• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

CIREBON

NOMOR 3 TAHUN 1990 SERI B

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

NOMOR 15 TAHUN 1989 TENTANG

PENYEDIAAN DAN PUNGUTAN TAHAN UNTUK KEPERLUAN TEMPAT PEMAKAMAN DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II CIREBON

Menimbang :

a. Bahwa dalam rangka usaha Pemerintah Daerah meningkatkan Pendayagunaan tanah secara lebih produktif dan efisien bagi pembangunan, maka penggunaan tanah untuk pemakaman dilaksanakan dengan memperhatikan azas pemanfaatan tanah disamping memperhatikan aspek keagamaan dan sosial budaya ;

b. Bahwa Tempat-tempat pemakaman yang ada pada saat ini umumnya tidak sesuai lagi dengan tujuan pemanfaatan tanah untuk pemakaman maka perlu diupayakan penertibannya ;

c. Bahwa untuk terlaksanakannya hal sebagaimana dimaksud pada butir a dan b perlu ditetapkan Peraturan Daerah.

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.

2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat.

3. Undang-undang Nomor 12 Drt. Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah.

(2)

4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria ;

5. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada diatasnya ;

6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa ;

7. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 teatang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengolahan Lingkungan Hidup ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjuk Badan-badan Hukum yang dapat mempunyai hak Atas Tanah ;

9. Peraturan Pemerintahan Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggung jawaba dan Pengawasan Keuangan Daerah ;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentangt Perwakafan Tanah Milik ; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1979 tentang Pemindahan Ibu Kota

Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Cirebon ke kota Sumber ;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 Tentang Penyediaan dan Penggunaan tanah untuk Keperluan pemakaman ;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak Atas Tanah dan tentang Ketentuan-ketantuan mengenai tatacara pemberian hak tanah jis Nomor 5 Tahun 1973 dan Nomor 6 Tahun 1979 ;

14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan Dan Penggunaan tanah untuk Keperluan tempat pemakaman ;

15. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 1979 tentang Penertiban Pungutan Daerah ;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon Nomor 2/PD/DPRD Tahun 1975 Tentang Penertiban Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon ; 17. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon Nomor 6 Tahun 1985

tentang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang memuat Ketentuan Pidana;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon Nomor 3 Tahun 1987 tentang Kebersihan, Ketertiban dan Keindahan (3K) Dalam Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon ;

(3)

19. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon Nomor 13 Tahun 1988 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon.

DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON TENTANG PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEPERLUAN TEMPAT PEMAKAMAN DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON.

BAB I

KETETUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon.

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon. c. Kepala Daerah adalah Bupati Kepala Daerah Tingkat II Cirebon.

d. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon

e. Dinas Pekerjaan Umum adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon ;

f. Pengelola adalah Lembaga/Badan Hukum/Unit Kerja yang ditunjuk mengurus Pemakaman dan Pelaksanaan administrasinya.

g. Kas Daerah adalah Kas Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon pada Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Cabang Cirebon ;

h. Tempat Pemakaman Umum adalah Areal Tanah yang disediakan untuk Keperluan Pemakaman jenazah bagi setiap orang menurut agamanya masing-masing yang pengelolaanya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon atau Pemerintahan Desa ;

i. Tempat pemakaman bukan umum adalah areal tanah yang disediakan untuk keperluan pemakaman jenazah yang pengelolaannya dilakukan oleh Badan Sosial/Badan Keagamaan ;

j. Tempat pemakaman khusus adalah areal tanah yang digunakan untuk tempat pemakaman yang karena faktor sejarah/kebudayaan mempunyai arti khusus ;

(4)

k. Krematorium adalah tempat pembakaran jenazah/kerangka jenazah ;

l. Tempat Penyimpanan abu jenazah adalah tempat yang dibangun di lingkungan Krematorium dipergunakan untuk Menyimpan abu jenazah setelah dilakukan kremasi/perabuan jenazah ;

m. Kepala Desa/Kepala Kelurahan adalah Kepala Desa/Kepala Kelurahan dalam Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon ;

n. Jenazah adalah jasad atau kerangka manusia yang memerlukan tempat pemakaman atau jasa kremasi ;

BAB II

SUBYEK DAN OBYEK Pasal 2

(1) Subyek Pungutan adalah Badan Hukum/Lembaga yang mengelola tempat pemakaman atau krematorium dan orang yang memerlukan tempat pemakaman atau jasa kremasi/perabuan jenazah.

(2) Obyek pungutan adalah lokasi tempat pemakaman dan atau setiap jenazah yang di makamkan atau dikremasi.

BAB III

PENETAPAN LOKASI PENGELOLA TEMPAT PEMAKAMAN

Pasal 3

(1) Lokasi tanah untuk tempat pemakaman dan krematorium diatur dan ditetapkan Keputusan Kepala Daerah setelah memperhatikan pertimbangan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kantor Pertanahan, Dinas Pekerjaan Umum dan Camat setempat.

(2) Penetapan lokasi sebagaimana dimaksud ayat (1), pasal ini disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Daerah dan atau Rencana Tata Kota dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Tidak berada dalam wilayah yang padat penduduknya. b. Menghindari penggunaan tanah yang subur.

c. Memperhatikan keserasian dan Keselarasan lingkungan hidup. d. Mencegah pengrusakan tanah dan lingkungan hidup.

(5)

Pasal 4

(1) Pengelolaan tempat pemakaman umum yang terletak di Ibu Kota Kabupaten dan Ibu Kota Kecamatan dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

(2) Pengelolaan tempat pemakaman Umum selain tersebut dalam ayat (1) pasal ini dilakukan oleh Pemerintah Desa/Kelurahan setempat.

Pasal 5

(1) Kepala Daerah dapat memberi izin kepada Lembaga/Badan Hukum yang bersifat Sosial dan atau keagamaan untuk mengelola tempat pemakaman bukan umum atau krematorium setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Menteri Dalam Negeri.

(2) Izin pengelolaan sebagaimana tersebut ayat (1) pasal ini diberikan sampai dengan berakhirnya hak pakai tanah untuk pemakaman bukan umum dan mendirikan krematorium.

Pasal 6

(1) Status tanah tempat pemakaman umum dan krematorium berserta tempat abu jenazahnya yang dikelola oleh Pemerintah Daerah adalah hak pakai dengan jangka waktu selama dipergunakan.

(2) Status tanah tempat pemakaman bukan umum dan krematorium beserta tempat penyimpanan abu jenazah yang bersifat sosial dan atau keagamaan kecuali yang berstatus hak milik wakaf diberikan hak pakai selama 10 (sepuluh) tahun dan setiap kali dapat diperpanjang.

(3) Penetapan status termaksud ayat (1) dan ayat (2) pasal ini diproses berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1972 jis Nomor 5 Tahun 1973 dan Nomor 6 Tahun 1979.

Pasal 7

Kewajiban pengelola tempat pemakaman dan krematorium ; a. Menyediakan buku register pemakaman/kremasi jenazah.

b. Mencatat data jenazah yang dimakamkan atau dikremasi ke dalam buku register. c. Memberikan penomoran pada tanda pemakaman sesuai dengan catatan dalam

buku register.

d. Menyediakan gambar denah pemakaman yang memuat letak pemakaman dengan nomornya masing-masing.

(6)

tempat pemakaman ;

f. Menyediakan tenaga dan sarana pemakaman jenazah.

BAB IV

PEMBAGIAN KELAS, DAN LUAS TEMPAT PEMAKAMAN Pasal 8

Pembagian kelas pemakaman :

a Kelas I adalah makam yang terletak dekat dengan poros jalan. b Kelas II adalah makam yang terletak antara Kelas I dan Kelas III. c Kelas III adalah makam yang terletak jauh dari poros jalan.

Pasal 9

(1) Setiap jenazah mendapat perlakuan yang sama untuk dapat dimakamkan ditempat pemakaman.

(2) Untuk ketertiban tempat pemakaman umum diadakan pengelompokan tempat pemakaman bagi masing-masing pemeluk agama.

Pasal 10

(1) Penggunaan tanah untuk pemakaman setiap jenazah ditetapkan tidak lebih dari 2,5 (dua setengah) meter X 1 ½ (satu setengah) meter dengan kedalaman minimum 1½ (satu setengah) meter.

(2) Jarak antara makam yang satu dengan yang lainya tidak lebih dari ½ (setengah) meter.

(3) Jarak pengelompokan tempat pemakaman bagi masing-masing pemeluk Agama disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.

(4) Bangunan termasuk hiasannya tidak diperkenankan berlebih-lebihan baik bentuk maupun ukurannya.

BAB V

KETENTUAN PEMAKAMAN Pasal 11

(1) Setiap orang yang meninggal dunia, sesuai dengan Agama yang dianutnya harus dimakamkan ditempat pemakaman atau dikremasi di krematorium setelah terlebih dahulu mendapat izin dari pengelola.

(2) Untuk keperluan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini pihak keluarga/ahli waris mengajukan permohonan kepada pengelola.

(7)

Pasal 12

Untuk setiap jenazah yang akan dikremasikan, terlebih dahulu harus mendapat keterangan dokter tentang sebab-sebab kematian.

Pasal 13

(1) Pelaksanaan pemakaman/kremasi dilakukan antara pukul 07.00 sampai dengan 18.00 W.I.B.

(2) Dalam hal yang luar biasa berdasarkan pertimbangan pengelola pemakaman/kremasi dapat dilakukan menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini.

Pasal 14

(1) Demi kepentingan umum dengan persetujuan DPRD, Kepala Daerah dapat memerintahkan pembongkaran dan pemindahan pemakaman dari satu tempat ketempat lain.

(2) Pemerintah Daerah menyediakan tanah pemakaman untuk pengganti, resiko akibat pemindahan tempat pemakaman tersebut ayat (1) pasal ini menjadi beban dan tanggung jawab pihak keluarga atau ahli waris.

(3) Pemakaman yang terletak diluar tempat pemakaman umum dan tempat pemakaman bukan umum diusahakan pemindahan ketempat pemakaman umum atau tempat pemakaman bukan umum.

Apabila tidak memungkinkan pemindahannya, maka ditempat pemakaman tersebut tidak diperoleh lagi adanya penambahan pemakaman jenazah baru.

(4) Pembongkaran dan pemindahan pemakaman sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah yang baru berlaku setelah mendapat pengesahan Menteri Dalam Negeri.

BAB VI

RETRIBUSI PERIZINAN Pasal 15

(1) Untuk setiap izin pengelolaan pemakaman bukan umum/krematorium beserta tempat penyimpanan abu jenazahnya dan izin pemakaman/kremasi yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dikenakan Retribusi.

(2) Retribusi izin pengelolaan dibebankan kepada pengelola dan retribusi izin pemakaman/kremasi dibebankan kepada pihak keluarga ahli waris.

(8)

(3) Untuk orang yang meninggal dunia dan keluarganya yang ahli warisnya tidak mampu yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Desa/Kelurahan setempat dibebaskan dari retribusi izin pemakaman/kremasi.

Pasal 16

(1) Besarnya Retribusi izin pengelolaan pemakaman bukan umum atau krematorium beserta tempat penyimpanan abu jenazahnya ditetapkan sebagai berikut :

a Untuk sampai dengan 2 Hektar sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) b Untuk setiap 1 Hektar selebihnya sebesar Rp. 1.000.000,-(satu juta rupuah) (2) Besarnya retribusi perpanjangnya izin pengelola pemakaman bukan umum atau

krematorium adalah sama dengan retribusi izin sebagaimana termaksud dalam ayat (1) pasal ini.

Pasal 17

(1) Besarnya retribusi izin penggunaan tempat pemakaman di pemakaman umum ditetapkan sebagai berikut :

a.

Kelas di Ibu Kota Kabupaten di Ibu kota Kecamatan I II III Rp. 5.000,00 Rp. 3.500,00 Rp. 2.500,00 Rp. 3.000,00 Rp. 2.000,00 Rp. 1.500,00

b Besarnya retribusi izin penggunaan tempat pemakaman umum di Desa serahkan kepada Keputusan Desa.

(2) Besarnya sumbangan/iuran penggunaan tempat pemakaman diatas tanah pemakaman bukan umum/krematorium beserta tempat abu jenazahnya diatur sesuai dengan kemampuan masyarakat dan ditetapkan atas persetujuan Kepala Daerah.

Pasal 18

(1) Hasil pungutan retribusi izin sebagaimana dimaksud pasal 16 dan pasal 17 ayat (1) disetorkan secara bruto ke Kas Daerah dalam waktu 1 (satu) kali dua puluh empat jam sejak penerimaan.

(2) Kepada petugas pemungut diberikan dana peningkatan sebesar 5% (perseratus) dari hasil yang disetorkan.

(9)

BAB VII

KETENTUAN PIDANA Pasal 19

(1) Barang siapa yang melanggar ketentuan pasal 7, pasal 11, pasal 12, pasal 16 dan pasal 17 Peraturan Daerah ini diancam Pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,00 (Lima puluh ribu rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. (3) Penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan daerah ini dilakukan oleh Penyidik Umum dan atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 20

Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal 18 berwenang :

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan

pemeriksaan.

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dari perbuatannya dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.

d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat. e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara.

h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya.

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 21

(10)

pemakaman baru, Pemerintah Daerah dapat mengatur lebih lanjut persyaratan-persyaratan bagi pengusahaan pembangunan perumahan untuk menyediakan lahan pemakaman yang nantinya merupakan tempat pemakaman umum.

Pasal 22

Pengaturan tentang tempat pemakaman khusus seperti tempt pemakaman raja-raja dan makam pahlawan akan diatur tersendiri.

Pasal 23

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaaannya diatur kemudian dengan Keputusan Kepala Daerah.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP Pasal 24

Dengan berlakunya Peraturan daerah ini :

a. Peraturan Daerah yang ada sebelumnya dan mengatur hal yang sama dianggap tidak berlaku.

b. Pelaksanaan pengelolaan tempat pemakaman/kremasi dan penempatan tempat pemakaman yang tellah ada disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 25

(1) Peraturan Daerah ini disebut juga PERDA PEMAKAMAN. (2) Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal diundangkan.

Sumber, 30 September 1989 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

Ketua, TTD

MURAD YUSUF

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II CIREBON

TTD

(11)

Peraturan Daerah ini disahkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan Surat Keputusan Nomor 188.342/SK.2619-huk/90, tanggal 15 Januari 1990

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

H.R. MOH. YOGIE SM,

Di Undangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon Nomor 3 Tahun 1990 Seri B, tanggal 22 Januari 1990.

SEKRETARIS WILAYAH / DAERAH TINGKAT II CIREBON

Drs. H.M. NUHRIANA HUSNADI NIP.480 040 206

(12)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON NOMOR 15 TAHUN 1989

TENTANG

PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN TANAH UNTUK KEPERLUAN TEMPAT PEMAKAMAN DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIREBON

I PENJELASAN UMUM

Bahwa tidak dapat dipungkiri, pertambahan penduduk dan meningkatnya kegiatan pembangunan di Negara kita, khususnya di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon yang luas wilayahnya terbatas akan sangat mempengaruhi jatah tanah yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Oleh karena itu dalam rangka pemanfaatan akan tanah, penggunaan tanah harus diusahakan untuk lebih produktif dan efisien.

Kenyataan mengatakan bahwa dari segi penyediaan dan penggunaan tanah untuk keperluan tempat pemakaman, dijumpai masalah-masalah yaitu :

a. Lokasi tanah tempat pemakaman yang letaknya ditempat kota, atau berada dalam daerah pemukiman yang pada penduduknya, sehingga tidak sesuai lagi dengan perencanaan pembangunan atau rencana Tata Kota.

b. Terdapatnya pemborosan pemakaian tanah untuk keperluan tempat pemakaman karena belum diatur mengenai pembatasan tanah bagi pemakaman jenazah seseorang.

c. Dipakainya tanah-tanah subur untuk keperluan pemakaman. d. Kurang memadainya upaya pencegahan dan pengrusakan tanah. e. Kurang diperhatikannya keserasian dan keselarasan lingkungan hidup.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas dipandang perlu adanya penertiban penyediaan dan penggunaan tanah untuk keperluan tempat pemakaman di Kabupaten Daerah Tingkat II Cirebon.

Pasal 1

(13)

sekarang) untuk tempat pemakaman Budha (Cina) atau untuk tempat pemakaman Islam atau tempat pemakaman Kristen, sepanjang dikelola oleh Pemerintah Daerah atau Pemerintah Desa kita sebut tempat pemakaman umum.

Dalam hal ini bisa saja satu areal hanya terdiri dari tempat pemakaman untuk pemeluk Budha, pemeluk Islam ataupun pemeluk Kristen saja.

Namun demikian apabila keadaan memungkinkan dalam artian arealnya cukup luas/mencukupi, dalam pemakaman umum tersebut dapat terdiri dari tempat pemakaman untuk pemeluk Islam, pemeluk Kristen, Budha dan sebagainya.

Sudah barang tentu kalau demikian penempatannya tidak dicampur aduk dengan kata lain diadakan pengelompokan tempat pemakaman bagi masing-masing pemeluk Agama.adapun jarak pengelompokan tempat pemakaman bagi masing-masing pemeluk Agama, harus disesuaikan dengan kondisi daerah setempat jadi kondisinya disesuaikan dengan tata cara, adat dan sosial budaya setempat, apakah akan diatur sebagaimana halnya makam Pahlawan atau dengan cara lain.

(Pasal 1 huruf j)

Tempat pemakaman khusus misalnya tempat pemakaman Makam Pahlawan, makam Raja-raja dan sebagainya.

(Pasal 1 huruf l)

Perabuan jenazah adalah pemisahan abu jenazah. Jenazah (pasal 1 huruf n) adalah ujud tubuh manusia.

Dalam butir n ini dikatakan kerangka manusia oleh karena hanya menafsirkan istilah jasad dimana kerangka manusia termaksud yang memerlukan tempat pemakamqan atau jasa kremasi yang diartikan manusia yang telah meninggal dunia.

Pasal 4

Mengenai izin dilaksanakan pengelolaan oleh Bupati Kepala Daerah karena penetapan dan penunjukan lokasi yang diajukan oleh Badan/Badan Hukum menjadi hak Pemerintah Daerah yang menurut ketentuan yang berlaku harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri Dalam Negeri guna pengendalian secara Nasional terhadap tempat pemakaman yang dikelola Swasta.

Pasal 5 Cukup Jelas

(14)

- Untuk setiap tempat pemakaman bukan umum tidak dibolehkan dikelola perorangan.

- Tempat pemakaman bukan umum yang dikelola oleh Badan-badan Swasta baik yang bersifat sosial ataupun keagamaan termasuk didalamnya tanah wakaf. - Mengenai tanah wakaf diatur tersendiri dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28

Tahun 1977 dimana status tanahnya adalah hak milik. Pasal 7

Tanda pemakaman misalnya batu nisan, tanda Salib atau tanda makam lainnya. Pasal 8

Cukup jelas Pasal 9

Penentuan batas maksimum penggunaan tanah untuk tempat pemakaman adalah untuk menertibkan serta untuk menjaga agar pemakaman tanah tidak berlebihan. Bagi keluarga jenazah yang bersangkutan, bila dikehendaki dapat dipergunakan satu tempat pemakaman untuk lebih darisatu jenazah.

Pasal 10

Pembatasan ukuran iniberlaku untuk setiap pemakaman, apakah ditempat pemakaman umum, bukan umum maupun ditempat pemakaman khusus.

Pasal 11 s/d 13 Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

Jika menelaah data tersebut bahwa di antara tahun 1970 hingga 1990 terdapat kebijakan pemerintah yang sangat membantu pengurangan kemiskinan di Indonesia, namun

Dengan UML kita dapat membuat model untuk smua jenis aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi tersebut dapat berjalan pada piranti keras, sistem operasi dan jaringan

Praktikan pun membantu editor untuk mencari dan menambahkan video atau gambar yang sesuai dengan script, untuk penambahan kebutuhan tayangan yang diminta oleh editor

Jika PTK mutasi ke Madrasah/Sekolah tujuan antar naungan kementerian dan diluar wilayah satu Kota/Kabupaten, maka akan mendapatkan Surat Pengantar Pengajuan Mutasi

Dari penelitian ini penulis mendapatkan beberapa kesimpulan yaitu syu>ra> merupakan bagian dari demokrasi dan titik temu antara syu>ra> dan sistem

Desain Rak Filing rawat jalan di RSUD Kota Semarang sudah ergonomis sesuai dengan ketentuaan, hal ini tidak mengakibatkan adanya kendala dalam kecepatan

Secara umum dilihat dari kondisi geografis, wilayah Kabupaten Majalengka dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu bagian selatan terdiri dari pegunungan dan perbukitan

Yang menjadi perhatian di Sungai Waal adalah usaha pemilik tanah untuk mencegah hilangnya tanah mereka akibat erosi. Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan diperlukan untuk