• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBELAJARAN DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PEMBELAJARAN DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

18

BAB II

PEMBELAJARAN DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran bermakna sebagai “upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan”. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian pembelajaran, diantaranya:

a. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

b. Menurut UU SPN No. 20 tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.1

1 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Cet. Ke-2 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

(2)

c. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager, pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

d. Menurut Miarso, pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain.

Guru dapat membimbing, membantu dan mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar agar memiliki pengetahuan dan pemahaman berupa pengalaman belajar, atau suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi tercapainya suatu kegiatan belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang memadai.2

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.3

2 Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu: Untuk

Meningkatkan Profesionalitas Guru (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hlm. 6.

3

Fadhillah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, & SMA/MA, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 171.

(3)

2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan tersebut.

Banyak pengertian yang diberikan para ahli tentang tujuan pembelajaran, diantaranya:

a. Robert F. Mager (1962) memberikan pengertian tujuan pembelajaran sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.

b. Edward L.Dejnozka dan David E. Kapel (1981) juga Kemp (1977) yang memandang tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. c. Menurut Fred Percival dan Henry Ellington (1984) bahwa tujuan

pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.

Dari beberapa pengertian tujuan pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli dapat dirumuskan bahwa tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.4

4

(4)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, diantaranya:

a. Siswa

Siswa sering diistilahkan sebagai peserta didik, murid, pelajar, anak didik, dan sebagainya. Pada hakikatnya, siswa adalah manusia yang memerlukan bimbingan belajar dari orang lain yang mempunyai suatu kelebihan. Oleh karena itu karakteristik siswa yang sangat penting diketahui oleh pendidik dan pengembang pembelajaran karena sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran.

b. Pendidik

Pendidik sering disebut juga pengajar, guru, dosen, pembimbing. Pada hakikatnya pendidik adalah seseorang yang karena kemampuannya dan kelebihannya diberikan pada orang lain melalui proses yang disebut pendidikan.5

Guru dalam proses pembelajaran hanyalah berperan sebagai fasilitator dan salah satu sumber belajar bagi peserta didik. Jadi, dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didiklah yang harus lebih aktif untuk mendapatkan pengetahuan baru pada saat pembelajaran.6 Selain itu, guru bukan hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya akan tetapi juga berperan sebagai pengelola pembelajaran.

5 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi (Jogjakarta :

Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 85-92.

6

(5)

c. Sarana dan Prasarana

Sarana adalah sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Di samping itu, kelengkapan sarana dan prasarana juga akan memudahkan siswa dalam belajar.7 d. Lingkungan

Lingkungan merupakan kondisi tempat lembaga pendidikan itu berada. Situasi akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran meliputi keadaan masyarakat (iklim, keadaan alam pegunungan/dataran tinggi, dataran rendah atau pesisir dan sebagainya). Sementara kondisi berkaitan dengan tempat lembaga pendidikan tersebut berada. Misalnya di tengah kota, kota besar, kota kecil, dekat pasar, dekat masjid, perkampungan dan sebagainya.8

7

Wina Sanjaya, Media Komunikasi pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 22-23.

8

(6)

4. Komponen-komponen Pembelajaran

Proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi. Komponen-komponen tersebut antara lain: a. Tujuan

Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran. Tujuan merupakan komponen yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran yang akan mewarnai corak anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosialnya.9

b. Materi pelajaran

Materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Dalam kondisi semacam ini, maka penguasaan materi pelajaran oleh guru mutlak diperlukan. Guru perlu memahami secara detail isi materi pelajaran yang harus dikuasai siswa, sebab peran dan tugas guru adalah sebagai sumber belajar.10

c. Kegiatan belajar mengajar

Kegiatan belajar mengajar menentukan sejauhmana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator dan motivator, sehingga guru harus dapat memahami dan

9 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), hlm. 48.

10

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Cet. Ke-3 (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 205.

(7)

memperhatikan aspek individual anak didik dalam hal biologis, intelektual dan psikologis.

d. Alat

Alat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran dan memperjelas bahan pengajaran yang diberikan guru atau yang dipelajari siswa.

e. Sumber belajar

Sumber belajar merupakan bahan atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan bagi peserta didik.11

f. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan komponen yang juga memiliki fungsi yang sangat menentukan. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat diimplementasikan melalui metode yang tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan bermakna. Oleh karena itu, setiap guru perlu memahami secara baik tentang peran dan fungsi metode dalam pelaksanaan pembelajaran.12

g. Evaluasi

Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, akan tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran.

11 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm.

33-34.

12

(8)

Melalui evaluasi, kita dapat melihat kekurangan dalam pemanfaatan berbagai komponen pembelajaran.13

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan”, yang mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan pada mulanya berasal dari bahasa Yunani yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada

anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa

Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti

pendidikan.14 Selanjutnya kata pendidikan ini dihubungkan dengan agama Islam dan menjadi mata pelajaran wajib di setiap lembaga pendidikan.

Berdasarkan UUSPN No. 2/1989 pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat antara lain pendidikan agama. Dalam penjelasannya dinyatakan bahwa pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan

13

Ibid, hlm. 206.

14

(9)

antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.15

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Zakiah Darajat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islalm secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan

15

Muhaimin et al, Paradigma Pendidikan Islam, Cet. Ke-3 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 75.

(10)

mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.16

Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu sebagai berikut:

a. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam.

b. Pendidik atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam. c. Kegiatan (pembelajaran) pendidikan agama Islam diarahkan untuk

meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti, kualitas atau kesalehan pribadi itu diharapkan mampu memancar ke luar dalam hubungan keseharian dengan manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama (sesama muslim) ataupun yang tidak seagama (hubunan dengan nonmuslim), serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga

16

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 130.

(11)

terwujud persatuan dan kesatuan nasional dan bahkan persatuan dan kesatuan antarsesama manusia.17

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.18

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjeng pendidikan yang lebih tinggi. Berbicara tentang pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.19

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam bertujuan untuk membentuk perilaku dan kepribadian

17 Muhaimin et al, Paradigma Pendidikan Islam, Op., Cit, hlm. 76. 18

Muhaimin et al, Paradigma Pendidikan Islam, Op., Cit, hlm. 78.

19

(12)

individu sesuai dengan prinsip-prinsip dan konsep Islam dalam mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai landasan pencapaian tujuan pendidikan nasional.20

3. Metode Pendidikan Agama Islam

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.21

Metode adalah salah satu komponen pembelajaran yang memiliki fungsi yang sangat menentukan karena keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh metode. Oleh karena itu, setiap guru perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dalam proses pembelajaran.22

Seorang guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang menarik dan menyenangkan untuk peserta didik. Untuk menciptakan suasana kelas tersebut diperlukan metode yang mendukung dalam pembelajaran. Untuk itu guru dituntut untuk dapat memilih metode yang tepat dan baik untuk digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat menarik, menyenangkan, dan menantang bagi peserta didik.23

20 Ibid, hlm. 162.

21 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Op., Cit, hlm. 193.

22 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Cet. Ke-3 (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.

206.

23

(13)

Berikut ini beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan, antara lain:

a. Metode ceramah

Ceramah merupakan cara yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan. Metode ini bagus jika penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media, serta memerhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode ceramah adalah isi ceramah mudah diterima dan dipahami serta mampu menstimulasi murid untuk mengikuti dan melakukan sesuatu yang terdapat dalam isi ceramah.24

b. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.

c. Metode diskusi

Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu masalah. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Diskusi bukanlah debat yang bersifat adu argumentasi, tapi

24

(14)

lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.

d. Metode simulasi

Simulasi dapat diartikan sebagai cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. Yang termasuk jenis simulasi adalah sosiodrama dan role playing.25

e. Metode tugas dan resitasi

Metode tugas dan resitasi adalah suatu cara mengajar di mana seorang guru memberikan tugas - tugas tertentu kepada peserta didik, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan peserta didik mempertanggungjawabkannya. Pertanggungjawaban itu dapat dilaksanakan dengan cara:

a) Dengan menjawab test yang diberikan oleh guru b) Dengan menyampaikan kembali di depan kelas c) Dengan cara tertulis.26

Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok, menumbuhkan kebiasaan untuk belajar mencari dan menemukan, serta mengembangkan keberanian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri.

25 Ibid, hlm. 197-208. 26

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Cet. Ke-4 (Jakarta : Kalam Mulia, 2005), hlm. 293.

(15)

f. Metode tanya jawab

Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic karena pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Metode tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang berpikir siswa dan membimbingnya dalam mencapai atau mendapatkan pengetahuan. g. Metode kerja kelompok

Metode kerja kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil.

Satu kelompok sebaiknya bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan agar kelompok-kelompok tersebut tidak berat sebelah (ada kelompok yang baik dan ada kelompok yang kurang baik).27

h. Metode card short

Card sort merupakan metode yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran. Metode card sort ini memberdayakan peserta didik untuk aktif dengan menggunakan otak untuk menemukan konsep dan memecahkan

27

(16)

masalah yang sedang dipelajari, di samping itu untuk menyiapkan mental dan melatih keterampilan fisik peserta didik.28

i. Metode match card

Metode match card adalah metode pembelajaran dengan cara mencari pasangan dan mencocokkan kartu indeks yang telah diberikan oleh guru. Caranya: Guru membuat potongan kertas yang berisi soal dan jawaban. Kemudian soal dan jawaban tersebut dibagi kepada seluruh siswa dan siswa disuruh untuk mencari pasangannya yang sesuai.29

4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup materi pendidikan agama Islam, yaitu : a. Al-Qur’an dan hadits

b. Aqidah/Keimanan

c. Fiqih, yang mencakup unsur : ibadah, syariah dan muamalah d. Akhlak

e. Tarikh (sejarah kebudayaan) Islam.30

Berdasarkan ruang lingkup materi di atas, maka kemampuan dasar yang harus dicapai oleh siswa di Sekolah Menengah Umum, yaitu:

a. Dapat membaca, menulis, dan memahami ayat al-Qur’an serta mengetahui hukum bacaannya dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

28 Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN Malang, 2008), hlm.

180.

29 Hisyam Zaini dkk, Strategi pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Insan Madani, 2008),

hlm. 67

30

(17)

b. Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun iman yang lain dengan mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

c. Memahami sumber hukum dan ketentuan hukum Islam tentang ibadah,

muamalah, mawaris, munakahat, jenazah, dan mampu

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

d. Terbiasa berperilaku dengan sifat-sifat terpuji, menghindari sifat-sifat tercela, dan bertatakrama dalam kehidupan sehari-hari.

e. Dapat meneladani sifat, sikap, dan kepribadian Rasulullah, sahabat, dan tabi’in serta mampu mengambil hikmah dari sejarah perkembangan Islam dan mengamalkannya dalam hidup sehari-hari.31

5. Evaluasi Pendidikan Agama Islam

Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual-religius peserta didik. pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam.32

31 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op., Cit, hlm. 148. 32

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 53.

(18)

Jenis-jenis evaluasi pendidikan Islam meliputi: a. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran.

b. Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu caturwulan, semester, atau akhir tahun.

c. Evaluasi penempatan

Evaluasi penempatan yaitu evaluasi yang bertujuan untuk menempatkan anak didik pada tempat yang sebenarnya sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan keadaan anak sehingga anak tidak mengalami hambataan dalam mengikuti pelajaran.

d. Evaluasi diagnostik

Evaluasi diagnostik yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil analisa tentang keadaan anak didik baik berupa kesulitan atau hambatan dalam situasi belajar maupun untuk mengatasi hambatan tersebut.

Teknik evaluasi pendidikan Islam ada dua, yaitu: a. Tes

Tes digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik yang mencakup pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar mengajar.

(19)

Ditinjau dari pelaksanaannya, tes terdiri atas:

a) Tes lisan. Pada tes ini peserta didik mendapat pertanyaan secara lisan yang harus dijawab secara lisan pula. Jumlah peserta boleh lebih dari satu, dengan pertanyaan diajukan secara bergiliran.

b) Tes tertulis. Tes tertulis biasanya berbentuk karangan. b. Non tes

Non tes dilaksanakan untuk mengetahui aspek sikap dan kepribadian peserta didik yang meliputi perbuatan, tingkah laku dan lain sebagainya. Ditunjau dari pelaksanaannya, non tes dapat dilakukan dengan wawancara, pengamatan atau kuesioner.33

Evaluasi yang dilakukan guru harus memperlihatkan 3 ranah, yaitu: Pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Misalnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, penilaiannya harus menyeluruh pada aspek, kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada aspek kognitif meliputi seluruh materi pembelajaran (al-Qur’an, keimanan, akhlak, dan ibadah). Aspek afektif sangat dominan pada materi pembelajaran akhlak. Aspek psikomotorik sangat dominan pada materi pembelajaran ibadah dan membaca al-Qur’an.34

33

Ibid., hlm. 60.

34

Referensi

Dokumen terkait

Studi Pendahuluan menjelaskan beberapa tahap rancangan yang juga merupakan studi litelatur dan wawancara yang akan dilakukan pada sistem. a) Kebutuhan data yang

Pembangkit listrik ini bisa menghasilkan daya 50 kilowatt atau cukup untuk 600 kepala keluarga, dengan masing-smasing keluarga memakai daya listrik 450 watt.Inovasi dari

(2) Penyaluran Dana Desa tahap II untuk BLT Desa bulan kedelapan sampai dengan bulan kedua belas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf b angka

Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Diponogoro Nomor 8 Palembang dengan fokus penelitian adalah Efektifitas Penyajian Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi

Gambar 6 Pengaruh kelembaban relatif di sekitar stup terhadap aktivitas terbang di kedua jenis stup sebelum (a) dan setelah introduksi koloni baru (b) Aktivitas terbang di kedua

Seperti juga yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa istilah Learo atau learu sama dengan padanan kata “pepat” atau “memepat” yang berarti membuat rata (dikerat,

Pramila, model pasinaon snowball throwing kalihan media audio visual saged ngindhakaken proses kalihan kasil pasinaon kaprigelan maos endah sekar macapat

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Gastón A. Giordana, 2017) Variabel Net Stable Funding Ratio menyatakan bahwa Net Stable Funding Ratio tidak berpengaruh terhadap