleh gangguan pada jaringan tembaga maupun fiber optik. Dengan metode tersebut dapat diketahui total redaman pada sumber uplink perangkat MSAN dan GPON sebelum signal sampai ke pelanggan. Yaitu kualitas jaringan harus sesuai dengan redaman standar maksimal 28 dB dan output daya maksimal -28 dBm.
v
ABSTRACT
Internet is an information technology that is growing very rapidly and is supported by reliable communication technology. To serve this need, PT. Telkom Indonesia as one of the service and access service providers has a product that is commonly called Indihome. The service can be used to send voice, data and video. However, service complaints are a common occurrence. Therefore, in this study, measurements were made of these services based on MSAN and GPON technology. Network quality measurement is done using the Power Link Budget. So it can be seen the decline in network quality caused by disruption in the copper and fiber optic network. With this method, the total attenuation at the uplink source of the MSAN and GPON devices can be determined before the signal reaches the customer. That is, the network quality must comply with the standard attenuation of a maximum of 28 dB and a maximum power output of -28 dBm.
Keywords: Access network, MSAN, GPON, transmission quality, network performance.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya, penulis diberi kekuatan untuk menyelesaikan Tugas Akhir. Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Jenjang Pendidikan Sarjana (S-1) Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang.
Dengan telah selesainya Laporan Tugas Akhir ini yang tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Andy Krisdasusila,SE,MM, selaku Rektor Universitas Semarang. 2. Bapak Purwanto, S.T., M.T., sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas
Semarang.
3. Ibu Titik Nurhayati,ST,M.Eng, selaku Ketua Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang.
4. Ibu Ari Endang J, ST, MT, selaku dosen pembimbing pertama. 5. Bapak Puri Muliandi, ST, MT, Selaku dosen pembimbing kedua. 6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dan dukungan
vii
7. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak sempurna sebagaimana yang diharapkan, untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk para akademisi, praktisi ataupun untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Akhir kata penulis mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan yang ada pada penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pihak yang berkepentingan.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL --- i
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR DENGAN JUDUL --- ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS --- iii
ABSTRAK --- iv
KATA PENGANTAR --- vi
DAFTAR ISI --- viii
DAFTAR GAMBAR --- xi
DAFTAR TABEL --- xii
BAB I PENDAHULUAN --- 13
1.1 Latar Belakang --- 13
1.2 Perumusan Masalah --- 15
1.3 Tujuan dan Manfaat --- 15
1.3.1 Tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: --- 15
1.3.2 Manfaat dari penelitian ini adalah : --- 15
1.4 Pembatasan Masalah --- 16 1.5 Metode Penelitian --- 16 1.6 Sistematika Penulisan --- 17 DASAR TEORI --- 19 2.1 Jaringan Telekomunikasi --- 19 2.1.1 Perangkat Transmisi--- 19 2.1.2 Perangkat Switching --- 19 2.1.3 Perangkat Sentral --- 20
2.2 Jaringan Akses Telekomunikasi --- 20
2.2.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga --- 21
ix
2.3 Alat Kerja Fiber Optik --- 24
2.3.1 Optical Power Meter --- 24
2.3.2 Optical Light Source --- 25
2.3.3 Optical Time Domain Reflectometer--- 26
2.3.4 Patchcord --- 28
2.3.5 Konfigurasi Umum Jaringan Internet Triple Play pada IndiHome --- 29
2.4 Gigabit Passive Optical Network --- 30
2.4.1 Konfigurasi GPON --- 31
2.4.2 Prinsip Dasar GPON --- 33
2.5 Multi Service Access Node --- 33
2.5.1 Komponen MSAN --- 34
2.6 Parameter Kualitas Jaringan MSAN --- 35
2.6.1 Signal to noise Ratio --- 35
2.6.2 Redaman --- 36
2.7 Parameter Kualitas Jaringan GPON --- 37
2.7.1 Rx Power --- 37
2.8 Parameter Kinerja jaringan --- 39
2.9 Komponen Perangkat MSAN dan GPON --- 39
2.9.1 Optical Line Terminal (OLT) --- 39
2.9.2 Optical Distribution Cabinet (ODC) --- 41
2.9.3 Multi Service Access Node (MSAN) --- 42
2.9.4 Power Link Budget --- 42
METODOLOGI PENELITIAN --- 46
3.1 Pemilihan Lokasi Penelitian --- 46
3.1.1 Tahapan pemilihan lokasi pelanggan berdasarkan : --- 47
3.2 Pegambilan Data Sampel --- 49
3.2.1 Pegambilan Data Sampel Pelanggan --- 50
HASIL DAN PEMBAHASAN --- 51
4.1 Analisa Data --- 51
x
4.3 Power Link Budget --- 53
4.4 Pengukuran Kualitas Jaringan --- 54
4.5 Perhitungan MSAN MJP MRAD --- 57
4.6 Analisa MSAN MJP MRAD --- 60
4.7 Perhitungan GPON ODC-MJP-FA --- 61
4.8 Analisa GPON ODC-MJP-FA --- 64
4.9 Perhitungan MSAN MJP MDAV --- 65
4.10 Analisa MSAN MJP MDAV --- 68
4.11 Analisa GPON ODC-MJP-FM --- 72
4.12 Optimasi Jaringan --- 78
SARAN DAN KESIMPULAN --- 83
5.1 Kesimpulan --- 83
5.2 Saran --- 84
DAFTAR PUSTAKA --- 85
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Konfigurasi Dasar JARLOKAT --- 22
Gambar 2-2 Struktur Serat Kabel Optik --- 23
Gambar 2-3 Konfigurasi Dasar JARLOKAT --- 24
Gambar 2-4 Optical Power Meter --- 25
Gambar 2-5 Optical Light Source --- 26
Gambar 2-6 OTDR --- 28
Gambar 2-7 Patchcord --- 29
Gambar 2-8 Konfigurasi MSAN dan FTTH [8] --- 30
Gambar 2-9 Sistem GPON [10] --- 31
Gambar 2-10 Pengukuran Rx Power pada IBooster [12] --- 38
Gambar 2-11 Optical Line Terminal --- 40
Gambar 2-12 Optical Distribution Cabinet --- 41
Gambar 2-13 Perangkat MSAN --- 42
Gambar 3-1 Alur Penelitian --- 46
Gambar 3-2 MSAN MDAV dan GPON ODC-MJP-FM --- 48
Gambar 3-3 Komponen Perangkat GPON ODC-MJP-FA --- 48
Gambar 4-1 MSAN MRAD dan GPON ODC-MJP-FA --- 52
Gambar 4-2 MSAN MDAV dan GPON ODC-MJP-FM --- 52
Gambar 4-3 Pengukuran SNR MSAN pada IBooster --- 74
Gambar 4-4 Pengukuran Rx Power GPON pada IBooster --- 75
Gambar 4-5 Total Fiber Loss--- 75
Gambar 4-6 Bending/Tekukan Pada Kabel Optik --- 76
Gambar 4-7 Konektor --- 77
Gambar 4-8 Redaman Splice --- 77
xii
DAFTAR TABEL
Table 2-1 Standar SNR menurut software IBooster [12] --- 36
Table 2-2 Spesifikasi Perangkat OLT (Luthfi Bahtiar, 2014) --- 40
Table 2-3 Nilai Redaman --- 45
Table 3-1 Komponen Perangkat MSAN MRAD --- 49
Table 3-2 Komponen Perangkat GPON ODC-MJP-FA --- 49
Table 3-3 Komponen Perangkat MSAN MDAV --- 50
Table 3-4 Komponen Perangkat GPON ODC-MJP-FM --- 50
Table 4-1 Loss Maksimum Elemen Network ITU-T G.984.2 --- 53
Table 4-2 Hasil Pengukuran Optical Power --- 54
Table 4-3 Hasil Pengukuran --- 55
Table 4-4 Data Perhitungan MSAN MJP MRAD --- 57
Table 4-5 Daya Yang Diterima MSAN MJP MRAD--- 60
Table 4-6 Data Perhitungan ODC-MJP-FA --- 61
Table 4-7 Daya yang Diterima ODC-MJP-FA --- 64
Table 4-8 Data Perhitungan MSAN MJP MDAV --- 65
Table 4-9 Daya yang Diterima MSAN MJP MDAV --- 69
Table 4-10 Data Perhitungan ODC-MJP-FM --- 69
Table 4-11 Daya Yang Diterima ODC-MJP-FM --- 73
Table 4-13 Data Perhitungan MSAN MJP MDAV setelah optimasi --- 78
Table 4-12 Daya yang Diterima MSAN MJP MDAV Sebelum Optimasi --- 80
Table 4-14 Daya yang Diterima MSAN MJP MDAV setelah optimasi --- 80
Table 4-15 Data Perhitungan ODC-MJP-FM setelah optimasi --- 80
Table 4-16 Daya Yang Diterima ODC-MJP-FM sebelum optimasi--- 82
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat memberikan kemudahan masyarakat dalam bertukar informasi. Kemudahan tersebut dapat dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Misalnya dalam bidang keamanan yang menggunakan Closed Circuit Television (CCTV), bidang
broadcasting yang terdapat berbagai macam alat telekomunikasi, bidang
perbankan untuk menunjang data nasabah dan berbagai bidang lainnya yang membutuhkan akses informasi yang cepat sekaligus akurat dalam pemenuhan kebutuhannya.
Informasi yang dipertukarkan dapat berupa data, suara, gambar, dan video yang dikirimkan melalui sebuah perantara. Pertukaran informasi tersebut membutuhkan transmitter dan receiver. Media perantara dapat berupa kabel atau tanpa kabel (gelombang elektromagnetic). Seiring perkembangan zaman, kabel tembaga sudah mulai tergantikan, hal itu dilakuakan karena kabel tembaga hanya mampu menyalurkan kecepatan bandwidth maksimal 4 Megabit per second (Mbps), sehingga munculah media perantara kabel fiber optic yang mampu menyalurkan kecepatan 100 Megabit per second (Mbps). Kualitas jaringan menjadi sangat penting untuk kestabilan pengiriman informasi. Di Indonesia salah satu perusahaan yang menyediakan jaringan fiber optic adalah PT. Telkom Indonesia, dengan produk yang lebih sering di dengar masyarakat Indihome. Layanan yang berupa suara, data, dan video (triple play service) tersebut membutuhkan perangkat teknologi akses sehingga dapat sampai di tempat pelanggan. Pembangunan infrastruktur jaringan PT Telkom Indonesia sudah
14
cukup luas jangkauannya. PT Telkom Akses Semarang sebagai anak perusahaan PT. Telkom Indonesia telah membangun infrastruktur jaringan di wilayah Telkom Majapahit. Teknologi yang digunakan yaitu Multi Service Access Network (MSAN) dan Gigabit Passive Optical Network (GPON).
MSAN merupakan teknologi yang masih memanfaatkan jaringan segmen sekunder berupa kabel tembaga eksisting dengan parameter kualitas jaringannya adalah Signal to noise Ratio (SNR) dan redaman (attenuation). Softswitch pada teknologi MSAN terdiri dari fiber optik yang terhubung dengan Metro Ethernet sehingga bisa menyalurkan komunikasi berupa data, suara, dan gambar yang bisa mencapai 1 Gbps, serta dari perangkat MSAN sampai ke pelanggan menggunakan
Drop Wire yang berupa kabel tembaga.
GPON merupakan teknologi yang menggunakan segmen full berupa fiber optik. Sehingga kecepatan penyaluran komunikasi sangat berbeda dengan teknologi MSAN. Segmen teknologi ini secara sederhana dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu Optical Line Terminal (OLT), Optical Distribution
Network (ODN), dan Optical Network Termination (ONT) dapat menjangkau
rumah pelanggan dengan jarak kurang lebih 20km. Sentral Telepone Otomat (STO) Majapahit memiliki cakupan pelanggan yang cukup luas, sehingga permintaan pemenuhan jaringan indihome di daerah tersebut sangat banyak.
Adapun sampel penelitian yang diambil adalah MSAN MRAD dengan GPON ODC MJP-FA dan MSAN MDAV dengan GPON ODC MJP-FM di daerah Palebon Raya, dan Sambiroto. Penamaan perangkat tersebut sudah ditentukan oleh PT Telkom Indonesia. Seiring dengan banyaknya pelanggan di wilayah tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi gangguan layanan. Peneliti ingin mengetahui kualitas jaringan akses berdasarkan teknologi MSAN dan GPON di kedua daerah tersebut. Parameter kinerja jaringan untuk MSAN dan GPON berdasarkan jarak uplink perangkat yang disesuaikan dengan standar
15
Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Network
(TIPHON).
Data sampel diambil berdasarkan penggunaan perangkat teknologi MSAN dan GPON terbanyak di wilayah Semarang. Jumlah sampel diambil dengan cara menentukan perbandingan jarak antar perangkat dari sentral. Beberapa perangakat tersebar di beberapa daerah dua diantaranya di Palebon Raya dengan jarak cukup dekat dan Sambiroto dengan jarak yang cukup jauh dari sentral.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
a. Bagaimana kualitas jaringan akses teknologi MSAN dan GPON STO Majapahit berdasarkan Power Link Budget?
b. Apa saja faktor penyebab buruknya kualitas jaringan akses teknologi MSAN dan GPON STO Majapahit serta perbaikan yang akan dilakukan?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
a. Dapat memahami teknologi MSAN dan GPON di wilayah STO Majapahit
b. Menganalisis parameter kinerja jaringan berdasarkan jarak uplink perangkat menggunakan metode Power Link Budget.
c. Dapat menghitung kualitas jaringan akses apakah sesuai dengan standart yang telah ditentukan PT. Telkom Indonesia.
1.3.2 Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui kualitas jaringan akses internet Indihome di wilayah STO Majapahit.
16
b. Menambah pengetahuan kepada masyarakat tentang kualitas jaringan akses Indihome yang diberikan PT. Telkom Indonesia.
c. Menjadikan penelitian ini sebagai masukan kepada PT. Telkom Indonesia khususnya PT Telkom Akses Semarang untuk meningkatkan kualitas layanan.
1.4 Pembatasan Masalah
Dalam pembuatan tugas akhir ini, masalah yang dibahas terbatas pada: a. Daerah penelitian untuk pemakaian teknologi MSAN dan GPON yang
terdapat pada wilyah Semarang khususnya di STO (MJP) Majapahit. b. Pengukuran dilakukan hanya pada perangkat MSAN dan GPON
c. Menghitung loss fiber, loss splice, dan loss konektor, dengan metode Power
link budget
d. Pengambilan data dilakukan menggunakan alat Optical Power Meter (OPM) e. Pengambilan data dilakukan sebanyak 2 (dua) kali di wilayah STO Majapahit
Witel Semarang
1.5 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
a. Penentuan judul, yaitu melakukan studi kasus sebagai rencana awal dalam melakukan penelitian
b. Studi pustaka, yaitu dengan mempelajari buku-buku Teknologi Jaringan akses dan sumber-sumber literatur yang berhubungan dengan karya tulis ini.
c. Metode Bimbingan Dosen, metode ini digunakan untuk mendapatkan pengarahan dan pengajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dari dosen
17
pembimbing dalam pelaksanaan pembuatan tugas akhir di metode lan data atau penentuan sampel data.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang dibahas, sehingga dalam penulisan tugas akhir ini terbagi dalam 5 (lima) bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, manfaat, tujuan, pembatasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini membahas secara singkat beberapa hal mengenai jaringan akses telekomunikasi beserta teknologinya yang menggunakan media transmisi yaitu tembaga dan serat optik, serta teori pendukung lainnya
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang flowchart serta tata cara urutan analisa jaringan MSAN dan GPON dan alat yang digunakan dalam pengukurannya.
BAB IV ANALISA dan PEMBAHASAN
Bab ini berisi tampilan hasil analisis dari pengukuran kualitas dan kinerja jaringan MSAN dan GPON dengan standar dari PT. Telkom Indonesia. Hasil analisis diperlihatkan dalam bentuk tabel pengukuran menggunakan metode
18
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu hasil analisis dari kualitas dan kinerja jaringan pada perangkat MSAN dan GPON terhadap standar yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bab ini berisi referensi baik yang didapat dari buku, jurnal penelitian dan lainnya yang dipergunakan dalam penulisan penelitian.
19
DASAR TEORI
2.1 Jaringan Telekomunikasi
Jaringan akses pada dasarnya merupakan jaringan yang mampu menghubungkan pelanggan dengan sentral telepon, namun karena perkembangan teknologi, jaringan akses tidak hanya digunakan untuk pengiriman informasi berupa suara melainkan juga digunakan untuk akses internet berupa data. Selain itu, pengertian jaringan akses juga merupakan penghubung antar perangkat- perangkat telekomunikasi yang terintegrasi satu sama lainnya. Jaringan telekomunikasi tersusun dari beberapa perangkat utama yaitu transmisi, switching dan sentral [3].
2.1.1 Perangkat Transmisi
Dalam proses telekomunikasi, perangkat yang berfungsi untuk menyalurkan sinyal informasi adalah perangkat transmisi. Perangkat transmisi ini terdiri dari beberapa jenis yaitu kabel udara dan cahaya dengan media kabel serat optik. Masing-masing media memiliki keunggulan dalam penyaluran sinyal informasi digunakan sesuai dengan kebutuhan penyaluran informasi. [7]
2.1.2 Perangkat Switching
Perangkat ini merupakan perangkat telekomunikasi yang berfungsi sebagai penyambungan agar komunikasi yang dilakukan dapat terhubung dengan tujuan. Fungsi switching dalam telekomunikasi adalah sebagai interkoneksi yang membuka trafik pada jaringan. Pada
20
jaringan telekomunikasi tersebut, switching diletakkan antara nodes dan terminal agar dapat mengalokasikan sebuah kanal. [7]
2.1.3 Perangkat Sentral
Perangkat sentral merupakan tempat berkumpulnya sinyal yang pengirim sebelum menuju kepada penerima. Pada perangkat sentral ini, nantinya sinyal informasi akan diubah-ubah sesuai dengan perangkat yang menerima sinyal apakah itu elektrik, optik, maupun elektromagnetik. [7]
2.2 Jaringan Akses Telekomunikasi
Proses telekomunikasi sangat erat kaitannya dengan hubungan jarak jauh antara pengirim dan penerima. Jaringan akses merupakan suatu sistem yang menghubungkan proses telekomunikasi. Jaringan akses yang digunakan dalam istilah telekomunikasi ada empat (4) yaitu Jaringan Akses Lokal Kabel (Jarlokab atau Jarkab), Jaringan Lokal Akses Radio (Jarlokar), Jaringan Lokal Akses Fiber Optik (Jarlokaf), dan Jaringan akses Hybrid [2].
Jaringan akses telekomunikasi sudah mengalami proses perkembangan dari komunikasi yang hanya dapat melayani komunikasi suara hingga komunikasi dengan kecepatan tinggi, hal ini dibuktikan dengan adanya layanan jaringan akses internet. Jaringan akses internet sangat di butuhkan di zaman teknologi saat ini. Internet sendiri memiliki arti yang cukup luas dan merupakan singkatan dari kata
interconnection-networking yang jika diterjemahkan merupakan jaringan
interkoneksi yang lebih luas hingga mencapai seluruh dunia. Internet sangat erat kaitannya dengan pengiriman data dan terdapat dua jenis dari pengiriman data internet yaitu downstream dan upstream. Downstream merupakan kecepatan pengiriman data saat mengambil atau mendownload data-data dari server internet.
21
dari server internet. downstream dan upstream memiliki satuan kecepatan pengiriman data yaitu bit per second (bps).
2.2.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga
Jaringan akses sangat erat kaitannya dengan media yang menyalurkan informasisalah satunya merupakan kabel tembaga. Jaringan akses dengan media kabel tembaga ini terhubung antara sentral dengan pelanggan blok Main Distribution Frame (MDF) hingga Rumah Kabel (RK), selanjutnya menuju Distribution Point (DP). Jaringan akses dengan media tembaga disebut dengan Jarlokat. Kabel tembaga digunakan untuk sistem telekomunikasi berbasis suara (telepon) namun berkat perkembangan teknologi, kabel tembaga harus memenuhi beberapa kebutuhan yang tidak hanya melayani komunikasi suara melainkan komunikasi data yang memerlukan bandwidth yang lebar. Kabel tembaga dikombinasikan dengan kabel serat optik agar dapat mendukung sistem telekomunikasi yang cepat dan kualitas yang bak sesuai dengan standar.
Jarlokat memiliki perangkat Digital Subscriber Line Access
Multiplexer (DSLAM) yang berfungsi sebagai jembatan antara kabel
tembaga dengan kabel serat optik sebagai piranti yang diletakkan pada sentral telepon. Piranti yang berbentuk jaringan komputer berfungsi untuk menerima sinyal dari pelanggan dalam jumlah yang besar hingga ribuan. DSLAM akan menerima pelanggan yang menggunakan teknologi Digital Subscriber Line (DSL) kemudian sinyal tersebut akan diteruskan ke jaringan utama yang berkecepatan tinggi menggunakan teknologi multiplexing [4].
22
Gambar 2-1 Konfigurasi Dasar JARLOKAT
2.2.2 Jaringan Lokal Akses Fiber Optik
Jaringan Lokal Akses Fiber Optik adalah teknologi penggunaan kabel serat optik sebagai media transmisi dalam jaringan akses. Serat optik dipilih sebagai media transmisi karena kemampuannya yang dapat mengirimkan data berkapasitas besar dengan kecepatan tinggi untuk jarak jauh sehingga mampu memenuhi permintaan bandwidth yang sangat besar. Proses pengiriman informasi menggunakan media serat optik adalah dengan melakukan peralihan sinyal elektrik menjadi sinyal optik (cahaya). Hal itu dilakukan agar sinyal dapat ditransmisikan melalui serat optik.
Kabel serat optik pada umumnya merupakan kabel yang terdiri dari beberapa struktur di dalamnya. Serat optik single core memiliki bagian-bagian yang disebut dengan inti (core), selubung (cladding), dan jaket (coating). Inti (core) terbuat dari bahan silica (SiO2) atau plastic. Bagian core fiber optik merupakan bagian yang terpenting dalam penyaluran sinyal optik atau cahaya karena perambatan sinyal optik terjadi di dalam core. Core serat optik sangatlah kecil hingga berkisar antara 8 micron sampai 62,5 micron. Core dengan cladding memiliki bahan yang hamper sama, tetapi dengan bias yang berbeda.
23
Bias dari cladding lebih kecil daripada inti, hal itu dimaksudkan agar cahaya tetap berada pada core. Coating merupakan pelindung luar dari serat optik yang melindungi core dari kotoran dan kerusakan lain.[2]
Jenis serat optik yang lebih umum digunakan di Indonesia sesuai dengan standar ITU-T G.652.D dan ITU-T G.657.A khususnya penyedia layanan telekomunikasi yaitu PT. Telkom Indonesia. Serat optik jenis ini digunakan untuk kabel distribusi dan kabel feeder. Setiap kabel memiliki rugi-rugi dalam penginstalasian hingga proses pengiriman sinyalnya. Serat optik ITU-T G.652.D dan ITU-T G.657.A rugi-ruginya adalah ≤ 0,35 dB/km untuk panjang gelombang 1310 nano meter (uplink) serta ≤ 0,28 dB/Km untuk panjang gelombang 1490 nano meter (downlink) [5].
Media telekomunikasi memiliki bagian yang disebut dengan pengirim (Tx) dan penerima (Rx) yang berfungsi sebagai masukan sinyal listrik dan keluaran sinyal listrik. Sebagaimana fungsinya, serat optik menyalurkan sinyal dalam bentuk cahaya. Jika cahaya masuk pada ujung serat optik dengan sudut kritis dan sinyal itu datang dari sebuah medium yang mempunyai indeks bias lebih kecil dari udara menuju inti serat optik yang mempunyai indeks bias yang lebih besar maka sinar seluruhnya akan merambat pada sepanjang inti (core) dan itu merupakan prinsip kerja serat optik berdasarkan hukum
24
Snellius. Serat optik juga memiliki jenis transmisi atau mode
pemancaran cahaya di dalam inti yaitu jenis tunggal yaitu single mode dan ganda yaitu multi mode.
Serat optik saat ini sudah banyak diimplementasikan pada jaringan khususnya jaringan komputer baik lokal maupun untuk jaringan internet. Pengiriman data dari serat optik yang sangat cepat maka serat optik digunakan sebagai media transmisi dari jaringan
broadband dengan bandwidth yang besar. Teknologi akses serat optik
yang menggunakan serat optik sebagai media transmisinya adalah
Gigabit Passive Optical Network (GPON). GPON ini dikategorikan
sebagai jaringan broadband yang berkecepatan tinggi [3].
2.3 Alat Kerja Fiber Optik 2.3.1 Optical Power Meter
Optical Power Meter adalah alat yang digunakan untuk
mengukur kekuatan dalam sinyal optik. Pada unit display, daya optik diukur dan mengatur panjang gelombang ditampilkan. Meter listrik
25
dikalibrasi menggunakan standar kalibrasi dapat dilacak seperti standar NIST (National Institute of Standart and Technology).
Gambar 2-4 Optical Power Meter
2.3.2 Optical Light Source
Optical Light Source (OLS) merupakan suatu alat yang berfungsi
sebagai pemancar sinyal optik. Pada OLS terdapat beberapa setting yaitu lambda/atau panjang gelombang:
• 850 nm digunakan untuk mengukur multi mode
• 1310 nm digunakan untuk mengukur single mode dengan jarak yang relatif pendek (10 km).
• 1550 nm digunakan untuk mengukur single mode dengan jarak jauh backbone (diatas 10 km)
26
Alat ukur ini dipakai untuk mengetahui continuitas suatu link optik atau meluruskan suatu terminasi optik.
2.3.3 Optical Time Domain Reflectometer
Optical Time-Domain Reflectometer atau biasa disingkat
menjadi OTDR, merupakan suatu peralatan optoelektronik yang digunakan untuk mengukur parameter-parameter seperti pelemahan (attenuation), panjang, kehilangan pencerai dan penyambung, dalam sistem telekomunikasi serat optik. OTDR pada dasarnya terdiri dari satu sumber optik dan satu penerima (receiver), modul akuisisi data, media penyimpanan data, dan layar monitor.
Secara umum fungsi dari OTDR adalah mengukur redaman, mengukur loss sambungan, mengukur loss antar dua titik, mengukur jarak kabel, dan melokalisir gangguan. Prinsip kerja alat ukur OTDR adalah sebagai berikut (PT Telekomunikasi Indonesia, 2013) :
27
a. OTDR memancarkan pulsa-pulsa cahaya dari sebuah sumber dioda laser ke dalam sebuah fiber optik
b. Sebagian sinyal-sinyal dibalikan ke OTDR, sinyal diarahkan melalui sebuah
coupler ke detektor optik dimana sinyal tersebut diubah menjadi sinyal
listrik dan ditampilkan pada layar CRT. c. OTDR mengukur sinyal balik terhadap waktu.
1) Waktu tempuh dikalikan dengan kecepatan cahaya dalam fiber digunakan untuk menghitung jarak =
2
t n c
Dimana:
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (299,792,458 m/s) n = indeks bias
t = waktu
2) Tampilan OTDR menggambarkan daya relatif dari sinyal balik terhadap jarak.
Pemakaian alat ukur OTDR dipergunakan saat sedang instalasi atau dalam melakukan pemeliharaan kabel fiber optik. Saat instalasi OTDR dipakai untuk memastikan loss sambungan, konektor, dan loss karena tekukan atau tekanan terhadap kabel. Dalam pemeliharaan dipergunakan untuk pengecekan periodik untuk memastikan tidak ada degredasi fiber dan untuk melokalisir gangguan. Dalam mempergunakan OTDR perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Jangan melihat langsung laser ke mata karena berbahaya bagi mata. b. Konektor harus bersih agar didapat hasil yang benar.
c. Tegangan catuan yang diijinkan. d. Penanganan kabel konektor. e. Kondisi lingkungan alat.
28
g. Sebelum bekerja dengan OTDR harus diperhatikan spesifikasi teknik yang dimiliki perangkat serta melalukan pembersihan terhada konektor.
2.3.4 Patchcord
Perangkat kabel ini memiliki struktur yang simplex satu (1)
core dan ada pula yang duplex dua (2) core, Single mode dan Multi mode. Patchcord mempunyai banyak sekali jenis konektor, karena
masing-masing perangkat / alat yang digunakan mempunyai tipe yang berbeda pula disesuaikan dengan kebutuhan patchcord sendiri adalah kabel fiber optik dengan panjang tertentu yang sudah terpasang konektor di ujungnya. Patchcord untuk menghubungkan antar perangkat atau komunikasi dan patchcord sendiri merupakan kabel fiber indoor yang dipakai hanya untuk di dalam ruangan saja.
29
2.3.5 Konfigurasi Umum Jaringan Internet Triple Play pada IndiHome Pada awalnya layanan-layanan PT. Telkom Indonesia pemakaiannya sangat terbatas disebabkan oleh biaya peralatan yang mahal dengan penggunaan perangkat aktif yang memerlukan tenaga listrik contohnya pada optical switch. Perangkat teknologi sebelumnya yaitu DSLAM atau MSAN masih memerlukan peralatan seperti optical switch mulai digantikan dengan GPON untuk meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya yang mahal.
PT. Telkom Indonesia telah membuat program untuk layanannya saat ini yaitu Indihome menggunakan serat optik sepenuhnya melalui perangkat teknologi GPON, namun untuk penggunaan perangkat teknologi lama seperti MSAN, masih dipertimbangkan untuk tidak ditinggalkan karena masih disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan itu sendiri. Di dalam jaringan IndiHome pada Gambar 2.1 berikut ini merupakan pembagian antara jaringan MSAN dan GPON dari sentral menuju pelanggan.
30
Gambar 2-8 Konfigurasi MSAN dan FTTH [8]
Pada Gambar 2.8 di atas merupakan konfigurasi dari rute pengiriman data yang dilewati baik melalu teknologi MSAN maupun GPON pada Fiber to The Home (FTTH). Pada Gambar 2.8 terlihat bahwa dari penyedia layanan hingga OLT didukung dengan media serat optik, namun untuk keluaran perangkat merupakan titik perbedaan antara MSAN dan GPON dapat terlihat jelas dimana pada MSAN masih menggunakan cooper (tembaga) sebagai media penyaluran datanya sedangkan pada GPON telah sepenuhnya menggunakan serat optik hingga ke rumah pelanggan.
2.4 Gigabit Passive Optical Network
Gigabit Passive Optical Network (GPON) merupakan teknologi broadband Access yang berbasis kabel serat optik yang diperlukan untuk memberikan
31
menggunakan standar ITU-T G.984 dan merupakan bentuk khusus dari Fiber
To The Home (FTTH). Model paketisasi data menggunakan GPON Encapsulation Method (GEM) dengan metode akses yang digunakan adalah Time Division Multiple Access (TDMA) [9].
2.4.1 Konfigurasi GPON
Pada dasarnya GPON merupakan teknologi dari jaringan FTTH yang seluruh jaringannya menggunakan serat optik dan terhubung dari penyedia layanan hingga kerumah pelanggan. Keunggulan GPON adalah berupa saluran sinyal ataupun bandwidth dengan mencapai hingga 2,488 Gbps untuk downstream secara stabil.
Berdasarkan Gambar 2.9 di atas sistem utama GPON yang mendukung jaringan FTTH terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut: a. Optical Line Terminal (OLT)
Optical Line Terminal (OLT) merupakan perangkat awal yang berfungsi
sebagai interface antara penyedia layanan berupa data, video, dan suara dengan sistem teknologi GPON dan memberikan informasi melalui
Element Management System (EMS) kepada sistem operasi. Pada Gambar
2.9 dapat dilihat perangkat OLT yang memiliki spesifikasi yaitu panjang gelombang downstream 1490 nm, panjang gelombang upstream 1310 nm
32
dan untuk sinyal RF analog yaitu untuk panjang gelombang pengiriman video 1550 nm.
b. Optical Distribution Network (ODN)
Konfigurasi untuk jaringan optik membutuhkan ODN sebagai perantara atau terminasi antara perangkat OLT dan Optical Network Termination (ONT). Komponen yang digunakan pada ODN menggunakan komponen yang pasif seperti kabel serat optik, splices, konektor, splitter. Splitter merupakan komponen yang sangat berperan dalam penyaluran sinyal optik dan membaginya secara merata. Splitter tidak memerlukan energi eksternal, itu sebabnya splitter merupakan komponen pasif.
c. Optical Network Termination/Unit (ONT/ONU)
Interface antara jaringan optik dengan pelanggan yang merupakan komponen aktif untuk merubah sinyal optik dari ODN ke sinyal listrik. ONT memiliki bentuk yang sama seperti modem Asymetric Digital Subscriber Line (ADSL) yang mengantarkan layanan broadband ke pelanggan. Optical
Network Termination/Unit ONT/ONU diletakkan pada sisi pelangan untuk
jaringan FTTH.
Berdasarkan Gambar 2.9 di atas, pada arah downstream, sinyal TDMA dari OLT memuat semua informasi pelanggan dalam slot yang ditentukan dan disebarkan ke semua ONU yang terhubung oleh OLT. Setiap ONU hanya mengakses pada port yang telah ditentukan untuk transmisi karena semua informasi downstream disebarkan ke semua ONU seperti pengaman sinyal dengan encryption. Pada arah sinyal upstream dari setiap ONU ditransmisikan secara sinkron dengan metode Time Division Multiple Access (TDMA) untuk menghindari collision, karena jarak antara OLT dan semua ONU berbeda-beda [10].
33
2.4.2 Prinsip Dasar GPON
Pada jaringan FTTH, sinyal yang dikirimkan berupa sinyal optik melalui perangkat yang disebut dengan OLT kepada berbagai ONT yang terdapat pada pelanggan melalui splitter yang berfungsi untuk membagi-bagi serat optik tunggal kepada beberapa ONT.
Splitter ini merupakan salah satu elemen pasif yang berbasis
sistem Passive Optical Network (PON) yang merupakan sistem jaringan point-to-multipoint dari serat optik ke arsitektur premise
network dimana unPowered optical splitter (splitter fiber) merupakan
serat optik tunggal [9].
Dasar arsitektur GPON menggunakan menggunakan sistem
Time Division Multiplexing (TDM) sehingga mendukung layanan
T1, E1, dan DS3. Sistem kerja dari pada GPON terpusat pada ONT. Sistem pengiriman data GPON memiliki 3 mode Power yaitu mode 1 pada daya output normal, mode 2 dan 3 akan mengirimkan 3 – 6 dB lebih rendah dari pada mode 1 dan nantinya OLT akan memberikan isyarat pada ONT agar menurunkan dayanya apabila OLT mendeteksi sinyal dari ONT terlalu kuat atau sebaliknya. OLT akan memberi perintah ONT untuk menaikkan daya jika terdeteksi sinyal terlalu lemah [9].
2.5 Multi Service Access Node
Multi Service Access Node (MSAN) merupakan suatu perangkat jaringan
akses yang menyediakan layanan broadband dan narrowband dalam jaringan PSTN dan NGN (The Next Generation Network). MSAN menyediakan fungsi broadband akses multiplexer sebagai IP DSLAM yang
34
berdasarkan dengan teknologi Internet Protocol (IP), Asynchrounous Transfer
Mode (ATM), atau Time Division Multiplexing (TDM) melalui jaringan akses
tembaga maupun serat optik. Maka dari itu MSAN diimplementasikan untuk menyediakan solusi untuk layanan triple play dengan kecepatan tinggi [4].
2.5.1 Komponen MSAN
Komponen dari pada perangkat MSAN merupakan perpaduan yang baik dari layanan broadband dan narrowband yang membaur menjadi satu kesatuan antara keduanya dari sebuah single platform seperti [1]:
a. Layanan
1. Suara: Plain Old Telephone Service (POTS), Voice Internet
Protocol (VoIP), Interner Service Digital Network (ISDN).
2. Data: Time Division Multiplexing (TDM), leased line (Leased line: 2 MBit/s, nx64 Kbit/s, substrate), DSL
b. Transmisi
Transmisi data yang digunakan untuk perangkat MSAN meliputi Synchronous Digital Hierarchy (SDH), dan Ethernet.
c. Topologi
MSAN dapat mendukung beberapa teknologi yang menggunakan topologi yaitu star, ring, dan bus.
d. Fleksibel Service Acces
MSAN memiliki fleksibilitas untuk akses layanan dalam hal menyediakan akses tembaga untuk voice dan DSL service menggunakan combo card serta optik untuk layanan Ethernet.
35
2.6 Parameter Kualitas Jaringan MSAN
Sebuah layanan memiliki spesifikasi standar untuk menentukan apakah layanan yang diberikan baik atau buruk. Kualitas jaringan akses internet pada layanan IndiHome menampilkan nilai redaman, dan kekuatan sinyal pada proses transmisi. MSAN yang merupakan teknologi yang masih memiliki komponen tembaga didalam topologinya memiliki parameter dalam kualitas jaringan yaitu Signal to noise Ratio (SNR), dan attenuation (redaman).
2.6.1 Signal to noise Ratio
Signal-to-noise Ratio (SNR) merupakan perbandingan antara
kekuatan sinyal dengan kekuatan noise yang dihasilkan oleh suatu jaringan. Pada sistem jaringan, noise merupakan gangguan, oleh sebab itu perbandingannya harus lebih besar nilai kekuatan sinyal daripada nilai kekuatan noise. Jika nilai kekuatan sinyal lebih besar dari pada
noise, maka data yang dikirimkan atau informasi yang dikirimkan
dapat diterima dengan kualitas yang baik. Semakin tinggi nilai SNR, maka semakin tinggi pula kualitas dari jaringan tersebut. Pada persamaan berikut ini merupakan hubungan daya sinyal dan noise [11]. SNR = 10 Log10 (S/N) dB (1) keterangan:
S: daya sinyal (Watt) N: daya noise (Watt)
Berikut ini merupakan standar acuan nilai SNR pada software
IBooster berdasarkan lampiran Nomor: 02/000/COO=COO4100030/2009
36
Table 2-1 Standar SNR menurut software IBooster [12]
Pada Tabel 2.1 di atas merupakan nilai daripada standar SNR yang telah di tetapkan PT. Telkom Indonesia. Nilai SNR yang berada dibawah 13 dB akan mengalami penurunan kualitas, namun jika nilai diantara 13 dB dan 25 dB, kriteria kualitas jaringannya adalah bagus.
2.6.2 Redaman
Redaman atau attenuation merupakan salah satu kinerja jaringan yang berfungsi sebagai penunjuk seberapa jauh kualitas sinyal dari modem pelanggan sampai kepada perangkat jaringan akses internet. Redaman berkaitan dengan melemahnya sinyal yang diakibatkan oleh jarak yang ditempuh dan akan terjadi jika jarak media transmisi terlalu jauh. Redaman ini dapat dihasilkan dari perbandingan antara daya masukan dengan daya keluaran. Berdasarkan lampiran KR Nomor: KR. 02/000/COO=COO4100030/2009 Tanggal: 16 Maret 2009, PT. Telkom Indonesia menetapkan standar parameter redaman untuk transmisi asimetris adalah ≤ 65 dB [3].
Untuk menghitung nilai redaman dapat dilakukan melalui persamaan berikut ini [11].
Standar Keterangan
25 dB Bagus Sekali
37
Attenuation = 10 log10 (P1/P2) dB (2)
Keterangan:
P1: daya sinyal kirim (watt) P2: daya sinyal terima (watt)
Redaman merupakan kebalikan dari pada SNR. Jika nilai redaman semakin besar, maka sinyal yang akan dihasilkan akan semakin kecil. Semakin rendah nilai redaman semakin besar pula sinyal dan kemungkinan mendapatkan kualitas pada jaringan transmisi. Satuan pengukuran redaman adalah decibel (dB) yang merupakan satuan perbedaan antara kekuatan daya pancar sinyal.
2.7 Parameter Kualitas Jaringan GPON
Kecepatan yang ditawarkan GPON sangat tinggi dibandingkan dengan MSAN, namun untuk kestabilannya belum bisa dipastikan sebelum melihat kualitas yang dihasilkan oleh teknologi GPON, apakah sesuai dengan yang telah diberikan PT.Telkom Indonesia. Kualitas GPON berbeda dengan kualitas jaringan pada MSAN, GPON hanya menampilkan kualitas perhitungan Link Power Budget yang akan menghitung nilai Rx Power (daya keluaran pada penerima) secara keseluruhan yang dimulai dari STO hingga ke pelanggan.
2.7.1 Rx Power
Berdasarkan standar dari ITU-T G.984 maka dilakukan perhitungan untuk kualitas dari teknologi GPON yang parameternya disebut dengan Link Power Budget. Pengukuran Link
Power Budget bertujuan untuk mengetahui batasan redaman total yang
diijinkan antara daya keluaran pemancar dan sensitivitas penerima.
38
memastikan level daya penerima (rx Power) lebih besar atau sama dengan level threshold (daya minimum). Rx Power merupakan nilai daya terima yang akan dihasilkan dari pengukuran secara total. Rx
Power satuan pengukurannya adalah decibel milliwatt (dBm)
merupakan satuan kekuatan sinyal/daya pancar.
Menurut peraturan dari PT. Telkom Indonesia jarak yang telah ditentukan tidak lebih dari 20 km sedangkan untuk total redaman tidak boleh lebih dari 28 dB dan sinyal yang diterima tidak boleh kurang dari -28 dBm [5].
Pengukuran untuk mengetahui nilai Rx Power, PT. Telkom Indonesia melalui anak perusahaannya yaitu PT. Telkom Akses menyediakan sebuah aplikasi yaitu IBooster yang dapat mengukur Rx
Power secara total. Standar yang ditetapkan pada aplikasi tersebut
untuk nilai Rx Power adalah tidak boleh kurang dari -25 dBm. Nilai Rx Power sesuai standar atau Rx Power > -25 dBm, maka aplikasi akan tampak seperti pada Gambar 2.10 yang menandakan bahwa jaringan stabil.
39
Nilai download dari Rx Power yang dihasilkan pada pengukuran menggunakan IBooster dapat dilihat pada anak panah yang mengarah pada ONT/ONU pada Gambar 2.10 di atas bernilai -17,567 dBm, hal itu berarti nilai Rx Power pada salah satu pelanggan dalam kondisi yang baik. Nilai upstream yang dihasilkan dari pengukuran dapat dilihat pada anak panah yang mengarah kepada OLT yang menuju jaringan Metro Ethernet.
2.8 Parameter Kinerja jaringan
Kinerja jaringan yang buruk dapat dilihat dari seberapa mudah jaringan akses internet mengalami kegagalan dalam pengiriman data maupun informasi. Parameter kinerja jaringan yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan throughput, packet loss, dan delay. Penelitian ini akan menganalisis parameter kinerja jaringan tersebut dengan standar umum yang sering digunakan yaitu ITU-T.
2.9 Komponen Perangkat MSAN dan GPON 2.9.1 Optical Line Terminal (OLT)
Optical Line Terminal (OLT) adalah perangkat yang berfungsi sebagai
titik akhir (end-point) dari layanan jaringan optik pasif (PON). Perangkat ini mempunyai dua fungsi utama, yaitu:
1. Melakukan konversi antara sinyal listrik dan sinyal optik.
2. Mengkoordinasikan multiplexing pada perangkat lain di ujung jaringan biasa disebut dengan Optical Network Terminal (ONT) atau Optical
40
OLT merupakan penyedia interface antara sistem Passive Optical
Network (PON) dengan penyedia layanan (service provider) data, video, dan
telepon. Gambar 2.9 merupakan perangkat OLT di lapangan. Untuk spesifikasi OLT dapat dilihat pada tabel 2.2
Gambar 2-11 Optical Line Terminal
Table 2-2 Spesifikasi Perangkat OLT (Luthfi Bahtiar, 2014)
Property Remarks
Interface type SC/PC
Interface Rate upstream: 1,244Gbps
downstream: 2,488 Gbps
Central Wavelenght upstream: 1310 nm
downstream: 1490 nm
41
Maximum Receiver Sensitifity -28 dBm
Overload Optical Power -8 dBm
Standarts ITU-T G.984.2
2.9.2 Optical Distribution Cabinet (ODC)
Perangkat outdoor dalam jaringan akses fiber optik yang pertama adalah Optical Distribution Cabinet (ODC). ODC adalah suatu ruang yang berbentuk kotak atau kubah (dome) yang terbuat dari material khusus yang berfungsi sebagai tempat instalasi sambungan jaringan optik single-mode, yang berisikan connector, splice, maupun
splitter dan dilengkapi ruang manajemen fiber dengan kapasitas
tertentu pada jaringan akses optik pasif (PON). ODC berfungsi sebagai tempat terminasi antara kabel feeder dengan kabel distribusi. Splitter dapat disimpulkan terdapat di dalam ODC dari sentral atau OLT yang dibagi ke ODP.
42
2.9.3 Multi Service Access Node (MSAN)
Perangkat aktif yang digunakan untuk mengoptimalkan media akses tembaga. MSAN memberikan layanan voice, data dan video. Layanan yang diberikan tergantung pada service yang disediakan oleh operator telekomunikasi yang bersangkutan. MSAN didesign sebagai perangkat indoor maupun outdoor.
Gambar 2-13 Perangkat MSAN
2.9.4 Power Link Budget
Power Link Budget adalah hasil dari total redaman optik yang
diizinkan sepanjang sumber titik optik sampai di titik penerima, hasil yang didapat dari redaman kabel. Perhitungan redaman total, daya terima, serta margin daya tersebut yang dikenal sebagai analisa Power
Link Budget. Link Budget dilakukan untuk mendapatkan jaringan yang
optimal pada perancangan ini. Perhitungan dilakukan berdasarkan standarisasi ITU-T G.984 dan juga peraturan yang diterapkan oleh PT. Telkom, yaitu jarak tidak lebih dari 20 km dan redaman total tidak lebih dari 28 dB. [10]
43
Tujuan menghitung Link Budget untuk memastikan daya yang cukup agar sampai ke penerima untuk mempertahankan kualitas yang optimal selama pemakaian sistem. Untuk menghitung redaman berdasarkan daya yang telah diketahui dalam pengukuran redaman menggunakan Optical Power Meter, maka digunakan persamaan (2.1) sebagai berikut. [10]
a= PTx −PRx (2.1)
Dimana :
a = attenuation (dB)
PTx = Daya yang dipancarkan (dBm) PRx = Daya yang diterima (dBm)
Untuk menghitung total loss pada kabel fiber optik digunakan persamaan (2.2) sebagai berikut.
af = L lf (2.2)
Dimana :
af = Redaman total pada kabel (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (km)
lf = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Untuk menghitung loss konektor digunakan persamaan (2.3) sebagai berikut.
ac=Nc lc (2.3)
Dimana :
ac = Redaman total yang ditimbulkan oleh konektor (dB)
Nc = Total konektor yang dipakai lc = Redaman konektor (dB)
44
as= Ns ls (2.4)
Dimana :
as = Redaman total yang ditimbulkan oleh splice (dB)
Ns = Total splice/sambungan
Ls = Redaman splice/sambungan (dB)
Untuk mencari perhitungan Power Link Budget digunakan persamaan (2.5) sebagai berikut.
atot=
(
L lf)
+(
Nc lc)
+(
Ns ls)
+SP (2.5) Dimana :atot = Redaman total (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
lf = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Nc = Total konektor yang dipakai (dB)
lc = Redaman yang ditimbulkan oleh konektor (dB)
Ns = Total splice/sambungan (dB)
ls = Redaman yang ditimbulkan oleh splice (dB)
SP = Redaman splitter (dB)
Nilai redaman pada masing-masing komponen jaringan fiber optik yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.3.
45
Table 2-3 Nilai Redaman
No Perangkat Redaman
1 Kabel Fiber Optik 0,35 dB/Km
2 Splitter 1:4 7,25 dB
3 Splitter 1:8 10,38 dB
4 Konektor 0,25 dB
46
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pemilihan Lokasi Penelitian
Dalam analisa kualitas jaringan akses Indihome berdasarkan teknologi MSAN dan GPON hal yang paling dasar adalah menentukan lokasi yang akan dianalisa. Tujuan dilakukan analisa yaitu untuk mengetahui apakah jaringan sudah sesuai standar spesifikasi yang telah ditentukan. Diagram alur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 .
47
Pertama yang harus ditentukan yaitu pemilihan STO (sentral telepon otomat). STO merupakan control station pusat, dimana segmen sumber jaringan telekomunikasi dimulai. Di dalam STO terdapat Optical Line
Terminal (OLT) dan ruang Fiber Termination Management (FTM). Studi
kasus saat ini penulis memilih STO Majapahit.
3.1.1 Tahapan pemilihan lokasi pelanggan berdasarkan :
1) Penggunaan perangkat Teknologi GPON dan MSAN yang terbanyak di wilayah Semarang
2) Total perangkat MSAN dan ODC terbanyak dari STO yang terdapat di Semarang.
3) STO Majapahit memiliki wilayah cakupan pelanggan yang terluas dan banyak.
STO Majapahit (MJP) merupakan salah satu dari 18 STO yang terdapat di wilayah Semarang. STO MJP memiliki 55 MSAN dan 88 ODC yang tersebar di beberapa daerah, dua (2) diantaranya adalah Palebon dan Sambiroto yang dijadikan daerah sampel data penelitian. Setiap daerah memiliki simbol atau singkatan untuk memudahkan dalam pengenalannya yaitu MSAN MRAD dan GPON ODC MJP-FA untuk daerah Palebon serta MSAN MDAV dan GPON ODC MJP-FM untuk daerah Sambiroto. Peta jaringan STO MJP dapat dilihat pada Gambar 3.2 di bawah ini :
48
Gambar 3-2 MSAN MDAV dan GPON ODC-MJP-FM
49
3.2 Pegambilan Data Sampel
Pengukuran uplink perangkat dilakukan menggunakan alat ukur yaitu OPM (Optical Power Meter) dan OLS (Optical Light Source). Pada titik hasil pengukuran dicatat dan dibuat tabel pengukuran untuk dilakukan perbandingan perhitungan menggunakan metode Power Link Budget. Hasil survei dapat dilihat pada tabel berikut
Table 3-1 Komponen Perangkat MSAN MRAD No Perangkat Jumlah 1 Konektor 7 buah
2 Splicing 4 titik
3 Optical Transmitter Power -09,98 dBm
Table 3-2 Komponen Perangkat GPON ODC-MJP-FA No Perangkat Jumlah 1 Konektor 7 buah
2 Splicing 2 titik
50
Table 3-3 Komponen Perangkat MSAN MDAV No Perangkat Jumlah 1 Konektor 7 buah
2 Splicing 5 titik
3 Optical Transmitter Power -09,98 dBm
4 Joint Closure 1 buah
Table 3-4 Komponen Perangkat GPON ODC-MJP-FM No Perangkat Jumlah 1 Konektor 5 buah
2 Splicing 4 titik
3 Optical Transmitter Power -09,98 dBm
4 Joint Closure 1 buah
3.2.1 Pegambilan Data Sampel Pelanggan
Nomor pelanggan yang telah diperoleh dari node user selanjutnya dikelompokkan berdasarkan paket-paketnya. Paket 1 Mbps, 2 Mbps, dan 3 Mbps merupakan paket untuk perangkat teknologi MSAN, sedangkan paket 10 Mbps, 20 Mbps, dan 50 Mbps untuk GPON. Seluruh paket kemudian dipilih salah satunya yang paling dominan dan popular digunakan oleh masyarakat yaitu 1 Mbps untuk MSAN dan 10 Mbps untuk GPON. Hal itu dilakukan agar dapat menentukan jaringan sudah sesuai standar atau belum.
51
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Sampel data pada penelitian ini dibedakan menurut penggunaan teknologi MSAN maupun GPON, sedangkan untuk metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu analisis pengamatan terhadap perbandingan antara teori dan hasil aktual di lapangan sesuai parameter PT. Telkom Akses Semarang.
4.2 Arsitektur Jaringan MSAN dan GPON
Pada penelitian ini sampel MSAN dan GPON yang digunakan adalah MSAN MRAD dengan GPON MJP-FA dan MSAN MDAV dengan GPON ODC-MJP-FM, masing-masing berada di Jalan Palebon dan Jalan Sambiroto. Adapun titik STO yang menjadi acuan adalah STO MJP (Majapahit) yang memiliki cakupan terluas di wilayah PT. Telkom Semarang, dengan jarak perangkat MSAN dan GPON yang berbeda-beda. Pemilihan kedua sampel MSAN dan GPON tersebut berdasarkan pertimbangan jarak uplink antara STO sampai ke perangkat. Adapun jarak MSAN MRAD berada sekitar 803 meter dari STO ke perangkat MSAN-nya, sedangkan untuk jakak GPON-nya sekitar 793 meter dari STO ke perangkat ODC. Adapun untuk MSAN MDAV memiliki jarak sekitar 5485 meter dari STO ke parangkat MSAN-nya, sedangkan GPON-nya berjarak sekitar 5173 meter dari STO ke perangkat ODC. Teknik yang digunakan untuk mengukur jarak MSAN dan GPON yaitu menggunakan google earth karena software tersebut dirasa valid dan mudah untuk diapliaksikan. Untuk lebih jelasnya dapat melihat gambar di bawah ini:
52
Gambar 4-1 MSAN MRAD dan GPON ODC-MJP-FA
53
4.3 Power Link Budget
Metode perhitungan ini sesuai standar PT Telkom Indonesia yg mangacu kepada standar parameter ITU-T G.984.2. Sehingga dapat diketahui jaringan yang ada sudah layak dan optimal untuk digunakan atau belum. De
Table 4-1 Loss Maksimum Elemen Network ITU-T G.984.2 No Element Network Batasan Ukuran
1 Kabel Max 0,35 dB/Km 2 Splicing Max 0,1 dB 3 Connector Loss Max 0,25 dB 4 Splitter 1:2 Max 4,2 dB 5 Splitter 1:4 Max 7,8 dB 6 Splitter 1:8 Max 11,4 dB 7 Splitter 1:16 Max 15,0 dB 8 Splitter 1:32 Max 18,6 dB 9 Combiner/DWDM Max 1 dB
54
4.4 Pengukuran Kualitas Jaringan
Pengukuran pertama uplink perangkat dilakukan dengan cara melakukan kalibrasi terhadap OPM dan OLS dengan menggunakan 2 (dua) patchcord dan 1 (satu) adapter, nanti akan muncul daya pada OPM. Dilanjutkan pengukuran pada tiap node yaitu pengukuran di perangkat MSAN MRAD, ODC-MJP-FA, MSAN MDAV, dan ODC-MJP-FM. Pengukuran dilakukan menggunakan sebuah alat ukur optik yaitu Optical Power Meter. Pada tiap-tiap titik hasil pengukuran dicatat dan dimasukkan ke dalam tabel pengukuran untuk dilakukan perbandingan perhitungan menggunakan metode Power Link Budget.
Table 4-2 Hasil Pengukuran Optical Power
No Node Optical Power
1 MSAN MRAD -05,55 dBm 2 GPON ODC-MJP-FA -05,75 dBm 3 MSAN MDAV -16,72 dBm 4 ODC-MJP-FM -10,26 dBm
55
Table 4-3 Hasil Pengukuran
1
Pengukuran pada MSAN MRAD
didapatkan daya sebesar -05,55 dBm
2
Pengukuran pada GPON ODC-MJP-FA didapatkan daya sebesar -05,75 dBm
56
3
Pengukuran pada MSAN MDAV
didapatkan daya sebesar -16,72 dBm
4
Pengukuran pada GPON ODC-MJP-FM didapatkan daya sebesar -10,26 dBm
57
4.5 Perhitungan MSAN MJP MRAD
Table 4-4 Data Perhitungan MSAN MJP MRAD
Untuk menghitung total redaman pada jaringan catuan uplink pada MSAN MJP MRAD yang telah diketahui daya output nya menggunakan Optical Power
Meter digunakan persamaan sebagai berikut.
a = PTx −PRx
Dimana : a = Redaman (dB)
PTx = Daya yang dipancarkan (dBm)
PRx = Daya yang diterima (dBm)
Hasil : a = -09,98 - (-05,55)
No Data Lambang Nilai 1 Daya keluaran sumber optik PTx -09,98 dBm
2 Daya diterima PRx -05,55 dBm 3 Redaman serat optic lf 0,35dB/Km 4 Redaman sambungan (splice) ls 0,10 dB 5 Redaman konektor lc 0,25 dB 6 Jumlah sambungan (splice) Ns 4 titik
7 Jumlah konektor Nc 7 buah 8 Panjang Kabel Optik L 0,793 Km
58
= -4,43 dB
Jadi, nilai referensi redaman total yang timbul pada jaringan uplink MSAN MJP MRAD adalah sebesar -4,43 dB
Untuk menghitung total loss kabel pada kabel fiber optik digunakan persamaan 2.2 sebagai berikut.
af = L lf
Dimana : af = Redaman total pada kabel (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
lf = Redaman yang timbul per km (dB/Km) Hasil : af = (793m + 10m) x 0,35 dB
= 803m x 0,35 dB = 0,803 Km x 0,35 dB = 0,281 dB
Jadi, nilai redaman yang timbul pada kabel fiber optik adalah sebesar 0,281 dB.
Untuk menghitung loss konektor digunakan persamaan 2.3 sebagai berikut.
ac =Nclc
Dimana : ac = Redaman total yang ditimbulkan oleh konektor (dB)
Nc = Total konektor yang dipakai
59
Hasil: 𝛼𝑐 = 7 x 0,25 dB = 1,75 dB
Jadi, nilai redaman yang ditimbulkan oleh konektor adalah sebesar 1,75 dB.
Untuk menghitung loss splice digunakan persamaan 2.4 sebagai berikut.
as = Ns ls
Dimana : as = Redaman total yang ditimbulkan oleh splice (dB)
Ns = Total splice/sambungan
ls = Redaman splice/sambungan (dB) Hasil : 𝛼𝑠 = 4 x 0,10 dB
= 0,4 dB
Jadi, nilai yang ditimbulkan oleh sambungan/splice adalah sebesar 0,4 dB
Untuk mencari perhitungan Power Link Budget digunakan persamaan 2.5 sebagai berikut.
atot=
(
L lf)
+(
Nc lc)
+(
Ns ls)
+SPDimana : atot = Redaman total (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
𝑙𝑓 = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
60 lc = Redaman konektor (dB) Ns = Total splice/sambungan (dB) ls = Redaman splice/sambungan (dB) SP = Redaman splitter (dB) Hasil : atot = (0,803 Km x 0,35 dB) + (7 x 0,25 dB) + (4 x 0,10 dB) = 0,281 dB + 1,75 dB + 0,4 dB = 2,431 dB
Jadi, total nilai redaman sesuai dengan perhitungan Power Link Budget adalah sebesar 2,431 dB.
4.6 Analisa MSAN MJP MRAD
Berdasarkan pengukuran dan perhitungan jaringan uplink MSAN MJP-MRAD yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil pada output daya yang diterima seperti pada tabel di bawah ini:
Table 4-5 Daya Yang Diterima MSAN MJP MRAD No Data Daya Diterima
1 Pengukuran -4,43 dB 2 Perhitungan 2,431 dB
61
yaitu nilai pengukuran tidak melebihi nilai referensi perhitungan Power Link
Budget. Dengan begitu kualitas jaringan uplink perangkat tersebut dapat dikatakan
baik.
4.7 Perhitungan GPON ODC-MJP-FA
Table 4-6 Data Perhitungan ODC-MJP-FA
Untuk menghitung total redaman pada jaringan catuan (uplink) pada GPON ODC-MJP-FA yang telah diketahui daya output nya menggunakan Optical Power
Meter digunakan persamaan sebagai berikut.
a = PTx −PRx
Dimna : a = Redaman (dB)
PTx = Daya yang dipancarkan (dBm) No Data Lambang Nilai
1 Daya keluaran sumber optic PTx -09,98 dBm 2 Daya diterima PRx -05,75 dBm 3 Redaman serat optic lf 0,35dB/Km 4 Redaman sambungan (splice) ls 0,10 dB
5 Redaman konektor lc 0,25 dB 6 Jumlah sambungan (splice) Ns 3 titik 7 Jumlah konektor Nc 5 buah 8 Panjang Kabel Optik L 0,793 Km
62
PRx = Daya yang diterima (dBm) Hasil : a = -09,98 - (-05,75)
= -4,23 dB
Jadi, nilai redaman total yang timbul pada jaringan uplink GPON ODC-MJP-FA adalah sebesar-4,23 dB
Untuk menghitung total loss kabel pada kabel fiber optik digunakan persamaan 2.2 sebagai berikut.
af = L lf
Dimana : af = Redaman total pada kabel (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
lf = Redaman yang timbul per km (dB/Km) Hasil : af = (793m )x0,35 dB
= 793m x 0,35 dB = 0,793 Km x 0,35 dB = 0,27 dB
Jadi, nilai redaman yang timbul pada kabel fiber optik adalah sebesar 0,27 dB Untuk menghitung loss konektor digunakan persamaan 2.3 sebagai berikut:
ac =Nclc
Dimana : ac = Redaman total yang ditimbulkan oleh konektor (dB)
63
Nc = Total konektor yang dipakai
lc = Redaman konektor (dB) Hasil ac = 5 x 0,25 dB
= 1,25 dB
Jadi, nilai redaman yang ditimbulkan oleh konektor adalah sebesar 1,25 dB. Untuk menghitung loss splice digunakan persamaan 2.4 sebagai berikut. 𝛼𝑠 = 𝑁𝑠 x 𝑙𝑠
Dimana : 𝛼𝑠 = Redaman total yang ditimbulkan oleh splice (dB)
Ns = Total splice/sambungan
ls = Redaman splice/sambungan (dB) Hasil : 𝛼𝑠 = 3 x 0,10 dB
= 0,3 dB
Jadi, nilai yang ditimbulkan oleh sambungan/splice adalah sebesar 0,3 dB
Untuk mencari perhitungan Power Link Budget digunakan persamaan 2.5 sebagai berikut.
atot=
(
L lf)
+(
Nc lc)
+(
Ns ls)
+SPDimana : atot = Redaman total (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
64
Nc = Total konektor yang dipakai (dB)
lc = Redaman konektor (dB) Ns = Total splice/sambungan (dB) ls = Redaman splice/sambungan (dB) SP = Redaman splitter (dB) Hasil : atot = (0,793 Km x 0,35 dB) + (7 x 0,25 dB) + (4 x 0,10 dB) = 0,27 dB + 1,25 dB + 0,3 dB = 1,82 dB
Jadi, total nilai redaman sesuai dengan perhitungan Power Link Budget adalah sebesar 1,82 dB.
4.8 Analisa GPON ODC-MJP-FA
Berdasarkan pengukuran dan perhitungan jaringan uplink GPON ODC-MJP FA yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh hasil pada output daya yang diterima seperti pada tabel di bawah ini:
Table 4-7 Daya yang Diterima ODC-MJP-FA No Data Daya Diterima
1 Pengukuran -4,23 dB 2 Perhitungan 1,82 dB
65
yaitu nilai pengukuran tidak melebihi nilai referensi perhitungan Power Link
Budget. Dengan begitu kualitas jaringan uplink perangkat tersebut dapat dikatakan
baik.
4.9 Perhitungan MSAN MJP MDAV
Table 4-8 Data Perhitungan MSAN MJP MDAV No Data Lambang Nilai
1 Daya keluaran sumber optik PTx -09,98 dBm 2 Daya diterima PRx -16,72 dBm 3 Redaman serat optik Lf 0,35dB/Km 4 Redaman sambungan (splice) Ls 0,10 dB
5 Redaman konektor Lc 0,25 dB 6 Jumlah sambungan (splice) Ns 5 titik 7 Jumlah konektor Nc 7 buah 8 Panjang Kabel Optik L 5,485 Km
Untuk menghitung total redaman pada jaringan catuan (uplink) pada MSAN MJP MDAV yang telah diketahui daya output nya menggunakan Optical Power
66 a = PTx −PRx
Dimana : a = Redaman (dB)
PTx = Daya yang dipancarkan (dBm) PRx = Daya yang diterima (dBm) Hasil : a = -09,98 - (-16,72)
= 6,74 dB
Jadi, nilai redaman total yang timbul pada jaringan uplink MSAN MJP MDAV adalah sebesar 6,74 dB
Untuk menghitung total loss kabel pada kabel fiber optik digunakan persamaan 2.2 sebagai berikut.
af = L lf
Dimana : af = Redaman total pada kabel (dB)
L = Panjang kabel fiber optik (Km)
lf = Redaman yang timbul per km (dB/Km)
Hasil : af = (5173m + 312m)x0,35 dB
= 5485m x 0,35 dB = 5,485 Km x 0,35 dB = 1,919 dB
67
Untuk menghitung loss konektor digunakan persamaan 2.3 sebagai berikut.
ac =Nclc
Dimana : ac = Redaman total yang ditimbulkan oleh konektor (dB)
Nc = Total konektor yang dipakai
lc = Redaman konektor (dB) Hasil ac = 7 x 0,25 dB
= 1,75 dB
Jadi, nilai redaman yang ditimbulkan oleh konektor adalah sebesar 1,75 dB.
Untuk menghitung loss splice digunakan persamaan 2.4 sebagai berikut.
as = Ns ls
Dimana : as = Redaman total yang ditimbulkan oleh splice (dB)
Ns = Total splice/sambungan
ls = Redaman splice/sambungan (dB) Hasil : as = 5 x 0,10 dB
= 0,5 dB
Jadi, nilai yang ditimbulkan oleh sambungan/splice adalah sebesar 0,5 dB Untuk mencari perhitungan Power Link Budget digunakan persamaan 2.5 sebagai berikut.