• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Bab ini memuat uraian dan penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun lalu (2013) dan perkiraan tahun berjalan (2014), yang antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah dalam mendanai pembangunan daerah Tahun 2015, meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Perkembangan ekonomi dunia:

Perkembangan kondisi perekonomian regional tidak luput dari perkembangan kondisi perekonomian provinsi, nasional maupun dunia. sehingga, dalam penentuan arah kebijakan ekonomi daerah seyogyanya pembuat kebijakan harus memperhatikan perkembangankondisi perekonomian yang terjadi pada ranah eksternal daerah. Berikut merupakan ringkasan perkembangan ekonomi dunia berdasarkan laporan IMF dalam World Economic Outlook1.

1. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global sedikit lebih tinggi daripada pada Tahun 2014 yang sekitar 3,7%, menjadi 3,9% pada Tahun 2015.

2. Perekonomian global menunjukkan tanda-tanda perbaikan, diawali oleh Amerika Serikat dan Jepang, disertai adanya sinyal pemulihan ekonomi di kawasan Eropa, China dan India. Peningkatan pertumbuhan ekonomi global salah satunya disebabkan oleh pemulihan kawasan Eropa, China dan India dari resesi ekonomi, dimana ekspor yang lebih tinggi akan membantu meningkatkan pertumbuhan, sementara utang yang tinggi, baik negeri maupun swasta, dan keuangan fragmentasi akan menahan permintaan domestik.

3. Perkembangan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi) di negara berkembang (Emerging market) lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju (advanced economies). Pertumbuhan ekonomi pada Emerging market

dan negara berkembang diharapkan mengalami peningkatan pada Tahun 2014 menjadi 5,3% dan pada Tahun 2015 menjadi 5,4%. Dari

sekian pertumbuhan yang ada di Emerging market dan negara berkembang, China dan India merupakan negara yang diproyeksikan mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi.

1

(2)

4. Pertumbuhan di China melambung kuat pada semester kedua Tahun 2013, disebabkan oleh percepatan investasi. Lonjakan ini diperkirakan bersifat sementara, sebagian karena langkah-langkah kebijakan untuk memperlambat pertumbuhan kredit dan meningkatkan biaya modal. Pertumbuhan di India didukung oleh musim hujan yang menguntungkan dan pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi, dan diperkirakan akan meningkat lebih lanjut untuk kebijakan struktural lebih kuat mendukung investasi.

Berikut merupakan gambaran ringkas pertumbuhan GDP Global yang berasal dari emerging and developing economies, serta advanced economic .

Sumber: Estimasi IMF, 2014

Gambar 3. 1. Pertumbuhan GDP Global

Secara umum, kondisi ekonomi global yang belum pulih berdampak pada melambatnya Pertumbuhan Nasional pada Tahun 2013 sebesar 5,78% dan mengalami Defisit Neraca Transaksi Berjalan. Sementara perkiraan

pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Tahun 2014 berkisar pada angka 5,8-5,9%. Indonesia termasuk dalam negara berkembang (emerging market)

yang mempunyai posisi lebih baik jika dibandingkan dengan negara maju dan beberapa negara emerging market lainnya. Dalam pengelompokan ini, Indonesia termasuk dalam ASEAN-5 (empat negara lainnya yaitu Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam). Namun secara umum, perkiraan pertumbuhan GDP dari ASEAN-5 pada Tahun 2015 tidak lebih baik dibandingkan China dan India.

(3)

Tabel 3. 1.

Proyeksi Indikator Perekonomian Global (%) ( Sumber : World Economic Outlook, 2014 )

Sumber: World Economic Outlook, 2014

Sementara dalam lingkup internal, tantangan perekonomian Indonesia pada Tahun 2015 adalah sebagai berikut:

1. Neraca perdagangan mengalami defisit, dimana kondisi eksisting menunjukkan bahwa nilai ekspor lebih rendah dibandingkan dengan nilai impor.

2. Persaingan yang sangat ketat antar negara, terutama di kawasan Asia Tenggara dengan adanya AEC berpijak pada 4 karakteristik utama yakni a single market and production base, competitive economic region, equitable economic development and integrated into the global economy.

WEO Projections 2012 2013 2014 2015 World Output 1/ 3.1 3 3.7 3.9 Advanced Economies 1.4 1.3 2.2 2.3 United States 2.8 1.9 2.8 3 Euro Area –0.7 –0.4 1 1.4 Germany 0.9 0.5 1.6 1.4 France 0 0.2 0.9 1.5 Italy –2.5 –1.8 0.6 1.1 Spain –1.6 –1.2 0.6 0.8 Japan 1.4 1.7 1.7 1 United Kingdom 0.3 1.7 2.4 2.2 Canada 1.7 1.7 2.2 2.4

Other Advanced Economies 1.9 2.2 3 3.2

Emerging Market and

Developing Economies 1/ 4.9 4.7 5.1 5.4

Central and Eastern Europe 1.4 2.5 2.8 3.1

Commonwealth of Independent States 3.4 2.1 2.6 3.1 Russia 3.4 1.5 2 2.5 Excluding Russia 3.3 3.5 4 4.3 Developing Asia 6.4 6.5 6.7 6.8 China 7.7 7.7 7.5 7.3 India 2/ 3.2 4.4 5.4 6.4 ASEAN-5 3/ 6.2 5 5.1 5.6

Latin America and the

Caribbean 3 2.6 3 3.3

Brazil 1 2.3 2.3 2.8

Mexico 3.7 1.2 3 3.5

Middle East, North Africa,

Afghanistan, and Pakistan 4.1 2.4 3.3 4.8

Sub-Saharan Africa 4.8 5.1 6.1 5.8

South Africa 2.5 1.8 2.8 3.3

Memorandum

World Growth Based on

(4)

Tabel 3.2.

Proyeksi Indikator Perekonomian Global (%) ( Sumber : Musrenbangnas 2014 )

Uraian Distribusi (%) 2013 Realisasi 2014 Realisasi 2015 Sasaran Sisi Pengeluaran Konsumsi Masyarakat 5,3 5,5 5,4 Konsumsi Pemerintah 4,9 6,3 7,3 PMTB (Investasi) 4,7 5,7 5,4

Ekspor Barang dan Jasa 5,3 5,5 6,7

Impor Barang dan Jasa 1,2 4,3 5,6

Sisi Produksi

Pertanian 3,5 3,5 3,7

Pertambangan dan Penggalian 1,3 1,2 1,2

Industri Pengolahan 5,6 5,7 6,1

Listrik, gas dan air bersih 5,6 5,7 5,9

Konstruksi 6,6 6,7 7,0

Perdagangan, hotel & Restoran 5,9 6,0 6,3

Pengangkutan & komunikasi 10,2 10,1 10,2

Keuangan, Persewaaan & Jasa Usaha 7,6 7,2 7,3 Jasa-Jasa Lainya 5,5 5,4 5,9 Indikator Lainnya Pertumbuhan Ekonomi 5,8 5,8 6,1 Laju Inflasi 8,4 6,0 5,0

Tingkat Pengangguran Terbuka 6,25 5,8-6,0 5,7-6,0

Tingkat Penduduk Miskin 11,47 9,0-10,5 9,0-10,0

Sumber : Musrenbangnas 2014

Sebagai tahun pertama dalam periode RPJMN 2015-2019, kebijakan fiskal 2015 diarahkan untuk menyeimbangkan peningkatan alokasi anggaran dan upaya pemantapanan keberlanjutan fiskal melalui peningkatan penerimaan negara dan efisiensi belanja negara berbasisi pemberian stimulus fiskal yang terukur.

Secara umum kebijakan di bidang keuangan negara melingkupi sejumlah tujuan :

a. Optimalisasi penerimaan negara melalui reformasi perpajakan secara komprehensif serta menyempurnakan sistem penerimaan uang negara bukan pajak (PNBP).

b. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengeluaran negara terutama untuk mendorong program/kegiatan yang mempunyai daya ungkit (leverage) atau pengaruh mengganda (multiplier effects) yang lebih besar semisal melalui penyempurnaan perencanaan penganggaran negara, pengurangan subsidi yang tidak tepat sasaran, peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran negara, dan peningkatan kualitas pengelolaan desentralisasi fiskal dan keuangan daerah.

(5)

c. Peningkatan kualitas pengelolaan kekayaan negara mulai perencanaan sampai dengan pertanggungjawaban/pelaporan aset.

d. Peningkatan pengelolaan pembiayaan negara, pemanfaatan hutang secara selektif serta memprioritaskan sumber-sumber pembiayaan hutang dalam negeri. Hal itu dilaksanakan bersamaan dengan upaya untuk mengoptimalkan peran serta masyrakat (financial inclusion) sekaligus memperdalam pasar keuangan domestik (financial deepening).

Sebagai penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Pemerintah Pusat setiap tahun wajib membuat Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKP) tahunan yang memuat memuat rancangan kerangka ekonomi makro yang termasuk di dalamnya arah kebijakan fiskal dan moneter, prioritas pembangunan, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. RKP Nasional Tahun 2015 merupakan dokumen yang menjabarkan RPJP Nasional Tahap ketiga dan dokumen perencanaan transisi yang menjadi jembatan antara RPJMN II dan RPJMN III (2015-2019). Penyusunan tema RKP Nasional didasarkan pada tantangan, keberlanjutan, mandat RPJP 2005-2025 dengan penekanan pada tahapan pembangunan periode RPJM 2015-2019. Dengan mempertimbangkan dasar tersebut, maka tema penyusunan Rencana Kerja Pembangunan (RKP) Nasional Tahun 2015 adalah “Melanjutkan Reformasi bagi Percepatan Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan”.

Dalam RKP Nasional, terdapat proyeksi dan perencanaan pembangunan pemerintah daerah yang mempertimbangkan asumsi dasar ekonomi makro nasional. Hal tersebut merupakan dasar bagi pemerintah dalam menyusun postur APBN. Ringkasan asumsi dasar perekonomian nasional Tahun 2015 yang termuat dalam sasaran RKP Nasional 2015 dinyatakan sebagai berikut:

a. pertumbuhan ekonomi dikisaran 5,5 % - 6,3 %; b. tingkat inflasi dikisaran 3,0 % - 5,0 %;

c. Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan dikisaran 5,5 % - 6,0 %; d. Nilai Tukar Rupiah dikisaranRp. 11.500/US$ - Rp. 12.000/US$;

e. dan Rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) dikisaran USD 100 – 105 per barel dengan lifting minyak dikisaran 830 - 900 ribu barel per hari dan lifting gas 1.225 – 1.250 MBOEPD.

Sementara itu, tantangan yang dihadapi Indonesia dalam hal pembangunan dari sisi eksternal antara lain meliputi:

(6)

a. pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang ditandai dengan pengurangan stimulus moneter (tapering off) serta perekonomian Eropa secara perlahan lepas dari krisis, akan mengakibatkan arus modal asing berbalik ke negara maju dan berakhirnya siklus panjang harga komoditas tinggi sehingga mempersulit upaya pengurangan defisit transaksi berjalan; b. melepaskan Indonesia dari jerat negara berpendapatan menengah

(middle-income trap); dan

c. pelaksanaan masyarakat ekonomi ASEAN (ASEAN Economy Community) akan mulai pada tahun 2015 yang berpijak pada 4 karakteristik utama yakni asingle market and production base, competitive economic region, equitable economic development and integrated into the global economy.

Sedangkan dari sisi internal, tantangan yang dihadapai antara lain: a. struktur perekonomian Indonesia masih belum kokoh dan rentan terhadap

gejolak global yang ditunjukkan dengan masih dangkalnya struktur industri manufaktur dan ketergantungan terhadap impor barang modal dan bahan baku setengah jadi masih tinggi;

b. iklim usaha dan investasi, serta kepastian hukum, masih belum optimal dalam memberikan kemudahan dan kepastian investasi;

c. terjadinya pelambatan penurunan kemiskinan dan pengangguran; dan d. kesenjangan antar kelompok masyarakat masih tinggi, demikian juga

kesenjangan antar wilayah.

Adanya tantangan dari sisi eksternal dan internal tersebut, pada akhirnya kebijakan pembangunan nasional diarahkan sebagai berikut:

a. Reformasi pembangunan yang telah berjalan perlu dilanjutkan dan diperkuat untuk mengurangi ketergantungan impor barang modal dan bahan baku, kepastian hukum dan penegakan hukum serta reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan

b. Daya saing nasional masih harus ditingkatkan, terutama untuk menghadapi pelaksanaan masyarakat ekonomi ASEAN (ASEAN Economy Community), meneruskan perbaikan neraca transaksi berjalan, memperkuat landasan pembangunan agar tidak masuk dalam jebakan negara berpendapatan menengah (middle-income trap)

c. RPJM Nasional tahap ketiga dari RPJP Nasional 2005-2025 yang diarahkan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulam kompetetif perekonomian berbasis SDA yang tersedia, SDM berkualitas, serta kemampuan IPTEK.

(7)

Selaras dengan kondisi perekonomian nasional, pada konteks internal Provinsi Jawa Timur, Neraca Perdagangan mengalami Surplus 53,7 Trilyun dan Realisasi Investasi sebesar 145,06 Trilyun (tumbuh 8,72 persen). Pertumbuhan ekonomi diprediksikan melambat pada posisi 6,55 persen pada Tahun 2013 setelah mengalami peningkatan pada Tahun 2012 yang mencapai 7,22 persen. Penurunan yang terjadi pada Tahun 2013 tersebut salah satunya karena dampak belum pulihnya perekonomian global. Namun demikian, PDRB Provinsi Jawa Timur masih menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, baik PDRB ADHB maupun PDRB ADHK. Hal tersebut dikarenakan PDRB Jawa Timur tidak hanya mengalami peningkatan secara nominal, namun mengalami peningkatan secara riil pula.

Sumber: Musrenbang Provinsi Jawa Timur Tahun 2015

Gambar 3. 2.

Pertumbuhan Ekonomi dan PDRB Provinsi Jawa Timur

Dari sisi perindustrian, struktur Impor Jawa Timur masih didominasi oleh bahan baku/penolong (83,34%). Sementara dari sisi ketahanan pangan, Provinsi Jawa Timur dapat dikatakan berada dalam kondisi yang cukup mapan yang diindikasikan dengan Peningkatan IP (komoditas padi) dari 1,86 menjadi 2,3 bersama Provinsi Jawa tengah dan Provinsi Sulawesi Selatan menuju surplus 10 juta ton. Selain itu, komoditas Daging melalui IB dengan 1,5 juta akseptor Sapi, bersama NTB, NTT dan Lampung diharapkan dapat memenuhi kekurangan kebutuhan daging nasional 132.000 ton/tahun.

(8)

Dari sisi ekternal, Jawa Timur harus siap dengan pemberlakuan AEC (Asean Economic Community) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 dengan meningkatkan daya saing daerah yang ditunjang dengan peningkatan Kualitas SDM, Kualitas Infrastruktur dasar, Infrastruktur regulasi, Infrastruktur keuangan, Pelayanan Publik.

Fokus pembangunan Pemerintah Jawa Timur yang salah satunya adalah pengurangan kemiskinan dapat dikatakan cukup berhasil. Hal tersebut ditengarai dengan adanya penurunan penduduk miskin, baik dari segi persentase maupun jumlahnya. Sampai dengan Tahun 2013 jumlah penduduk miskin semakin menurun yaitu 6.022.590 pada Tahun 2009 menjadi 4.856.820 (12,73 persen dari jumlah penduduk) pada Tahun 2013. Dari segi persentase, tingkat kemiskinan di Jawa Timur masih lebih tinggi dibandingkan dengan Nasional. Namun pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama pemerintah Kabupaten/kota telah mencanangkan beberapa program pengentasan kemiskinan yang diharapkan pada tahun-tahun berikutnya tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Timur dapat semakin berkurang.

Sumber: Musrenbang Provinsi Jawa Timur Tahun 2015

Gambar 3. 3.

Persentase Penduduk Miskin

Penurunan jumlah kemiskinan tersebut juga diiringi dengan menurunnya tingkat pengangguran terbuka di Jawa Timur. Bedanya, persentase kemiskinan Jawa Timur lebih tinggi dibandingkan Nasional, sedangkan tingkat pengangguran terbuka justru sebaliknya. Artinya, tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Jawa Timur dapat dikatakan lebih baik jika dibandingkan dengan capaian Nasional (lebih rendah dibandingkan dengan nasional). Perbandingan perkembangan TPT Provinsi Jawa Timur dan Nasional digambarkan sebagai berikut.

(9)

Sumber: Musrenbang Provinsi Jawa Timur Tahun 2015

Gambar 3. 4.

Tingkat Pengangguran Terbuka

Sementara itu, dari segi ketimpangan pendapatan masyarakat dalam suatu wilayah yang diukur menggunakan indeks gini, capaian indeks gini di Provinsi Jawa Timur dan Nasional tergolong sedang. Semakin tinggi nilai indeks gini, dapat dikatakan ketimpangan atau kesenjangan pendapatan masyarakat semakin lebar. Capaian indeks gini Provinsi Jawa Timur dan Nasional yang tergolong dalam kelompok sedang mengindikasikan bahwa kesenjangan pendapatan di Provinsi Jawa Timur dan Nasional tidak terlalu lebar.

Sumber: Musrenbang Provinsi Jawa Timur Tahun 2015

Ket: tingkat Ketimpangan tinggi (> 0.5), sedang (0.3-0.5), rendah (<0.3)

Gambar 3. 5. Indeks Gini 7,87 7,14 6,56 6,14 6,25 5,08 4,25 4,16 4,12 4,33 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009 2010 2011 2012 2013 Nasional Jatim 0,37 0,38 0,41 0,41 0,41 0,33 0,34 0,37 0,36 0,36 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 2009 2010 2011 2012 2013 Nasional Jatim

(10)

Dengan berdasar pada beberapa fenomena tersebut, maka ditetapkan target kinerja pada Tahun 2015 dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3.

Target Kinerja Provinsi Jawa Tmur Tahun 2015

No. Indikator Target

1 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,88 - 7,19

2 Indeks Gini 0,359 - 0,356

3 Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia (%

Proporsi Kelompok 40% bawah) 20,76 - 20,89

4 Tingkat Kemiskinan (%) 12,21 - 11,73

5 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 4,22 - 4,13

6 Indeks Pembangunan Manusia 73,46 - 74,37

7 Indeks Pembangunan Gender 67,79 - 68,39

8 Kualitas Air Sungai a. BOD (mg/l) 3,58 - 3,56 b. COD (mg/l) 10,87 - 10,83

Sumber: Musrenbang Provinsi Jawa Timur Tahun 2015

Sesuai dengan arah kebijakan nasional, regional, dan mengacu pada RPJMD 2014–2019, maka perlu dirumuskan arah kebijakan ekonomi Kota Madiun. Arah kebijakan ekonomi daerah ditujukan untuk mengimplementasikan program dan mewujudkan visi dan misi Kepala Daerah, serta isu strategis daerah, sebagai payung untuk perumusan prioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun rencana.

3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi Kota Madiun pada Tahun 2013 diketahui mencapai 8,07 persen, meningkat sebesar 0,28 poin dari Tahun 2012. Sementara target pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2014 diproyeksikan sebesar 8,15 persen. Dilihat dari perbandingan pertumbuhan ekonomi antara Nasional dan Jawa Timur, pertumbuhan ekonomi Kota Madiun cenderung mengikuti Jawa Timur yang selalu mengalami peningkatan tiap tahun. Artinya, kondisi pertumbuhan ekonomi nasional yang fluktuatif tidak begitu berdampak pada pertumbuhan ekonomi Kota Madiun.

(11)

Sumber : Bappeda Kota Madiun, Tahun 2014 *) Target/Proyeksi

Gambar 3. 6.

Pertumbuhan ekonomi Kota Madiun, Jawa Timur dan Nasional Tahun 2010 s/d 2013 serta Target Tahun 2014

Dari kondisi tersebut, prospek perekonomian Kota Madiun pada Tahun 2014 dapat dilihat dalam indikator ekonomi sebagai berikut.

Tabel 3.4.

Prospek dan Prediksi Perekonomian Kota Madiun Tahun 2014

Indikator 2011 Realisasi 2012 2013 Proyeksi 2014*)

Pertumbuhan Ekonomi (%) 7,18 7,79 8,07 8,15

PDRB ADHB (juta rupiah) 5.689.253,62 6.419.845,13 7.327.602,22 8.333.448,50

PDRB ADHK (juta rupiah) 2.266.725,63 2.443.200,18 2.640.372,65 2.838.186,39

PDRB per Kapita (juta rupiah) 33,09 36,96 38,33 43,60

TPT (%) 4,03 2,03 2,34 2,10

IPM 77,07 77,50 77,82 78,22

Inflasi 6,24 4,69 5,62 5,5 ± 1%

Sumber : Bappeda Kota Madiun, Tahun 2014 *) Target/Proyeksi

3.1.2.Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014 dan Tahun 2015

Prospek Indonesia sebagai negara dengan perekonomian nomor 16 di dunia, nomor 4 di Asia setelah China, Jepang dan India, serta terbesar di Asia Tenggara, semakin menjanjikan dengan melimpahnya sumber daya alam, pertumbuhan konsumsi swasta dan iklim investasi yang kondusif. Namun ke depan masih terdapat tantangan besar untuk meningkatkan daya saing (competitiveness) yang saat ini berada pada peringkat 50 dari 144 negara, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, efisiensi pasar tenaga kerja, penguasaan teknologi dan inovasi, serta kelembagaan.

2010 2011 2012 2013 2014* Kota Madiun 6,93 7,18 7,79 8,07 8,15 Jawa Timur 6,68 7,22 7,24 6,55 7,02 Nasional 6,08 6,5 6,23 5,7 5,9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(12)

Dengan tantangan dan prospek perekonomian dunia tersebut, maka diharapkan Kota Madiun dapat menjaga stabilitas perekonomian daerah. Untuk menjaga stabilitas perekonomian tersebut, maka salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan penguatan daya saing UKM melaui kerjasama dengan lembaga keuangan dan perbankan. serta pengembangan potensi daerah lainnya. Hal ini mengingat keberadaan Kota Madiun sebagai salah satu daerah yang berbasis perdagangan.

Dengan berbagai hal diatas, maka prospek perekonomian Kota Madiun pada Tahun 2014 sampai dengan Tahun 2016 dapat dilihat dalam indikator ekonomi sebagai berikut.

Tabel 3.5.

Prospek dan Prediksi Perekonomian Kota Madiun Tahun 2014 s/d 2016

Indikator Proyeksi

2014 2015 2016

Pertumbuhan Ekonomi (%) 8,15 8,23 8,30

PDRB ADHB (juta rupiah) 8.333.448,50 9,477,365.43 10,778,305.70

PDRB ADHK (juta rupiah) 2.838.186,39 3,050,820.11 3,279,384.11

PDRB per Kapita (juta rupiah) 43,60 47,16 51,06

TPT (%) 2,10 1,79 1,52

IPM 78,22 78,63 79,03

Inflasi 5,5 ± 1% 5 ± 1% 4,5 ± 1%

Sumber: Proyeksi Bappeda Kota Madiun, 2013

Dari tabel di atas, pertumbuhan ekonomi Kota Madiun secara moderat pada tahun 2014 dan 2015 diproyeksikan akan mencapai 8,15 dan 8,23 persen sampai 8,30 persen pada tahun 2016. Dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun 2015 diperkirakan menjadi 1,79 persen dan diharapkan terus menurun sampai 1,52 persen pada tahun 2016. Sedangkan Indeks Pembangunan Manusia pada tahun 2015 diproyeksikan sebesar 78,63 dan terus meningkat sampai 79,03 pada tahun 2016.

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Arah kebijakan keuangan daerah memuat tentang kebijakan yang akan ditempuh oleh Pemerintah Kota Madiun berkaitan dengan pendapatan daerah, pembiayaan daerah dan belanja daerah, berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan.

(13)

3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

Penyusunan APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan diawali dengan proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbangda) yang hasilnya dituangkan dalam dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), selanjutnya dipergunakan sebagai dasar penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Nomor 12 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa anggaran pemerintah daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. PAD Kota Madiun terdiri dari Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang sah. Dana Perimbangan bersumber dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Dalam memproyeksikan pendapatan daerah pada Tahun 2015 diperlukan beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Madiun dengan tingkat yang moderat pada Tahun 2014 diperkirakan 8,15 persen;

2. Tingkat inflasi Daerah pada Tahun 2014 diperkirakan sebesar 5,5 ± 1% persen.

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis kondisi ekonomi daerah dan kajian terhadap tantangan dan prospek perekonomian daerah, dilakukan analisis dan proyeksi sumber-sumber pendapatan daerah yang dituangkan kedalam tabel

(14)

Tabel 3. 6.

Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kota Madiun Tahun 2011 s.d Tahun 2016

KODE Uraian JUMLAH

REALISASI 2011 REALISASI 2012 REALISASI 2013 ANGGARAN 2014 TARGET 2015 TARGET 2016

1.1 Pendapatan Asli Daerah 61.305.077.273,73 72.030.950.610,20 95.059.183.511,59 85.739.769.000,00 96.009.050.900,00 107.559.556.740,00

1.1.1 Pajak daerah 23.200.982.101,00 29.323.185.454,00 34.479.726.421,00 33.906.100.000,00 38.992.015.000,00 44.840.817.250,00

1.1.2 Retribusi daerah 2.645.664.426.300,00 30.451.295.552,95 17.116.760.622,00 15.389.922.000,00 16.928.914.200,00 18.621.805.620,00

1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4.499.769.865,48 6.433.162.348,32 9.440.747.580,93 9.440.747.000,00 10.384.821.700,00 11.423.303.870,00

1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 7.147.681.044,25 5.823.307.254,93 35.021.948.887,66 27.003.000.000,00 29.703.300.000,00 32.673.630.000,00

1.2 Dana Perimbangan 363.186.940.641,00 493.577.045.832,00 556.621.076.555,00 561.363.978.000,00 619.846.290.500,00 682.957.562.360,00

1.2.1 Dana bagi hasil pajak 35.302.049.337,00 52.846.926.065,00 30.559.371.461,00 8.929.807.000,00 11.697.604.500,00 13.452.245.175,00

Dana bagi hasil bukan pajak - - 15.247.050.379,00 - - -

1.2.2 Dana Alokasi Umum 297.695.488.000,00 413.003.782.000,00 474.093.362.000,00 511.089.913.000,00 562.198.904.300,00 618.418.794.730,00

1.2.3 Dana Alokasi khusus 24.070.500.000,00 20.273.450.000,00 27.544.290.000,00 31.922.300.000,00 35.114.530.000,00 38.625.983.000,00

1.2.4 Dana Bagi hasil cukai 6.118.903.304,00 7.452.887.767,00 9.177.002.715,00 942.195.800.000,00 10.835.251.700,00 12.460.539.455,00

1.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 104.505.020.402,00 116.493.733.458,00 156.445.824.163,00 146.071.267.000,00 181.724.760.000,00 186.316.904.950,00

1.3.1 Hibah 5.000.000,00 - - - - -

1.3.2 Danadarurat - - - -

1.3.3 Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari pemerintah daerah lainya 33.188.586.442,00 32.250.736.458,00 37.301.512.163,00 35.479.351.000,00 60.476.834.000,00 61.686.370.680,00

1.3.4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus 67.000.323.960,00 81.339.127.000,00 117.120.867.000,00 86.392.439.000,00 95.764.975.000,00 98.637.924.250,00

1.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya 4.311.110.000,00 2.903.870.000,00 2.023.445.000,00 24.199.477.000,00 25.482.951.000,00 25.992.610.020,00

(15)

3.2.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Sub bab ini menjelaskan mengenai kebijakan yang akan ditempuh oleh Pemerintah Daerah Kota Madiun berkaitan dengan pendapatan daerah, pembiayaan daerah, dan belanja daerah, berdasarkan hasil analisis dan prediksi perekonomian dan kerangka pendanaannya.

3.2.2.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Kebijakan perencanaan pendapatan daerah Kota Madiun Tahun 2014 diarahkan pada meminimalisasi ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat melalui optimalisasi penerimaan PAD dengan melakukan diversifikasi dan intensifikasi sumber-sumber PAD, terutama dari pajak daerah. Dalam merencanakan pendapatan daerah pada RKPD ini, arahan kebijakan pendapatan daerah Kota Madiun adalah sebagai berikut:

1. perhitungan Pendapatan Asli Daerah adalah dengan memperhatikan perkembangan realisasi masing-masing pos pendapatan selama dua tahun terakhir, serta potensi dari sumber-sumber pendapatan daerah;

2. meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah

3. optimaliasi penerimaan dana perimbangan baik yang bersumber dari pemerintah maupun yang bersumber dari pemerintah provinsi

4. meningkatkan sistem pengelolaan aset dan keuangan daerah;

5. meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi dalam upaya pemenuhan kebutuhan fiskal daerah;

6. meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam pengelolaan pajak serta kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak dan retribusi daerah dengan cara melakukan upaya perbaikan sistem pelayanan pungutan daerah; dan

(16)

7. melaksanakan penegakan hukum yang tegas terhadap wajib pajak dan wajib retribusi yang melakukan pelanggaran Peraturan Daerah.

3.2.2.2. Arah Kebijakan Belanja Daerah

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa belanja daerah terdiri dari jenis belanja yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten kota dan pemerintah desa, serta belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintahan desa.

Sedangkan belanja langsung tediri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Kebijakan untuk Tahun 2015 belanja langsung digunakan untuk belanja yang terkait langsung dengan program dan kegiatan. Kebijakan pembangunan daerah untuk Tahun 2015 berpedoman pada RPJMD 2009-2014 dengan tetap melaksanakan program kegiatan sesuai dengan skala prioritas daerah. Pencapaian hasil-hasil pembangunan dalam tahun anggaran sebelumnya akan terus ditingkatkan sesuai kemampuan keuangan daerah. Selain itu, dalam penyusunan kebijakan belanja daerah digunakan prinsip efektifitas dan efisiensi yang menggunakan sistem anggran berbasis kinerja. Arah kebijakan belanja daerah Kota Madiun adalah sebagai berikut.

a. Belanja Langsung

1. Menitikberatkan pada pelaksanaan urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Madiun sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 02 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Kota Madiun.

(17)

2. Kebijakan belanja dititikberatkan pada prioritas pembangunan Kota Madiun Tahun 2015 dan diarahkan pada optimalisasi pencapaian sasaran/target kinerja masing-masing SKPD yang tertuang dalam Renstra dan Renja SKPD.

3. Meningkatkan kualitas anggaran belanja daerah melalui pola penganggaran yang berbasis kinerja dan disertai sistem pelaporan yang akuntabel.

4. Optimalisasi pemanfaatan dana perimbangan, dana dekonsentrasi, serta sumber dana lain dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.

5. Peningkatan efektifitas penggunaan alokasi belanja daerah sesuai dengan TUPOKSI (Tugas Pokok dan Fungsi) dan kewenangan masing-masing SKPD.

6. Mendayagunakan penggunaan belanja daerah untuk menstimulasi tumbuh kembangnya partisipasi sektor swasta dan swadaya masyarakat dalam pembangunan daerah.

b. Belanja Tidak Langsung

1. Belanja gaji pegawai beserta tunjangan dan penerimaan lainnya dipenuhi sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Peningkatan alokasi belanja yang mengarah pada program yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat, terutama pada kepentingan publik.

3. Meningkatkan kualitas anggaran belanja daerah melalui pola penganggaran yang berbasis kinerja dan disertai sistem pelaporan yang akuntabel.

4. Belanja tidak terduga benar-benar dialokasikan untuk mengatasi kejadian luar biasa yang bersifat force mayor.

5. Seluruh belanja tidak langsung harus dianggarkan dan digunakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(18)

Tabel 3. 7.

Realisasi dan Proyeksi/Target Belanja Daerah Tahun 2011 s/d Tahun 2013, Anggaran 2014 dan Proyeksi/Target Belanja Daerah Kota Madiun Tahun 2015 dan 2016

KODE URAIAN JUMLAH

REALISASI 2011 REALISASI 2012 REALISASI 2013 ANGGARAN 2014 TARGET 2015 TARGET 2016

2.1 Belanja Tidak Langsung 339.766.220.929,60 362.263.448.916,60 419.457.362.719,00 439.596.349.000,00 435.946.025.890,00 442.308.835.645,10

2.1.1 Belanja Pegawai 310.622.634.849,60 348.055.786.660,60 377.924.830.928,00 398.536.651.000,00 402.522.017.510,00 406.547.237.685,10

2.1.2 Belanja Bunga - - - -

2.1.3 Belanja Subsidi - - - -

2.1.4 Belanja Hibah - - 19.145.410.060,00 17.111.533.000,00 18.822.686.300,00 20.704.954.930,00

2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 5.627.712.000,00 5.351.246.000,00 21.844.516.419,00 8.672.780.000,00 9.106.419.000,00 9.561.739.950,00

2.1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemerintah Desa

23.020.971.000,00 8.361.513.176,00 - - - -

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ Kab/Kota

dan Pemeritahan Desa 494.903.080,00 494.903.080,00 494.903.000,00 494.903.000,00 494.903.080,00 494.903.080,00

2.1.8 Belanja Tidak Terduga - - 47.702.312,00 14.780.482.000,00 5.000.000.000,00 5.000.000.000,00

2.2 Belanja Langsung 187.079.851.383,00 248.278.643.017,00 407.459.778.000,00 391.458.296.000,00 474.379.886.200,00 511.415.037.096,00

2.2.1 Belanja Pegawai 20.259.688.761,00 26.986.109.040,00 44.713.735.000,00 43.913.631.000,00 52.164.009.249,71 56.236.487.889,94

2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 71.145.208.856,00 83.926.627.930,00 146.654.116.000,00 165.744.376.000,00 206.259.424.681,60 222.362.234.136,69

2.2.3 Belanja Modal 95.674.953.766,00 137.365.906.047,00 216.091.927.000,00 181.800.289.000,00 215.956.452.268,69 232.816.315.069,37

TOTAL JUMLAH

BELANJA 526.846.072.312,60 610.542.091.933,60 826.917.140.719,00 831.054.645.000,00 910.325.912.090,00 953.723.872.741,10

(19)

3.2.2.3. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah meliputi penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Kebijakan pembiayaan yang timbul karena jumlah pengeluaran lebih besar daripada penerimaan sehingga terdapat defisit. Sumber penerimaan daerah berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman daerah, dan penerimaaan piutang daerah. Sedangkan untuk pengeluaran pembiayaan direncanakan antara lain terdiri dari pembayaran pokok pengeluaran pihak ketiga.

Kebijakan yang disepakati dalam pos pembiayaan berfungsi sebagai penunjang terhadap pencapaian sasaran dan tujuan yang diinginkan serta disepakati dalam Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Kebijakan Umum pembiayaan Pemerintah Kota Madiun adalah sebagai berikut:

1. peningkatan Manajemen Pembiayaan Daerah dalam rangka akurasi, efisiensi, efektifitas dan profitabilitas; 2. optimalisasi penerimaan pembiayaan daerah yang

diperoleh dari sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) yang bersumber dari kelebihan penerimaan pendapatan daerah maupun sisa penghematan belanja;

3. apabila APBD dalam keadaan surplus, kebijakan yang diambil adalah melakukan transfer ke persediaan Kas Daerah dalam bentuk Giro/Deposito, Penyertaan Modal, atau sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan; dan

4. apabila APBD dalam keadaan defisit, kebijakan yang diambil adalah memanfaatkan anggaran yang berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, rasionalisasi belanja, pinjaman daerah, atau memperluas kemitraan.

Hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber penerimaan pembiayaan daerah dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dalam tiga tahun terakhir, proyeksi/target tahun rencana serta satu tahun setelah tahun rencana 2015 dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.

(20)

Tabel 3. 8.

Realisasi dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Tahun 2011 s/d Tahun 2013, Anggaran 2014 dan Proyeksi/Target Pembiayaan Daerah Kota Madiun Tahun 2015 dan 2016

KOD

E URAIAN

JUMLAH

REALISASI 2011 REALISASI 2012 REALISASI 2013 ANGGARAN 2014 TARGET 2015 TARGET 2016

3.1 Penerimaan Pembiayaan 89.476.969.358,41 84.141.971.556,54 135.488.087.324,14 169.479.267.427,26 131.599.636.427,26 116.265.592.347,26

3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA) 89.445.496.887,41 84.127.935.357,54 135.478.393.523,14 169.427.267.427,26 131.599.636.427,26 116.265.592.347,26

3.1.2 Pencairan Dana Cadangan - - - -

3.1.3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - - - -

3.1.4 Penerimaan Pinjaman Daerah - - - -

3.1.5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 31.472.471,00 14.036.199,00 9.693.801,00 - - -

3.1.6 Penerimaan Piutang Daerah - - - -

3.2 Pengeluaran Pembiayaan 7.500.000.000,00 20.223.171.000,00 - - - -

3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan - - - -

3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 7.500.000.000,00 20.000.000.000,00 - - - -

3.2.3 Pembayaran Pokok Utang - - - -

3.2.4 Pemberian Pinjaman Daerah - 223.171.000,00 - - - -

JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO 81.976.969.353,41 63.918.755.556,54 135.488.087.324,14 169.479.267.427,26 131.599.636.427,26 116.265.592.347,26

Gambar

Gambar 3. 1.   Pertumbuhan GDP Global

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat

NCITMG008 Business Continuity Planning 3 Hari NCITMG019 BYOD Fundamentals 4 Hari NCITMG021 CISA for IT Auditor 3 Hari NCITMG022 Cloud Fundamentals 5 Hari NCCBT002

Dampak negatif selain kemacetan yang semakin parah, dalam pembangunan underpass Jatingaleh pada tahap 1 yaitu pekerjaan pelebaran jalanTeuku Umar – jalan Setiabudi

terletak di luar runway strip untuk pesawat bertenaga (powered aircraft) maka glider runway strip harus ditandai dengan rambu batas dengan warna selain putih yang kontras, Jika

Intisari — Sistem pentanahan merupakan salah satu bagian penting yang harus diperhatikan untuk menjamin keamanan dan keandalan operasi sistem tenaga listrik. Pada

Menurut Lickona, karakter mulia ( good character) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar

Hasil yang diperoleh dari perancangan program aplikasi percobaan Faktorial ini adalah kemudahan dalam proses pengolahan data percobaan, dan output yang baik dan valid berupa

hak suara yang sah dan keputusan disetujui oleh lebih dari ¾ (tiga per empat) bagian Apabila kuorum sebagaimana dimaksud di atas tidak tercapai, maka atas permohonan , kuorum,