• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PELAYANAN KEPADA PENGUNJUNG OBYEK WISATA CURUGSEWU KABUPATEN KENDAL DITINJAU DARI ASPEK PELAYANAN INFORMASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PELAYANAN KEPADA PENGUNJUNG OBYEK WISATA CURUGSEWU KABUPATEN KENDAL DITINJAU DARI ASPEK PELAYANAN INFORMASI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PELAYANAN KEPADA PENGUNJUNG OBYEK WISATA CURUGSEWU KABUPATEN KENDAL DITINJAU DARI ASPEK PELAYANAN

INFORMASI Henny Wijaya

Dosen Manajemen Kepariwisataan Sekolah Tinggi Pariwisata Satya Widya Surabaya

Jl. Bendul Merisi Utara VIII/23 Surabaya Email : henny.wijaya.sby@gmail.com

Abstract :

Kendal District has several tourist attractions such as Curugsewu Waterfall, Sendang Sekucing Beach, Beach of Light, and so on. The potential of many and varied tourism should be introduced to the community so that the existing tourist attraction in the District of Kendal can be better known by the wider community. In order for many people to know about the tourist objects in Kendal District, Kendal District has an institution known as Tourist Information (TI). Problems that exist and become an obstacle in improving the service to visitors in Curugsewu tourism object of Kendal regency not yet optimal information service aspect to tourists. Therefore, the problem can be formulated "How important is the existence of Tourist Information in Curugsewu tourism object, and how to optimize it". This research uses descriptive qualitative methodology which analyzed by SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats) method to know the strength, weakness, opportunity, and threat faced by Tourist Information Curugsewu tourism object. Based on the research results can be concluded that the existence of Tourist Information Curugsewu tourism object which is one of nature conservation-based attractions, so as to provide information to tourists who are educational. In addition, the existence of Tourist Information can increase tourist visits to attractions Curugsewu, and is expected to be encouragement for the perpetrators of tourism and society to improve the quality of service to tourists.

Key word : Information Services, Tourist Information, Nature Tourism Object

Abstrak

Kabupaten Kendal memiliki beberapa daya tarik wisata antara lain Air Terjun Curugsewu, Pantai Sendang Sekucing, Pantai Cahaya, dan sebagainya. Potensi-potensi wisata yang banyak dan beragam tersebut harus diperkenalkan kepada masyarakat agar daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Kendal dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas. Agar banyak orang yang mengetahui tentang obyek-obyek wisata di Kabupaten Kendal, maka Kabupaten Kendal mempunyai sebuah lembaga yang dikenal dengan nama Tourist Information (TI). Permasalahan yang ada dan menjadi kendala dalam peningkatan pelayanan kepada pengunjung di obyek wisata Curugsewu Kabupaten Kendal belum optimalnya aspek pelayanan informasi kepada wisatawan. Oleh karena itu, permasalahan dapat dirumuskan “Seberapa pentingnya keberadaan Tourist Information di obyek wisata Curugsewu, dan bagaimana mengoptimalkannya”. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif kualitatif yang dianalisis menggunakan metode analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk mengetahui factor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh Tourist Information obyek wisata Curugsewu. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keberadaan Tourist Information di obyek wisata Curugsewu yang merupakan salah satu obyek wisata alam yang berbasis konservasi, sehingga dapat memberikan informasi

(2)

kepada wisatawan yang bersifat edukasi. Selain itu, keberadaan Tourist Information dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke obyek wisata Curugsewu, serta diharapkan menjadi penyemangat bagi para pelaku pariwisata dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap wisatawan.

Kata kunci: Pelayanan Informasi, Tourist Information, Obyek Wisata Alam

PENDAHULUAN

Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang memiliki berbagai macam daya tarik wisata,seperti pemandangan alam, budaya, dan kerajinan tangan buatan masyarakat. Daya tarik wisata Jawa Tengah memiliki obyek wisata alam yang indah, Candi Borobudur dan Keraton Solo yang eksotis, keindahan panorama dataran tinggi Dieng, serta keindahan obyek wisata lainnya yang barada di beberapa Kabupaten wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Kendal memiliki beberapa daya tarik wisata antara lain Air Terjun Curugsewu, Pantai Sendang Sekucing, Pantai Cahaya, Agrowisata Tirto Arum, dan sebagainya. Potensi-potensi wisata yang banyak dan beragam tersebut harus diperkenalkan kepada masyarakat agar daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Kendal dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas. Sebagaimana kita ketahui bahwa potensi wisata yang banyak dikenal oleh wisatawan adalah wisata yang terletak hanya di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya. Sedangkan Kabupaten Kendal juga mempunyai potensi yang lebih besar dari pada kota-kota besar tersebut. Obyek wisata Curugsewu sebagai salah satu daerah tujuan wisata alam di Kabupaten Kendal yang keberadaannya cukup potensial untuk tempat Wisata, diharapkan dapat mengangkat nama Kabupaten Kendal sejajar dengan daerah lain yang telah memiliki obyek wisata unggulan. Masih banyak obyek-obyek wisata di Kabupaten Kendal yang belum diketahui oleh wisatawan di luar dari wilayah Kabupaten Kendal. Kegiatan pariwisata dilakukan apabila seseorang mempunyai motivasi untuk melakukan suatu perjalanan. Motivasi tersebut diperoleh ketika dia mendapatkan suatu informasi yang menarik tentang suatu obyek wisata. Oleh sebab itu, agar banyak orang yang mengetahui tentang obyek-obyek wisata di Kabupaten Kendal, maka Kabupaten Kendal mempunyai sebuah lembaga yang dikenal dengan nama Tourist Information (TI). Tourist Information merupakan badan atau lembaga yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata di Kabupaten Kendal. Lembaga TI ini bekerja di bawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kendal. Di setiap obyek wisata yang ada di Kabupaten Kendal diharapkan terdapat Tourist Information (TI) untuk memberikan pelayanan informasi kepada wisatawan.

Permasalahan yang ada dan menjadi kendala dalam peningkatan pelayanan kepada pengunjung di obyek wisata Curugsewu Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah ditinjau dari aspek pelayanan informasi, antara lain: (1) Prasarana yang berupa kantor Tourist Information (TI) yang masih belum memadai; (2) Sarana yang terdiri dari petugas kantor, guide, serta kelengkapan peralatan kerja yang belum lengkap. Oleh karena itu, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Seberapa pentingnya keberadaan Tourist Information di obyek wisata Curugsewu; (2) Bagaimana upaya peningkatan informasi kepada pengunjung ditinjau dari aspek pelayanan informasi. Batasan dalam penelitian ini adalah peningkatan pelayanan kepada pengunjung di obyek wisata Curugsewu, ditinjau dari aspek pelayanan informasi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk peningkatan pelayanan kepada pengunjung obyek wisata Curugsewu ditinjau dari aspek pelayanan informasi, yaitu: Mengidentifikasi pentingnya pengaruh keberadaan Tourist Information di

(3)

obyek wisata Curugsewu. Selain itu, juga bertujuan untuk mengevaluasi optimalisasi terhadap pelayanan kepada pengunjung yang ditinjau dari aspek pelayanan informasi. Manfaat atau kegunaannya adalah dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan saran, rekomendasi kepada pengelola obyek wisata Curugsewu.

TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata

Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 2009 pasal 1 ayat 4, “Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi, serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara, serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pengusaha”. Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 2009 pasal 1 ayat 1, “Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara”. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang bersifat sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain untuk menikmati perjalanan tersebut, untuk rekreasi, melihat dan menyaksikan atraksi wisata di tempat lain atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam untuk menikmati keseluruhan panorama alam. Menurut Yoeti (2003), Pariwisata berasal dari dua kata, yakni “Pari dan Wisata”. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan, Wisata diartikan sebagai perjalanan atau bepergian. Dengan demikian, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain.

Usaha Daya Tarik Wisata

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 1 ayat 5, “Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan”. Daya tarik wisata harus dikelola sedemikian rupa agar terjamin keberlangsungannya dan kesinambungannya. Dalam melakukan perjalanan wisata, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestic, memerlukan serangkaian jasa dan produk wisata. Jasa dan produk wisata disebut Komponen Pariwisata dan disediakan oleh pihak pengusaha, masyarakat atau siapapun juga yang berminat.

Komponen Pariwisata terdiri dari: (1) Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna (daya tarik wisata alam); (2) Daya tarik wisata buatan manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya dan tempat hiburan; (3) Daya tarik wisata budaya merupakan daya tarik wisata yang berdasarkan pada mozaik tempat, tradisi, kesenian, upacara tradisi suku bangsa, yang mereflesikan keanekaragaman (diversity) dan identitas (karakter) dari suku bangsa atau masyarakat setempat. Dengan demikian, usaha daya tarik wisata dapat diartikan sebagai usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan manusia. Dimana kegiatannya meliputi membangun dan mengelola obyek dan daya tarik wisata beserta prasarana dan sarana yang diperlukan.

(4)

Bentuk-bentuk Pariwisata

Menurut Nyoman S. Pendit (2006), bentuk-bentuk pariwisata ini dapat dibagi menurut kategori sebegai berikut: (1) Menurut asal wisatawan, yaitu pariwisata domestic dan pariwisata internasional; (2) Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, di mana kedatangan dan kepergian wisatawan dari luar negeri akan mempengaruhi neraca pembayaran luar negeri suatu Negara yang dikunjunginya; (3) Menurut jangka waktu, dimana kedatangan wisatawan diperhitungkan menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau Negara yang bersangkutan; (4) Menurut jumlah wisatawan, terdiri dari pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan; (5) Menurut alat angkut yang dipergunakan oleh wisatawan, terdiri dari: pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api, dan pariwisata mobil.

Jenis-jenis Pariwisata

Menurut Nyoman S. Pendit (2006), jenis-jenis pariwisata dapat dibedakan sebagai berikut: (1) Wisata Budaya, (2) Wisata Kesehatan, (3) Wisata Olah Raga, (4) Wisata Komersial, (5) Wisata Industri, (6) Wisata Politik, (7) Wisata Konvensi, (8) Wisata Sosial, (9) Wisata Pertanian, (10) Wisata Maritim (Bahari), (11) Wisata Cagar Alam, (12) Wisata Buru, (13) Wisata Pilgrim, (14) Wisata Bulan Madu, (15) Wisata Petualangan. Semua jenis-jenis wisata tersebut dapat dikembangkan menjadi lebih baik, tergantung dengan perkembangan dunia pariwisata di suatu daerah atau Negara, serta tergantung dari sumber daya manusia yang akan mengembangkan dan membangunnya.

Pariwisata Lingkungan (Ekowisata)

Pariwisata lingkungan atau yang disebut dengan Ekowisata, merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata khusus. Menurut Janianton Damanik dan Helmut F. Weber (2006), pariwisata lingkungan biasa disebut dengan ekowisata. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah, Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Menurut TIES dalam Damanik (2006), disebutkan bahwa beberapa prinsip Ekowisata dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata; (2) Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di daerah tujuan wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya; (3) Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan dan konservasi obyek wisata; (4) Memberikan keuntungan ekonomi secara langsung bagi keperluan konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan; (5) Memberikan keuntungan ekonomi dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai local; (6) Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuam wisata; (7) Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak asasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata. Beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan wisatawan untuk memilih produk-produk ekowisata, yaitu: (1) Aspek pendidikan dan informasi; (2) Aspek sosial budaya daerah tujuan wisata; (3) Aspek lingkungan; (4) Aspek estetika; (5) Aspek etika dan reputasi.

(5)

Tourist Information

Tourist Information adalah badan atau lembaga yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada wisatawan yang berkunjung ke suatu obyek wisata. Tujuan dari adanya Tourist Information, antara lain: (1) Memberikan informasi kepada wisatawan, (2) Memasarkan atraksi wisata yang ada di obyek wisata, dan (3) Membuat laporan tentang data kunjungan wisatawan dan melaporkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Sedangkan, manfaat dari Tourist Information, antara lain: (1) sarana promosi potensi wisata yang dapat disebarkan kepada masyarakat luas, baik secara nasional maupun internasional, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi; (2) Memberikan informasi yang mudah diakses tentang tujuan wisata, obyek wisata yang menarik, sarana yang tersedia seperti transportasi, produk wisata dan sebagainya. Pelayanan informasi adalah pelayanan yang diberikan oleh petugas informasi tentang informasi yang dibutuhkan oleh wisatawan. Manfaat dari pelayanan informasi adalah agar dapat mengatur pengunjung yang datang ke obyek wisata. Hal ini, diperlukan karena untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak unsur obyek wisata yang dikunjungi, maupun yang dapat mengganggu ketenangan pengunjung dalam berwisata, mengingat arus kunjungan yang datang cenderung akan lebih meningkat.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (Descriptive Research). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial/alam secara sistematis, faktual, dan akurat (Wardiyanta, 2006). Gambar 1 menunjukkan tentang alur penelitian, dimana terlihat bahwa untuk pengambilan data, digunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden, kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis SWOT untuk mengidentifikasi strategi yang akan dilakukan guna meningkatkan pelayanan kepada pengunjung obyek wisata Curugsewu di Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah.

Gambar 1 Alur penelitian

Tempat penelitian ini adalah Tourist Information di obyek wisata Curugsewu Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah. Populasi dalam

(6)

penelitian ini adalah seluruh pengunjung yang datang ke Tourist Information obyek wisata Curugsewu Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2012, yaitu sebanyak 747 orang. Sedangkan teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Hal ini digunakan karena distribusi populasi mendekati normal, variasinya tidak terlalu besar, dan populasinya mendekati finite. Ukuran sampel (n) ditentukan dengan menggunakan pendekatan formula Sevilla. Berdasar perhitungan dengan menggunakan formula Sevilla dengan nilai kesalahan 0.10, maka jumlah sampel (n) adalah sebanyak 99,8 orang atau dibulatkan menjadi 100 responden.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka (Perdana, 2007). Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data/informasi yang diperoleh dari sumber primer, yakni yang asli, informasi dari tangan pertama atau responden melalui metode survey langsung. Data sekunder yaitu data atau informasi yang diperoleh tidak secara langsung dari responden, tetapi dari pihak ketiga melalui dokumentasi data yang diperoleh dari pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kendal, literature dan buku-buku yang terkait dengan penelitian. Data sekunder tersebut berupa data tentang Tourist Information yang berada di bawah naungan pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kendal. Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan: (1) Studi Pustaka, (2) Survei Pendahuluan, (3) Studi Lapangan, dengan menggunakan teknik Pengamatan, Wawancara, Dokumentasi, Daftar Pertanyaan/ Kuesioner. Setelah data terkumpul, maka data dianalisis dengan cara penelitian deskriptif, yaitu menjelaskan secara sistematis dan terperinci mengenai gambaran umum peningkatan pelayanan kepada pengunjung di obyek wisata Curugsewu, Kabupaten Kendal, ditinjau dari aspek pelayanan informasi.

Analisis SWOT

Setelah data diperoleh dari pengelola obyek wisata Curugsewu dan dari wisatawan yang menjadi responden, maka dilanjutkan dengan mengolah dan menganalisis data dengan menggunakan metode analisis SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi Kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) dengan melihat kondisi yang ada disuatu obyek wisata. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari obyek wisata dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung maupun yang tidak mendukung dalam mencapai tujuan.

Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matriks SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana Kekuatan (Strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari Peluang (Opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi Kelemahan (Weaknesses) yang dapat mencegah keuntungan (advantage) dari Peluang (Opportunities) yang ada. Selanjutnya, bagaimana Kekuatan (Strengths) mampu menghadapi Ancaman (Threats) yang ada, dan bagaimana cara mengatasi Kelemahan (Weaknesses) yang mampu membuat Ancaman (Threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

Cara menyusun formulasi strategis adalah dengan menggunakan hasil analisis SWOT, yaitu dengan menggabungkan berbagai indikator yang terdapat

(7)

dalam Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman. Model penggabungannya menggunakan TOWS matriks, seprti yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 TOWS Matriks

Gambar 2 menjelaskan tentang formulasi strategis dalam analisis SWOT. S-O Strategies adalah strategi yang disusun dengan cara menggunakan semua kekuatan untuk merebut peluang. W-O Strategies adalah strategi yang disusun dengan cara meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada. S-T Strategies adalah strategi yang disusun dengan cara menggunakan semua kekuatan untuk mengatasi ancaman. W-T Strategies adalah strategi yang disusun dengan cara meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Obyek wisata Curugsewu berada di Desa Curugsewu, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, Propinsi Jawa Tengah. Nama obyek wisata Curugsewu diambil dari nama desa tempat obyek wisata tersebut berada, yaitu Desa Curugsewu yang tepatnya berada di wilayah Kecamatan Patean. Obyek wisata Curugsewu berjarak 40 kilometer dari kota Kendal, berada di atas ketinggian 650 m dpl. Obyek wisata Curugsewu berada di kawasan konservasi Hutan Perhutani KPH Kendal, sehingga kawasan ini dilindungi oleh Perum Perhutani, sesuai dengan pasal 78 ayat 12 Undang-Undang no.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, maka para wisatawan yang berkunjung wajib mematuhi peraturan yang ada di obyek wisata Curugsewu. Kawasan ini juga bisa dimanfaatkan sebagai obyek wisata alam yang bersifat edukasi.

Gambaran Umum Tourist Information di Obyek Wisata Curugsewu

Obyek wisata Curugsewu telah dilengkapi dengan prasarana yang dapat menunjang pelayanan informasi terhadap wisatawan, berupa Tourist Information. Tourist Information merupakan sebuah pelayanan informasi pariwisata non komersial yang bekerja di bawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kendal subbidang pemasaran, seperti yang tertuang dalam Undang-undang no 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, dimana “Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta keamanan dan keselamatan bagi wisatawan”. Dengan membawa nama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kendal, Tourist Information di obyek wisata Curugsewu diharapkan dapat membawa citra yang baik dalam melakukan pelayanan dengan memberikan informasi kepada pengunjung dan mempromosikan obyek wisata Curugsewu agar wisatawan berminat untuk berkunjung ke obyek wisata Curugsewu.

Tourist Information obyek wisata Curugsewu didirikan pada tahun 2012. Tourist Information ini berlokasi di dalam obyek wisata Curugsewu, tidak jauh dari pintu masuk obyek wisata. Tourist Information berfungsi untuk memberikan informasi kepada para pengunjung di obyek wisata Curugsewu. Tourist

(8)

Information di obyek wisata Curugsewu belum berfungsi secara maksimal, karena terbatasnya jumlah petugas yang bertugas untuk memberikan informasi kepada wisatawan pariwisata Curugsewu.

Tourist Information di obyek wisata Curugsewu didirikan sebagai sub unit kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kendal. Tugas Tourist Information antara lain adalah: (1) Memberikan informasi kepada wisatawan melalui brosur-brosur atau informasi yang diperoleh langsung dari petugas informasi. Saat ini, informasi sangat mudah diperoleh; (2) Memasarkan atraksi wisata yang ada di obyek wisata Curugsewu, (3) Membuat laporan tentang data kunjungan wisatawan dan melaporkan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Berdasar laporan tersebut, maka dapat diketahui jumlah wisatawan yang memanfaatkan jasa pelayanan Tourist Information di obyek wisata Curugsewu, serta dapat juga diketahui kenaikan atau penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata Curugsewu.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Analisis SWOT. Gambar 3 menunjukkan formulasi strategic matriks SWOT. Terlihat bahwa, factor internal terdiri dari Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses) yang dimiliki oleh Tourist Information obyek wisata Curugsewu. Sedangkan, factor eksternal terdiri dari Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) yang dihadapi oleh Tourist Information obyek wisata Curugsewu.

Internal Kekuatan (Strengths) 1.Tourist Information

merupakan usaha jasa pelayanan informasi milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Kendal yang keberadaannya sangat penting untuk memberikan informasi kepada para pengunjung obyek wisata Curugsewu.

2.Pelayanan jasa yang diberikan oleh Tourist Information tidak dipungut biaya, sehingga para pengunjung yang datang tidak enggan untuk mencari informasi di Tourist Information

yang ada pada obyek wisata Curugsewu.

3.Letaknya berada di obyek wisata Curugsewu yang merupakan salah satu obyek wisata alam yang berbasis konservasi, sehingga dapat memberikan informasi kepada wisatawan yang bersifat edukasi.

Kelemahan (Weaknesses) 1. Petugas Tourist

Information hanya dapat bekerja untuk

memberikan informasi saat ada pengunjung yang datang ke Tourist Information. Karena keterbatasan faktor tersebut membuat Tourist Information hanya dapat berfungsi pada saat pengunjung datang untuk bertanya atau mencari informasi

2. Kurangnya kesadaran masyarakat akan manfaat keberadaan Tourist Information dalam memberikan informasi tentang obyek wisata Curugsewu.

3. Tidak lengkapnya sarana (petugas kantor, guide, brosur, dan peralatan kerja) dan prasarana (kantor Tourist Information).

4. Terbatasnya kemampuan berbahasa asing yang dimiliki oleh petugas

Tourist Information.

5. Belum adanya petugas tetap di Tourist Information. 6. Tidak adanya tanda

(9)

Eksetrnal Information di obyek wisata Curugsewu. 7. Tidak berfungsinya Tourist Information secara maksimal. Peluang (Opportunities)

1. Petugas Tourist Information

dapat kesempatan untuk mempromosikan obyek wisata Curugsewu saat Pengunjung bertanya tentang apa yang dibutuhkan. Dengan cara tersebut petugas dapat memberikan informasi yang bersifat edukasi kepada pengunjung sekaligus memberikan jawaban kepada pengunjung.

2. Tersedianya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sebagai petugas tetap dan guide di Tourist Information. S-O Strategy 1. Keberadaan Tourist Information sangat penting, sehingga petugas Tourist Information harus memberikan informasi yang lengkap kepada para pengunjung obyek wisata Curugsewu. 2. Pelayanan jasa yang

diberikan oleh Tourist Information tidak dipungut biaya, sehingga para pengunjung akan mendapatkan informasi yang berbasis edukasi secara lengkap. 3. Petugas Tourist Information harus memiliki dasar pengetahuan yang cukup tentang informasi ekowisata. W-O Strategy 1. Memberikan pelatihan bahasa asing kepada petugas Tourist Information, sehingga petugas tidak kesulitan saat mendapatkan wisatawan asing yang mencari informasi tentang obyek wisata Curugsewu.

2. Membuka lapangan pekerjaan sebagai petugas tetap di Tourist Information.

3. Memberikan informasi kepada masyarakat akan keberadaan Tourist Information.

4. Melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Tourist Information.

Ancaman ( Threats )

1. Tingkat kesadaran

pengunjung/masyarakat terhadap pelestariaan lingkungan.

2. Tourist Information obyek wisata Curugsewu hanya dioperasikan pada hari-hari tertentu, sehingga membawa dampak terhadap jumlah kunjungan yang sedikit.

S-T Strategy 1. Memberikan penyuluhan kepada petugas Tourist Information untuk meningkatkan pelayanan, serta keramah-tamahan kepada para pengunjung.

2. Jam operasional Tourist Information lebih diperpanjang dengan menyesuaikan waktu jam operasional obyek wisata Curugsewu.

W-T Strategy

1. Masyarakat local berpartisipasi dalam memberikan informasi tentang keberadaan dari

Tourist Information. 2. Mengadakan pelatihan

untuk masyarakat sekitar agar bisa berbahasa asing dengan baik.

Gambar 3 Formulasi Strategi Matriks SWOT

Berdasarkan analisis SWOT diatas, maka diperoleh rencana tindak lanjut (Action Plan) sebagai berikut: (1) Merevitalisasi fungsi Tourist Information yang sudah ada, dengan dilengkapi petugas secara rutin, (2) Melakukan pendidikan dan latihan, khususnya bagi petugas operasional di Tourist Information yang bertugas melayani pengunjung selama berada di kawasan obyek wisata Curugsewu, (3) Melibatkan peran serta masyarakat lokal atau sekitar obyek wisata Curugsewu dalam hal pemanfaatan potensi wisata yang ada, seperti guide, industri kecil (souvenir, makanan tradisional, petugas keamanan dan lain-lain), serta (4) Memperbaiki dan melengkapi peralatan penunjang seperti peta wisata, papan nama kantor dan brosur.

(10)

SIMPULAN

Berdasar hasil penelitian dalam peningkatan pelayanan kepada pengunjung di obyek wisata Curugsewu Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah, ditinjau dari aspek pelayanan informasi, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu: (1) Keberadaan Tourist Information di obyek wisata Curugsewu yang merupakan salah satu obyek wisata alam

berbasis konservasi, sehingga dapat memberikan informasi kepada wisatawan yang bersifat edukasi; (2) Tourist Information yang merupakan sub unit kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kendal berkewajiban mempromosikan obyek wisata Curugsewu, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan; (3) Pelayanan jasa yang diberikan oleh Tourist Information tidak dipungut biaya, sehingga para pengunjung yang datang tidak enggan untuk mencari informasi yang ada pada obyek wisata Curugsewu; (4) Dengan banyaknya kunjungan wisatawan ke obyek wisata

Curugsewu diharapkan menjadi penyemangat bagi para pelaku pariwisata, serta masyarakat untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap wisatawan.

DAFTAR RUJUKAN

Undang-undang RI nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Undang-Undang no.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah.

Damanik, Janianton dan Weber, Helmut F. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Pendit, Nyoman S. 2006. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Yogyakarta: Pratnya Paramita.

Gambar

Gambar 1 Alur penelitian
Gambar 2 TOWS Matriks
Gambar 3 Formulasi Strategi Matriks SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Keseimbangan labil : Sebuah pararel epipedum miring ( balok miring ) yang bidang diagonalnya AB tegak lurus pada bidang alasnya diletakkan diatas bidang datar, maka ia dalam

Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui apa jua pun yang kamu kerjakan ( Al-Hasyr:18 ). Perawat merupakan salah satu ujung tombak dalam proses pelayanan kesehatan.Perawat

Rumpun Ilmu Hayat adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya adalah melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian, peningkatan,

Penyuluhan kesehatan indera pendengaran di dalam gedung puskesmas dapat dilaksanakan secara langsung kepada pengunjung puskesmas dengan sasaran kelompok maupun individu. Selain itu

Apabila terdapat bukti objektif (seperti memburuknya lingkungan bisnis di mana entitas penerbit menjalankan bisnisnya, kemungkinan ketidakmampuan di dalam membayar

Sebagai bangunan yang komersial sebuah stadion sedapat mungkin untuk mudah dicapai dan dikenali olch pengunjung, schingga pemilihan site pada jalur ringroad utara ini

Namun metode ini lebih cepat, akurat, bisa dilakukan oleh personil yang tidak membutuhkan kemampuan lebih, dan derajat automatisasinya tinggi, dalam prakteknya, hasil yang

 Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasukb.