KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PRODUKSI
KAMBING BOER, KACANG DAN PERSILANGANNYA PADA
UMUR 0 – 3 BULAN (PRASAPIH)
(The Morfology Characteristic and Production of Kacang Goat, Boer
and the Cross at pre-weaning)
MUHAMMAD SYAWAL
Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, PO Box 1, Galang 20585, Sumatera Utara
ABSTRACT
A study was carried out in order to get a picture of the potential morphological phenotype and production of Boer goat, Kacang and Crossbred (Boerka) Research Institute for Goat Production Sei putih District of Galang Deli Serdang, North Sumatra. Starting from January to December 2009. Fenotifik Parameters include Morphology properties Circumference Chest, shoulder height, and Body Length and production traits including birth weight, body weight, weaning weight and daily live weight added. At the age of three months of the Boer goat average chest circumference 48.3 ± 1.41, Crossing 44.05 ± 2,07 and 43.25 ± 4.44 Kacang goat. Boer goat shoulder height averaging 46.1 ±1.85, Crossing 42 ± 3,58, and 41.18 ± 3.70 Kacang goat. The mean length of Boer goat Agency 46,4 ± 1.50, Crossing 43 ± 3,55, and 41.68 ± 4.40 Kacang goats. Subsequently obtained an average birth weight of 2.94 ± 0.87 Boer goat, Crossing 2.24 ± 0.37 and 1.86 ± 0.35 Kacang goats. Boer goat weaning weight (of three months) 12.89 ± 2.52, Crossing 10.05 ± 0.87 and 6,81±0,80 Kacang goat.Characteristics of morphological (body size) and properties affected preweaning production (P < 0.05) by genotype. Crossbreeding goats (Boerka) has morphological characteristics and nature of preweaning production is greater than Kacang goat but smaller than a Boer goat.
Key Words: Kacang Goat, Boer Goats, Crossing, Morphological, Production ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran potensi fenotifik morfologi dan produksi kambing Boer, Kacang dan Persilangannya (Boerka) di Loka Penelitian Kambing Potong Sungei putih Galang Deli Serdang Sumatera Utara, mulai Januari sampai dengan Desember 2009. Parameter fenotifik sifat-sifat morfologi meliputi lingkar dada, tinggi pundak dan panjang badan serta sifat-sifat Produksi meliputi bobot lahir, bobot hidup (1-3 bulan), bobot sapih dan pertambahan bobot hidup harian. Pada umur 3 bulan rataan lingkar dada kambing Boer 48,3 ± 1,41, Persilangan 44,05 ± 2,07 dan kambing kacang 43,25 ± 4,44. Rataan tinggi pundak kambing Boer 46,1 ± 1,85, Persilangan 42 ± 3,58, dan kambing Kacang 41,18 ± 3,70. Rataan panjang badan kambing Boer 46,4 ± 1,50, Persilangan 43 ± 3,55, dan kambing Kacang 41,68 ± 4,40. Selanjutnya didapatkan rata-rata berat lahir kambing Boer 2,94 ± 0,87, Persilangan 2,24±0,37 dan kambing Kacang 1,86 ± 0,35. Bobot sapih (umur 3 bulan) Kambing Boer 12,89 ± 2,52, Persilangan 10,05 ± 0,87 dan Kambing Kacang 6,81 ± 0,80. Karakteristik sifat morfologis (ukuran tubuh) dan sifat produksi prasapih dipengaruhi (P < 0,05) oleh genotipe. Kambing Persilangan (Boerka) mempunyai sifat morfologi tubuh dan sifat produksi prasapih lebih besar daripada kambing Kacang tetapi lebih kecil daripada kambing Boer.
Kata Kunci: Kambing Kacang, Kambing Boer, Persilangan, Morfologis, Produksi
PENDAHULUAN
Perkembangan subsektor peternakan di abad millenium ini semakin pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan
protein hewani terutama protein yang berasal daging, khususnya kambing. Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas. Kambing Kacang memiliki
ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak. Kambing ini mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat, dan memiliki keunggulan pada tingkat kelahiran (prolific). Hasil pengamatan SETIADI (2003) menunjukkan bahwa litter size
nya adalah 1,57 ekor.
Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan telah menjadi ternak yang ter-registrasi di Indonesia selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Secara umum Kambing Boer mempunyai tanda-tanda yang jelas yaitu: Tanduk melengkung keatas dan kebelakang, telinga lebar dan menggantung, hidung cembung, rambut relatif pendek sampai sedang. Kambing Boer merupakan satu-satunya kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia karena pertumbuhannya yang cepat. Menurut MASON (1988) dalam SETIADI (2003), rataan litter size
kambing Boer adalah 1,7 ekor.
Persilangan merupakan salah satu cara atau upaya untuk meningkatkan produktivitas ternak lokal melalui perkawinan dengan ternak lain yang dianggap memiliki keunggulan tertentu. Kambing Boerka adalah hasil perkawinan silang antara ternak kambing Boer jantan dengan kambing Kacang betina. Kambing Boerka memiliki ukuran-ukuran morfologi tubuh lebih besar dibandingkan dengan kambing Kacang. Sesuai dengan MAHMILIA dan TARIGAN (2004) kambing hasil persilangan antara kambing Boer dan kambing Kacang memiliki karakteristik morfologi yang lebih baik dari kambing Kacang.
Karakteristik sifat morfologi (ukuran-ukuran tubuh) dan sifat produksi bisa dijadikan standar untuk menilai produktivitas ternak kambing. Dimana ukuran–ukuran tubuh dapat memberikan gambaran eksterior seekor ternak dan membantu menentukan bobot hidup serta dijadikan pedoman dasar seleksi dalam program pemuliaan ternak (DIWYANTO, 1994). Namun sering ditemukan terbatasnya informasi tentang ukuran-ukuran tubuh (morfologi) dan sifat produksi ternak Kambing khususnya pada umur 0 – 3 bulan (prasapih).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian pengukuran sifat - sifat morfologi dan sifat produksi tubuh anak kambing umur 0 – 3 bulan (prasapih). Hal ini menjadi penting dalam menentukan strategi pengembangan ternak yang tepat sasaran.
MATERI DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih, Galang. Materi penelitian yang digunakan adalah 56 ekor anak kambing berumur 0 – 3 bulan, yang terdiri dari kambing Boer 13 ekor, kambing Kacang 22 ekor dan persilangannya (Boerka) 21 ekor. Anak kambing disatukan dengan induknya selama periode prasapih dalam kandang kelompok (3 × 3 m), dimana tiap kandang berisi antara 6 – 7 ekor induk. Induk diberi pakan hijauan rumput sebanyak 2,5 kg dan konsentrat 0,3 kg/ekor/hari. Air minum diberikan secara ad libitum.
Karakteristik morfologi yang diukur meliputi: lingkar dada (LD), panjang badan (PB), dan tinggi pundak (TP) menggunakan metode MUKHREJEE et al. (1979). Lingkar dada diukur dengan menggunakan pita ukur dalam satuan cm melingkari rongga dada melalui os scapula. Panjang badan diukur menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm dari tepi tulang processus spinosus dari
vertebrae thoracalis tertinggi sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk/os ischium). Tinggi pundak diukur dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm dari titik tertinggi pundak tegak lurus lantai.
Sedangkan sifat performans (produksi) yang diamati adalah bobot lahir (BL), bobot sapih (BS) dan bobot hidup umur 1 – 3 bulan dengan menggunakan timbangan Salter. Berat lahir ditimbang awal ketika lahir, bobot hidup ditimbang setiap bulan, bobot sapih ditimbang saat anak kambing disapih. Pertambahan bobot hidup harian (PBHH) didapatkan dari bobot sapih dikurangi bobot lahir dibagi dengan angka 90 (umur sapih). Seluruh parameter pengamatan dianalisis dengan uji rata-rata
Tabel 1. Rataan lingkar dada kambing Boer, Boerka dan Kacang umur 1 – 3 bulan Lingkar dada (cm)
Genotipe
1 bulan 2 bulan 3 bulan
Boer 35,00 ± 2,94b 43,00 ± 4,02a 48,30 ± 1,41b
Boerka 32,00 ± 0,35a 40,00 ± 4,45a 44,05 ± 2,07a Kacang 30,36 ± 4,29a 39,50 ± 4,88a 43,25 ± 4,44a Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)
Tabel 2. Rataan tinggi pundak kambing Boer, Boerka dan Kacang umur 1 − 3 bulan Tinggi pundak (cm) Genotipe
1 bulan 2 bulan 3 bulan
Boer 32,69 ± 1,60b 40,33 ± 3,84a 46,10 ±1,85b
Boerka 31,52 ± 3,07b 39,11 ± 4,55a 42,00 ± 3,58a
Kacang 28,00 ± 4,01a 37,81 ± 4,15a 41,18 ±3,70a
Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)
menggunakan prosedur “General Linear Models (GLM) dari paket program “Statistical Analisis System (SAS)” versi 6 (1987).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakter sifat morfologi
Lingkar dada
Rataan dan Standar deviasi lingkar dada, tinggi pundak dan panjang badan pada kambing Boer, Kacang dan persilangannya pada umur 0 − 3 bulan dapat dilihat pada Tabel 1.
Ukuran - ukuran tubuh ternak dipengaruhi oleh umur, pemberian pakan, genetik, lingkungan dan jenis kelamin (GALL, 1981). Analisa dari tabel tersebut menunjukkan perbedaan rata-rata ukuran tubuh (sifat morfologi) pada setiap genotipe ternak dan sebagian besar meningkat seiring bertambahnya umur. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap lingkar dada, tinggi pundak dan panjang badan pada kambing umur 1 dan 3 bulan tapi tidak berbeda nyata (P > 0,05) umur 2 bulan, hal ini mungkin dipengaruhi faktor ketersediaan air susu induk yang mulai menurun.
Tinggi pundak
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap tinggi pundak kambing umur 1 dan 3 bulan tapi tidak berbeda nyata (P > 0,05) umur 2 bulan (Tabel 2). Rataan tinggi pundak kambing Boer umur 3 bulan sebesar 46,1 ± 1,85 lebih tinggi daripada hasil penelitian MAHMILIA et al. (2006) yaitu sebesar 44,00 ± 4,41. Untuk rataan tinggi pundak kambing Kacang 41,18 ± 3,70, lebih kecil daripada kambing Boerka 42,00 ± 3,58, namun lebih besar daripada kambing Kosta (lokal) umur 3 bulan yang memilki rataan tinggi pundak sebesar 35,33 ± 0,30 (betina) dan 37 ± 0,38 (jantan) (MAHMILIA et al., 2004).
Panjang badan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap panjang badan kambing umur 1 dan 3 bulan tapi tidak berbeda nyata (P > 0,05) umur 2 bulan (Tabel 3). Rataan panjang badan umur 3 bulan kambing Boer sebesar 46,4 ± 1,50 lebih tinggi daripada hasil penelitian MAHMILIA et al. (2006) yakni 44,63 ± 5,83. Untuk kambing Kacang memiliki rataan panjang badan 41,68 ± 4,40 lebih kecil daripada kambing Boerka 43,00 ± 3,55,
Tabel 3. Rataan panjang badan kambing Boer, Boerka dan Kacang umur 1 – 3 bulan
Panjang badan (cm) Genotipe
1 bulan 2 bulan 3 bulan
Boer 34,31 ± 2,46c 39,75 ± 3,14a 46,40 ± 1,50b
Boerka 31,67 ± 3,07b 39,76 ± 3,70a 43,00 ± 3,55a
Kacang 28,86 ± 3,22a 38,12 ± 3,72a 41,68 ± 4,40a
Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)
Tabel 4. Karakteristik produksi kambing prasapih Boer, Boerka (persilangannya) dan Kacang Karakteristik sifat produksi
Umur prasapih (kg/bulan) Genotipe
0 (bobot lahir) 1 2 3 (bobot sapih)
PBHH (g/ekor/hari) Boer 2,94 ±0,87c 7,68± 2,0b 10,85 ±2,13b 12,89± 2,52c 110,6 Boerka 2,24 ±0,37b 4,52± 1,42a 6,05 ±0,81a 10,05 ±0,87b 86,8 Kacang 1,86 ±0,35a 3,74± 0,92a 5,46 ±0,87a 6,81 ±0,80a 55 Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)
namun lebih besar daripada kambing Kosta (lokal) umur 3 bulan yang memiliki rataan panjang badan sebesar 33,33 ± 4,04 (betina) dan 38 ± 1 (jantan) (MAHMILIAet al., 2004).
Karakter sifat produksi
Rataan dan standar deviasi sifat-sifat dari aspek produksinya pada kambing Boer, Boerka dan Kacang pada umur 0 − 3 bulan dapat dilihat pada Tabel 4.
Bobot hidup (1 − 3 bulan)
Pengamatan dari tabel menunjukkan perbedaan rata-rata bobot hidup pada setiap genotipe ternak dan sebagian besar meningkat seiring bertambahnya umur. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap bobot hidup. Rataan bobot hidup kambing berurutan yaitu kambing Boer, Boerka dan Kacang umur 1 bulan yaitu (7,68 ± 2,00), (4,52 ± 1,42) dan (3,74 ± 0,92) sedangkan, Umur 2 bulan yaitu (10,85 ± 2,13), (6,05 ± 0,81) dan (5,46 ± 0,87). Pada umur 3 bulan kambing Boer 12,89 ± 2,52, lebih besar dari hasil penelitian MAHMILIA et al. (2006)
sesuai hasil penelitian GINTING danMAHMILIA (2008) yang melaporkan kambing persilangan (8 – 12 kg) dan Kacang (6,4 – 7,8 kg).
Bobot lahir
Bobot rata - rata anak kambing yang dilahirkan sangat bervariasi tergantung dari
breed (genotipe) kambing (DEVENDRA, 1966). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa genotipe berbeda nyata (P < 0,05) terhadap bobot lahir. Rataan bobot lahir kambing Boer 2,94 ± 0,87 lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian MAHMILIA et al. (2006) melaporkan 2,81 ± 0,60. Untuk kambing Boerka 2,24 ± 0,37 dan kambing Kacang 1,86 ± 0,35. Sedangkan GINTING dan MAHMILIA (2008) melaporkan rataan bobot lahir kambing Persilangan 2,0 – 2,6 kg dan kambing Kacang 1,4 – 1,7 kg.
Bobot sapih
Penyapihan anak kambing dilakukan saat umur 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bobot sapih kambing Boer (12,89 ± 2,52), Kambing Boerka (10,05 ± 0,87) dan kambing Kacang 6,81 ± 0,80 (Tabel 2). Bobot sapih
13,02 kg, tetapi lebih tinggi daripada laporan yakni 7,69 kg. Rataan bobot sapih kambing Kacang sesuai dengan hasil GINTING dan MAHMILIA (2008) melaporkan bobot sapih 6,7 – 8,7 kg (jantan) dan 6,4 – 7,8 kg (betina). Pertambahan bobot hidup harian (PBHH)
Hasil pengamatan menunjukkan Rataan laju pertumbuhan Kambing Boer 110,6 g/ekor/hari, kambing Boerka 86,8 g/ekor/hari, dan kambing Kacang 55 g/ekor/hari. Laju pertumbuhan anak sangat ditentukan oleh kapasitas ukuran tubuh dewasa baik pejantan
maupun induk (MCGREGOR, 1985).
Penggunaan pejantan Boer yang merupakan ras kambing tipe besar merupakan kontributor utama terhadap tingginya laju pertumbuhan kambing Boerka (persilangan Boer dengan Kacang).
Laju pertumbuhan kambing Boerka relatif sama dengan laju pertumbuhan kambing persilangan Boer × East Africa (BARRY dan GODKE, 1991) dan relatif rendah daripada persilangan Boer × Spanish yaitu antara 76 – 100 g/ekor/hari (PRIETO et al., 2000). Hal ini terkait dengan kapasitas bobot tubuh kambing Spanish yang lebih besar daripada kambing Kacang.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rataan karakteristik sifat morfologis (ukuran tubuh) dan sifat produksi prasapih dipengaruhi (P < 0,05) oleh genotipe. Kambing persilangan (Boerka) mempunyai sifat morfologi tubuh dan sifat produksi prasapih lebih besar daripada kambing Kacang tapi lebih kecil daripada kambing Boer.
DAFTAR PUSTAKA
BARRY, D.M and R.A. GODKE. 1991. The Boer goat: The potential for cross breeding. Proc. National Symp. Goat Meat Production and Marketing. Oklahoma, USA. pp. 180 – 189.
DIWYANTO, K. 1994. Pengamatan Ukuran Permukaan tubuh Domba dan kambing di Indonesia. Puslitbang Peternakan, Bogor. 146 hlm.
GALL, C. 1981. Goat Production. Academic Press London. pp. 51 – 89; 542 – 544.
GINTING, S.P. dan F. MAHMILIA. 2008. Kambing Boerka kambing tipe pedaging hasil persilangan Boer x Kacang. Wartazoa 18(3) hlm. 115 − 126
MAHMILIA, F., S. ELIESER, M. DOLOKSARIBU, F.A. PAMUNGKAS dan M. HUTAURUK. 2006. Karakteristik Produksi dan Reproduksi Kambing Boer pada Iklim Tropis basah. Laporan Akhir Kegiatan Penelitian PAATP 2006. Sei Putih.
MAHMILIA, F dan A. TARIGAN. 2004. Karakteristik Morfologi dan Performans Kambing Kacang, kambing Boer dan Persilangannya. Pros Lokakarya Nasional Kambing Potong. Bogor, 2004. Puslitbang Peternakan. hlm. 209 – 212. MAHMILIA, F., S.P. GINTING, A. BATUBARA, M.
DOLOKSARIBU dan A. TARIGAN. 2004. Karakteristik Morfologi dan Performans Kambing Gembrong dan Kosta. Pros. Seminar Nasional Tekhnologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 4 – 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 375 – 380. MCGREGOR, B.A. 1985. Growth, Development and
Carcass Composition of Goats: A Review. Goat Production and Research in the Tropics. University of Queensland, Brisbane, ACIAR, 6 – 8 February 1984. pp. 82 – 90.
MUKHREJEE, D.K., S.P. SINGH dan H.R. MISHRA. 1979. Anote on some phenotypic parameters in Grey and Brown Bengal goats. Indian J. Anim. Sci. 49: 671 – 673.
SETIADI, B. 2003. Alternatif Konsep pembibitan dan pengembangan Usaha Ternak Kambing. Laporan Hasil Penelitian APBN 1996/1997. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.