• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Sekilas Tentang Program MATIUS SDK Bina Bakti Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Sekilas Tentang Program MATIUS SDK Bina Bakti Bandung"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Tentang Program MATIUS SDK Bina Bakti Bandung

Yayasan pendidikan Kristen (YPK) Bina Bakti berdiri pada tahun 1974, lahirnya yayasan ini diprakarsai oleh Hie Ho Tjhong, Thomas Lukman Salim, Soeko Wiryono, dan Philemon Theophilus. Seiring berjalannya waktu, yayasan ini berkembang dan akhirnya pada tahun 2002-2003 lahirlah suatu program yaitu program MATIUS (Mandiri, Aktif, Taat, Inovatif dan Sopan). Program ini merupakan program khusus yang dimulai dari TK, SD, SMP hingga SMA. Dalam program MATIUS ini pelajaran musik dipelajari mulai dari kelas I hingga kelas VI. Pada kelas I siswa diwajibkan untuk mempelajari perkusi, kemudian pada kelas II siswa mempelajari praktek gamelan, kelas III sampai kelas IV siswa mempelajari piano dan pada kelas V siswa diberikan kebebasan untuk memilih alat musik yang mereka minati seperti piano, erkhu (rebab cina), kucen (kecapi cina) dan recorder. Pada kelas VI siswa di berikan pilihan kembali untuk memilih instrument yang mereka minati seperti biola, piano, erhu, kucen dan saxophone.

B. Deskripsi Proses Pembelajaran Saxophone Program MATIUS Kelas VI di SDK Bina Bakti Bandung

Pelajaran instrumen pilihan saxophone di SDK Bina Bakti Program Matius adalah salah satu pelajaran yang tergolong baru dibandingkan dengan pelajaran

(2)

ini di latar belakangi oleh adanya kegiatan ekstra kurikuler Marching Band yang pada saat itu sangat membutuhkan siswa Sekolah Dasar untuk bisa bermain saxophone dan bergabung dalam ekstra kurikuler Marching Band. Bukan hanya hal itu saja yang melatar belakangi terciptanya pembelajaran saxophone di SDK Bina Bakti Program MATIUS akan tetapi dukungan dari sekolah, guru dan fasilitas menjadi penunjang lahirnya pelajaran saxophone ini. Pembelajaran saxophone awalnya pada waktu itu diberikan pada kelas VI saja tapi karena pembelajaran saxophone pada waktu itu dinilai berhasil dan karena kebutuhan regenerasi di Marching Band maka sekolah memutuskan agar pembelajaran saxophone di mulai pada kelas VI yang tergolong pada pelajaran instrumen pilihan. Jenis saxophone yang digunakan dalam proses pembelajaran saxophone adalah saxophone alto.

Di SDK Bina Bakti Program MATIUS ini, setiap guru musik instumen pilihan diberikan keleluasaan untuk merancang dan menerapkan kurikulum kepada peserta didik. Seperti yang diungkapkan Bapak Iskandar sebagai penanggung jawab dan koordinator pelajaran seni musik di SDK Bina Bakti Program MATIUS.

Tujuan dari kurikulum pelajaran musik yaitu agar siswa dapat bermain musik secara berkelompok. Maka kurikulum untuk pelajaran instrument pilihan, kita memberikan keleluasaan kepada masing-masing guru alat musik untuk merancang kurikulum, membuat target dan tujuan dari pelajaran instrumen pilihan. karena mereka jelas lebih mengerti dan

(3)

memahami kesulitan dalam mempelajari alat musik tersebut. (wawancara, 20 desember 2007)

Dalam pernyataan yang telah dikemukakan tadi, jelas bahwa seorang guru praktek instrumen pilihan harus memiliki target dan sasaran yang akan dituju dalam proses pembelajaran yang berbeda antara instumen yang satu dengan yang lainnya. Heri Supiarza, guru instrumen Saxophone di SDK Bina Bakti Program MATIUS mengungkapkan mengenai sasaran dalam pelajaran saxophone bahwa

“sasaran dalam pembelajaran saxophone yang paling mendasar adalah siswa dapat menyenangi saxophone dan globalnya dapat memperbaiki etika, tingkah laku, dan sifat kepada yang lebih baik”. (wawancara, 20 desember 2007).

Untuk mewujudkan target dan sasaran pelajaran saxophone itu, tentunya guru harus mempersiapkan berbagai persiapan sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Dalam persiapan ini guru memikirkan dan merancang materi, strategi, pendekatan dan hal-hal lainnya yang mendukung dalam proses pembelajaran saxophone. Buku yang digunakan dalam proses pembelajaran saxophone di SDK Bina Bakti Program MATIUS yaitu buku Rubank dan Bossey and Hawk. Persiapan-persiapan yang guru lakukan seperti dalam proses pembelajaran saxophone ini, pertama guru memilih materi pernapasan, fingering, etude dan lagu yang sesuai dengan kemampuan siswa. Disamping itu guru mempersiapkan hal-hal lain sebagai pendukung dalam proses pembelajaran saxophone seperti mempersiapkan iringan musik berupa MIDI yang disimpan kedalam disket untuk pemanasan, fingering atau penjarian dan lagu yang akan guru sampaikan. Dari persiapan yang guru siapkan terlebih dahulu ini, dampaknya siswa akan merasa

(4)

Selain persiapan sebelum melakukan proses pembelajaran saxophone, guru juga harus membuat strategi yang tepat untuk menciptakan suasana yang kondusif baik di dalam kelas ataupun di luar kelas. Dalam penelitian ini, peneliti melihat srategi guru dalam menciptakan suasana belajar yang kompetitif antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Suasana yang kompetitif ini bertujuan untuk memotivasi siswa dalam berlatih saxophone, seperti yang peneliti saksikan pada proses pembelajaran saxophone yang sedang berlangsung, setelah pemanasan dan penjarian, guru memberikan permainan yang kompetitif seperti ”... ayo... siapa yang mau mencoba fingering ini dengan tempo yang agak cepat”? dari tantangan guru ini siswa tertawa dan saling menunjuk temannya untuk melakukannya. Setelah itu salah seorang siswa mencoba mempraktekannya dengan tempo yang memang agak cepat namun dalam memainkannya siswa itu kurang sempurna, kemudian siswa yang lain menertawakannya dan bertepuk tangan, walaupun siswa itu kurang sempurna dalam memainkannya namun guru tetap memberikan pujian karena keberanian dan usaha yang siswa lakukan. Dari pujian yang guru berikan itu ternyata memberikan semangat pada siswa yang lainya, siswa yang lainya terpancing untuk melakukan hal yang sama bahkan ingin lebih sempurna dari siswa yang mencoba sebelumnya.

(5)

Berikut adalah rincian data dari proses pembelajaran saxophone dari hasil observasi yang meliputi tahapan-tahapan pembelajaran, penerapan metode pembelajaran dan tanggapan siswa terhadap metode yang guru gunakan. pembahasan ini berdasarkan pada proses pembelajaran saxophone berlangsung.

1. Data Hasil Observasi ke I

Tangal : 20 Desember 2007

Waktu : 14.00 – 16.00

Tempat : Ruang / Studio Kelas Saxophone

a. Pendahuluan

Langkah pertama dalam memulai suatu proses pembelajaran saxophone adalah guru menyapa siswa dan memberikan salam kepada siswa. “selamat siang..? bagaimana kabarnya?” setelah itu guru mengabsen kehadiran siswa. Setelah menyapa dan mengabsen kehadiran siswa, guru terlebih dahulu menanyakan pada siswa “apa sih saxophone

itu?” dari pertanyaan itu siswa mengeluarkan pendapatnya, ada yang

menyebut “alat tiup”, ada yang menyebut “saxophone adalah alat musik

yang dipakai Kenny G pak..!”, bahkan ada yang menyebut bahwa

saxophone yaitu alat musik yang keren... Setelah siswa menjawab dan menjelaskan tentang saxophone dengan apa yang mereka ketahui, kemudian guru menjelaskan apa itu saxophone, pertama guru menerangkan sejarah saxophone, bagian-bagian dari saxophone, cara

(6)

b. Kegiatan Inti

Guru menceritakan dan menerangkan sekilas tentang sejarah alat musik saxophone. Dalam penjelasan ini langkah pertama guru menjelasakan apa itu saxophone, guru menerangkan bahwa “saxophone adalah alat musik tiup yang terbuat dari logam”. Langkah ke dua guru menerangkan penggolongan alat musik saxophone, “saxophone terbuat dari logam tapi saxophone digolongkan kedalam alat musik kayu (wood wind), kenapa? karena sumber bunyi dari saxophone yaitu kayu reed yang pada saat kita tiup akan bergetar sehingga akan menghasilkan bunyi”. Langkah ketiga guru menceritakan siapa pencipta alat musik saxophone dan kenapa alat musik tersebut diberi nama saxophone. “Nama saxophone diambil dari nama belakang penciptanya yaitu Adolphe Sax yang berkebangsaan belgia, Adolf Sax menciptakan saxophone sekitar tahun 1840”.

(7)

Gambar 1

Adolphe Sax, Pencipta Saxophone

Setalah menjelaskan beberapa penjelasan di atas kemudian guru menjelaskan bagian-bagian dari saxophone. Setelah itu guru menerangkan satu persatu bagian yang ada pada saxophone. “Anak-anak bagian-bagian

yang ada pada saxophone yaitu pertama Mouthpiece”.

Gambar 2

(8)

guru menjelaskan apa yang disebut dengan mouthpiece. Guru menjelaskan “mouthpiece adalah bagian atas saxophone yang berwarna hitam tapi ada juga berwana silver dan emas yang terbuat dari logam”. Selanjutnya guru mengambil bagian lain yaitu Ring Ligatura.

Tahapan dalam penjelasan ini, pertama guru mengacungkan (memperlihatkan) ring ligatura pada siswa, “yang seperti cincin ini namanya Ring Ligatura”. Lalu guru menjelaskan apa itu ring ligatura, “ring ligatura adalah adalah alat untuk mencengkram mouthpiece dengan reed, jadi reednya tidak akan goyang”. “Selanjutnya adalah kayu reed..”

Langkah selanjutnya guru memperlihatkan kayu reed pada siswa. “Nah, kalau yang ini namanya kayu reed.” kemudian guru memerintahkan siswa untuk mengambil saxophone ditempat penyimpanan alat dan kembali lagi ke dalam kelas, “coba kalian bawa dulu saxophonenya di ruangan Ibu Heni” . Pada saat akan mengambil saxophone peneliti melihat siswa begitu antusias untuk mempelajari saxophone, terbukti saat siswa diperintahkan untuk mengambil saxophone di ruang peralatan siswa mengambilnya dengan berlari-lari setelah itu siswa kembali ke ruangan dengan membawa saxophone. Guru memerintahkan siswa agar membuka hard case saxophonenya dan memasang reed, ring dan mouthpiece,

“ayo…sekarang kalian coba buka hard casenya kemudian kita akan belajar memasang reed, ring rigatura dan mouthpiece”. Siswa kemudian

(9)

membuka hard casenya, seorang siswa bernama Samuel bertanya “gimana sih caranya pak?” guru mendemonstrasikan cara memasang reed, ring rigatura dan mouthpiece pada siswa kemudian siswa mengikutinya dengan arahan-arahan yang guru berikan. Setelah selesai memasangnya kemudian guru menjelaskan bagian yang lain “coba kalian bawa yang seperti leher

bebek ini !” siswa kemudian mengambil bagian yang guru perintahkan. “

yang seperti leher bebek ini namanya Neck !”.

Gambar 3 Neck

Guru mendemonstrasikan bagaimana cara memasang mouthpiece ke dalam neck, kemudian guru menyuruh siswanya untuk melakukan hal yang sama seperti yang guru peragakan. Tahap berikutnya setelah semua siswa memasang mouthpiece ke dalam neck, guru memperlihatkan bagian lain yaitu Body (badan). “sekarang simpan dulu necknya, coba lihat ini namanya Body (badan)”.

(10)

Gambar 4

Body atau badan saxophone

Pada tahapan bagian ini guru memerintahkan siswa untuk membawa body saxophonenya masing-masing selanjutnya guru mendemontrasikan dan mengarahkan siswa tentang bagaimana cara memasang neck dengan body kemudian siswa mengikutinya. Pada tahap selanjutnya siswa memegang saxophone dan guru menerangkan bagian-bagian yang lain yaitu bell.

Pada pembahasan ini Langkah pertama guru menujukan bagian bell kemudian guru meminta pendapat pada siswa “bagaimana bentuk bell

itu?”, dari pertanyaan itu siswa ada yang menjawab “bulat, lonjong, seperti lonceng”. Kemudian guru menenangkan dan memberi ringkasan

(11)

dari berbagai tanggapan siswa tersebut mengenai bell, guru menerangkan kepada para siswa bahwa “bell adalah bagian bawah saxophone yang

nampak terlihat seperti corong”. Selanjutnya guru menunjukan bagian

lain yaitu tuts atau clef, “Yang bulat-bulat ini namanya tuts atau clef, tuts atau clef berfungsi untuk mengatur nada yang akan di bunyikan”.

Setelah menerangkan bagian-bagian saxophone, guru menerangkan dan memperlihatkan jenis-jenis saxophone yang dimiliki oleh Program Matius. Berikut ini beberapa jenis saxophone, diantaranya :

Gambar 5 Gambar 6

(12)

Gambar 7 Gambar 8

Saxophone Tenor in Bb Saxophone Bariton in Eb

Kemudian guru menjelaskan bagaimana cara memainkan saxophone mulai dari cara memegang saxophone, posisi memainkan saxophone, teknik meniup saxophone dan teknik penjarian.

- Memegang Saxophone

Langkah pertama siswa diperintahkan guru untuk memegang saxophone, langkah selanjutnya guru memberi contoh bagaimana cara memegang saxophone dimulai dari tangan kiri. “Sekarang kita belajar cara memegang saxophone dimulai dari tangan kiri dulu. Ibu jari tangan yang kiri berada pada tombol bagian belakang diatas bantalan yang berwarna hitam”, Tahap selanjutnya guru memberi tahu jari mana sajakah pada

(13)

tangan kiri yang harus menutup clef atau tuts yang ada pada bagian saxophone secara langsung membenarkan posisi yang masih salah.

Gambar 9 Posisi tangan kiri

Tahap selanjutnya guru memerintahkan siswa untuk menggerak-gerakan jari kiri yang bertujuan agar jari tidak tegang dan kaku.

“Pada waku memegang saxophone jari dan tangan jangan kaku atau tegang karena ini akan berakibat buruk saat kita memainkan saxophone apalagi pada saat kita memainkan karya atau lagu yang membutuhkan nada-nada yang cepat, jari dan tangan kita akan kelihatan belepotan saat membuka dan menutup jari, juga secara visual tidak akan enak dipandang”. (Heri Supiarza)

Setelah guru menerangkan tentang tangan kiri, selanjutnya guru menjelaskan posisi tangan kanan. “Cara memegang saxophone tangan kanan adalah posisi ibu jari tangan kanan harus berada pada pengait yang terdapat di bagian belakang bawah saxophone, posisi jari dilengkungkan

(14)

tangan siswa yang kurang sempurna.

Gambar 10 Posisi tangan kanan

Pada tahap pembelajaran ini peneliti menemukan hal-hal yang unik yaitu siswa Sekolah Dasar dalam hal ini dikategorikan kedalam usia anak-anak terlihat kesulitan karena tangan mereka masih belum terlalu kuat untuk mencengkram dan menahan saxophone. Kemudian guru mengsiasati siswa yang belum bisa memegang saxophone dengan baik dengan cara ditopang dengan kursi atau hard case saxophone guna untuk mengurangi beban dari saxophone.

(15)

- Posisi Tubuh Memainkan Saxophone

Setelah siswa mempelajari bagaimana cara memegang saxophone, guru kemudian menjelaskan bagaimana posisi tubuh ketika memainkan saxophone. Untuk menerangkan materi ini tahap pertama guru menyebutkan posisi-posisi tubuh saat memainkan saxophone yaitu ada dua, yaitu :

1. Posisi duduk, dan

2. Posisi berdiri.

Tahap selanjutnya guru menerangkan secara lebih terperinci tentang bagaimana posisi duduk dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan imitasi. “Cara memainkan saxophone dalam posisi duduk yaitu”:

- Kaki kiri dan kanan dibuka membentuk 45o.

- Badan tegak tidak membungkuk tapi rileks.

- Tangan rileks saat menopang dan mencengkram saxophone.

(16)

Gambar 11 Posisi duduk

“Dengan posisi duduk yang benar badan kita tidak akan terlalu pegal-pegal, mengeluarkan udara atau menarik udara jelas akan lebih ringan dari pada saat tubuh kita membungkuk”. (Heri Supiarza)

Tahap selanjutnya guru menerangkan posisi berdiri saat memainkan saxophone. Guru memberikan contoh bagaimana posisi yang benar pada posisi ini, “Sekarang kita belajar posisi berdiri, ayo semuanya berdiri”. Murid menirukan posisi berdiri seperti yang guru peragakan.

(17)

Gambar 12 Posisi berdiri

- Posisi mulut (embouchure)

Pada tahap ini guru menyuruh siswa untuk menyimpan saxophone terlebih dahulu ke dalam hard case dan membuka neck dari body saxophone. Tahap ini guru menjelaskan dan mempraktekan bagaimana posisi mulut (embouchure) saat meniup saxophone,”posisi mulut pada mouthpiece adalah disimpan di tengah-tengah mouthpiece, gigi atas bersentuhan langsung dengan mouthpiece sedangkan bibir bawah dilipat member bantalan pada gigi bawah.

(18)

Mouthpiece

Gambar 13

Posisi mulut pada mouthpiece

Guru memerintahkan siswa untuk meniup saxophone, “setelah kalian mengetahui posisi mulut untuk meniup sekarang coba kita sama-sama tiup saxophonenya sekuatnya sampai napasnya habis” Kemudian siswa meniup saxophone dengan senangnya dan sekeras-kerasnya. Melihat kondisi seperti ini guru cepat-cepat menenangkan siswa dan siswa pun tertawa senang setelah melakukannya, kemudian guru menyuruh siswa untuk mengulanginya lagi.

Setelah siswa membunyikan nada panjang (long not) tanpa membuka dan menutup jari yang akan menghasilkan nada C (cis) juga tanpa menggunakan birama artinya siswa membunyikannya sekuatnya. Langkah selanjutnya guru memberikan birama atau ketukan dalam menbunyikan nada panjang tersebut selama 4 hitungan jadi selama 4 hitungan tersebut siswa membunyikan saxophonenya dan 4 hitungan

(19)

berikutnya untuk menarik napas. Kegiatan ini diawali dengan tempo yang lambat kemudian berangsur-angsur menjadi cepat.

c. Penutup

Sebelum guru menutup pelajaran, guru mengingatkan kembali apa yang telah dipelajari oleh siswa. Tadi kita telah mempelajari teknik dasar memainkan saxophone mulai dari posisi tubuh, posisi memegang sampai posisi mulut dan meniup saxophone, sejarah tentang saxophone, bagian-bagian saxophone, dan jenis-jenis saxophone. sampai jumpa minggu depan, latih kembali teknik dasar memainkan saxophone.” sekarang bereskan lagi saxophonenya dan kembalikan ke ruang peralatan, sampai ketemu lagi minggu depan”.

Berdasarkan tahapan pembelajaran tentang sejarah saxophone, bagian-bagian saxophone, cara memasang saxophone, jenis-jenis saxophone, sikap tubuh saat meniup saxophone dan cara membunyikan saxophone. Dalam proses pembelajarannya guru menggunakan metode diskusi, metode ceramah, metode demontrasi dan metode drill. Metode diskusi dilakukan guru ketika guru menanyakan apa yang siswa ketahui tantang saxophone, metode ceramah digunakan guru saat guru menerangkan materi dalam tahap pembelajaran ini, metode demontrasi yang dilakukan guru yaitu saat guru mencontohkan sikap tubuh meniup saxophone, cara memasang saxophone dan cara membunyikan

(20)

2. Data Observasi ke II

Tanggal : 10 Januari 2008

Waktu : 13.30 – 16.00

Tempat : Studio / Ruang Praktek Musik

a. Pendahuluan

Sebelum memulai pelajaran guru menanyakan kabar siswa yang telah libur panjang untuk merayakan Natal dan tahun baru. Seperti biasa guru mempersilahkan siswa untuk memasang saxophonenya masing-masing, kemudian guru membantu siswa yang kesulitan dalam memasang mouthpiece dengan reed karena posisi keduanya harus seimbang dan sejajar agar membunyikanya tidak berat.

b. Kegiatan Inti

Tahap pertama guru memerintahkan siswa untuk memasang saxophone yng telah mereka bawa, setelah bagian-bagian dari saxophone semua terpasang dengan baik, guru kemudian menanyakan kembali pelajaran yang telah disampaikan pada minggu yang lalu.

“Anak-anak harus selalu diingatkan tentang apa yang telah mereka pelajari, bila kita tidak menanyakannya anak akan acuh

(21)

tak acuh pada apa yang telah kita berikan” Heri Supiarza dalam (wawancara 11 januari 2008).

Apa saja yang telah kita pelajari minggu yang lalu? Kemudian siswa

menjelasakan kembali tentang apa yang telah mereka pelajari. Setelah siswa menjawabnya guru meminta siswa untuk mempraktekannya secara bersama-sama dimulai dari posisi badan, posisi bibir, dan cara membunyikan saxophone dengan not yang panjang seperti yang telah dipelajari sebelumnya. Pengolahan nada atau not-not panjang masih menjadi prioritas dalam pertemuan ini, semua ini dimaksudkan agar siswa memiliki posisi bibir (ambouchure) yang benar dan kuat.

Bila ambouchure tidak kuat maka nada atau suara yang mereka hasilkan tidak akan fits, disamping itu bila posisi bibir (ambouchure) tidak benar maka dikhawatirkan kedepannya akan semakin sulit untuk mengikuti pelajaran selanjutnya karena hal yang mendasarnya belum terkuasai. (wawancara, 10 Januari 2008)

Tahap selanjutnya kemudian guru memberikan pola penjarian untuk nada G1,A1, B1 dan C2. Berikut adalah Fingering atau penjarian pada nada

yang dimainkan .

Not Para Nada Penjarian

G1 123|–––

(22)

C2 –2–|–––

Dalam proses pelaksanaannya guru memberikan contoh posisi jari kemudian siswa mengikutinya. Setelah siswa dapat membunyikan nada yang tadi dipelajari, selanjutnya guru mengatur tempo atau ketukan dalam membunyikan nada tersebut mulai dari 4 ketuk, 3 ketuk, 2 ketuk, 1 ketuk, ½ ketuk sampai tempo yang semakin cepat dan siswa tidak bisa mengejarnya.

• 4 Ketuk

•3 Ketuk

•2 Ketuk

(23)

Pada pelajaran ini siswa membunyikan dan melatih nada-nada panjang dengan diikuti guru dalam membunyikannya. Setelah itu siswa beristirahat sebentar untuk melemaskan jari, mulut dan badan. Selanjutnya Guru melanjutkan materinya yaitu masih tentang nada G1,A1, B1 dan C2

namun didalamnya disertai dengan pengembangan-pengembangan pola ritmis seperti contoh di bawah ini :

“Melalui pengembangan pola ritmis ini siswa tidak akan merasa bosan dalam mempelajari not-not yang sebenarnya masih sama dan diulang-ulang” (wawancara, 10 Januari 2008). Oleh karena itu disinilah

(24)

c. Penutup

Setelah guru memberikan materi yang telah diberikan guru menutup proses pembelajaran dengan memberikan semangat pada siswa agar siswa terus rajin melatih penjarian dan pernapasan dalam memainkan saxophone, karena ini merupakan modal yang sangat mendasar untuk mempelajari saxophone. Guru memerintahkan siswa untuk membuka dan membersihkan bagian-bagian saxophone kemudian siswa memasukan saxophone ke tempat penyimpanan alat.

Dalam tahap pembelajaran yang kedua ini, guru menggunakan metode ceramah, metode demontrasi dan metode drill. Metode ceramah dilakukan guru ketika guru menerangkan mamfaat dari melatih nada-nada panjang dan menerangkan pola penjarian. Metode demonstrasi dilakukan guru pada saat guru memeragakan pola penjarian dan cara mumbunyikan nada G1,A1, B1 dan C2.

Metode imitasi dan drill dilakukan guru ketika guru menyuruh siswa untuk melakukan pola penjarian seperti yang guru lakukan kemudian guru meminta siswa untuk melakukannya berulang-ulang.

(25)

3. Data Observasi ke III

Tanggal : 24 Januari 2008

Waktu : 14.00– 16.00

Tempat : Studio / Ruang Praktek Musik

a. Pendahuluan

Sebelum memulai proses pembelajaran guru menyuruh siswa untuk mengambil dan memasang saxophone, mouthpiece dan reed. Pada pertemuan ini siswa tidak merasa canggung dan aneh akan kehadiran peneliti, ini dikarenakan peneliti dan siswa semakin akrab dan cenderung tidak adanya batasan. Guru menanyakan masalah yang siswa temukan dalam mempelajari saxophone, dari enam siswa yang mempelajari saxophone hampir semuanya bermasalah pada tangan yang sakit dan pegal bila memegang saxophone dengan waktu yang lama. Namun guru menenangkan dan menerangkan bahwa belajar sesuatu itu tidak mudah dan instant dalam melakukannya, “seperti halnya kita belajar menulis

pasti tangan kalian akan sakit dan pegal namun karena sudah terbiasa kalian tidak akan merasa sakit lagi. Ayo siap-siap yuk…! Coba bagaimana posisi duduk yang benar”? Kemudian siswa bersiap-siap

(26)

ketiga ini yaitu tangga nada C mayor. Tahap pertama dalam pembahasan ini guru memperlihatkan contoh posisi fingering pada siswa selanjutnya siswa menirukan pola-pola fingering yang guru contohkan dan membunyikannya dengan nada-nada panjang. Berikut adalah gambar tangga nada C mayor dan penjariannya:

Not Para Nada Penjarian

C1 123|123C D1 123|123 E1 123|12– F1 123|1–– G1 123|–––

(27)

A1 12–|––– B1 1––|––– C2 –2–|–––

Setelah siswa mempraktekan nada-nada panjang dengan menggunakan tangga nada C mayor, siswa kemudian memainkannya dengan menggunakan pola ritmis yang berbeda-beda mulai dari 2 ketuk, 1 ketuk, dan ½ ketuk.

- 2 ketuk

- 1 ketuk

(28)

Tahap selanjutya guru memberikan teknik legato “legato adalah yang disambungkan dari nada sebelumnya” kemudian guru memperagakan bagaimana cara memainkan teknik legato yang dimainkan pada tangga nada C mayor kegiatan ini kemudian diikuti siswa.

Setelah siswa mempelajari teknik legato dalam tangga nada C mayor, kemudian guru memberikan etude yang mempergunakan teknik legato. Dalam penerapan materi yang guru lakukan, siswa dan guru sama-sama membacanya dan memainkannya.

(29)

c. Penutup

Sebelum siswa meninggalkan kelas seperti biasa guru memberikan tugas agar siswa selalu mengingat pelajaran yang telah diberikannya dan terus melatihnya. Kemudian guru memerintahkan siswa untuk membereskan dan membersihkan saxophone, setelah itu siswa memberikan salam pada guru kemudian siswa keluar kelas dengan membawa alat untuk disimpan ke ruang peralatan.

Metode yang guru gunakan dalam tahap pembelajaran ini yaitu metode ceramah, metode demontrasi dan metode imitasi dan drill. Metode ceramah dilakukan guru pada saat guru menjelaskan tentang pola penjarian C mayor dan menjelaskan teknik legato. Metode demontrasi digunakan guru pada saat guru mempraktekan tangga nada C mayor dan mempraktekan teknik legato. Metode imitasi dan drill guru lakukan pada saat guru meminta siswa untuk membunyikan tangga nada C mayor, teknik legato dan memainkan etude seperti yang guru contohkan kemudian diulang-ulang.

B.4. Data Observasi ke IV

Tanggal : 7 Februari 2008

Waktu : 14.00 – 16.00

(30)

pada guru, kemudian guru mengabsen kehadiran siswa. Sebelum memulai pembelajaran guru memerintahkan siswa untuk mengambil saxophone dan memasang saxophone. Pada saat pemasangan saxophone guru memperhatikan dan membimbing siswa yang masih belum sempurna dalam memasangkan saxophone agar lebih teliti dan hati-hati dalam memasangkannya.

Saat kita akan memasang saxophone sebaiknya kita berhati-hati melakukannya, karena bila per atau penopang klef tergoyang-goyang maka akan berakibat buruk seperti tidak tunes atau fals (wawancara, 7 Februari 2008)

Setelah proses persiapan dilakukan seperti memasang saxophone, menyiapkan buku kemudian guru memerintahkan siswa untuk bersiap-siap untuk melakukan long note.

b. Kegiatan Inti

Seperti pertemuan sebelumnya guru memerintahkan siswa untuk melakukan pemanasan dalam bentuk long note dan fingering. Pada saat melakukan long note pertama-tama guru dan siswa bersama-sama membunyikan nada G1,F1,E1,D1 dan C1 secara berulang-ulang dimulai dengan tempo yang lambat sampai tempo yang cepat. Berikut adalah notasi dan pola penjariannya.

(31)

Not Para Nada Penjarian

G1 123|––– F1 123|1–– E1 123|12– D1 123|123 C1 123|123C

Tahap selanjutnya setelah guru dan siswa melakukan long not kemudian guru memberikan fingering untuk tangga nada kromatik yaitu nada F1 (Fis) atau G1 (Ges). Guru menjelaskan jari mana saja yang

menutup clef dan menjelaskan bahwa “nada F1 (Fis) dan G 1 (Ges) adalah

nada yang sama bunyinya F1 adalah nada yang dinaikan setengah dari

(32)

adalah pola penjarian untuk nada F 1 (Fis) atau G 1 (Ges).

T a h

Tahap selanjutnya setelah siswa mempelajari nada F 1 (Fis) atau G 1 (Ges), guru kemudian memberikan lagu yang mempergunakan nada

tersebut. Contoh lagu yang mempergunakan nada tersebut adalah lagu Aura Lee, dalam tahap ini guru memberikan contoh terlebih dahulu untuk memainkan lagu tersebut sampai selesai, kemudian siswa diminta untuk memainkan lagu Aura Lee dengan memainkannya secara perkalimat.

– Kalimat pertama

Pada bagian kalimat pertama ini guru memberikan contoh dengan memainkan dua bar, kemudian siswa mengikutinya dengan membacanya secara berlahan-lahan. Setelah itu guru meneruskan kembali dua bar selanjutnya, kemudian siswa mengikutinya kembali. Berikut adalah notasi kalimat pertama dari lagu Aura Lee.

F1

G1

123|–2–

(33)

– Kalimat kedua

Dalam kalimat kalimat kedua ini terdapat teknik tenuto (nada yang dibunyikannya harus diberikan tekanan atau power yang berbeda dengan nada yang tidak diberikan tanda aksen). Pada tahap ini guru memperlihatkan terlebih dahulu bagian yang harus diberikan aksen yaitu pada bar ke lima dan ke enam, setelah itu guru memperagakannya. Siswa diperkenankan guru untuk mencoba teknik tenuto tersebut. Tahap selanjutnya guru memperagakan bagian selanjutnya, seperti biasa setelah itu murid mencobanya. Berikut adalah notasi dari kalimat ke dua.

– Kalimat ketiga

Pada bagian ini guru memberikan contoh dua bar kemudian siswa diperkenankan untuk mencobanya, setelah siswa dapat memainkannya kemudian guru memperagakan dua bar selanjutnya diikuti dengan siswa memaikannya. Berikut adalah bagian kalimat ke tiga dalam lagu Aura Lee.

(34)

diperintahkan oleh guru untuk mencobanya secara utuh. Pada tahap ini guru dan siswa bersam-sama memainkan lagu Aura Lee secara berlahan-lahan dengan tempo yang sangat lambat. Selanjutnya setelah siswa dapat memainkannya dengan tempo yang sangat lambat kemudian guru menyuruh siswa untuk memainkannya dengan tempo yang sebenarnya. “Untuk memperlajari lagu sengaja kami memulainya dengan tempo yang sangat lambat sekali, itu dimaksudkan agar siswa dapat memahami nada apa yang mereka bunyikan dan untuk melatih konsentrasi siswa” ( wawancara 24 Januari 2008). Berikut adalah notasi dari lagu yang dipelajari siswa yaitu lagu Aura Lee.

c. Penutup

Setelah siswa mempelajari lagu tersebut dan jam pelajaran akan segera habis. Guru kemudian menyuruh siswa untuk membereskan,

(35)

membersihkan dan menyimpan kembali saxophone yang mereka pergunakan dalam pembelajaran. Guru berpesan kepada siswa untuk terus bersemangat untuk berlatih saxophone secara individu karena untuk mengandalkan dari jam pelajaran tidak akan cukup untuk melatih semuanya secara detail. Selanjutnya siswa berdoa untuk pulang dan memberikan salam pada guru, setelah itu siswa menyimpan saxophone pada ruang peralatan.

Dalam pembahasan ini guru mempergunakan metode ceramah, metode demonstrasi, metode imitasi dan metode drill. Metode ceramah guru terapkan ketika guru menjelaskan nada F1 (Fis) dan teknik tenuto. Metode demontrasi

dilakukan guru ketika memperagakan nada F 1 dan memainkan lagu Aura Lee

terlebih dahulu sebelum diberikan pada siswa. Metode imitasi dan drill dilakukan guru ketika guru memeragakan lagu Aura Lee perkalimat dan siswa mengikutinya kemudian melatih lagu tersebut secara berulang-ulang.

C. Tahapan Pembelajaran Saxophone

Tahapan pembelajaran saxophone di SDK Bina Bakti Program MATIUS memang terlihat jelas dalam setiap pertemuan proses pembelajaran berlangsung, tahap paling awal guru memberikan tahapan materi yang begitu mendasar pada siswa sampai pada tahap pembelajaran yang lebih tinggi. Adanya tahapan pembelajaran ini karena didorong dengan adanya target-target yang guru rancang dalam pembelajaran. Hasil dari tahapan pembelajaran itu siswa dapat memainkan

(36)

saxophone. Hal ini disebabkan karena postur dan juga anatomi tubuh siswa yang kurang mendukung untuk mempelajari saxophone yang pada umumnya dipelajari remaja dan dewasa. Tetapi secara keseluruhan peneliti menemukan keunikan dan kesenangan melihat anak-anak memainkan saxophone dengan baik karena adanya tahapan dalam proses pembelajaran yang berjalan sesuai dengan harapan dari guru yang bersangkutan. Berikut tahapan-tahapan pembelajaran saxophone di SDK Bina Bakti Program MATIUS.

1. Pengenalan alat a. Sejarah saxophone

b. Bagian-bagian pada saxophone

c. Cara memasang bagian-bagian saxophone 2. Teknik dasar memainkan saxophone

a. Cara memegang saxophone 1) Tangan kiri

2) Tangan kanan

b. Posisi tubuh memainkan saxophone 1) Posisi duduk

2) Posisi berdiri c. Posisi mulut

3. Teknik tiupan dan penjarian

(37)

b. Teknik tiupan dan penjarian pada tangan kanan 4. Teknik legato dan tenuto

a. Memainkan etude dengan menggunakan teknik legato dan tenuto b. Memainkan lagu dengan menggunakan teknik legato dan tenuto 5. Memainkan lagu

a. Memainkan lagu Aura Lee secara perkalimat b. Memainkan lagu Aura Lee secara utuh

Heri supiarza sebagai guru saxophone di SDK Bina Bakti Program MATIUS mengatakan “Dalam pembelajaran saxophone, tentunya saya mempunyai beberapa tahapan didalamnya. Pertama saya memberikan materi dasar dulu selanjutnya materi yang saya berikan akan saya sesuaikan dengan perkembangan siswa”. (wawancara, 14 Februari 2008)

Dari jawaban yang pertanyaan wawancara yang peneliti tanyakan, ternyata memang benar jelas bahwa proses pembelajaran saxophone di SDK Bina Bakti Program MATIUS mempunyai tahapan yang terus meningkat pada tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

D. Metode Pembelajaran Saxophone

Dalam menyampaikan berbagai materi yang akan guru berikan pada proses pembelajaran saxophone, peneliti melihat beberapa metode didalamnya. Metode yang guru gunakan dalam proses pembelajaran saxophone di SDK Bina

(38)

musik. Tetapi dalam strategi penerapan metode yang guru berikan berbeda dengan tempat lainnya, ini dikarenakan pembelajaran saxophone di SDK Bina Bakti Program MATIUS dilakukan secara berkelompok juga karena siswa masih berusia anak-anak jadi dalam pelaksanaanya guru harus memberikan penerapan metode yang bervariatif dan berbeda dengan yang lainnya. Dari beberapa tahapan pembelajaran yang telah di jelaskan tadi guru menerapakan metode pembelajaran di dalamnya.

1. Metode pembelajaran pada tahap pembelajaran pertama

Pada tahap pertama ini guru menggunakan metode ceramah dan metode demonstrasi diikuti dengan metode drill.

a. Metode ceramah

Metode ini digunakan guru ketika menerangkan secara lisan tentang sejarah saxophone, bagian-bagian saxophone dan cara memasang saxophone.

b. Metode ceramah, demontrasi dan imitasi

Metode ini guru gunakan untuk menjelasakan cara memasang saxophone. Sebelum guru memperagakan bagaimana cara memasang saxophone terlebih dahulu guru menjelaskan secara lisan cara memasang saxophone kemudian guru

(39)

memperagakannya dan diikuti dengan siswa seperti apa yang diperagakan guru.

2. Metode pembelajaran pada tahap pembelajaran kedua

Pada tahap pembelajaran yang kedua guru membahas teknik dasar memainkan saxophone dengan menggunakan metode ceramah, demontrasi dan imitasi.

a. Metode ceramah, demontrasi dan imitasi

Metode ini dipergunakan guru ketika guru menjelaskan teknik dasar memainkan saxophone seperi menjelaskan bagaiman posisi tangan, tubuh dan mulut. Setelah itu guru memeragakan bagaimana posisi tangan, tubuh dan mulut saat meniup saxophone kemudian siswa memperagakan seperti yang dicontohkan oleh guru.

3. Metode pembelajaran pada tahap pembelajaran ketiga

Pada tahap ini guru memberikan materi pembelajaran tentang teknik tiupan dan penjarian dengan menggunakan metode ceramah, demontrasi, imitasi dan drill.

a. Metode ceramah, demontrasi, imitasi dan drill

Pertama-tama guru menerangkan teknik tiupan dan penjarian secara lisan kemudian guru memeragakannya, guru

(40)

untuk terus berulang-ulang mengulanginya.

4. Metode pembelajaran pada tahap pembelajaran keempat

Pada tahapan ini guru membahas tentang teknik legato dan teknik tenuto, dengan menggunakan metode ceramah, demontrasi, imitasi dan drill.

a. Metode ceramah, demontrasi, imitasi dan drill

Untuk menjelaskan secara lisan tentang teknik legato dan tenuto guru menggunakan metode ceramah untuk menyampaikannya diikuti dengan guru memperagakannya seperti apa yang di jelaskannya, kemudian guru mempersilahkan siswa untuk mengikuti seperi apa yang guru peragakan, setelah itu guru menyuruh siswa untuk melakukannya secara berulang-ulang agar siswa faham dan hapal.

5. Metode pembelajaran pada tahap pembelajaran kelima

Pada tahapan pembelajaran yang kelima membahas tentang memainkan lagu yaitu lagu Aura Lee pada. Metode yang digunakan guru yaitu metode demontrasi, imitasi dan drill.

(41)

Untuk menyampaikan materi lagu ini pertama-tama guru memainkan lagu Aura Lee itu secara utuh dari awal sampai akhir, kemudian guru membagi-bagi kalimat pada lagu tersebut. Guru memperaktekan lagu tersebut perkalimat kemudian diikuti siswa setelah semua bagian kalimat dipelajari selanjutnya guru menyuruh siswa untuk memainkan lagu tersebut secara utuh selanjutnya guru mempersilahkan siswa untuk memainkan lagu tersebut secara berulang-ulang.

E. Respon Siswa Terhadap Penerapan Metode Yang Guru Berikan

Setelah peneliti menyaksikan bagaimana tahapan pembelajaran dan metode pembelajaran saxophone di lapangan, sesuai dengan rumusan masalah yang di jelaskan pada Bab I peneliti perlu melakukan wawancara pada siswa guna untuk mengetahui bagaimana respon siswa dalam penerapan metode yang guru berikan dalam proses pembelajaran saxophone. Setelah melakukan wawancara dengan siswa dan melihat proses pembelajaran saxophone di SDK Bina Bakti Program MATIUS, peneliti melihat tanggapan yang begitu besar dari siswa terhadap pembelajar saxophone hal ini terlihat sampai-sampai salah seorang siswa membeli saxophone sendiri untuk mengikuti pembelajaran saxophone di sekolahnya. Bukan hanya hal itu saja yang menjadi penilaian penilti untuk mengetahaui sejauh mana respon siswa terhadap pembelajaran saxophone, tapi respon positif ini terlihat saat siswa diperintahkan untuk mengambil saxophone di

(42)

Berikut adalah ungkapan hasil wawancara dengan siswa “Belajar saxophone itu menyenangkan kak!, gak seperti yang lain gak boleh main-main dan ketawa-tawa di kelas.” “ betul kak! Belajar saxophone mah santai…” (wawancara 14 Februari 2008). Berdasarkan wawancara tadi peneliti menarik kesimpulan bahwa siswa santai dan tenang ketika sedang melakukan pembelajaran. “Seperti tadi kamu lihat siswa ketawa-ketawa, saya biarkan saja dulu tapi kalau sudah mengganggu temannya saya suruh dia untuk ke toilet dulu dan ketawa di luar kelas, bukannya saya gak berani marah pada mereka tapi saya cari solusi yang lain agar anak-anak tetap menghormati saya sebagai gurunya. Karena anak-anak disini berbeda dengan sekolah yang lain mereka cerdas dan aktif jadi marah-marah itu tidak akan jadi jalan keluar yang baik”. Heri Supiarza sebagai guru saxophone di SDK Bina Bakti (wawancara 7 Februari 2008). Dari pemaparan hasil wawancara yang telah di uraikan diatas bahwa guru harus menyiapkan strategi dan metode yang benar-benar tepat agar siswa merasa senang, nyaman dan santai dalam proses pembelajaran seperti yang terjadi di SDK Bina Bakti Program MATIUS.

Respon positif yang siswa tunjukan bukan hanya pada masalah non teknis saja, tapi dalam respon yang berhubungan dengan teknis siswa juga dapat menunjukannya. Hal ini terlihat siswa dapat menyerap materi yang guru berikan dengan cepat, dalam waktu satu semester secara keseluruhan siswa dapat menunjukan hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran saxophone siswa dapat memainkan tangga nada C, G, D dan F mayor, etude, dan lagu- lagu

(43)

sederhana. Dampak dari respon positif yang siswa tunjukan yaitu siswa dapat memainkan saxophone dengan teknik yang benar.

Gambar

Gambar 5          Gambar 6

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu arah kebijakan pemerintah c.q Departemen Pendidikan Nasional atau Departemen Agama dalam peningkatan mutu pendidikan pada masa yang akan datang

1) Litologi utama penyusun daerah penelitian adalah endapan Kuarter Gunung Tilu yang merupakan bagian dari gunungapi Kuarter yang menindih komplek batuan gunungapi

ditawarkan. Home care merupakan usaha yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan. Jumlah pasien yang memerlukan perawatan di rumah sakit secara kontinyu sangatlah banyak,

Nurlaila (2000) melaporkan hasil penelitiannya di Laboratorium Farmasi UNPAD bahwa dalam kandungan sanrego terdapat steroid. Tujuan penelitian ini adalah: 1)

Karena bila jumlah Iemak dalam campuran umpan berlebihan akan menghambat proses gelatinisasi yang mengakibatkan derajat pengembangan ekstrudat dan kerenyahan rendah,

Kelompok non-presenter wajib diwakili oleh 1 orang mahasiswa wajib mengajukan pertanyaan boleh terkait TEORI ataupun KASUS pada FORUM DISKUSI (dengan menuliskan nomor

Untuk pengembangan mutu, spesifikasi dan desain dapat berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dan merupakan hak penuh pengembang. Ilustrasi / foto yang ditampilkan

Hubungan belajar terdiri dari satu kategori yaitu komunikasi yang dalam diskusi tutorial pada mata kuliah kegawatdaruratan sehingga dapat terpecahkannya atau