• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemberdayaan dan Kebijakan Pemerintah

Terhadap Kinerja Usaha Agroindustri yang Dikelola Kelompok Wanita Tani (KWT)

(Studi Kasus Usaha Agroindustri Kelompok Wanita Tani di Kabupaten Bojonegoro)

Riska Septifani1)*. Imam Santoso 1). Fatma Kurniawati2)

1)

Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Universitas Brawijaya

2)

Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Universitas Brawijaya

*

email:riskaseptifani@ub.ac.id

ABSTRAK

Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan salah satu wadah untuk memberdayakan masyarakat. Hal ini dikarenakan wanita tani berperan penting pada kegiatan agroindustri, sehingga perlu diberdayakan secara optimal. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh kualitas sumber daya manusia (SDM), pemberdayaan dan kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha agroindustri. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dirumuskan pola pemberdayaan yang tepat untuk peningkatan kinerja KWT yang akan berimplikasi pada pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga KWT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square

(PLS). Hasil penelitian menunjukkan pengaruh kinerja usaha agroindustri dapat dimodelkan dengan persamaan Y2 = 0.140 X1 + 0.061 X2 + 0.267 X3 + 0.443 Y1. Variabel kebijakan pemerintah, kualitas SDM dan

pemberdayaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja usaha agroindustri, sedangkan pasar kompetitif berpengaruh positif tidak signifikan. variabel yang mempengaruhi kinerja usaha agroindustri terbesar adalah pemberdayaan. KWT di Kabupaten Bojonegoro juga perlu melakukan pengembangan produk melalui inovasi sehingga dapat bersaing pada pasar kompetitif.

Kata kunci: Agroindustri; Kinerja; KWT; Pemberdayaan; PLS

ABSTRACT

Women farmers group (WFG) is one of ways to empower people. Women farmers give an important role in agroindustry activity, so thatthey must be empowered optimally. The purpose of this research is to know about the effects of human resources quality, empowerment and goverment policy towards agroindustrial business performance. By this research, the appropriate pattern to increase WFG’s performance which can influent their income and welfare. The method in this study uses Partial Least Square (PLS). The result from this research showed influence of agroindustry bussiness performance could be modeled with equation Y2 = 0.140 X1 + 0.061 X2 + 0.267 X3 + 0.443 Y1. Goverments policy variables, human resources quality and empowerment gave significant positive influence toward agroindustry bussiness performance, meanwhile competitive market gave unsignificant positive influence. Variables which influence to agroindustry bussiness performance mostly is empowerment. WFG in Bojonegoro’s city should develop their product with inovation so it can compete in competitive markets.

Keywords: Agroindustry; Performance; WFG; Empowerment; PLS PENDAHULUAN

Perekonomian nasional masih sangat tergantung pada sektor pertanian. Kondisi ini harus didukung dengan adanya keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri. Agroindustri dapat menjadi pintu masuk proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri. Agroindustri yang semakin berkembang akan berimplikasi ada peningkatan produksi hasil olahan pertanian, peningkatan eksport serta penyerapan tenaga kerja.

Dalam rangka menghasilkan produk agribisnis yang berdaya saing tinggi diperlukan tenaga kerja (SDM) yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik. Salah satu faktor penggerak dalam pembangunan pertanian adalah sumber daya manusia dalam hal ini khususnya adalah para wanita tani. Wanita sebagai salah satu sumber tenaga kerja dalam keluarga harus diberdayakan dalam rangka meningkatkan potensi dan kemampuannya.

(2)

Sumberdaya wanita tani merupakan salah satu potensi yang besar dalam menyumbang tenaga kerja pada kegiatan produksi. Pemberdayaan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan memperluas akses terhadap suatu kondisi, hal tersebut untuk mendorong kemandirian yang berkelanjutan (Elizabeth, 2007). KWT merupakan suatu bentuk kelembagaan petani yang para anggotanya terdiri dari para wanita-wanita yang terlibat dalam kegiatan pertanian, khususnya dalam hal ini berperan dalam usaha produktif hasil pertanian (Yaningwati, 2007). KWT dimultifungsikan menjadi media pembelajaran anggota sekaligus proses tukar menukar informasi, pengetahuan dan sikap.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dari itu perlu diketahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kinerja kelompok wanita tani di sektor agroindustri. Beberapa variabel yang perlu diuji adalah kebijakan pemerintah, pasar kompetitif, kualitas SDM, dan pemberdayaan terhadap kinerja usaha KWT. Hasilnya kemudian akan digunakan sebagai upaya perbaikan yang tepat untuk pemberdayaannya sehingga dapat meningkatkan kinerja KWT yang diharapkan akan berpengaruh pada pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga wanita tani.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 hingga April 2015 di beberapa unit usaha agroindustri yang dikelola Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kabupaten Bojonegoro. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Manajemen Agroindustri, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Universitas Brawijaya Malang.

Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara, dokumentasi dan observasi. Target populasi dalam penelitian ini adalah kelompok wanita tani (KWT) di Kabupaten Bojonegoro. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 30 responden yaitu usaha agroindustri yang dikelola oleh KWT di Kabupaten Bojonegoro. Pada penelitian ini penyusunan kuesioner dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert

yang akan dipergunakan berskor 1 sampai 5, dari yang tidak penting sampai terpenting (Wasis, 2006).

Analisis Data

Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Suatu instrument dikatakan valid jika rhitung > rtabel (Gumilar, 2007). Uji validitas terhadap variabel dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for windows.

2. Uji Reliabilitas

Pengukuran reliabilitas terhadap variabel dilakukan dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha. Kriteria yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas adalah besarnya nilai Cronbach Alpha yang berkisar antara 0-1 (Jogiyanto, 2009).

3. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan (Jogiyanto, 2009).

Pengolahan Data dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS)

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS). Pengujian model struktural dalam PLS dilakukan dengan bantuan software SmartPLS ver 2 for windows. Diagram jalur Pengaruh Kebijakan Pemerintah, Pasar Kompetitif dan Kualitas SDM terhadap Pemberdayaan dan Kinerja Agroindustri KWT disajikan pada Gambar 1. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan pemerintah (X1) berpengaruh positif terhadap respon Pemberdayaan (Y1) 2. Pasar Kompetitif (X2) berpengaruh positif terhadap respon Pemberdayaan (Y1) 3. Kualitas SDM (X3) berpengaruh positif terhadap respon Pemberdayaan (Y1)

(3)

4. Kebijakan pemerintah (X1) berpengaruh positif terhadap respon Kinerja Usaha Agroindustri (Y2)

5. Pasar Kompetitif (X2) berpengaruh positif terhadap respon Kinerja Usaha Agroindustri (Y2)

6. Kualitas SDM (X3) berpengaruh positif terhadap respon Kinerja Usaha Agroindustri (Y2) 7. Pemberdayaan (Y1) berpengaruh positif terhadap respon Kinerja Usaha Agroindustri (Y2) HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kelompok Wanita Tani (KWT)

Berdasarkan data kuesioner dan wawancara dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Bojonegoro terdapat 18 KWT. KWT di Kab. Bojonegoro bergerak di berbagai bidang usasa peengolahan produk pangan dan non pangan. Sebagian besar KWT (78% kelompok) menghasilkan produk hortikultura dimana mereka memanfaatkan lahan pekarangan untuk menghasilkan tanaman hortikultura. Produk olahan pangan dikelola oleh 4 kelompok, diantaranya produk tortilla jagung, keripik pisang, keripik singkong, keripik talas, kerupuk puli, sari kedelai, minuman jamu, sirup markisa, kembang goyang, dan rengginang singkong. Produk olahan ini sudah banyak dikenali oleh masyarakat dan sudah didistribusikan ke berbagai daerah di Jawa Timur. Terdapat satu kelompok yang memproduksi produk olahan non pangan, dalam hal ini berupa kerajinan rotan seperti tas rotan, piring rotan, tempat parsel, tempat tisu.

Gambar 1. Diagram Jalur Pengaruh Kebijakan Pemerintah, Pasar Kompetitif dan Kualitas SDM terhadap Pemberdayaan dan Kinerja Agroindustri.

Kendala-kendala yang umumnya dialami oleh KWT di Bojonegoro diantaranya keterbatasan modal usaha, cuaca yang kurang mendukung untuk perkembangan tanaman pertanian serta kurangnya upaya dan pengetahuan terkait pengembangan produk, teknik promosi dan pemasaran sehingga produk yang dihasilkan masih kurang bisa berkembang dengan baik.

Gambaran Umum Responden

Hasil analisis data profil responden yang diperoleh oleh penulis yaitu mayoritas usia anggota KWT diantara 41-50 tahun sebanyak 13 orang (43 %). Semua anggota KWT sudah menikah atau berkeluarga dan mayoritas memiliki dua orang anak sejumlah 17 orang (57 %). Tingkat pendidikan mayoritas anggota KWT adalah SMA sejumlah 18 orang (60%). Tingkat pendapatan responden mayoritas sebesar Rp. 750.000-1.250.000/bulan sejumlah 9 orang (30%).

(4)

Pengujian Instrumen Penelitian

Berdasarkan hasil uji validitas, diketahui bahwa nilai rhitung dari seluruh indikator > rtabel sebesar 0.361. Hal ini berarti bahwa seluruh pertanyaan pada kuesioner mampu mengukur sesuatu yang diukur (valid). Hasil dari uji reliabilitas, dilihat dari nilai Cronbach Alpha seluruhnya memiliki nilai > 0,6, sehingga instrument dalam penelitian ini dikatakan reliabel. Berdasarkan hasil uji linieritas, diketahui semua variabel independen dan variabel dependen mempunyai hubungan yang liniear, karena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0.05.

Hasil Analisis Data dengan Metode PLS Hasil Konstruksi Diagram Jalur

Hasil analisis pengaruh kebijakan pemerintah, pasar kompetitif, kualitas SDM dan pemberdayaan terhadap kinerja usaha agroindustri dapat dilihat pada diagram jalur pada Gambar 2.

Gambar 2. Konstruksi Diagram Jalur Hasil Pemodelan PLS Hasil Pendugaan Parameter

Berdasarkan diagram jalur, dapat dilakukan pendugaan parameter untuk melihat hubungan antara variabel laten dengan indikatornya. Adapun hasil dari analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1 terkait hasil pendugaan parameter diketahui nilai loading factor dari masing-masing indikator adalah > 0.50, berarti indikator layak digunakan dalam penelitian. Seluruh indikator merupakan instrument pengukuran yang baik bagi seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian karena telah signifikan. Indikator dikatakan signifikan jika thitung > ttabel (Esposito, 2010).

Hasil Evaluasi Goodness of Fit

Hasil Evaluasi Goodness of Fit Outer Model

Evaluasi goodness of fit pada outer model dilakukan melalui convergent validity, discriminant validity, dan composite reliability sebagai berikut:

(5)

a. Convergent Validity

Convergent validity merupakan keandalan yang mempersoalkan kemampuan instrumen

dalam mengukur variabel-variabel yang berkorelasi. Hasil uji diperoleh nilai factor loading > 0,6, sehingga konstruk pada penelitian ini sudah valid (Wiyono, 2011).

b. Discriminant Validity

Discriminant validity dalam model pengukuran reflektif indikator dinilai berdasarkan nilai dari factor loading dengan variabel laten harus lebih besar dibandingkan dengan korelasi terhadap variabel laten yang lain (Wiyono, 2011). Berdasarkan hasil pengujian nilai factor loading

menunjukkan bahwa setiap indikator mampu menjelaskan variabel latennya masing-masing dan menunjukkan bahwa semua indikator adalah valid.

Tabel 1. Pendugaan Parameter

Variabel Indikator Outer Loading t-hitung Nilai Rata-rata Responden Kebijakan Pemerintah (X1) X11 0.950 23.991 3.8 X12 0.970* 21.692 3.76 X13 0.918 16.441 3.47 Pasar Kompetitif (X2) X21 0.799 8.659 3.67 X22 0.822 9.344 3.63 X23 0.829* 11.862 3.5 X24 0.772 9.774 3.73 Kualitas SDM (X3) X31 0.612 7.194 4.13 X32 0.931* 12.611 4.06 X33 0.917 13.606 4.1 X34 0.854 11.996 3.63 Pember-dayaan (Y1) Y11 0.902 25.532 3.96 Y12 0.945* 27.031 3.96 Y13 0.839 17.349 3.46 Y14 0.812 22.648 3.7

Kinerja Usaha (Y2)

Y21 0.801 12.403 3.96

Y22 0.844* 18.306 3.96

Y23 0.772 8.076 3.86

Y24 0.831 11.862 3.73

c. Composite Reliability

Composite reliability merupakan uji reliabilitas dalam PLS yang dimana menunjukkan akurasi, konsistensi dari ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran (Wiyono, 2011).

Rule of thumb nilai cronbach’s alpha dan composite reliability yang dapat diterima jika > 0.6 (Jogiyanto, 2009). Hasil uji composite reliability dapat dilihat pada Tabel 2, berdasarkan hasil dapat dinyatakan konstruk yang digunakan telah reliabel.

Tabel 2. Hasil Pengujian Composite Reliability

Variabel Cronbach’c alpha Composite Reliability Kebijakan Pemerintah (X1) 0.941559 0.962644

Pasar Kompetitif (X2) 0.824569 0.881023

Kualitas SDM (X3) 0.849900 0.902382

Pemberdayaan (Y1) 0.897443 0.929334

(6)

Hasil Evaluasi Goodness of Fit Inner Model

Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk setiap variabel laten dependen. Semakin tinggi nilai R2 berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang dilakukan (Yogiyanto, 2009). Menurut Ghozali (2011), suatu konstruk memiliki relevansi prediksi yang baik apabila memiliki nilai Q2 > 0, sebaliknya model tidak memiliki prediktif relevan jika nilai Q2 ≤ 0. Hasil dari evaluasi goodness of fit inner model atau nilai R-Square dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan kedua nilai R-square tersebut dapat dimasukkan ke dalam persamaan Q2 sebagai berikut : Q2 = 1 – (1 - 0.736) (1 - 0.596) = 0.893 = 89.3 %. Hasil dari perhitungan tersebut diperoleh Q-square (Q2) adalah 0.893, sehingga dapat dikatakan nilai Q2 telah memenuhi syarat. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk yang digunakan dalam penelitian memiliki relevansi prediksi baik dan layak digunakan dalam penelitian.

Tabel 3. Nilai R-Square

Variabel R – Square Kebijakan Pemerintah Pasar Kompetitif Kualitas SDM Pemberdayaan 0.736 Kinerja Usaha 0.596 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode resampling bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser dan Stone. Pengujian dilakukan dengan melihat t-hitung, apabila diperoleh t-hitung > 1,960 pada tingkat signifikansi 5% maka disimpulkan signifikan, dan sebaliknya (Ghozali, 2011).

Hasil pengujian hipotesis disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 terkait dengan pengujian hipotesis diketahui bahwa hubungan antara kebijakan pemerintah, pasar kompetitif dan kualitas SDM terhadap pemberdayaan signifikan. Hubungan antara kebijakan pemerintah, kualiatas SDM, pemberdayaan terhadap kinerja usaha signifikan, sedangkan hubungan pasar kompetitif terhadap kinerja usaha tidak signifikan.

Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Statistik Outer Loading

t-hitung t-tabel Keterangan Kebijakan Pemerintah -> Pemberdayaan 0.342 8.972 1.96 Signifikan Pasar Kompetitif->Pemberdayaan 0.371 5.335 1.96 Signifikan Kualitas SDM-> Pemberdayaan 0.440 7.689 1.96 Signifikan Kebijakan Pemerintah-> Kinerja Usaha 0.140 2.271 1.96 Signifikan Pasar Kompetitif-> Kinerja Usaha 0.061 0.575 1.96 Tidak

Signifikan Kualitas SDM-> Kinerja Usaha 0.267 2.490 1.96 Signifikan Pemberdayaan-> Kinerja Usaha 0.443 2.587 1.96 Signifikan Konversi diagram jalur ke dalam persamaan matematis dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan pengaruh antar konstruk yang menghasilkan model persamaan sebagai berikut :

Y2 = 0.140 X1 + 0.061 X2 + 0.267 X3 + 0.443 Y1 + ξ

1. Pengaruh Variabel Kebijakan Pemerintah terhadap Pemberdayaan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel kebijakan pemerintah terhadap pemberdayaan kelompok wanita tani berpengaruh positif signifikan dengan nilai outer loading

sebesar 0. 342. Keadaan ini menunjukkan bahwa perubahan pada kebijakan pemerintah berdampak positif pada pemberdayaan. Indikator dalam kebijakan pemerintah meliputi adanya program

(7)

pelatihan, bantuan modal dan bantuan mesin akan meningkatkan pemberdayaan KWT jika diterapkan dengan baik, sehingga dapat mensejahterakan masyarakat sekitar.

Program kebijakan pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah biasa dilakukan untuk kemajuan Kabupaten Bojonegoro. Namun hingga saat ini belum banyak tampak terjadi perubahan yang signifikan untuk masyarakat di Kabupaten Bojonegoro, keadaan itu dapat dilihat dari masih banyak KWT yang belum dapat mengembangkan usaha yang dijalankan sehingga masih diperlukan upaya yang lebih efektif untuk dapat memajukan dan meningkatkan derajat kehidupan masyarakat di Kabupaten Bojonegoro. Hal inilah yang membuat fungsi pemerintah dalam pemberdayaan masyarakatnya sangatlah penting.

Pembarian bantuan kepada KWT (baik itu berupa modal usaha, mesin, peralatan atau dalam bentuk pelatihan), hendaknya diikuti dengan kegiatan monitoring atau pendampingan guna memastikan bahawa bantuan yang diberikan telah tepat sasaran. KWT dapat memanfaatkan bantuan tersebut secara optimal demi pengembangan usaha.

Bentuk pemberdayaan yang tepat dan efektif untuk masing-masing masyarakat tentu saja berbeda, dengan memperhatikan dari kultur budaya masyarakat setempat serta potensi kemampuan masyarakat dan potensi sumber daya yang ada di daerah tersebut (Ace, 2013).

2. Pengaruh Variabel Pasar Kompetitif terhadap Pemberdayaan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel pasar kompetitif terhadap pemberdayaan kelompok wanita tani berpengaruh positif signifikan dengan nilai outer loading

sebesar 0.371. Kondisi ini menunjukkan adanya pengaruh gaya hidup, keadaan jumlah penduduk, banyaknya pesaing dan tingkat penghasilan masyarakat dapat mempengaruhi peningkatan pemberdayaan. Pemberdayaan usaha kecil sebagai penguatan ekonomi rakyat dapat dilakukan melalui peningkatan aspek pemodalan, kebebasan pasar dan penguasaan teknologi.

Kondisi KWT di Kabupaten Bojonegoro masih dalam taraf perkembangan, sehingga usaha yang dilakukan masih dalam pengenalan pasar. Adanya pasar kompetitif mengakibatkan persaingan yang ketat antar pelaku usaha, sehingga membuat usaha KWT masih sulit untuk bersaing dengan produk yang sudah berkembang. Menurut Panjahitan (2013), pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan membuat UMKM harus mampu mengadapai tantangan global. Persaingan yang kompetitif membuat pemberdayaan ini harus menentukan strategi jitu agar tetap dapat mempertahankan stabilitasnya. Kondisi pasar yang kompetitif ini mengharuskan KWT harus melakukan inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi, serta perluasan area pemasaran. Pemberdayaan ini menjadi wadah bagi KWT untuk tetap mengembangkan kualitas dari usahanya.

3. Pengaruh Variabel Kualitas SDM terhadap Pemberdayaan

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel Kualitas SDM terhadap pemberdayaan kelompok wanita tani berpengaruh positif signifikan dengan nilai outer loading sebesar 0.440. Kondisi itu menunjukkan adanya pendidikan formal, ketrampilan, motivasi dan pengalaman bisnis akan mempengaruhi peningkatan keberhasilan pemberdayaan KWT. Sumberdaya Manusia (SDM) merupakan sumber keunggulan kompetitif yang potensial dalam suatu usaha, karena kompetensi yang dimilikinya berupa intelektualitas, sifat, keterampilan, karakter personal, serta proses intelektual dan kognitif tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain. Keadaan tersebut menuntut pelaku usaha untuk melakukan pengembangan berkesinambungan terhadap kuantitas dan kualitas pengetahuan SDM (Widayanti, 2007).

Pemberdayaan SDM sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas SDM sehingga dapat berperan aktif dalam suatu usaha. Adanya pemberdayaan ini akan memudahkan suatu usaha mampu bersaing dalam pasar kompetitif, karena sudah dilakukan bentuk pelatihan dalam segala aspek yang menunjang (Supriyanto, 2006).

4. Pengaruh Variabel Kebijakan Pemerintah terhadap Kinerja Usaha

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel kebijakan pemerintah terhadap kinerja usaha KWT berpengaruh positif signifikan dengan nilai outer loading sebesar 0.140. Kondisi ini menunjukkan adanya pelatihan, bantuan modal dan bantuan mesin dapat berpengaruh besar terhadap peningkatan kinerja usaha KWT. Adanya peran pemerintah sangat berpengaruh penting

(8)

terhadap peningkatan kinerja usaha KWT. KWT sebagai penggerak perkembangan usaha agroindustri. Pengembangan usaha agroindustri yang dikelola KWT perlu mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh pemerintah, khususnya pemerintah daerah setempat pengembangan agroindustri.

Kondisi KWT di Kabupaten Bojonegoro masih membutuhkan bantuan dari pemerintah, kenyataannya sudah dilakukan akan tetapi masih sangat minim sekali sehingga usaha yang dilakukan tidak dapat berkembang secara berkelanjutan. Keadaan ini sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah sehingga KWT dapat mengembangkan usahanya dengan baik dan lancar dan dapat mensejahterakan para anggota dan masyarakat sekitar. Menurut Fatih (2010), dukungan pemerintah bisa diperoleh secara langsung ataupun tidak langsung. Dukungan secara langsung biasaya melalui pemberian bantuan baik itu modal ataupun peralatan. Dukungan secara tidak langsung dapat berupa pelatihan, penyuluhan. Adanya dukungan pemerintah dapat membantu pengembangan agroindustri yang dijalankan, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat setempat.

5. Pengaruh Variabel Pasar Kompetitif terhadap Kinerja Usaha

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel pasar kompetitif terhadap Kinerja Usaha kelompok wanita tani berpengaruh positif tidak signifikan dengan nilai outer loading

sebesar 0.061. Kondisi ini menunjukkan adanya gaya hidup masyarakat, jumlah penduduk, jumlah pesaing dan tingkat penghasilan masyarakat berpengaruh pada peningkatan kinerja usaha tetapi tidak signifikan. Adanya persaingan pasar yang ketat akan menyulitkan suatu usaha dalam pemasaran produk yang akan mengakibatkan adanya penurunan kinerja usaha baik dari produksi ataupun tenaga kerja. Adanya pasar kompetitif sangat menyulitkan KWT di Kabupaten Bojonegoro untuk dapat bersaing dengan produk yang sudah dikenal dipasar. Perlu adanya pengembangan produk dengan berbagai inovasi sehingga produk bisa diterima di pasar.

Menurut Maharani (2010), perkembangan agroindustri didukung dengan adanya kondisi pasar yang kompetitif. Kondisi itu dapat mengakibatkan adanya persaingan yang bagus sehingga meningkatkan inovasi produk yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas agroindustri. Kenyataan lain yang terjadi pada usaha kecil khususnya dalam hal ini adalah KWT, sangat sulit sekali untuk bersaing pada pasar kompetitif karena produk masih baru dan belum dikenal masyarakat. Kondisi tersebut menjadi perhatian khusus untuk usaha kecil untuk lebih diarahkan pada pengembangan usahanya terlebih dahulu dengan menciptakan inovasi pada produk yang dikelola sehingga dengan keunggulan tersebut dapat mampu bersaing dan dapat menciptakan iklim usaha yang mampu memberikan peningkatan kemampuan dalam mengadopsi teknologi, meningkatkan profesionalisme usaha baik dari aspek manajemen usaha dan kemampuan mengantisipasi adanya peluang pasar.

6. Pengaruh Variabel Kualitas SDM terhadap Kinerja Usaha

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel kualitas SDM terhadap kinerja usaha KWT berpengaruh positif signifikan dengan nilai outer loading sebesar 0.267. Kondisi ini menunjukkan adanya pendidikan formal, ketrampilan, motivasi dan pengalaman kerja akan dapat memengaruhi peningkatan kinerja usaha KWT. Kualitas SDM sangat penting dalam suatu usaha, karena kemampuan SDM yang baik akan mampu meningkatkan produktifitas suatu usaha. Keadaan itu akan membuat suatu usaha dapat berkembang dengan pesat dalam meraih tujuan yang diinginkan. Menurut Indarwanta (2011), pemanfaatan sumber daya manusia untuk pengembangan agroindustri bertujuan untuk mengetahui karakteristik sumber daya manusia sebagai pendukung kegiatan agroindustri. Adanya SDM yang berkualitas dapat meningkatkan kinerja dari usaha agroindustri yang dikelola KWT di kabupaten Bojonegoro sehingga pengembangan usaha agroindustri dapat cepat tercapai.

7. Pengaruh Variabel Pemberdayaan terhadap Kinerja Usaha

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel pemberdayaan KWT terhadap kinerja usaha KWT berpengaruh positif signifikan dengan nilai sebesar 0.443. Kondisi ini menunjukkan adanya sikap disiplin dan tanggung jawab, partisipasi yang baik, usaha agroindustri dan akses sumberdaya dapat mempengaruhi peningkatan kinerja usaha KWT. Pemberdayaan KWT menjadi variabel mediasi untuk meningkatkan kinerja usaha agroindustri. Pemberdayaan KWT yang

(9)

dilakukan dengan baik akan dapat menciptakan produktivitas usaha yang baik pula, sehingga kinerja usaha agroindustrinya dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Menurut Supriyanto (2006), pemberdayaan dalam suatu usaha bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi, terutama yang masih berstatus ekonomi miskin. Sasaran program pemberdayaan dalam suatu usaha adalah meningkatnya kapasitas usaha, meningkatnya ketrampilan pengelolaan usaha dan terselenggarannya kepastian, perlindungan, serta pembinaan usaha. Pemberdayaan KWT yang baik akan menciptakan serta meningkatkan kinerja usaha agroindustri sehingga akan tercipta masyarakat yang sejahtera khususnya di daerah Kabupaten Bojonegoro.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja usaha dapat dilihat pada model persamaan Y2 (kinerja usaha agroindustri) = 0.140 X1 (kebijakan pemerintah) + 0.061 X2 (pasar kompetitif) + 0.267 X3 (kualitas SDM) + 0.443 Y1 (pemberdayaan).

2. Variabel kebijakan pemerintah, kualitas SDM dan pemberdayaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja usaha dengan dengan ttabel (1.96) pada tingkat signifikansi 5%, sedangkan variabel pasar kompetitif memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja usaha

Saran

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa variabel pasar kompetitif berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja usaha agroindustri, maka variabel pasar kompetitif perlu menjadi bahan perhatian dari KWT ataupun peneliti selanjutnya. Adanya pasar kompetitif mengharuskan anggota KWT untuk lebih meningkatkan inovasi produk yang dikelola agar dapat tetap bisa bersaing dan memperoleh peluang pasar yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ace, Lingga Sari. 2013. Fungsi Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Kabupaten Lingga (Studi Pada Kelompok Usaha Bersama (Kube) Di Kecamatan Lingga).

Jurnal Program Studi Ilmu Pemerintahan 1(1).

Elizabeth, R. 2007. Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender Mainstreaming dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Perdesaan. Forum Penelitian Agro Ekonomi 25(2). Esposito, V. Chin, W. Henseler, J. dan Wang, H. 2010. Handbook of Partial Least Square.

Springer Hieldelberg Dordrecht. London.

Ghozali, I. 2011. Structural Equation Modelling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square Edisi 1. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gumilar, I. 2007. Metode Riset Untuk Bisnis & Manajemen. Utama. Bandung.

Indarwanta, D dan Pujiastuti, E. 2011. Kajian Potensi (Studi Kelayakan) Pengembangan Agroindustri di Desa Gondangan kecamatan Jogonalan Klaten. Jurnal Administrasi Bisnis

8(2).

Jogiyanto dan Willy, A. 2009. Konsep dan Aplikasi PLS (Patial Least Square) untuk Penelitian Empiris. BPFE. Yogyakarta.

Maharani E. Edwin S dan Kusumawaty, Y. 2010. Strategi Pengembangan Agroindustri Nata De Coco di Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal Ekonomi Agroindustri 1(1).

Panjaitan Y. Nasution B dan Siregar, M. 2013. Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro. Kecil Dan Menengah Dalam Pasar Bebas Asean-China Free Trade Area. Jurnal Hukum

Ekonomi. Volume 2. Nomor 1.

Sarwono, J. 2010. Pintar menulis karya Ilmiah : Kunci Sukses dalam Menulis Ilmiah. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Supriyanto. 2006. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (Umkm) Sebagai Salah Satu Upaya Penanggulangan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan 3(1).

(10)

Wasis, S. 2006. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Widayanti, E. 2007. Perencanaan Sumberdaya Manusia Yang Efektif: Strategi Mencapai

Keunggulan Kompetitif. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan. Volume 7. Nomor 2. Hal : 105-114.

Wiyono, G. 2011. Merancang Penelitian Bisnis dengan Alat Analisis SPSS 17.0 dan SmartPLS 2.0. UPP SIM YKPN. Yogyakarta.

Yaniongwati, F.2007. Pemberdayaan SDM Perempuan pada Sektor Agribisnis. Jurnal Administrasi Bisnis 1(1).

Gambar

Gambar 1. Diagram Jalur Pengaruh Kebijakan Pemerintah, Pasar Kompetitif dan Kualitas SDM  terhadap Pemberdayaan dan Kinerja Agroindustri
Gambar 2. Konstruksi Diagram Jalur Hasil Pemodelan PLS  Hasil Pendugaan Parameter
Tabel 1. Pendugaan Parameter
Tabel 3. Nilai R-Square

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan memberikan metanil yellow peroral dengan dosis bertingkat selama 30 hari untuk melihat perubahan mikroskopis gaster mencit

Salah satu kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan adalah kegiatan promosi, promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk

Apabila di dalam periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai menurun dan penurunan tersebut dapat dikaitkan secara objektif kepada peristiwa yang terjadi setelah

Masa nifas dimulai sejak bayi dilahirkan dan setelah plasenta keluar dari rahim, kemudian berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil berlangsung sejak

Penggunaan daun gamal (Gliricidia sapium), guna mempercepat kematangan buah pisang Raja Sere dan Emas yang dilakukan Yulianingsih dan Dasuki (1989), menyatakan bahwa daun gamal

Maka pada penelitian ini yang akan diteliti adalah pengaruh iklan di media sosial instagram dan reference group terhadap keputusan pembelian produk fashion casual pada

Hasil penelitian diperoleh bahwa, (1) Sistem takaran yang digunakan oleh pedagang bahan bakar minyak pertalite eceran di Kota Palangka Raya adalah menggunakan botol (2)

Jenis penelitian ini mengunakan penelitian lapangan ( field reseach), yaitu peneliti, langsung melakukan penelitian di lapangan untuk memperoleh informasi