• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

JURNAL

ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN RAJA MOHAMMAD DATUNGSOLANG DI BINTAUNA TAHUN 1900-1948

OLEH YULIN ABASI

231409107

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2014

(2)

ABSTRAK

Yulin Abasi.2013. Islam Pada Masa Pemerintahan Raja Mohamad Datungsolang Di Kecamatan Bintauna,Kab. Bolaang Mongondow Utara. Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan Islam Pada Masa Pemerintahan Raja Mohamad Datungsolang Di Kecamatan Bintauna,Kab. Bolaang Mongondow Utara. permasalahan dalam penelitian ini yaitu ; bagaimana Islam Pada Masa Pemerintahan Raja Mohamad Datungsolang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan desain deskriptif serta tehnik pengumpulan data dalam bentuk wawancara, observasi dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan sebagai berikut : Raja M.T Datunsolang sangat memperhatikan ajaran Agama Islam sehingga pada tahun 1925 di bangun Mesjid di Kerajaan Bintauna sebagai Lambang Kebesaran Ajaran Islam tempat rakyat dan Pemimpin menyerahkan diri pada Khaliknya serta mendengarkan Khotbah dan Dakwah yang diajarkan langsung oleh Rajanya sesudah usai sembanhyang Jum’at. Mesjid yang di bangun itu ialah mesjid Jami yang terletak di Desa Padang, dewasa ini merupakan bukti sejarah Agama Islam di kerajaaan Bintauna dan juga merupakan peninggalan buah tangan beliau dan masyarakat Bintauna.Untuk menanamkan ajaran Islam itu maka di desa di dirikan Taman Pengajian di rumah rumah Kepala Agama yang di koordinir oleh Kadi dan Hakim di bawah pengawasan Khalifah. Selain itu Raja mengajarkan Kebudayaan Islam seperti Jikir dan Buruda serta Harda. Jikir di selengarakan pada Hair Maulid Nabi Muhammad SAW dan hari hari lain yang dianggap baik memainkan Buruda dan Hadra dimainkan pada saat pesta perkawinan untuk mengiring pengantin Pria menuju rumah pengantin Wanita. Raja dalam pimpinan Agama dalah Khalifah sehinga oleh rakyat beliau diberi gelar (Ohongia Alimu) Raja Alim). Meskipun Raja memeluk Agama Islam beliau pula tidak lupa pada adanya Agama lain di kerajaan Bintauna, seperti Agama Kristen yang di peluk oleh penduduk desa Huntuk. Untuk itu disarankan kepada masyarakat bolaang mongondow agar dapat memjaga baik-baik amanah yang sudah di tinggalkan oleh Raja Mohammad Datungsolang. Dan menjalankan terus adat ataupun syariat yang sudah menjadi kewajiban.

(3)

ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN RAJA MOHAMMAD DATUNGSOLANG DI BINTAUNA TAHUN 1900-1948

Pembimbing : Drs.H. Darwin Une, M.Pd *

H. Lukman D. Katili, S.Ag.,M.ThI ** YULIN ABASI

Jurusan Sejarah

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Gorontalo

PENDAHULUAN

Islam di Indonesia telah memperlihatkan suatu ciri khas tertentu, yang mungkin berbeda dari tempat asal Islam itu sendiri, Mekkah. Sebagai agama rahmatan lil alamin, Islam telah membuktikan kebenarannya. Kebenaran Islam telah terbukti di berbagai belahan dunia. Setidaknya itulah hasil perjuangan Rasulullah SAW yang menyebarkan Islam mati-matian sampai-sampai harus menghadapi berbagai cobaan yang datang silih berganti. Ketika beliau masih hidup, setidaknya, beliau telah melihat orang secara berbondong-bondong masuk Islam pada masa Fathu Mekah. Jauh setelah itu, Islam kini berada di setiap jengkal negeri di seluruh dunia.

Islam merupakan agama resmi dan menjadi mayoritas di Indonesia. Oleh karena itu, umat Islam perlu bangga akan tingginya umat Islam di indonesia. Mengapa Islam di Indonesia dapat menjadi besar dan terhormat itu tidak terlepas dari usaha para pendahulu kita yang dengan tekun dan gigih menyebarkan dan

(4)

mempertahankan Islam di Indonesia.Mereka tidak hanya menyebarluaskan pesan Islam, tetapi juga mempertahankan agar pesan ini tidak punah.

Islam yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW telah membawa bangsa arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal dan di abaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Ia dengan cepat bergerak menggembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga saat ini. kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat.

Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan 7 M sering disinggahi pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.

Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama

(5)

Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.

Perkembangan Islam di Bintauna menarik untuk dibahas, karena akan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang luas. Dengan membahas proses masuk dan berkembangnya Islam di Bintauna kita dapat mengetahui kerajaan dan raja yang berpengaruh terhadap perkembangan Islam di Bintauna, tradisi dan bukti perkembangan Islam di Bintauna, beserta cara agama Islam masuk ke Bintauna. Perkembangan agama Islam di Bintauna tidak sepesat perkembangan agama Islam di daerah lain di Indonesia, sebab pertentangan Islam terhadap kerajaan Bintauna yang belum menganut agama Islam dilakukan demi kepentingan tertentu. Bersamaan dengan perkembangan agama Islam maka berdirilah kerajaan Islam di Indonesia di berbagai daerah termasuk di kerajaan Bintauna

Pada dasarnya secara geografis dan kondisi alam wilayah Bintauna lebih bersahabat, karena wilayah Bintauna hampir sama seperti kondisi di Sulawesi utara pada umumnya. Meskipun berbeda antar suku di wilayah Sulawesi utara, namun dakwah tetap berkembang baik di wilayah Bintauna.

(6)

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini tentunya memakai metode penelitian sejarah yang terdiri langkah – langkah sebagai berikut :

1. Heuristik

Heuristik merupakan tahap pengumpulan sumber dimana seorang peneliti sudah mulai secara aktual turun meneliti dilapangan. Pada tahap ini kemampuan teori – teori yang bersifat deduktif-spekulatif yang dituangkan dalam proposal penelitian mulai diuji secara induktif-empirik atau pragmatik. Tahap heuristik ini banyak menyita waktu, biaya, tenaga, pikiran, dan juga perasaan. Ketika kita mencari sumber dan berhasil menemukannya akan terasa seperti menemukan “tambang emas”. Tetapi apabila keadaan sebaliknya, maka kita akan frustasi. Sehingga itu agar dapat mengatasi masalah kesulitan sumber, maka kita harus menggunakan strategi untuk dapat mengatur segala sesuatunya baik mengenai biaya maupun waktu.

Pada tahap ini, penulis akan mulai dengan mencari sumber – sumber seperti yang telah dijelaskan pada poin tinjauan pustaka dan sumber. Penulis akan berusaha untuk mengidentifikasi sumber – sumber primer seperti arsip baik ditingkatan kabupaten, provinsi, ataupun pusat. Menurut metodologi sejarah, sumber berupa arsip merupakan sumber yang menempati posisi tertinggi dibandingkan dengan posisi yang lainnya (sumber primer) karena arsip diciptakan pada waktu yang bersamaan dengan kejadian. Namun bukan berarti sumber yang lainnya tidak berguna sama sekali. Sumber – sumber yang lainnya merupakan pelengkap sekaligus penopang dalam bangunan rekonstruksi sejarah.

(7)

2. Kritik Sumber,

Kritik Sumber ini adalah langkah selanjutnya setelah langka pengumpulan sumber dilakukan. Kritik sumber adalah upaya untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas sumber dengan cara melakukan kritik. Kritik dilakukan dengan memakai kerja intelektual dan rasional dan mengikuti metodologi sejarah guna mendapatkan obyektifitas suatu kejadian. Selanjutnya kritik sumber itu terdiri dari kritik eksternal yang mengarah pada relasi antar sumber, dan kritik internal yang mengacu pada kredibilitas sumber.

Setelah mengumpulkan sumber – sumber yang telah dijelaskan diatas, selanjutnya penulis akan melakukan kritik seperti yang dijelaskan diatas. Melakukan tahap penyeleksian sumber dengan pertimbangan yang berasal dari dalam dan luar sumber itu sendiri.

3. Interpretasi

Interpretasi, merupakan penafsiran atau pemberian makna oleh sejarawan terhadap fakta – fakta (Fact) dan bukti – bukti (Evidences). Dalam metodologi penelitian sejarah, tahap interpretasi inilah yang memegang peranan penting dalam mengeksplanasikan sejarah. Sumber – sumber sejarah tidak akan bisa berbicara tanpa ijin dari sejarawan.

4. Historiografi

Historiografi, ini merupakan tahap terakhir dari penelitian sejarah, dimana semua sumber yang telah menjadi fakta setelah melalui kritik, kini dieksplanasikan dengan interpretasi penulis menjadi historiografi yang naratif, deskriptif, maupun analisis. Penulisan sejarah (historiografi) menjadi sarana

(8)

mengkomunikasikan hasil – hasil penelitian yang diungkap, diuji (verifikasi) dan interpretasi. Rekonstruksi akan menjadi eksis apabila hasil – hasil pendirian tersebut ditulis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Islam Pada Masa Pemerintahan Raja Mohammad Datungsolang di Bintauna Tahun 1900-1948

Pada masa pemerintahan Raja Mohamad Datungsolang periode 1900-1948 sudah banyak masyarakat yang beragama Islam . Dan berbagai macam Adat istiadat di adakan secara ajaran Islam . Misalkan, prosesi adat istiadat perkawinan hal ini di lakukan seperti anjuran dalam Islam . pertama peminangan. Peminangan artinya pertemuan pertama dari kedua orang tua laki-laki dan orang tua perempuan yang difasilitasi oleh lembaga adat dengan maksud memohon kepada orang tua perempuan dimana seorang anak perempuan dimohon dan diminta kiranya mendapat persetujuan/diterima untuk dinikahi oleh seorang laki-laki, pada saat itu orang tua dan lembaga adat dari pihak laki-laki belum mendapat jawaban dengan alasan mesih menanyakan kepada seorang perempuan dimana mereka sudah ada saling hubungan cinta. Nanti selang beberapa hari kemudian dari pihak mempelai perempuan menyampaikan kabar kepada orang tua pihak laki-laki bahwa sudah mendapat jalan yang baik untuk ditempuh. Maka orang tua dari pihak laki-laki bersama orang tua adat mendatangi rumah dari orang tua ihak perempuan untuk mnesyukurinya dimana peminangan sudah diterima. ( Wawancara, H. JS. Datungsolang. 12 Juli 2013 )

Prosesi adat istiadat pada enyelenggaraan syariat dan adat istiadat pada peristiwa kematian. Hal ini juga dilaksanakan sesuai anjuran dalam Islam . Pada

(9)

setiap kematian kita diwajibkan untuk melaksanakan fardu kifayah, seperti memandikan, mengkafankan, menyelatkan, dan mengkuburkan. Setelah dikuburkan dibacakan talqin dan tahlilan. Adapun pembacaan tahlilan dari hari pertama sampai keseratus hari merupakan kebiasaan sejak dari dulu kemudian dipraktekan oleh para ulama bagi keluarga berduka, pelaksanaannya biasanya dihari pertama sampai hari keseratus. ( Wawancara, Zulkifli. Datungsolang. 02 Agustus 2013 ).

Kemudian melaksanakan adat istiadat pada pprosesi hari-hari besar agama. Bagi masyarakat Bintauna yang mayoritasnya beragama Islam dalam pengalaman syariatnya dan hari-hari besar Islam juga ditemukan prosesi adat pada setiap pelaksanaannya sebagai berikut.

1) Hari Raya Idul Fitri Dan Idul Adha. 2) Maulid Nabi dan Isra Mi’raj.

Prosesi Adat Istiadat Pada Aqikah dan gunting rambut. Bagian ini juga dilaksanakan oleh masyarakat Bintauna yang beragama Islam . Maka dapat disimpulkan bahwa Islam Pada masa pemerintahan Raja Mohamad Datungsolang sebagian besar mayoritasnya sudah Islam . ( Wawancara, Zulkifli. Datungsolang. 02 Agustus 2013 )

Berdasarkan hasil wawancara, H. JS. Datungsolang. (27 Agustus 2013 ) menjelaskan bahwa agama yang di anut oleh masyarakat Bintauna pada masa pemerintahan Raja Mohamad Datungsolang periode 1900-1948 ialah agama Islam . Dalam pemerintahan Raja yang ke III yaitu Raja Patilima Datungsolangsampai pada pemerintahan Raja M.T Datungsolangbersendikan pada adat ajaran Agama

(10)

Islam , sehingga selai hukum adat juga hukum Islam berlaku dan dijalankan dalam pemerintahan, sehingga tata cara keagamaan Islam banyak terdapat dan mempengaruhi tata cara kehidupan masyarakat sehingga di angkat pejabat-pejabat dalam menjalankan hukum dan syara. Agama Islam membantu Raja seperti:

1. Kadi/ Kali adalah Pemegan Hukum dan Sya’ra.

2. Hakim adalah Mengadili masyarakat yang melanggar hokum Islam dan memberikan sangsi – sangsi yang sesuai dengan ajaran Agama Islam disamping hukum Adat.

3. Imam adalah menjadi ikutan dan panutan dalam agama, terutama menjalankan peraturan dan tata tertib serta tata krama dalam agama Islam dalam wilayah Desa,dan merupakan pembawa Jemaah dalam sembahyang berjamaah. Imam juga menjalankan tugas tugas seperti:

a. Mengurus Soal Kawin Mawin

b. Mengurus kematian dan kelahiran dalam desa. 4. Hatib adalah Pemberi Hotbah dalam acara keagamaan 5. Bilal adalah Pembawa Adzan

6. Saradaa adalah Penjaga Mesjid

Hatib, Bilal dan Saradaa adalah pembantu imam dalam menjalankan tugas sehari – hari dalam desa. Imam juga bertanggung jawab kepada Hakim dan Kadi. Hakim dan Kadi bertanggung jawab kepada raja karena raja adalah sebagai khalifah dalam menjalankan ajaran agama Islam . Berdasarkan hasil wawancara, H. JS. Datungsolang. (27 Agustus 2013 ) Kadi/Kali yang di jabat terakhir oleh M.S Datungsolangyang meninggal tahun 1927, tapi sesudah Kadi tersebut tidak

(11)

diangkat lagi Kadi, jadi beliau almarhum Kadi M.S Datungsolangadalah Kadi yang terakhir di kerajaan Bintauna.Sesudah Kadi meninggal diangkat Hakim Djakaria tapi hakim Djakaria ini tidak lama memegang jabatan dan ada tahun 1945 di angkat hakim C.P Mokondenseho sesudah beliau berhenti dari jabatan jurutulis kerajaan Bintauna. Hakim C.P Mokodenseho menjalankan tugasnya sampai pada tahun 1953 yang di gantikan oelh wali Hakim H.M Datungsolangkarena hakim tidak dapat menjalankan tugas, dan wakim hakim yang menjalankan tugas sehari – hari dan Wakil Hakim bertanggung jawab kepada Hakim mengenai hukum dan wali hakim bertanggung jawan sebagai atasan langsung. Tugas Wali Hakim ini di hapuskan dengan adanya Kepala Kantor Urusan Agama di Kecamatan.

Raja M.T Datungsolangsangat memperhatikan ajaran Agama Islam sehingga pada tahun 1925 di bangun Mesjid di Kerajaan Bintauna sebagai Lambang Kebesaran Ajaran Islam tempat rakyat dan Pemimpin menyerahkan diri pada Khaliknya serta mendengarkan Khotbah dan Dakwah yang diajarkan langsung oleh Rajanya sesudah usai sembanhyang Jum’at. Mesjid yang di bangun itu ialah mesjid Jami yang terletak di desa Padang, dewasa ini merupakan bukti sejarah agama Islam di kerajaaan Bintauna dan juga merupakan peninggalan buah tangan beliau dan masyarakat Bintauna.Untuk menanamkan ajaran Islam itu maka di desa di dirikan taman pengajian di rumah rumah kepala agama yang di koordinir oleh Kadi dan Hakim di bawah pengawasan Khalifah. Selain itu Raja mengajarkan kebudayaan Islam seperti zikir dan buruda serta harda. Zikir di selengarakan pada Hair Maulid Nabi Muhammad SAW dan hari hari lain yang

(12)

dianggap baik memainkan Buruda dan Hadra dimainkan pada saat pesta perkawinan untuk mengiring pengantin Pria menuju rumah pengantin Wanita. Raja dalam pimpinan Agama dalah Khalifah sehinga oleh rakyat beliau diberi gelar (Ohongia Alimu) Raja Alim). Meskipun Raja memeluk Agama Islam beliau pula tidak lupa pada adanya Agama lain di kerajaan Bintauna, seperti Agama Kristen yang di peluk oleh penduduk desa Huntuk.

Penduduk desa Huntuk sesudah negeri Bintauna berada di desa pimpi maka Raja memintahkan supaya masyarakat Huntuk dapat di pindahkan kesuatu tempat kesuatu tempat yang bernama Lamongo, dan diangkat seorang kepala desa atau Sangadi yang bernama Atuluma.Sangadi ini disamping seorang kepala desa adalah seorang imam untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk desa Huntuk, tapi masarakat Huntuk tidak dapat meninggalkan makanan mereka ialah Binatang babi, maka merekamelarikan diri kehutan , kemudian nanti di bujuk kembali baru pulang kekampung kembali, Tapi mereka sudh di pindahkan ke Desa Huntuk sekarang ini.

Penerapan hukum Islam semakin digalakkan di lingkungan Kerajaan Bintauna pada masa pemerintahan Raja M.T Datunsolang. Diakui atau tidak, ajaran Islam telah turut mewarnai kebudayaan dalam sendi-sendi kehidupan warga Bintauna. Namun, sejauh ini penyebab mengapa nama-nama raja Bolaang Mongondow termasuk kerajaan Bintauna yang memeluk agama Islam masih bernuansa Eropa (Nasrani) masih belum terungkap .

(13)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan skripsi ini, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Raja M.T Datunsolang sangat memperhatikan ajaran Agama Islam sehingga pada tahun 1925 di bangun Mesjid di Kerajaan Bintauna sebagai Lambang Kebesaran Ajaran Islam tempat rakyat dan Pemimpin menyerahkan diri pada Khaliknya serta mendengarkan Khotbah dan Dakwah yang diajarkan langsung oleh Rajanya sesudah usai sembanhyang Jum’at. Mesjid yang di bangun itu ialah mesjid Jami yang terletak di Desa Padang, dewasa ini merupakan bukti sejarah Agama Islam di kerajaaan Bintauna dan juga merupakan peninggalan buah tangan beliau dan masyarakat Bintauna.Untuk menanamkan ajaran Islam itu maka di desa di dirikan Taman Pengajian di rumah rumah Kepala Agama yang di koordinir oleh Kadi dan Hakim di bawah pengawasan Khalifah. Selain itu Raja mengajarkan Kebudayaan Islam seperti Jikir dan Buruda serta Harda. Jikir di selengarakan pada Hair Maulid Nabi Muhammad SAW dan hari hari lain yang dianggap baik memainkan Buruda dan Hadra dimainkan pada saat pesta perkawinan untuk mengiring pengantin Pria menuju rumah pengantin Wanita. Raja dalam pimpinan Agama dalah Khalifah sehinga oleh rakyat beliau diberi gelar (Ohongia Alimu) Raja Alim). Meskipun Raja memeluk Agama Islam beliau pula tidak lupa pada adanya Agama

(14)

lain di kerajaan Bintauna, seperti Agama Kristen yang di peluk oleh penduduk desa Huntuk.

2. Islam Pada masa pemerintahan Raja Mohamad Datungsolang sudah sebagian besar masyarakatnya beragama islam . kemudian masyarakat bintauna pun bukan hanya melaksanakan anjuran islam tetapi juga memegang teguh yang namanya adat istiadat yang belum luput sampai sekarang ini. Pada prinsipnya Adat dan budaya yang kita ketahui bersama merupakann aturan yang harus kita hargai dan perlu kita hormati. Segala pendapat serta saran berdasarkan perasaan yang bisa diimbangi dengan tidak mengurangi harkat dan martabat dari pihak lain.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Peneliti yakin dan percaya bahwa masih banyak kekurangan didalam penyusunan yang kiranya masih banyak terdapat hal-hal yang tidak seidentik dengan pemikiran pembaca, maka dengan itu saran serta kritik guna untuk kesempurnaan kedepan sangatlah diharapkan.

2. Semoga bisa bermanfaat bagi masyarakat Bintauna, bahkan bisa dijadikan motivasi. terutama bagi generasi selaku penerus di dalam melestarikan adat dan budaya sesuai anjuran Islam.

(15)

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Haris Mokoagow. Dkk. 2003 Sejarah Bolaang Mongondow, Jakarta : CV Cakra Media.

Abdullah, Taufik (Ed.).1991.Sejarah Umat Islam Indonesia, Jakarta: Majelis Ulma Indonesia.

A.R. Damopolii. Dkk, 2003. Sejarah Bolaang Mongondow, Jakarta : CV Cakra Media.

A.Daliman .2012. ”Metode Penelitian Sejarah”, Yogyakarta; OMBAK Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam, III. Jakarta: Bulan Bintang.

Hasymy, A. ( Ed ). 1989. Sejarah Masuk Dan Berkembangnya Islam di Indonesia. PT Almaarif.

Helius Sjamsudin. 2012.“Metodologi Sejarah”, Yogyakarta; OMBAK

Ihdar Muhammad. 2008. Sistem pemerintahan kerajaan Bintauna pada masa Raja Mohammad Datunsolang tahun 1895-1948. Skripsi.

Louis Gotschalk. 1969. Mengerti Sejarah. Penerjah Nugroho Notosusanto, Jakarta : PT UI Press.

Lily E.N Saud. Dkk, 2004. Budaya Masyarakat Suku Bangsa Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara, Manado : Proyek Pemanfaatan Kebudayaan Daerah Sulawesi Utara.

Paul Thompson.2012. “Teori dan Metode Sejarah Lisan”. Yogyakarta; OMBAK S.K Datunsolang. 1996. Dalam Bolaang Mongondow. Etnik, Budaya dan

Perubahan, Manado : PT Yayasan Bogani Karya.

Z.A Lantong. 1996. Mengenai Bolaang Mongondow, Kotamobagu : U.D Asli Totabuan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian evaluasi pelaksanaan IB di Kecamatan Gedangan menunjukkan bahwa IB yang dilakukan pada awal birahi memiliki tingkat keberhasilan sebesar 51,3%, pelaksanaan IB

guna memperjelas pemahaman menge- nai hasil penelitian penggunaan kata bermakna konotasi yang meliputi kata bermakna konotasi positif dan kata bermakna negatif pada

Perbedaan penelitian Yoghi Citra Pratama dengan judul Peran Zakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus: Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional)

Dari grafik di atas, 41% menyatakan akan mengurangi kegiatan yang membutuhkan transportasi sepeda motor untuk mengurangi pembelian bahan bakar bersubsidi..

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah : untuk melihat pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan risiko bisnis terhadap struktur modal

[r]

Jarak tanam 75 cm x 15 cm memberikan pengaruh terbaik dalarn pengendalian gulma tek: dan menghasilkan bobot pipilan jagung