• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA LAKSANA KERJA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS (BOARD MANUAL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TATA LAKSANA KERJA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS (BOARD MANUAL)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

2012

TATA LAKSANA KERJA DIREKSI DAN

DEWAN KOMISARIS (BOARD MANUAL)

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 2

KESEPAKATAN TATA LAKSANA KERJA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS (BOARD MANUAL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO) ... 8

BAB I PENDAHULUAN ... 9

1. Latar Belakang ... 9

2. Prinsip-Prinsip Hubungan Kerja Direksi Dengan Dewan Komisaris ... 10

3. Dasar Hukum ... 10

4. Daftar Istilah ... 12

BAB II DEWAN KOMISARIS ... 15

1. Ketentuan Umum Jabatan Anggota Dewan Komisaris ... 15

1.1. Masa Jabatan Anggota Dewan Komisaris ... 15

1.2. Rangkap Jabatan ... 15

1.3. Pengisian Anggota Dewan Komisaris yang Lowong ... 15

1.4. Keadaan Seluruh Anggota Dewan Komisaris Lowong ... 16

1.5. Pemberhentian Anggota Dewan Komisaris Sewaktu-waktu oleh RUPS ... 16

1.6. Pemberhentian Sementara Waktu Anggota Dewan Komisaris oleh RUPS ... 17

1.7. Pengunduran Diri Anggota Dewan Komisaris ... 17

1.8. Program Pengenalan Anggota Dewan Komisaris yang Baru ... 17

2. Tugas Dan Wewenang Dewan Komisaris ... 18

2.1. Tugas Dewan Komisaris ... 18

2.2. Wewenang Dewan Komisaris ... 18

3. Kewajiban Dewan Komisaris ... 19

4. Pembagian Tugas Anggota Dewan Komisaris ... 20

5. Prinsip-Prinsip Pengambilan Keputusan Dewan Komisaris ... 20

6. Rapat Dewan Komisaris ... 20

6.1. Jadwal Rapat ... 21

6.2. Tempat Pelaksanaan Rapat ... 21

(3)

6.4. Panggilan Rapat ... 21

6.5. Agenda Rapat Susulan ... 22

6.6. Pimpinan Rapat ... 22

6.7. Pengambilan Keputusan dalam Rapat ... 22

6.8. Perbedaan Pendapat (Dissenting Opinion) ... 23

6.9. Risalah Rapat ... 23

6.9.1. Materi Risalah Rapat ... 24

6.9.2. Risalah untuk Rapat yang Diadakan melalui Sarana Elektronik ... 24

6.9.3. Dokumen Elektronik sebagai Media Risalah Rapat ... 24

7. Komite-Komite Dewan Komisaris ... 25

7.1. Komite Audit ... 25

7.2. Komite Lainnya ... 26

8. Sekretaris Dewan Komisaris ... 26

BAB III DIREKSI ... 27

1. Ketentuan Umum Jabatan Anggota Direksi ... 27

1.1. Masa Jabatan Direksi ... 27

1.2. Rangkap Jabatan ... 27

1.3. Pelaksana Tugas Anggota Direksi yang Lowong ... 27

1.4. Pengurusan Perseroan dalam Hal Seluruh Anggota Direksi Lowong ... 28

1.5. Pemberhentian Anggota Direksi Sewaktu-waktu oleh RUPS ... 29

1.6. Pemberhentian Sementara Waktu Anggota Direksi oleh Dewan Komisaris ... 29

1.7. Pengunduran Diri Anggota Direksi ... 30

1.8. Pemberitahuan Mengenai Perubahan Susunan Direksi kepada Menteri Hukum dan HAM ... 30

1.9. Program Pengenalan Anggota Direksi yang Baru ... 30

2. Tugas Dan Wewenang Direksi ... 31

2.1. Tugas Direksi ... 31

2.2. Wewenang Direksi ... 32

2.2.1. Wewenang Mewakili Direksi dan Perseroan ... 32

2.2.1.1. Wewenang Direktur Utama dan Pendelegasiannya ... 33

2.2.1.2. Anggota Direksi yang Tidak Berwenang Mewakili Perseroan ... 34

2.2.1.3. Pendelegasian Wewenang di antara Anggota Direksi ... 34

(4)

2.2.1.5. Penyampaian Informasi Perusahaan yang Material Kepada Publik ... 35

2.2.2. Wewenang Melakukan Tindakan Mengenai Pengurusan dan Pemilikan serta Mengikat Perseroan dengan Pihak Lain dan/atau Pihak Lain dengan Perseroan ... 35

2.2.2.1. Pelaksanaan Wewenang Direksi yang Harus Mendapat persetujuan Tertulis dari Dewan Komisaris ... 35

2.2.2.2. Pelaksanaan Wewenang Direksi yang Harus Mendapatkan Persetujuan dari RUPS ... 36

2.2.2.3. Pelaksanaan Wewenang Direksi yang Dilakukan Setelah Mendapat Tanggapan Tertulis dari Dewan Komisaris dan Persetujuan RUPS ... 37

3. Kewajiban Direksi ... 40

4. Pembagian Tugas Dan Wewenang Anggota Direksi ... 40

4.1. Penetapan Pembagian Tugas dan Wewenang Anggota Direksi ... 40

4.2. Pembagian Tugas dan Wewenang dalam Penetapan Keputusan Direksi ... 40

5. Pelaksanaan Tugas Pengurusan Perseroan Oleh Direksi ... 41

5.1. Penyusunan dan Penyampaian Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) ... 41

5.1.1. Susunan Materi RJPP ... 41

5.1.2. Perubahan RJPP ... 41

5.2. Penyusunan dan Penyampaian Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) ... 41

5.3. Penyusunan dan Penyampaian Laporan Tahunan, Laporan Semesteran dan Laporan Triwulanan ... 43

5.3.1. Penyampaian Laporan Tahunan kepada RUPS ... 43

5.3.2. Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris Tidak Menandatangani Laporan Tahunan ... 44

5.4. Pengelolaan Dokumen Perusahaan ... 44

5.4.1. Kebijakan Pengelolaan Dokumen Perusahaan ... 44

5.4.2. Dokumen Elektronik ... 45

5.4.3. Daftar Pemegang Saham ... 45

5.4.4. Daftar Khusus ... 45

5.4.5. Keterbukaan Informasi Publik ... 46

5.5. Manajemen Risiko ... 47

5.6. Sistem Pengendalian Internal ... 47

5.7. Hubungan dengan Stakeholders ... 47

6. Prinsip-Prinsip Pengambilan Keputusan Direksi ... 48

7. Rapat Direksi ... 49

7.1. Hal-Hal yang Memerlukan Pengambilan Keputusan Melalui Rapat Direksi ... 49

7.2. Jadwal Rapat ... 49

(5)

7.4. Penyelenggaraan Rapat Melalui Sarana Elektronik ... 50

7.5. Panggilan Rapat ... 50

7.6. Agenda Rapat ... 51

7.6.1. Proses Penetapan Agenda Rapat ... 51

7.6.2. Agenda Rapat Susulan ... 51

7.7. Pimpinan Rapat ... 51

7.8. Kuorum Rapat ... 51

7.9. Pengambilan Keputusan dalam Rapat ... 52

7.9.1. Keterlibatan dalam Proses Pengambilan Keputusan ... 52

7.9.2. Pengambilan Keputusan ... 52

7.9.3. Perbedaan Pendapat (Dissenting Opinion) ... 53

7.10. Risalah Rapat ... 53

7.10.1.Materi Risalah Rapat ... 54

7.10.2.Risalah untuk Rapat Direksi yang Diadakan melalui Sarana Elektronik ... 54

7.10.3.Dokumen Elektronik sebagai Media Risalah Rapat ... 54

8. Sekretaris Perusahaan ... 55

9. Hubungan Dengan Anak Perusahaan ... 55

9.1. Mekanisme Pengawasan ... 56

9.2. Transaksi dengan Anak Perusahaan ... 56

9.3. Hubungan dengan Anak Perusahaan ... 56

9.3.1. Pengambilan Keputusan dalam RUPS Anak Perusahaan ... 56

(6)

BAB IV TATA LAKSANA KEWENANGAN DIREKSI YANG MEMERLUKAN PERSETUJUAN TERTULIS DARI DEWAN KOMISARIS ... 58

1. Menggunakan aktiva tetap untuk penarikan kredit jangka pendek ... 58

2. Mengadakan kerjasama dengan badan usaha atau pihak lain berupa kerjasama lisensi, kontrak manajemen, menyewakan aset, Kerja Sama Operasi (KSO), Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/BOT), Bangun Milik Serah (Build Own Transfer/BOwT), dan Bangun Serah Guna (Build Transfer Operate/BTO) dan kerjasama lainnya dengan nilai atau jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh RUPS ... 60

3. Menerima atau memberikan pinjaman jangka menengah/panjang, kecuali pinjaman (utang atau piutang) yang timbul karena transaksi Bisnis, dan pinjaman yang diberikan kepada anak perusahaan perseroan dengan ketentuan pinjaman kepada anak perusahaan perseroan Dilaporkan kepada Dewan Komisaris ... 62

4. Menghapuskan dari Pembukuan Piutang Macet dan Persediaan Barang Mati ... 65

5. Melepaskan aktiva tetap bergerak dengan umur ekonomis yang lazim berlaku dalam industri pada umumnya sampai dengan 5 (lima) tahun ... 67

6. Menetapkan struktur organisasi 1 (satu) tingkat di bawah Direksi ... 69

7. Mengangkat dan memberhentikan Kepala Satuan Pengawasan Internal ... 71

8. Menetapkan Piagam Satuan Pengawasan Internal ... 74

9. Mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Perusahaan ... 76

BAB V TATA LAKSANA KEWENANGAN DIREKSI YANG MEMERLUKAN PERSETUJUAN RUPS SETELAH MENDAPAT TANGGAPAN TERTULIS DARI DEWAN KOMISARIS ... 79

1. Menggunakan aktiva tetap untuk penarikan kredit jangka menengah/panjang ... 79

2. Melakukan penyertaan modal pada perseroan lain ... 81

3. Mendirikan anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan ... 83

4. Melepaskan penyertaan modal pada anak perusahaan dan/atau perusahaan patungan ... 85

5. Melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan dan pembubaran anak perusahaan dan/atau perusahaan Patungan ... 87

6. Mengikat perseroan sebagai penjamin (borg atau avalist) ... 89

7. Mengadakan kerjasama dengan badan usaha atau pihak lain berupa kerjasama lisensi, kontrak manajemen, menyewakan aset, Kerja Sama Operasi (KSO), Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/BOT), Bangun Milik Serah (Build Own Transfer/BOwT), dan Bangun Serah Guna (Build Transfer Operate/BTO) dan kerjasama lainnya dengan nilai atau jangka waktu melebihi penetapan RUPS ... 91

8. Tidak menagih lagi piutang macet yang telah dihapusbukukan ... 93

9. Melepaskan dan menghapuskan aktiva tetap perseroan, kecuali aktiva tetap bergerak dengan umur ekonomis yang lazim berlaku dalam industri pada umumnya sampai dengan 5 (lima) tahun ... 95

(7)

10. Menetapkan Blue Print organisasi perseroan ... 97

11. Menetapkan dan merubah logo perusahaan ... 99

12. Meakukan tindakan-tindakan lain yang belum ditetapkan dalam RKAP ... 101

13. Membentuk yayasan, organisasi dan/atau perkumpulan baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan perseroan yang dapat berdampak bagi perseroan ... 103

14. Pembebanan biaya perseroan yang bersifat tetap dan rutin untuk kegiatan yayasan, organisasi dan/atau perkumpulan baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan perseroan ... 105

15. Pengusulan wakil perseroan untuk menjadi calon Anggota Direksi dan Dewan Komisaris pada perusahaan patungan dan/atau anak Perusahaan yang memberikan kontribusi signifikan kepada perseroan dan/atau bernilai strategis yang ditetapkan RUPS ... 107

LAMPIRAN ... 109

LAMPIRAN 1 PEMBAGIAN TUGAS DIREKSI ... 110

LAMPIRAN 2 SURAT KUASA TERTULIS DIREKSI BERHALANGAN TIDAK TETAP ... 113

LAMPIRAN 3 SURAT KUASA TERTULIS DIREKSI TIDAK MENGIKUTI RAPAT DIREKSI ... 114

LAMPIRAN 4 KETENTUAN MENGENAI PIAGAM SATUAN PENGAWASAN INTERN (INTERNAL AUDIT CHARTER) ... 116

(8)

KESEPAKATAN

TATA LAKSANA KERJA DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS (BOARD MANUAL) PT LEN INDUSTRI (PERSERO)

Tata Laksana Kerja Direksi dan Dewan Komisaris adalah panduan dalam hubungan kerja Direksi dan Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas agar tercipta pengelolaan Perseroan secara profesional, transparan dan efisien.

Melalui kebijakan perubahan Anggaran Dasar PT Len Industri (Persero) maka Direksi dan Dewan Komisaris PT Len Industri (Persero) sepakat untuk menyusun Board Manual PT Len Industri (Persero).

Bandung, Desember 2012 KOMISARIS UTAMA Dedi Darmawan KOMISARIS Eris Herrianto Alex SW Retraubun Gumilang Hardjakoesoema Timbul Tambunan DIREKTUR UTAMA Abraham Mose

DIREKTUR TEKNOLOGI & PRODUKSI

Darman Mappangara

DIREKTUR PEMASARAN

Adi Sufiadi Yusuf Abdurrajak

DIREKTUR ADMINISTRASI & KEUANGAN

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang

Tata Laksana Kerja Direksi dan Dewan Komisaris (Board Manual) adalah panduan bagi Direksi dan Dewan Komisaris yang menjelaskan tahapan aktivitas secara terstruktur, sistematis, mudah dipahami dan dapat dijalankan dengan konsisten, sehingga dapat menjadi acuan bagi Direksi dan Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas masing-masing untuk mencapai Visi dan Misi Perseroan.

Tata Laksana Kerja Direksi dan Dewan Komisaris disusun berdasarkan Prinsip-prinsip hukum korporasi, peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketentuan Anggaran Dasar, keputusan-keputusan serta arahan Rapat Umum Pemegang Saham, dan Prinsip-prinsip Good Corporate

Governance, yaitu Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas (Tanggung

Jawab), Independensi (Kemandirian), dan Fairness (Kewajaran).

Tata Laksana Kerja Direksi dan Dewan Komisaris ini dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kerja Direksi dan Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas agar tercipta pengelolaan Perseroan secara profesional, transparan dan efisien.

Tujuan dari Tata Laksana Kerja Direksi dan Dewan Komisaris ini adalah: a. Semakin jelasnya tugas dan tanggung jawab Direksi dan Dewan

Komisaris maupun hubungan kerja di antara kedua organ Perseroan tersebut.

b. Semakin mudahnya bagi organ di bawah Direksi dan organ-organ di bawah Dewan Komisaris untuk memahami tugas dan tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris maupun hubungan tugas antara organ-organ tersebut.

Pelaksanaan Tata Laksana Kerja Direksi dan Dewan Komisaris merupakan salah satu bentuk komitmen dari Direksi dan Dewan Komisaris dalam rangka mengimplementasikan Prinsip-prinsip Good Corporate

Governance, sekaligus sebagai upaya penjabaran lebih lanjut hal-hal yang

telah diamanahkan oleh Pedoman Good Corporate Governance (Good

Corporate Governance Code). Panduan Tata Laksana Kerja Direksi dan

Dewan Komisaris mendukung terciptanya suatu pola hubungan kerja yang baku dan saling menghormati untuk selanjutnya dijabarkan dalam kebijakan-kebijakan Direksi dan Dewan Komisaris.

(10)

Tata Laksana Kerja Direksi dan Dewan Komisaris bersifat dinamis dan selalu berkembang. Penyempurnaannya sangat tergantung kepada kebutuhan Direksi dan Dewan Komisaris dalam pengelolaan Perseroan. Ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Tata Laksana Kerja Direksi dan Dewan Komisaris ini harus selalu sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan keputusan RUPS sebagai ketentuan yang lebih tinggi. Apabila terdapat ketentuan dalam Tata Laksana Kerja Direksi dan Dewan Komisaris yang bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi, maka ketentuan dalam Tata Laksana Kerja Direksi dan Dewan Komisaris tidak berlaku dan yang berlaku adalah ketentuan yang lebih tinggi.

2.

Prinsip-Prinsip Hubungan Kerja Direksi Dengan Dewan

Komisaris

Direksi dan Dewan Komisaris menerapkan Prinsip-prinsip hubungan kerja sebagai berikut:

a. Dewan Komisaris menghormati tugas dan wewenang Direksi dalam mengelola Perseroan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar Perseroan.1

b. Direksi menghormati tugas dan wewenang Dewan Komisaris untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat terhadap kebijakan pengelolaan Perseroan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.2

1

Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UU PT) khususnya tentang definisi Direksi pada Pasal 1 angka 5 dan Kewajiban serta Wewenang Direksi pada Pasal 92.

2 UU PT tentang definisi Dewan Komisaris pada Pasal 1 angka 6 dan Kewajiban

serta Wewenang Dewan Komisaris pada Pasal 108.

c. Setiap hubungan kerja antara Direksi dengan Dewan Komisaris merupakan hubungan yang bersifat formal kelembagaan, dalam arti senantiasa dilandasi oleh suatu mekanisme baku atau korespondensi yang dapat dipertanggungjawabkan.3

d. Hubungan kerja yang bersifat informal dapat dilakukan oleh masing-masing Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris, namun tidak dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan.

e. Direksi wajib memastikan agar informasi mengenai BUMN dapat diperoleh Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas secara tepat waktu, terukur dan lengkap 4.

f. Direksi dan Dewan Komisaris menyepakati hubungan kerja antara organ-organ di bawah Direksi dan organ-organ di bawah Dewan Komisaris.

3.

Dasar Hukum

Penyusunan Tata Laksana Kerja Direksi dan dewan Komisaris ini mengacu pada :

a. Undang-Undang

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas;

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara;

3

UU PT Pasal 1 angka 5 dan 6, Pasal 92 dan Pasal 108.

4 Peraturan Menteri Negara BUMN No : PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GCG) Pada BUMN (selanjutnya disebut Permen 01/MBU/2011 tentang GCG) Pasal 16.

(11)

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan;

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; dan

5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

b. Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN.

c. Peraturan/Keputusan Menteri

1. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-101/MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan;

2. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-102/MBU/2002 tentang Penyusunan Rencana Jangka Panjang; 3. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor

PER-05/MBU/2006 tentang Komite Audit Bagi Badan Usaha Milik Negara;

4. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN RI/Kepala Badan Pembina BUMN Nomor Kep-211/M-PBUMN/1999 tentang Laporan Manajemen Perusahaan Badan Usaha Milik Negara; 5. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor

PER-05/MBU/2006 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan;

6. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2006 tentang Pedoman Pengangkatan Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris Anak Perusahaan Badan Usaha Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-03/MBU/2006;

7. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor 22/KEP-22/MBU/2010 tentang Penegasan Fungsi Menteri BUMN selaku Penyelenggaraan Pemerintahan dan Selaku Pemegang Saham/Pemilik Modal BUMN;

8. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara;

9. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2012 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara; d. Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan (Persero) PT Len Industri

(Persero)

e. Keputusan-keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT Len Industri (Persero)

(12)

4.

Daftar Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam Tata Laksana Kerja Direksi dan Dewan Komisaris ini, kecuali disebutkan lain, mengandung pengertian sebagai berikut:

1. Perseroan, adalah PT Len Industri (Persero).

2. Organ Perseroan, adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi PT Len Industri (Persero).

3. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Dewan Komisaris sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar Perseroan.

4. Direksi, adalah Organ Perseroan yang bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan yang terdiri dari seorang Direktur Utama sebagai pimpinan dengan beberapa Direktur sebagai anggota, dalam batasan yang ditentukan

oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan /atau Anggaran Dasar Perseroan.

5. Dewan Komisaris, adalah Organ Perseroan yang bertanggung jawab atas pengawasan pengelolaan Perseroan dan memberikan nasihat kepada Direksi, yang terdiri dari beberapa Anggota Dewan Komisaris, dengan dikoordinasikan oleh seorang Komisaris Utama.

6. Anggota Direksi, adalah anggota dari direksi yang merujuk kepada individu.

7. Anggota Dewan Komisaris, adalah anggota dari dewan komisaris yang merujuk kepada individu.

8. Laporan Tahunan, adalah laporan manajemen tahunan.

9. Sekretaris Perusahaan, adalah satuan fungsi struktural dalam organisasi Perseroan yang bertugas untuk memberikan dukungan kepada direksi dalam melaksanakan tugasnya.

10. Sekretaris Dewan Komisaris, adalah satuan yang mempunyai fungsi untuk memberikan dukungan kepada Dewan Komisaris guna memperlancar pelaksanaan tugas-tugas Dewan Komisaris.

11. Fungsi Manajemen Risiko, adalah fungsi di lingkungan Perseroan yang bertugas untuk memastukan terlaksananya manajemen risiko berdasarkan kaidah yang benar pada seluruh kegiatan Perseroan dan tersedianya informasi pengelolaan risiko bagi Direksi sebagai referensi dalam pengambilan keputusan.

12. Satuan Pengawasan Internal, adalah unit kerja di lingkungan Perseroan yang bertugas melaksanakan kegiatan audit internal. 13. Audit Internal, adalah suatu kegiatan pemberian keyakinan

(assurance) dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif,

dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan, melalui pendekatan yang sistematis, dengan

(13)

cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola perusahaan.

14. Auditor Eksternal, adalah auditor independen yang memberikan jasa atestasi untuk memberikan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

15. Komite Audit, adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Komisaris dengan memberikan pendapat profesional dan independen kepada Dewan Komisaris terkait dengan laporan dan informasi keuangan yang disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris dan para pemangku kepentingan lainnya serta tentang efektivitas dari pengendalian internal perseroan.

16. Komite Good Corporate Governance, adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan praktek-praktek Good Corporate di Perseroan.

17. Komite Manajemen Risiko, adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap terselenggaranya manajemen risiko secara efisien dan efektif di Perseroan.

18. Komite Nominasi dan Remunerasi, adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris untk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Komisaris khususnya dalam menyusun kriteria seleksi dan prosedur nominasi serta sistem penggajian dan pemberian tunjangan bagi anggota dewan komisaris, direksi serta pejabat satu level di bawah direksi.

19. Daftar Khusus, adalah daftar yang berisi kepemilikan saham direksi dan dewan komisaris beserta keluarganya (istri/suami dan anak-anaknya) pada Perseroan maupun Perusahaan lain serta tanggal saham diperoleh.

20. Anak perusahaan, adalah badan usaha dimana PT Len Industri (Persero) memiliki kepemilikan langsung atau tidak langsung lebih dari 50% (lima puluh persen) dan/atau memiliki kendali atas kebijakan finansial dan operasional atas perusahaan tersebut.

21. Perusahaan Afiliasi, adalah:

a. Perusahaan dimana terdapat satu atau lebih anggota direksi atau dewan komisaris yang sama dengan anggota dewan komisaris dan/atau anggota direksi perseroan dan/atau;

b. Perusahaan dimana Perseroan memiliki penyertaan baik langsung maupun tidak langsung yang tidak bersifat mayoritas

22. Strategis adalah suatu hal, kondisi atau keadaan yang dapat mempengaruhi nilai Perseroan dan/atau mempengaruhi investor untuk melakukan investasi pada Perseroan, maupun mempengaruhi Perseroan kepada Anak Perusahaan.

23. RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) Anak Perusahaan, adalah organ Perseroan pada Anak Perusahaan yang memegang kekuasaan tertinggi pada Anak Perusahaan dan memegang segala kewenangan yang tidak diserahkan kepada direksi anak perusahaan atau dewan komisaris anak perusahaan.

24. Good Corporate Governance, adalah suatu proses dan struktur yang

digunakan oleh RUPS, Dewan Komisaris, dan Direksi untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai (value) pemegang saham dalam jangka panjang

(14)

dengan tetap memperhatikan stakeholders lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

25. Stakeholders, adalah pihak-pihak yang berkepentingan dengan

perseroan.

26. Hari, adalah hari kalender.

27. Hari kerja, adalah hari senin sampai dengan jumat, di luar libur nasional yang diakui pemerintah.

28. Transaksi Material, adalah setiap pembelian, penjualan atau penyertaan saham, dan /atau pembelian, penjualan, pengalihan, tukar menukar aktiva atau segmen usaha, yang nilainya ditetapkan oleh anggaran dasar dimana transaksi yang dilakukan perseroan yang wajib memperoleh persetujuan RUPS terlebih dahulu.

29. Blue Print, adalah kerangka kerja terperinci (arsitektur) sebagai

landasan dalam pembuatan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan strategi, pelaksanaan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan strategi, pelaksanaan program dan fokus kegiatan serta langkah-langkah atau implementasi yang harus dilaksanakan oleh setiap unit di lingkungan kerja.

30. Pakta Integritas, adalah pernyataan tertulis yang berisi penegasan bahwa pengambilan keputusan senantiasa berdasarkan prinsip kemandirian (independency), penuh kehati-hatian (duty of care and

loyalty), profesional dan berdasarkan pada kepentingan perusahaan

semata (prudent person role), bebas dari benturan kepentingan

(conflict of interest), dan mematuhi ketentuan dan peraturan yang

berlaku (duty abiding laws).

31. Komite Direktur, adalah komite yang dibentuk oleh Direksi untuk membantu pelaksanaan tugas direksi agar lebih efisien dan efektif,

yang terdiri dari beberapa direktur yang diberi wewenang untuk dan atas nama direksi mengambil keputusan di bidang-bidang tertentu. 32. Tenaga Ahli Komisaris, adalah orang-perorangan yang karena

keahliannya diangkat Dewan Komisaris untuk membantu tugas pengawasan Dewan Komisaris dengan memberikan saran dan/atau rekomendasi, melakukan kajian dan hal-hal lain yang diminta oleh Dewan Kkomisaris dalam koridor yang diperkenankan.

33. Perlakuan Istimewa adalah hubungan transaksional yang diprioritaskan antara perusahaan dengan anak perusahaan dan/atau perusahaan afiliasi, dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidah bisnis yang wajar dan aturan hukum yang berlaku.

(15)

BAB III

DEWAN KOMISARIS

1.

Ketentuan Umum Jabatan Anggota Dewan Komisaris

Dewan Komisaris terdiri atas 1 (satu) orang anggota atau lebih. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri lebih dari 1 (satu) orang anggota maka salah seorang anggota Dewan Komisaris diangkat sebagai Komisaris Utama.5 Susunan, persyaratan, nominasi dan pengangkatan Anggota Dewan Komisaris ditetapkan oleh RUPS sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.1.

Masa Jabatan Anggota Dewan Komisaris

Masa jabatan Anggota Dewan Komisaris ditetapkan 5 (lima) tahun dengan tidak mengurangi hak Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dapat diberhentikan sewaktu-waktu. Setelah masa jabatannya berakhir Anggota Dewan Komisaris dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.6

Jabatan Anggota Dewan Komisaris berakhir apabila:7 a. Meninggal dunia;

b. Masa jabatannya berakhir;

c. Diberhentikan berdasarkan RUPS; dan/atau

5 Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (1) dan (3). 6 Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (12). 7

Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (29).

d. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota Dewan Komisaris berdasarkan Anggaran Dasar ini dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Ketentuan sebagaimana dinyatakan dalam huruf d) termasuk tetapi tidak terbatas pada rangkap jabatan yang dilarang dan pengunduran diri. 8

1.2.

Rangkap Jabatan

Anggota Dewan Komisaris dilarang memangku jabatan rangkap sebagai:9 a. Anggota Direksi pada Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik

Daerah, Badan Usaha Milik Swasta;

b. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, pengurus partai politik dan/atau calon/anggota legislatif dan/atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah; dan/atau; c. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

1.3.

Pengisian Anggota Dewan Komisaris yang Lowong

Apabila oleh suatu sebab jabatan anggota Dewan Komisaris lowong, maka :10

a. RUPS harus diselenggarakan dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah terjadi lowongan, untuk mengisi lowongan tersebut;

b. Dalam hal lowongan jabatan disebabkan oleh berakhirnya masa jabatan anggota Dewan Komisaris, maka anggota Dewan Komisaris

8 Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (30). 9 Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (32). 10

(16)

yang berakhir masa jabatannya tersebut dapat ditunjuk oleh RUPS untuk sementara tetap melaksanakan tugas sebagai anggota Dewan Komisaris dengan tugas, kewenangan dan kewajiban yang sama. c. Kepada Pelaksana Tugas anggota Dewan Komisaris sebagaimana

dimaksud pada huruf b, diberikan honorarium dan tunjangan/fasilitas sebagai anggota Dewan Komisaris.

1.4.

Keadaan Seluruh Anggota Dewan Komisaris Lowong

Apabila karena sebab apapun juga Perseroan tidak mempunyai seorangpun anggota Dewan Komisaris, maka :11

a. Dalam waktu paling lambat 30 (tigapuluh) hari setelah terjadi lowongan, harus diselenggarakan RUPS untuk mengisi lowongan itu; b. Selama jabatan Dewan Komisaris lowong selain karena berakhirnya

masa jabatan, maka RUPS menunjuk seorang atau beberapa orang

11

Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (26).

Pemegang Saham atau pihak lain untuk sementara melaksanakan tugas Dewan Komisaris;

c. Dalam hal lowongan jabatan disebabkan oleh karena berakhirnya masa jabatan, maka anggota Dewan Komisaris yang berakhir masa jabatannya tersebut dapat ditetapkan oleh RUPS untuk sementara tetap melaksanakan tugas sebagai anggota Dewan Komisaris dengan tugas, kewenangan dan kewajiban yang sama;

d. Kepada Pelaksana Tugas anggota-anggota Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada huruf b dan c ayat ini, diberikan honorarium dan tunjangan/fasilitas sebagai anggota Dewan Komisaris.

1.5.

Pemberhentian Anggota Dewan Komisaris Sewaktu-waktu

oleh RUPS

RUPS dapat memberhentikan jabatan Anggota Dewan Komisaris sewaktu-waktu dengan menyebutkan alasannya.12

Keputusan pemberhentian sewaktu-waktu Anggota Dewan Komisaris oleh RUPS diambil setelah yang bersangkutan diberikan kesempatan membela diri dalam RUPS.13 Pemberian kesempatan untuk membela diri tidak diisyaratkan sepanjang Anggota Dewan Komisaris yang diberhentikan sewaktu-waktu tersebut tidak berkeberatan atas pemberhentian tersebut.

Dalam hal pemberhentian dilakukan di luar forum RUPS, maka pembelaan diri disampaikan secara tertulis kepada Pemegang Saham

12 Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (13). 13

(17)

dalam waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan diberitahu.14

1.6.

Pemberhentian Sementara Waktu Anggota Dewan

Komisaris oleh RUPS

Seorang atau lebih Dewan Komisaris dapat diberhentikan sementara waktu oleh RUPS dengan prosedur sebagai berikut:

a. Diberitahukan secara tertulis kepada Anggota Dewan Komisaris yang diberhentikan disertai sesuai alasan yang menyebabkan tindakan tersebut;

b. Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pemberhentian sementara tersebut harus diadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang akan memutuskan apakah Anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan akan diberhentikan seterusnya atau dikembalikan kepada kedudukannya semula;

c. Diberikan kesempatan untuk hadir dan membela diri dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang dipimpin kepada kedudukannya semula;

d. Jika Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tidak dilaksanakan dalam waktu 30 hari setelah pemberhentian sementara tersebut, maka pemberhentiam sementara itu batal demi hukum.

1.7.

Pengunduran Diri Anggota Dewan Komisaris

Seorang anggota Dewan Komisaris berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Perseroan dengan tembusan kepada Pemegang Saham,

14

Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (18).

anggota Dewan Komisaris lainnya dan Direksi paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya. Apabila dalam surat pengunduran diri disebutkan tanggal efektif kurang dari 30 (tiga puluh) hari dari tanggal surat diterima, maka dianggap tidak menyebutkan tanggal efektif pengunduran diri.15

Apabila sampai dengan tanggal yang diminta oleh anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan atau dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal surat permohonan pengunduran diri diterima dalam hal tidak disebutkan tanggal efektif pengunduran diri, tidak ada keputusan dari RUPS, maka anggota Dewan Komisaris tersebut berhenti dengan sendirinya pada tanggal yang diminta tersebut di atas atau dengan lewatnya waktu 30 (tigapuluh) hari sejak tanggal surat permohonan pengunduran diri diterima tanpa memerlukan persetujuan RUPS. 16 Bagi anggota Dewan Komisaris yang berhenti sebelum maupun setelah masa jabatannya berakhir kecuali berhenti karena meninggal dunia, maka yang bersangkutan tetap bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya yang belum diterima pertanggungjawabannya oleh RUPS.17

1.8.

Program Pengenalan Anggota Dewan Komisaris yang Baru

Anggota Dewan Komisaris yang baru diangkat wajib mengikuti Program Pengenalan18 agar dapat memahami tugas dan tanggung jawab sebagai

15

Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (27).

16 Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (28). 17 Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (31). 18

(18)

Anggota Dewan Komisaris, proses bisnis Perseroan dan pengawasannya, serta dapat bekerja selaras dengan organ Perseroan lainnya.

Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan berada pada Sekretaris Perusahaan atau siapa pun yang menjalankan fungsi sebagai sekretaris perusahaan.19

Program Pengenalan bagi Anggota Dewan Komisaris yang baru diangkat sekurang-kurangnya mencakup:20

a. Pelaksanaan Prinsip-prinsip GCG oleh Perseroan;

b. Gambaran mengenai Perseroan berkatan dengan tujuan, sifat, dan lingkup kegiatan, kinerja keuangan dan operasi, strategi, rencana usaha jangka pendek dan jangka panjang, posisi kompetitif, risiko, dan berbagai masalah strategis lainnya;

c. keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit internal dan eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal, termasuk Komite Audit;

d. Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas dan Direksi serta hal-hal yang tidak diperbolehkan. Program Pengenalan dapat berupa presentasi, pertemuan, kunjungan ke perusahaan dan pengkajian dokumen atau program lainnya yang dianggap sesuai kebutuhan;21

Program Pengenalan ini dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah pengangkatan Komisaris tersebut.

19 Permen 01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 43 Ayat (2). 20 Permen 01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 43 Ayat (3). 21

Permen 01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 43 Ayat (4).

2.

Tugas Dan Wewenang Dewan Komisaris

2.1.

Tugas Dewan Komisaris

Dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan terhadap pengurus Perseroan yang dilakukan Direksi serta memberikan nasehat kepada Direksi termasuk mengenai rencana pengembangan Perseroan rencana kerja dan anggaran tahunan Perseroan, pelaksanaan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.22

2.2.

Wewenang Dewan Komisaris

Dalam melaksanakan tugas dan pengawasan, Dewan Komisaris berwenang untuk:23

22 Anggaran Dasar Pasal 15 Ayat (1). 23

(19)

a. melihat buku-buku, surat-surat, serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kas untuk keperluan verifikasi dan lain-lain surat berharga dan memeriksa kekayaan Perseroan;

b. memasuki pekarangan, gedung, dan kantor yang dipergunakan oleh Perseroan;

c. meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat lainnya mengenai segala persoalan yang menyangkut pengelolaan Perseroan;

d. mengetahui segala kebijakan dan tindakan yang telah dan akan dijalankan oleh Direksi

e. meminta Direksi dan/atau pejabat lainnya di bawah Direksi dengan sepengetahuan Direksi untuk menghadiri rapat Dewan Komisaris; f. mengangkat dan memberhentikan sekretaris Dewan Komisaris, jika

dianggap perlu;

g. memberhentikan sementara anggota Direksi sesuai dengan ketentuan anggaran dasar ini;

h. membentuk komite lain selain Komite Audit (Komite Audit wajib dibentuk24), jika dianggap perlu dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan kebijakan yang ditetapkan oleh RUPS; i. menggunakan tenaga ahli untuk hal tertentu dan dalam jangka

waktu tertentu atas beban Perseroan, jika dianggap perlu;

j. melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar ini;

k. menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan terhadap hal-hal yang dibicarakan;

24 Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2006 tentang Komite

Audit BUMN.

l. melaksanakan kewenangan pengawasan lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar, dan/atau keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.

3.

Kewajiban Dewan Komisaris

Dewan Komisaris berkewajiban:25

a. Memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan Perseroan;

b. Meneliti dan menelaah serta menandatangani Rencana Jangka Panjang Perusahaan dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang disiapkan Direksi, sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar; c. Memberikan pendapat dan saran kepada Rapat Umum Pemegang

Saham mengenai Rencana Jangka Panjang Perseroan dan Rencana Kerja dan Anggaran Perseroan mengenai alasan Dewan Komisaris menandatangani RJP dan RKAP;

d. Mengikuti perkembangan kegiatan Perseroan, memberikan pendapat dan saran kepada Rapat Umum Pemegang Saham mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi kepengurusan Perseroan;

e. Melaporkan dengan segera kepada Rapat Umum Pemegang Saham apabila terjadi gejala menurunnnya kinerja Perseroan;

f. Meneliti dan menelaah laporan berkala dan laporan tahunan yang disiapkan Direksi serta menandatangani laporan tahunan;

g. Memberikan penjelasan, pendapat dan saran kepada Rapat Umum Pemegang Saham mengenai Laporan Tahunan, apabila diminta; h. Menyusun program kerja tahunan dan dimasukkan dalam RKAP;

25

(20)

i. Membentuk Komite Audit;

j. Mengusulkan Akuntan Publik kepada Rapat Umum Pemegang Saham; k. Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya; l. melaporkan kepada Perseroan mengenai kepemilikan sahamnya

dan/atau keluarganya pada Perseroan tersebut dan Perseroan lain; m. memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan

selama tahun buku yang baru lampau kepada Rapat Umum Pemegang Saham;

n. melaksanakan kewajiban lainnya dalam rangka tugas pengawasan dan pemberian nasihat, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar, dan/atau keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.

4.

Pembagian Tugas Anggota Dewan Komisaris

Pembagian kerja diantara para anggota Dewan Komisaris diatur oleh mereka sendiri, dan untuk kelancaran tugasnya Dewan Komisaris dapat dibantu oleh Sekretaris Dewan Komisaris yang diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris atas beban Perseroan.26

5.

Prinsip-Prinsip Pengambilan Keputusan Dewan Komisaris

Prinsip-prinsip pengambilan keputusan Dewan Komisaris dalam pelaksanaan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi adalah sebagai berikut:

a. Setiap Anggita Dewan Komisaris bertanggung jawab atas keputusan Dewan Komisaris;

26

Anggaran Dasar Pasal 14 Ayat (24).

b. Setiap Anggota Dewan Komisaris terlibat dalam proses pengambilan keputusan Dewan Komisaris;

c. Setiap kebijakang di lingkungan internal Dewan Komisaris yang belum memiliki standar baku, harus diatur dalam suatu kebijakan khusus yang ditetapkan oleh Dewan Komisaris;

d. Dalam menetapkan keputusan terhadap suatu permasalahan, setiap Anggota Dewan Komisaris wajib mempertimbangkan Prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Itikad baik;

2. Pertimbangan rasional dan informasi yang cukup;

3. Investigasi terhadap permasalahan serta berbagai kemungkinan pemecahan;

4. Dibuat berdasarkan pertimbangan semata-mata untuk kepentingan Perseroan; dan

5. Kesinambungan Perusahaan (Going Concern).

6.

Rapat Dewan Komisaris

Segala keputusan Dewan Komisaris diambil dalam rapat Dewan Komisaris. Keputusan dapat pula diambil di luar rapat Dewan Komisaris sepanjang seluruh anggota Dewan Komisaris setuju tentang cara dan materi yang diputuskan. Dalam setiap rapat Dewan Komisaris harus dibuat risalah rapat yang berisi hal-hal yang dibicarakan (termasuk pendapat berbeda/dissenting opinion anggota Dewan Komisaris, jika ada) dan hal-hal yang diputuskan. Risalah rapat tersebut ditandatangani oleh Ketua rapat dan seluruh anggota Komisaris yang hadir dalam rapat.27

27

(21)

6.1.

Jadwal Rapat

Rapat Dewan Komisaris diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) bulan.28 Dewan Komisaris dapat mengundang Direksi untuk hadir dalam Rapat Dewan Komisaris sekali dalam 1 (satu) bulan.29

Dewan Komisaris dapat mengadakan rapat sewaktu-waktu atas permintaan 1 (satu) atau beberapa anggota Dewan Komisaris, permintaan Direksi, atau atas permintaan tertulis dari 1 (satu) atau beberapa Pemegang Saham yang mewakili sekurang-kurangnya 1/10 (satu per sepuluh) dari jumlah saham dengan hak suara, dengan menyebutkan hal-hal yang akan dibicarakan.30

28 Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (7). 29 Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (7). 30

Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (8).

6.2.

Tempat Pelaksanaan Rapat

Rapat Dewan Komisaris dianggap sah apabila diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau di tempat lain di dalam wilayah Republik Indonesia.31

6.3.

Penyelenggaraan Rapat melalui Sarana Elektronik

Rapat Dewan komisaris dapat diselenggarakan melalui media telekonferensi, video konferensi, atau sarana elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta Rapat Dewan Komisaris saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat.32

6.4.

Panggilan Rapat

Panggilan rapat diatur sebagai berikut:

a. Panggilan Rapat Dewan Komisaris disampaikan secara tertulis oleh Komisaris Utama atau oleh anggota Dewan Komisaris yang ditunjuk oleh Komisaris Utama dan disampaikan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari sebelum rapat diadakan atau dalam waktu yang lebih singkat jika dalam keadaan mendesak, dengan tidak memperhitungkan tanggal panggilan dan tanggal rapat.33

b. Panggilan rapat dan penyelenggaraan rapat Dewan Komisaris dapat didelegasikan kepada Sekretaris Dewan Komisaris, kecuali diatur lain menurut Rapat Dewan Komisaris;

31 Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (6). 32 UU PT Pasal 77.

33

(22)

c. Panggilan rapat sebagaimana dimaksud pada butir a harus mencantumkan acara, tanggal, waktu dan tempat rapat.34

d. Panggilan Rapat Dewan Komisaris dapat dilakukan melalui sarana elektronik (SMS, surel, dan sarana elektronik lainnya) agar pemberitahuan mengenai agenda rapat dapat lebih cepat disampaikan, tanpa mengenyampingkan ketentuan Anggaran Dasar mengenai tata cara panggilan rapat secara tertulis.

Panggilan rapat tersebut tidak disyaratkan apabila semua anggota Dewan Komisaris hadir dalam rapat.35

6.5.

Agenda Rapat Susulan

Dalam hal terdapat usulan penambahan agenda rapat pada saat rapat akan segera berlangsung, maka berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Usulan agenda rapat tersebut harus dilengkapi dengan materi yang

memadai;

b. Agenda rapat susulan harus disetujui oleh seluruh Anggota Dewan Komisaris, baik yang hadir dalam rapat maupun yang tidak hadir dalam rapat. Untuk itu, Anggota Dewan Komisaris yang tidak hadir harus dihubungi untuk mendapatkan persetujuan atau penolakan atas agenda susulan tersebut; dan

c. Apabila Anggota Direksi yang tidak hadir tidak dapat dihubungi dalam waktu yang wajar, maka persetujuan agenda susulan tersebut diserahkan pada keputusan peserta rapat.

34 Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (10). 35

Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (11).

6.6.

Pimpinan Rapat

Semua rapat Dewan Komisaris dipimpin oleh Komisaris Utama.36

Dalam hal Komisaris Utama tidak hadir atau berhalangan, rapat Dewan Komisaris dipimpin oleh seorang anggota Dewan Komisaris lainnya yang ditunjuk oleh Komisaris Utama.37

Dalam hal Komisaris Utama tidak melakukan penunjukan, maka anggota Dewan Komisaris yang paling lama menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris bertindak sebagai pimpinan rapat Dewan Komisaris.38

Dalam hal anggota Dewan Komisaris yang paling lama menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris lebih dari satu orang, maka anggota Dewan Komisaris yang tertua dalam usia bertindak sebagai pimpinan rapat.39

6.7.

Pengambilan Keputusan dalam Rapat

Setiap peserta Rapat Dewan Komisaris wajib terlibat dalam setiap proses pengambilan keputusan dalam rapat. Dalam hal anggota Dewan Komisaris tidak menghadiri rapat, anggota Dewan Komisaris tersebut wajib memberikan pendapat (setuju atau tidak setuju) terhadap keputusan rapat dimaksud, dan apabila tidak memberikan pendapat dianggap menyetujui keputusan rapat. Untuk itu peserta rapat yang tidak hadir pada saat pengambilan keputusan dilaksanakan harus dihubungi untuk segera kembali mengikuti proses rapat. Jika tidak berhasil dihubungi, maka peserta rapat tersebut dianggap menyetujui keputusan rapat yang diambil.

36

Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (16).

37 Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (17). 38 Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (18). 39

(23)

Keputusan Rapat Dewan Komisaris ditetapkan dengan musyawarah untuk mufakat40, apabila tidak tercapat kesepakatan maka keputusan ditetapkan dengan suara terbanyak biasa.41 Setiap anggota Dewan Komisaris berhak untuk mengeluarkan 1 (satu) suara ditambah 1 (satu) suara untuk anggota Dewan Komisaris yang diwakilinya.42

Apabila jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya, maka keputusan rapat adalah yang sama dengan pendapat pimpinan rapat, dengan tetap memperhatikan ketentuan mengenai pertanggungjawaban, kecuali mengenai diri orang, pengambilan keputusan rapat dilakukan dengan pemilihan secara tertutup. 43

Suara blanko (abstain) dianggap menyetujui hasil keputusan rapat.44

6.8.

Perbedaan Pendapat (

Dissenting Opinion

)

Perbedaan pendapat diatur sebagai berikut:

a. Perbedaan pendapat yang terjadi harus dimasukkan dalam Keputusan Rapat dan Anggota Dewan Komisaris yang berbeda pendapat harus mengungkapkan alasan atas terjadinya perbedaan pendapat terhadap hasil keputusan tersebut;

b. Perbedaan pendapat tidak berarti memberikan hak kepada anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan untuk tidak melaksanakan hasil keputusan rapat. Meskipun terdapat perbedaan pendapat, namun

40

Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (20).

41

Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (21).

42 Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (22). 43 Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (23). 44

Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (24).

seluruh Anggota Dewan Komisaris tetap berkewajiban untuk mengikuti dan melaksanakan hasil keputusan rapat;

c. Dewan Komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila terbukti bersalah atau lalai menjalankan tugasnya untuk kepentingan dan usaha Perusahaan, kecuali Anggota Dewan Komisaris yang melakukan dissenting

opinion dapat membuktikan bahwa ia telah mengambil tindakan

untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut; dan d. Perbedaan pendapat yang dicantumkan di dalam keputusan dan

risalah rapat dapat menjadi bukti bahwa Anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan telah melakukan tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut dengan tidak menyetujui hasil keputusan rapat. Hal itu berarti bahwa Anggota Dewan Komisaris yang bersangkutan dapat terbebas dari tuntutan atas timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut sebagai hasil pelaksanaan keputusan rapat.

6.9.

Risalah Rapat

Dalam setiap rapat Dewan Komisaris harus dibuat risalah rapat yang berisi hal-hal yang dibicarakan (termasuk pendapat berbeda/dissenting opinion anggota Dewan Komisaris, jika ada) dan hal-hal yang diputuskan.45 Risalah rapat ditandatangani oleh Ketua rapat dan seluruh anggota Komisaris yang hadir dalam rapat. 46 Asli Risalah rapat Dewan

45 Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (3). 46

(24)

Komisaris disampaikan kepada Direksi untuk disimpan dan dipelihara, sedangkan Dewan Komisaris menyimpan salinannya.47

Risalah Rapat dibuat dan diadministrasikan oleh Sekretaris Dewan Komisaris atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Dewan Komisaris. Setiap Anggota Dewan Komisaris berhak mendapatkan salinan Risalah Rapat, terlepas apakah yang bersangkutan hadir atau tidak hadir dalam Rapat tersebut.

6.9.1. Materi Risalah Rapat

Risalah Rapat harus menggambarkan jalannya rapat, meliputi: a. Acara, tempat, tanggal, dan waktu rapat ditiadakan; b. Daftar hadir;

c. Permasalahan dibahas;

d. Berbagai pendapat yang terdapatdalam rapat, khusunya dalam membahas permasalahan yang strategis atau material, termasuk yang mengemukakan pendapat;

e. Proses pengambilan keputusan; f. Keputusan yang ditetapkan; dan

g. Dissenting opinion, jika ada.

Risalah Rapat harus dilampiri surat kuasa yang diberikan khusus oleh Anggota Dewan Komisaris yang tidak hadir kepada Anggota Dewan Komisaris lainnya (jika ada).

47

Anggaran Dasar Pasal 16 Ayat (5).

6.9.2. Risalah untuk Rapat yang Diadakan melalui Sarana Elektronik

Setiap penyelenggaraan Rapat Dewan Komisaris melalui sarana elektronik harus dibuatkan Risalah Rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta Rapat Dewan Komisaris.

6.9.3. Dokumen Elektronik sebagai Media Risalah Rapat.

Dokumen elektronik dapat dipakai sebagai bukti sah Risalah Rapat selain dari Risalah Rapat yang tertulis.48

Kebijakan penggunaan dokumen elektronik sebagai dokumen perusahaan ditetapkan Direksi dengan memenuhi persyaratan minimum penyelenggaraan sistem elektronik di Perseroan sesuai ketentuan perundang-undangan tentang informasi dan transaksi elektronik.49

48 UU ITE Pasal 5 Ayat (1) dan Ayat (2). 49

(25)

7.

Komite-Komite Dewan Komisaris

Dewan Komisaris berwenang untuk membentuk komite-komite yang berfungsi sebagai penunjang tugas pengawasan Dewan Komisaris. Komite yang wajib dibentuk adalah Komite Audit.50

Keanggotaan komite tersebut terdiri dari seorang atau lebih Anggota Dewan Komisaris dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris.51 Anggota-anggota komite-komite Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris. Ketentuan-ketentuan lebih lanjut mengenai Komite-Komite Dewan Komisaris ditetapkan oleh Dewan Komisaris dalam piagam Komite-Komite Dewan Komisaris.

Berikut tugas-tugas pokok Komite-Komite Dewan Komisaris:52

7.1.

Komite Audit

Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk:53

a. Melakukan telaah atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Perseroan, seperti Laporan Keuangan, Rencana Kerja dan Anggaran, Laporan Manajemen dan informasi keuangan lainnya;

50

Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2006 tentang Komite Audit BUMN, Pasal 3 Ayat (1).

51 UU PT Pasal 121. 52

Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-05/MBU/2006 tentang Komite Audit BUMN, Pasal 3 Ayat (1).

53 Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-05/MBU/2006 tentang Komite Audit

BUMN dan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif Komite Nasional Kebijakan Governance.

b. Melakukan pemilihan Kantor Akuntan Publik yang akan melaksankan audit atas Laporan Keuangan Perseroan dan melakukan telaah untuk meyakinkan efektifitas kegiatan dan hasil audit yang dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik;

c. Melakukan telaah untuk meyakinkan efektivitas sistem pengendalian internal Perseroan;

d. Melakukan telaah untuk meyakinkan efektivitas pelaksanaan kegiatan dan hasil audit yang dilaksanakan oleh Satuan Pengawas Intern (SPI) perseroan;

e. Melakukan penelaahan atas ketaatan Perseroan terhaap peraturan perundan-undangan khususnya yang berhubungan dengan penyampaian informasi kepada para pemangku kepentingan;

f. Melakukan penelaahan atas pengaduan yang berkaitan dengan Perseroan dan melaporkan hasil telaahan tersebut kepada Dewan Komisaris disertai dengan rekomendasi yang diperlukan untuk menangani pengaduan;

g. Melakukan koordinasi dalam setiap kegiatan dan/atau hasil kajian kepada Sekretaris Dewan Komisaris; dan

h. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Dewan Komisaris yang sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Komite Audit wajib memiliki Piagam Komite Audit (Audit Committee

Charter). Isi dari Piagam Komite Audit tercantum dalam Lampiran 5 Tata

(26)

7.2.

Komite Lainnya

54

Komite lainnya (jika diperlukan) merupakan komite yang tidak terbatas pada Komite Pemantau Manajemen Risiko, Komite Nominasi dan Remunerasi, dan Komite Pengembangan Usaha. Seorang atau lebih anggota komite lainnya berasal dari anggota Dewan Komisaris.

8.

Sekretaris Dewan Komisaris

Untuk kelancaran tugasnya Dewan Komisaris dapat dibantu oleh Sekretaris Dewan Komisaris yang diangkat oleh Dewan Komisaris atau beban Perseroan.

Sekretaris Dewan Komisaris menjalankan tugas-tugas sebagai berikut: a. Menyelenggarakan kegiatan di bidang kesekretariatan dalam

lingkungan Dewan Komisaris yang rincian tugasnnya diatur lebih lanjut oleh Dewan Komisaris;

b. Mengkoordinir penyediaan informasi yang dibutuhkan Dewan Komisaris, seperti laporan berkala dari Direksi (Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan, Laporan Tahunan, Laporan Hasil Pemeriksaan SPI) serta laporan/informasi lainnya mengenai Perseroan;

c. Memfinalisasi laporan-laporan yang menjadi kewajiban Dewan Komisaris, antara lain Laporan Hasil Pengawasan Dewan Komisaris; d. Menyelenggarakan Rapat Dewan Komisaris, penyiapan dan

pengiriman undangan, penyampaian materi rapat serta pembuatan Risalah Rapat, serta tugas-tugas lain yang terkait;

e. Memfasilitasikan kegiatan Komite Komisaris; dan

54

Permen 01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 18 Ayat (2).

f. Mengadministrasikan Risalah Rapat dan dokumen Dewan Komisaris lainnya serta mengirimkan hasil-hasil keputusan rapat kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

(27)

BAB II

DIREKSI

1.

Ketentuan Umum Jabatan Anggota Direksi

Perseroan diurus dan dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari seorang Direktur atau lebih. Apabila diangkat lebih dari 1 (satu) orang Direktur, maka seseorang di antaranya dapat diangkat sebagai Direktur Utama.55 Susunan, persyaratan, nominasi, dan pengangkatan Anggota Direksi ditetapkan oleh RUPS sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.1.

Masa Jabatan Direksi

Masa jabatan Anggota Direksi adalah 5 (lima) tahun dengan tidak mengurangi hak RUPS untuk memberhentikan para Anggota Direksi sewaktu-waktu. Setelah masa jabatannya berakhir, para Anggota Direksi dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan oleh RUPS. 56 Jabatan Anggota Direksi berakhir apabila: 57

a. Meninggal dunia;

b. Masa jabatannya berakhir;

c. Diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS;

d. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota Direksi berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan.

55

Anggaran Dasar Pasal 10.

56 UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 16 Ayat 4 jo. Anggaran Dasar

Pasal 10 Ayat 10.

57

Anggaran Dasar Pasal 10 Ayat 29.

1.2.

Rangkap Jabatan

Para Anggota Direksi tidak boleh merangkap jabatan lain sebagai berikut:58

a. Anggota Direksi pada BUMN, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Usaha Swasta

b. Anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas pada BUMN; atau c. Jabatan struktural dan fungsional lainnya dalam instansi/lembaga

pemerintahan pusat dan/atau daerah;

d. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, pengurus partai politik dan/atau calon/anggota legislatif dan/atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dan/atau;

e. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

1.3.

Pelaksana Tugas Anggota Direksi yang Lowong

Apabila oleh suatu sebab jabatan Anggota Direksi lowong, maka berlaku ketentuan sebagai berikut:59

a. Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah terjadi lowongan, harus diselenggarakan RUPS untuk mengisi jabatan anggota Direksi yang lowong tersebut.

b. Selama jabatan itu lowong dan RUPS belum mengisi jabatan anggota Direksi yang lowong sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka Dewan Komisaris menunjuk salah seorang anggota Direksi lainnya, atau RUPS menunjuk pihak lain selain anggota Direksi yang ada,

58 Anggaran Dasar Pasal 10 Ayat 33. 59

(28)

untuk sementara menjalankan pekerjaan anggota Direksi yang lowong tersebut dengan kekuasaan dan wewenang yang sama. c. Dalam hal jabatan itu lowong karena berakhirnya masa jabatan dan

RUPS belum mengisi jabatan anggota Direksi yang lowong sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka anggota Direksi yang berakhir masa jabatannya tersebut dapat ditetapkan oleh RUPS, untuk sementara menjalankan pekerjaan anggota Direksi yang lowong tersebut dengan kekuasaan dan wewenang yang sama. d. Bagi pelaksana tugas anggota Direksi yang lowong sebagaimana

dimaksud pada huruf b dan huruf c selain anggota Direksi yang masih menjabat, memperoleh gaji dan tunjangan/fasilitas yang sama dengan anggota Direksi yang lowong tersebut, tidak termasuk santunan purna jabatan.

1.4.

Pengurusan Perseroan dalam Hal Seluruh Anggota Direksi

Lowong

Apabila pada suatu waktu oleh sebab apapun seluruh jabatan anggota Direksi Perseroan lowong, maka berlaku ketentuan sebagai berikut.60 a. Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah terjadi

lowongan, harus diselenggarakan RUPS untuk mengisi lowongan jabatan Direksi tersebut.

b. Selama jabatan itu lowong dan RUPS belum mengisi jabatan Direksi yang lowong sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini, maka untuk sementara Perseroan diurus oleh Dewan Komisaris, atau RUPS dapat menunjuk pihak lain untuk sementara mengurus Perseroan, dengan kekuasaan dan wewenang yang sama.

60

Anggaran Dasar Pasal 10 Ayat 26.

c. Dalam hal jabatan Direksi lowong karena berakhirnya masa jabatan dan RUPS belum menetapkan penggantinya, maka anggota-anggota Direksi yang telah berakhir masa jabatannya tersebut dapat ditetapkan oleh RUPS untuk menjalankan pekerjaannya sebagai anggota Direksi dengan kekuasaan dan wewenang yang sama.

d. Bagi pelaksana tugas anggota Direksi yang lowong sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c, selain Dewan Komisaris, memperoleh gaji dan tunjangan/fasilitas yang sama dengan anggota Direksi yang lowong tersebut, tidak termasuk santunan purna jabatan.

(29)

1.5.

Pemberhentian Anggota Direksi Sewaktu-waktu oleh RUPS

RUPS dapat memberhentikan jabatan Anggota Direksi sewaktu-waktu dengan menyebutkan alasannya.61

Keputusan pemberhentian sewaktu-waktu Anggota Direksi oleh RUPS diambil setelah yang bersangkutan diberikan kesempatan membela diri dalam RUPS.62 Pemberian kesempatan untuk membela diri tidak diisyaratkan sepanjang Anggota Direksi yang diberhentikan sewaktu-waktu tersebut tidak berkeberatan atas pemberhentian tersebut.63

Dalam hal pemberhentian sewaktu-waktu Anggota Direksi dilakukan dengan keputusan di luar forum RUPS, maka Anggota Direksi yang bersangkutan diberitahukan terlebih dahulu tentang rencana pemberhentian dan diberikan kesempatan untuk membela diri secara tertulis kepada Pemegang Saham dalam jangka waktu 14 (empat belas)

hari terhitung sejak anggota Direksi yang bersangkutan diberitahu.64

1.6.

Pemberhentian Sementara Waktu Anggota Direksi oleh

Dewan Komisaris

Anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara waktu oleh Dewan Komisaris apabila bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar atau terdapat indikasi melakukan kerugian Perseroan atau melalaikan

61

UUT PT Pasal 105 Ayat (1). Permen BUMN No PER-01/MBU/2012 tentang Persyaratan dan Tata Cara

Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Direksi BUMN Pasal 26 ayat 1. Anggaran Dasar Pasal 10 Ayat 12.

62 Anggaran Dasar Pasal 10 Ayat 15. 63 Anggaran Dasar Pasal 10 Ayat 18. 64

Anggaran Dasar Pasal 10 Ayat 17.

kewajibannya atau terdapat alasan yang mendesak/kepentingan Perseroan yang tidak dapat ditunda, dengan ketentuan:65

a. Keputusan Dewan Komisaris mengenai pemberhentian sementara anggota Direksi dilakukan sesuai dengan tata cara pengambilan keputusan Dewan Komisaris.

b. Pemberhentian sementara dimaksud harus diberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasan yang menyebabkan tindakan tersebut dengan tembusan kepada Pemegang Saham dan Direksi.

c. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam huruf b disampaikan dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari setelah ditetapkannya pemberhentian sementara tersebut.

d. Anggota Direksi yang diberhentikan sementara tidak berwenang menjalankan pengurusan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

e. Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tigapuluh) hari setelah pemberhentian sementara dimaksud harus diselenggarakan RUPS yang akan memutuskan apakah mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara tersebut. Penyelenggaraan RUPS dilakukan oleh Dewan Komisaris.

f. Dalam RUPS sebagaimana dimaksud pada hurut e, anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri.

g. Rapat sebagaimana dimaksud pada huruf e dipimpin oleh salah seorang Pemegang Saham yang dipilih oleh dan dari antara Pemegang Saham yang hadir.

65 UUT PT Pasal 106 Ayat (1), (2), (3), (4), (5), (8) dan Anggaran Dasar Pasal 10

(30)

h. Dalam hal jangka waktu 30 (tigapuluh) hari telah lewat, RUPS sebagaimana dimaksud pada huruf e tidak diselenggarakan atau RUPS tidak dapat mengambil keputusan, maka pemberhentian sementara tersebut menjadi batal.

i. Keputusan untuk mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara anggota Direksi, dapat pula dilakukan oleh Pemegang Saham di luar RUPS dengan syarat semua Pemegang Saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani keputusan yang bersangkutan dengan tetap memperhatikan ketentuan waktu sebagaimana dimaksud pada huruf e.

j. Dalam hal keputusan untuk mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara anggota Direksi dilakukan di luar RUPS sebagaimana dimaksud pada huruf i, maka anggota Direksi yang bersangkutan diberitahukan secara lisan atau tertulis, dengan diberikan kesempatan untuk menyampaikan pembelaan diri secara tertulis dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah menerima pemberitahuan.

k. Apabila RUPS atau Pemegang Saham membatalkan pemberhentian sementara atau terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada huruf h, maka anggota Direksi yang bersangkutan wajib melaksanakan tugasnya kembali sebagaimana mestinya.

1.7.

Pengunduran Diri Anggota Direksi

Seorang anggota Direksi berhak mengundurkan diri dari jabatannya dengan memberitahukan secara tertulis mengenai maksudnya tersebut kepada Perseroan dengan tembusan kepada Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan anggota Direksi Perseroan lainnya paling lambat 30 (tiga

puluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya. Apabila dalam surat pengunduran diri disebutkan tanggal efektif kurang dari 30 (tiga puluh) hari dari tanggal surat diterima, maka dianggap tidak menyebutkan tanggal efektif pengunduran diri.66

1.8.

Pemberitahuan Mengenai Perubahan Susunan Direksi

kepada Menteri Hukum dan HAM

Apabila terjadi perubahan susunan Direksi karena pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian Anggota Direksi, maka Direksi wajib memberitahukan perubahan Anggota Direksi kepada Menteri Hukum dan HAM untuk dicatat dalam daftar Perseroan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut.67

JIka pemberitahuan tersebut belum dilakukan, maka dapat berakibat pada penolakan dari Menteri Hukum dan HAM terhadap setiap permohonan yang diajukan atau pemberitahuan yang disampaikan dari Perseroan yang belum tercatat dalam daftar Perseroan.68

1.9.

Program Pengenalan Anggota Direksi yang Baru

Anggota Direksi yang baru diangkat wajib mengikuti Program Pengenalan agar dapat memahami tugas dan tangung jawab sebagai Anggota Direksi, proses bisnis Perseroan, serta dapat bekerja selaras dengan organ Perseroan lainnya.

66 Anggaran Dasar Pasal 10 Ayat 27. 67 UU PT Pasal 94 Ayat (7).

68

(31)

Kepada anggota Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas dan anggota Direksi yang diangkat pertama kalinya wajib diberikan program pengenalan mengenai BUMN yang bersangkutan.69 Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan tersebut berada pada Sekretaris Perusahaan atau siapa pun yang menjalankan fungsi sebagai Sekretaris Perusahaan.70

Program Pengenalan bagi Anggota Direksi yang baru diangkat sekurang-kurangnya mencakup:71

a. Pelaksanaan Prinsip-prinsip GCG oleh Perseroan;

b. Gambaran mengenai Perseroan berkaitan dengan tujuan, sifat dan lingkup kegiatan, kinerja keuangan dan operasi, strategi, rencana usaha jangka pendek dan jangka panjang, posisi kompetitif, risiko dan berbagai masalah strategis lainnya;

c. Keterangan berkaitan dengan kewenangan yang didelegasikan, audit internal dan eksternal, sistem dan kebijakan pengendalian internal, termasuk Komita Audit; dan

d. Keterangan mengenai tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris/ Dewan Pengawas dan Direksi serta hal-hal yang tidak diperbolehkan.

Program Pengenalan BUMN dapat berupa presentasi, pertemuan, kunjungan ke perusahaan dan pengkajian dokumen atau program lainnya

69 Permen 01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 43 Ayat (1). 70 Permen 01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 43 Ayat (2). 71

Permen 01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 43 Ayat (3).

yang dianggap sesuai dengan BUMN di mana program tersebut dilaksanakan.72

Program Pengenalan ini dilaksanakan selambar-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah pengangkatan Direktur tersebut.

2.

Tugas Dan Wewenang Direksi

2.1.

Tugas Direksi

Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar Pengadilan.73

72 Permen 01/MBU/2011 tentang GCG Pasal 43 Ayat (4). 73

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilakukannya uji coba adalah untuk mengevaluasi nilai akurasi atau nilai kebenaran berdasarkan kombinasi data musik berdasarkan genre yang dilibatkan pada data training

Rencana Kerja (RENJA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kantor Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Minahasa Tenggara Tahun 2017 disusun dengan maksud untuk menyediakan sebuah

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis pantun siswa dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV

Potensi pertumbuhan poaceae di Samata sangat baik, karena pada dasarnya faktor yang mempengaruhi produktivitas rumput yaitu faktor lingkungan yang mencakup keadaan tanah

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang berjumlah 24 orang yang merupakan ibu rumah tangga, maka dapat dirangkum wawancara yang berkaitan

Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Insttut Pertanian Bogor.. Patogenesis

Penelitian ini akan membahas perencanaan kegiatan perawatan dengan menerapkan metode RCM (Reliability Centered Maintenance) II untuk penilaian risiko kegagalan fungsi yang