• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Jln. Jenderal Gatot Subroto Kav 52-53, Telp/fax: 021 - 5252746, Jakarta Selatan 12950

PEDOMAN UMUM DALAM

IMPLEMENTASI KONSERVASI ENERGI DAN PENGURANGAN EMISI CO2 DI SEKTOR INDUSTRI

(FASE 1)

PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP

BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI (BPKIMI)

(3)

ii PEDOMAN UMUM

DALAM

IMPLEMENTASI KONSERVASI ENERGI DAN PENGURANGAN EMISI CO2 DI SEKTOR INDUSTRI

(FASE 1) PEMBINA Menteri Perindustrian M.S Hidayat PENANGGUNG JAWAB Arryanto Sagala TIM PENGARAH

Tri Reni Budiharti Shinta D. Sirait

TIM PENYUSUN

Rafles Simatupang Muhammad Hafiz Nugroho Adi Sasongko

TIM EDITOR

Sangapan Denny Noviansyah Yuni Herlina Harahap Wiwiek Sari Wijiastuti Patti Rahmi Rahayu

DITERBITKAN OLEH

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri

DICETAK OLEH

(4)

iii

PEDOMAN UMUM

DALAM IMPLEMENTASI KONSERVASI ENERGI DAN

PENGURANGAN EMISI CO2 DI SEKTOR INDUSTRI (FASE 1)

Edisi I. Jakarta : Kementerian Perindustrian, Januari 2011 vi + 85 hlm.

Disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Alamat Penerbit:

Kementerian Perindustrian Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta Selatan 12950

(5)

iv KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Pedoman Umum Implementasi Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO2 di Sektor

Industri (Fase 1) ini dapat diselesaikan pada waktunya. Pedoman Umum ini disusun untuk meningkatkan pengetahuan dalam pelaksanaan konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di sektor industri yang telah

dibahas oleh unsur pemerintah, tenaga ahli dan praktisi. Diharapkan Pedoman Umum ini bermanfaat bagi para pihak yang berkepentingan dalam menerapkan konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di sektor

industri. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Pedoman ini.

Jakarta, Januari 2011 Badan Pengkajian Kebijakan,

Iklim dan Mutu Industri Kepala,

(6)

v DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Peraturan Perundangan ... 9

1.3. Definisi ... 9

1.4. Hasil, Keluaran dan Aktivitas ... 10

1.4.1. Hasil ... 10

1.4.2. Keluaran ... 11

1.4.3. Aktivitas ... 12

1.5. Sasaran ... 13

1.5.1. Lokasi Sasaran ... 13

1.5.2. Sasaran Penerima Manfaat ... 13

BAB II KOMPONEN PROGRAM ... 15

2.1. Prinsip Dasar Program ... 15

2.2. Kerangka Kerja ... 15

2.3. Langkah Pelaksanaan Program ... 28

2.3.1. Persiapan ... 28

2.3.2. Pelaksanaan ... 30

2.3.3. Monitoring dan Evaluasi ... 36

BAB III ORGANISASI PROGRAM ... 37

3.1. NPD (National Project Development) ... 37

3.1.1. National Project Director (NPD) ... 37

3.1.2. Deputi National Project Director (DNPD) ... 38

3.1.3. Sekretaris National Project Director (SNPD) . 39 3.2. Pejabat Pembuat Komitment ... 39

3.3. Pemerintah Daerah ... 39

3.4. PMU (Project Management Unit) ... 40

3.4.1. Tugas Teknis dan Tanggung Jawab PMU .... 40

3.4.2. Tugas Managemen & Administrasi dan Tanggung Jawab PMU ……….. 41

3.4.3. Struktur Organisasi PMU ... 41

(7)

vi

3.4.4.1. NPM (National Project Manager) ... 41

3.4.4.2. DNPM (Deputi National Project Manager)... 42

3.4.4.3. Pejabat Keuangan ... 43

3.4.4.4. Pejabat Administrasi ... 44

3.4.4.5. PIU (Project Implementation Unit) ... 44

3.5 Konsultan Lapangan ... 47

3.5.1. NMC (National Management Consultant) ... 47

3.5.1.1. Tugas dan Tanggung Jawab Teknis NMC .... 47

3.5.1.2. Tugas dan Tanggung Jawab Manajemen NMC ... 48

3.5.2. RC (Regional Consultant) ... 49

3.5.2.1. Tugas dan Tanggung Jawab Teknis RC ... 50

3.5.2.2. Tugas dan Tanggung Jawab Manajemen RC 51 3.5.3. EC (Evaluation Consultant) ... 52

3.5.3.1. Tugas dan Tanggung Jawab Teknis EC ... 52

3.5.3.2. Tugas dan Tanggung Jawab Administrasi EC ... 53 BAB IV PENUTUP 54 4.1. TRANSPARANSI 54 4.2. AKUNTABILITAS 55 4.3. PELAPORAN 56 DAFTAR PUSTAKA 58 LAMPIRAN A

LOKASI SASARAN DAN NAMA

PERUSAHAAN

60 LAMPIRAN

B

PELAKSANAAN PENGELOLAAN

KEGIATAN ICCTF – KEMENTERIAN

PERINDUSTRIAN

63

LAMPIRAN C

PROSEDUR PEMBAYARAN TAGIHAN

JASA KONSULTAN

(8)

Halaman 1 dari 83 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Mitigasi perubahan iklim melalui konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 telah diantisipasi

oleh pemerintah Indonesia melalui penyusunan regulasi terkait dan menetapkan target untuk tujuan tersebut. Kementerian Perindustrian mengembangkan sistem terintegrasi untuk pemantauan penggunaan energi melalui konservasi energi dan pengurangan emisi CO2

di sektor industri.

Dalam UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi disebutkan bahwa konservasi energi merupakan upaya yang sistematis terencana dan terpadu guna melestarikan Sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatannya. Efisiensi penggunaan energi memberi banyak keuntungan, diantaranya adalah untuk mengurangi biaya operasional dan biaya produksi. Konservasi energi menjadi penting di Indonesia, dimana aktivitas penggunaan energi pada kebanyakan industri dianggap tidak efisien. Salah satu penyebabnya adalah teknologi yang digunakan tergolong tua dan kurangnya restrukturisasi infrastruktur di sektor industri. Penggunaan energi yang tidak efisien tersebut mempunyai kontribusi cukup besar dalam peningkatan jumlah emisi CO2 di Indonesia.

Konsumsi energi pada tahun 2008 untuk sektor industri adalah sebesar 49.14% dari total konsumsi

(9)

Halaman 2 dari 83 nasional (MEMR, 2009). Kenyataannya, beberapa survei mengindikasikan konsumsi energi di sektor ini masih mungkin dihemat sekitar 15 – 30 % (PT. EMI, 2006). Sementara itu, walaupun cadangan energi fosil nasional Indonesia semakin terbatas namun Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar untuk menggantikan bahan bakar fosil.

Dengan penerapan energy mix di sektor industri yang umumnya memakai gas, diharapkan diversifikasi energi di bidang industri dapat mengurangi emisi CO2

karena koefisien emisi gas alam yang lebih rendah daripada koefisien emisi produk pertambangan atau perminyakan (TNA, 2009). Oleh karena itu, Presiden Indonesia telah mencanangkan target pengurangan emisi sebesar 26% dengan kemampuan sendiri dan sebesar 41% dengan bantuan lembaga internasional. Dari sejumlah target tersebut sektor Industri mempunyai share dengan proporsi sebesar 2%.

Analisis Pareto telah dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian (2007) menunjukkan bahwa 80% dari pemakaian listrik nasional terpusat pada 29 pabrik yang merupakan 20% dari 336 pabrik. Ke 29 pabrik tersebut di definisikan sebagai pabrik dengan penggunaan energi yang cukup besar dapat diklasifikasikan menjadi 8 grup, yaitu, Baja, Semen, Pulp & Kertas, Tekstil, Petrokimia, Makanan & Minuman, Pupuk, Keramik.

Pemakaian energi dari industri Pulp & Paper dan industri Baja adalah 109.69 Petra Joule dan 107.84 Petra Joule berturut-turut (TNA, 2009). Dengan total 27.12% untuk pemakaian energi pada bidang industri dari kedua sektor tersebut (802.11 Petra Joule). Oleh karena itu, industri-industri tersebut perlu dilakukan

(10)

Halaman 3 dari 83 perbaikan dalam penggunaan energi dan efisiensi energi.

Didalam kerangka kerja United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Bali – Conference of the Parties (COP) 13, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan program Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dengan bantuan dari UNDP (United Nations Development Program) dan BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) dalam rangka mengurangi emisi gas CO2.

UNDP dan BAPPENAS menyediakan bantuan teknis kepada Kementerian Perindustrian (MoI) untuk meninjau ulang konsep roadmap pengurangan emisi CO2 di sektor Industri Baja dan Pulp & Kertas. Lingkup

dari bantuan teknis pada industri-industri tersebut diharapkan mencakup regulasi yang mengakomodir pengurangan emisi CO2.

Kementerian Perindustrian menetapkan strategi utama dengan tujuan pengurangan emisi CO2 pada

sektor industri, yang mencakup 4 komponen:

1. Implementasi dari Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO2 pada sektor industri.

2. Promosi dalam penanganan pengurangan CO2

pada sektor industri.

3. Implementasi ESCO (Energy Service Company) model pada sektor industry;

4. Implementasi Carbon Foot Print dan Energy Consumption Intensity di sektor industri;

Kegiatan tersebut di bagi dalam 4 bagian, dalam jangka panjang yang tidak dapat di pisahkan satu dengan yang lain. Untuk disahkan sebagai aktivitas nasional, Kementerian Perindustrian telah

(11)

Halaman 4 dari 83 mengesahkan Grand Strategy (Gambar 1) dan telah dimasukan dalam dalam Government Blue Book.

Program IECIS ini diutamakan pada implementasi konservasi energi pada subsektor industri Baja dan industri Pulp & Kertas melalui penanganan emisi dan energi. Dimana hasil yang dipakai dapat mewakili data dari tiap subsektor yang telah dipilih, yang selanjutnya diteruskan sampai ke tahap akhir. Ditargetkan hasil pencapaian dari sektor industri dapat mendukung peraturan pemerintah pada target pengurangan emisi CO2 sebesar 2% dari 41% pada

tahun 2020.

Untuk itu, Kementerian Perindustrian harus: 1) memperkuat kapasitasnya dalam mengembangkan

sistem terintegrasi untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di Industri Baja dan Industri

Pulp dan Kertas,

2) meningkatkan partisipasi dari perusahaan industri dalam konservasi energi dan pengurangan emisi CO2,

3) meningkatkan kesadaran dan keterlibatan pemerintah daerah dan provinsi dalam konservasi energi dan pengurangan emisi CO2, dan

4) menguatkan kerangka kerja untuk konservasi energi dan pengurangan emisi gas rumah kaca di industri.

Perencanaan dan strategi kegiatan ICCTF di MoI telah diuraikan dengan:

1) RPJM (Rencana Program Jangka Menengah) yang sejalan dengan Rencana Strategis/Renstra Badan Penelitian dan Pengembangan Industri/BPPI, Kementerian Perindustrian

(12)

Halaman 5 dari 83 2) ICCSR (Indonesian Climate Change Sectoral

Roadmap) di sektor Industri, di mana konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 berdasarkan

pada pendekatan sektoral.

3) GRK RAN (Rencana Aksi Nasional - Gas Rumah Kaca) dari saham industri, yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan sejalan dengan konservasi energi yang berarti efisiensi energi dan diversifikasi menghasilkan perbaikan lingkungan dan masyarakat.

Pelaksanaan peraturan pemerintah tentang konservasi energi harus dikelola secara sistematis dan melibatkan seluruh stakeholder, jika tidak, dikhawatirkan target dan tujuan tidak akan tercapai. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Kementerian Perindustrian (MoI) mengembangkan suatu sistem yang terintegrasi dan handal untuk mengelola dan membina industri, sehingga dapat meningkatkan kinerja industri.

Industri yang terlibat akan dipantau, dievaluasi, dan dilaporkan. Harapannya, mereka dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 , industri harus mempunyai

manajer energi, tim aksi energi, dan dokumen pendukung (Road Map, pedoman teknis, prosedur operasional standar, dan peta teknologi). Manajer Energi akan memiliki tanggung jawab dalam mengelola pemakaian energi dan dengan sendirinya melaksanakan konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 sementara Tim Aksi Energi akan membantu

manager energi untuk bekerjasama dengan konsultan yang dipilih dalam melaksanakan pekerjaan spesifik, yaitu audit energi, audit karbon, dan TNA.

(13)

Halaman 6 dari 83 Selain itu, Kementerian Perindustrian juga harus memberikan perhatian lebih dalam mempromosikan pentingnya konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 kepada pemerintah daerah. Pemerintah daerah

akan memiliki peranan penting dalam mendukung pelaksanaan kebijakan MOI. Dalam hal ini, pemerintah setempat dapat didorong untuk membuat peraturan daerah dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor industri.

Terkait dengan pengembangan mekanisme dan kerjasama antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM/MEMR) dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin/MOI), proyek ini harus secara proporsional memposisikan peran dan tanggung jawab masing-masing kementerian. ESDM telah melaksanakan pengkajian energi dan program konservasi sejak tahun 2003 dengan target pada bangunan dan beberapa perusahaan industri. Terkait dengan tugas Kementerian Perindustrian dalam peningkatan daya saing industri melalui peningkatan kesadaran pelaku usaha terhadap kebijakan emisi, maka Kementerian Perindustrian lebih memfokuskan untuk bekerja secara langsung dengan pelaku usaha dalam penerapan kebijakan energi konservasi.

Berdasarkan kondisi dan situasi tersebut, program ini diharapkan dapat:

1) memiliki data dasar (baseline) yang dapat diandalkan untuk memungkinkan pengembangan perencanaan strategis untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO2,

2) memiliki sistem informasi yang terupdate dengan baik dan dapat terdiseminasikan kepada seluruh stakeholder,

(14)

Halaman 7 dari 83 3) Road Map dan pedoman teknis dalam penerapan

penghematan energi dan pengurangan emisi CO2

pada industri,

4) memiliki sistem untuk memperkuat partisipasi industri dalam melakukan pemantauan yang efektif terhadap konsumsi energi dan produksi emisi CO2,

5) mengembangkan peraturan untuk menjamin pelaksanaan yang berkelanjutan dari sistem terpadu, dan

6) mendorong keterlibatan pemerintah daerah dalam mendukung pelaksanaan program dan mitigasi perubahan iklim sektor industri.

(15)

Halaman 8 dari 83 Gambar 1. Skema Strategi Utama Promosi Konservasi Energi dan Emisi Gas Rumah

(16)

Halaman 9 dari 83 1.2. PERATURAN DAN PERUNDANGAN

Mengingat pentingnya konservasi energi dan pengurangan emisi CO2, Pemerintah Indonesia telah

menetapkan:

1. Undang Undang tentang Energi (UU No. 30/1997) 2. Peraturan Presiden No. 28 tahun 2008 mengenai

Kebijakan Pengembangan Industri Nasional.

3. Keputusan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional,

4. Peraturan Pemerintah No. 70/2009 tentang Konservasi Energi

Pada PP No. 70 tersebut ditetapkan pemakaian Sumber energi dan pengguna energi yang memakai energi lebih besar atau setara 6000 TOE/tahun, harus menetapkan manajer energi. Pengurangan emisi CO2

dalam sektor industri juga telah ditetapkan dalam rencana strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian melalui Rencana Program dan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2010 – 2014 melalui Program di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya, Lingkungan dan Energi (Sekarang Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup).

1.3. DEFINISI

Program ICCTF (Indonesian Climate Change Trust Fund) merupakan salah satu mekanisme pendanaan untuk perubahan iklim. Program ini memiliki 2 tujuan utama, yaitu:

(17)

Halaman 10 dari 83 1. Untuk mencapai Ekonomi Karbon Rendah (Low

Carbon Economy) melalui ketahanan terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

2. Untuk menyusun langkah inovatif yang bertujuan menghubungkan Sumber financial internasional dengan strategi investasi nasional, dan secara simultan dapat menjadi contoh bentuk finansial alternatif bagi mitigasi perubahan iklim dan program adaptasi yang dikelola Pemerintah secara transparan dan akuntabel.

Pada tahapan ini, ICCTF memiliki tujuan yang spesifik, yaitu:

1. Memfasilitasi dan mempercepat proses investasi di bidang energi terbarukan dan efisiensi energi, dan secara simultan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca di Indonesia dari sektor energi.

2. Untuk menurunkan emisi akibat penggundulan hutan dan degradasi hutan yang nantinya akan mengarah kepada managemen hutan berkelanjutan.

3. Untuk mengurangi kerentanan pada ekosistem pesisir, pertanian dan sektor perairan.

4. Untuk menjembatani gap finansial yang ditujukan untuk mitigasi dan adapatasi perubahan iklim.

5. Untuk meningkatkan keefektifan dan dampak dari bantuan finansial dari luar negeri bagi perubahan iklim di Indonesia.

1.4. HASIL, KELUARAN DAN AKTIVITAS 1.4.1. Hasil

a. Untuk memperkuat kapasitas Kementerian Perindustrian dalam mengkoordinasikan,

(18)

Halaman 11 dari 83 mengembangkan dan mendukung pelaksanaan konservasi energi dan pengurangan emisi CO2

pada industri baja dan pulp dan kertas;

b. Untuk merevisi kerangka regulasi dan memfasilitasi peningkatan kesadaran efisiensi energi dan konservasi energi dalam industri sasaran;

c. Untuk meningkatkan kapasitas perusahaan industri sasaran untuk mewujudkan konservasi energi dan pengurangan emisi CO2

1.4.2. Keluaran

a. Basis untuk konservasi energi dan produksi emisi CO2 di industri baja dan industri pulp dan kertas;

b. Sistem informasi konservasi energi terpadu;

c. Sumber daya manusia dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 ;

d. Prosedur Operasional Standar, Technology Need Assessment untuk setiap industri dalam menerapkan konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 ;

e. Pedoman Nasional dan Peraturan Menteri untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 ;

f. Lesson learned dari Pilot Project Tanpa Biaya & Biaya Rendah dan Konsep Pilot Project Biaya Menengah & Biaya Tinggi untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO2

g. Peningkatan kesadaran pemerintah propinsi dan daerah tentang isu perubahan iklim.

(19)

Halaman 12 dari 83 1.4.3. Aktivitas

a. Menetapkan tim penasihat, ahli dan fasilitator untuk energi, pengurangan emisi CO2 dan audit teknologi

dengan mengadakan pelatihan;

b. Mengumpulkan data tentang konsumsi energi, emisi CO2 dan teknologi yang digunakan melalui

pelaksanaan audit energi/karbon dalam industri baja dan industri pulp dan kertas.

c. Mengembangkan sistem informasi untuk memfasilitasi distribusi informasi kepada stakeholders.

d. Meningkatkan keterampilan staf industri perusahaan melalui pelatihan, pembinaan dan pelatihan kerja di perusahaan industri untuk konservasi energi dan emisi CO2 di industri baja

dan pulp & kertas.

e. Mengembangkan Standard Operational Procedures (SOP) untuk konservasi energi dan emisi CO2 di

industri baja dan pulp & kertas.

f. Mengembangkan roadmap dan pedoman teknis untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di industri baja dan industri pulp dan kertas.

g. Membuat Pedoman Nasional dan Peraturan Menteri untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di industri baja dan pulp & kertas.

h. Mengembangkan Pra Studi Kelayakan dan Bussiness Plan untuk meningkatkan Technology Need Assessment untuk konservasi energi dan emisi CO2 di Baja dan pulp & kertas.

i. Pelaksanaan Pilot Project Tanpa Biaya & Biaya Rendah dan Mempersiapkan Pilot Project Biaya Menengah & Biaya Tinggi.

(20)

Halaman 13 dari 83 j. Mempromosikan konservasi energi dan

pengurangan emisi CO2 kepada pemerintah

provinsi dan daerah dengan mengadakan workshop dan penyebaran pelajaran yang dipetik dari pelaksanaan proyek untuk memperkuat kapasitas Kementerian Perindustrian dalam mengkoordinasikan, mengembangkan dan mendukung pelaksanaan konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di industri baja dan

pulp/kertas; 1.5. SASARAN 1.5.1. Lokasi Sasaran

Industri sasaran akan terdiri dari 35 perusahaan industri baja dan 15 perusahaan industri pulp dan kertas. Dalam pengelolaannya akan dibuat 3 kantor Regional Consultant sebagaimana tertera pada Tabel 1.

1.5.2. Sasaran Penerima Manfaat

Industri, kelompok sasaran penerima manfaat adalah Industri yang mampu melaksanakan konservasi energi dan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca untuk mendukung mitigasi perubahan iklim.

Pemerintah Daerah (Dinas/Instansi bersama Masyarakat), Pemerintah Kota/Kabupaten yang menjadi lokasi sasaran ICCTF Kementerian Perindustrian.

(21)

Halaman 14 dari 83 Tabel 1. Target Industri

Wilaya

h Area

Jumlah Perusahaan Baja * Pulp dan Kertas I Jakarta 3 - Banten 4 1 Jawa Barat 5 4 II Jawa Timur 12 4 Jawa Tengah 4 1 III Sumatera 7 5 Total 35 15

(22)

Halaman 15 dari 83 BAB II

KOMPONEN PROGRAM

2.1. PRINSIP DASAR PROGRAM

1. Prinsip Tata Kelola (Good Governance).

– Partisipasi;

– Transparansi

– Akuntabilitas

– Desentralisasi;

– Demokrasi;

2. Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

– Perlindungan Lingkungan

– Pengembangan Masyarakat Industri

– Pengembangan Ekonomi 2.2. KERANGKA KERJA

(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

Halaman 26 dari 83 Tabel 4. Keterkaitan Kerangka Kerja Logis

Hasil/Tujuan Keluaran Kegiatan Detil Kegiatan/

Aksi 1. Untuk memperkuat kapasitas Kementerian Perindustrian dalam mengkoordinasi, mengembangankan dan mendukung implementasi dari konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di Industri Baja

dan Pulp dan Kertas.

1. Acuan Dasar untuk konservasi energi dan produksi emisi CO2 di

Industri Baja dan Pulp dan Kertas.

- Membentuk Tim Penasihat, Tim Ahli dan fasilitator untuk konservasi energi, pengurangan emisi CO2 dan Audit teknologi dengan melakukan

pelatihan;

-Menyiapkan Jadwal Rinci Pelaksanaan Pekerjaan, kuesioner serta menyiapkan prosedur pelaksanaan audit energy dan audit emisi CO2 di

Industri baja dan pulp dan kertas.

- TOT - Konsultasi dengan Staf PMU - Perlengkapan/ Kantor/Perjala nan Keluar 2. Sistem informasi konservasi energi yang terintegrasi

-Mengembangkan sistem informasi untuk memfasilitasi distribusi informasi ke pihak-pihak yang terlibat. - Perjalanan domestik - NMC (1.2) - RC (1.2) 2. Untuk meninjau kembali peraturan kerangka kerja dan meningkatkan

kesadaran dalam

memfasilitasi efisiensi energi dan konservasi energi di Industri target.

1. Sumber daya manusia dengan pengetahuan dan keahlian yang cukup dalam hal konservasi energi dan pengurangan emisi CO2.

- Meningkatkan keahlian dari staf perusahaan Industri dengan memberikan pelatihan, pembinaan dan kerja praktek di Industri Baja dan Pulp dan Kertas dalam hal konservasi energi dan emisi CO2. - NMC (2.1) - RC (2.1) 2. Standard Operational Procedure, Technology Need Assessment untuk

-Mengembangkan Standard Operational Procedures untuk konservasi energi dan emisi CO2 di Industri Baja dan Pulp dan Kertas.

- NMC (2.2)

(34)

Halaman 27 dari 83 masing-masing Industri untuk implementasi konservasi energi dan pengurangan emisi CO2. 3. Untuk Meningkatkan kapasitas dari Industri target dalam hal kesadaran terhadap konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 1.Pedoman Nasional dan Peraturan Menteri untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO2.

- Mengembangkan roadmap dan Panduan Teknis untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di Industri Baja dan Pulp dan Kertas.

- Menyusun Pedoman Nasional dan Peraturan Menteri untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di Industri Baja dan Pulp dan Kertas.

- Workshop untuk menyusun Pedoman - Timeline MOE, - NMC (3.1) - RC (3.1) 2.Bahan Pembelajaran dari

Pilot Project tanpa biaya dan berbiaya

rendah serta

konsep dari Pilot Project berbiaya

menengah dan

berbiaya tinggi.

- Mengembangkan pra Studi Kelayakan dan Rencana Bisnis dengan tujuan meningkatkan Penilaian Kebutuhan Teknologi untuk konservasi konservasi energi dan emisi CO2 di Industri Baja

dan Pulp dan Kertas.

- Mengimplementasi Pilot Project tanpa biaya dan berbiaya rendah dan mempersiapkan Pilot Project

berbiaya menengah dan berbiaya tinggi.

- NMC (3.2)

- RC (3.2)

3. Meningkatkan Kesadaran dari Pemerintah daerah dan provinsi terkait

dengan isu

Perubahan Iklim.

- Mempromosikan konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 kepada Pemerintah

daerah dan provinsi dengan mengadakan workshop dan pertemuan ilmiah dengan membawa hasil pembelajaran dari implementasi proyek.

- NMC (3.3)

(35)

Halaman 28 dari 83 2.3. LANGKAH PELAKSANAAN PROGRAM

2.3.1. PERSIAPAN

Tabel 5. Tahap Persiapan

No Kegiatan Pelaku Hasil Keterangan

1 Serangkaian pertemuan/ lobby, koordinasi di tingkat nasional dan kelompok strategis - Penyelenggara: Kementerian Perindustrian - Peserta: Pemerintah, Asosiasi Industri, Pelaku Usaha, Perguruan Tinggi, LSM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi, kelompok Strategis lainnya Penerimaan perangkat pemerintah dan stakeholder s lain terhadap program 2 Perumusan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis - Penyelenggara: NPD dan PIU - Peserta: Pemerintah, Asosiasi Industri, Pelaku Usaha. Terumuskan nya Konsep Pedoman Lihat Kerangka Acuan Kerja 3 Road Show Kegiatan Implementation of Energy Conservation and Emission Reduction (Phase 1) - Penyelenggara: Kementerian Perindustrian - Peserta: Pemerintah, Asosiasi Industri, Pelaku Usaha, Perguruan Tinggi, LSM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi, kelompok Strategis lainnya Disperind Propinsi, Disperind Kota/Kab dan Pelaku Usaha memahami program ICCTF Lihat Kerangka Acuan Kerja 4 Pelatihan dasar audit energi untuk Pegawai Pemerintah - Penyelenggara: NPD - Peserta: PNS di lingkungan kemenperin. - Fasilitator: Konsultan Tersedianya SDM yang memahami audit energi Lihat Kerangka Acuan Kerja 5 Workshop Pedoman Umum dan Pedoman Teknis - Penyelenggara: NPD dan PIU - Peserta: Pemerintah, Asosiasi Industri, Pelaku Usaha. Tersosialisa sikannya Pedoman Umum dan Pedoman Teknis Lihat Kerangka Acuan Kerja

(36)

Halaman 29 dari 83 5.b Pedoman Pembentukan Energy Action Team Perumus: NPD dan Tenaga Ahli Konsultan

5.c Pedoman Pra Feasibility Study

Perumus: NPD dan Tenaga Ahli Konsultan 5.d Pedoman Teknis Energy dan Emission Management Information System Perumus: NPD dan Tenaga Ahli Konsultan

5.e Pedoman Teknis Penilaian Partisipatif Industri

Perumus: NPD dan Tenaga Ahli Konsultan

5.f Pedoman Teknis Membangun Kemampuan Pemerintah Provinsi/Lokal Perumus: NPD dan Tenaga Ahli Konsultan

5.g Pedoman Teknis Pemetaan Teknologi Industri Pulp dan Kertas

Perumus: PIU BBPK

5.h Pedoman Teknis Tata Cara Penghitungan Karbon Pada Industri Pulp dan Kertas

Perumus: PIU BBPK

5.i Pedoman Teknis Pemetaan Teknologi Industri Baja Perumus : PIU BBLM 5.j Pedoman Teknis Tata Cara Penghitungan Karbon Pada Industri Baja Perumus: PIU BBLM

(37)

Halaman 30 dari 83 2.3.2. PELAKSANAAN

Tabel 6. Tahap Pelaksanaan

No Kegiatan Pelaku Hasil Keterangan

1 Mobilisasi National Management Consultant (NMC) dan Regional Consultant (RC) - Penyelenggara: NPD - Peserta: Konsultan Pemenang Pengadaan Barang/Jasa Tersiapkannya SDM yang akan memfasilitasi program Lihat Kerangka Acuan Kerja 2 Sosialisasi Program di tingkat Pemerintah Daerah - Penyelenggara: RC - Peserta: Dinas Perindustrian Provinsi, Kota, Kabupaten dan Pelaku Usaha - Fasilitator: TA RC dan NPD Terlaksananya sosialisasi program kepada stakeholder di daerah dan meminta kembali komitmen Pemerintah dan Pelaku usaha untuk mendukung program Bagian dari kontrak RC Sumber: Pedoman Peran Pemerintah Daerah 3 Pelatihan dasar audit energi untuk Tim Fasilitator - Penyelenggara : NPD - Peserta: Pelaku Usaha, asosiasi, universitas dan stakheolders lain. - Fasilitator: Konsultan Tersedianya SDM yang memahami audit energi Lihat Kerangka Acuan Kerja 4 Perumusan Kuesioner dan Instrumen unutk pelaksanaan Audit dan Asessment Energi pada Industri - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, asosiasi, - Fasilitator: TA NMC Tersiapkannya konsep teknis untuk pelaksanaan audit energi Bagian dari kontrak NMC

(38)

Halaman 31 dari 83 5 Pelaksanaan Audit dan Asessment Energi pada Industri - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha, asosiasi, - Fasilitator: TA RC Terlaksana dan terkumpulnya Data data konsumsi energi dan pengurangan emisi CO2 termasuk teknologi yang digunakan Bagian dari kontrak RC 6 Pelaksanaan reffreshment untuk Audit Energi - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator:TA NMC Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha, Tim Fasiltiator dan Tenaga lapangan mengenai audit energy Bagian dari kontrak NMC Sumber : Pedoman Audit Energy 7 Pelaksanaan reffreshment untuk Audit Energi di tingkat perusahaan - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator: TA RC Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai audit energy Bagian dari kontrak RC 8 Pelaksanaan mengenai Konsep Pembentukan Energy Action Team - Penyelenggara: NMC - Peserta : Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator : TA NMC Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha, Tim Fasiltiator dan Tenaga lapangan mengenai pembentukan energy action team Bagian dari kontrak NMC Sumber : Pedoman Energy Action Team 9 Pelaksanaan refreshment mengenai Pembentukan Energy Action Team di Perusahaan - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator: TA NMC Terbentuknya energy action team di perusahaan Bagian dari kontrak NMC Sumber : Pedoman Energy Actio Team 10 Pelaksanaan reffreshment untuk Participatory Industrial Appraisal - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator: TA NMC Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha, Tim Fasiltiator dan Tenaga lapangan mengenai Participatory Industrial Appraisal Bagian dari kontrak NMC Sumber: Pedoman Participatory Industrial Appraisal

(39)

Halaman 32 dari 83 11 Pelaksanaan reffreshment untuk Participatory Industrial Appraisal di tingkat perusahaan - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha - Fasilitator: TA RC Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai Participatory Industrial Appraisal Bagian dari kontrak RC Sumber : Pedoman Participatory Industrial Appraisal 12 Pelaksanaan audit / asessment energi oleh RC - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha - Fasilitator: Tim Fasilitator Terkumpulnya data energi Bagian dari kontrak RC 13 Pelaksanaan Monitoring, Measure, Realibility dan Validity - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, RC - Fasilitator: TA NMC Monitoring validitas data Bagian dari Kontrak NMC 14 Perumusan dan mempublikasi-kan Sistem Management Information System - Penyelenggara: NMC - Peserta: Tim Perumus , Pusdatin KEmenperin, Sekretariat BPKIMI, - Fasilitator: TA NMC Terumuskan dan terpublishnya Sistem Informasi Bagian dari kontrak NMC Sumber: Pedoman EEMIS 15 Pelaksanaan Pelatihan Sistem Management Energi - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, - Fasilitator: TA NMC Tersosialisasikann ya Sistem Management Energi Bagian dari kontrak NMC 16 Pelaksanaan upgrade Sistem Management Energi di tingkat perusahaan - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha, - Fasilitator: TA RC Terumuskannya Sistem Management Energi di tingkat perusahaan Bagian dari kontrak RC

(40)

Halaman 33 dari 83 17 Pendampingan Dinas Perindustrian untuk membangun cara pandang pola pikir mitigasi dan perubahan iklim sektor industri - Penyelenggara: RC - Peserta: Dinas Perindustrian, - Fasilitator: TA RC Terumuskannya Sistem Management Energi di tingkat perusahaan Bagian dari kontrak RC 18 Pelaksanaan training Audit Carbon - Penyelenggara: BBLM & BBPK - Peserta: Pelaku Usaha, Konsultan - Fasilitator: BBLM, BBPK Tersiapkannya SDM yang memahami mengenai tata cara audit carbon

Lihat Kerangka Acuan Kerja 19 Pelaksanaan reffreshment untuk Audit Carbon - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator : BBLM dan BBPK Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha, Tim Fasiltiator dan Tenaga lapangan mengenai audit karbon Bagian dari kontrak NMC 20 Pelaksanaan reffreshment untuk Audit Carbon di tingkat perusahaan - Penyelenggara : RC - Peserta: Pelaku Usaha - Fasilitator: TA RC Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai audit karbon Bagian dari kontrak RC 21 Pelaksanaan training technology Map - Penyelenggara: BBLM & BBPK - Peserta: Pelaku Usaha, Konsultan - Fasilitator: BBLM, BBPK Tersiapkannya SDM yang memahami mengenai technology map dan mampu merumuskan TNA Lihat Kerangka Acuan Kerja 22 Pelaksanaan reffreshment untuk Audit TNA - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator: BBLM dan BBPK Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha, Tim Fasiltiator dan Tenaga lapangan mengenai audit teknologi Bagian dari kontrak NMC

(41)

Halaman 34 dari 83 23 Pelaksanaan reffreshment untuk Audit TNA di tingkat perusahaan - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha - Fasilitator: TA RC Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai audit TNA Bagian dari kontrak RC 24 Workshop konsep mekanisme insentif bagi pengurangan emisi CO2 pada industri baja dan pulp-kertas - Penyelenggara : NMC - Peserta: Pelaku Usaha, stakeholder - Fasilitator: NMC Terlaksananya konsep mekanisme insentif bagi konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 Bagian dari kontrak NMC 25 Workshop konsep Peraturan Menteri mengenai Road Map pengurangan emisi CO2 pada industri baja dan pulp-kertas - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, stakeholder - Fasilitator: NMC Terlaksananya sosialisasi upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai konsep Peraturan Menteri Bagian dari kontrak NMC 26 Workshop perumusan Road Map pengurangan emisi CO2 pada industri baja dan pulp-kertas - Penyelenggara: PIU Direktorat - Peserta: Pelaku Usaha, stakeholder - Fasilitator: NPD dan PIU Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai audit TNA Lihat Kerangka Acuan Kerja 27 Pelaksanaan reffreshment untuk Pengembangan Pra FS - Penyelenggara: NMC - Peserta : Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator: TA NMC - Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha, Tim Fasiltiator dan Tenaga lapangan mengenai pengembangan Pra FS Bagian dari kontrak NMC

(42)

Halaman 35 dari 83 28 Pelaksanaan reffreshment untuk Pengembangan Pra FS di tingkat perusahaan - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha - Fasilitator: TA RC Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai Pembentukan Pra FS Bagian dari kontrak RC 29 Pelaksanaan audit / asessment Pra FS RC - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha - Fasilitator: Tim Fasilitator Terumuskannya FS untuk setiap industri Bagian dari kontrak RC 30 Pelaksanaan Monitoring, Measure, Realibility dan Validity - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, RC - Fasilitator: TA NMC Monitoring validitas data FS untuk setiap industry Bagian dari Kontrak NMC 31 Pelaksanaan perumusan investment grade audit (IGA) - Penyelenggara : NMC - Peserta: Pelaku Usaha, RC - Fasilitator: TA NMC Perumusan IGA setiap industri Bagian dari Kontrak NMC

(43)

Halaman 36 dari 83 2.3.3. MONITORING DAN EVALUASI

Tabel 7. Tahap Monitoring dan Evaluasi

No Kegiatan Pelaku Hasil Keterangan

1 Monitoring Bersama - Penyelenggara: NPD - Peserta: Kemenperin, ESDM - Fasilitator: TA RC Monitoring progres pelaksanaan program Lihat Kerangka Acuan Kerja 2 Uji Petik - Penyelenggara: NPD

- Peserta: Pelaku Usaha, Dinas PRovinsi/ Kabupaten - Fasilitator : NPD Monitoring kesesuaian antara data tertulis dengan pelaksanaan program Lihat Kerangka Acuan Kerja 3 Workshop Evaluasi di tingkat Regional - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha, Dinas Propinsi/ Kabupaten - Fasilitator : TA RC Evaluasi akhir pelaksanaan program Bagian dari kontrak RC 4 Workshop Evaluasi di tingkat nasional - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, Dinas PRovinsi/ Kabupaten - Fasilitator: TA NMC Evaluasi akhir pelaksanaan program Bagian dari kontrak NMC 5 Workshop Evaluasi ICCTF Kementerian Perindustrian - Penyelenggara: NPD - Peserta: Pelaku Usaha, Staikeholder tingkat Nasional - Fasilitator: NPD Evaluasi akhir pelaksanaan program Lihat Kerangka Acuan Kerja

(44)

Halaman 37 dari 83 BAB III

ORGANISASI PROGRAM

3.1. NPD (National Project Development):

Kementerian Perindustrian menunjuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya, Lingkungan Hidup dan Energi sekarang menjadi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup untuk membentuk National Project Director (NPD). Secara garis besar, NPD dapat dijelaskan sebagai berikut:

 NPD terdiri dari staf-staf dari Kementerian

Perindustrian.

 Komite yang dibentuk untuk mengkoordinasi kegiatan ICCTF di Kementerian Perindustrian.

 Bertanggung jawab secara penuh di dalam proses dan pelaksanaan proyek.

 Dalam pelaksanaannya, NPD membentuk PMU yang bertugas membantu secara administrasi NPD dalam pelaksanaan pekerjaan.

Secara fungsi, NPD dibagi atas:

3.1.1. National Project Director (NPD)

NPD sebagai penanggung jawab kegiatan mempunyai kewenangan mengelola program di tingkat nasional yang bertindak sebagai perwakilan executive agency atau penyelenggara program. 1. Untuk pelaksanaan administrasi keuangan direkrut

Project Management Unit dan pelaksanaan tugas sehari hari ditunjuk DNPD dan sekertaris NPD.

(45)

Halaman 38 dari 83 2. Untuk melaksanakan tugas lapangan substansi/

program NPD dibantu oleh NMC yang membantu pelaksanaan pengawasan, pengorganisasian, pembinaan dan pengendalian RC.

3. Untuk pelaksanaan administrasi akan dibantu oleh PMU dan PPK.

4. Tugas pokok, bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan program memfasilitasi penerbitan buku pedoman umum dan teknis dibantu oleh PIU, mengarahkan memantau dan menilai kinerja PMU, NMC, RC/AM, EC.

5. Melaksanakan sosialisasi secara nasional

6. bertanggung jawab atas perencanaan pengelolaan dana grant.

3.1.2. Deputi National Project Director (DNPD) DNPD membantu NPD dalam hal:

1. Mewakili NPD ketika berhalangan cuti, sakit, sesuai dengan penugasan dari NPD.

2. Deputi mengarahkan verifikasi.

3. Mengarahkan, memantau, kinerja dari consultant. 4. Melakukan tanda tangan cek atas persetujuan

NPD.

5. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan dan evaluasi serta (pengendalian terhadap kinerja program sesuai dengan AWP) merujuk kepada project document.

6. Menyiapkan mengkoordinasikan perencanaan tindak lanjut program.

7. Mengarahkan langsung consultant evaluasi. 8. Mengarahkan PMU.

(46)

Halaman 39 dari 83 3.1.3. Sekretaris National Project Director (SNPD) Tugas sekretaris NPD adalah:

1. Sebagai quality control pelaksanaan program consultan pelaksana dengan AWP.

2. Merekomendasikan kepada NPD/DNPD tentang pelaksanaan program.

3. Melakukan evaluasi kinerja, memantau, menilai kinerja consultan pelaksana.

4. Menyiapkan dokumen perencanaan tindak lanjut program berdasarkan grantd strategy.

5. Melakukan koordinasi dengan PMU dalam rangka sesuai dengan target pencapaian.

6. Mengkoordinasikan dengan staf sekretariat NPD dalam rangka kelancaran program.

3.2. Pejabat Pembuat Komitmen

Menetapkan pengeluaran anggaran dan bertanggungjawab atas tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja pada kegiatan yang bersangkutan

3.3. Pemerintah Daerah

1. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program konservasi energy dan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca di lingkup daerah masing-masing.

2. Menyusun konsep kebijakan Pemerintah Daerah, yang meliputi usulan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Konsep Peraturan Daerah (Perda) yang memuat mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor industry. 3. Merencanakan tindak lanjut pelaksanaan

konservasi energio dan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca di tingkat Daerah.

(47)

Halaman 40 dari 83 4. Melakukan koordinasi dan pembinaan terhadap

manajer energy dan energy action team dalam rangka peningkatan daya saing industry melalui konservasi energy dan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca.

3.4. PMU (Project Management Unit)

PMU memiliki tanggung jawab dalam memonitor, mengevaluasi dan melaporkan seluruh aktivitas kepada NPD/DNPD melalui sekretais NPD selama masa proyek. Pejabat PMU akan berkoordinir dengan PMU dan PIU dalam mengamankan substansi materi selama implementasi proyek.

3.4.1. Tugas Teknis dan Tanggung Jawab PMU

1. Mengembangkan analisis SWOT dari program yang sedang berjalan.

2. Untuk mengevaluasi dengan cara mendapatkan umpan balik, data dan informasi mengenai program dan aktivitasnya.

3. Evaluasi dari program akan menghasilkan informasi yang berguna untuk membantu dalam menentukan lingkup dari program kerja dan area yang membutuhkan perbaikan.

4. Memberikan tujuan Evaluasi yang harus spesifik dan terukur.

5. Untuk mengembangkan dan memonitor rencana kerja dan jadwal program yang cukup terperinci. 6. Membantu NPD dalam memastikan pekerjaan

dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditetapkan.

7. Membantu NPD dalam mengatur kurun waktu yang realistik untuk proyek.

8. Untuk mengevaluasi semua pelaporan dari NMC dan RC selama implementasi dari program.

(48)

Halaman 41 dari 83 9. Mengembangkan laporan evaluasi untuk

keseluruhan aktivitas

3.4.2. Tugas Managemen & Administrasi dan Tanggung Jawab PMU

1. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien dengan NPD dalam semua aktivitas.

2. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien dengan RC dalam aktivitas audit konservasi energi dan emisi.

3. Mempersiapkan template dan panduan teknis untuk monitoring dan evaluasi dari program NPD, PMU, NMC dan RC.

4. Membuat laporan yang ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dilaporkan ke NPD. 3.4.3. Struktur Organisasi PMU

Struktur Project Management Unit, terdiri atas: 1. National Project Manager (NPM)

2. Deputi National Project Manager (DNPM) 3. Administration Officer

4. Financial Officer

5. Asisten dan Supporting Staf

3.4.4. Tugas dan Tanggung Jawab PMU 3.4.4.1. NPM

1. Bertanggung jawab atas kelancaran administrasi dan keuangan program, dalam menjalankan tugasnya PMU dan dibantu oleh deputi dan officer serta asisten.

2. Mengarahkan dan bertanggung jawab pelaksanaan program yang meliputi tata admin dan keuangan yang sesuai dengan UNDP standard dan pemerintah RI.

(49)

Halaman 42 dari 83 4. Memberikan rekomendasi kepada NPD/DNPD

melalui sekretaris NPD mengenai pelaksanaan program, administrasi dan rencana anggaran keuangan sesuai program yang akan dilakukan. 5. Bertanggungjawab terhadap tersedianya laporan

program, laporan administrasi dan keuangan sesuai dengan standard UNDP dan Pemerintah RI (PP No. 2 Tahun 2006);

6. Memberikan laporan progress program, administrasi dan keuangan kepada NPD/DNPD/SNPD.

7. Berkoordinasi dengan NMC, RC dan EC dalam pelaksanaan program dengan sepengetahuan NPD/DNPD/SNPD.

8. Mengkoordinasikan Deputi NPM, Officer dan asisten serta staf pendukung.

9. Bertanggung jawab kepada NPD/DNPD. 3.4.4.2. DNPM

1. Melakukan Check and re-check sebagai bagian dari quality control pelaksanaan program.

2. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program merujuk kepada Letter of Agreement (LoA), Project Document, dan Annual Work Plan (AWP).

3. Menyiapkan rencana tindak lanjut pelaksanaan program;

4. Membantu sebagian tugas NPM, meliputi :

i. Menyiapkan rekomendasi pelaksanaan program.

ii. Mengkoordinasikan dan menyusun laporan program sesuai dengan standar UNDP.

iii. Mengkoordinasikan dan menyusun laporan program sesuai dengan standar PP No. 2 Tahun 2006.

(50)

Halaman 43 dari 83 iv. Berkoordinasi dengan NMC, RC dan EC dalam

pelaksanaan program dengan sepengetahuan NPD/DNPD/SNPD dan NPM.

5. Membantu NPD dalam pelaksanaan tugas lain di dalam pelaksanaan proyek.

6. Mengkoordinasikan Officer serta asisten. 7. Bertanggung jawab kepada NPM.

3.4.4.3. Pejabat Keuangan

1. Membantu NPM dalam penyusunan perencanaan dan pertanggungjawaban anggaran rutin dan program;

2. Menerima alokasi dana untuk keperluan operasional;

3. Menerima, menyimpan, membayarkan uang, dan mempertanggungjawabkan alokasi dana yang ada dalam pengelolaannya;

4. Melaksanakan proses administrasi pembayaran secara efisien, responsif, akurat, transparan, dan akuntabel;

5. Melakukan pengendalian dan pengawasan realisasi anggaran dalam rangka menjaga likuiditas keuangan dalam kondisi sehat;

6. Mengkoordinir dokumen pengeluaran keuangan; 7. Menandatangani dan mempertanggungjawabkan

semua dokumen pengeluaran sesuai dengan AWP; 8. Menyusun SOP Bidang Keuangan

9. Membantu Bendahara dalam pemotongan dan penyetoran pajak sesuai dengan ketentuan Undang-undang perpajakan yang berlaku dan mengoordinasikan laporan.

10. Membantu NPD/DNPD/SNPD dalam pelaksanaan tugas lain di dalam pelaksanaan proyek.

(51)

Halaman 44 dari 83 12. Mengkoordinasikan asisten akuntansi dan asisten

verifikasi.

3.4.4.4. Pejabat Administrasi

1. Menyusun rencana anggaran dan program kerja; 2. Menyusun juklak dan juknis di bidang

Kesekretariatan di PMU;

3. Melaksanakan tata alir surat masuk dan keluar dan mendokumentasikannya;

4. Menyusun laporan pelaksanaan program kerja termasuk jadwal kerja program

5. Mengoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan program termasuk jadwal kegiatan kerja;

6. Memfasilitasi pencatatan dan dokumentasi serta notulensi keputusan rapat;

7. Menyusun SOP Bidang Administrasi dan Program. 8. Membantu NPD/DNPD/SNPD dalam pelaksanaan

tugas lain di dalam pelaksanaan proyek.

9. Bertanggung jawab kepada NPM melalui Deputi NPM.

10. Mengkoordinasikan asisten di bawahnya. 3.4.4.5. PIU (Project Implementation Unit):

Untuk mengamankan substansi materi dari proyek, PMU akan dibantu oleh Project Implementation Units (PIU), meliputi:

1. Direktorat Industri Logam Dasar dan,

2. Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan; Mempunyai tugas :

- Mengkoordinasikan sektor industri dan perusahaan yang dibina;

(52)

Halaman 45 dari 83 - melaksanakan monitoring dan evaluasi

pelaksanaan program sesuai kebutuhan di sektor industri.

1. Balai Besar Logam dan Mesin . 2. Balai Besar Pulp dan Kertas,

Mempunyai tugas :

- Menyusun panduan teknis untuk sektor industri baja dan sektor industri pulp dan kertas.

- Melaksanakan pelatihan sesuai dengan panduan teknis yang disusun.

Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap industri dan RCs merujuk dari panduan teknis yng telah disusun

(53)

Halaman 46 dari 83 Gambar 2. Struktur Organisasi Proyek

(54)

Halaman 47 dari 83 3.5. Konsultan Lapangan

3.5.1. NMC (National Management Consultant):

NMC memiliki tanggung jawab dalam mengkoordinir, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan keseluruhan aktivitas kepada NPD selama masa proyek. NMC akan berkoordinasi dengan PMU dan PIU dalam penerapan substansi materi selama implementasi proyek. NMC akan mengkoordinasikan RC dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi standard dan kinerja program. 3.5.1.1. Tugas dan Tanggung Jawab Teknis NMC

1. Menganalisa data yang berasal dari penilaian energi dan emisi oleh RC dari semua perusahaan terpilih.

2. Menyiapkan baseline mengenai intensitas dan konsumsi energi dari semua perusahaan terpilih. 3. Mempersiapkan baseline dari faktor emisi dari

semua perusahaan terpilih.

4. Melakukan verifikasi terhadap dokumen yang difasilitasi oleh RC. Adapun dokumen-dokumen tersebut, adalah :

i. Data hasil Audit dan Asesmen Energi; ii. Data baseline;

iii. Technology Need Assesment setiap Perusahaan; iv. Bussiness Plan;

v. SOP pelaksanaan No Cost dan Low Cost vi. Pre-Feasibility Study setiap perusahaan;

5. Mengevaluasi Pra-Studi Kelayakan (Pre-FS) untuk semua perusahaan yang telah difasilitasi RC yang melingkupi kemungkinan audit investasi yang potensial.

(55)

Halaman 48 dari 83 6. Menyusun Studi Kelayakan (FS) dan Investment

Grade Audit (IGA) untuk semua dokumen Pre-FS yang telah difasilitasi RC.

7. Memperkirakan potensi penghematan biaya dan energi serta pendapatan dari carbon finance dari kegiatan efisiensi energi berkoordinasi dengan RC dan EC.

8. Menilai kelayakan pengurangan emisi gas rumah kaca di industri terpilih berkoordinasi dengan RC dan EC.

9. Menyusun konsep roadmap pengurangan emisi gas rumah kaca.

10. Melaksanakan dan mempersiapkan pelatihan untuk pengaturan tim penggerak energi (Energy Action Team) di masing-masing perusahaan.

11. Mempersiapkan dan mengembangkan Sistem Manajemen Informasi untuk Energi dan Emisi (SMIEE) yang akan dipublikasikan melalui website Kementerian Perindustrian.

12. Membantu penyusunan rencana kerja tindak lanjut Program ICCTF fase selanjutnya.

13. Finalisasi target pengurangan emisi dan konsep Pilot Project Tanpa Biaya dan Berbiaya Rendah terkait konservasi energi dan pengurangan emisi CO2.

3.5.1.2. Tugas dan Tanggung Jawab Manajemen NMC 1. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien

dengan NPD di semua kegiatan.

2. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien dengan RC dalam kegiatan audit energi dan emisi 3. Mempersiapkan Pedoman Umum dan Pedoman

(56)

Halaman 49 dari 83 4. Mengadakan konsultasi dengan perwakilan dari

industri terpilih dalam rangka menetapkan langkah-langkah yang akan dicapai untuk pengurangan intensitas konsumsi energi dan emisi.

5. Memastikan RC untuk berkomunikasi dengan industri terpilih dalam menilai kemungkinan implementasi Pilot Project Energy Services Company (Tanpa Biaya, Biaya Rendah, Biaya Menengah dan Biaya Tinggi) 6. Membuat laporan tertulis dalam Bahasa Indonesia

dan Bahasa Inggris dan dilaporkan ke NPD melalui PMU.

3.5.2. RC (Regional Consultant)

RC mempunyai tanggung jawab memberikan layanan teknis dalam mengkoordinasi, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan keseluruhan aktivitas di tingkat daerah ke NMC dan NPD. RC harus membangun komunikasi dengan pemerintah daerah mengenai pentingnya program dan mendorong pemerintah untuk berkontribusi dalam keberhasilan program, diharapkan pemerintah daerah dapat berkontribusi dengan menyusun peraturan daerah terkait.

RC didukung oleh Manajer Area dalam mengelola kegiatan di industri terpilih. Manajer Area mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinir implementasi kegiatan berkoordinasi dengan auditor dan fasilitator. Tim auditor dan fasilitator bekerja dengan tim aksi energi di industri terpilih. Manajer Area membantu RC untuk mengkomunikasikan program ini dengan pemerintah lokal dan mengawasi tim fasilitator.

(57)

Halaman 50 dari 83 3.5.2.1. Tugas dan Tanggung Jawab Teknis RC

1. Mengimplementasikan pedoman umum dan pedoman teknis yang disiapkan oleh NPD.

2. Melakukan semua rangkaian audit energi yang terdiri dari audit energi, konservasi energi dan kalkulasi inventarisasi emisi di perusahaan-perusahaan terpilih.

3. Melakukan semua rangkaian audit emisi yang terdiri dari mengumpulkan data emisi dari energi, proses produksi dan limbah yang dihasilkan di perusahaan-perusahaan terpilih.

4. Mengidentifikasi pelaksanaan potensi penghematan energi dan merekomendasikan rencana aksi perusahaan terkait efisiensi energi.

5. Mengidentifikasi dan menghitung emisi gas rumah kaca di perusahaan-perusahaan terpilih.

6. RC bertindak sebagai fasilitator dan pendamping industri untuk membuat dokumen berikut :

i. Data hasil Audit dan Asesmen Energi; ii. Data baseline;

iii. Technology Need Assesment setiap Perusahaan; iv. Bussiness Plan;

v. SOP pelaksanaan No Cost dan Low Cost; vi. Pra-Study Kelayakan setiap perusahaan;

7. Mengorganisir rekomendasi yang dihasilkan dari pelaksanaan efisiensi energi berdasarkan kriteria proyek tanpa biaya, berbiaya rendah, berbiaya menengah dan berbiaya tinggi.

8. Menetapkan tingkat prioritas dari implementasi konservasi energi dan pengurangan emisi lebih lanjut untuk kemudian diikuti dengan pra studi kelayakan. Pra-Studi Kelayakan mengandung

(58)

Halaman 51 dari 83 informasi dan analisis keuangan, tekno ekonomi dan disain teknis.

9. Menyiapkan pelatihan untuk pembentukan Energy Action Team (EAT) di masing-masing perusahaan. Melalui tugas ini, RC perlu mengumpulkan informasi dan hasil audit energy sebelumnya untuk diuji coba di sektor industri yang berbeda dan mengkaji kesesuaian rekomendasi apabila tidak sesuai, RC mengidentifikasi hambatan seperti keterbatasan keuangan.

Untuk mendukung data diatas beberapa informasi berikut harus dikumpulkan, yaitu:

- Langkah-langkah efisiensi energi dan pengurangan emisi CO2 yang sudah diimpelementasikan oleh

industri terpilih.

- Implementasi teknologi baru yang sudah ada maupun yang sedang direncanakan.

3.5.2.2. Tugas dan Tanggung Jawab Managemen RC 1. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien

dengan NPD dan Konsultan (PMU, NMC dan RC) di semua kegiatan.

2. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien dengan industri terpilih di semua tingkatan aktivitas audit

3. Melakukan konsultasi dengan perwakilan dari perusahaan terpilih untuk menentukan rencana aksi perusahaan terkait pengurangan intensitas konsumsi energi dan emisi.

(59)

Halaman 52 dari 83 4. Mengumpulkan semua informasi yang berhubungan

emisi dan energi di perusahaan terpilih.

5. Mempersiapkan laporan berdasarkan format pelaporan yang telah diberikan NMC.

6. Mempersiapkan laporan bulanan perihal kemajuan proyek kepada NMC.

7. Mempersiapkan Pra-Studi Kelayakan untuk masing-masing perusahaan terpilih.

8. Mempersiapkan laporan pengeluaran untuk survey energi dan emisi kepada NPD.

9. Semua laporan audit ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

3.5.3. EC (Evaluation Consultant)

EC mempunyai tanggung jawab melakukan evaluasi kesesuaian antara rencana program dan pelaksanaannya yang dilakukan oleh NMC dan RC untuk masing-masing sektor industri. Berdasarkan Project Document, AWP dan TOR layanan teknis, EC mengkoordinasikan, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan keseluruhan aktivitas di tingkat daerah kepada NMC dan NPD. EC harus membangun komunikasi yang efektif dan efisien dengan NMC dan RC.

3.5.3.1. Tugas dan Tanggung Jawab Teknis EC

Melakukan evaluasi pelaksanaan program sesuai dengan :

1. Rencana dan pelaksanaan program untuk masing-masing sektor industri yang dilakukan oleh NMC dan RC berdasarkan Project Document, AWP dan TOR.

(60)

Halaman 53 dari 83 2. Pelaksanaan pedoman teknis yang disiapkan oleh

NPD di lapangan.

3. Tata cara pelaksanaan audit energi dan konservasi energi & kalkulasi inventarisasi emisi yang dilakukan oleh NMC dan RC.

4. Rekomendasi dan masukan untuk perbaikan. 3.5.3.2. Tugas dan Tanggung Jawab Administrasi EC

1. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien dengan NPD/DNPD/PMU, NMC dan RC.

2. Melakukan evaluasi pelaksanaan program di NMC dan RC untuk seluruh output.

3. Menyiapkan semua laporan dalam Bahasa Indonesia dna Bahasa Inggris .

(61)

Halaman 54 dari 83 BAB IV

PENUTUP

4.1. TRANSPARANSI

Pelaksanaan Kegiatan ICCTF Kementerian Perindustrian secara administratif maupun operasional mengacu kepada:

1. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.

2. Pelaksanaan program yang dibiayai UNDP mengacu kepada Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Kegiatan Hibah UNDP (Project Management Implementation Guideline - PMIG)

Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa mengacu kepada Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 dan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang bertujuan untuk mengatur pelaksanaan pengadaan barang/jasa, untuk yang sebagian atau seluruhnya dibiayai APBN/APBD sehingga pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.

(62)

Halaman 55 dari 83 Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yakni :

 Efisien berarti pelaksanaan program termasuk

pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan.

 Efektif berarti pelaksanaan program termasuk

pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.

 Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai program, pengadaan barang/jasa, administrasi dan kontrak yang dipublikasikan melalui portal resmi Kementerian Perindustrian.

Transparansi dalam pelaksanaan program harus dilaksanakan para pelaku, yaitu dari tingkat National Project Director (NPD), Project Management Unit (PMU) dan dapat diakses oleh semua pihak yang berkepentingan untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan seperti konsep program, kebijakan & keputusan yang dibuat, kegiatan-kegiatan, dana yang diperoleh, dan pihak yang mendapat manfaat dari program.

4.2. AKUNTABILITAS

Selain wajib menerapkan prinsip transparansi, program ini juga menerapkan prinsip akuntabilitas dalam proses

(63)

Halaman 56 dari 83 pengambilan keputusan dan pengelolaan kegiatan serta keuangan. Penerapan prinsip akuntabilitas harus ditaati secara konsisten oleh semua pelaku program, tanpa terkecuali.

Akuntabilitas ini pada dasarnya dapat dilakukan dengan memberikan peluang kepada semua pihak yang berkepentingan untuk melakukan audit, bertanya dan atau menggugat pertanggungjawaban para pengambil keputusan terkait dengan kepentingan umum.

Adapun aktivitas yang akan dilakukan, diantaranya adalah:

a. Konsultasi Publik b. Rapat Koordinasi c. Rapat Bulanan

d. Audit dan Pemeriksaan 4.3. PELAPORAN

Format laporan dan kesimpulan ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang kemudian akan disampaikan kepada NPD. Laporan-laporan tersebut harus dirumuskan sebagai Laporan Khusus yang terdiri atas sebagai berikut:

1. Laporan Triwulan

Informasi yang tertuang dalam laporan triwulan, menjadi dasar bagi program manager untuk melaksanakan:

Update Issues Log.

Pelaporan triwulanan yang disampaikan oleh NPD akan menjadi input dalam sistem ATLAS dalam rangka memutakhirkan Issues Log. Hal ini bertujuan untuk memantau penyelesaian permasalahan (jika ada) yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.

(64)

Halaman 57 dari 83Update Risks Log.

Pelaporan triwulanan juga harus disertakan pada Risks Log yang muktahir sesuai Project Document. Jika ada potensi risiko yang baru ditemukan dan mendapatkan kesepakatan dari Project Board untuk dilaporkan ke UNDP karena akan sangat mempengaruhi pelaksanaan kegiatan, perlu segera dicantumkan dalam sistem ATLAS supaya bisa termonitor dengan baik.

Lessons-learned Log.

Agar proses pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan kegiatan ini perlu dicatat dengan baik untuk perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan program selanjutnya.

2. Laporan Tahunan

Laporan tahunan disusun oleh project/programme manager sesuai arahan NPD dan disampaikan kepada Project Board untuk mendapatkan pengesahan. Format laporan tahunan menggunakan format yang digunakan dalam penyusunan laporan triwulan. Hal ini dimaksudkan agar setiap progres pencapaian kegiatan untuk setiap komponen pada setiap triwulan dapat tercatat secara berlanjut dan dilaporkan, termasuk permasalahan dan pembelajarannya.

Berdasarkan laporan tahunan, Project Board melakukan review atas pelaksanaan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Hasil review dapat menjadi bagian dari laporan akhir kegiatan. Laporan tahunan dan hasil review-nya menjadi salah satu masukan dalam penyusunan rencana kerja tahun berikutnya. Laporan

(65)

Halaman 58 dari 83 tahunan tersebut selanjutnya disampaikan kepada Bappenas, instansi yang bersangkutan dan UNDP.

Dalam hal keuangan kegiatan, seluruh pengeluaran kegiatan selama tahun yang bersangkutan baik dari komponen yang menjadi tanggung jawab NPD maupun UNDP harus dituangkan ke dalam Combined Delivery Report (CDR).

CDR bersumber dari sistem manajemen ATLAS dan mendapatkan pengesahan dari NPD. Pembagian pencatatan bagian pendanaan yang menjadi tanggung jawab NPD harus dipisahkan secara jelas dengan bagian yang menjadi tanggung jawab UNDP.

3. Laporan Akhir Final Report

Setelah kegiatan berakhir, Programme/Project Manager atas supervisi dari NPD menyusun laporan akhir kegiatan. Ruang lingkup laporan ini mencakup substansi pencapaian output kegiatan, permasalahan dan upaya penyelesaian permasalahan tersebut, dan rekomendasi upaya yang harus terus dilaksanakan untuk menjamin keberlangsungan program/proyek. Laporan akhir kegiatan disampaikan kepada semua pihak yang terkait seperti Bappenas, UNDP, instansi yang bersangkutan dan Departemen Keuangan.

(66)

Halaman 59 dari 83 DAFTAR PUSTAKA

Department Pekerjaan Umum. 2010. Pedoman Umum PNPM Perkotaan Dirjen Cipta Karya. Jakarta

P2KP. 2010. Pedoman Pelaksanaan Tata Cara Invoice. Jakarta.

BAPPENAS – UNDP. 2009. Project Management Implementation Guideline / Pedoman Pengelolaan Kegiatan Hibah UNDP. Jakarta

Kementerian Lingkungan Hidup. 2010. Standar Prosedur Operasional Proyek dana Hibah. Jakarta.

(67)

Halaman 60 dari 83 LAMPIRAN A

(68)
(69)

Halaman 62 dari 83 LAMPIRAN B

PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEGIATAN ICCTF DAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

1. Administrasi Keuangan

1.1. Persyaratan umum pengeluaran dana Pengeluaran dana dilakukan apabila memenuhi unsur-unsur berikut:

1. Tujuan pengeluaran sesuai dengan yang telah ditetapkan dan tercakup dalam anggaran yang telah direncanakan. Tujuan pengeluaran harus sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai sebagaimana yang tercantum dalam dokumen rencana alokasi anggaran.

2. Pengeluaran dana harus disetujui oleh NPM, DNPD atau NPD.

3. Pelaksanaan pengeluaran anggaran harus dilaksanakan secara hemat, riil, dan transparan.

1.2. Penyimpanan, pengeluaran dan pelaporan keuangan

1. Penerimaan dan penyimpanan dana dilakukan melalui rekening koran yang dibuka di bank milik Pemerintah dengan menggunakan nama Program ICCTF-MOI.

2. Untuk pencairan dana, FA menerbitkan voucher pembayaran (Surat Perintah Membayar) yang ditanda tangani oleh NPM, diperiksa/review oleh NPD/DNPD atau petugas yang ditunjuk dan disetujui oleh NPD/DNPD sesuai dengan besaran

Gambar

Tabel 4. Keterkaitan Kerangka Kerja Logis
Tabel 5. Tahap Persiapan
Tabel 6. Tahap Pelaksanaan
Table 5. Preparation Steps
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pemeriksaan titik nyala aspal dengan penambahan kadar arang tempurung kelapa sampai dengan 8% masih memenuhi spesifikasi yang disyaratkan untuk aspal penetrasi

Uji aktivitas antimikroba ekstrak etanol rimpang lempuyang pahit terhadap Staphylococcus aureus , Escherichia coli, dan Candida albicans dilakukan dengan metode

I Nyoman Gede Budiana, SpOG(K) sebagai Sekretaris Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, atas segala bimbingan

Menilai pola permintaan untuk proyek-proyek tersebut, terutama proyek jalan, sering merupakan tugas yang sulit karena dalam banyak kasus, permintaan dapat sangat elastis

dilaksnakan dengan bahan dan cara sesuai hasil identifikasi kesulitan (dapat formal atau informal,.. Implikasi Karakteristik Matematika dalam Pencapaian Tujuan Mata Pelajaran

Diumumkan kepada penyedia barang/jasa dengan kualifikasi yang sesuai, bahwa Kantor Pelayanan Air Minum Kabupaten Halmahera Tengah,Propinsi Maluku Utara akan

Kepada peserta lelang apabila ada yang keberatan atas hasil pelelangan, dapat menyampaikan sanggahan secara offline dan online atas proses pelelangan kepada

Sama dengan wanita tidak hamil salama hamil muda, meningkat selama hamil tua.. Sama dengan wanita