• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 27 ayat (2) tentang Pemerintahan Daerah bahwa kepala daerah mempunyai kewajiban menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.

Ketentuan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3 tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat.

Laporan Keterangan Pertanggunjawaban (LKPJ) Kepala Daerah disampaikan dalam rapat paripurna DPRD paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir pada prinsipnya memuat keterangan mengenai penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yakni urusan wajib dan urusan pilihan, penyelenggaraan tugas pembantuan dan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan, yang berisi program/kegiatan dan hasil yang dicapai serta permasalahan yang dihadapi serta upaya pemecahannya. Sifat dari LKPJ ini adalah informasi dari Kepala Daerah kepada DPRD dalam pelaksanaan tugas-tugasnya selama kurun waktu 1 (satu) tahun sebagai bahan pembahasan internal DPRD.

Hasil pembahasan internal yang dilakukan oleh DPRD lebih lanjut ditetapkan melalui Keputusan DPRD berupa rekomendasi yang sifatnya strategis berupa saran, masukan dan koreksi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun untuk dipedomani oleh Kepala Daerah dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah kedepan, tidak ada implikasi penolakan maupun penerimaan yang dilakukan oleh DPRD terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah.

A. DASAR HUKUM

1. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 1956 Jo Undang–Undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang–Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 antara lain mengenai Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Selatan.

2. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat.

4. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan 2006 -2010.

(2)

5. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.

6. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.

7. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 23 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2009.

8. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 062 Tahun 2008 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2009.

B. GAMBARAN UMUM DAERAH 1. Kondisi Geografis

Secara geografis Provinsi Kalimantan Selatan terletak antara 114º 19’ 13” – 116º 33’ 28” Bujur Timur dan 1º 21’ 49” - 4º 10’ 14” Lintang Selatan, secara administratif terletak di bagian Selatan Pulau Kalimantan, dengan batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa.

Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah.

Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makasar.

Provinsi Kalimantan Selatan mencakup 11 kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan (pemekaran dari Kabupaten Hulu Sungai Utara), Tabalong, Tanah Laut, Kotabaru, Tanah Bumbu (pemekaran dari Kabupaten Kotabaru), Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin sekaligus berfungsi sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

Luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan 37.530,52 km2 atau hanya 6,98 % dari luas Pulau Kalimantan secara keseluruhan, Prosentase luas tertinggi kabupaten/kota di Kalimantan Selatan adalah Kabupaten Kotabaru (25,11%), Kabupaten Tanah Bumbu (13,50%) dan terendah adalah Kota Banjarmasin (0,19%).

Kondisi alam Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan/pegunungan. Kemiringan tanah dengan 4 klasifikasi menunjukkan bahwa sebagian besar meliputi lahan datar (0-2%) seluas 1.625.384 Ha atau 43,31%, lahan bergelombang (>2-15%) seluas 1.182.346 Ha atau 31,50%, lahan curam (>15-40%) seluas 714.127 Ha atau 19,02 % dan lahan sangat curam seluas 231.195 Ha atau 6,16%.

Menurut jenis tanahnya, meliputi Podsolik Merah Kuning (PMK), Latosol, Litosol, PMK Litosol, Komplek PMK Organosol Gley Humus, PMK Dataran Tinggi, PMK Pegunungan dan Alluvial.

Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak memiliki sungai, tercatat ada sekitar 68 buah sungai, antara lain Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa, Sungai Balangan,

(3)

Sungai Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Kintap, Sungai Batulicin, Sungai Sampanahan. Sungai-sungai ini berpangkal pada pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.

Penggunaan tanah berdasarkan data BPS tahun 2008 (Kalsel Dalam Angka 2009) tercatat bahwa sebagian besar lahan berupa hutan (43%) atau mencapai 1.613.431 Ha dari luas wilayah Provinsi 3.753.052 Ha, berupa padang (semak,alang-alang,rumput) seluas 830.684 Ha, perkebunan 436.448 Ha, persawahan seluas 426.067 Ha, pertanian semusim 60.680 Ha dan pemukiman seluas 59.563 Ha.

Temperatur udara disuatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur rata-rata di Kalimantan Selatan pada tahun 2008 berkisar antara 21,6ºC sampai 34,3ºC, kelembaban udara rata - rata berkisar antara 51,2% - 99,1% tiap bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November yaitu 1641,9mm, sedangkan terendah pada bulan September yaitu 30,1mm.

2. Kondisi Demografis

Penduduk Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2009 berdasarkan data Bagian Kependudukan Biro Pemerintahan tercatat sebanyak 3.838.265 jiwa terdiri atas laki-laki 1.950.714 jiwa dan perempuan 1.887.551 jiwa, meningkat dibandingkan tahun 2008 yang berdasarkan data BPS penduduk Kalimantan Selatan tercatat sebanyak 3.446.631 jiwa terdiri dari laki-laki 1.727.817 jiwa dan perempuan 1.718.814 jiwa, berarti terjadi pertambahan jumlah penduduk dalam setahun sekitar 391.634 jiwa.

Jumlah penduduk ini jika dilihat menurut daerah Kabupaten/Kota, maka yang terbanyak penduduknya adalah Kota Banjarmasin yaitu 720.743 jiwa, disusul Kabupaten Banjar 489.984 jiwa dan Kotabaru 375.409 jiwa. Sedangkan penduduk terendah berada di Kabupaten Balangan 111.705 jiwa. Kepadatan jumlah penduduk rata-rata tahun 2009 Kalimantan Selatan sebanyak 102 orang per km², dengan kepadatan tertinggi di Kota Banjarmasin 9.918 orang per km² dan terendah di Kabupaten Kotabaru yaitu 39 orang per km². Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km²) 1. Banjarmasin 364.834 355.909 720.743 72,67 2. Banjarbaru 78.417 80.919 159.336 328,83 3. Barito Kuala 146.528 144.612 291.140 2.376,22 4. Banjar 248.604 241.380 489.984 4.710,97 5. Tapin 78.122 79.453 157.575 2.174,95

6. Hulu Sungai Selatan 106.079 106.193 212.272 1.804,94

7. Hulu Sungai Tengah 124.443 123.163 247.606 1.472,00

8. Hulu Sungai Utara 128.678 131.219 259.897 951,25

9. Balangan 56.380 55.325 111.705 1.819,75 10. Tabalong 104.016 102.888 206.904 3.599,95 11. Tabah Laut 157.541 145.640 303.181 3.729,30 12. Tanah Bumbu 159.655 142.858 302.513 5.066,96 13. Kotabaru 197.417 177.992 375.409 9.422,73 Kalimantan Selatan 1.950.714 1.887.551 3.838.265 37.530,52

(4)

3. Kondisi Ekonomi

a. Potensi Unggulan Daerah

Kalimantan Selatan memiliki posisi strategis, yang secara Geografis terletak di tengah-tengah kepulauan Nusantara dan diapit dua Alur Laut Kepulauan Indonesia serta memiliki potensi Sumber Daya Alam yang besar untuk dipromosikan dan dijual ke pasar berskala Regional maupun Internasional khususnya pada sektor pertanian, pertambangan, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan laut dan darat serta eco-cultural tourism

yang didasarkan atas keunikan aneka ragam budaya-budaya lokal dan keanekaragaman hayati.

1)Potensi Pertanian

Sektor pertanian khususnya tanaman pangan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian di Kalimantan Selatan. Berdasarkan data BPS tahun 2008 sektor pertanian menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku (dengan

minyak bumi) menyumbang 22,56 %. Dari sektor Pertanian tersebut khusus untuk

Tanaman Bahan Makanan menyumbang sebesar 10,49 %. Sementara PDRB untuk tahun 2009 distribusi persentase PDRB menurut lapangan usaha (dengan minyak bumi) untuk sektor pertanian menyumbang sebesar 22,77%, dan untuk Tanaman Bahan Makanan menyumbang 10,85 %.

Produksi tanaman pangan khusus padi mengalami peningkatan, berdasarkan data Dinas Pertanian TPH pencapaian produksi padi pada tahun 2009 yaitu 1.956.992 ton (Angka Sementara 2009) melebihi capaian produksi pada tahun 2008 yaitu 1.954.284 ton atau meningkat 0,14%. Kontribusi produksi padi Kalimantan Selatan adalah 3,07% terhadap produksi padi Nasional tahun 2009 yang berjumlah 63.840.066 ton, atau menempati peringkat 9 secara Nasional.

2)Potensi Perikanan

Provinsi Kalimantan Selatan memiliki garis pantai ± 1.330.000 km termasuk 134 buah pulau yang sudah memiliki nama, berdasarkan data Dinas Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan, potensi sumber daya perikanan yang dapat dimanfaatkan saat ini yaitu: perairan laut 2.695 Ha, perairan umum 1.000.000 Ha, air payau 53.382 Ha dan kolam 2.400 Ha serta mina padi 3.752 Ha. Total Produksi perikanan tahun 2008 mencapai 182.573,6 ton, sedangkan angka sementara produksi tahun 2009 mencapai 185.190 ton.

Pemasaran hasil perikanan ditujukan untuk konsumsi lokal, antar pulau, dan ekspor. Realisasi ekspor berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan, ekspor produk perikanan tahun 2008 mencapai US$ 7.078.055,11 meningkat pada tahun 2009 menjadi US$.9.500.142,24.

(5)

3)Potensi Peternakan

Hakekat pembangunan peternakan adalah mencukupi kebutuhan pangan masyarakat, khususnya yang berasal dari ternak. Berdasarkan data Dinas Peternakan Prov.Kalsel populasi ternak besar (sapi, kerbau, kuda) tahun 2008 berjumlah 255.352 ekor menjadi 264.441 ekor tahun 2009 atau meningkat 3,56%, ternak kecil (kambing, domba, babi) meningkat 4,36% dari 127.525 ekor tahun 2008 menjadi 133.084 ekor tahun 2009 dan unggas (ayam buras, pedaging, petelur, itik) dari 55.030.549 ekor tahun 2008 menjadi 41.214.533 ekor tahun 2009 atau menurun 25,10%, karena penurunan populasi ternak itik dari 19.896.813 ekor tahun 2008 menjadi hanya 4.501.642 ekor pada tahun 2009. Komoditas sektor peternakan yang dihasilkan selain daging, juga produksi susu segar dan telur.

4)Potensi Perkebunan

Berdasarkan RTRWP Kalimantan Selatan Tahun 2000 kawasan yang dialokasikan untuk pengembangan perkebunan seluas ± 1.086.123 Ha, dari luasan yang dicadangkan tersebut sampai dengan akhir Tahun 2009 baru termanfaatkan seluas ± 581.623 Ha (53,55%), secara kumulatif luas perkebunan mencapai 581.623 Ha, meliputi Perkebunan Rakyat (PR) 308.731 Ha (53,08%), Perkebunan Besar Negara (PBN) 19.410 Ha (3,34), dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) 253.482 Ha (43,58%). Dari luasan tersebut komoditas Karet dan Kelapa Sawit merupakan komoditas dominan yang dikembangkan, kedua komoditas ini merupakan komoditas andalan Provinsi Kalimantan Selatan.

Komoditas Karet sampai saat ini luasnya telah mencapai 210.240 Ha dimana seluas 182.527 Ha (86,82%) merupakan Perkebunan yang dimiliki Rakyat, seluas 14.545 Ha (6,92%) dimiliki PBN, dan sisanya seluas 13.168 Ha (6,26%) merupakan usaha milik PBS, yang sebagian besar pembangunan kebunnya melalui pendanaan sharing APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota dan swadaya petani pekebun dengan melibatkan petani pemilik sebanyak 130.897 KK, Seiring dengan luas tanaman yang ada telah tersedia 13 pabrik karet Crum Rubber yang tersebar di Kalimantan Selatan dengan kapasitas terpasang sebesar 245.400 ton/sheet/thn, sedangkan kapasitas terpakai baru sebesar 195.000 ton/sheet/thn.

Khusus untuk kelapa sawit sampai saat ini luasnya telah mencapai 292.663 Ha dimana seluas 237.632 Ha (81,20%) merupakan kebun yang dimiliki PBS, dan seluas 4.865 Ha (1,66%) dimiliki PBN serta sisanya seluas 50.166 Ha (17,14%) merupakan usaha Perkebunan Rakyat (PR) yang sebagian besar pembangunannya melalui pemanfaatan dana KKPA yang dilaksanakan oleh 5 PBS yang bertindak sebagai inti dan melibatkan petani plasma sebanyak 37.692 KK. Seiring dengan perkembangan tanaman, saat ini telah dibangun 18 pabrik CPO dengan kapasitas terpasang 780 ton

(6)

TBS/Jam, dan rencana pembangunan 2 (dua) pabrik minyak goreng sawit di Kabupaten Kotabaru.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalsel, Realisasi ekspor komoditas karet alam tahun 2009 mencapai US$.48.502.050,12 meskipun mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 yang mencapai US$.163.511.592,51 sebagai dampak krisis global menurunnya permintaan karet pada industri otomotif dunia, namun permintaan komoditas minyak sawit (CPO) justru meningkat tajam dari US$.96.139.538,56 tahun 2008 menjadi US$.328.250.543,07 tahun 2009.

5)Potensi Kehutanan

Luas kawasan hutan di Kalimantan Selatan berdasarkan Perda No.9 Tahun 2000 tentang RTRWP seluas 1.659.003 Ha yang terdiri dari kawasan lindung 751.252 Ha, kawasan hutan produksi terbatas 212.177 Ha, kawasan hutan produksi tetap 627.672 Ha dan kawasan hutan produksi konversi 67.902 Ha.

Penggunaan kawasan hutan di tahun 2008 terdiri dari empat jenis penggunaan, yakni untuk pertambangan seluas 658.742,88 Ha disusul penggunaan HTI seluas 383.683,46 Ha, HPH seluas 281.966,67 Ha dan HGU seluas 84.779,61 Ha.

Produksi hasil hutan berupa rotan dan kayu olahan seperti plywood, block board, veneer, moulding rata-rata mengalami penurunan produksi terkait dengan ketersediaan bahan baku yang semakin terbatas kecuali particle board mengalami kenaikan produksi. Produk kayu olahan ini dipasarkan di dalam negeri dan luar negeri antara lain ke China, Australia, Timur Tengah, Eropa dan Kanada.

Pada tahun 2008 nilai ekspor Kalimantan Selatan untuk komoditas produk kayu menghasilkan devisa sebanyak US$.284.785.200,41 mengalami penurunan menjadi US$.155.070.577,02 demikian pula produk rotan sedikit mengalami penurunan dari US$.7.648.065,33 tahun 2008 menjadi US$.7.277.958,93 (sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Selatan)

6)Potensi Pertambangan

Potensi sumber daya mineral Kalimantan Selatan memiliki cukup banyak ragam komoditas, namun hanya sebagian kecil yang telah dieksploitasi sedangkan sisanya masih merupakan bahan tambang potensial.

Berdasarkan catatan pada Biro Perekonomian, cadangan batubara ± 5,6 milyar ton, dengan kalori antara 4.000 – 7000 cal/gr, biji besi ± 19.481.000 metrik ton dengan kadar 2,2 -2,3 gr/ton, emas ± 2.100.000 metrik ton dengan kadar 1,72 gr/ton, serta bahan galian lainnya seperti nikel, granit, gamping dan lain-lain. Produksi batubara pada tahun 2008 berjumlah ± 92.388.855,98 metrik ton yang berasal dari PKP2B sebesar 70.178.307,24 metrik ton dan KP sebanyak 22.210.548,74 metrik ton.

Realisasi nilai ekspor produk tambang tahun 2008 mencapai US$.3.389.191.797,26 dengan volume ekspor 72.431.890,90 ton, sedangkan tahun

(7)

2009 sampai bulan Desember tercatat nilai ekspor produk tambang mencapai US$.3.999.809.366,76 sebagian besar berasal dari tambang batubara dan batu besi/biji besi.

7)Potensi Pariwisata

Provinsi Kalimantan Selatan memiliki obyek dan daya tarik kepariwisataan yang cukup potensial terutama wisata alam (96 buah) dan wisata religius (60 buah) serta obyek wisata lainnya seperti wisata sejarah, wisata agro dan perlu terus dikembangkan. Kebanyakan wisatawan baik domestik/ nusantara maupun mancanegara berasal dari negara-negara di benua Asia dan Eropa.

Berdasarkan data Dinas Pemuda & Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata, jumlah kunjungan wisatawan nusantara tahun 2009 sebanyak 507.095 kunjungan meningkat dibanding tahun 2008 sebanyak 481.879 kunjungan dengan perolehan devisa mencapai Rp.88.954.500.000,- pada tahun 2008, sedangkan tahun 2009 mencapai Rp.92.324.961.000,-. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 22.562 kunjungan pada tahun 2009 meningkat dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 20.979 kunjungan. Perolehan devisa tahun 2009 mencapai US$.8.224.392

Kondisi ini didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana penunjang wisata yang cukup memadai antara lain bidang transportasi darat, laut dan udara serta fasilitas lainnya berupa hotel bintang 20 buah, hotel melati 178 buah, restoran/rumah makan 316 buah, toko cindera mata 198 buan dan biro perjalanan wisata 162 buah.

b. Pertumbuhan Ekonomi / PDRB

Kondisi perekonomian Kalimantan Selatan secara makro dapat dilihat antara lain dari perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), PDRB per Kapita dan pertumbuhan ekonomi yang pada beberapa tahun terakhir terus mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan, meskipun kinerja perekonomian daerah ini juga sangat tergantung dengan dinamika perkembangan ekonomi regional, nasional maupun internasional.

Berdasarkan data BPS Provinsi Kalsel, total PDRB Provinsi Kalimantan Selatan menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga (ADH) Berlaku dengan migas tahun 2009 sebesar 54.939.304,14 juta rupiah dan tanpa migas sebesar 54.229.357,55 juta rupiah meningkat dibandingkan tahun 2008 sebesar 45.515.623,09 juta rupiahdengan migas dan 44.889.824,68 juta rupiah tanpa migas.

Struktur perekonomian Kalimantan Selatan masih bertumpu pada sektor/lapangan usaha pertanian disamping sektor lainnya, dimana kontribusi sektor pertanian masih memberikan andil terbesar dalam pembentukan total PDRB Kalimantan Selatan tahun 2009 yaitu mencapai 22,77%, disusul sektor pertambangan dan penggalian 20,70%serta

(8)

sektor perdagangan, restoran dan perhotelan sebesar 15,14%. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Sektor/ Lapangan Usaha 2007 2008 2009*)

1. Pertanian 22,46 22,56 22,77

2. Pertambangan dan Penggalian 21,70 21,84 20,70

3. Industri pengolahan 11,07 10,36 10,13

4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,56 0,57 0,54

5. Konstruksi 6,48 6,29 6,45

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,04 15,03 15,14

7. Angkutan dan Komunikasi 8,99 9,22 9,04

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,46 4,82 4,84

9. Jasa-jasa 9,26 9,30 10,38

PDRB Dengan MIGAS 100,00 100,00 100,00 PDRB Tanpa Migas 98,51 98,63 98,71

Sumber : BPS Prov. Kalsel *) Angka Sementara

PDRB per kapita Kalimantan Selatan juga menunjukkan peningkatan, PDRB Per Kapita atas dasar harga berlaku tahun 2008 sebesar 13.205.830 rupiah, mengalami kenaikan pada tahun 2009 mencapai 15.583.783 rupiah. Hal tersebut dapat kita lihat perkembangan data pada tabel berikut :

Tahun PDRB Per Kapita

ADH Berlaku (Rupiah) ADH Konstan (Rupiah)

2007 11.610.975 7.631.654

2008 13.205.830 7.989.962

2009*) 15.583.783 8.202.885

Sumber : BPS Prov. Kalsel *) Angka Sementara

Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan menurut lapangan usaha tahun 2008 dengan migas sebesar 6,23% dan 6,37% tanpa migas, sedangkan tahun 2009 tercatat laju pertumbuhan ekonomi terjadi penurunan menjadi 5,01% dengan migas dan 5,11% tanpa migas. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Sektor 2007 2008 2009*)

1 Pertanian 5,72 6,48 6,90

2 Pertambangan dan Penggalian 5,05 7,37 2,13

3 Industri pengolahan 2,94 2,59 2,89

4 Listrik, Gas dan Air Minum 4,14 4,23 5,33

5 Konstruksi 6,90 5,60 6,06

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,18 7,07 5,85

7 Angkutan dan Komunikasi 8,23 6,43 5,83

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 15,36 5,73 5,86

9 Jasa-jasa 6,65 6,63 5,10

PDRB DENGAN MIGAS 6,01 6,23 5,01

PDRB TANPA MIGAS 6,08 6,37 5,11

NASIONAL 6,28 6,06 4,3

Sumber : BPS Prov. Kalsel *) Angka Sementara

(9)

Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi kondisi perekonomian regional, nasional maupun internasional, adanya pengaruh krisis ekonomi global tahun 2009 telah menjadi tahun yang berat bagi perekonomian nasional maupun daerah. Namun demikian, angka pertumbuhan Kalimantan Selatan tahun 2009 sebesar 5,01% masih diatas angka pertumbuhan Nasional sebesar 4,3%.

c. Prospek Perekonomian Kalimantan Selatan Tahun 2010*)

Kondisi perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2009 tidak luput dari pengaruh melambatnya perekonomian global. Hal ini terlihat dari turunnya kinerja sektor-sektor ekonomi berbasis ekspor yang juga diikuti oleh turunnya pembiayaan sektor perbankan, terutama untuk kredit investasi dan modal kerja.

Pergerakan ekonomi Kalimantan Selatan mulai membaik sejak triwulan II-2009 yang mencatat pertumbuhan 3,98 (yoy), setelah pada triwulan I-2009 tumbuh 3,25% (yoy). Selanjutnya pada triwulan III-2009 pertumbuhan ekonomi melonjak menjadi 7,53% (yoy). Membaiknya ekspor beberapa komoditas utama seperti batubara dan minyak sawit (CPO), masih stabilnya konsumsi masyarakat serta dorongan stimulus dari Pemerintah Daerah telah mendorong perbaikan kinerja ekonomi daerah. Secara sektoral, ekonomi Kalimantan Selatan masih ditopang oleh sektor pertanian dengan pangsa sebesar 21,93%, diikuti sektor pertambangan dengan pangsa 21,88% serta sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memiliki pangsa 16,46%.

Dengan melihat perkembangan dinamika di tahun 2009, perekonomian Kalimantan

Selatan pada tahun 2010 diperkirakan akan tumbuh lebih baik, dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 6% - 7%. Dari sisi penggunaan, konsumsi msyarakat masih akan menjadi faktor penopang laju pertumbuhan. Indikasi ini terlihat dari masih tingginya indeks ekspektasi konsumen (IEK) dari hasil survey Bank Indonesia Banjarmasin di periode Desember 2009 yang mencapai 122,92 jauh lebih tinggi dibandingkan indeks ekspektasi konsumen pada akhir 2008 yang hanya mencapai 107,64. Meningkatnya konsumsi masyarakat akan dipengaruhi oleh membaiknya daya beli masyarakat seiring kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) serta adanya pelaksanaan Pilkada 2010. Dari sisi ekspansi fiskal, adanya peningkatan APBD tahun 2010 terutama untuk pembiayaan infrastruktur akan menjadi salah satu faktor penting pendorong pertumbuhan ekonomi.

Dari aktivitas perdagangan luar negeri, kegiatan ekspor Kalimantan Selatan pada tahun 2010 diperkirakan mencatat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan kondisi 2009. Hal ini dipengaruhi semakin membaiknya kondisi perekonomian global. Beberapa negara tujuan utama ekspor Kalimantan Selatan seperti Jepang, China, India dan Amerika Serikat diproyeksikan mencatat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di tahun 2010.

(10)

Gairah aktivitas investasi di tahun 2009 juga semakin meningkat seiring pelaksanaan berbagai proyek besar. Lima pabrik besi baja segera dibangun di tiga Kabupaten yang mempunyai potensi tambang bijih besi cukup besar untuk memenuhi kebutuhan baja nasional maupun internasional. Kelima perusahaan sebagian sudah dalam tahap konstruksi dan sebagian sedang dalam proses pengurusan Amdal. Kelima perusahaan tersebut yaitu PT. Meratus Jaya Iron & Steel yang merupakan cabang PT. Krakatau Steel di Kabupaten Tanah Bumbu yang kini tengah proses pembangunan konstruksi, kemudian PT. Mandau Steel merupakan perusahaan industri besi dan baja dasar yang juga berlokasi di Tanah Bumbu, PT.Delta Prima Steel yang bergerak dibidang yang sama dan beroperasi di Kabupaten Tanah Laut, PT.Tri Agung Tambang di Kabupaten Tabalong dan PT.Semeru Surya Steel yang beroperasi di Kabupaten Tanah Laut.

Disamping lima pabrik baja tersebut, direncanakan PT. Astra Agro juga membangun pabrik CPO di pertengahan tahun 2010 dengan rencana nilai investasi diperkirakan Rp.80 – Rp.100 Miliar. Pabrik baru ini akan memproses/mengolah hasil perkebunan dilahan seluas 12 ribu hektar. Tandan buah segar (TBS) yang diproduksi diperkirakan mencapai 100 – 150 ribu ton per hari.

Dari sisi sektoral, kinerja ekonomi dominan tahun 2010 diperkirakan akan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun 2009. Di sektor pertanian, kinerja sektor ini ditopang oleh meningkatnya produktivitas tanaman bahan makanan (tabama) dan tanaman perkebunan. Pada sub sektor tabama ditargetkan pada tahun 2010 meningkat 5,48% yaitu dari 2 juta ton menjadi 2,11 juta ton, sehingga diharapkan dapat lebih mendorong perekonomian Kalimantan Selatan. Sedangkan pada subsektor perkebunan, laju pertumbuhan ditopang oleh membaiknya harga dan permintaan, khususnya pasar ekspor. Di sektor pertambangan, peningkatan produksi batubara tahun 2010 diperkirakan mencapai 10-15% yang didorong oleh permintaan pasar domestik dan pasar ekspor. (sumber : Bank Indonesia Banjarmasin)

Referensi

Dokumen terkait

Pengendalian Internal terhadap Aset Tetap pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Utara saat ini sudah cukup baik, namun akan berjalan dengan efektif dan

Berdasarkan hasil Gambar 4.6 diketahui bahwa pada grafik secara visual terdapat 5 eigen value atau 5 faktor yang terbentuk dari variabel nilai rapor mata

Gambar 1 menunjukkan jumlah peserta didik kelas X TKJ/MM sebanyak 27 orang. Hasil pada gambar tersebut menunjukkan, rata-rata nilai keterampilan menulis teks

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah besaran aktual tonnage produksi dari masing produk ditentukan hanya berdasarkan besaran keuntungan dari masing – masing jenis

Laporan Pelaksanaan Pengelolaan & Pemantauan Lingkungan Hidup PLTU Nii Tanassa 2xlO MW Sulawesi Tenggara (Tahap Konstruksi) Periode Januari 2008 - Juni

Selain dampak dari penerapan Tax Amnesty serta turunnya proyeksi inflasi masih terdapat beberapa faktor fundamental yang melandasi keyakinan kami akan penurunan

MODEL PENINGKATAN DAYA SAING BERKELANJUTAN INDUSTRI BATIK MELALUI PERBAIKAN KOMPETENSI INTI DAN RANTAI NILAI DALAM MENDORONG PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF LOKAL DI KABUPATEN

Berkaitan dengan adanya aspek gradasi dalam angket skala likert, maka data yang diperoleh dari hasil survei merupakan skala pengukuran ordinal.Padahal disisi lain,