• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN KETIGA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOISASI HUTAN KONSERVASI DALAM RANGKA GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAGIAN KETIGA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOISASI HUTAN KONSERVASI DALAM RANGKA GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004

TANGGAL : 22 JULI 2004

BAGIAN KETIGA

PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOISASI HUTAN KONSERVASI DALAM RANGKA

GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan untuk terwujudnya kelestarian tipe-tipe ekosistem, sumberdaya alam hayati didalamnya serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung optimalisasi fungsinya, antara lain dilakukan dalam bentuk penetapan keterwakilan tipe ekosistem tersebut sebagai hutan konservasi (Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru).

Kondisi hutan konservasi di beberapa lokasi saat ini telah mengalami degradasi, dan telah menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati, serta menurunnya kualitas habitat tumbuhan dan satwa liar, yang mengganggu keseimbangan lingkungan dan fungsi hutan konservasi. Untuk memulihkan kondisi tersebut, perlu adanya upaya rehabilitasi pada hutan konservasi.

Penyelenggaraan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 349/Kpts-II/2003, dirasakan belum cukup mengatur penyelenggaraan rehabilitasi di hutan konservasi. Oleh karena itu agar kegiatan rehabilitasi dapat terlaksana dengan baik, maka perlu disusun Pedoman Pembuatan Tanaman Reboisasi Hutan Konservasi.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud disusunnya pedoman ini adalah tersedianya aturan sebagai acuan atau dasar pelaksanaan rehabilitasi di hutan konservasi bagi para pelaksana, dengan tujuan agar pelaksanaan rehabilitasi di hutan konservasi dapat berjalan secara tertib dan efektif.

C. Batasan/Pengertian

(2)

1. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu , yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang terdiri dari Kawasan Hutan Suaka Alam (KSA), Kawasan Hutan Pelestarian Alam (KPA) dan Taman Buru (TB). 2. Kawasan Hutan Suaka Alam (KSA) adalah hutan dengan ciri khas tertentu,

yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan yang terdiri dari Cagar Alam (CA) dan Suaka Margasatwa (SM).

3. Kawasan Hutan Pelestarian Alam (KPA) adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, yang terdiri dari Taman Nasional (TN), Taman Wisata Alam (TWA) dan Taman Hutan Raya (Tahura).

4. Taman Buru (TB) adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu.

5. Reboisasi hutan konservasi adalah kegiatan perbaikan habitat dengan melakukan penanaman pada bagian kawasan Suaka Margasatwa, Taman Nasional selain di dalam zona inti, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya dan Taman Buru yang mengalami kerusakan.

6. Pemeliharaan tanaman adalah kegiatan yang dilakukan setelah selesai penanaman berupa kegiatan penyulaman dalam jumlah per satuan luas sesuai dengan standar hasil yang ditentukan dan dilakukan dalam kurun waktu dua tahun.

7. Pengamanan tanaman adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi berbagai gangguan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, kebakaran, satwa, ternak, hama dan penyakit, guna mendapatkan tanaman yang berkualitas dalam jumlah per-satuan luas sesuai dengan standar hasil yang ditentukan dan dilakukan dalam kurun waktu dua tahun setelah selesai penanaman.

8. Pembinaan habitat adalah kegiatan berupa pemeliharaan/perbaikan lingkungan tempat hidup satwa dan atau tumbuhan dengan tujuan agar satwa dan tumbuhan tersebut dapat terus hidup dan berkembang secara dinamis dan seimbang melalui pengkayaan jenis dan pengendalian tanaman pesaing.

9. Bibit merupakan suatu tanaman muda yang berasal dari benih, stek atau cabutan anakan pohon jenis asli/endemik.

10. Jenis asli/endemik adalah jenis pohon yang pernah tumbuh dan atau masih ada, dan berkembang di lingkungan wilayah kawasan tersebut berada.

11. Suksesi alami adalah proses regenerasi ekosistem yang diserahkan kepada alam khususnya penanggulangan faktor pengganggu dengan disertai campur tangan manusia secara terbatas.

(3)

D. Sasaran

Sasaran kegiatan rehabilitasi di hutan konservasi adalah areal yang rusak pada kawasan Suaka Margasatwa, Taman Nasional (di luar zona inti), Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya dan Taman Buru.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Pembuatan Tanaman Reboisasi Hutan Konservasi meliputi rancangan teknis, pelaksanaan pembuatan tanaman, pemeliharaan tanaman, pengamanan tanaman, pembinaan dan pengendalian serta pelaporan.

(4)

BAB II RENCANA TEKNIS A. Rancangan Kegiatan

1. Rancangan kegiatan memuat rancangan kegiatan fisik dan biaya, yang dituangkan dalam buku rancangan dan dilampiri dengan peta rancangan kegiatan.

2. Rancangan kegiatan fisik menguraikan secara rinci mengenai :

a. Lokasi, yaitu provinsi, kabupaten, DAS/Sub DAS, Wilayah Konservasi, status kawasan, unit/blok penanaman, yang dituangkan dalam risalah lapangan dan peta lokasi (skala 1:250.000 /skala 1:100.000).

b. Uraian kegiatan, meliputi jenis kegiatan, cara pembuatan, risalah fisik lapangan, target luas, volume/jumlah dan jenis tanaman/bangunan, input fisik (sarana produksi) bahan, peralatan kerja, pemeliharaan tanaman dan bangunan, sarana-prasarana kerja (gubug kerja, jalan hutan/inspeksi) tenaga kerja, pelaksana kegiatan dan jadwal waktu. c. Gambar dan peta rancangan sebagai acuan pelaksanaan di lapangan.

Gambar rancangan memuat gambar bangunan (design/bestek bangunan), pola tanam (sistem pertanaman: campuran, sejenis, tata letak) dan peta rancangan yang memuat situasi lapangan, batas luar dan batas petak tanaman, batas alam, letak tanaman (tegakan sisa dan baru), jalan masuk (angkutan bibit), jalan inspeksi dll. Skala peta disesuaikan dengan jenis kegiatan masing-masing (skala 1:1.000 / skala 1:10.000).

3. Rancangan Anggaran Biaya (RAB) memuat uraian secara rinci mengenai kebutuhan biaya per jenis pekerjaan dan jumlah biaya keseluruhan yang didasarkan pada rancangan fisik dan harga satuan dari setiap komponen pekerjaan.

4. Rancangan masing-masing kegiatan secara spesifik menyesuaikan dengan kegiatan, satuan, target, dan kondisi setempat.

B. Penyusunan Rancangan

Pembuatan tanaman didasarkan pada perencanaan yang dituangkan dalam rancangan teknis rehabilitasi hutan konservasi.

Materi yang dituangkan dalan rancangan teknis tersebut meliputi : 1. Target luas (letak/lokasi, peta kerja skala 1 : 10.000 atau 1: 20.000). 2. Jenis dan jumlah tanaman (jumlah tanaman sudah termasuk bibit untuk

penyulaman T-0).

3. Jenis dan jumlah tanaman untuk pemeliharaan T+1 dan T+2. 4. Pembiayaan (dituangkan dalam Rencana Anggaran Biaya). 5. Ketersediaan dan kebutuhan tenaga kerja.

(5)

6. Pengangkutan bibit (termasuk mekanisme/proses pengangkutan bibit dari tempat pembibitan – penampungan sementara - lokasi penanaman. 7. Pengadaan sarana dan peralatan kerja.

8. Organisasi pelaksana pembuatan tanaman.

9. Pembersihan lapangan pada areal yang akan ditanami (bukan berarti harus land clearing).

10. Pengukuran batas lokasi, tata letak, blok-blok tanaman, jalan hutan dll. 11. Pembuatan lobang tanaman.

12. Pemasangan ajir pada areal (lubang) tanaman yang telah dibuat sesuai penyebaran tanaman.

13. Model rehabilitasi dapat dilaksanakan melalui pola cemplongan/piringan, jalur dll.

C. Organisasi Pelaksana Penyusunan Rancangan

Organisasi pelaksana penyusunan rancangan pembuatan tanaman reboisasi hutan konservasi adalah sebagai berikut :

1. Penanggungjawab/Pengesah Kepala Balai KSDA untuk kawasan Suaka Margasatwa dan Taman Wisata Alam serta Kepala Balai Taman Nasional untuk kawasan Taman nasional.

2. Penyusun, Aparat/petugas yang ditunjuk oleh Kepala Balai KSDA untuk kawasan Suaka Margasatwa dan Taman Wisata Alam serta oleh Kepala Balai Taman Nasional untuk kawasan Taman nasional.

3. Penilai, kepala Balai Pengelolaan DAS. D. Tahapan Penyusunan Rancangan

1. Mengumpulkan bahan, data dan menganalisa data.

Hasil pengumpulan data, pengolahan dan analisa data beberapa diantaranya dituangkan dalam gambar dan peta.

2. Mengadakan orientasi lapangan, perisalahan lokasi, pengukuran dan pemancangan batas areal tanaman.

3. Pengolahan dan analisa data, serta menyusun draft rancangan dan sketsa lapangan pembuatan tanaman reboisasi.

4. Mengadakan rapat koordinasi dengan instansi/lembaga terkait untuk membahas draft rancangan.

5. Memperbaiki rancangan yang telah dibahas menjadi draft I.

6. Draft I dinilai oleh Pejabat Instansi berwenang melalui rapat koordinasi dengan instansi/lembaga terkait.

7. Naskah dan peta rancangan diperbaiki menjadi draft final. 8. Pengesahan rancangan oleh pejabat yang berwenang.

(6)

9. Perubahan dalam rancangan dapat dilakukan sesuai prosedur penyusunan, dan merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dengan rancangan semula sesuai dengan bidang/kegiatannya.

E. Hasil Kegiatan

Hasil kegiatan perencanaan teknis adalah buku rancangan rehabilitasi hutan konservasi dilampiri peta yang diperlukan dan telah dinilai oleh Kepala Balai Pengelolaan DAS, dan telah disahkan oleh Kepala Balai KSDA/TN.

Buku rancangan teknis pembuatan tanaman rehabilitasi dalam rangka Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan disusun dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut :

1. Judul : RANCANGAN …. (kegiatan yang sesuai) ….

GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TAHUN ... Lokasi : ……….. Luas : ……… Desa : ………... Kecamatan : ………... Kabupaten : ……… Provinsi : ……… DAS/Sub DAS : ………... 2. Format :

a. Bentuk : Buku, ukuran A4/folio, memanjang (landscape) b. Warna sampul : Orange

c. Penyajian : Uraian, tabel/daftar, diagram, gambar bagan/pola tanam, gambar konstruksi, peta rancangan, peta lokasi/peta situasi

3. Muatan : Rancangan Fisik dan Rancangan Biaya (RAB) 4. Naskah Rancangan KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Dasar Penyusunan II. KEADAAN LOKASI KEGIATAN

A. Biofisik

(7)

2. JenisTanah 3. Topografi 4. Hidrologi 5. Penutupan Lahan/Vegetasi 6. Fauna B. Sosial Ekonomi 1. Demografi 2. Mata pencaharian 3. Tenaga kerja

III. RENCANA TEKNIK DAN PERLAKUAN A. Rencana Fisik Tanaman B. Pola Tanam

C. Jadwal Waktu Pelaksanaan D. Rencana Kebutuhan Biaya LAMPIRAN

Ø Gambar/design konstruksi Ø Peta rancangan.

(8)

BAB III PEMBUATAN TANAMAN A. Perencanaan

Pembuatan tanaman didasarkan pada perencanaan yang dituangkan dalam rancangan teknis rehabilitasi hutan konservasi yang disusun sesuai dengan rancangan teknis pembuatan tanaman reboisasi hutan konservasi yang telah dibuat.

B. Penyediaan Bibit 1. Melalui Pihak Ketiga

Penyediaan bibit dalam rangka penyelenggaraan reboisasi hutan konservasi dilakukan oleh pihak ketiga yang diatur melalui petunjuk pelaksanaan tersendiri, dengan jenis dan kualitas bibit yang diusulkan oleh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam/Taman Nasional sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Persyaratan Bibit

1) Bibit dari Cabutan/Puteran :

a) Asal bibit dari dalam kawasan yang bersangkutan atau dari tempat lain dengan bibit sejenis yang ada (pernah ada) dalam kawasan, yang merupakan satu kesatuan ekosistem (bioregion).

b) Sehat, berbatang tunggal dan leher akar berkayu. c) Ukuran bibit cabutan minimal 40 cm.

d) Tidak satu jenis (heterogen).

e) Perlakuan bibit cabutan untuk siap tanam (menggunakan polybag atau media lainnya).

f) Pemupukan (pupuk organik) bila dilakukan penyemaian. 2) Bibit dari persemaian :

a) Benih/stek yang merupakan jenis asli/endemik. b) Sehat berbatang tunggal dan leher akar berkayu.

c) Ukuran bibit siap tanam berasal dari benih minimal 30 cm. d) Ukuran bibit siap tanam berasal dari stek minimal 25 cm dari

pangkal tunas

e) Tidak satu jenis (heterogen).

f) Perlakuan bibit untuk siap tanam (polybag atau lainnya). g) Pemupukan (pupuk organik).

(9)

3) Persyaratan Tempat Penampungan Sementara Bibit :

a) Lokasi terletak pada atau dekat dengan lokasi penanaman dan dekat dengan sumber air.

b) Tersedia naungan alam/buatan dan topografi datar. c) Aksesibilitas memadai (lokasi mudah dijangkau). d) Pengamanan dan pemeliharaan mudah dilakukan. 2. Mekanisme Penerimaan Bibit dari BP DAS

Bibit dinilai oleh Tim Independen Penilai Bibit di Tempat Penampungan Sementara dengan disaksikan oleh petugas dari BP DAS dan Balai KSDA/TN selanjutnya dituangkan dalam berita acara penilaian bibit. Pelaksanaan penilaian bibit dilakukan minimal 2 (dua) minggu setelah bibit tiba di Tempat Penampungan Sementara.

Bibit yang belum diserah terimakan kepada Kepala Balai KSDA/TN pemeliharaan dan pengamanannya menjadi tanggung jawab Pihak Ketiga. Bibit yang telah lulus seleksi oleh Tim Independen Penilai Bibit diserahkan oleh Kepala BP DAS kepada Kepala Balai KSDA/TN, selanjutnya dituangkan dalam berita acara serah terima sesuai jenis dan jumlah yang memenuhi syarat.

Kepala Balai KSDA/TN berhak menolak bibit yang diserahkan oleh BP DAS, apabila tidak sesuai dengan jenis, jumlah dan kriteria/standar yang telah ditetapkan dalam juklak.

C. Pelaksanaan Pembuatan Tanaman

1. Kriteria Kawasan yang Perlu Direhabilitasi

a. Lokasi tidak dalam sengketa/konflik hak kepemilikan lahan (land tenure).

b. Lokasi bebas dari gangguan manusia dan ternak.

c. Persentase kerusakan minimal 5 % dari luas fungsi kawasan/zona pada taman nasional; kerusakannya kompak/terkonsentrasi; areal yang terbuka bukan berupa padang penggembalaan; serta tidak tersedia anakan pohon yang memungkinkan terjadinya suksesi secara alami.

d. Diusulkan oleh Kepala Balai KSDA/Balai TN. 2. Pembuatan Tanaman

a. Persiapan

1) Penyediaan bahan, peralatan, perlengkapan kerja dan tenaga kerja.

2) Pembersihan jalur/piringan rencana tanam tanpa menebang pohon yang telah ada.

(10)

4) Distribusi bibit dari tempat penampungan bibit ke lokasi penanaman. dan menempatkannya menurut arah larikan atau lubang penanaman.

5) Persiapan sebagaimana butir a, b, c dan d mengacu pada dokumen rancangan yang telah disahkan.

b. Penanaman

1) Melepas polybag dari media tanaman dengan hati-hati (polybag dikumpulkan dan dibawa ke luar kawasan).

2) Meletakkan bibit dan media pada lobang tanaman yang telah diberi pupuk organik.

3) Penimbunan lobang tanaman dengan tanah sampai lebih tinggi dari permukaan tanah dan pemasangan ajir pada tanaman. c. Pemeliharaan Tahun Berjalan (T-0)

Pemeliharaan tahun berjalan meliputi pemeliharaan bibit cadangan untuk penyulaman, penyiangan, penyulaman dan pengamanan : 1) Penyiangan pertama dilakukan pada antara + 15 – 30 hari setelah

bibit ditanam sekaligus melakukan monitoring fisik tanaman (prosen tumbuh tanaman).

2) Penyulaman dilakukan setelah penyiangan pertama untuk mengganti tanaman yang mati/tidak tumbuh sehat apabila tanaman yang tumbuh kurang dari 55 %.

3) Penyiangan kedua dilakukan antara 15-30 hari setelah penyulaman disesuaikan dengan kondisi setempat.

4) Pengamanan dilakukan setelah bibit ditanam untuk mencegah dan menanggulangi berbagai gangguan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, kebakaran, satwa, ternak, hama dan penyakit dalam kurun waktu berjalan.

3. Pelaksana

a. Dilaksanakan secara swakelola oleh BKSDA/BTN dengan melibatkan masyarakat setempat apabila tersedia tenaga kerja penanaman disekitar kawasan.

b. Dilaksanakan melalui kepeloporan TNI pada daerah yang sulit didapatkan tenaga kerja/jauh dari pemukiman penduduk yang diharapkan menjadi sumber tenaga kerja.

(11)

BAB IV

PEMELIHARAAN TANAMAN A. Jangka Waktu Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman rehabilitasi di hutan konservasi dilakukan pada : 1. Pemeliharaan tahun pertama (T+1)

2. Pemeliharaan tahun kedua (T+2) B. Komponen Pekerjaan

1. Pemeliharaan Tahun Pertama dan Kedua a. Penyulaman,

Bibit yang digunakan minimal berukuran sama atau lebih tinggi dari bibit yang telah ditanam untuk menyamakan pertumbuhan tanaman. Untuk tahun ke 1 dan 2 dilaksanakan pada awal musim penghujan. Apabila prosentase hidup tanaman kurang dari 55 %, maka perlu dilakukan penyulaman/penanaman ulang.

b. Penyiangan dan Pendangiran,

Penyiangan secara manual dilakukan melalui pendangiran piringan tanah sekitar tanaman. Sisa semak/tumbuhan hasil penyiangan harus ditempatkan diposisi yang benar (ditanam), diupayakan agar dapat cepat membusuk dan tidak rawan kebakaran. Kegiatan ini termasuk memusnakan tanaman pengganggu dan tanaman eksotik/asing (invasive species) dalam rangka pengendalian hama dan penyakit

C. Pengamanan

Pengamanan dilakukan untuk melindungi tanaman dari gangguan manusia, satwa, ternak, dan kebakaran, antara lain melalui :

1. Peningkatan patroli dan pengawasan secara periodik di areal tanaman.

2. Melakukan pembersihan areal tanaman dari bahan yang mudah

terbakar/pembuatan sekat bakar.

3. Dalam pengamanan dan pembuatan sekat bakar pada areal tanaman dapat melibatkan masyarakat.

(12)

BAB V

PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PELAPORAN A. Pembinaan dan Pengendalian

Pembinaan dan pengendalian dilakukan melalui :

1. Bimbingan teknis dilakukan oleh Kepala Balai KSDA/TN terhadap pelaksaan kegiatan penanaman.

2. Monitoring fisik tanaman dilakukan secara periodik dimulai setelah 15 hari penanaman oleh Kepala Balai KSDA/TN atau petugas yang ditunjuk. B. Monitoring

Untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan pelaksanaan reboisasi/rehabilitasi di hutan konservasi dalam rangka Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/Gerhan) perlu dilakukan monitoring dalam bentuk pengawasan :

1. Pengawasan intern dijalankan oleh unsur pelaksana kegiatan, misalnya; Balai Taman Nasional, Balai KSDA, atau pelaksana lainnya.

2. Pengawasan ekstern; pengawasan yang dilakukan oleh pihak di luar organisasi pelaksana, misalnya oleh tim dari Ditjen PHKA atau Ditjen RLPS.

C. Evaluasi

Kegiatan pelaksanaan reboisasi/rehabilitasi di hutan konservasi dalam rangka Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/Gerhan) dinilai berhasil bila prosentase tanaman yang tumbuh cukup tinggi, yaitu diatas 55 % dan bisa menutupi areal yang sebelumnya terbuka.

D. Pelaporan

Laporan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi di hutan konservasi dilaksanakan oleh Balai TN/KSDA setiap triwulan, semester dan akhir tahun, disampaikan kepada Dirjen PHKA dan Dirjen RLPS, dengan ditembuskan kepada instansi terkait di daerah.

(13)

BAB VI PENUTUP

Pedoman Pembuatan Tanaman Reboisasi Hutan Konservasi ini merupakan panduan dalam penyelenggaraan pembuatan tanaman reboisasi hutan konservasi kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RHL/Gerhan). Diharapkan pedoman ini diacu oleh semua pihak yang terkait guna kelancaran dan keberhasilan dalam penyelenggaraan pembuatan tanaman penghijauan kota kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

Hal-hal yang belum cukup diatur secara teknis agar diatur lebih lanjut oleh satker pelaksana di daerah sebagai penjabaran lebih lanjut dan tidak bertentangan dengan pedoman ini.

MENTERI KEHUTANAN

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan

kepada Kelompok Kerja ULP sesuai jadwal yang ditetapkan. 8) Peserta dapat menyampaikan Dokumen Penawaran Sayembara. melalui pos/jasa pengiriman dengan ketentuan sudah

[r]

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. © Nurul Yanti 2016

Pengamatan jumlah serangga penyerbuk kelapa sawit dilakukan dengan mengamati jumlah SPKS yang keluar dari satu tandan yang telah disungkup.. Pengamatan jumlah kumbang yang keluar

[r]

Mutual Fund Name : REKSA DANA SIMAS PENDAPATAN TETAP ANDALAN Custodian Bank : BANK CIMB NIAGA TBK, PT. Mutual Fund Type :

Tanggal Penyerahan SKD (DGT1) atau DGT2 Tahap Kedua 30 Mei 2017.